You are on page 1of 6

BAB I

LATAR BELAKANG

A. PENDAHULUAN

Gangguan jiwa adalah suatu keadaan mental yang ditandai dengan

adanya gangguan klinis secara signifikan pada area kognisi, regulasi emosi,

bahkan perilaku seseorang yang disebabkan oleh adanya gangguan pada area

penting pada fungsi otak manusia (World Health Organication, 2022).

Gangguan jiwa merupakan kondisi dimana seseorang tidak dapat hidup

normal dilingkunganya, hal ini ditandai dengan kesulitan dalam menjalankan

aktivitas sehari-hari karena adanya distorsi berpikir sehingga rentan

memunculkan suatu perilaku yang bersifat maladaptif yang sulit diterima oleh

orang-orang di lingkungan tempat tinggalnya (Gustiani, 2022).

WHO menyatakan bahwa sebanyak 980 juta orang atau 1 dari 8 orang

diseluruh dunia mengalami gangguan jiwa (mental disorders) pada tahun

2019. Kasus ini terdiri dari 301 juta orang dewasa dan 58 juta anak dan remaja

hidup dengan kecemasan, 280 juta orang dewasa dan 23 juta anak dan remaja

hidup dengan depresi, 40 juta orang mengalami bipolar, 24 juta orang

mengalami skizofrenia, 14 juta orang dewasa dan 3 juta anak dan remaja

mengalami gangguan makan, serta 40 juta orang dewasa termaksud anak dan

remaja mengalami gangguan perilaku sosial, yang nantinya peneliti akan

menyebutkan dengan gejala awal pada gangguan jiwa (World Health

Organication, 2022).
Di indonesia sendiri berdasarkan riset kesehatan dasar pada tahun 2018

terkait prevalensi permasalahan jiwa, terdapat sekitar 12 juta jiwa atau 6,1%

penduduk diatas usia >15 mengalami depresi, 19 juta jiwa atau 9,8%

penduduk diatas usia >15 mengalami gangguan mental emosional (GRE),

serta sekitar 1,6 juta jiwa penduduk menderita skizofrenia, dan kasus

gangguan mental health ini akan bertambah setiap tahunnya (Direktorat

kesehatan jiwa, 2022). Dan berdasarkan data diatas ternyata perempuan

memiliki resiko yang lebih tinggi mengalami mental disorder hal ini sejalan

dengan data yang dikeluarkan oleh Our World In Data 2019 yang menyatakan

bahwa di Indonesia tingkat kecemasan atau anxiety yang dialami oleh

perempuan jauh lebih tinggi yakini sekitar 4,5% dibandingkan laki-laki yaitu

sekitar 2,7% dan depresi sekitar 2,9% lebih tinggi dari pada laki-laki yaitu

sekitar 2,0% dari 267 juta jiwa dari jumlah populasi Indonesia di tahun itu,

dan dari data ini dapat disimpulkan bahwa perempuan termaksud ibu rumah

tangga jauh lebih beresiko mengalami mental disorder (Our World In Data,

2023).

Pekerjaan rumah tangga adalah salah satu pekerjaan yang berisiko

menyebabkan terjadinya mental disorder, hal ini dikarenakan peran gender

utama pada tugas ini mayoritas dibebankan kepada perempuan, sehingga

dengan banyaknya pekerjaan yang dikerjakan dalam satu waktu dengan durasi

yang berulang meningkatkan risiko ibu rumah tangga mengalami mental

disorder (Kaplan, 2022). Dan pada saat ini pekerjaan sebagai ibu rumah

tangga merupakan salah satu peran gender yang sangat berat yang wajib

dilakukan oleh semua perempuan yang telah berkeluarga baik itu mereka
memiliki pekerjaan secara formal maupun tidak (Kaplan, 2022). Dan

mayoritas penduduk di Indonesia pada saat ini berpikir bahwa dalam sebuah

rumah tangga wanita harus berperan menangani semua aspek manajemen

kebutuhan dalam rumah tangga baik itu pengasuhan anak, mengelola

keuangan, mempersiapkan makanan diatas meja, dan kegiatan lainnya. Dan

kemungkinan besar mereka akan mengalami masalah mental sebagai akibat

dari semua tekanan-tekanan ini yang dapat menyebabkan terjadinya depresi

maupun masalah mental disorder lainnya (Tan et al, 2023).

Dengan demikian sangat diperlukan tindakan awal untuk mendeteksi

secara dini gejala-gejala awal gangguan jiwa yang dapat dialami oleh ibu

rumah tangga. Deteksi dini ini berfungsi untuk mengetahui, menemukan

bahkan untuk mendeteksi ada atau tidaknya kelainan serta terjadinya

gangguan perkembangan mental atau perilaku secara dini sebagai akibat dari

tekanan-tekanan dan beban kerja yang dialami oleh ibu rumah tangga,

sehingga hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak diinginkan dapat ditangani

atau diintervensi sesegera mungkin (Anjaswarni et al, 2019).

Berdasarkan survei pendahuluan yang peneliti lakukan dengan

menyebarkan quisioner online di wilayah Puskesmas Sanankulon, Kabupaten

Blitar, Jawa Timur pada tanggal 1 september 2023 di dapatkan data yaitu

jumlah ibu rumah tangga yang bekerja sebagai karyawan /pegawai instansi

sebanyak 261 orang, ibu hamil sebanyak 14 orang, ibu dengan balita sebanyak

35 orang, serta lainya sebanyak 294 orang.


B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana gejala awal gangguan jiwa pada ibu rumah tangga di lingkungan

kerja UPT Puskesmas Sanankulon Blitar ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Penenilitian ini dilakukan untuk mengetahui gejala awal gangguan jiwa

saat dilakukan deteksi dini pada ibu rumah tangga di lingkungan kerja

UPT Puskesmas Sanankulon Blitar

2. Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui macam-macam gejala awal gangguan jiwa pada ibu

rumah tangga di lingkungan kerja UPT Puskesmas Sanankulon Blitar

b) Untuk mengukur jumlah ibu rumah tangga yang mengalami gejala

awal gangguan jiwa di lingkungan kerja UPT Puskesmas Sanankulon

Blitar

c) Untuk mengetahui tingkatan gangguan jiwa yang dialami ibu rumah

tangga di lingkungan kerja UPT Puskesmas Sanankulon Blitar

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian dapat menambah referensi ilmu keperawatan tentang

“gejala awal gangguan jiwa yang sering dialami oleh ibu rumah tangga”.
2. Institusi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi landasan untuk institusi

pelayanan kesehatan untuk memberikan asuhan keperawatan yang baik

kepada ibu rumah tangga yang menderita gejala awal gangguan jiwa

3. Masyarakat

Dengan hasil penelitian ini di harapkan masyarakat dapat mengetahui dan

memahami bahwa pekerjaan sebagai ibu rumah tangga juga berisiko

menyebabkan gangguan jiwa jika tidak memiliki coping yang sangat baik

4. Peneliti

Peneliti dapat meningkatkan pengetahuan tentang gejala awala gangguan

jiwa yang sering dialami oleh ibu rumah tangga

E. PENELITIAN TERKAIT

1. (Vesyel kaplan, 2022)."Mental Health States of Housewives: an

Evaluation in Terms of Self-perception and Codependency". penelitian ini

menggunakan metode descriptive dan relational dengan pendekatan cross-

sectional. hasil penelitian ini menunjukkan terdapat korelasi antara tingkat

kesehatan mental ibu rumah tangga dengan persepsi diri negatif yang

memicu terjadinya depresi karena beban kerja sebagai ibu rumah tangga.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode

kuantitatif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan

dilakukan peneliti terletak pada lokasi, populasi, serta variabel

penelitiannya.
2. (Suriyani Tan , Machrumnizar , Rina Kusumaratna , Jipri Suyanto,

2023)."Diterminan Sosial - Ekonomi dan Kesehatan Mental pada Kaum

Ibu di Kawasan Provinsi Bengkulu". Penelitian ini menggunakan metode

cross-sectional ini dengan teknik multiple random sampling Penelitian ini

juga mencakup tiga jenis uji yang berbeda: univariat, regresi logistik, dan

regresi logistik berganda .Hasil penelitian menemukan bahwa variabel

yang berhubungan dengan depresi adalah stres diikuti oleh pendapatan

rumah tangga, usia pernikahan, pengaruh komunitas, dan kondisi tempat

tinggal yang buruk. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama

menggunakan metode kuantitatif. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian yang akan dilakukan peneliti terletak pada lokasi, populasi, serta

variabel penelitiannya serta bentuk uji yang dilakukan.

You might also like