Professional Documents
Culture Documents
(Changing the Behaviour Street Food Consumption for School Children at Elementary School
Klurak Candi Sidoarjo by Health Education)
Nur Aini
Dosen Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UMM, email: aini_anindya@yahoo.com
ABSTRACT
Introduction: The harmful substances are increasingly consumed to food. Low level of safety food for
school children (PJAS) remains a critical issue. Survey BPOM (centre for food and drug
administration), 45 % PJAS not eligible because contain harmful chemicals. The biggest group
which poisoned PJAS are elementary school students. The purpose of study was to analyze differences
behaviour street food consumption by health education. Method: Quasy experimental research by
randomized pre-test post-test control group design. The population were 60 students, while a sample
was 30 students for each group. Independent variable was health education; dependent variables
were behaviour street food consumption. Intervention given 3 times. Data collected by questionnaires
and observation. Data was analyzed by Mann Whitney and Chi Square with α=0.05. Result :
Treatment group have good knowledge were 28 children (93,3%); positive attitude 18 children (60
%); good practice 26 children (87 %), and statistical analysis was significant. Discussion: Health
education can improve behaviour street food consumption, includes changes of knowledge, attitude
and practice. Some advice for schools and parent are to lead student eating snacks healthy foods and
to stimulate UKS (health effort school), therefore program PHBS (clean and healthy lifestyle) and
PJAS can be achieved.
Key words: Health education, behaviour street food consumption, school children.
ABSTRAK
diutamakan di banyak negara, karena penyakit bagi anak-anak yang mengalami masalah
ini dianggap bukan penyakit yang serius. kesehatan akibat perilaku jajan tidak sehat.
Bahkan, sering kali kasus ini tidak dilaporkan. Berdasarkan latar belakang di atas
Penyakit ini biasanya bersifat toksik maupun maka peneliti ingin mengadakan penelitian
infeksius , disebabkan oleh agen-agen penyakit tentang pengaruh penyuluhan kesehatan
yang masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi terhadap perilaku jajan sembarangan pada
makanan yang terkontaminasi (WHO, 2005). siswa SD di SDN Klurak Candi Sidoarjo.
Sebetulnya pemerintah sudah melarang Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
pemakaian bahan kimia berbahaya. Namun perbedaan perilaku jajan (pengetahuan, sikap
pada kenyataannya, bahan kimia itu masih saja dan praktik) antara siswa yang diberikan
dipakai oleh para pedagang makanan. Upaya penyuluhan dan tidak diberikan penyuluhan.
yang dilakukan BPOM tersebut, hanya
dianggap gertakan oleh para pedagang, karena Metode
BPOM hanya mengeluarkan undang-undang Jenis penelitian yang digunakan adalah
dan aturan. Tetapi BPOM tidak melakukan quasy experimental design dengan
tindakan tegas seperti memberi sanksi tegas menggunakan rancangan “randomized pre-test
bagi pedagang yang masih menggunakan post-test control group design”, karena
boraks dan formalin, bahkan badan ini masih penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kurang gencar dalam melakukan razia. perbedaan pengetahuan, sikap dan praktik
Pemerintah telah mengembangkan siswa sebelum dan sesudah pemberian
program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat penyuluhan kesehatan. Populasi pada penelitian
(PHBS) untuk mencapai Indonesia sehat 2010, ini adalah siswa SDN Klurak Candi Sidoarjo
di antara indikator PHBS di institusi kelas 5 sejumlah 60. Teknik sampling yang
pendidikan secara nasional ialah mengonsumsi digunakan adalah total sampling. Pembagian
jajanan sehat dari kantin sekolah. BPOM juga kelompok perlakuan dan kontrol dilakukan
telah mencanangkan “Gerakan Menuju PJAS secara randomisasi dengan jumlah sampel
yang aman, bermutu, dan bergizi”. masing-masing 30 orang. Penelitian dilakukan
Pencanangan ini mendapat dukungan dari pada bulan Nopember 2013.
Wakil Presiden Boediono dan telah dilakukan Variabel independen dalam penelitian
bertepatan dengan hari ulang tahun ke-10 ini adalah penyuluhan kesehatan, sedangkan
BPOM. Aksi Nasional Gerakan Menuju PJAS variabel dependen dalam penelitian ini adalah
aman, bermutu dan bergizi antara lain meliputi perilaku jajan sembarangan (pengetahuan,
promosi keamanan pangan melalui komunikasi, sikap dan praktik). Penelitian dilakukan selama
penyebaran informasi, dan edukasi bagi 3 minggu dengan pemberian penyuluhan
komunitas sekolah termasuk guru, siswa, sebanyak 3 kali dan post test dilakukan 2
orangtua siswa, pengelola kantin sekolah, dan minggu setelah pemberian intervensi. Hal ini
penjaja PJAS. Langkah lainnya adalah sesuai dengan penelitian Beth Lewis
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (California), bahwa langkah-langkah untuk
dalam pengolahan dan penyajian PJAS yang merubah perilaku dapat dilakukan dalam waktu
benar, peningkatan pengawasan keamanan 2-6 minggu (Lewis, B. 2000). Instrumen
pangan yang dilaksanakan secara mandiri oleh penelitian yang digunakan adalah kuisioner dan
komunitas sekolah, dan pemberdayaan lembar observasi.
masyarakat termasuk penerapan sanksi sosial Analisis data pada variabel
(social enforcemen) (BPOM RI, 2009). pengetahuan dilakukan dengan uji mann
Merubah perilaku jajanan sehat anak whitney karena skalanya ordinal dan
memang tidaklah mudah. Membutuhkan membandingkan nilai/mean 2 kelompok.
kerjasama dari berbagai pihak seperti orang tua, Sedangkan variabel sikap dan praktik dianalisis
sekolah, masyarakat penjual jajanan dan dengan uji chi square karena berskala nominal
pemerintah. Perawat juga memegang peranan dan uji ini membandingkan nilai/mean 2
penting melalui program UKS (usaha kesehatan kelompok dengan tingkat kemaknaan α < 0,05.
sekolah). Perawat dapat berperan sebagai
educator, counselor dan advokat (pembela) Hasil
dengan cara memberikan penyuluhan atau Penilaian perilaku jajan pada siswa
konseling kepada siswa sekolah tentang dilihat dari komponen pengetahuan, sikap dan
perilaku jajan sehat dan juga sebagai advokat
praktik. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel Tabel 4.Tabulasi Silang Sikap dan Praktik
berikut : Posttest Kelompok Perlakuan di SDN
Klurak Candi Sidoarjo Nopember 2013
Tabel 1. Pengetahuan Responden Tentang Jajan Jajan di luar Jajan di Jumlah
Sembarangan di SDN Klurak Candi kantin Kantin
Sidoarjo Nopember 2013 Negatif 0 10 (100 %) 10 (100 %)
Penge Perlakuan Kontrol Sig Positif 4 (20 %) 16 (80 %) 20 (100 %)
tahuan pre post pre post (p) Jumlah 4 (13,3 %) 26 (86,7 %) 30 (100 %)
Baik 0 28 0 9 0.00
(93,3%) (30%)
Sedang 0 2 0 17 Pembahasan
(6,7%) (56,7%)
Kurang 30 0 30 4 Pengetahuan seluruh responden
(100%) (100%) (13,3%) kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
pada saat pretest adalah kurang (tabel 1)
Pengetahuan tentang jajan sehat pada terutama pada hal manfaat makanan jajanan,
saat pre, untuk kedua kelompok adalah kurang contoh jajanan yang bergizi, dan bahaya
30 orang (100%), dan pada saat post test ada makanan tidak sehat untuk kesehatan. Setelah
peningkatan pengetahuan pada kedua diberikan penyuluhan pengetahuan siswa
kelompok. Namun hasil uji statistik meningkat, hal ini mungkin disebabkan karena
menunjukkan perbedaan pengetahuan pada intervensi yang diberikan tidak hanya sekedar
kedua kelompok adalah signifikan. memberikan tulisan atau selebaran, tapi peneliti
Tabel 2. Sikap Responden Tentang Jajan juga memberikan contoh atau eksperimen dan
Sembarangan di SDN Klurak Candi gambar - gambar yang mungkin anak dapat
Sidoarjo Nopember 2013 cepat menerima informasi.
Sikap Perlakuan Kontrol Sig Pengetahuan terjadi setelah orang
pre post pre post (p) melakukan penginderaan terhadap suatu objek
Positif 14 18 20 16 0,00
(47%) (60%) (67%) (53%)
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
Negatif 16 12 10 14 indera manusia, yakni indera penglihatan,
(53%) (40%) (33%) (47%) pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Perubahan pengetahuan pada seseorang bisa
Sikap pre yang terbanyak pada terjadi akibat pemberian
kelompok perlakuan adalah negatif 16 orang pendidikan/penyuluhan kesehatan, karena
(53 %), sedangkan pada kelompok kontrol pendidikan kesehatan adalah pengalaman
adalah positif 20 orang (67%). Setelah belajar yang bertujuan untuk mempengaruhi
pemberian intervensi pada kelompok perlakuan pengetahuan, sikap dan perilaku yang ada
menunjukkan ada perubahan sikap positif hubungannya dengan kesehatan perseorangan
setelah perlakuan, sedangkan nilai sikap post ataupun kelompok (Machfoedz, 2007 ;
test pada kelompok kontrol justru mengalami Notoatmodjo, 2007).
penurunan. Namun hasil uji statistik tidak Demikian pula diungkapkan oleh
menunjukkan perbedaan yang bermakna. Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007)
bahwa sebagian besar pengetahuan manusia
Tabel 3. Praktik Responden Tentang Jajan
diperoleh melalui mata dan telinga, sehingga
Sembarangan di SDN Klurak Candi
Sidoarjo Nopember 2013 tidak cukup sekedar memberitahu saja tapi
Praktik Perlakuan Kontrol Sig anak juga harus melihat. Selain itu, bahwa
pre post pre post (p) lingkungan termasuk di dalamnya adalah
Baik (Jajan 14 26 9 10 0,00 keluarga, sekolah, dan masyarakat juga turut
di kantin) (47%) (87%) (30%) (33%)
Tidak baik 16 4 21 20
berpengaruh terhadap perkembangan
(Jajan di (53%) (13%) (70%) (67%) pembawaan dan kehidupan manusia.
luar kantin) Meskipun kedua kelompok responden
telah mendapat informasi tentang jajan
Hasil penelitian pada kedua kelompok sembarangan tetapi informasi itu tidak dapat
menunjukkan ada perubahan praktik/tindakan diaplikasikan oleh siswa karena orang tua
tentang perilaku jajan anak, yaitu yang hanya sekedar memberi tahu tapi tidak
sebelumnya banyak jajan di luar kantin memberi penjelasan alasan tidak boleh jajan
sekarang mereka lebih banyak jajan di kantin sembarangan sehingga siswa tidak bisa
sekolah. mempraktikannya. Peningkatan pengetahuan
pada kelompok kontrol kemungkinan terjadi (fisiologis, pendidikan, psikologis dan motif).
karena siswa mencari info atau bertanya kepada Oleh karena karena sikap seseorang tidaklah
kelompok perlakuan dan guru kelas. Tetapi tetap, tapi bisa berubah-ubah.
setelah diteliti ternyata mayoritas kelompok Sedangkan praktik tentang jajan
kontrol mendapat informasi sebelumnya dari sembarangan (tabel 3) menunjukkan saat
guru kelas dan teman. dilakukan pretest siswa banyak yang jajan di
Sikap responden kelompok perlakuan luar kantin/di luar sekolah, karena jajanan yang
pada saat pretest cenderung bersikap negatif dijual di luar kantin bervariasi dan jenis
(tabel 2), terutama dalam hal jenis jajanan yang makanan yang mereka suka. Namun siswa
warna-warni, jajan di luar kantin, membawa mungkin tidak menyadari bahwa jajan di luar
bekal makanan, dan konsumsi jajanan yang sekolah belum tentu higienis karena lokasi
sehat. Setelah dilakukan penyuluhan sikap jualan di pinggir jalan raya sehingga makanan
siswa terus meningkat dan sangat merespon terkena debu dan asap kendaraan. Setelah
dengan baik walaupun secara uji statistik dilakukan penyuluhan terjadi perubahan
peningkatan nilai post test tidak bermakna. signfikan, hampir keseluruhan responden jajan
Bahkan tidak hanya siswa, guru kelas juga di kantin, hal ini mungkin terjadi karena
antusias sekali. Saat diberikan eksperimen dan peneliti memberikan masukan informasi untuk
tampilan video, siswa terkesan. Awalnya siswa mengajak siswa agar mau mengkonsumsi jajan
hanya menerima, kemudian merespon dan di kantin daripada di luar kantin yang sudah
bertanya lalu mereka saling menyalahkan disediakan oleh sekolah. Peningkatan jumlah
dengan teman-temannya karena biasanya jajan siswa yang jajan di kantin pada kelompok
seenaknya. perlakuan kemungkinan karena adanya
Sedangkan kelompok kontrol intervensi yang diberikan. Meskipun masih ada
mayoritas bersikap positif, namun pada saat siswa yang jajan di luar kantin namun
dilakukan posttest responden cenderung setidaknya siswa telah diarahkan pada tindakan
menurun dan bersikap negatif. Terjadi yang benar yaitu dengan mengarahkan untuk
penurunan nilai pada kelompok kontrol jajan di kantin.
kemungkinan terjadi karena kelompok kontrol Lawrence Green (1980)
tidak diberi intervensi untuk merubah mengemukakan, perubahan perilaku terjadi
perilakunya, sehingga siswa tidak memiliki secara terencana dan menetap melalui kerangka
informasi dan teladan untuk ditiru. Berdasarkan perubahan dimensinya, yaitu mulai dari
dalam penelitian Borba (2010) juga perubahan pengetahuan sebagai immediate
mengungkapkan perilaku baik dipelajari dari impact, upaya mengubah sikap sebagai
apa yang mereka melihat, karena itu beri intermediate impact dan kemudian upaya
contoh anak yang baik agar mereka juga merubah tindakan sebagai long term impact.
melakukan dengan benar. Setiap tahap mempunyai pengaruh terhadap
Sikap merupakan reaksi atau respons perubahan berikutnya, dan setiap tahap
yang masih tertutup dari seseorang terhadap memerlukan strategi komunikasi yang khusus.
suatu stimulus atau objek. Dalam teori S-O-R Berdasarkan (tabel 4) dapat dilihat
apabila stimulus telah mendapat perhatian dari bahwa siswa yang memiliki sikap positif belum
organisme (diterima) maka ia mengerti dan tentu memiliki praktik yang baik. Hal ini
setelah itu organisme mengolah stimulus disebabkan karena sikap belum tentu terwujud
tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk dalam tindakan. Menurut Notoatmojo (2007)
bertindak untuk stimulus yang telah suatu sikap belum terwujud dalam suatu
diterimanya (bersikap) (Suliha, 2001). Hasil tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan
penelitian sesuai dengan teori di atas, bahwa sikap menjadi suatu perbuatan nyata atau
dengan pengetahuan yang baik maka dapat praktik diperlukan faktor pendukung atau suatu
merubah sikap yang positif. kondisi yang memungkinkan, contohnya seperti
Menurut Sunaryo (2004), sikap tidak meningkatkan pengetahuan. Menurut WHO
dibawa sejak lahir tetapi dapat dipelajari dan dalam Notoatmojo (2007) memberikan
dibentuk berdasarkan pengalaman individu informasi-informasi tentang cara mencapai
sepanjang perkembangan selama hidupnya. hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara
Pembentukan sikap dipengaruhi oleh faktor menghindari penyakit akan meningkatkan
eksternal (pengalaman, situasi, norma, pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut.
hambatan dan pendorong) dan internal Selanjutnya dengan pengetahuan-pengetahuan
itu akan menyebabkan orang berperilaku sesuai kesehatan sekolah) sehingga program PHBS
dengan pengetahuan yang dimilikinya. (perilaku hidup bersih dan sehat) dan gerakan
Hal ini sesuai dengan pendapat PJAS (keamanan pangan jajanan anak sekolah)
Notoatmojo (2007) bahwa perubahan perilaku bisa tercapai.
dapat terjadi melalui perubahan KAP (kognitif-
afektif-psikomotor) atau pengetahuan sikap dan Referensi
praktik, namun beberapa hasil penelitian Ardiantofani, C. 2013. Jajanan Sekolah
menunjukkan perubahan perilaku tidak selalu Mengandung Bahan Berbahaya.
terjadi seperti urutan ini. Akan tetapi perubahan http://surabayanews.co.id/2014/07/27/33
perilaku yang didasari oleh pengetahuan, 21/jajanan-sekolah-mengandung-bahan-
kesadaran dan sikap yang positif akan bersifat berbahaya.html. Sitasi 14 Januari 2013.
langgeng (long lasting) daripada yang tidak Borba, M. Sepuluh Terbukti Prinsip yang Akan
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran. Mengubah Perilaku Buruk. 2013.
Demikian pula menurut psikologi www.galtimeparenting.com. Sitasi 18
pendidikan, terbentuknya pola perilaku baru Pebruari 2013.
dan berkembangnya kemampuan seseorang BPOM RI. 2009. Sistem Keamanan Pangan
terjadi melalui tahapan tertentu, yang dimulai Terpadu Pangan Jajanan Anak Sekolah.
dari pembentukan pengetahuan kemudian sikap Jurnal Food Watch. Vol 1.
sampai dimilikinya keterampilan baru atau pola Guntoro, H. 2010. Tiga puluh % Jajanan
perilaku baru. Lebih jauh Bloom (1976) Mengandung Bahan Berbahaya http :
mengemukakan bahwa aspek perilaku yang //sinarharapan.co.id. Sitasi 04 Maret
dikembangkan dalam proses pendidikan 2013.
meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah Kompasiana. 2013. Jajanan Berbahaya di
afektif dan ranah psikomotor. Dari uraian di Sekolah : BPOM Jangan Hanya Bisa
atas dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia Berwacana.
secara operasional dapat dikelompokkan http://kesehatan.kompasiana.com/medis/
menjadi tiga macam, yaitu perilaku dalam 2013/10/07/jajanan-berbahaya-di-
bentuk pengetahuan, bentuk sikap, dan bentuk sekolah-bpom-jangan-hanya-bisa-
tindakan nyata atau perbuatan. Ketiga bentuk berwacana-598410.html. Sitasi 14
perilaku itu dikembangkan berdasarkan tahapan Januari 2013.
tertentu yang dimulai dari pembentukan Lewis, B. 2000. Create Contract, Classroom
pengetahuan (ranah kognitif), sikap (ranah Management.
afektif), dan keterampilan (psikomotor), yang www.k6educators.about.com. Sitasi 13
dalam proses pendidikan kesehatan menjadi Maret 2013.
pola perilaku baru (Suliha dkk, 2001). Machfoedz, I. 2007. Pendidikan Kesehatan
Bagian dari Promosi Kesehatan.
Kesimpulan Yogyakarta: Fitramaya.
Pemberian pendidikan kesehatan dapat Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan &
memperbaiki perilaku siswa dalam jajan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
sembarangan. Perubahan perilaku meliputi Sari, I.P. 2010. Perilaku Jajan Sembarang,
perubahan pada pengetahuan, sikap dan praktik Sumatera: Universitas Sumatera Utara.
tentang jajan sembarangan pada siswa. Jurnal Universitas Sumatera Utara. Vol.4
Pendidikan kesehatan difokuskan pada ketiga : 8-16.
komponen ini karena perubahan perilaku yang Suliha U, Herawani, Sumiati Y dan Resnayati.
dilandasi pengetahuan dan kesadaran akan 2007. Pendidikan Kesehatan Dalam
bersifat lebih langgeng daripada yang tidak. Keperawatan. Jakarta: EGC.
Promosi tentang perilaku jajanan sehat Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan.
dan keamanan pangan harus diberikan kepada Jakarta : ECG.
semua pihak meliputi guru, pedagang yang WHO. 2005. Penyakit Bawaan Makanan :
berjualan di sekolah dan orang tua. Anak harus Suatu Permasalahan Kesehatah dan
diarahkan dan dijelaskan alasan mengapa jajan Ekonomi Global.
sembarangan tidak baik, agar anak dapat whqlibdoc.who.int/publications/2005/979
mengaplikasikannya dengan baik. Sekolah juga 4487074. Sitasi 04 Maret 2013.
perlu menggiatkan kembali UKS (usaha