You are on page 1of 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/348841911

TELAAH KOMPREHENSIF DIABETES MELITUS: KLASIFIKASI, GEJALA,


DIAGNOSIS, PENCEGAHAN, DAN PENGOBATAN: A Comprehensive Review of
Diabetes Mellitus: Classification, Symptoms, Diagnosis,...

Article in Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) · January 2021


DOI: 10.29122/jbbi.v7i2.4209

CITATIONS READS

7 3,364

1 author:

Dudi Hardianto
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
30 PUBLICATIONS 43 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Dudi Hardianto on 01 January 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


VOLUME 7 NOMOR 2 DESEMBER 2020 ISSN 2548 – 611X

JURNAL
BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA

Homepage Jurnal: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI

TELAAH KOMPREHENSIF DIABETES MELITUS:


KLASIFIKASI, GEJALA, DIAGNOSIS, PENCEGAHAN,
DAN PENGOBATAN

A Comprehensive Review of Diabetes Mellitus:


Classification, Symptoms, Diagnosis, Prevention, and Treatment
Dudi Hardianto
Pusat Teknologi Farmasi dan Medika, BPPT, Gedung LAPTIAB 610-612 Kawasan Puspiptek,
Tangerang Selatan, Banten 15314
*Email: dudi.hardianto@bppt.go.id

ABSTRACT
Diabetes mellitus is a metabolic disorder characterized by hyperglycemia. In general, diabetes
is classified into type 1 diabetes mellitus (T1DM), type 2 diabetes mellitus (T2DM), gestational,
and other specific diabetes. The causes of diabetes are genetic disorders and environmental.
Common symptoms of diabetes include: polydipsia, polyphagia, glycosuria, polyuria,
dehydration, fatigue, weight loss, reduced vision, cramps, constipation, and candida infection.
Test for diagnosis of diabetes include: fasting plasma glucose test, plasma glucose test after
2 hours of 75 g oral glucose administration, the glycated hemoglobin test (HbA1C), and
random blood glucose test. Prevention of T1DM is still difficult because of the limited
knowledge of metabolic, genetic, and immunological processes in the development of T1DM.
T2DM is prevented by lifestyle and medical intervention. Insulin is the only drug for T1DM,
whereas T2DM is treated with metformin as drug’s primary choice for reducing blood glucose
levels.

Keywords: diabetes mellitus, classification, symptoms, diagnosis, treatment

ABSTRAK
Diabetes melitus merupakan penyakit kelainan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia. Secara umum, diabetes diklasifikasikan menjadi: diabetes melitus tipe 1
(DMT1), diabetes melitus tipe 2 (DMT2), gestasional, dan diabetes spesifik lain. Penyebab
diabetes adalah kelainan genetik dan lingkungan. Gejala umum diabetes antara lain:
polidipsia, polifagia, glikosuria, poliuria, dehidrasi, kelelahan, penurunan berat badan, daya
penglihatan berkurang, kram, konstipasi, dan infeksi candida. Pemeriksaaan untuk diagnosis
diabetes meliputi: pemeriksaan glukosa plasma saat puasa, pemeriksaan glukosa plasma
setelah 2 jam pemberian glukosa oral 75 g, pemeriksaan hemoglobin terglikasi (HbA1C), dan
pemeriksaan glukosa darah acak. Pencegahan DMT1 masih sulit karena terbatasnya
pengetahuan proses metabolisme, genetik, dan imunologi pada perkembangan DMT1. DMT2
dicegah dengan intervensi gaya hidup dan intervensi medis. Insulin merupakan satu-satunya
obat untuk DMT1, sedangkan DMT2 diobati dengan metformin sebagai pilihan utama dan non
obat untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah.

Kata Kunci: diabetes melitus, diagnosis, gejala, klasifikasi, pengobatan

Received: 12 August 2020 Accepted: 30 November 2020 Published: 14 January 2021

304
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 7 No 2 Thn 2020

PENDAHULUAN glukosa darah berada di antara normal dan


diabetes. Ciri-ciri pradiabetes mempunyai
Diabetes melitus (DM) atau diabetes kadar glukosa puasa (6,1 – 6,9 mmol/L),
merupakan penyakit kelainan metabolisme kadar glukosa toleransi (7,8 – 11,0 mmol/L),
yang ditandai dengan hiperglikemia (kadar dan kadar hemoglobin terglikasi atau
glukosa yang tinggi dalam darah) karena hemoglobin yang berikatan dengan glukosa
kekurangan insulin, resistensi insulin atau (HbA1C) 6,0 – 6,4% (Punthakee et al. 2018).
keduanya (Piero et al. 2014, Harikumar et al. Penderita pradiabetes dapat menjadi
2015, Kharroubi dan Darwish 2015, diabetes tetapi sebagian besar akan kembali
Punthakee et al. 2018). Insulin adalah normal. Penderita pradiabetes meningkatkan
hormon yang diproduksi oleh sel β pankreas risiko menderita penyakit kardiovaskular dan
untuk mengontrol glukosa darah melalui gangguan pada sistem saraf (Bergman et al.
pengaturan penggunaan dan penyimpanan 2012, Chaudhury et al. 2017). Individu yang
glukosa (Gupta et al. 2015, Asmat et al. didiagnosis gangguan glukosa puasa dan
2016). Penyebab utama kekurangan insulin gangguan toleransi glukosa memiliki risiko
karena adanya kerusakan pada sel β yang lebih tinggi menderita diabetes dan
pankreas, yaitu sel yang berfungsi untuk kardiovaskular dibandingkan individu dengan
memproduksi insulin (Baynest 2015, Asmat gangguan glukosa puasa atau gangguan
et al. 2016). Selain itu DM dapat juga toleransi glukosa saja. Di Amerika Serikat,
disebabkan oleh resistensi insulin. Resistensi penderita pradiabetes mencapai 86 juta.
insulin adalah berkurangnya kemampuan Negara lain yang mempunyai penderita
insulin untuk merangsang penggunaan pradiabetes tertinggi adalah Kuwait (17,9%),
glukosa atau turunnya respons sel target, Qatar (17,1%), Uni Emirat Arab (16,6%), dan
seperti otot, jaringan, dan hati terhadap kadar Bahrain (16,3%) (Kharroubi dan Darwish
insulin fisiologis (Baynest 2015, Gupta et al. 2015, Chaudhury et al. 2017, Punthakee et al.
2015, Asmat et al. 2016). Penyakit ini 2018), sedangkan prediksi negara-negara
diketahui sudah ada sejak lama dan sudah dengan jumlah penderita DM terbanyak di
dilaporkan dalam manuskrip Mesir sekitar dunia pada tahun 2030 adalah India (79,4
1500 SM (Allen dan Gupta 2019). juta), Tiongkok (42,3 juta), Amerika Serikat
DM merupakan penyakit yang (30,3 juta), Indonesia (21,3 juta), Pakistan
berbahaya, karena dalam jangka waktu lama (13,9 juta), Brazil (11,3 juta), Banglades (11,1
dapat menyebabkan kerusakan jaringan, juta), Jepang (8,9 juta), Filipina (7,8 juta), dan
organ, disfungsi mata, ginjal, sistem saraf, Mesir (6,7 juta) (Baynest 2015).
dan pembuluh darah (Piero et al. 2014, Pradiabetes dan DMT2 merupakan
Harikumar et al. 2015, Asmat et al. 2016). manifestasi dari gangguan metabolit yang
Prevalensi diabetes terus meningkat ditandai dengan obesitas, hipertensi, dan
sehingga berdampak pada kehidupan dan dislipidemia. Penderita gangguan metabolit
kesejahteraan individu, keluarga, dan kebanyakan menderita diabetes tetapi
masyarakat di seluruh dunia. DM termasuk kadang tanpa menderita diabetes.
10 besar penyakit penyebab kematian pada Pengenalan lebih awal penderita pradiabetes
orang dewasa. Pada tahun 2017, penting agar individu tersebut merubah gaya
pengeluaran biaya kesehatan secara global hidup dan diberi terapi yang tepat sehingga
untuk diabetes mencapai USD 727 milyar mengurangi risiko terjadinya diabetes.
(Duan et al. 2014, Wu et al. 2014, Saeedi et Definisi dari gangguan atau sindrom
al. 2019). metabolit adalah terdapatnya 3 atau lebih
Penderita diabetes meningkatkan risiko abnormalitas dari kriteria berikut: (1) lingkar
terjadinya penyakit lain seperti jantung, pinggang, (2) total gliserida, (3) kadar
gangguan sistem kardiovaskular, obesitas, kolesterol, (4) tekanan darah, (5) kadar
katarak, gangguan ereksi, penyakit hati, glukosa puasa (Bergman et al. 2012,
kanker, dan penyakit infeksi (Mane et al. Punthakee et al. 2018).
2012, Pasquel dan Umpierrez 2014, Rhee
dan Kim 2015, Asmat et al. 2016, Kabel et al. KLASIFIKASI DIABETES MELITUS
2017, Goguen dan Gilbert 2018, WHO 2019).
Pradiabetes adalah kondisi gangguan Sistem klasifikasi diabetes yang ideal
metabolisme yang ditandai dengan kadar berdasarkan perawatan klinis, patologi, dan

305
Telaah Komprehensif Diabetes Melitus... Hardianto et al.

epidemiologi, tetapi saat ini belum indeks massa tubuh, penggunaan insulin
memungkinkan karena keterbatasan dalam 12 bulan setelah diagnosis, dan
pengetahuan dan sumber daya yang ada peningkatan risiko ketoasidosis diabetik
pada sebagian besar negara di dunia. (WHO 2019).
Beberapa ahli mengusulkan pengelompokan Umumnya DMT2 terjadi pada orang
berdasarkan perawatan klinis dan perlu dewasa tetapi sekarang ini jumlah anak-anak
tidaknya pemberian insulin terutama pada dan remaja yang menderita DMT2
saat diagnosis (WHO 2019). Secara umum meningkat. DMT2 menjadi masalah
DM dikelompokkan menjadi 4 kelompok, kesehatan global dan serius yang berevolusi
yaitu: (1) DMT1, (2) DMT2, (3) gestasional, karena perubahan budaya, ekonomi dan
dan (4) diabetes spesifik lain (Olokoba et al. sosial, populasi lanjut usia, peningkatan
2012, Wu et al. 2014, Gupta et al. 2015, urbanisasi, perubahan pola makan
Deepthi et al. 2017, Punthakee et al. 2018). (peningkatan konsumsi makanan olahan dan
Penderita DMT1 ditemukan pada gula), obesitas, aktivitas fisik berkurang, gaya
anak-anak dan remaja (Atkinson 2012, hidup tidak sehat, malnutrisi pada janin,
Bolla et al. 2015). Data penderita DMT1 paparan hiperglikemia pada janin saat
secara global belum ada tetapi di negara kehamilan (Kabel et al. 2017).
maju penderita DMT1 meningkat antara 3 Diabetes gestasional merupakan
sampai 4% pada anak-anak, baik laki-laki diabetes yang terjadi pada masa kehamilan
maupun perempuan per tahunnya. DMT1 (Punthakee et al. 2018). Biasanya terjadi
mengurangi harapan hidup sekitar 13 tahun pada trimester kedua dan ketiga saat
di negara maju dan meningkat pada negara kehamilan karena hormon yang disekresi
berkembang yang mempunyai akses plasenta menghambat kerja insulin. Sekitar
terbatas untuk mendapatkan insulin. 30-40% penderita diabetes gestasional
Diagnosis DMT1 dan DMT2 pada orang berkembang menjadi DMT2 (Gupta et al.
dewasa menjadi tantangan dan kesalahan 2015). Diabetes gestasional terjadi pada 7%
diagnosis TDM1 menjadi TDM2 dan kehamilan dan meningkatkan risiko kematian
sebaliknya dapat mempengaruhi estimasi pada ibu dan janin. Diabetes spesifik lain
prevalensi. Dari hasil penelitian individu merupakan diabetes berhubungan dengan
keturunan Eropa dalam Biobank di Inggris genetik, penyakit pada pankreas, gangguan
menunjukkan bahwa 42% DMT1 terjadi hormonal, penyakit lain atau pengaruh
setelah 31 tahun, dan 4% didiagnosis penggunaan obat (seperti glukokortikoid,
antara usia 31 sampai 60 tahun. pengobatan HIV/Aids, antipsikotik atipikal)
Karakteristik klinik yang diamati meliputi (Gupta et al. 2015, Punthakee et al. 2018).

Gambar 1. Daftar negara dengan prediksi jumlah Gambar 2. Prediksi negara dengan jumlah
penderita diabetes pada tahun 2000 penderita diabetes pada tahun 2030
(dalam juta) (Baynest 2015) (dalam juta) (Baynest 2015)

306
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 7 No 2 Thn 2020

EPIDEMIOLOGI DIABETES MELITUS proses penyakit, (4) respon terhadap


imunoterapi, (5) sering terjadi penyakit
DM menjadi masalah kesehatan di autoimun pada organ spesifik lain pada
seluruh dunia dan jumlah penderitanya terus individu atau keluarganya (Baynest 2015).
meningkat (Gambar 1 dan 2). Berikut ini, Tingkat kerusakan sel β pankreas tiap
negara dengan jumlah penderita diabetes individu berbeda. DMT1 umumnya terjadi
terbanyak secara berurutan, yaitu India, pada anak-anak tetapi dapat juga terjadi pada
Tiongkok, dan Amerika Serikat (Al-Lawati orang dewasa. Pasien anak-anak dan remaja
2017, Uusitupa et al. 2019). Di India terjadi menunjukkan gejala ketoasidosis sedangkan
peningkatan penderita diabetes 5 kali lipat pada orang dewasa dapat mempertahankan
dari tahun 1970 sampai dengan tahun 2000. fungsi sel β pankreas untuk mencegah
Di Indonesia, pasien diabetes mencapai 8,5 ketoasidosis selama bertahun-tahun. Rendah
juta orang pada tahun 2013 (Suprapti et al. atau tidak terdeteksinya kadar C-peptida
2017). Penduduk Timur Tengah dan Afrika dalam darah atau urin merupakan
Utara mempunyai prevalensi DM 10,7%, manifestasi klinis untuk mendeteksi sedikit
sedangkan penduduk Amerika Utara dan atau tidak adanya sekresi insulin pada DMT1.
Karibia 11,5% (Al-Lawati 2017). Pada tahun Sekitar 70-90% DMT1 memberikan diagnosis
2017, jumlah penderita diabetes di Eropa positif terhadap reaksi autoimun untuk asam
mencapai 66 juta orang dan diprediksi akan glutamat dekarboksilase, antigen islet 2, dan
menjadi 81 juta orang pada tahun 2045 transporter Zn (WHO 2019).
(Uusitupa et al. 2019). Pada tahun 2012, Sekitar 85% pasien DMT1 memiliki
sekitar 1,2 juta orang meninggal akibat DM antibodi sel islet pankreas yang bersirkulasi
(Okur et al. 2017). Diperkirakan lebih dari 425 dan mayoritas memiliki antibodi anti-insulin
juta penduduk di dunia menderita DM pada yang dapat dideteksi sebelum menerima
tahun 2017 (Silver et al. 2018), dan diprediksi terapi insulin (Baynest 2015). Ciri lain DMT1
mencapai 592 juta orang pada tahun 2035 adalah abnormalitas sel α pankreas dan
(Suprapti et al. 2017). sekresi glukagon yang berlebihan. Biasanya
Diabetes menyebabkan kematian 4 juta hiperglikemia menyebabkan berkurangnya
orang setiap tahunnya dan International sekresi glukagon tetapi pada penderita DMT1
Diabetes Federation (IDF) memperkirakan sekresi glukagon tidak tertekan oleh
bahwa biaya perawatan kesehatan global hiperglikemia. Kadar glukagon yang
tahunan untuk diabetes sebesar $ 850 miliar meningkat akan memperburuk gangguan
pada tahun 2017. Efek diabetes selain metabolit karena defisiensi insulin.
berpengaruh pada individu juga Kekurangan insulin juga dapat menyebabkan
mempengaruhi keluarga dan masyarakat lipolisis dan peningkatan asam lemak bebas
sekitar serta sosial-ekonomi yang luas, dalam plasma, menekan metabolisme
terutama di negara-negara berpenghasilan glukosa dalam jaringan perifer seperti otot
rendah dan menengah (Setty et al. 2016, rangka. Penyebab DMT1 adalah gangguan
WHO 2019). genetik dan faktor lingkungan, seperti infeksi
virus, racun, dan makanan dapat
PATOGENESIS DIABETES MELITUS mempengaruhi perkembangan dan autoimun
pada sel β pankreas (Forbes dan Cooper
DMT1 ditandai dengan rusaknya sel-sel 2013, Forouhi dan Wareham 2014).
penghasil insulin (sel β pankreas) karena DMT2 terjadi karena resistensi insulin
autoimun pada organ pankreas oleh sel T dan gangguan sekresi insulin karena kelainan
(CD4+ dan CD8+) dan makrofag (Baynest fungsi sel β. Resistensi insulin ditandai
2015, Asmat et al. 2016, Paschou et al. 2018, dengan berkurangnya kemampuan insulin
Pathak et al. 2019, Janez et al. 2020). untuk menyeimbangkan kadar glukosa darah
Karakteristik DMT1 sebagai penyakit karena berkurangnya sensitivitas jaringan
autoimun antara lain: (1) adanya sel imuno sehingga meningkatkan produksi insulin oleh
dan asesoris dalam sel pankreas serta sel β pankreas (Baynest 2015, Kumar et al.
adanya autoantibodi spesifik dalam sel 2017, Basukala et al. 2018, WHO 2019).
pankreas, (2) perubahan imunoregulasi yang Resistensi insulin dan hiperinsulinemia
dimediasi sel T, (3) keterlibatan monokin dan menyebabkan gangguan toleransi glukosa.
sel TH1 untuk memproduksi interleukin dalam Sel islet akan meningkatkan jumlah insulin

307
Telaah Komprehensif Diabetes Melitus... Hardianto et al.

yang disekresi untuk mengatasi resistensi ketoasidosis, dan hiperosmolar; dan (2)
insulin. Hiperinsulinemia, yang terjadi pada komplikasi lanjut, komplikasi jangka
tahap awal dan menengah penyakit, panjang yang mengakibatkan
merupakan pendorong DMT2 (Bolla et al. makrovaskular (penyakit jantung koroner,
2015, Crofts et al. 2015). penyakit pembuluh darah perifer dan
Umumnya penderita DMT2 mempunyai stroke), mikrovaskular (nefropati, retinopati
berat badan berlebih atau obesitas sehingga dan neuropati), dan gabungan
insulin tidak dapat bekerja secara optimal dan makrovaskular dan mikrovaskular (diabetes
sebagai kompensasinya diproduksi insulin kaki). Penyebab kematian pada orang tua
yang lebih banyak. Kelainan fungsi sel β pada penderita diabetes akibat degradasi
DMT2 pada orang Asia lebih banyak makrovaskular lebih banyak dibandingkan
dibandingkan dengan orang Eropa. DMT2 dengan mikrovaskular (Mane et al. 2012,
sering tidak terdiagnosis karena Pasquel dan Umpierrez 2014, Rhee dan
hiperglikemia yang tidak cukup parah untuk Kim 2015, Asmat et al. 2016, Kabel et al.
menunjukkan gejala diabetes (Bolla et al. 2017, Goguen dan Gilbert 2018).
2015, Kabel et al. 2017, WHO 2019).
Faktor yang meningkatkan risiko DMT2 GEJALA DIABETES MELITUS
antara lain usia, obesitas, gaya hidup, ras,
dan penderita diabetes gestasional (WHO Pada tahap awal DMT2 biasanya tidak
2019). Obesitas berkontribusi sebesar 55% menunjukkan gejala diabetes. Gejala umum
dari kasus DMT2. Peningkatan obsesitas penderita diabetes adalah sebagai berikut:
pada rentang tahun 1960 sampai dengan (1) meningkatnya rasa haus karena air dan
tahun 2000 menyebabkan kasus DMT2 pada elektrolit dalam tubuh berkurang
anak-anak dan remaja. Racun/toksin yang (polidipsia), (2) meningkatnya rasa lapar
berasal dari lingkungan, seperti adanya karena kadar glukosa dalam jaringan
senyawa bisfenol A sebagai komponen berkurang (polifagia), (3) kondisi urin yang
plastik di dalam urin dapat menginduksi mengandung glukosa biasanya terjadi
terjadinya DMT2 (Olokoba et al. 2012). ketika kadar glukosa darah 180 mg/dL
(glikosuria), (4) meningkatkan osmolaritas
KOMPLIKASI DIABETES MELITUS filtrat glomerulus dan reabosorpsi air
dihambat dalam tubulus ginjal sehingga
Berkurangnya sekresi insulin dan volume urin meningkat (poliuria), (5)
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dehidrasi karena meningkatnya kadar
dan protein mengakibatkan komplikasi DM. glukosa menyebabkan cairan ekstraselular
Pengontrolan kadar glukosa darah pada hipertonik dan air dalam sel keluar, (6)
penderita diabetes dapat mencegah kelelahan karena gangguan pemanfaatan
terjadinya komplikasi (Chatterjee dan Davies CHO mengakibatkan kelelahan dan
2015, Allen dan Gupta 2019). hilangnya jaringan tubuh walaupun asupan
Komplikasi diabetes akan makanan normal atau meningkat, (7)
meningkatkan morbilitas dan kematian kehilangan berat badan disebabkan oleh
(Papatheodorou et al. 2016). Beberapa kehilangan cairan tubuh dan penggunaan
komplikasi penyakit akibat DM, di antaranya jaringan otot dan lemak akan diubah
adalah penyakit kardiovaskular, gangguan menjadi energi, (8) dan gejala lain berupa
ginjal, peradangan, dan obesitas. Studi daya penglihatan berkurang, kram,
epidemiologis menunjukkan bahwa jenis konstipasi, dan penyakit infeksi candidiasis
kelamin, usia, dan latar belakang etnis (Mane et al. 2012, Baynest 2015, Kharroubi
merupakan faktor penting dalam dan Darwish 2015).
perkembangan komplikasi DM. Penderita Pada beberapa penderita diabetes
diabetes memiliki risiko komplikasi yang tidak ada gejala sehingga memperburuk
menyebabkan terjadinya kematian kondisi penderita diabetes dan diperkirakan
(Olokoba et al. 2012). Secara umum 30-80% penderita diabetes tidak
komplikasi yang terjadi dikelompokkan terdiagnosis. Penderita diabetes yang tidak
menjadi 2, yaitu: (1) komplikasi akut diobati dengan tepat dapat menyebabkan
metabolik, berupa gangguan metabolit pingsan, koma, dan kematian (Kharroubi dan
jangka pendek seperti hipoglikemia, Darwish 2015).

308
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 7 No 2 Thn 2020

Tabel 1. Kriteria diagnosis untuk pradiabetes dan diabetes

Kriteria Normal Pradiabetes Diabetes

Kadar glukosa puasa < 99 mg/dL 100-125 mg/dL (5,6-6,9 mmol/L) >126 mg/dL (7,0 mmol/L)
Kadar glukosa toleransi <139 mg/dL 140-199 mg/dL (7,8-11,0 mmol/L) > 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
Kadar hemoglobin terglikasi < 5,6% 5,7-6,4% > 6,5%

DIAGNOSIS DIABETES MELITUS HbA1C sampai 0,4% lebih tinggi


dibandingkan dengan orang kulit putih non
Diabetes dapat didiagnosis dengan 4 Hispanik pada tingkat glikemia yang sama.
jenis pemeriksaan, yaitu: (1) pemeriksaan Nilai A1C dipengaruhi oleh usia, naik hingga
glukosa plasma saat puasa, (2) pemeriksaan 0,1% per dekade kehidupan. HbA1C tidak
glukosa plasma setelah 2 jam pemberian direkomendasikan digunakan untuk
glukosa oral 75 g atau pemeriksaan toleransi, diagnosis pada anak-anak dan remaja,
(3) pemeriksaan HbA1C, dan (4) wanita hamil, penderita fibrosis sistik atau
pemeriksaan glukosa darah acak (Tabel 1). DMT1 (Punthakee et al. 2018). Pengujian
Individu dengan nilai glukosa plasma saat HbA1C mempunyai keunggulan antara lain
puasa > 7,0 mmol/L (126 mg/dL), glukosa adalah kenyamanan karena tidak
plasma setelah 2 jam atau setelah tes mengharuskan pasien untuk puasa
toleransi glukosa oral 75 g > 11,1 mmol/L (pemeriksaan glukosa saat puasa).
(200 mg/dL), hemoglobin A1C (HbA1C) >
6,5% (48 mmol/mol), dan glukosa darah acak PENCEGAHAN DIABETES MELITUS
≥ 11,1 mmol/L (200 mg/dL) dengan adanya
tanda dan gejala dianggap memiliki diabetes Pencegahan untuk DMT1 masih sulit
(Baynest 2015, Punthakee et al. 2018, WHO karena terbatasnya pengetahuan proses
2019). Jika nilai tinggi terdeteksi pada metabolisme, genetik, dan imunologi pada
individu tanpa gejala, harus diulang dengan perkembangan DMT1 (Chatterjee dan Davies
pemeriksaan yang sama pada hari berikutnya 2015). Pencegahan DMT2 dapat dilakukan
untuk mengkonfirmasi diagnosis. Diagnosis dengan intervensi gaya hidup dan intervensi
diabetes memiliki implikasi penting bagi farmakologi (Chatterjee dan Davies 2015,
individu, mempengaruhi pekerjaan, asuransi Messina et al. 2017, Wang et al. 2018,
kesehatan dan jiwa, status mengemudi, Uusitupa et al. 2019).
peluang sosial dan budaya, konsekuensi etis
dan hak asasi manusia (WHO 2019). Perubahan gaya hidup
Pemeriksaan HbA1C berfungsi untuk Pencegahan DMT2 dilakukan dengan
mengukur jumlah hemoglobin yang berikatan gaya hidup atau perilaku hidup sehat dengan
dengan glukosa selama 3 bulan terakhir. diet dan olah raga. Diet dilakukan dengan
HbA1C kurang sensitif untuk mendiagnosis penurunan kalori individu dan memonitor
diabetes dibandingkan dengan pemeriksaan penanda kardiometabolik seperti tekanan
glukosa tradisional karena beberapa darah, lemak, dan peradangan. Diet dapat
penyakit, ketinggian tempat tinggal, etnis, membantu mengontrol kadar glukosa darah,
usia, dan penyakit tertentu dapat menjaga tekanan darah, kadar lemak darah
mempengaruhi hasil pemeriksaan HbA1C. dan berat badan normal, tidur yang cukup,
Pemeriksaan HbA1C tidak dapat digunakan dan meningkatkan kualitas kesehatan (Marin-
pada individu dengan hemoglobinopati, Penalver et al. 2016, Russell et al. 2016).
anemia defisiensi besi atau hemolitik, anemia Olahraga dapat meningkatkan sensitivitas
tanpa defisiensi besi, penyakit hati, dan insulin, mengontrol kadar glukosa darah,
gangguan ginjal yang parah. Hubungan memperbaiki profil lemak dan tekanan darah,
antara kadar glukosa dan HbA1C bervariasi menurunkan berat badan, mengurangi risiko
antara orang yang hidup di lokasi dengan penyakit kardiovaskular, dan mengurangi
ketinggian ekstrim. Beberapa etnis depresi (Marin-Penalver et al. 2016).
menunjukkan bahwa Afrika Amerika, Indian Penurunan berat badan terstruktur,
Amerika, Hispanik, dan Asia memiliki nilai aktivitas fisik, dan diet sangat penting untuk

309
Telaah Komprehensif Diabetes Melitus... Hardianto et al.

mereka yang berisiko tinggi menderita Obat-obatan untuk obesitas seperti:


DMT2 dengan memiliki berat badan orlistat, sibutramin, lorkaserin, fentermin,
berlebih atau obesitas. Pola makan bupropion dan naltrekson. Orlistat
bermanfaat bagi penderita pradiabetes mempunyai mekanisme kerja berikatan
meliputi pola makan rendah kalori dan dengan lipase sehingga menghambat
rendah lemak. Penelitian tambahan aktivitas lipase hingga 30%. Hasil uji klinis
diperlukan untuk rencana pola makan orlistat menurunkan 3 kg atau 3%
rendah karbohidrat bagi penderita dibandingkan dengan plasebo. Mekanisme
pradiabetes. Pola makan yang terukur kerja sibutramin melaluI penghambatan
dengan mengkonsumsi makanan berserat norepinefrin dan serotonin. Obat ini dapat
tinggi, biji-bijian, kacang-kacangan, buah- menurunkan 5 kg atau 4% dibandingkan
buahan dan sayuran, dan mengurangi dengan plasebo. Lorkaserin merupakan
makanan olahan juga penting. Asupan agonis reseptor serotonin 2C dengan efek
kacang, beri, yogurt, kopi, dan teh dapat hipofagia (meningkatnya rasa kenyang). Obat
menurunkan risiko DMT2, tetapi daging ini mampu menurunkan berat badan sampai
merah dan gula meningkatkan risiko 5% setelah 12 minggu pemakaian. Fentermin
obesitas dan DMT2. Pola makan yang merupakan agonis norepinefrin yang
menurunkan kadar HbA1C penting bagi mempunyai mekanisme kerja menekan nafsu
penderita pradiabetes (Olokoba et al. 2012, makan pada sistem saraf pusat. Kombinasi
Kolb dan Martin 2017). bupropion dan naltrekson dapat menurunkan
Berikut ini adalah gaya hidup yang berat badan. Bupropion merupakan inhibitor
berhubungan dengan tingkat risiko diabetes nonselektif terhadap dopamin dan
menurut ahli epidemiologi (Kolb dan Martin norepinefrin, sedangkan naltrekson
2017): (1) rutin memakan makanan yang merupakan antagonis reseptor opioid.
tidak atau kurang berserat meningkatkan Kombinasi obat ini dapat menstimulasi
risiko diabetes 3 kali lipat, (2) konsumsi pelepasan melanosit hormon sehingga dapat
minuman manis dengan gula meningkatkan menekan rasa lapar dan mengontrol berat
risiko diabetes sebesar 20-30%, (3) sedikit badan (Aktar et al. 2017). Operasi bariatrik
aktivitas fisik meningkatkan risiko 40%, (4) adalah operasi mengubah sistem
menonton TV berkepanjangan pencernaan sehingga mengurangi
(meningkatkan risiko 3% per jam menonton penyerapan makanan. Operasi ini terbukti
televisi), (5) paparan lalu lintas (kebisingan efektif menurunkan berat badan dan
dan partikel halus) meningkatkan risiko 20- meningkatkan kontrol kadar glukosa darah
40%, untuk kebisingan lebih dari 10 dB atau (Akcay et al. 2019).
10 μg/m3 lebih banyak debu halus, (6)
merokok meningkatkan risiko 30-60% untuk PENGOBATAN
perokok berat, (7) durasi tidur yang pendek
meningkatkan risiko 9% per jam durasi tidur Tujuan dari pengobatan diabetes
singkat, (8) stres atau depresi rendah adalah mengendalikan glukosa darah untuk
meningkatkan risiko diabetes tergantung mencegah terjadinya komplikasi yang
pada tingkat stres atau depresi, (9) posisi menyebabkan kematian. Pengobatan
sosial ekonomi rendah meningkatkan risiko diabetes dilakukan dengan 2 pendekatan
sebesar 40-100%, (10) pertambahan berat yaitu: (1) penggunaan obat dan (2)
badan dan lingkar pinggang meningkatkan pengunaan non obat (Harikumar et al. 2015).
risiko diabetes.
Obat
Intervensi medis DMT1 merupakan diabetes yang
Salah satu faktor utama penyebab disebabkan oleh kekurangan produksi insulin
DMT2 adalah obesitas. Pencegahan dan akibat rusaknya sel β pankreas (sel yang
pengobatan obesitas dapat mencegah berfungsi untuk memproduksi insulin)
terjadinya DMT2 (Bolla et al. 2015, Kabel et sehingga diobati insulin dari luar tubuh
al. 2017). Penggunaan obat-obatan dan seumur hidup (Sorli 2014, Janez et al. 2020).
operasi bariatrik pada penderita obesitas Umumnya obat DMT2 diberikan secara oral.
dapat mengurangi terjadinya DMT2 (Aktar et Metformin dan sulfonilurea merupakan
al. 2017, Akcay et al. 2019). antidiabetes yang sudah digunakan sejak

310
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 7 No 2 Thn 2020

Tabel 2. Farmakokinetik analog insulin (Patil et al. 2017)

Jenis Onset Puncak Durasi


Bekerja cepat:
Aspart 15 menit 1-3 jam 3-5 jam
Lispro 15 menit 30-90 menit 3-5 jam
Glulisine 15-30 menit 30-60 menit 4 jam
Bekerja pendek:
Actrapid 30-60 menit 2-4 jam 5-8 jam
Bekerja Menengah:
NPH 1-2 jam 4-10 jam 14 jam atau lebih
Bekerja Panjang:
Detemir 3-4 jam 6-8 Jam 6-23 jam
Glargine 90 menit - 24 jam
Bekerja Sangat Panjang:
Degludec 30-90 menit - Sampai 42 jam
Campuran:
NPH-Lispro/NPH-Aspart 15-30 menit 2 puncak 14-24 jam
NPH-Regular 30-60 menit 2 puncak 14-24 jam

tahun 1950. Pilihan utama untuk pengobatan jam) seperti: Insulin Isophane (InsulatardTM,
DMT2 adalah metformin. Metformin menjadi Insuman BasalTM, Novolin NTM, Humulin NTM,
pilihan utama karena efektif dengan 2 (4) analog insulin yang bekerja dalam jangka
mekanisme kerja, yaitu mengurangi sekresi waktu panjang (efek 24-36 jam) seperti:
glukosa hepatik dan meningkatkan Glargine (LantusTM, AbasaglarTM), Detemir
penyerapan glukosa, aman untuk penderita (LevemirTM), (5) dan analog insulin yang
DM tanpa gangguan hati dan ginjal, dan bekerja dalam jangka waktu sangat panjang
harganya murah. Pemilihan obat DM (efek mulai dari 30-90 menit dan berlangsung
berdasarkan pada jenis diabetes, usia, sampai 42 jam) seperti: Degludec
situasi, dan faktor lainnya (Olokoba et al. (TresibaTM).
2012, Chatterjee dan Davies 2015, Gupta et Penderita DMT2 diobati dengan obat
al. 2015, Harikumar et al. 2015, Marin- hiperglikemik oral dan perubahan gaya hidup
Penalver et al. 2016). (Patil et al. 2017, Stubbs et al. 2017, Pathak
et al. 2019). Penderita DMT2 umumnya tidak
Insulin memerlukan terapi dengan insulin dan hanya
Insulin biasanya diberikan secara diberi obat oral seperti sulfonilurea,
subkutan dengan suntikan atau pompa biguanida, tiazolidinedion, inhibitor α-
insulin. Insulin dapat diberikan juga secara glikosidase (Tabel 3). Pengobatan dengan
intravena. Saat ini tersedia insulin manusia insulin diperlukan dalam kasus untuk
dan analog insulin (Janez et al. 2020). Ada menurunkan glukosa darah sehingga tidak
beberapa analog insulin (Tabel 2), seperti: (1) terjadi komplikasi kronis, memiliki kontrol
analog insulin yang bekerja cepat darah yang buruk (HbA1C > 7,5% atau kadar
(memberikan efek dimulai dari 4 sampai 20 glukosa puasa > 250 mg/dL), riwayat
menit dan puncak antara 20 sampai 30 menit) pankreatomi, mengalami DMT2 selama 10
seperti: Aspart (NovorapidTM, FiaspTM), Lispro tahun, penderita hepatitis kronis, TBC paru,
(HumalogTM, LiprologTM, AdmelogTM), patah tulang, kanker, dan mengurangi efek
TM
Glulisine (Apidra ), (2) analog insulin yang samping obat oral (Sorli 2014, Bolla et al.
bekerja dalam jangka waktu pendek (efek 2015, Harikumar et al. 2015, Patil et al. 2017,
mulai dari 30 menit dan puncak 2-4 jam) Suprapti et al. 2017, Pathak et al. 2019,
seperti Insulin (ActrapidTM, Humulin STM, Wondafrash et al. 2020). Insulin diberikan
Insuman RapidTM), (3) analog insulin yang untuk menormalkan kadar glukosa plasma
bekerja dalam jangka waktu menengah sehingga mencegah komplikasi diabetes
(onset puncak antara 4-6 jam dan efek 14-16 (Harikumar et al. 2015).

311
Telaah Komprehensif Diabetes Melitus... Hardianto et al.

Sulfonilurea Tiazolidinedion
Sulfonilurea (glibenklamid, gliklazid, Tiazolidinedion (Rosiglitazon,
glimepirid, gliburid, glipizid, tolbutamid) Pioglitazon dan Troglitazon) dikenal dengan
adalah obat antihiperglikemik oral yang sebutan glitazon. Obat ini bekerja
pertama digunakan dan merupakan obat membentuk ikatan dengan peroxisome
pilihan kedua untuk DMT2. Obat ini proliferator-activated receptor-gamma
biasanya digunakan untuk DMT2 yang (PPAR-γ) yang mengatur metabolisme
lanjut usia. Mekanisme kerjanya glukosa dan lemak serta mempengaruhi gen
meningkatkan sekresi insulin dengan sensitivitas insulin sehingga meningkatkan
bekerja langsung pada saluran KATP sel β penggunaan glukosa oleh sel. Obat ini
pankreas. Pasien yang menggunakan obat mengurangi komplikasi mikrovaskular
ini dapat mengalami hipoglikemia sehingga sebesar 2,6% (Gupta et al. 2015, Harikumar
pasien harus mengetahui pola makan yang et al. 2015). Pada beberapa tahun terakhir,
baik dan gejala hipoglikemia (Gupta et al. penggunaan obat ini dikurangi karena
2015, Harikumar et al. 2015, Marin- meningkatkan risiko kematian pada penderita
Penalver et al. 2016). Gliburid penyakit kardiovaskular, edema, patah
menyebabkan hipoglikemia lebih tinggi tulang, gagal jantung, dan kanker (Olokoba et
dibandingkan dengan glipizid. Hipoglikimia al. 2012, Stubbs et al. 2017).
yang terjadi pada penderita lanjut usia akan
meningkatkan risiko terjadinya kerusakan Inhibitor α-glikosidase
fungsi ginjal (Olokoba et al. 2012). Inhibitor α-glikosidase (Miglitol,
Akarbose, Voglibose) tidak memiliki efek
Meglitinide langsung pada sekresi atau sensitivitas
Meglitinide (Repaglinid dan Nateglinid) insulin. Senyawa ini memperlambat
merupakan obat antihiperglikemik oral pencernaan pati di dalam usus halus
dengan mekanisme kerja membantu sehingga glukosa dari pati lambat memasuki
pankreas untuk memproduksi insulin dengan aliran darah, menunda adsorpsi karbohidrat,
menutup saluran kalium dan membuka dan mengurangi peningkatan glukosa darah.
saluran dari sel β pankreas sehingga Akarbose telah digunakan untuk pengobatan
meningkatkan sekresi insulin. Obat ini jarang diabetes lebih dari 20 tahun yang lalu.
digunakan karena kerja obat yang singkat Manfaat dari akarbose adalah memperlambat
sehingga pemberian obat lebih sering perkembangan diabetes dan mengurangi
(Harikumar et al. 2015, Marin-Penalver et al. risiko penyakit kardiovaskular (Gupta et al.
2016, Stubbs et al. 2017). Repaglinid 2015, Harikumar et al. 2015, Marin-Penalver
sebagian besar dimetabolime di hati dan et al. 2016, Stubbs et al. 2017). Penggunaan
sisanya disekresikan melalui ginjal (Olokoba obat ini harus dihindari bagi pasien dengan
et al. 2012). gangguan ginjal. Efek samping dari obat ini
menyebabkan diare dan kembung (Olokoba
Biguanid et al. 2012).
Biguanid (Metformin, Fenformin,
Buformin) merupakan obat anti diabetes Analog peptida
dengan mekanisme kerja mengurangi sekresi Inhibitor dipeptidil peptidase
glukosa hepatik dan meningkatkan (Vildagliptin dan Sitagliptin) mempunyai
penyerapan glukosa perifer termasuk otot mekanisme kerja menghambat kerja
rangka. Metformin merupakan obat dipeptidil peptodase sehingga meningkatkan
hipoglisemik utama untuk penderita DMT2 kadar inkretin darah. Fungsi enkretin
pada anak-anak dan remaja serta sesuai meningkatkan sekresi insulin dan menekan
untuk pasien yang kelebihan berat badan sekresi glukagon. Analog peptida yang lain
(Gupta et al. 2015, Harikumar et al. 2015, adalah gastrik inhibitori peptida (Eksenatida
Marin-Penalver et al. 2016, Stubbs et al. dan Liraglutida).
2017). Obat ini sebaiknya tidak digunakan Agonis GLP (glucagon-like peptide)
oleh pasien dengan gangguan fungsi hati mengikat reseptor GLP pada membran sel β
atau ginjal. Penggunaan pada penderita pankreas sehingga meningkatkan sekresi
lanjut usia dapat menyebabkan terjadinya insulin. GLP endogen mempunyai waktu
asidosis (Olokoba et al. 2012). paruh beberapa menit, demikian juga obat

312
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 7 No 2 Thn 2020

Tabel 3. Kelebihan dan kekurangan golongan obat antidiabetes (Olokoba et al. 2012, Chatterjee dan Davies 2015,
Gupta et al. 2015, Harikumar et al. 2015, Marin-Penalver et al. 2016)

Golongan obat Kelebihan Kekurangan


Sulfonilurea:
(glibenklamid, gliklazid, glimepirid, Meningkatkan sekresi insulin, Menyebabkan hipoglikemia, gagal
gliburid, glipizid, tolbutamid) harga murah, HbA1C↓ + 1% ginjal pada penderita lanjut usia
Meglitinid:
(Repaglinid, Nateglinid) Meningkatkan sekresi insulin, Waktu kerja singkat, mahal
HbA1C↓ 0,5-0,8%
Biguanid:
(Metformin, Fenformin, Buformin) Mengurangi sekresi glukosa Tidak digunakan pada penderita
hepatik dan meningkatkan gangguan ginjal dan hati
penyerapan glukosa perifer,
menurunkan berat badan, harga
murah, HbA1C↓ + 1%

Tiazolidinedion:
(Rosiglitazon, Pioglitazon, Meningkatkan sensitivitas insulin, Meningkatkan risiko kematian pada
Troglitazon) mengurangi komplikasi penderita penyakit kardiovaskular,
mikrovaskular, harga murah, edema, patah tulang, gagal jantung,
HbA1C↓ + 1% dan kanker

Inhibitor α-hidroksidase:
(Miglitol, Akarbose, Voglibose) Memperlambat pencernaan pati di Tidak diberikan pada penderita
dalam usus halus sehingga gangguan ginjal
mengurangi peningkatan glukosa
darah, mengurangi penyakit
kardiovaskular, harga sedang
Analog peptide:
(Vildagliptin, Sitagliptin) Meningkatkan enkritin, HbA1C↓ Waktu kerja singkat, harga mahal
0,8-1%

Analog amylin: Menurunkan kadar glukosa darah Harga mahal, diberikan secara injeksi
dan menurunkan berat badan, subkutan
HbA1C↓ 1-1,5%

agonis GLP ini sehingga kurang efektif meningkatkan kualitas hidup penderita
(Harikumar et al. 2015, Marin-Penalver et al. diabetes. Manfaat dari program ini adalah
2016). memahami pentingnya pengurangan asupan
kalori, peningkatan aktivitas fisik, dan
Anolog amilin atau analog agonis amilin peningkatan pengetahuan tentang diabetes
Anolog amilin atau analog agonis sehingga dapat menurunkan berat badan,
amilin mempunyai mekanisme mengurangi stress, mengurangi risiko
memperlambat pengosongan lambung, penyakit kardiovaskular, dan mencegah
memperlambat proses pencernaan terjadinya komplikasi (Chatterjee dan Davies
makanan, dan menekan glukagon. 2015).
Biasanya analog amilin diberikan melalui Perubahan gaya hidup untuk
injeksi subkutan sebelum makan dan dapat pengontrolan diabetes, di antaranya dengan
digunakan untuk DMT1 dan DMT2. Obat ini mempelajari lebih banyak tentang diabetes,
selain menurunkan kadar glukosa darah mendapatkan perawatan secara rutin,
juga dapat menurunkan berat badan (Gupta mempelajari cara mengontrol diabetes diri
et al. 2015, Harikumar et al. 2015). sendiri, memantau kondisi diabetes, dan
memeriksa secara rutin untuk jangka panjang
Non obat (Harikumar et al. 2015). Pasien secara aktif
Program pendidikan untuk mengendalikan diri, memanfaatkan teknologi
meningkatkan motivasi, keterampilan, pemantauan dan pengobatan, dan
perubahan gaya hidup, pemahaman diet, berkomunikasi dengan dokter (Chatterjee
olah raga, dan pengobatan diabetes akan dan Davies 2015).

313
Telaah Komprehensif Diabetes Melitus... Hardianto et al.

Diet dengan mengkonsumsi makanan meningkatkan sekresi insulin dan


tinggi serat dan rendah lemak bertujuan untuk menurunkan HbA1C 0,5-0,8%. Kelemahan
menurunkan berat badan merupakan cara meglitinid waktu kerja obat singkat dan
lain untuk meningkatkan sensitivitas tubuh harganya mahal. Biguanid mempunyai
penderita diabetes terhadap efek insulin kelebihan menurunkan kadar glukosa darah
(Harikumar et al. 2015). Diet yang tepat dapat dengan 2 mekanisme kerja, yaitu mengurangi
mengontrol kadar glukosa darah dengan sekresi glukosa hepatik dan meningkatkan
mengurangi hemoglobin terglikasi 1,0-2,0% penyerapan glukosa perifer, menurunkan
dan jika dikombinasi dengan manajemen berat badan, murah, dan menurunkan HbA1C
diabetes akan mengurangi rawat inap sekitar 1%. Kekurangan biguanid tidak dapat
penderita diabetes (Sievenpiper et al. 2018). digunakan pada penderita gangguan hati dan
Jenis dan jumlah kalori yang terkandung ginjal. Tiazolidinedion mempunyai kelebihan
dalam makanan merupakan hal penting untuk dapat menurunkan kadar glukosa darah
memelihara kesehatan tubuh. Diet tinggi dengan meningkatkan sensitivitas insulin,
lemak jenuh menginduksi adaptasi mengurangi komplikasi mikrovaskular, harga
metabolisme dengan mengubah sensitivitas murah dan menurunkan HbA1C sekitar 1%.
insulin perifer, mengurangi sirkulasi lemak, Kekurangan tiazolidinedion meningkatkan
dan menurunkan lipogenesis dan risiko kematian pada penderita penyakit
glikogenesis hati (Zierath 2019). kardiovaskular, edema, patah tulang, gagal
Olahraga secara rutin membantu jantung, dan kanker. Inhibitor α-glikosidase
mencegah dan mengontrol diabetes. Manfaat mempunyai kelebihan dapat menurunkan
dari olahraga antara lain membantu kadar glukosa darah dengan memperlambat
menurunkan berat badan, mengurangi kadar pencernaan pati di dalam usus halus dan
glukosa darah, mengurangi kolesterol dan mengurangi penyakit kardiovaskular.
tekanan darah, mengurangi stres, Kekurangan inhibitor α-glikosidase tidak
meningkatkan sensitivitas insulin, dan dapat digunakan pada penderita gangguan
meningkatkan biogenesis mitokondria ginjal. Analog peptida mempunyai kelebihan
(Harikumar et al. 2015, Zierath 2019). dapat menurunkan kadar glukosa darah
dengan meningkatkan kadar inkretin dan
KESIMPULAN menurunkan HbA1C 0,8-1%. Kelemahan
analog peptida mempunyai waktu kerja
Diabetes merupakan penyakit kelainan singkat dan harganya mahal. Analog amilin
metabolit dengan gejala utama berupa mempunyai kelebihan dapat menurunkan
hiperglikemia. Penyakit ini menjadi kadar glukosa darah dengan memperlambat
permasalahan global, karena penderitanya pengosongan lambung, memperlambat
terus meningkat dari tahun ke tahun. proses pencernaan makanan, dan menekan
Diagnosis dan pengobatan yang tepat dapat glukagon. Kelemahan analog amilin
menurunkan jumlah kematian akibat harganya mahal dan diberikan secara injeksi
diabetes. subkutan. Metformin merupakan salah satu
Penderita DMT1 tidak mampu obat golongan biguanid yang menjadi pilihan
memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh utama untuk DMT2 karena efektif
akibat rusaknya sel β pankreas sehingga menurunkan kadar glukosa darah dengan 2
memerlukan insulin dari luar tubuh. DMT2 mekanisme kerja, yaitu mengurangi sekresi
dapat diobati dengan golongan obat glukosa hepatik dan meningkatkan
sulfonilurea, meglitinid, biguanid, penyerapan glukosa perifer, aman untuk
tiazolidinedion, inhibitor α-glikosidase, analog penderita DM tanpa gangguan hati dan ginjal,
peptida, dan analog amilin. Sulfonilurea dan harganya murah.
mempunyai kelebihan menurunkan kadar
glukosa darah dengan meningkatkan sekresi DAFTAR PUSTAKA
insulin, harganya murah, dan menurunkan
HbA1C sekitar 1%. Kelemahan sulfonilurea Akcay MN, Karadeniz E, Ahiskalioglu A
menyebabkan hipoglikemia dan gagal ginjal (2019) Bariatric/metabolic surgery in
pada penderita DM usia lanjut. Meglitinid type I and type 2 diabetes mellitus.
mempunyai kelebihan menurunkan kadar Eurasian J Med 51: 85-89. doi:
glukosa darah dengan mekanisme kerja 10.5152/eurasianjmed.2018.18298

314
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 7 No 2 Thn 2020

Aktar N, Qureshi NK, Ferdous HS (2017) mellitus management. Front Endocrinol


Obesity: A review of pathogenesis and 8: 6. doi: 10.3389/fendo.2017.00006
management strategies in adult. Delta Crofts CAP, Zinn C, Wheldon MC, Schofield
Med Coll J 5: 35-48. doi: GM (2015) Hyperinsulinemia: A unifying
10.3329/dmcj.v5i1.31436 theory of chronic disease? Diabesity 1:
Al-Lawati JA (2017) Diabetes mellitus: A local 34-43. doi: 10.15562/diabesity.2015.19
and global public health emergency! Deepthi B, Sowjanya K, Lidiya B, Bhargavi
Oman Med J 32: 177-179. doi: RS, Babu PS (2017) A modern review
10.5001/omj.2017.34 of diabetes mellitus: An annihilatory
Allen N, Gupta A (2019) Current diabetes metabolic disorder. J In Silico In Vitro
technology: Striving for the artificial Pharmacol 3: 14. doi: 10.21767/2469-
pancreas. Diagnostics 9: 31. doi: 6692.100014
10.3390/diagnostics9010031 Duan W, Shen X, Lei J, Xu Q, Yu Y, Li R, Wu
Asmat U, Abad K, Ismail K (2016) Diabetes E, Ma Q (2014) Hyperglycemia, a
mellitus and oxidative stress – A neglected factor during cancer
concise review. Saudi Pharm J 24: 547- progression. Biomed Res Int 2014:
553. doi: 10.1016/j.jsps.2015.03.013 461917. doi: 10.1155/2014/461917
Atkinson MA (2012) The pathogenesis and Forbes JM, Cooper ME (2013) Mechanisms of
natural history of type 1 diabetes. Cold diabetic complications. Physiol Rev 93: 137-
Spring Harb Perspect Med 2: a007641. 188. doi: 10.1152/physrev.00045.2011
doi: 10.1101/cshperspect.a007641 Forouhi NG, Wareham NJ (2014)
Basukala P, Jha B, Yadav BK, Shrestha PK Epidemiology of diabetes. Medicine
(2018) Determination of insulin (Abingdon) 42: 698-702. doi:
resistance and beta-cell function using 10.1016/j.mpmed.2014.09.007
homeostatic model assessment in type Goguen J, Gilbert J (2018) Hyperglycemic
2 diabetic patients at diagnosis. J emergencies in adults. Can J Diabetes
Diabetes Metab 9: 790. doi: 42 Suppl 1: S109-S114. doi:
10.4172/2155-6156.1000790 10.1016/j.jcjd.2017.10.013
Baynest HW (2015) Classification, Gupta A, Sharma M, Sharma J (2015) A Role
pathophysiology, diagnosis and of insulin in different types of diabetes.
management of diabetes mellitus. J Int J Curr Microbiol App Sci 4: 58-77
Diabetes Metab 6: 541. doi: Harikumar K, Kumar BK, Hemalatha GJ,
10.4172/2155-6156.1000541 Kumar MB, Lado SFS (2015) A review
Bergman M, Buysschaert M, Schwarz PE, on diabetes mellitus. Int J Novel Trends
Albright A, Narayan KV, Yach D (2012) Pharm Sci 5: 201-217
Diabetes prevention: Global health Janez A, Guja C, Mitrakou A, Lalic N,
policy and perspectives from the Tankova T, Czupryniak L, Tabak AG,
ground. Diabetes Manag 2: 309-321. Prazny M, Martinka E, Smircic-Duvnjak
doi: 10.2217/dmt.12.34 L (2020) Insulin therapy in adults with
Bolla KN, Sri SKV, Varalakshmi KN (2015) type 1 diabetes mellitus: A narrative
Diabetes mellitus and its prevention. Int review. Diabetes Ther 11: 387-409. doi:
J Sci Technol Res 4: 119-125 10.1007/s13300-019-00743-7
Chatterjee S, Davies MJ (2015) Current Kabel AM, Altowirqi R, Al Thobiti H, Althumali
management of diabetes mellitus and A, Alharthi E (2017) Pharmacological
future directions in care. Postgrad Med therapy of type 2 diabetes mellitus: New
J 91: 612-621. doi: perspectives. EC Pharmacol Toxicol 4:
10.1136/postgradmedj-2014-133200 12-19
Chaudhury A, Duvoor C, Dendi VSR, Kraleti Kharroubi AT, Darwish HM (2015) Diabetes
S, Chada A, Ravilla R, Marco A, mellitus: The epidemic of the century.
Shekhawat NS, Montales MT, World J Diabetes 6: 850-867. doi:
Kuriakose K, Sasapu A, Beebe A, Patil 10.4239/wjd.v6.i6.850
N, Musham CK, Lohani GP, Mirza W Kolb H, Martin S (2017)
(2017) Clinical review of antidiabetic Environmental/lifestyle factors in the
drugs: Implications for type 2 diabetes pathogenesis and prevention of type 2

315
Telaah Komprehensif Diabetes Melitus... Hardianto et al.

diabetes. BMC Med 15: 131. doi: 10.1177/1179551419844521


10.1186/s12916-017-0901-x Patil SS, Mehta M, Thakare V, Shende S,
Kumar A, Mittal R, Naidu PS (2017) Insulin Shirure PA, Swami OC (2017) Role of
resistance: Recent advances in insulin in management of type 2
pathogenesis, molecular mechanisms diabetes mellitus. Int J Res Med Sci 5:
and clinical relevance. EC Pharmacol 2282–2292. doi: 10.18203/2320-
Toxicol 4: 244-262 6012.ijrms20172422
Mane K, Chaluvaraju Kc, Niranjan Ms, Piero MN, Nzaro GM, Njagi JM (2014) Diabetes
Zaranappa Tr, Manjuthej Tr (2012) mellitus – A devastating metabolic
Review of insulin and its analogues in disorder. Asian J Biomed Pharm Sci, 04:
diabetes mellitus. J Basic Clin Pharm 3: 1-7. doi:10.15272/ajbps.v4i40.645
283-293. doi: 10.4103/0976-0105.103822 Punthakee Z, Goldenberg R, Katz P (2018)
Marin-Penalver JJ, Martin-Timon I, Sevillano- Definition, classification and diagnosis of
Collantes C, Del Canizo-Gomez FJ diabetes, prediabetes and metabolic
(2016) Update on the treatment of type syndrome. Can J Diabetes 42: Suppl 1:
2 diabetes mellitus. World J Diabetes 7: S10–S15. doi: 10.1016/j.jcjd.2017.10.003
353-395. doi: 10.4239/wjd.v7.i17.354 Rhee SY, Kim YS (2015) Peripheral arterial
Messina J, Campbell S, Morris R, Eyles E, disease in patients with type 2 diabetes
Sanders C (2017) A narrative mellitus. Diabetes Metab J 39: 283-290.
systematic review of factors affecting doi: 10.4093/dmj.2015.39.4.283
diabetes prevention in primary care Russell WR, Baka A, Bjorck I, Deizenne N,
settings. PLoS One 12: e0177699. doi: Gao D, Griffiths HR, Hadjilucas E,
10.1371/journal.pone.0177699 Juvonen K, Lahtinen S, Lansink M,
Okur ME, Karantas ID, Siafaka PI (2017) Loon LV, Mykkanen H, Ostman E,
Diabetes mellitus: A review on Riccardi G, Vinoy S, Weickert MO
pathophysiology, current status of oral (2016) Impact of diet composition on
medications and future perspectives. blood glucose regulation. Crit Rev Food
Acta Pharm Sci 55: 61-82. doi: Sci Nutr 56: 541-590. doi:
10.23893/1307-2080.APS.0555 10.1080/10408398.2013.792772
Olokoba AB, Obateru OA, Olokoba LB (2012) Saeedi P, Petersohn I, Salpea P, Malanda B,
Type 2 diabetes mellitus: A review of Karuranga S, Unwin N, Colagiuri S,
current trends. Oman Med J 27: 269- Guariguata L, Motala AA, Ogurtsova K,
273. doi: 10. 5001/omj.2012.68 Shaw JE, Bright D, Williams R (2019)
Papatheodorou K, Papanas N, Banach M, Global and regional diabetes
Papazoglou D, Edmonds M (2016) prevalence estimates for 2019 and
Complications of diabetes 2016. J projection for 2030 and 2045: Results
Diabetes Res 2016: 6989453. doi: from the international diabetes
10.1155/2016/6989453 federation diabetes atlas, 9 th Edition.
Paschou SA, Papadopoulou-Marketou N, Diabetes Res Clin Pract 157: 107843.
Chrousos GP, Kanaka-Gantenbein C doi: 10.1016/j.diabres.2019.107843
(2018) On type 1 diabetes mellitus Setty SG, Crasto W, Jarvis J, Khunti K,
pathogenesis. Endocr Connect 7: R38- Davies MJ (2016) New insulins and
R46. doi: 10.1530/EC-17-0347 newer insulin regimens: A review of
Pasquel FJ, Umpierrez GE (2014) their role in improving glycaemic control
Hyperosmolar hyperglycemic state: A in patients with diabetes. Postgrad Med
historic review of the clinical J 92: 152-164. doi:
presentation, diagnosis, and treatment. 10.1136/postgradmedj-2015-133716
Diabetes Care 37: 3124-3131. doi: Sievenpiper JL, Chan CB, Dworatzek PD,
10.2337/dc14-0984 Freeze C, Williams SL (2018) Nutrition
Pathak V, Pathak NM, O’Neill CL, Guduric- therapy. Can J Diabetes 42: S64-S79.
Fuchs J, Medina RJ (2019) Therapies doi: 10.1016/j.jcjd.2017.10.009
for type 1 diabetes: Current scenario Silver B, Ramaiya K, Andrew SB, Fredrick O,
and future perspectives. Clin Med Bajaj S, Kalra S, Charlotte BM,
Insights Endocrinol Diabetes 12: Claudine K, Makhoba A (2018) EADSG
1179551419844521. doi: guidelines: Insulin therapy in diabetes.

316
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 7 No 2 Thn 2020

Diabetes Ther 9: 449-492. doi: vision – An overview of prospects for


10.1007/s13300-018-0384-6 diabetes management and prevention
Sorli C (2014) New developments in insulin in the next decade. Diabetes Res Clin
therapy for type 2 diabetes. Am J Med Pract 143: 101-112. doi:
127: S39-S48. doi: 10.1016/j.diabres.2018.06.007
10.1016/j.amjmed.2014.07.006 WHO (2019) Classification of diabetes
Stubbs DJ, Levy N, Dhatariya K (2017) mellitus 2019. World Health
Diabetes medication pharmacology. Organization, Geneva
BJA Education 17: 198-207. doi: Wondafrash DZ, Desalegn TZ, Yimer EM,
10.1093/bjaed/mkw075 Tsige AG, Adamu BA, Zewdie KA
Suprapti B, Widyasari N, Rahmadi M, Wibisono (2020) Potential effect of
C (2017) Review of insulin therapy in type hydroxychloroquine in diabetes
2 diabetes mellitus ambulatory patients. mellitus: A systematic review on
Indones J Pharm 28: 221-231. doi: preclinical and clinical trial studies. J
10.14499/indonesianjpharm28iss4pp221 Diabetes Res 2020: 5214751. doi:
Uusitupa M, Khan TA, Viguiliouk E, 10.1155/2020/5214751
Kahleova H, Rivellese AA, Wu Y, Ding Y, Tanaka Y, Zhang W (2014) Risk
Hermansen K, Pfeiffer A, factors contributing to type 2 diabetes and
Thanopoulou A, Salas-Salvado J, recent advances in the treatment and
Schwab U, Sievenpiper JL (2019) prevention. Int J Med Sci 11: 1185-1200.
Prevention of type 2 diabetes by doi: 10.7150/ijms.10001
lifestyle changes: A systematic review Zierath JR (2019) Major advances and
and meta-analysis. Nutrients 11: discoveries in diabetes – 2019 in
2611. doi: 10.3390/nu11112611 review. Curr Diab Rep 19: 118. doi:
Wang CY, Neil DL, Home P (2018) 2020 10.1007/s11892-019-1255-x

317

View publication stats

You might also like