You are on page 1of 14

Jurnal Litbang:

Media Informasi Penelitian, Pengembangan dan IPTEK


http://ejurnal-litbang.patikab.go.id
Vol. XV No. 2 Desember 2019 Hal 133-146

PERILAKU JAJAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR

SNACKING BEHAVIOUR OF ELEMENTARY SCHOOL STUDENT

Siti Qorrotu Aini


Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pati
Jl. Raya Pati – Kudus Km. 4 Pati. 59163. Jawa Tengah

Naskah Masuk: 2 Oktober 2019 Naskah Revisi: 17 Oktober 2019 Naskah Diterima: 9 November 2019

ABSTRACT
Snacking behavior is very inherent in elementary school pupils. This study aims to describe the behavior of student’s
snacking in elementary schools in the study location. The type of this research is descriptive one. The samples of this re-
search were students of 5th grade. The research used purposive sampling. The number of samples included 68 students.
The data in the research consisted of the habits of children's snacking at school and other habits related to snacking be-
havior. The data were obtained from survey by using questionnaire. The results showed that the majority of students ate
snacks at school. Students had breakfast and they did not bring food to school. The student spends averagely IDR 4,000-
IDR 5,000.00 to buy snacks per day. Some students buy snacks in the cafeteria or vendors around the school. The stu-
dents buy snacks averagely 2 times a day during school breaks. Most students usually washed their hands before eating,
however some students ever get sick after consuming snacks. Almost all elementary school students in the study area buy
snacks even though they are accustomed to have breakfast. Food snacks are also widely bought by students who did not
bring food to school.
Keywords: elementary school student, pocket money, snacks

ABSTRAK
Perilaku jajan sangat melekat pada anak sekolah dasar. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perilaku jajan
siswa di Sekolah Dasar dilokasi studi. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Sampel penelitian ini adalah siswa
kelas 5. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Jumlah sampel sebanyak 68 siswa. Data yang
dikumpulkan meliputi kebiasaan jajan anak di sekolah dan kebiasaan lain yang berhubungan dengan kebiasaan jajan.
Data diperoleh dari hasil pengisian kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mengonsumsi
jajanan di sekolah. Siswa terbiasa mengonsumsi sarapan dan tidak membawa bekal makanan ke sekolah. Rata-rata
siswa menghabiskan uang sebesar Rp4.000,00-Rp5.000,00 per hari untuk membeli makanan jajanan. Sebagian siswa
membeli jajanan di kantin atau penjaja di sekitar sekolah. Rata-rata siswa jajan 2 kali dalam sehari pada waktu
istirahat sekolah. Sebagian besar siswa terbiasa mencuci tangan sebelum makan, meskipun demikian sebagian siswa
pernah sakit setelah mengonsumsi jajanan. Hampir semua Siswa SD di lokasi studi membeli makanan jajanan meskipun
terbiasa makan pagi. Makanan jajanan juga banyak dibeli oleh siswa yang tidak membawa bekal makanan ke sekolah.
Kata kunci: anak sekolah dasar, jajanan, uang saku

PENDAHULUAN Anak sekolah pada umumnya setiap hari


Makanan jajanan yang ditawarkan di menghabiskan sepertiga waktunya di sekolah.
sekolah-sekolah semakin beragam. Perkem- Safriana (2012) menyebutkan bahwa anak
bangan tersebut dapat mendorong kebiasaan sekolah dasar berada selama 4–5 jam di
mengonsumsi makanan jajanan pada anak sekolah oleh karenanya asupan gizinya harus di
sekolah, terutama pada jeda jam istirahat. Kon- perhatikan. Pada kelompok usia 6–12 tahun
disi di lapangan, masih banyak anak yang be- memerlukan energi sebesar 1.500–2.000 kilo-
lum memiliki kebiasaan mengonsumsi jajanan kalori per hari. Kebutuhan energi anak sekolah
sehat (Anto, 2017). dapat diperoleh melalui makanan yang berasal

Email: ainiqurrotu85@gmail.com 133


Perilaku Jajan pada Anak Sekolah Dasar Aini

dari rumah dan juga dari makanan jajanan yang 6 ibu kota provinsi (Jakarta, Serang, Bandung,
dibeli oleh anak-anak karena sebagian waktu Semarang, Yogyakarta dan Surabaya),
mereka berada di sekolah. Ketersediaan jajanan ditemukan 72,08% positif mengandung zat ber-
sehat dan tidak sehat di sekolah berpengaruh bahaya (Rifka, 2015).
terhadap pemilihan makanan jajanan pada Keamanan pangan jajan anak sekolah,
anak. Anak cenderung untuk membeli makanan membutuhkan penanganan serius. Salah satu
jajanan yang tersedia paling dekat dengan bentuk usaha menangani permasalahan ma-
keberadaannya. Oleh sebab itu, jajanan yang kanan yang dikonsumsi oleh siswa di sekolah
sehat seharusnya tersedia baik di rumah, mau- seluruh Indonesia adalah dengan pengawasan
pun di lingkungan sekolah agar akses anak ter- makanan jajanan anak, penyebab dominan ka-
hadap jajanan sehat tetap terjamin (BPOM, sus anak yang keracunan di sekolah adalah ma-
2010). kanan yang dijual oleh pedagang jajanan tidak
Aspek negatif makanan jajanan yaitu bila higeines dalam memenuhi standar kebersihan
dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan dan kesehatan. Lemahnya pengawasan jajanan
terjadinya kelebihan asupan energi. Sebuah berdampak buruk bagi kesehatan siswa, yang
studi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa berdampak tidak baik bagi kesehatan tubuhnya
anak mengonsumsi lebih dari sepertiga kebu- dimasa mendatang (Setyawan, 2014).
tuhan kalori sehari yang berasal dari makanan Pemilihan makanan jajanan merupakan
jajanan jenis fast food dan soft drink, sehingga perwujudan perilaku. Faktor-faktor yang
berkontribusi meningkatkan asupan yang mempengaruhi terbentuknya perilaku berupa
melebihi kebutuhan dan menyebabkan obesitas faktor internal dan eksternal (Notoatmodjo,
(Safriana, 2012). Masalah lain pada makanan 2007). Faktor yang mempengaruhi pemilihan
jajanan berkaitan dengan tingkat keamanannya. makanan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
Penyalahgunaan bahan kimia berbahaya atau faktor terkait makanan, faktor personal berkait-
penambahan bahan tambahan pangan yang ti- an dengan pengambilan keputusan pemilihan
dak tepat oleh produsen pangan merupakan makanan, dan faktor sosial ekonomi (Gusani
contoh rendahnya tingkat pengetahuan pro- dalam Utami & Waladani, 2017).
dusen mengenai keamanan makanan jajanan Maraknya perilaku jajan di kalangan anak
yang diproduksi. Ketidaktahuan produsen menyebar hampir disetiap sekolah dasar, ter-
mengenai penyalahgunaan tersebut dan praktik masuk di sekolah-sekolah dasar di Kabupaten
higiene yang masih rendah merupakan faktor Pati. Berdasarkan observasi dan data di lapang-
utama penyebab masalah keamanan makanan an, beberapa sekolah dasar di Kecamatan Pati
jajanan (BPOM, 2007). Menurut data Kejadian belum terdapat pengaturan mengenai makanan
Luar Biasa (KLB) keracunan pangan yang jajanan yang jelas, terdapat penjaja makanan
dihimpun oleh Direktorat Surveilan dan yang disekitar sekolah, dan penyediaan fasilitas
Penyuluhan Keamanan Pangan-BPOM RI dari kantin sekolah dengan kondisi yang berbeda-
Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia beda. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan
pada tahun 2008–2010 menunjukkan bahwa oleh Aini (2018) menunjukkan bahwa salah
17,26- 25,15% kasus terjadi di lingkungan satu kendala pembinaan keamanan pangan ja-
sekolah dengan kelompok tertinggi siswa jan anak sekolah dasar di Kabupaten Pati ada-
sekolah dasar. Hal ini didukung oleh data KLB lah belum adanya peraturan daerah yang
keracunan pangan BPOM RI yang menunjukan mengatur mengenai makanan jajanan sekolah,
bahwa sebesar 78,57% kejadian tersebut diala- serta kesadaran akan pentingnya keamanan
mi oleh kelompok anak sekolah dasar. Bahan pangan pada siswa, guru/kepala sekolah, dan
Tambahan Pangan (BTP) dalam jajan sekolah penjaja makanan. Hasil penelitian yang di-
telah melebihi batas aman serta cemaran lakukan Kustriyani dkk. (2016) di Madrasah
mikrobiologi. Berdasarkan pengambilan sampel Ibtidaiyah (MI) Almukmin Prawoto mem-
pangan jajanan anak sekolah yang dilakukan di berikan gambaran perilaku sebagian besar
134
Jurnal Litbang Vol. XV No. 2 Bulan Desember 2019 Hal 133-146

berada dalam kategori guided respon, artinya buahan segar dan sayuran yang dijual di luar
mayoritas anak dalam memilih jajanan sehat wewenang daerah pasar untuk konsumsi lang-
masih membutuhkan panduan atau pedoman. sung (WHO, 2015). Istilah makanan jajanan ti-
Salah satu sekolah di Kecamatan Pati dak jauh berbeda dari istilah junk food, fast
yang terletak di pusat kota dan terdapat banyak food, dan street food karena istilah tersebut
penjaja makanan di sekitar sekolah, disamping merupakan bagian dari istilah makanan jajanan
juga sudah mengelola kantin di sekolah yaitu (Aprillia, 2011). Peraturan Pemerintah RI No.
SDN Pati Kidul. Pertanyaan penelitian yang 28 Tahun 2004 mendefinisikan pangan siap saji
muncul adalah bagaimana perilaku jajan anak sebagai makanan dan/atau minuman yang su-
sekolah dasar?. Penelitian ini bertujuan untuk dah diolah dan siap untuk langsung disajikan di
menggambarkan perilaku jajan anak-anak tempat usaha atau diluar tempat usaha atas
sekolah dasar di lokasi penelitian. dasar pesanan. Pangan jajanan sangat banyak
dijumpai di lingkungan sekitar sekolah dan
TINJAUAN PUSTAKA umumnya rutin dikonsumsi oleh sebagian be-
Anak Sekolah Dasar sar anak sekolah (Sukarniati, 2011).
Makanan jajanan sudah menjadi kebia-
Anak sekolah menurut definisi WHO saan bagi masyarakat. Menurut Muhilal dalam
(World Health Organization) yaitu golongan Febry (2006) makanan jajanan juga berfungsi
anak yang berusia antara 7–15 tahun, untuk di antara lain sebagai sarapan pagi; selingan yang
Indonesia lazimnya anak yang berusia 7–12 dimakan di antara waktu makan makanan uta-
tahun. Gunarsa (2008) menyebutkan masa ma; fungsi sosial ekonomi yang penting, dalam
anak usia sekolah adalah masa tenang atau ma- arti pengembangan usaha makanan jajanan
sa laten dimana apa yang telah terjadi dan dapat meningkatkan status sosial ekonomi
dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan pedagang makanan jajanan; sebagai makan
berlangsung terus untuk masa-masa selanjut- siang terutama bagi mereka yang tidak sempat
nya. Tahap usia ini disebut juga sebagai usia makan siang di rumah; dan sebagai
kelompok, dimana anak mulai mengalihkan penyumbang zat gizi dalam menu sehari-hari
perhatian dan hubungan lekat dalam keluarga, terutama bagi mereka yang berada dalam masa
kerjasama antar teman dan sikap-sikap ter- pertumbuhan.
hadap kerja atau belajar. Ada 2 jenis makanan jajanan di Indonesia
Salah satu tugas perkembangan anak usia yaitu makanan jajanan tradisional dan ma-
sekolah yaitu belajar memperoleh kebebasan kanan jajanan non tradisional (Febry, 2006).
yang bersifat pribadi (bersifat mandiri). Tugas Pangan jajanan memiliki jenis yang sangat ba-
perkembangan pada masa ini adalah untuk nyak dan sangat bervariasi dalam bentuk, rasa,
membentuk pribadi yang otonom, tanpa ter- dan harga. Nuraida dkk. (2011) dalam bukunya
gantung pada orang lain dalam mengambil atau menyatakan bahwa pangan jajanan anak dibagi
memilih keputusan yang menyangkut dirinya, menjadi empat kelompok, yaitu:
maupun peristiwa lain dalam kehidupannya 1) Makanan sepinggan merupakan kelompok
termasuk dalam hal memilih jajanan makanan utama yang dapat disiapkan di
(Havighurst dalam Hurlock, 2011). rumah terlebih dahulu atau disiapkan di
kantin, seperti gado-gado, nasi uduk, sio-
Makanan Jajanan
may, mie ayam, lontong sayur dan lain-lain.
Makanan jajanan adalah makanan dan 2) Makanan camilan adalah makanan yang
minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh dikonsumsi diantara dua waktu makan,
pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat- terdiri dari: a) makanan camilan basah yai-
tempat keramaian umum lain yang langsung tu pisang goreng, lumpia, lemper, risoles
dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan dan lain-lain; b) makanan camilan kering
atau persiapan lebih lanjut. Ini mencakup buah- yaitu produk ekstruksi (brondong), keripik,

135
Perilaku Jajan pada Anak Sekolah Dasar Aini

biskuit, kue kering dan lain-lain. adalah: 1) menghindari jajanan yang dijual di
3) Minuman, kelompok minuman yang bi- tempat terbuka, kotor dan tercemar, tanpa pe-
asanya dijual di kantin: (a) air putih, baik nutup, dan tanpa kemasan; 2) memilih dan
dalam kemasan maupun yang disiapkan membeli hanya jajanan pangan yang dijual di
sendiri; (b) minuman ringan, dalam kema- tempat bersih dan terlindung dari matahari,
san misalnya teh, minuman sari buah, mi- debu, hujan, angin dan asap kendaraan bermo-
numan berkarbonisasi dan lain-lain, atau tor; 3) memilih tempat yang bebas dari serang-
yang disiapkan sendiri oleh kantin misalnya ga dan sampah; 4) menghindari pangan yang
es sirup dan teh; dan (c) minuman campur, dibungkus dengan kertas bekas atau koran; 5)
seperti es buah, es campur, es cendol, es membeli pangan yang dikemas dengan kertas,
doger dan lain-lain. plastik atau kemasan lain yang bersih dan
4) Buah merupakan salah satu jenis makanan aman; dan 6) menghindari pangan yang
sumber vitamin dan mineral yang penting mengandung bahan pangan sintetis berlebihan
untuk anak usia sekolah. Buah-buahan atau bahan tambahan pangan terlarang dan
sebaiknya dikonsumsi setiap hari, berbahaya (Zein, 2010). Memilih adalah sebuah
buahbuahan dapat dijual dalam bentuk: (a) gambaran perilaku seseorang dalam mengam-
utuh, misalnya pisang, jambu, jeruk dan lain bil keputusan (Aprillia & Dieny, 2011).
-lain; (b) kupas dan potong, misalnya pepa- Faktor yang mempengaruhi pemilihan
ya, nanas, melon, mangga dan lain-lain. makanan dibagi menjadi tiga faktor yaitu faktor
terkait makanan, faktor personal berkaitan
Perilaku Jajan
dengan pengambilan keputusan pemilihan ma-
Perilaku adalah cara seseorang untuk ber- kanan, dan faktor sosial ekonomi. Anak telah
tindak. Perilaku dalam Kamus Besar Bahasa memiliki urutan atribut produk yang penting
Indonesia (KBBI) (2019) merupakan tanggapan dalam pembelian makanan. Atribut-atribut ter-
atau reaksi individu terhadap rangsangan atau sebut adalah rasa, harga, merek, dan promosi
lingkungan. Menurut Maulana (2009) perilaku (Triwijayati, Armanu & Solimun, 2011).
merupakan hasil dari pengalaman dan proses Proses keputusan pembelian, konsumen
interaksi dengan lingkungan yang terwujud da- melewati lima tahap untuk mendapatkan kepu-
lam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. tusan memilih, yaitu pengenalan kebutuhan,
Moehji dalam Safriana (2012) pencarian informasi, evaluasi alternatif, kepu-
mengemukakan anak-anak usia sekolah sudah tusan pembelian dan perilaku pasca pembelian
cenderung dapat memilih makanan yang (Kotler & Kelller, 2013). Beberapa kebutuhan
disukai dan mana yang tidak. Pemilihan ma- yang bersifat biogenis yaitu kebutuhan yang
kanan didefinisikan sebagai kekuatan kemauan muncul dari tekanan biologis seperti rasa lapar,
seseorang untuk mengendalikan makanan yang haus dan tidak nyaman. Kebutuhan lain yang
dikonsumsinya (Gibney, 2009). Anak-anak bersifat psikogenis yaitu kebutuhan yang mun-
mempunyai sifat yang berubah-ubah terhadap cul dari tekanan psikologis seperti kebutuhan
makanan. Seringkali anak memilih makanan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa
yang salah terlebih lagi jika tidak dibimbing keanggotaan kelompok. Khususnya pada anak
oleh orang tuanya. Selain itu anak lebih sering usia 9–12 tahun yang telah menempati tahap
menghabiskan waktu diluar rumah sehingga perkembangan kognitif operasional konkret
anak lebih sering menemukan aneka jajanan dimana anak telah menggunakan logika yang
baik yang dijual disekitar sekolah, lingkungan memadai dan dapat menarik kesimpulan dari
bermain ataupun pemberian teman. Anak usia informasi yang ada (Kozier, 2010). Anak dapat
sekolah dasar selalu ingin mencoba makanan mengambil keputusan antara lain pada saat dan
yang baru dikenalnya. Terdapat beberapa cara pada apa yang mereka inginkan untuk dimakan
untuk memilih jajanan yang sehat, diantaranya (Triwijayati, Armanu & Solimun, 2011).

136
Jurnal Litbang Vol. XV No. 2 Bulan Desember 2019 Hal 133-146

Susanto dalam Febry (2006) mengamati HASIL DAN PEMBAHASAN


alasan mengapa anak-anak sekolah senang
Gambaran Umum Responden
mengonsumsi makanan jajanan dan
menemukan jawaban, diantaranya: 1) anak Responden penelitian berjumlah 68 siswa.
sekolah tidak sempat makan pagi di rumah, Responden dikelompokkan berdasarkan jenis
keadaan ini berkaitan dengan kesibukan ibu kelamin, usia, status pekerjaan ibu, dan pen-
yang tidak sempat menyediakan makan pagi didikan ibu. Data responden secara rinci
ataupun karena jarak sekolah yang jauh dari disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan tabel ter-
rumah atau mereka tergesa-gesa berangkat ke sebut, diketahui bahwa perbandingan jumlah
sekolah; 2) anak tidak punya nafsu makan/ siswa laki-laki dan perempuan tidak jauh ber-
lebih suka jajanan daripada makanan di rumah; beda yaitu 36 (52,9%) siswa laki-laki dan 32
3) alasan psikologis pada anak, jika anak tidak (47,1%) siswa perempuan.
jajan di sekolah, anak ini merasa tidak punya Tabel 1.
kawan dan merasa malu; 4) anak biasanya Karakteristik Responden
mendapatkan uang saku dari orang tua yang
dapat digunakan untuk membeli makanan ja- Karakteristik Jumlah %
janan; dan 5) walaupun di rumah sudah makan Jenis Kelamin
tetapi tambahan makanan dari jajan tetap Laki-laki 36 52,9
masih diperlukan oleh karena kegiatan fisik di Perempuan 47,1
32
sekolah yang memerlukan tambahan energi.
Jumlah 68 100
METODE PENELITIAN Usia

Penelitian ini merupakan jenis penelitian 9 tahun 1 1,5


studi kasus dengan pendekatan deskriptif 10 tahun 43 63,2
kuantitatif. Penelitian dilakukan di SDN Pati 11 tahun 26,5
18
Kidul pada bulan Juni–September 2017. Popu-
12 tahun 2 2,9
lasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
13 tahun 1 1,5
SDN Pati Kidul. Sampel penelitian ini adalah
siswa kelas 5 SDN Pati Kidul. Alasan pemilihan Tidak menjawab 3 4,4
siswa kelas 5 adalah siswa kelas 5 dianggap te- Jumlah 68 100
lah mengenal lingkungan sekolahnya cukup la- Status Pekerjaan Ibu
ma dan dapat menjawab pertanyaan yang
Ibu tidak bekerja 26 38,2
diberikan, serta tidak dalam persiapan ujian.
Pengambilan sampel dilakukan dengan purpo- Ibu bekerja 41 60,3
sive sampling. Besar sampel sebanyak 68 siswa. Tidak menjawab 1 1,5
Data yang dikumpulkan berupa data primer Jumlah 68 100
dengan kuesioner dan data sekunder yang ber- Pendidikan Ibu
asal dari literatur dan dokumen yang terkait.
SD/Sederajat 4 5,9
Pengolahan data dan analisis dilakukan dengan
menggunakan program Statistical Package for SMP/sederajat 11 16,2
Social Science (SPSS) 16 for Windows. Analisis SMA/sederajat 28 41,2
univariat dilakukan dengan memasukkan data D3/S1/S2 23,5
16
dalam tabel distribusi frekuensi untuk
Tidak menjawab 9 13,2
mendeskripsikan data yang diperoleh berupa
Jumlah 68 100
distribusi dan persentase.

137
Perilaku Jajan pada Anak Sekolah Dasar Aini

Pada Tabel 1 juga dijelaskan mengenai yang dilakukan pada anak sekolah di Pondok
rentang usia responden, yaitu antara 9 tahun Labu yang menyatakan bahwa kebiasaan sara-
sampai dengan 13 tahun. Sebagian besar pan dipengaruhi oleh ketersediaan sarapan
(63,2%) responden berusia 10 tahun dan yang juga dipengaruhi oleh pekerjaan ibu
26,5% berusia 11 tahun. Pekerjaan ibu res- (Ristina & Siska, 2009). Ibu yang tidak bekerja
ponden dibedakan menjadi ibu bekerja dan ibu cenderung memiliki waktu yang banyak untuk
tidak bekerja. Sebagian besar (60,3%) ibu res- menyiapkan sarapan dibandingkan dengan ibu
ponden merupakan ibu bekerja dan sisanya yang bekerja di pagi hari. Ibu yang bekerja di
sebesar 38,2% tidak bekerja. Jenis pekerjaan pagi hari cenderung tidak sempat menyiapkan
ibu bermacam-macam, seperti PNS, wiraswasta, sarapan untuk anak di pagi hari sehingga akan
guru, karyawan swasta, pedagang dan lain se- mempengaruhi kebiasaan sarapan anak. Hasil
bagainya. penelitian ini menunjukkan hampir seluruh res-
Berdasarkan latar belakang pendidikan, ponden terbiasa sarapan sebelum berangkat ke
ibu responden memiliki latar belakang pendi- sekolah, meskipun sebagian besar responden
dikan formal yang cukup. Hal ini dapat dilihat mempunyai ibu yang bekerja (60,3%). Hal ini
dari sebagian besar ibu responden menempuh menunjukan bahwa kesadaran ibu bekerja akan
pendidikan jenjang SMA/Sederajat (41,2%), pentingnya sarapan pagi bagi anak sekolah
sedangkan ibu berpendidikan tingkat SD/ masih tinggi meskipun pada Ibu bekerja. Hal ini
Sederajat hanya 5,9%. Pendidikan formal ibu bisa di pengaruhi faktor pendidikan ibu yang
responden yang terendah adalah SD/Sederajat sebagian besar adalah lulusan SMA/Sederajat
dan jenjang tertinggi adalah jenjang perguruan (41,3%) sampai dengan perguruan tinggi (D3/
tinggi D3/S1/S2 (23,5%). S1/S2) (23,5%). Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan pada mahasiswa di
Kebiasaan Sarapan
pelayanan kesehatan mahasiswa (SHS/Student
Sarapan merupakan aktifitas makan di Health Service), subjek dengan orang tua yang
pagi hari yang dibutuhkan oleh manusia. kurang berpendidikan lebih beresiko untuk ti-
Manfaat sarapan diantaranya dapat me- dak sarapan dibandingkan dengan orang tua
nyumbang sekitar 15–30% kebutuhan gizi per yang berpendidikan tinggi (Quigley dalam
hari, menjadi faktor penting dalam pengaturan Gemily dkk., 2015). Hasil penelitian Gemily dkk.
energi, memelihara ketahanan fisik, dan (2015) menyatakan bahwa responden dengan
meningkatkan produktivitas kerja (Hardinsyah pendidikan terakhir ibu sekolah menengah
& Aries, 2012). Kebiasaan sarapan bagi anak lebih sering sarapan.
sekolah dasar perlu diperhatikan untuk menye- Sebanyak 61 responden (89,7%) selalu
diakan energi bagi tubuh dan agar anak lebih sarapan dalam seminggu. Hasil ini lebih tinggi
mudah menerima pelajaran (Aprilia & Dieny, dari penelitian sebelumnya di SDN Taman
2011). Pekunden Semarang dimana 71,2% responden
Peran orang tua terutama ibu, paling ber- selalu sarapan setiap pagi (Aprilia & Dieny,
pengaruh terhadap pembentukan kebiasaan 2011). Hal ini menunjukkan terjadinya pening-
makan anak-anak di dalam rumah (Handayani katan kesadaran orang tua akan pentingnya
dalam Aprilia & Dieny, 2011). Hasil penelitian sarapan pagi bagi anak sekolah. Peningkatan
yang dilakukan oleh Mustika & Wahini (2015) serupa juga terjadi di SDN Kalibeji 2 Sempor
menyatakan bahwa status pekerjaan ibu dapat dimana 98,7% responden sarapan sebelum
berpengaruh pada baik atau buruknya pola berangkat ke sekolah (Utami & Waladani,
asuh makan yang diberikan ibu kepada anak- 2017). Sebagian besar responden selalu sara-
nya. Hasil penelitian Gemily, Aruben, & Suyatno, pan dalam seminggu dengan susunan menu
(2015) menunjukkan adanya hubungan yang dari yang paling sederhana (nasi goreng)
bermakna antara pekerjaan ibu dengan kebia- sampai susunan menu lengkap yang terdiri dari
saan sarapan, sejalan dengan hasil penelitian makanan pokok, lauk, sayur, buah, dan susu.

138
Jurnal Litbang Vol. XV No. 2 Bulan Desember 2019 Hal 133-146

Semakin lengkap dan bervariasi makanan Sebagian besar responden (73,5%) tidak
yang dikonsumsi, semakin lengkap juga zat-zat membawa bekal ke sekolah. Kondisi ini hampir
gizi yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Ma- sama dengan hasil penelitian Putra & Subagio
kanan pokok yang biasa dikonsumsi untuk (2009) bahwa 61,5% responden tidak memba-
sarapan diantaranya nasi putih, nasi goreng, wa bekal ke sekolah. Hal ini berbeda dengan
mie dan roti. Lauk yang biasa dikonsumsi dian- hasil penelitian sebelumnya pada siswa SDN
taranya daging ayam, telur, ikan, sosis, nugget, Taman Pekunden Semarang bahwa Frekuensi
tahu, dan tempe. Sayur yang biasa dikonsumsi membawa bekal sebagian besar termasuk da-
diantaranya sayur tumis dan sup. Sebagian res- lam kategori kadang-kadang (1-3 kali/minggu)
ponden melengkapi sarapan berupa buah dan (69,9%) (Aprilia & Dieny, 2011). Salah satu
minuman berupa air putih, teh atau susu. Hasil alasan responden tidak membawa bekal ma-
penelitian Hardinsyah & Aries (2012) menya- kanan adalah karena membawa uang saku
takan bahwa sarapan yang baik adalah sarapan sebanyak 26,5% responden. Makanan jajanan
yang terdiri dari pangan karbohidrat, pangan lebih banyak dikonsumsi oleh anak sekolah
lauk-pauk, sayuran atau buah-buahan dan mi- yang tidak membawa bekal dari rumah (Suci,
numan. 2009). Alasan lain responden tidak membawa
bekal makanan adalah karena terburu-buru,
Kebiasaan Membawa Bekal Makanan
orang tua sibuk, tidak suka dibawakan ma-
Maraknya penggunaan zat kimia berba- kanan, dan sudah sarapan dirumah.
haya dalam makanan jajanan, seperti pewarna,
Kebiasaan Menerima Uang Saku
penyedap rasa, hingga pengawet perlu di-
waspadai. Salah satu cara agar anak terhindar Pemberian uang saku mempengaruhi ke-
dari makanan jajanan tersebut adalah dengan biasaan jajan pada anak sekolah. Jumlah uang
membawa makanan bekal dari rumah. Susunan saku yang lebih besar membuat anak sekolah
bekal makanan yang paling banyak dibawa oleh sering mengonsumsi makanan jajanan yang
responden terdiri dari makanan pokok, sayur, mereka sukai tanpa menghiraukan kandungan
dan lauk. Makanan pokok yang biasa dikonsum- gizinya. Mereka memiliki kebebasan untuk
si yaitu nasi putih dan roti. Lauk yang biasa memilih sendiri makanannya dan cenderung
dikonsumsi diantaranya telur, ikan, daging, membeli makanan yang menarik tanpa mem-
ayam. Sayur yang biasa dikonsumsi adalah perhatikan apakah makanan tersebut bergizi
sayur sup. Kebiasaan membawa bekal makanan seimbang atau tidak. Pemilihan makanan yang
tersaji pada Tabel 2. salah pada akhirnya dapat mempengaruhi sta-
tus gizi anak (Rosyidah & Andrias, 2015). Be-
Tabel 2.
Kebiasaan Membawa Bekal Makanan berapa penelitian menunjukkan rata-rata besar
uang saku anak sekolah dasar di Jawa cukup
Kebiasaan Jumlah %
beragam, antara lain Rp 7.715,58 pada siswa SD
Bekal 18 26,5
Hj Isriati di Semarang (Putra & Subagio, 2009),
Tidak Bekal 50 73,5
Rp500,00–Rp10.000,00 di SDN Taman
68 100
Alasan tidak membawa bekal
Pekunden Semarang (Aprilia & Dieny, 2011),
Terburu-buru 10 14,7 Rp2.175,00 pada siswa SD di Kota Batu
Orang tua sibuk 5 7,4 (Kristianto dkk., 2013).
Membawa uang saku 18 26,5 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Tidak suka 6 8,8 hampir seluruh responden menerima uang sa-
Sudah sarapan di rumah 5 7,4 ku dari orang tua. Sebanyak 67 responden
Tidak menjawab 6 8,8 (98,5%) menerima uang saku setiap harinya.
50 100 Sebanyak 53,73% responden memperoleh uang

139
Perilaku Jajan pada Anak Sekolah Dasar Aini

saku dari ibu. Sumber uang saku lainnya dari Besarnya uang saku memungkinkan anak
ayah atau nenek. Bahkan beberapa responden untuk membeli jajan lebih sering dan memilih
memperoleh uang saku lebih dari 1 sumber, jajan sesuai dengan yang mereka sukai tanpa
misalnya ayah dan ibu, ayah dan nenek, atau memperhatikan aspek kesehatan. Semakin be-
ibu dan nenek. Besarnya nominal uang saku
sar uang saku, maka kecenderungan anak
yang diterima bervariasi antara Rp2.000,00–
Rp10.000,00. Sebanyak 39,7% responden mempunyai frekuensi jajan yang besar
menerima uang saku Rp4.000,00–Rp5.000,00 (Safriana, 2012). Kebiasaan menerima uang
per hari. Hasil penelitian di SDN Kalibeji 2 Sem- saku disajikan pada Tabel 3. Responden menya-
por Kebumen tahun 2017 menunjukkan bahwa takan bahwa uang saku tidak seluruhnya di-
51,3% anak memiliki besaran uang saku lebih pergunakan untuk membeli makanan jajanan.
dari Rp5.000 per hari (Utami & Waladani, Sebagian dari uang saku dipergunakan oleh res-
2017). ponden untuk berbagai keperluan, diantaranya
Tabel 3. dipergunakan untuk menabung.
Kebiasaan Menerima Uang Saku
Kebiasaan Jajan Makanan di Sekolah
Kebiasaan Uang Saku Jumlah %
Pada dasarnya anak sekolah dasar me-
Menerima uang saku 67 98,5 nyukai jajanan di bandingkan dengan makanan
Tidak menerima 0 0 berat. Mereka menghabiskan uang sakunya un-
Tidak menjawab 1 1,5 tuk membeli makanan di kantin dan pedagang
68 100 kaki lima di sekitar sekolah (Setiawan, 2010).
Frekuensi
Kebiasaan jajan makanan di sekolah tidak sela-
Setiap hari 64 94,1
lu disebabkan karena siswa belum sarapan/
Tidak setiap hari 1 1,5
tidak membawa bekal dari rumah. Hal ini ber-
Tidak menjawab 3 4,4 dasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
68 100
hampir seluruh responden (98,5%) mempunyai
Sumber uang saku
kebiasaan membeli makanan jajanan di sekolah
Ibu 36 53,73
setiap harinya, dengan frekuensi terbanyak dua
Ayah 12 17,65
kali dalam sehari (58,8%).
Nenek 2 2,94
Hasil serupa ditunjukkan di SD Hj Isriyati
Ibu dan ayah 7 10,30
Semarang tahun 2009 bahwa hampir seluruh
Ayah dan nenek 2 2,94
responden (98,7%) mempunyai kebiasaan jajan
Ibu dan nenek 2 2,94
membeli makanan jajanan disekolah, dengan
Tidak menjawab 6 8,82
frekuensi 2 kali dalam sehari (Putra & Subagio,
67 100
Jumlah 2009). Hasil penelitian lain yang serupa yang
Rp2.000,00-3.000,00 3 4,4 dilakukan oleh Utami & Waladani (2017)
menunjukkan sebesar 97,4% responden jajan
Rp4.000,00-5.000,00 27 39,7
setiap harinya. Menurut Susanto (1986) dalam
Rp6.000,00-7000,00 11 16,2
Lebih dari Rp8.000,00-10.000 17 25,0 Safriana (2012), banyak alasan yang melatarbe-
Tidak menjawab 10 14,7 lakangi kebiasaan jajanan anak sekolah dian-
68 100 taranya adalah faktor psikologis anak melihat
Peruntukan temanya jajan, faktor kebutuhan biologis anak
Sebagian untuk jajan, 54 79,4 yang perlu dipenuhi, walaupun di rumah sudah
sebagian di tabung makan. Besarnya uang saku yang digunakan
Jajan makanan semua 9 13,2 untuk membeli makanan jajanan oleh respon-
Ditabung semua 1 1,5 den dalam seharinya bervariasi. Hal ini terkait
Tidak menjawab 4 5,9 kondisi sosial ekonomi masing-masing keluarga
68 100 yang sangat beragam.

140
Jurnal Litbang Vol. XV No. 2 Bulan Desember 2019 Hal 133-146

Tabel 4. Sebagian responden membeli makanan jajanan


Kebiasaan Jajan di Sekolah karena rasanya yang enak (63,2%). Hasil
Kebiasaan Jajan di Sekolah Jumlah % penelitian serupa yang dilakukan oleh Suci
Ya. 67 98,5 (2009) tentang pemilihan jajanan terkait rasa
Tidak menjawab 1 1,5 menyatakan bahwa 84% responden anak mem-
68 100 beli jajanan karena enak rasanya. Anak sekolah
Frekuensi
dasar menganggap rasa lebih penting daripada
Satu kali 14 20,6
Dua kali 40 58,8 kandungan gizi dalam membeli jajanan (Iklima,
Tiga kali 9 13,2 2017). Hal ini membutuhkan perhatian lebih
Tidak menjawab 5 7,3 lanjut karena rasa enak untuk anak sekolah
68 100 dapat dijadikan alasan penjaja makanan untuk
Waktu Jajan
memberi bumbu penyedap makanan, agar ma-
Istirahat 42 61,8
Pulang 1 1,5 kanan yang dijajakan laku tanpa memper-
Istirahat dan Pulang 23 33,8 hatikan faktor kesehatan. Salah satu bumbu
Tidak menjawab 2 2,9 penyedap makanan adalah MSG. Peranan MSG
68 100 (monosodium glutamate) dalam membangkit-
Tempat Jajan
kan cita rasa adalah menstimulasi reseptor cita
Kantin/Warung Sekolah 51 75
Pedagang diluar sekolah 1 1,5 rasa pada sel pengecap yang terdapat di per-
Kantin dan pedagang 9 12,3 mukaan lidah manusia.
diluar sekolah Pada penelitian ini juga diketahui bahwa
Tidak menjawab 7 10,3 sebanyak 75% responden membeli makanan
68 100
Alasan Jajan jajanan di kantin sekolah. Hasil penelitian yang
Rasa enak (gurih, manis, 43 63,2 serupa juga ditunjukkan pada SD Hj Isriyati
pedas) bahwa 93,5% responden membeli makanan
Aroma sedap 7 10,3
jajan di kantin sekolah (Putra & Subagio, 2009).
Kenyal 5 7,4
Ada hadiah 1 1,5 Kantin atau warung sekolah mempunyai peran
Kemasan/bungkusnya 1 1,5 penting sebagai salah satu tempat untuk jajan
bagus anak sekolah. Ada kantin sekolah yang menye-
Tidak ada jajan lain 3 4,4
diakan makanan sehat dan bergizi, namun ada
Bergizi 3 4,4
Bersih dan sehat 1 1,5 juga yang belum layak. Selain itu, sebagian res-
Lainnya 2 2,9 ponden juga membeli makanan jajanan di luar
Tidak menjawab 2 2,9 sekolah.
68 100
Makanan Jajanan
Sebanyak 61,8% responden membeli ma-
Makanan jajanan yang biasa dikonsumsi
kanan jajanan pada saat jam istirahat sekolah,
siswa adalah sebagai berikut: (1) makanan
dengan alasan bahwa makanan jajanan tersebut
mengenyangkan, contohnya: mie, nasi goreng,
enak untuk dinikmati setelah mengikuti be-
dan lain-lain; (2) makanan ringan, contohnya:
berapa jam mata pelajaran di kelas. Penelitian
Putra & Subagio (2009) juga memberikan hasil chiki, sosis goreng, wafer, permen, dan lain-lain;
yang sama bahwa sebanyak 92,2% responden dan (3) minuman, contohnya: es teh manis, es
di SD Hj Isriyati tahun 2009 membeli makanan jeruk, teh kemasan, susu, sirup, dan lain-lain.
pada saat jam istirahat. Selain jam istirahat, res- Makanan yang biasanya dibeli bervariasi, mulai
ponden juga memanfaatkan waktu ketika pu- dari es, makanan dalam kemasan, hingga ma-
lang untuk membeli jajan yang kedua atau keti- kanan yang diolah di tempat oleh penjual jajan.
ga kalinya. Sebagian besar anak sekolah menyukai ma-
Sebagian besar anak sekolah menyukai kanan jajanan dalam bentuk camilan (snack),
makanan jajanan dalam bentuk camilan (snack). seperti yang ditampilkan pada Tabel 5.

141
Perilaku Jajan pada Anak Sekolah Dasar Aini

Tabel 5. diperhatikan. Kemasan plastik dari bahan po-


Kebiasaan Jajan di Sekolah lietilen (PE) dan polipropilen (PP) diketahui
Makanan Jajanan Sekolah Jumlah % tidak berbahaya. Plastik PE umumnya
Jenis makanan/minuman berwarna bening, baik lemas atau kaku seperti
Minuman es 14 20,6 plastik kemasan air mineral (gelas dan botol).
Bakso/Siomay 13 19,1 Sedangkan yang berbahaya adalah plastik
Sosis 8 11,8
polistirena (PS) dan polivinil klorida (PVC). PS
Jelly dan agar-agar 2 2,9
Makanan ringan kemasan 4 5,9 yang berbentuk styrofoam (gabus putih seperti
Nasi goring 3 4,4 untuk pembungkus peralatan elektronik)
Bakso dan sosis 1 1,5 sekarang banyak digunakan untuk pembungkus
Bakso dan makanan ringan 1 1,5
Sosis dan jelly 1 1,5 produk fastfood. Perlu diwaspadai kemung-
Gorengan 3 4,4 kinan terjadinya migrasi monomer stirena ke
Nasi 10 14,7 dalam pangan yang dapat menimbulkan risiko
Eskrim 1 1,5 kesehatan jangka panjang, seperti gangguan
Lainnya 7 10,3
68 100 saraf pusat dan kanker. Plastik yang mengan-
Bahan Kemasan dung PVC adalah plastik yang bening dan kaku,
Kemasan dari pabrik 36 52,9 plastik wrapper yang sangat tipis yang biasanya
Plastik 23 33,8 digunakan untuk mengemas sayur dan buah
Gelas 1 1,5
(BPOM, 2008).
Mika 1 1,5
Mangkok/piring 2 2,9 Kebiasaan Makan dan Informasi Berkaitan
Daun 1 1,5
Tidak menjawab 4 5,9
dengan Jajanan
68 100 Pada penelitian ini, sebagian responden
Pelengkap (saus merah,cabe 18 26,5 kadang-kadang mencuci tangan, dan sebagian
bubuk, kecap)
Tidak menggunakan 47 69,1 besar sudah terbiasa mencuci tangan sebelum
Kadang-kadang 2 2,9 mengkonsumsi makanan jajanan. Sebagian be-
Tidak menjawab 1 1,5 sar responden mengkonsumsi makanan jajanan
68 100 menggunakan tangan langsung (57,4%). Kebia-
saan mencuci tangan merupakan bagian dari
Sebagian besar responden memilih ja- higiene perseorangan agar makanan tidak
janan kemasan pabrik (52,9%), seperti chiki, tercemar. Mikroorganisme yang hidup di tubuh
wafer, permen, biskuit, choki-choki, dan lain- manusia dapat menyebabkan penyakit yang
lain. Makanan jajanan kemasan pabrik belum ditularkan melalui makanan (foodborne illness)
tentu aman dari segi bahan tambahan pangan seperti diare dan tifus. Kejadian foodborne il-
yang digunakan. Penelitian Eritrina (2008) di ness di Indonesia cukup besar. Pada penelitian
SD Negeri Banyumanik 01/02 dan SD Srondol ini, sebanyak 50% responden mengaku pernah
02 Semarang menunjukkan bahwa tidak se- sakit setelah mengonsumsi makanan jajanan.
luruh makanan jajanan pabrik mencantumkan Gejala yang pernah dirasakan oleh sebagian
dengan benar jenis zat pewarna yang responden adalah sakit perut (26,9%), gejala
digunakan sesuai label. Adapun zat pewarna lain diantaranya adalah pusing dan muntah
sintetis yang boleh digunakan dan diizinkan meskipun dalam jumlah yang relatif sedikit.
menurut Permenkes RI No.722/Menkes/Per/ Sebanyak 94,1% responden pernah mendapat
IX/1988 yaitu sunset yellow, brilliant blue, pon- Informasi mengenai jajanan sehat, yaitu
ceau 4R, tartrazine, chocolate anato, chocolate sebanyak 26,5% responden mendapatkan in-
brown, eritrosin, anato, carmoisin. Penyajian formasi dari lainnya dan guru (25%). Hal ini
makanan jajanan menggunakan plastik perlu disajikan lengkap pada Tabel 6.

142
Jurnal Litbang Vol. XV No. 2 Bulan Desember 2019 Hal 133-146

Tabel 6. sekolah. Sebagian besar siswa membeli ma-


Kebiasaan Makan dan Informasi kanan jajanan yang dijual di kantin sekolah dari
Seputar Jajanan pada sekitar sekolah. Siswa menerima uang sa-
Kebiasaan Makan Jumlah % ku sebagian besar antara Rp2.000,00–
Cara makan Rp.5.000,00. Sebagian uang saku untuk mem-
Tangan langsung 39 57,4 beli makanan jajanan dan sebagian ditabung.
Sendok 19 27,9 Siswa membeli jajanan dua kali dalam sehari,
Membungkus tangan 5 7,4
dengan plastik pada waktu istirahat. Siswa sudah terbiasa
lainnya 3 4,4 mencuci tangan sebelum makan, meskipun
Tidak menjawab 2 2,9 demikian sebagian Siswa pernah sakit setelah
68 100 mengonsumsi jajanan, dengan gejala sakit pe-
Cuci tangan
ya 46 67,6
rut.
kadang 19 27,9 Saran
tidak 2 2,9
Tidak menjawab 1 1,5 Peran orang tua siswa, dengan mendidik
68 100 anaknya dalam memberikan arahan dan infor-
Kejadian sakit setelah
makan jajan
masi terkait memilih makanan jajanan yang
Tidak menjawab 1 1,5 sehat dan aman, serta membawakan bekal
Tidak pernah sakit 33 48,5 sehat dari rumah. Peran sekolah, yaitu kepala
Pernah sakit 34 50 sekolah dan guru, juga dapat membantu menga-
68 100
tasi masalah makanan jajan anak sekolah
Gejala sakit
Muntah 2 3 dengan cara memberikan arahan kepada anak
Sakit perut 18 26,9 didiknya dalam memilih makanan jajanan serta
Pusing 8 11,9 penjaja makanan baik di kantin maupun di seki-
Mual dan sakit perut 1 1,5
tar sekolahan. Pihak pemerintah melalui dinas
Muntah dan pusing 1 1,5
Tidak menjawab 1 1,5 terkait untuk melakukan pembinaan dan
34 100 pengawasan terhadap kemanan jajan anak
Informasi sekolah.
Tidak menjawab 1 1,5
Tidak dapat 3 4,4 DAFTAR PUSTAKA
Dapat 64 94,1
68 100 Aini, S. Q. (2018). Peran Pemerintah Daerah da-
Sumber Informasi lam Pembinaan Keamanan Jajan Pangan
Orang tua 5 7,4 Anak Sekolah Dasar. Jurnal Litbang: Me-
Guru 17 25
dia Informasi Penelitian, Pengembangan,
Televisi 12 17,6
Membaca 5 7,4 dan IPTEK, XIV(2), 119-130.
Orangtua dan guru 1 1,5 Anto, Sudarman, S., Yetti, E. R., & Manggabarani,
Guru dan televise 1 1,5 S. (2017). The Effect of Counseling to
Lainnya 18 26,5
Tidak menjawab 8 11,8 Modification the Lifestyle on Prevention
of Obesity in Adolescents. Jurnal
KESIMPULAN DAN SARAN Kesehatan Masyarakat, 7(2).

Kesimpulan Aprillia, B. A., & Dieny, F. F. (2011). Faktor yang


Berhubungan dengan Pemilihan Makanan
Siswa sekolah dasar membeli makanan Jajanan pada Anak Sekolah Dasar
jajanan meskipun terbiasa mengkonsumsi sara- (Skripsi). Semarang: Program Studi Ilmu
pan. Makanan jajanan banyak dibeli oleh siswa Gizi Fakultas Kedokteran Universitas
yang tidak membawa bekal makanan ke Diponegoro Semarang.

143
Perilaku Jajan pada Anak Sekolah Dasar Aini

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Kristianto, Y., Bastianus, D. R., & Annasari, M.
Indonesia. (2007). Jajanan Anak sekolah. (2013). Faktor Determinan Pemilihan
Sistem Keamanan Pangan Terpadu. Makanan Jajanan pada Siswa Sekolah Da-
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik sar. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat
Indonesia. (2008). Kemasan polistirena Nasional, 7(11), 489-494.
foam (styrofoam). Jakarta: BPOM RI Kustriyani, M., Widyaningsih, T. S., & Prasetyo,
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik A. (2016). Hubungan Peer Group Support
Indonesia (BPOM). (2010). Jajanan Anak dengan Perilaku Memilih Jajanan Sehat
sekolah. Sistem Keamanan Pangan pada Anak Usia Sekolah di Madrasah
Terpadu. Diakses September 2019. Ibtidaiyah (MI) Al Mukmin Prawoto Kota
http://www.pom.go.id/ Pati. Prosiding Implementasi Penelitian
pada Pengabdian Menuju Masyarakat
Eritrina, E. E. (2008). Studi Jenis Zat Pewarna
Mandiri Berkemajuan. Semarang: Univer-
pada Makanan Jajanan Anak Sekolah di
sitas Muhammadiyah Semarang 25 Feb-
SDN Banyumanik 01/02 dan SD Srondol
ruari 2017.
02 A.B.C.D Kecamatan Banyumanik, Sema-
rang (Skripsi). Semarang: Fakultas Maulana, H. D. J. (2009). Promosi Kesehatan.
Kesehatan Masyarakat Universitas Jakarta: EGC.
Diponegoro. Mustika, T. D., & Wahini, M. (2015). Pola Asuh
Febry, F. (2006). Penentuan Kombinasi Ma- Makan antara Ibu Bekerja dan Tidak
kanan Jajanan Tradisional Harapan untuk Bekerja dan Faktor yang Mempengaruhi
Memenuhi Kecukupan Energi dan Protein Status Gizi Anak Usia Sekolah Dasar.
Anak Sekolah Dasar di Kota Palembang Jurnal Tata Boga, 4(1), 162-166.
(Tesis). Semarang: Universitas Diponego- Notoatmodjo, S. (2007). Prinsip-Prinsip Dasar
ro. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Gemily, S. C., Aruben, R., & Suyatno. (2015). Rineka Cipta.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Nuraida, L., dkk. (2011). Pedoman Menuju
Kebiasaan dan Kualitas Sarapan Siswa Kantin Sehat. Jakarta: Dirjen Pendas Ke-
Kelas V di SDN Sendangmulyo 04 Keca- mendiknas.
matan Tembalang, Semarang Tahun
2015. JKM: Jurnal Kesehatan Masyarakat Putra, A. E., & Subagio, H. W. (2010). Gambaran
(e-Journal), 3(3), 246-256. Kebiasaan Jajan Siswa di Sekolah (Skripsi,
Universitas Diponegoro, Semarang). Di-
Gunarsa, S. D . (2008). Psikologi Perkembangan
akses tanggal 12 Agustus 2019. http://
Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
eprints.undip.ac.id/24807/
Hardinsyah, & Aries, M. (2012). Jenis Pangan
Rifka, T. (2015). Hubungan Pengetahuan dan
Sarapan dan Perannya dalam Asupan Gizi
Sikap Mengenai Jajanan Aman Dengan
Harian Anak Usia 6-12 Tahun di Indone-
Perilaku Memilih Makanan Jajanan Pada
sia. Jurnal Gizi dan Pangan, 7(2), 89-96.
Siswa Kelas V SD Negeri Cipayung
Hurlock, E. B. (2011). Psikologi Perkembangan: (Skripsi). Depok: Universitas Indonesia.
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Ke-
Ristiana, & Siska M. (2009). Hubungan Penge-
hidupan. Jakarta : Erlangga.
tahuan, Sikap, Tindakan Sarapan dengan
Kotler, P., & Keller, K. L. (2013). Manajemen Status Gizi dan Indeks Prestasi Anak
Pemasaran. Jakarta: PT. Indeks. Sekolah Dasar di SD Negeri No. 101835
Kozier, Erb, Berman, & Snyder. (2010). Buku Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun
Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, 2009 (Skripsi). Medan: Universitas Su-
Proses & Praktik. Jakarta: EGC. matera Utara.

144
Jurnal Litbang Vol. XV No. 2 Bulan Desember 2019 Hal 133-146

Rosyidah, Z., & Andrias, D. R. (2015). Hubungan Triwijayati, A, Armanu, D. H. W, & Solimun.
antara Jumlah Uang Saku, Kebiasaan (2011). Kompetensi Anak dalam
Sarapan, dan Pola Konsumsi Makanan Mengambil Keputusan Konsumsi Serta
Jajanan dengan Status Gizi Lebih Anak Regulasi dan Pemberdayaan Konsumen
Sekolah Dasar. Media Gizi Indonesia, 10 Anak dalam Mengkonsumsi Makanan Ja-
(1), 1-6. janan. Jurnal, 10(2), 318-328. Diakses
Safriana. (2012). Perilaku memilih jajanan pada tanggal 12 Agustus 2019. http://
siswa sekolah dasar di SDN Garot Kecama- jurnaljam.ub.ac.id/index.php/jam/
tan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar article/view/423.
(Skripsi). Jakarta: FKM UI. Utami, W., & Waladani, B. (2018). Pengenalan
Setyawan, T. (2014). Satu Persepsi Pengawasan Jajanan Sehat dan Jajanan Berbahaya di
Jajanan Makanan Sehat di Sekolah. Di- SDN 2 Kalibeji Kecamatan Sempor. Prosi-
akses tanggal 5 September 2019. http:// ding URECOL. Purwokerto: Universitas
www.kpai.go.id/artikel/sat u-persepsi- Muhammadiyah Purwokerto.
pengawasan-jajananmakanan-sehat-di- Zein, U. 2010. Ilmu Kesehatan Umum. Medan:
sekolah/.
Katalog Dalam Terbitan (KDT).
Suci, E. S. T. (2009). Gambaran Perilaku Jajan
Murid Sekolah Dasar di Jakarta. BIODATA PENULIS
Psikobuana, 1(1):29-38.
Siti Qorrotu Aini, lahir pada tanggal 5 Agustus
Sukarniati. (2011). Gambaran Kualitas Minu- 1985 di Kabupaten Pati. Sarjana Psikologi dari
man Jajanan di SD Kompleks Sudirman Universitas Diponegoro Semarang. Bekerja di
Kota Makassar 2011 (Skripsi). Makassar: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Ka-
FIK UIN Alauddin. bupaten Pati sebagai Peneliti Muda.

145
Perilaku Jajan pada Anak Sekolah Dasar Aini

146

You might also like