You are on page 1of 17

MAKALAH

STUDI HADIS MUSYAWARAH

( ٥٢٨٨ ‫) صحيح البخاري‬


Disusun Untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Hadis

( Kajian Hadis Multikultural )


Dosen Pengampu : Dr. Sahudi, M.HI, M.Pd.I

Di Susun Oleh :

Fatkhu Rosyid

MAHASISWA SEMESTER I
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MULTIKULTUR
PROGRAM STUDI PASCASARJANA
IAIN FATTAHUL MULUK PAPUA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................2
C. Batasan ..........................................................................................................2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori Hadis ........................................................................................3
B. Kajian Teori Pendukung ................................................................................6
C. Kajian Fakta di Lapangan ..............................................................................7
D. Analisis...........................................................................................................10

BAB III
PENUTUP ............................................................................................................15
A. Kesimpulan ....................................................................................................15
B. Rekomendasi .................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur’an,
hadits meliputi sabda Nabi, perbuatan, dan taqrir (ketetapan) darinya. Sebagai
sumber ajaran Islam yang kedua hadits perlu mendapat pengkajian yang
mendalam karena hadits memiliki bebrapa fungsi tehadap al-Qur’an, salah
satunya adalah melengkapi hukum agama yang tidak diatur di dalam al-
Qur’an. Mempelajari dan mengkaji hadits harus secara secara mendalam dan
menyeluruh mencakup sisi periwayatan maupun kualitas dan kesahihan
hadits. Mempelajari dan mengkaji hadits ini merupakan kegiatan yang
kopleks mengingat kodifikasi hadits dilakuan dua abad setelah nabi hijrah,
sehingga terdapat kemungkinan terjadi distorsi terhadap hadits. Hadits
sebagai sumber ajaran Islam terntunya memiliki peran yang sangat
fundamental bagi kehidupan manusia terutama umat Islam. Baik pada zaman
duhulu ataupun di zaman yang modern seperti sekarang ini, hadits harus tetap
dijadikan rujukan atau pedoman dalam menghadapi permasalahan-
permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Kitab suci Al-Quran sarat dengan berbagai petunjuk yang seharusnya
diaplikasikan dalam realitas kehidupan ini, dan salah satu dari petunjuk
Alquran tersebut adalah musyawarah. Penafsiran tentang musyawarah
agaknya mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Demikian pula
pengertian dan persepsi tentang istilah yang padat makna ini mengalami
evolusi. Seperti dijelaskan Hamka bahwa evolusi itu terjadi sesuai dengan
perkembangan pemikiran, ruang, dan waktu. Dewasa ini, pengertian
musyawarah dikaitkan dengan beberapa teori politik modern, seperti sistem
republik, demokrasi, parlemen, sistem perwakilan, senat, dan berbagai konsep
yang berkaitan dengan sistem pemerintahan1

1
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka), Tafsir Al-Azhar, juz II (Jakarta: Pustaka Panjimas,
1984), h. 190

1
Setiap manusia memiliki sudut pandang berbeda dalam melihat
permasalahan atau menggapai tujuan tertentu. Kadang perbedaan sudut
pandang inilah yang membuat ketidakharmonisan terjadi antar manusia atau
kelompok. Pengkajian terhadap Hadis selalu menarik perhatian. Menarik
karena dalam sejarahnya, pernah terjadi konflik yang menimpa sejumlah
kalangan yang sejatinya sebagai sanad Hadis..2 Hadis Rasulullah adalah
sebagai pedoman hidup yang utama bagi umat Islam setelah Alquran.
Maka dari itu Islam sebagai jalan hidup seorang muslim, memberikan
tuntunan untuk bermusyawarah dalam banyak menyelesaikan permasalahan
dan menggapai tujuan. Musyawarah tidak hanya dianjurkan pada umat Islam,
bahkan secara tegas memerintahkan Rasulullah SAW untuk mengajak para
sahabat untuk bermusyawarah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Musyawarah Menurut Islam ?
2. Apa relevansi kisah pada hadis terhadap bentuk praktik musyawarah saat
ini ?
C. Batasan
Musyawarah merupakan salah satu bentuk interaksi manusia. Kebutuhan
manusia terhadap orang lain sebagai syarat utama tercapainya kenyamanan dan
keamanan hidup. Praktik musyawarah telah ada sejak terciptanya manusia pertama
di bumi hingga peradaban manusia yang semakin berkembang pesat saat ini. Oleh
karena itu, tiap-tiap persoalan sudah sewajarnya jika diselesaikan dengan jalan
musyawarah untuk memperoleh solusi dan keputusan yang tepat. Berdasarkan latar
belakang penulis maka batasan makalah ini yaitu mengkaji Hadis shahih bukhori
nomor 5288 tentang prinsip dan tujuan musyawarah.

BAB II
2
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hal. 4.

2
‫‪PEMBAHASAN‬‬
‫‪A. Kajian Teori Hadis‬‬
‫‪Imam Bukhari mengulas masalah Thāun dalam bab Thib (pengobatan). Thāun adalah‬‬
‫‪satu jenis penyakit yang menimpa kebanyakan manusia dengan berbagai cara yang‬‬
‫‪berbeda dengan penyakit biasa dan bentuknya berbeda beda.‬‬
‫‪Thāun ini tidak hanya terjadi di dunia Islam, namun ia terjadi di seluruh dunia. Di‬‬
‫‪Eropa terjadi Black Death (al-maut al-aswad) 15 pada 833 H yang menewaskan sepertiga‬‬
‫‪penduduk Eropa. Bahkan di akhir abad 19 M, Thāun ini melanda seluruh dunia, mulai‬‬
‫‪dari China Selatan sampai menghilangkan nyawa sekitar 10 juta jiwa. Berbeda dengan‬‬
‫‪waba Thāun sifatnya lebih spesifik. Dalam konteks saat ini adalah pandemik, yakni‬‬
‫‪penyakit yang penularannya mengglobal, mendunia yang terjadi secara simultan. 3‬‬
‫‪Kajian mengenai hadis-hadis pandemik di dalam kitab Shahih Bukhari masuk dalam‬‬
‫‪kitab Thib (pengobatan),data yang bagus dan komprehensif yang berisikan mengenai‬‬
‫‪pandemik ini adalah hadis panjang mengenai musyawarah Khalifah Umar bin Khattab‬‬
‫‪saat akan memasuki Syam yang sedang terkena wabah.‬‬

‫َح َّد َثَنا َع ْبُد ِهَّللا ْبُن ُيوُسَف َأْخ َبَر َنا َم اِلٌك َع ْن اْبِن ِش َهاٍب َع ْن َع ْبِد اْلَحِم يِد ْبِن َع ْبِد ال‪َّUU‬رْح َمِن ْبِن َز ْي ِد‬
‫ْبِن اْلَخ َّطاِب َع ْن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن الَح اِر ِث ْبِن َنْو َف ٍل َع ْن َع ْب ِد ِهَّللا ْبِن َع َّب اٍس َأَّن ُع َم َر ْبَن‬
‫اْلَخ َّطاِب َر ِض َي ُهَّللا َع ْنُه َخ َر َج ِإَلى الَّش ْأِم َح َّتى ِإَذ ا َك اَن ِبَس ْر َغ َلِقَيُه ُأَم َر اُء اَأْلْج َن اِد َأُب و ُع َبْي َد َة ْبُن‬
‫اْلَج َّراِح َو َأْص َح اُبُه َفَأْخ َبُروُه َأَّن اْلَو َباَء َقْد َو َقَع ِبَأْر ِض الَّش ْأِم َق اَل اْبُن َع َّب اٍس َفَق اَل ُع َم ُر اْدُع ِلي‬
‫اْلُمَه اِج ِر يَن اَأْلَّو ِليَن َف َدَعاُهْم َفاْسَتَش اَر ُهْم َو َأْخ َب َر ُهْم َأَّن اْلَو َب اَء َق ْد َو َق َع ِبالَّش ْأِم َف اْخ َتَلُفوا َفَق اَل‬
‫َبْعُض ُهْم َقْد َخ َر ْج َت َأِلْم ٍر َو اَل َنَر ى َأْن َتْر ِج َع َع ْن ُه َو َق اَل َبْعُض ُهْم َم َع َك َبِقَّي ُة الَّن اِس َو َأْص َح اُب‬
‫َر ُسوِل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َو اَل َنَر ى َأْن ُتْقِد َم ُهْم َع َلى َهَذ ا اْلَو َباِء َفَقاَل اْر َتِفُع وا َع ِّني ُثَّم َق اَل‬
‫اْد ُعوا ِلي اَأْلْنَص اَر َفَدَعْو ُتُهْم َفاْسَتَش اَر ُهْم َفَس َلُك وا َس ِبيَل اْلُمَه اِج ِريَن َو اْخ َتَلُف وا َك اْخ ِتاَل ِفِهْم َفَق اَل‬
‫اْر َتِفُعوا َع ِّني ُثَّم َقاَل اْدُع ِلي َم ْن َك اَن َها ُهَنا ِم ْن َم ْش َيَخ ِة ُقَر ْيٍش ِم ْن ُمَه اِج َر ِة اْلَفْتِح َف َدَعْو ُتُهْم َفَلْم‬
‫َيْخ َتِلْف ِم ْنُهْم َع َلْيِه َر ُج اَل ِن َفَقاُلوا َنَر ى َأْن َتْر ِج َع ِبالَّناِس َو اَل ُتْقِد َم ُهْم َع َلى َهَذ ا اْلَو َباِء َفَناَدى ُع َم ُر‬
‫ِفي الَّناِس ِإِّني ُمَص ِّبٌح َع َلى َظْهٍر َفَأْص ِبُحوا َع َلْيِه َقاَل َأُبو ُع َبْيَد َة ْبُن اْلَج َّراِح َأِف َر اًرا ِم ْن َق َد ِر ِهَّللا‬
‫َفَقاَل ُع َم ُر َلْو َغْيُرَك َقاَلَها َيا َأَبا ُع َبْيَد َة َنَعْم َنِفُّر ِم ْن َقَد ِر ِهَّللا ِإَلى َقَد ِر ِهَّللا َأَر َأْيَت َل ْو َك اَن َل َك ِإِب ٌل‬
‫ُأْل‬
‫َهَبَطْت َو اِد ًيا َلُه ُعْد َو َتاِن ِإْح َد اُهَم ا َخ ِص َبٌة َو ا ْخ َر ى َج ْد َبٌة َأَلْيَس ِإْن َر َع ْيَت اْلَخْص َبَة َر َع ْيَتَها ِبَقَد ِر‬
‫ِهَّللا َو ِإْن َر َع ْيَت اْلَج ْد َبَة َر َع ْيَتَه ا ِبَق َد ِر ِهَّللا َق اَل َفَج اَء َع ْب ُد ال‪َّU‬رْح َمِن ْبُن َع ْو ٍف َو َك اَن ُم َتَغ ِّيًب ا ِفي‬
‫َبْع ِض َح اَجِتِه َفَقاَل ِإَّن ِع ْنِد ي ِفي َهَذ ا ِع ْلًم ا َس ِم ْع ُت َر ُس وَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َيُق وُل ِإَذ ا‬
‫َسِم ْع ُتْم ِبِه ِبَأْر ٍض َفاَل َتْقَد ُم وا َع َلْيِه َو ِإَذ ا َو َقَع ِبَأْر ٍض َو َأْنُتْم ِبَها َفاَل َتْخ ُرُجوا‬
‫ِفَر اًرا ِم ْنُه َقاَل َفَحِم َد َهَّللا ُع َم ُر ُثَّم اْنَص َر َف‬

‫‪3‬‬
‫‪https://katadata.co.id/hariwidowati/berita/5e9a495e2f6d0/korban-corona-terus-bertambah-ini-‬‬
‫‪beda-wabah-epidemi-dan-pandemi‬‬

‫‪3‬‬
Shahih Bukhori : 5288
“Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf (1) telah
mengabarkan kepada kami Malik (2) dari Ibnu Syihab (3) dari Abdul Hamid bin
Abdurrahman bin Zaid bin Al Khatthab (4) dari Abdullah bin Abdullah bin Al Harits
bin Naufal (5) dari Abdullah bin Abbas (6) “ Bahwa Umar bin Khatthab pernah
bepergian menuju Syam, ketika ia sampai di daerah Sargha, dia bertemu dengan
panglima pasukan yaitu Abu 'Ubaidah bersama sahabat-sahabatnya, mereka
mengabarkan bahwa negeri Syam sedang terserang wabah. Ibnu Abbas berkata;
"Lalu Umar bin Khattab berkata; 'Panggilkan untukku orang-orang muhajirin yang
pertama kali (hijrah), ' kemudian mereka dipanggil, lalu dia bermusyawarah
dengan mereka dan memberitahukan bahwa negeri Syam sedang terserang
wabah, merekapun berselisih pendapat. Sebagian dari mereka berkata; 'Engkau
telah keluar untuk suatu keperluan, kami berpendapat bahwa engkau tidak
perlu menarik diri.' Sebagian lain berkata; 'Engkau bersama sebagian manusia
dan beberapa sahabat Rasulullah Shalla Allahu 'alaihi wa sallam. Kami
berpendapat agar engkau tidak menghadapkan mereka dengan wabah ini,
'Umar berkata; 'Keluarlah kalian, ' dia berkata; 'Panggilkan untukku orang-orang
Anshar'. Lalu mereka pun dipanggil, setelah itu dia bermusyawarah dengan
mereka, sedangkan mereka sama seperti halnya orang-orang Muhajirin dan
berbeda pendapat seperti halnya mereka berbeda pendapat. Umar berkata;
'keluarlah kalian, ' dia berkata; 'Panggilkan untukku siapa saja di sini yang dulu
menjadi tokoh Quraisy dan telah berhijrah ketika Fathul Makkah.' Mereka pun
dipanggil dan tidak ada yang berselisih dari mereka kecuali dua orang. Mereka
berkata; 'Kami berpendapat agar engkau kembali membawa orang-orang dan
tidak menghadapkan mereka kepada wabah ini.' Umar menyeru kepada
manusia; 'Sesungguhnya aku akan bangun pagi di atas pelana (maksudnya
hendak berangkat pulang di pagi hari), bagunlah kalian pagi hari, ' Abu Ubaidah
bin Jarrah bertanya; 'Apakah engkau akan lari dari takdir Allah? ' maka Umar

4
menjawab; 'Kalau saja yang berkata bukan kamu, wahai Abu 'Ubaidah! Ya, kami
lari dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lain. Bagaimana pendapatmu, jika
kamu memiliki unta kemudian tiba di suatu lembah yang mempunyai dua
daerah, yang satu subur dan yang lainnya kering, tahukah kamu jika kamu
membawanya ke tempat yang subur, niscaya kamu telah membawanya dengan
takdir Allah. Apabila kamu membawanya ke tempat yang kering, maka kamu
membawanya dengan takdir Allah juga.'
Ibnu Abbas berkata; "Kemudian datanglah Abdurrahman bin 'Auf(7), dia
tidak ikut hadir (dalam musyawarah) karena ada keperluan. Dia berkata; "Saya
memiliki kabar tentang ini dari Rasulullah Shalla Allahu 'alaihi wa sallam beliau
bersabda: "Jika kalian mendengar suatu negeri terjangkit wabah, maka
janganlah kalian menuju ke sana, namun jika dia menjangkiti suatu negeri dan
kalian berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar dan lari darinya."
Ibnu 'Abbas berkata; "Lalu Umar memuji Allah kemudian pergi."4

1. Biografi perawi Hadis ( Shahih Bukhari 5288 )


(1) Abdullah bin Yusuf, At Tunisiy Al Kila'iy, Abu Muhammad, Tabi'ul Atba'
kalangan tua, wafat tahun 218 H, hidup di Maru, wafat di Maru.
(2) Malik bin Anas bin Malik bin Abi 'Amir, Al Ashbahiy Al Humairiy, Abu
'Abdullah , Tabi'ut Tabi'in kalangan tua, wafat tahun 179 H, hidup di
Madinah, wafat di Madinah.
(3) Muhammad bin Muslim bin 'Ubaidillah bin 'Abdullah bin Syihab, Al Qurasyiy
Az Zuhriy, Abu Bakar, Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan, wafat tahun 124
H, hidup di Madinah.
(4) Abdul Hamid bin 'Abdur Rahman bin Zaid bin Al Khaththab, Al 'Adawiy Al
Madaniy, Abu 'Umar, Tabi'in kalangan biasa, hidup di Kufah, wafat di Harran.
(5) Abdullah bin 'Abdullah bin Al Harits bin Naufal bin Al Harits bin 'Abdul
Muthall, Al Hasyimiy, Abu Yahya, Tabi'in kalangan pertengahan, wafat tahun
99 H, hidup di Madinah.
(6) Abdullah bin 'Abbas bin 'Abdul Muthallib bin Hasyim , Al Qurasyiy Al

4
Sahudi, Studi Hadis Multikultural. Yogyakarta. Idea Pres. 2020. Hlm. 120

5
Hasyimiy, Abu Al 'Abbas, Shahabat, wafat tahun 68 H, hidup di Marur
Rawdz, wafat di Tha'if.
(7) Abdur Rahman bin 'Auf bin 'Abdi 'Auf bin 'Abdi bin Al Harits bin Zahrah, Az
Zuhriy Al Qurasyiy , Abu Muhammad, Shahabat, wafat tahun 32 H, hidup di
Madinah.

B. Kajian Teori Pendukung


Dalam Kamus besar bahasa indonesia Musyawarah adalah pembahasan
bersama dengan maksud mencapai keputusan atas penyelesaian masalah. 5 Adapun
lebih rinci telah dijelaskan tentang musyawarah Al-Qur’an mengajarkan agar selalu
mengedepankan klarifikasi, dialog, diskusi dan musyawarah, tidak boleh
menjatuhkan vonis tanpa mengetahui dengan jelas permasalahannya, dalam Surat Al
Hujurat ayat 6 yang
‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاْن َج ۤا َء ُك ْم َفاِس ٌۢق ِبَنَبٍا َفَتَبَّيُنْٓو ا َاْن ُتِص ْيُبْو ا َقْو ًم ۢا ِبَج َهاَلٍة َفُتْص ِبُحْو ا َع ٰل ى َم ا‬
‫َفَع ْلُتْم ٰن ِدِم ْيَن‬
Artinya “Hai orang-orang yang beriman jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpa
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu6

Ayat ini menguraikan bagaimana berlaku dengan sesama manusia, termasuk


kepada orang fasik. Diawali dengan tuntunan bagaimana menghadapi orang fasik,
Allah berfirman, Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang
kepadamu membawa suatu berita yang penting, maka ja-nganlah kamu tergesa-gesa
menerima berita itu, tetapi telitilah terlebih dahulu kebenarannya. Hal ini penting
dilakukan agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan atau
kecerobohan kamu mengikuti berita itu yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu
itu yang terlanjur kamu lakukan. Ayat ini memberikan tuntunan kepada kaum
muslim agar berhati-hati dalam menerima berita terutama jika bersumber dari orang
yang fasik. Perlunya berhati-hati dalam menerima berita adalah untuk
menghindarkan penyesalan akibat tindakan yang diakibatkan oleh berita yang belum

5
https://kbbi.web.id/musyawarah.html
6
Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Katsir ad-Dimasyqi, Terjemah Tafsir Ibnu Katsir, (Bandung:
Sinar Baru al-Gensindo, 2002), h. 743

6
diteliti kebenarannya.7
Ketika menghadapi permasalahan, Al-Qur'an mengajarkan untuk selalu
mengedepankan klarifikasi, dialog, diskusi dan musyawarah. Maka tidak boleh
menjatuhkan vonis tanpa mengetahui dengan jelas permasalahannya.
Didalam ayat lain di jelaskan bahwa Al-Qur'an mengajarkan untuk tidak
memaksakan kehendak kepada orang lain. Islam telah menganjurkan musyawarah
dan menjadikannya suatu hal terpuji dalam kehidupan individu, keluarga,
masyarakat dan negara; dan menjadi elemen penting dalam kehidupan umat, ia
disebutkan dalam sifat-sifat dasar orang-orang beriman dimana keislaman dan
keimanan mereka tidak sempurna kecuali dengannya.
Didalam ayat lain Allah SWT berfirman :

ۖ‫َفِبَم ا َر ْح َم ٍة ِّم َن ِهّٰللا ِلْنَت َلُهْم ۚ َو َلْو ُكْنَت َفًّظا َغ ِلْيَظ اْلَقْلِب اَل ْنَفُّض ْو ا ِم ْن َح ْو ِلَك‬
‫َفاْعُف َع ْنُهْم َو اْسَتْغ ِفْر َلُهْم َو َش اِو ْر ُهْم ِفى اَاْلْم ِۚر َفِاَذ ا َع َز ْم َت َفَتَو َّك ْل َع َلى ِهّٰللاۗ ِاَّن‬
‫َهّٰللا ُيِح ُّب اْلُم َتَو ِّك ِلْيَن‬

Artinya Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku


lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan
berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena
itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting).
Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal. (Q.S
Ali-Imran : 159 )8

Dalam ayat ini merupakan perintah Allah kepada Nabi untuk berpegang
kepadanya. Kalau Nabi sebagai orang yang ma’sum, diperintahkan untuk
bermusyawarah dalam masalah urusan umat, maka umatnya sebagai manusia
yang tidak maksum lebih-lebih lagi harus melakukan musyawarah.

Menurut para ulama, dalam musyawarah setidaknya melibatkan tiga


7
Kementerian Agama. Al-Quran Terjemah, Tim IT Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2016

8
Kementerian Agama, Al-Quran Terjemahan, Tim IT Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an,
2016

7
hal, yakni: orang yang terlibat musyawarah (orang yang diminta
bermusyawarah), dengan siapa musyawarah sebaiknya dilakukan, dan
halhal apa saja yang dimusyawarahkan. Konsepnya, secara tersurat
diungkap oleh Al-Qur‟an dalam surat Ali Imran ayat 159, yang pada
intinya terdapat tiga point penting yakni: sikap lemah lembut, memberi
maaf dan membuka lembaran baru, serta kebulatan tekad untuk
melaksanakan apa yang telah ditetapkan dalam musyawarah.9

Sesunguhnya musyawarah adalah di antara bentuk ibadah-ibadah untuk


mendekatkan pada Allah. Oleh karena itu, agar musyawarah mendapatkan
suatu keputusan yang baik dan diridhai Allah, hendaknya anggota
musyawarah memiliki sikap-sikap dalam bermusyawarah yaitu10:
1. Lemah lembut, baik dalam sikap, ucapan maupun perbuatan, bukan dengan
sikap emosiaonal dan kata-kata yang kasar, karena hal itu hanya akan
menyebabkan orang-orang meninggalkan majelis musyawarah.
2. Memberi maaf atas hal-hal buruk yang pernah dilakukan oleh anggota
musyawarah sebelumnya. Juga dalam bermusyawarah harus menyiapkan
mental pemaaf terhadap orang lain karena bisa jadi dalam proses
musyawarah itu akan terjadi hal-hal kurang menyenangkan atas sikap,
perkataan atau tindak-tanduk orang lain. Manakala sikap pemaaf ini tidak
dimiliki dalam bermusyawarah, hal itu akan berkembang menjadi
pertengkaran secara emosional dan berujung pada perpecahan yang
melemahnya kekuatan jamaah.
3. Memohon ampun pada Allah. Karena dalam bermusyawarah, merupakan
suatu kemungkinan berbuat kesalahan yang tidak disadari, baik pada
sesama anggota musyawarah ataupun pada Allah. Oleh karena itu
Rasulullah mengajarkan doa kaffaratul majlis.
4. Membulatkan tekad. Seharusnya dalam suatu musyawarah membulatkan
tekad dalam mengambil suatu keputusan yang disepakati bersama bukan
9
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Tematik atas Pelbagai Persoalan Umat
10
Abdurrahman bin Nashir bin al-Sa'di, Taisir al-Karim al-Rahman fi Tafsir Kalam al-
Mannan (Bairut: Muassasah al-Risalah, 2000), jilid. 1, hal. 154

8
saling ingin menang sendiri tanpa ada keputusan. Kemudian keputusan-
keputusan yang telah diambil harus dijalankan.
5. Bertawakkal kepada Allah. Setelah bermusyawarah, seharusnya keputusan
yang telah diambil diserahkan pada Allah, karena Dialah yang menentukan
segala sesuatu. Ibnu katsir mengatakan, Jika selesai bermusyawarah dan
telah membulatkan keputusan, maka bertawakkallah pada Allah. begitu
juga di kemudian hari jika hasilnya tidak sesuai dengan harapan,
bertawakkal pada Allah sangat diperlukan, bukan malah saling salah-
menyalahkan. Yang demikian itu telah dicontohkan Rasulullah seusai
perang Uhud yang memperoleh kegagalan, namun tidak saling salah-
menyalahkan.

C. Kajian Fakta di Lapangan


Fakta di lapangan membuktikan bahwa dalam forum musyawarah seringkali
muncul sifat-sifat egoistis, dan mereka yang terlibat dalam musyawarah tersebut
saling mempertahankan pendapatnya, sehingga muncul ketegangan di antara mereka.
Dalam keadaan seperti ini, maka diperlukan sikap lapang dada dan kepada mereka
diharapkan untuk menjauhi sikap marah. Sikap marah tersebut akan hilang bilamana
mereka saling memaafkan, dan sikap saling memaafkan adalah sesuatu yang terpuji,
bahkan dijelaskan bahwa Allah swt memberi pahala kepada orang-orang yang selalu
memaafkan sesamanya.
Betapa banyak persoalan tanpa penyelesaian, atau persoalan dengan
penyelesaian yang kurang tepat. Rencana yang kurang matang juga tidak akan bisa
mencapai sebuah tujuan, hal ini dikarenakan keegoisan masing-masing. Sering
terjadi dalam kehidupan berorganisasi, pemeritahan, bahkan di lingkup kecil yakni
sebuah keluarga, mereka membicarakan sebuah persoalan namun tidak mendapatkan
solusi justru berujung pada kekecewaan bahkan terkadang terjadi adu fisik karena
kurangnya perhatian terhadap langkah-langkah musyawarah yang dianjurkan
AlQur’an. Tentu saja hal ini adalah potret sebuah perundingan yang gagal. Oleh
karena itu, diharapkan kemudian hari pembahasan tentang musyawarah tidak hanya
berhenti pada gambaran kisah saja, akan tetapi lebih intens terhadap dampak
kurangnya perhatian terhadap sikap ideal musyawarah.

9
D. Analisis
Dalam musyawarah dibutuhkan beberapa anggota untuk memecahkan persoalah
yang dihadapi. Dengan mengikutsertakan anggota-anggota masyarakat dalam
permusyawaratan selain akan menambah ide demi kesempurnaan suatu pemecahan
masalah atau suatu rencana, para peserta juga dapat melepaskan suatu yang
terpendam dalam hatinya sehingga bebas dari ketidakpuasan dan sekaligus
terciptanya rasa memiliki terhadap keputusan tersebut.
Berdasasrkan isi hadis bukhori 5288 yakni Suatu ketika Khalifah Umar bin
Khattab hendak berkunjung ke wilayah Syam –kini Suriah- yang baru saja jatuh ke
tangan umat Islam. Namun ketika sang khalifah dan rombongan tiba di daerah
Syargh, ada kabar kalau masyarakat Syam tengah menderita penyakit kolera.
Mendengar informasi tersebut, Khalifah Umar bin Khattab tidak langsung
melanjutkan perjanalannya ke Syam. Begitu juga tidak langsung membatalkannya.
Adapun substansi hadis tersebut yang berkaitan dengan musyawarah yaitu :
1. Hal yang dilakukan Khalifah Umar bin Khattab adalah menggelar musyawarah.
2. Meminta kaum Muhajirin angkatan pertama untuk menghadapnya guna
menyelesaikan persoalan wabah kolera tersebut. Apakah tetap melanjutkan
perjalanan ke Syam meski ada wabah kolera atau membatalkannya dan kembali
ke Madinah. Sebagian kaum Muhajirin berpendapat kalau Khalifah Umar bin
Khattab dan rombongan hendaknya meneruskan perjalanan. Alasannya,
Khalifah Umar bin Khattab ketika memutuskan untuk Syam tentunya dengan
tujuan tertentu. Oleh karenanya, tidak patut kalau seandainya mengalihkan arah
perjalanannya. Sementara sebagian kaum Muhajirin yang lain mengatakan,
sebaiknya Khalifah Umar bin Khattab dan rombongan yang terdiri dari para
sahabat Rasulullah membatalkan perjalanannya. Mereka melarang Khalifah
Umar dan para rombongan untuk memasuki wilayah yang tengah terkena
wabah penyakit.
3. Khalifah Umar bin Khattab juga meminta pendapat dari kaum Anshar. Sama
seperti kaum Muhajirin sebelumnya, sebagian kaum Anshar juga berpendapat
bahwa sang khalifah harus tetap melanjutkan perjalanan. Sebagian lainnya
mengusulkan agar sang khalifah membatalkannya.
4. Khalifah Umar kemudian menggelar musyawarah untuk ketiga dengan
mengundang para sesepuh Quraisy yang berhijrah pada saat Fathu Makkah

10
untuk dimintai pendapat. “Menurut kami, engkau beserta orang-orang yang
bersamamu sebaiknya kembali ke Madinah dan janganlah engkau bawa mereka
ke tempat yang terjangkit penyakit itu,” kata sejumlah sesepuh Quraisy
5. Segera setelah mendapat masukan dari para sesepuh Quraisy, Khalifah Umar
mengumumkan untuk membatalkan agenda kunjungannya ke Syam. Ia dan
rombongannya akan kembali ke Madinah.
6. Keputusan Khalifah Umar tersebut tidak serta merta diterima begitu saja. Ada
seorang yang mempertanyakan keputusannya itu. Dia lah Abu Ubaidah bin
Jarrah, seorang panglima kaum Muslim saat itu. “Apakah engkau melarikan
diri dari ketentuan Allah?” tanya Abu Ubaidah bin Jarrah kepada Khalifah
Umar. Khalifah Umar menjawab, memang dirinya dan rombongannya
melarikan diri dari ketentuan Allah namun untuk menuju ketentuan-Nya yang
lain.
7. Khalifah Umar lantas memberikan ibarat tentang ketentuan Allah kepada Abu
Ubaidah bin Jarrah; seandainya engkau memiliki sejumlah unta. Kemudian ada
dua tempat untuk menggembala unta. Yang satu hijau penuh tumbuh-tumbuhan
dan yang satunya kering kerontang. “Jika engkau menggembalakan unta-
untamu di tempat yang hijau, menurutmu bukankah itu karena ketentuan Allah.
Demikian halnya jika engkau menggembalakannya di tempat yang kering
kerontang,” tanya balik Khalifah Umar. Mendengar penjelasan Khalifah Umar,
Abu Ubaidah bin Jarrah akhirnya memahami dan membetulkan keputusan
Umar untuk kembali ke Madinah.
8. Khalifah Umar semakin mantap untuk kembali ke Madinah setelah menerima
informasi dari Abdurrahman bin Auf bahwa suatu ketika Rasulullah melarang
seseorang untuk memasuki suatu wilayah yang kena wabah penyakit. Begitu
pun masyarakat yang tengah terjangkit wabah di suatu wilayah juga dilarang
keluar dari wilayahnya tersebut. Tidak lain itu adalah cara untuk ‘mengisolasi’
wabah penyakit agar tidak merembet ke tempat lain.11

Berdasarkan Analisis penulis pada hadis shahih bukhori 5288 dan Q.S Al-
hujurat ayat 6, dan Ali imran ayat 159 tentang musyawarah yaitu
1. Prinsip Musyawah

11
Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/99893/cerita-umar-bin-khattab-menghadapi-wabah-
kolera

11
Dalam Al-Quran prinsip musyawarah sebagai suatu konsep dalam
Nomokrasi Islam . Pertama Surat Al kemasyarakatan diputuskan dengan
musyawarah antara memanivestasikan bahwa setiap persoalan yang menyangkut
dengan masyarakat atau kepentingan umum. Rasulullah selalu mengambil
keputusan setelah bermusyawarah dengan para sahabatnya dan Rasulullah orang
yang banyak melakukan musyawarah karena dasar musyawarah itu perintah
Allah SWT sebagaimana telah disebutkan di atas dalam bermusyawarahlah
engkau (Muhammad) dengan mereka dalam setiap urusan
2. Tujuan Musyawarah
Tujuan musyawarah selain melaksanak perintah wajib bermusyawarah
sebagaimana dua ayat di atas dan dipraktekkan oleh baginda Rasulullah sendiri
yang diikuti para sahabat, dapat dikemukakan tujuannya sebagai berikut:
1) Agar dapat menyalurkan berbagai aspirasi masyarakat sebagai hak mereka
dalam mengeluarkan pendapat masing-masing.
2) Mewadahi masyarakat dalam menyalurkan sharing pendapat, ide atau
gagasan untuk dikonsumsikan untuk kemaslahatan bersama.
3) Hasil keputusan musyawarah untuk kepentingan atau kemslahatan umum.
4) Supaya terhindar lahirnya keputusan penguasa secara sewenang
wenang/absolut.
5) Mendidik semua elemen masyarakat dan berperan serta dalam kehidupan
bernegara/berorganisasi.
6) Menanamkan rasa persaudaraan yang dilandasi keimanan kepada Allah
SWT.
7) Supaya menemukan jalan keluar yang terbaik.
8) Mencegah lahirnya keputusan yang merugikan kepentingan umum/rakyat

Dari kedua kisah tersebut penulis menemukan suatu pokok pikiran


tentang mekanisme musyawarah yakni meeting, discussion, pelaku dan
obyek musyawarah, perdebatan, serta sebuah pertimbangan dan hasil
keputusan termasuk di dalamnya adalah negotiation. Adapun mekanisme
musyawarah masing-masing kedua kisah adalah sebagai berikut:

1. Pertemuan untuk meminta informasi

12
Dalam kasus ketika Khalifah Umar bin Khattab hendak berkunjung
ke wilayah Syam –kini Suriah- yang baru saja jatuh ke tangan umat
Islam. Namun ketika sang khalifah dan rombongan tiba di daerah
Syargh, ada kabar kalau masyarakat Syam tengah menderita penyakit
kolera.

2. Diskusi adalah cara untuk menyelesaikan masalah dan mendapatkan


solusi. Khalifah Umar bin Khattab juga meminta pendapat dari kaum
Anshar dan kaum Muhajirin serta sesepuh Quraisy..

3. Pelaku dan obyek yang dimusyawarahkan. Khalifah Umar bin


Khattab dan rombongan hendak berkunjung ke wilayah Syam –kini
Suriah ada kabar kalau masyarakat Syam tengah menderita penyakit
kolera. untuk menghadapnya guna menyelesaikan persoalan wabah
kolera tersebut. Apakah tetap melanjutkan perjalanan ke Syam meski
ada wabah kolera atau membatalkannya dan kembali ke Madinah.

4. Perdebatan Sebuah perundingan atau musyawarah, pendapat dari


kaum muhajirin kaum ansar dan juga sesepuh quraiys, berpendapat
bahwa sang khalifah harus tetap melanjutkan perjalanan. Sebagian
lainnya mengusulkan agar sang khalifah membatalkannya

Dari kisah pada hadis shahih bukhori nomor 5288, penulis menambah
kesimpulan tentang adanya kesadaran bahwa dalam musyawarah sudah pasti
akan ada perbedaan pendapat atau pro dan kontra. Perbedaan pendapat
menunjukkan bahwa tiap orang memiliki keinginan dan pemikiran yang tidak
sama. Berdasarkan ide moral kisah, penulis menyimpulkan beberapa hal di
antaranya:

1. Pentingnya kerukunan antar saudara.

2. Sikap untuk menghormati orang tua dalam mengambil keputusan

3. Pengaruh orang tua sangat besar

4. Seorang pemimpin bertanggung jawab keselamatan masyarakat atas


kepemimpinannya. Penguasa adalah pelayan bagi rakyatnya.

13
5. Pemimpin mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi
dan kelompok.

6. Pemimpin haruslah tegas dan bijaksana.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tulisan ini menunjukkan bahwa hadis pada dasarnya memiliki kapasitas dan
resources dalam memahami pandemik, sebagaimana yang ditunjukkan dalam kitab
Bażl al-Mā’ūn. Setidaknya hal ini tercermin dalam kesimpulan berikut: pertama,
bahwa, data-data hadis memiliki sudut pandang yang cukup kaya dalam memahami
suatu pandemik; kedua, factor kemunculan pembicaraan mengenai pandemik ini
muncul karena memang dalam sejarahnya, masyarakat muslim memiliki sejarah
yang cukup kelam dengan pandemik, sehingga kemudian hadis ini menjadi petunjuk
dalam melihat dan memahami suatu pandemik.

B. Rekomendasi
Oleh karena musyawarah diwajibkan dalam hal urusan kemaslahatan bersama
dan merupakan prinsip dalam Agama islam, maka marilah kita realisasikan prinsip -
prinsip musyawarah dan kita budayakan dalam hidup bermasyarakat, beragama dan
bernegara.

14
DAFTAR PUSTAKA

Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Katsir ad-Dimasyqi, Terjemah Tafsir


Ibnu Katsir, (Bandung: Sinar Baru al-Gensindo, 2002)
Abdurrahman bin Nashir bin al-Sa'di, Taisir al-Karim al-Rahman fi Tafsir
Kalam al-Mannan (Bairut: Muassasah al-Risalah, 2000), jilid. 1
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka), Tafsir Al-Azhar, juz II
(Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984)
Kementerian Agama, Al-Quran Terjemahan, Tim IT Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an, 2016
Muhaimin, Islam dalam Bingkai Buduaya Lokal;Potret dari Cirebon
(Jakarta : Logos, 2001).
Shomuddin, Pengantar Sosiologi Agama, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2002). Tasmuji, Dkk, Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar,
Ilmu
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002, Cet. I,
vol. VI), QS Al Hujurat ayat 6
Sahudi, Studi Hadis Multikultural. Yogyakarta: Idea Pers, 2020
https://katadata.co.id/hariwidowati/berita/5e9a495e2f6d0/korban-corona-
terus-bertambah-ini-beda-wabah-epidemi-dan-pandemi
https://islam.nu.or.id/post/read/99893/cerita-umar-bin-khattab-
menghadapi-wabah-kolera
https://kbbi.web.id/musyawarah.html

15

You might also like