Professional Documents
Culture Documents
NIM :856015958
Jawaban nomor 1
Alasan mengapa kita memerlukan PKR perlu dipelajari di era digital ini, anatara lain:
Alasan geografis
Di beberapa daerah di Indonesia terdapat beberapa sulitnya lokasi, terbatasnya sarana
transportasi, pemukiman yang berpindah-pindah, dan adanya pencaharian khusus, dan
sebagainya, mendorong penggunaan PKR.
Alasan demografis
PKR merupakan cara yang lebih praktis dan ekonomis.
Kurang guru
Walaupun jumlah gutu secara keseluruhan mencukupi, sulit untuk mencari guru yang
dengan suka cita siap mengajar di daerah.
Terbatasnya ruang kelas
Di beberapa daerah terpencil di Indonesia, menunjukkan walaupun muridnya cukup
besar, jumlah ruang kelas yang tersedia jauh lebih kecil daripada jumlah rombongan
belajar.
Adanya guru yang tidak hadir
Ada kalanya dibeberapa waktu guru mengalami kendala pada masalah kehadiran.
Alasan lainnya
Realita yang dihadapi seorang guru, baik ia mengajar di daerah terpencil maupun di
perkotaan adalah ia menghadapi murid dengan tingkat kemampuan dan kemajuan belajar
yang berbeda.
Contoh kasus yang dapat saya ambil di berita untuk menjelaskan alas an mengapa kelas rangkap
perlu dipelajari di era digital ini adalah:
Blitar (Antara Jatim) - "United States Agency for International Development" (USAID)
menggandeng Pemerintah Kabupaten Blitar, Jawa Timur, dalam program pembelajaran kelas
rangkap (PKR) sebagai upaya memaksimalkan aktivitas kegiatan belajar mengajar.
Model Pembelajaran Kelas Rangkap 222 :Dua Kelas, Dua Mata Pelajaran
Kelas 2, 3, 4, dan 5: 2 sesi tatap muka (dalam kelas) dalam dua minggu.
Kelas 1 dan 6: 2 sesi tatap muka (dalam kelas) dalam satu minggu.
Contoh penerapannya dalam Kurikulum 2013:
Tema: "Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan"
Kelas 1 dan 6: Dalam satu minggu, guru menjelaskan dasar-dasar pertumbuhan tumbuhan,
kemudian melibatkan siswa dalam eksperimen sederhana di dalam kelas untuk mengamati
bagaimana tanaman tumbuh.
Kelas 2, 3, 4, dan 5: Dalam dua minggu, guru dapat merencanakan dua pertemuan tatap muka.
Pertemuan pertama dapat fokus pada pembelajaran konsep pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan di dalam kelas, sedangkan pertemuan kedua dapat dilakukan di lapangan atau kebun
sekolah, di mana siswa berinteraksi langsung dengan tanaman dan mempraktikkan apa yang
telah mereka pelajari dalam kelas.
Dalam kedua model pembelajaran ini, integrasi antara pembelajaran dalam kelas dan di luar
kelas memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami pembelajaran yang lebih holistik
dan mendalam sesuai dengan Kurikulum 2013 yang menekankan pada pembelajaran yang
berpusat pada siswa dan pembelajaran kontekstual.