Professional Documents
Culture Documents
Jurnal 1
Jurnal Pendidikan
e-ISSN: 2443-3586 | p-ISSN: 1411-1942
Website http://jurnal.ut.ac.id/index.php/jp
*Corresponding Author
Abstract: The results of the observations show that there are no teaching materials in the form of e-
modules used by mathematics teachers in junior high schools. Based on the problem and research
objectives, this type of research is quasi-experimental. This research was conducted in two groups,
namely the learning experiment class using e-modules with a CTL approach and the control class
using conventional learning. The population in this study were all seventh-grade students at Blue
Junior High School for the 2020/2021 academic year which consisted of 2 classes. To obtain the
sample class, namely the experimental and control classes, a random sampling technique was used.
VII B was the experimental class, and class VII A was chosen as the control class. The instrument
used is a test consisting of 5 questions about conceptual understanding test. Data analysis using the
t-test. From the students' responses to the e-module, the criteria were "very interesting" with a
percentage of 90.6%. The calculation results obtained is 2.704 with a significance level of 0.009.
Based on the results of the hypothesis test, Ho is rejected, this means that there is a significant effect
on the use of e-module teaching materials with a CTL approach to improving students' conceptual
understanding abilities.
Abstrak: Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tidak ada bahan ajar berupa e-modul yang
digunakan oleh guru matematika di SMP. Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, jenis
penelitian ini adalah quasi eksperimen. Penelitian ini dilakukan pada dua kelompok, yaitu kelas
eksperimen pembelajaran menggunakan e-modul berpendekatan CTL dan kelas kontrol
menggunakan pembelajaran konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta
didik kelas VII SMP Lazuardi Haura untuk tahun akademik 2020/2021 yang terdiri dari 2 kelas.
Untuk mendapatkan kelas sampel, yaitu kelas eksperimen dan kontrol, teknik random sampling
yang digunakan. VII B sebagai kelas eksperimen dan kelas VII A dipilih sebagai kelas kontrol.
Instrumen yang digunakan adalah tes yang terdiri dari 5 soal pertanyaan tentang tes pemahaman
konsep. Analisis data menggunakan uji t. Dari respon peserta didik terhadap e-modul
memperoleh kriteria “sangat menarik” dengan presentase 90,6%. Hasil perhitungan diperoleh
thitung yaitu 2,704 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,009. Berdasarkan hasil tes hipotesis maka
Ho ditolak, ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan bahan ajar e-modul
berpendekatan CTL terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep peserta didik.
METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan
desain Posttest-Pretest Control Group Design. Quasy Eksperimental Design merupakan
metode penelitaian yang memiliki kelompok kontrol tetapi tidak berfungsi sepenuhnya
untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen
(Sugiyono, 2016). Desain penelitian disajikan pada Tabel 1.
normalitas menggunakan uji liliefors dan uji homogenitas menggunakan uji bartlet,
kemudian dilanjutkan dengan uji t. Hasil uji liliefors untuk mengetahui kenormalan. Hasil
perhitungan dari kelas ekperimen dengan jumlah peserta didik yaitu 32 dan tingkat
signifikan 5% sehingga diperoleh ltabel yaitu 0,1542 dan dari kelas ekperimen didapatkan
lhitung sebesar 0,1358 karena 0,1358 < 0,1542 maka H0 diterima. Hasil perhitungan dari
kelas konvensional dengan jumlah peserta didik yaitu 32 dan tingkat signifikan 5%
sehingga diperoleh ltabel yaitu 0,1542 dan dari kelas konvensional didapatkan lhitung
sebesar 0,0814 karena 0,0814 < 0,1542 maka H0 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Kemudian kedua data
diuji dengan uji bartlet untuk mengetahui homogenitas variansnya. Dari tabel distribusi
diperoleh 3,481. Dari perhitungan diperoleh nilai 3,139. Karena
nilai < yaitu 3,139 < 3,481 maka Ho diterima. Artinya kedua kelompok
tersebut mempunyai varian sama (homogen).
Setelah persyaratan dipenuhi kedua data diuji menggunakan uji-t untuk
mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan pemahaman konsep peserta didik.
Setelah melakukan perhitungan diperoleh = 2,704 dengan tingkat signifikan
sebesar 0,009 dan . Berdasarkan perhitungan tersebut terlihat bahwa
dan . Maka disimpulkan bahwa H0 ditolak, artinya terdapat
pengaruh yang signifikan penggunaan bahan ajar e-modul berpendekatan CTL terhadap
peningkatan kemampuan pemahaman konsep peserta didik. Hal ini sesuai dengan
Lasmiyati (2014) yang mengemukakan bahwa e-modul dapat memfasilitasi siswa
mengkonstruksi konsep-konsep matematisnya secara mandiri, sehingga kemampuan
siswa dalam memahami konsep pada materi menjadi terbangun.
Selanjutnya untuk menguji keefektifan produk yang dihasilkan, dilakukan dengan
membandingkan nilai setelah perlakuan dari kedua kelas tersebut. Pada kelas
eksperimen yang menggunakan e-modul berpendekatan kontekstual sedangkan pada
kelas control menggunakan metode konvensional diperoleh rata-rata skor tes
pemahaman konsep kelas kontrol lebih rendah daripada kelas eksperimen. Dari tes akhir
diperoleh nilai tertinggi di kelas eksperimen 96 dan nilai terendah 50 dengan nilai rata-
rata sebesar 80,812. Sedangkan pada kelas kontrol nilai tertinggi 90 dan nilai terendah
50 dengan nilai rata-rata sebesar 73,687. Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan
bahwa kemampuan pemahaman konsep peserta didik menggunakan e-modul
berpendekatan CTL lebih baik daripada pemahaman konsep peserta didik dengan
pembelajaran biasa.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat diambil simpulan bahwa
kemampuan pemahaman konsep peserta didik yang mengikuti pembelajaran
menggunakan e-modul berpendekatan CTL lebih baik daripada pemahaman konsep
peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional, serta
terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan bahan ajar e-modul berpendekatan CTL
terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep peserta didik.
Jurnal 2
Jurnal Pendidikan
e-ISSN: 2443-3586 | p-ISSN: 1411-1942
Website http://jurnal.ut.ac.id/index.php/jp
Open access under CC BY NC SA Vol. 23, No. 1, 2022, 16-23
Copyright © 2021, the author(s) DOI: 10.33830/jp.v23i1.2845.2022
nurul.fadhilah@unismuh.ac.id
*Corresponding Author
Abstract: Student test results on the concept of genetic material substance are
still low so it needs to be improved, one of which is the application of the
reciprocal teaching model. This study aims to determine the effect of the
reciprocal teaching-learning model on the biology learning outcomes of class
XII science students at SMA Negeri 2 Luwu Utara on the concept of genetic
material substance. This type of research is a quasi-experimental design with a
non-equivalent control group design. The population in this study was class XII
IPA SMA Negeri 2 Luwu Utara with selected samples namely XII IPA 1 as the
experimental class and XII IPA 3 as the control class. Data was collected by
giving pretest and posttest with 30 multiple-choice questions. The results of
hypothesis testing indicate that the reciprocal teaching-learning model has an
effect on student learning outcomes on the concept of genetic material
substance at SMAN 2 Luwu Utara.
Abstrak: Hasil ujian siswa pada konsep substansi materi genetik tergolong
masih rendah sehingga perlu ditingkatkan, salah satunya dengan penerapan
model reciprocal teaching. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh model pembelajaran reciprocal teaching terhadap hasil belajar
biologi siswa kelas XII IPA di SMA Negeri 2 Luwu Utara pada konsep
substansi materi genetik. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu
dengan desain non equivalent control group design. Populasi pada penelitian
ini adalah kelas XII IPA SMA Negeri 2 Luwu Utara dengan sampel terpilih
yakni XII IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan XII IPA 3 sebagai kelas kontrol.
Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian pretest dan posttest dengan
jumlah soal pilihan ganda sebanyak 30 nomor. Hasil uji hipotesis
menunjukkan bahwa model pembelajaran reciprocal teaching berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa pada konsep substansi materi genetik di SMAN 2
Luwu Utara.
PENDAHULUAN
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif
dengan jenis quasi eksperimen (quasi eksperimental research). Adapun desain penelitian
yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. Pada desain ini kedua kelas
terlebih dahulu diberikan tes awal (pretest) dengan soal yang sama. Kelas eksperimen
diberikan perlakuan khusus yaitu menggunakan model reciprocal teaching, sedangkan
pada kelompok kontrol diberikan perlakuan seperti biasa dengan menggunakan metode
ceramah. Setelah diberikan perlakuan, kedua kelompok diberikan tes akhir (posttest)
dengan soal yang sama. Desain penelitian disajikan pada Tabel 1.
Keterangan:
O1 = Pretest untuk mengukur hasil belajar kelas eksperimen
O2 = Postest untuk mengukur hasil belajar kelas eksperimen
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas XII IPA di SMAN 2 Luwu
Utara yang berjumlah 147 orang. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan
teknik purposive sampling. Sampel terpilih yakni kelas XII IPA 1 sebagai kelas eksperimen
dengan jumlah siswa 29 orang dan XII IPA 3 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa
28 orang. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa tes hasil belajar pada
materi substansi genetik berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 30 nomor. Data
dianalisis secara deskriptif dengan menghitung mean, skor terendah, skor / tertinggi,
18 Jurnal Pendidikan, Vol. 23, No. 1, 2022
Tugas 2 sesi 5 Nur Aini 859671656
standar deviasi dan rentang skor, serta uji inferensial dengan menggunakan uji paired
sample t-test melalui bantuan software SPSS versi 25.
Tabel 2. Analisis Statistik Deskriptif Hasil Belajar Biologi Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Statistik
Pre- Post- Pre- Post-
Test Test Test Test
Jumlah Sampel 28 28 28 28
Skor Ideal 100 100 100 100
Skor Tertinggi 77 90 77 87
Skor Terendah 23 53 17 33
Rentang Skor 54 37 60 54
Skor Rata-Rata 50,3 74,2 49,1 67,7
6 9 1 1
Standar Deviasi 15,4 10,4 16,0 12,5
66 81 19 25
Tabel 3 menunjukkan bahwa lebih dari 90% siswa memiliki nilai pretest dengan
kategori kurang, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dan persentase siswa
yang memiliki nilai cukup, baik di kelas eksperimen maupun dikelas kontrol berada
dibawah 10% dan tidak ada siswa yang memperloleh nilai baik maupun sangat baik.
Untuk nilai posttest, persentase siswa dengan kategori kurang pada kelas eksperimen
berada dibawah 50% dan kelas kontrol diatas 60%, begitupun untuk kategori cukup dan
Jurnal Pendidikan, Vol. 23, No. 1, 2022 19
20 Jurnal Pendidikan, Vol. 23, No. 1, 2022
Tugas 2 sesi 5 Nur Aini 859671656
baik, baik itu kelas eksperimen dan kontrol berada dibawah 40% serta tidak ada siswa
yang berada pada kategori sangat baik.
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol diperoleh data seperti terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari hasil pretes pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol, jumlah siswa yang masuk dalam kategori tidak tuntas lebih tinggi dibandingkan
dengan kategori tuntas. Namun pada hasil posttest jumlah siswa pada kelas eksperimen
yang masuk dalam kategori tuntas bertambah menjadi 57% siswa, sedangkan pada kelas
kontrol jumlah siswa yang masuk ke dalam kategori tuntas yakni 32% siswa. Dengan
demikian, jumlah siswa yang masuk dalam kategori tuntas pada kelas eksperimen lebih
tinggi dibandingkan pada kelas kontrol.
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji independent sample t-
test. terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dengan menggunakan
uji Shapiro-Wilk dan uji homogenitas dengan menggunakan uji Test of Homogeneity of
Variance. Hasil analisis uji prasyarat dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal, dan kedua
kelas memiliki varians data yang homogen. Dari uji hipotesis dengan menggunakan uji
independent sample t-test diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,038 < 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran
reciprocal teaching terhadap hasil belajar siswa kelas XII IPA di SMAN 2 Luwu Utara pada
materi substansi genetik. Pada hasil uji deskriptif diperoleh hasil pada kelas eksperimen
dengan perlakuan model reciprocal teaching, memiliki rata-rata hasil belajar pretest
sebesar 50,36 dan posttest 74,29. Pada kelas kontrol dengan perlakuan model
konvensional diperoleh hasil pretest sebesar 49,11 dan posttest 67,71. Berdasarkan rata-
rata hasil belajar tersebut terlihat bahwa peningkatan hasil belajar pada kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini membuktikan bahwa
pengimplementasian model pembelajaran reciprocal teaching mampu meningkatkan
Jurnal Pendidikan, Vol. 23, No. 1, 2022 21
hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nisa et al.,
2016) yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada kelas eksperimen
dengan perlakuan model reciprocal teaching lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
kontrol yang tidak menerapkan model pembelajaran reciprocal teaching.
Peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding
kelas kontrol, hal tersebut disebabkan karena selama proses pembelajaran dengan model
reciprocal teaching siswa lebih aktif dan memiliki minat belajar yang tinggi untuk belajar.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Berutu & Tambunan, 2018) yang menyatakan bahwa
peningkatan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan, apabila siswa memiliki minat belajar
yang tinggi serta memperhatikan dengan baik materi yang diajarkan. Menurut (Mulyono
& S, 2020) bahwa model pembelajaran reciprocal teaching adalah pembelajaran yang
berpusat kepada siswa, sehingga siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran dan
dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator.
Model pembelajaran reciprocal teaching dapat meningkatkan aktivitas belajar dan
memengaruhi ketuntasan hasil belajar siswa. Berdasarkan data hasil ketuntasan belajar
siswa setelah diberikan tes pada konsep substansi materi genetik, diperoleh data bahwa
pada kelas eksperimen sebanyak 57% siswa termasuk dalam kategori tuntas dan 43%
lainnya tidak tuntas, sedangkan pada kelas kontrol sebanyak 32% siswa termasuk
kategori tuntas dan 68% lainnya tidak tidak tuntas. Hal ini memberi gambaran bahwa
jumlah siswa dengan ketuntasan belajar pada kelas eksperimen memiliki persentase
yang lebih tinggi dari kelas kontrol. Ketuntasan belajar siswa pada kelas eksperimen
yang lebih tinggi dari kelas kontrol disebabkan karena reciprocal teaching menuntut
siswa agar mampu belajar mandiri serta memiliki kemampuan dalam menyelesaikan
masalah, sehingga dapat mengasah kemampuan berpikir siswa. Hal ini sejalan dengan
(Ketong et al., 2018) yang menyatakan bahwa model reciprocal teaching menjadi salah
satu model yang dapat melatih siswa untuk belajar mandiri, mempunyai keterampilan
dalam memecahkan masalah, sehingga dapat mengasah pola pikir siswa. Selain itu,
menurut (Tanjung, 2021) model pembelajaran ini mengajarkan siswa untuk menjadi
seorang guru, siswa dituntut untuk memahami materi pelajaran lalu menjelaskan materi
tersebut kepada teman lainnya.
Model reciprocal teaching juga menekankan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran, terlibat aktif dalam kegiatan diskusi membuat siswa bebas untuk
berkomunikasi dengan temannya, memaparkan dan mendengarkan pendapat, bertanya
serta saling bertukar pengalaman. Melalui kegiatan diskusi, siswa akan aktif untuk
mengajukan pertanyaan dan menanggapi pertanyaan dari kelompok lain. Hal tersebut
dapat membuat siswa yang kurang aktif menjadi termotivasi untuk menncari jawaban
dari pernyataan kelompok lainnya. Sejalan dengan (Lamajau, 2014) yang menyatakan
bahwa pembelajaran dengan menerapkan metode diskusi efektif meningkatkan hasil
belajar serta aktivitas siswa baik tuntas secara klasikal maupun individual.
Model pembelajaran reciprocal teaching memiliki beberapa kelebihan sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar, pengetahuan, motivasi belajar, serta dapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam berinteraksi dan berkomunikasi selama proses
pembelajaran (Efendi, 2013). Selain itu, model pembelajaran reciprocal teaching efektif
diaplikasikan sebab menerapkan empat strategi yakni merangkum, membuat
pertanyaan, mengklarifikasi dan memprediksi yang dapat memperkuat ingatan siswa
terkait materi pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan (Cicilia et al., 2015)
bahwa model reciprocal teaching merupakan model pembelajaran yang menerapkan
empat strategi yang dapat meningkatkan daya ingat siswa terkait konsep yang telah
dipelajari.
Berdasarkan hasil temuan yang telah didapatkan, diperoleh hasil bahwa pada
penerapan model reciprocal teaching merupakan pilihan model yang efektif digunakan
sebagai salah satu model pada pembelajaran biologi, khususnya pada konsep substansi
materi genetik di kelas XII IPA di SMA Negeri 2 Luwu Utara. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilaksanakan oleh (Nisa et al., 2016) yang menyatakan bahwa
pembelajaran reciprocal teaching efektif dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa kelas X SMA N 1 Godong pada materi Protista. Selain itu (Raida et al., 2014)
menyatakan model reciprocal teaching efektif meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa pada materi Sistem Pernapasan Manusia di SMA Negeri 3 Salatiga.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran reciprocal teaching berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa pada konsep substansi materi genetik pada siswa kelas XII IPA di SMA Negeri 2
Luwu Utara. Pendidik dapat menjadikan model pembelajaran reciprocal teaching sebagai
salah satu alternatif pilihan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran pada konsep
substansi materi genetik. Berdasarkan kesimpulan tersebut, disarankan kepada peneliti
selanjutnya untuk dapat mengembangkan penelitian ini, baik dengan penerapan model
pembelajaran reciprocal teaching terhadap materi biologi yang berbeda ataupun pada
mata pelajaran yang lain.
REFERENSI
Andira, T., Santoso, B., & Yusup, M. (2018). Penerapan model pembelajaran reciprocal
teaching ditinjau dari kemampuan penalaran matematis peserta didik pada materi
bangun datar segiempat Applying of reciprocal teaching learning model viewed
from students ’ mathematical reasoning on quadrilateral mat. Pythagoras, 13(1),
88–98.
Berutu, M. H. A., & Tambunan, M. I. H. (2018). Pengaruh Minat Dan Kebiasaan Belajar
Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Sma Se-Kota Stabat. Jurnal Biolokus, 1(2),
109. https://doi.org/10.30821/biolokus.v1i2.351.
Cicilia, V., Ramadhan, A., & Kundera, I. N. (2015). Penerapan Model Pembelajaran
Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada
Bidang Studi Sains Kelas Vi Sdn 1 Biromaru. Jurnal Sains Dan Teknologi Tadulako,
4(2), 52–59.
Efendi, N. (2013). Pengaruh Pembelajaran Reciprocal Teaching Dipadukan Think Pair
Share Terhadap Peningkatan Kemampuan Metakognitif Belajar Biologi Siswa Sma
Berkemampuan Akademik Berbeda Di Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Santiaji
Pendidikan (JSP), 3(2), 85–109. https://doi.org/10.36733/jsp.v3i2.486.
Hanafi, I. (2014). Pendidikan Teknik dan Vokasional (1st ed.). Deepublish.
Hasanah, S., Rochmad, & Hidayah, I. (2012). Pembelajaran Model Reciprocal Teaching
Bernuansa Pendidikan Karakter Untuk Meningkatkan Kemampuan Komuniasi
Matematis. Unnes Journal of Mathematics Education Research, 1(2).
Jurnal 3
Heri Hidayat 1), Heny Mulyani 2), Ajeng Siti Fatimah 3),
Amallia Sholihat 4), Ana Zulfia Latifah 5)
Abstract: In learning, we need a method to enhance the creativity of the students, one
of them with Mind Mapping method. This study aims to explain the application of mind
mapping methods to increase creativity in learning Citizenship Education in Class VI
Madrasah Ibtidaiyah (MI). This research was conducted using field observation of 25
students. The Research Data collection is based on the results of students learning
activities to create a mind map. The results showed that the Mind Mapping method can
enhance students' creativity in studying Pancasila and Citizenship Education.
PENDAHULUAN
Melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, pemerintah Indonesia
berupaya untuk melakukan perbaikan dalam hal mutu pendidikan. Menurut
Wulandari, dkk (2019) sebuah kurikulum yang berlaku di Indonesia yakni Kurikulum
2013, dimana kurikulum tersebut pengganti dari kurikulum sebelumnya yaitu
Kurikulum 2006 atau KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Implementasi
Kurikulum 2013 (K13) merupakan suatu kebijakan yang diambil oleh Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan dimana berlaku pada tahun 2014/2015 khususnya
pada jenjang Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas. Kurikulum 2013 yang
sedang diberlakukan di Indonesia pelaksanaan pembelajarannya lebih menekankan pada
proses pengembangan kognitif siswa yang kreatif selain itu juga siswa dituntut untuk
berpikir kritis.
Mulyasa (2013), mengatakan bahwa pendidikan karakter terutama pada
tingkat dasar yang merupakan sebuah pondasi untuk tingkat selanjutnya adalah ciri
Kurikulum 2013. Melalui pengembangan Kurikulum 2013 yang berbasis karakter
dan kompetensi kita mempunyai harapan bahwa kita bisa menjadi bangsa yang
maju dan bermartabat dimana masyarakatnya memiliki nilai tambah dan nilai jual
yang dapat kita tawarkannkepada orang lain, sehingga kita bisa bersaing dengan
bangsa-bangsa lain di kancah global. Produktif, kreatif, inovatif dan berkarakter
merupakan sebuah hasil dari implementasi Kurikulum 2013.
Suatu interaksi antara pendidik dan peserta didik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar merupakan pembelajaran. Pembelajaran merupakan
sebuah transfer ilmu pengetahuan yang terjadi antara pendidik dan peserta didik
yang berupa pengetahuan, penguasaan kemahiran, pembentukan sikap dan
kepercayaan kepada peserta didik. Guru atau pendidik memiliki peran yang sangat
penting yaitu memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada peserta didik dan
menanamkan nilai-nilai dan sikap yang baik agar meiliki kepribadian yang baik bagi
peserta didik.
Fauziah (2017) mengatakan bahwa belajar adalah suatu usaha perubahan
dalam ilmu pengetahuan, sikap, dan keterampilannya untuk mempelajari sesuatu
dari yang awalnya tidak tahu menjadi tahu. Selain itu juga proses pembelajaran
harus ada interaksi yang positif antara guru dan siswa, posisi siswa tidak hanya
menerima ilmu pengetahuan saja, tetapi siswa juga harus mampu membangun
sendiri ilmu pengetahuannya saat belajar.
Seorang guru dalam proses pembelajaran memiliki tugas dalam memilih
model ataupun metode pembelajaran yang tepat untuk menyampaikam suatu
materi pembelajaran agar tercapainya suatu tujuan dari pendidikan. Model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan, termasuk di dalamnya tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dibahas sebelumnya,
penelitian ini kemudian mengacu pada 2 rumusan masalah sebagai berikut: 1)
Bagaimana kreativitas siswa dalam pembelajaran PKn di kelas VI MI Miftahul Falah
sebelum menggunakan metode mind mapping; 2) Bagaimana proses penerapan
belum pernah ada. Selain itu, kreativitas juga adalah kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang dalam menghasilkan gagasan yang baru dan dapat dikembangkan.
Betaubun, dkk., (2018) mengatakan bahwa kreativitas sangat penting dimiliki oleh
siswa karena merupakan suatu keterampilan diri yang bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari dan dalam proses pembelajaran. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi
dapat menyelesaikan persoalannya dalam proses belajar, sehingga dengan
kreativitasnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan penelitian adalah untuk
menganalisis penerapan metode mind mapping untuk meningkatkan kreativitas
pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas VI MI yang dilakukan di MI
Miftahul Falah kota Bandung.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Menurut
Hermawan (2019) metode deskriptif adalah metode penelitian, dimana dalam
mengumpulkan data dilakukan dengan menguji pertanyaan penelitiaan yang
berkaitan dengan keadaan dan kejadian sekarang. Selain itu juga, metode penelitian
ini dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi
tentang suatu keadaan secara sistematis, akurat, dan aktual yang ada hubungannya
dengan masalah yang diteliti yaitu menerapkan metode mind mapping untuk
meningkatkan kreativitas pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas
VI MI.
MI Miftahul Falah 1 merupakan sekolah madrasah yang memiliki visi
“Terbentuknya Pribadi Muslim Yang Sehat, Cerdas Dan TRAMPIL (Taqwa, Rajin,
Amanah, Prestasi, Inovatif, Luas Wawasan) IMTAQ Dan IPTEK”. Sekolah ini meliliki
1.340 siswa terdiri atas VI (enam) kelas. Dengan jumlah siswa yang cukup banyak maka
MI Miftahul Falah membaginya menjadi dua bagian ada siswa yang sekolah pagi dan
siang, kecuali kelas I (satu) tahun pelajaran 2018/2019 dibagi menjadi 4 (empat)
kelas dengan jumlah siswa 143. Dalam penelitian ini data yang diambil dari sampel
adalah data dari hasil pembelajaran siswa dengan menggunakan metode mind
mapping melalui observasi yang terdiri dari 25 orang siswa kelas VI
Tabel 1. Lanjutan
Aspek Yang Penilaian
Indikator 43 2 1
Diamati Sangat Kreatif Kreatif Cukup Kreatif Kurang Kreatif
Keaslian Mencetuskan Siswa Siswa Siswa Siswa
masalah, mencetuskan mencetuskan mencetuskan tidak
gagasan atau masalah, gagasan masalah, gagasan masalah, mencetu
hal-hal yag tak atau hal yang atau hal yang gagasan atau hal skan
terpikirkan berbeda dengan berbeda dengan yang berbeda masalah,
orang lain lancar dan tepat lancar namun dengan tidak gagasan
kurang tepat lancar dan tidak atau hal
tepat yang
berbeda
Keterincian/ Mengem Siswa Siswa Siswa Siswa tidak
bangk
Elaborasi an atau mengembangkan mengembangkan mengembangkan mengembangkan
memperkaya gagasan dari gagasan dari gagasan dari gagasan dari
gagasan orang guru/teman guru/teman guru/teman guru/teman
lain dengan tepat namun kurang namun tidak tepat
Tabel 2. Data Nilai Kreativitas Siswa Sebelum Menggunakan Metode Mind mapping
Nama Siswa Sebelum Keterangan
menggunak
an metode
C 75 Tuntas
E 75 Tuntas
F 75 Tuntas
H 75 Tuntas
I 75 Tuntas
O 75 Tuntas
Tabel 2. Lanjutan
Nama Siswa Sebelum Keterangan
menggunak
an metode
T 75 Tuntas
D 67 Tidak Tuntas
M 67 Tidak Tuntas
Q 67 Tidak Tuntas
U 67 Tidak Tuntas
Y 67 Tidak Tuntas
A 58 Tidak Tuntas
K 58 Tidak Tuntas
P 58 Tidak Tuntas
W 58 Tidak Tuntas
B 50 Tidak Tuntas
G 50 Tidak Tuntas
L 50 Tidak Tuntas
R 50 Tidak Tuntas
V 50 Tidak Tuntas
X 50 Tidak Tuntas
J 42 Tidak Tuntas
N 42 Tidak Tuntas
S 42 Tidak Tuntas
Jumlah 1470
Nilai Rata-Rata 59
Siswa Yang Tuntas 7
Siswa Yang Tidak Tuntas 18
Persentase Ketuntasan Belajar 28%
Sumber: Hasil penilaian siswa dari guru kelas MI Miftahul Falah
Siswa dinyatakan tuntas jika telah mencapai nilai ≥ 70. Untuk melihat
ketuntasan pembelajarannya dihitung dengan rumus sebagai berikut:
9
𝑆= X 100 = 75
12
Dengan perhitungan ini siswa C dinyatakan tuntas dalam proses
pembelajaran di kelas walaupun guru hanya menggunakan metode konfensional,
ceramah dan tanya jawab saja. Lalu dari data nilai Tabel 1 dapat diketahui bahwa
nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa adalah 28% dengan perhitungan sebagai
berikut:
∑𝑥 1470
X= 𝑁 = 25 = 59
Hasil kreativitas siswa pada proses pembelajaran sebelum menggunakan
metode mind mapping, dapat dilihat dari tabel dibawah ini yang menunjukan bahwa
hasil kreativitas siswa di kelas VI ini masih banyak sekali siswa yang belum
mencapai nilai ketuntasan dan masih banyak siswa yang mendapat nilai dibawah
KKM yang sudah ditentukan oleh sekolah/guru. Hasil tersebut dapat dilihat dalam
Tabel 3.
Tabel 4. Lanjutan
Nama Siswa Sesudah Keterang
Menggunaka an
n Metode
L 67 Tidak
Tuntas
M 67 Tidak
Tuntas
X 67 Tidak
Tuntas
M 67 Tidak
Tuntas
V 65 Tidak
Tuntas
Jumlah 1905
Nilai Rata-Rata 76,2
Siswa Yang Tuntas 18
Siswa Yang Tidak Tuntas 7
Persentase Ketuntasan Belajar 72%
Sumber: Hasil penilaian siswa dari guru kelas MI Miftahul Falah
X= ∑𝑥 = 1905 = 72%
𝑁 25
Jumlah ini diperoleh dari hasil perhitungan kinerja siswa mengerjakan mind
mapping, peneliti melihat bahwa metode ini menyebabkan kenaikan yang cukup
bagus untuk melihat kreativitas siswa karena metode ini menunjang pengembangan
proses kreativitas para siswa dengan menggunakan stimulus menggunakan
percampuran warna sesuai keinginannya sendiri, lalu gambar yang sesuai dengan materi,
dan teks yang mudah dipahami siswa dengan materi yang disampaikan.
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa persentase ketuntasan kreativitas
siswa kelas VI MI Miftahul Falah ini sudah bisa dinyatakan baik karena dari data
diatas telah dibuktikan bahwa nilai kreativitas siswa sudah meningkat. Dari data
tersebut bisa dilihat bahwa kreativitas siswa yang meningkat diantarannya 40% dari 10
orang siswa dinyatakan baik, lalu 60% dari 15 orang siswa dinyatakan cukup, dan
sudah tidak ada lagi siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM dari jumlah
seluruh siswa 25 orang dalam satu kelas tersebut setelah menggunakan metode
pembelajaran mind mapping. Maka siswa kelas VI MI Miftahul Falah ini sudah dapat
mencapai ketuntasan belajar dan hasilnya sudah lebih meningkat.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan, metode mind mapping
dapat meningkatkan kreativitas siswa seperti pada penelitian Sukawati (2016) yang
berjudul Peningkatan Siswa Dalam Menulis Cerpen Melalui Metode Pemetaan
Pikiran (Mind mapping) yang dilakukan oleh siswa kelas X SMPN 14 Bandung.
Dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan
pembelajaran menulis cerpen dengan metode mind mapping cukup efektif
meningkatkan kreativitas siswa dalam menulis cerpen. Pembelajaran menulis
cerpen dengan menggunakan metode mind mapping dilaksanakan dalam dua
siklus. Sejak proses kreatif membuat peta pikiran berlangsung, siswa sudah
memahami secara mendalam tentang ide yang akan dituangkan dalam cerpen
secara utuh. Selama pembelajaran di kelas, metode mind mapping telah mampu
memunculkan perilaku siswa yang lebih positif. Siswa cenderung lebih aktif dan
kreatif dalam bertanya dan mengemukakan gagasan. Suasana kelas pun menjadi
lebih hidup. Kemampuan siswa dalam menulis cerpen dengan metode mind
mapping semakin meningkat. Hasil analisis menunjukkan bahwa skor dan nilai yang
dihasilkan mengalami peningkatan mulai dari 3,5% sampai dengan 43,5%.
Meskipun hasil analisis menunjukkan tidak semua siswa mengalami peningkatan
pada setiap kriteria, tetapi secara keseluruhan persentase nilai meningkat.
KESIMPULAN
Berdasarkan observasi yang telah kami lakukan dan hasil yang sudah
dipaparkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa metode mind mapping
dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran PKn di MI
Miftahul Falah kelas VI ini. Dalam pemaparan tersebut sudah dijelaskan bahwa nilai
REFERENSI
Betaubun, Since L., Agus K. H., Adi S., Ratna P. & Yunarlianto P. (2018). Metode Mind
Mapping Untuk Meningkatkan Kreativitas Menulis Dan Hasil Belajar Siswa
Pada Materi Kesehatan. Musamus Journal Of Primary Education, Vol. 1,
No 1.
Darusman, R. (2014). Penerapan Metode Mind Mapping (peta pikiran) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik siswa SMP. Infinity
Journal, 3(2), 164-173.
Fauziah, D. (2017). Penerapan Model Mind Map Untuk Meningkatkan Kreativitas
Dan Pemahaman Siswa Pada Materi Sejarah Kerajaan Isam Di Indonesia.
Mimbar Sekolah Dasar, Vol. 4, No 2. Ejournal Upi Bandung
Hermawan, Iwan. (2019) Metodologi Penelitian Pendidikan. Kuningan: Hidayatul
Quran.
Mulyasa, E. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Remaja Rosdakarya.
Pamungkas, A., Bambang S., & Suharto L. (2017). Implementasi Model
Pembelajaran IPA Berbasis Kearifan Lokal untuk Meningkatkan Kreativitas dan
Hasil Belajar Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, Vol. 3, No 2.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Prastyo, A. (2016). Pengaruh Metode Mind Mapping Terhadap Kreativitas Belajar
Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Matematika Di Sd Negeri Banyuanyar 1
Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017. Jurnal PGSD. Uviversitas Slamet
Riyadi.
Sukawati, S. (2016). Peningkatan Siswa Dalam Menulis Cerpen Melalui Metode
Pemetaan Pikiran (Mind Mapping). Jurnal Ilmiah Program Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol 5, No 1. STKIP Siliwangi.
Shoimin, A. (2016). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Cetakan ke-2. Jakarta: Ar-Ruzz Media.
Sitepu, A. (2019). Pengembangan Kreativitas Siswa. Guepedia.
Syam, N. & Ramlah Ramlah. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping
Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial Siswa Kelas IV SDN 54 Kota Parepare. Jurnal Publikasi Pendidikan,
Vol. V, No 3 Tahun 2015. Univeritas Negeri Makassar.