You are on page 1of 29

Tugas 2 sesi 5 Nur Aini 859671656

Jurnal 1

Jurnal Pendidikan
e-ISSN: 2443-3586 | p-ISSN: 1411-1942
Website http://jurnal.ut.ac.id/index.php/jp

Open access under CC BY NC SA Vol. 23, No. 2, 2022, 101-106


Copyright © 2022, the author(s) DOI: 10.33830/jp.v23i2.3579.2022

Pengaruh Bahan Ajar E-Modul Berpendekatan Contextual


Teaching Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan
Pemahaman Konsep Peserta Didik

Yunia Lestari1*), Sugeng Sutiarso2), Sugilar3)


1)SMP Lazuardi Haura Lampung
2)Universitas Lampung
3)Universitas Terbuka
1*)yunia.lestari23@gmail.com, 2)sugengsutiarso7@gmail.com, 3)gilar@ecampus.ut.ac.id

*Corresponding Author

Abstract: The results of the observations show that there are no teaching materials in the form of e-
modules used by mathematics teachers in junior high schools. Based on the problem and research
objectives, this type of research is quasi-experimental. This research was conducted in two groups,
namely the learning experiment class using e-modules with a CTL approach and the control class
using conventional learning. The population in this study were all seventh-grade students at Blue
Junior High School for the 2020/2021 academic year which consisted of 2 classes. To obtain the
sample class, namely the experimental and control classes, a random sampling technique was used.
VII B was the experimental class, and class VII A was chosen as the control class. The instrument
used is a test consisting of 5 questions about conceptual understanding test. Data analysis using the
t-test. From the students' responses to the e-module, the criteria were "very interesting" with a
percentage of 90.6%. The calculation results obtained is 2.704 with a significance level of 0.009.
Based on the results of the hypothesis test, Ho is rejected, this means that there is a significant effect
on the use of e-module teaching materials with a CTL approach to improving students' conceptual
understanding abilities.

Keywords: e-module, CTL approach, concept understanding.

Abstrak: Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tidak ada bahan ajar berupa e-modul yang
digunakan oleh guru matematika di SMP. Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, jenis
penelitian ini adalah quasi eksperimen. Penelitian ini dilakukan pada dua kelompok, yaitu kelas
eksperimen pembelajaran menggunakan e-modul berpendekatan CTL dan kelas kontrol
menggunakan pembelajaran konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta
didik kelas VII SMP Lazuardi Haura untuk tahun akademik 2020/2021 yang terdiri dari 2 kelas.
Untuk mendapatkan kelas sampel, yaitu kelas eksperimen dan kontrol, teknik random sampling
yang digunakan. VII B sebagai kelas eksperimen dan kelas VII A dipilih sebagai kelas kontrol.
Instrumen yang digunakan adalah tes yang terdiri dari 5 soal pertanyaan tentang tes pemahaman
konsep. Analisis data menggunakan uji t. Dari respon peserta didik terhadap e-modul
memperoleh kriteria “sangat menarik” dengan presentase 90,6%. Hasil perhitungan diperoleh
thitung yaitu 2,704 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,009. Berdasarkan hasil tes hipotesis maka
Ho ditolak, ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan bahan ajar e-modul
berpendekatan CTL terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep peserta didik.

Kata Kunci: e-modul, pendekatan CTL, pemahaman konsep


PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan amanah yang diberikan pada seluruh masyarakat


Indonesia. Dalam kehidupan pendidikan memiliki peranan penting dan merupakan
tujuan hidup yang akan dicapai oleh setiap manusia. Melalui pendidikan, karakter setiap
individu akan dibentuk. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang
dituangkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003, yaitu pendidikan adalah proses
pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik yang berperan secara aktif dalam
menumbuhkan potensi dirinya untuk memiliki akhlak mulia, kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Matematika sebagai cabang ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting
dalam pembelajaran peserta didik di sekolah. Berdasarkan peraturan menteri
pendidikan nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah, mata pelajaran matematika sangat dibutuhkan untuk
mengembangkan sistematis, kritis, kreatif, logis dan analitis peserta didik mulai dari
peserta didik sekolah dasar sampai peserta didik menengah. Salah satu tujuan
pembelajaran matematika dalam Permendikbud 2016 adalah agar peserta didik mampu
memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam
pemecahan masalah.
Dari hasil wawancara peneliti dengan guru di SMP Lazuardi Haura menunjukan
masih kurangnya pemahaman konsep peserta didik. Hal tersebut dikarenakan pada saat
proses pembelajaran peserta didik hanya bermodal menghafal rumus untuk
menyelesaikan soal-soal matematika yang bersifat abstrak dan membutuhkan
pemahaman akan konsep-konsep. Dalam mempelajari matematika, pemahaman konsep
matematika sangat penting untuk peserta didik karena konsep matematika yang satu
dengan yang lain berkaitan sehingga untuk mempelajarinya harus runtut dan
berkesinambungan. Jika peserta didik telah memahami konsep-konsep matematika maka
akan memudahkan peserta didik dalam mempelajari konsep-konsep matematika
berikutnya yang lebih kompleks. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Hudojo (2018), bahwa pembelajaran matematika berarti belajar tentang konsep-konsep
dan struktur-struktur yang terdapat di dalam bahasan yang dipelajari serta mencari
hubungan-hubungan antar konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut.
Beberapa penelitian terdahulu juga menunjukkan kurangnya kemampuan
pemahaman konsep matematika peserta didik sebagaimana diungkapkan oleh (Hidayat
& Nurrohmah, 2016) dimana siswa masih kesulitan dalam memecahkan soal karena
rendahnya pemahaman konsep yang dimiliki. Ruseffendi (2016), menyatakan bahwa
terdapat banyak peserta didik yang setelah belajar matematika, tidak mampu memahami
bahkan pada bagian yang paling sederhana sekalipun, serta masih banyak konsep yang
dipahami secara keliru. Kesulitan dalam memahami konsep matematika dikarenakan
pembelajaran yang terlaksana cenderung berpusat pada guru, guru memberikan rumus-
rumus dan memberi contoh soal dan penyelesaian. Kegiatan siswa hanya mengerjakan
soal berdasarkan rumus yang ada dan berdasarkan contoh yang pernah diberikan oleh
guru tanpa mengetahui dari mana datangnya rumus (Putri, 2017).
Salah satu upaya dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep
matematis peserta didik yaitu menggunakan pendekatan Contextual Teaching Learning
(CTL) di dalam pembelajaran. Setiap peserta didik yang mendapatkan pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep

102 Jurnal Pendidikan, Vol. 23, No. 2, 2022


Tugas 2 sesi 5 Nur Aini 859671656

matematikanya dengan mandiri. Jhonson (dalam Surata & Marhaeni 2019)


mengemukakan bahwa pendekatan CTL adalah proses pembelajaran yang mengajak
peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam mengaplikasikan proses pembelajaran
dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini juga sejalan dengan Putra (2017) bahwa
pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan peserta didik sehingga menghasilkan makna dengan menghubungkan
muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari individu peserta didik.
Hasil observasi peneliti di SMP Lazuardi Haura menunjukan pembelajaran
matematika selama ini disampaikan kepada peserta didik menggunakan bahan ajar yaitu
buku cetak dan lembar kerja peserta didik, sedangkan dalam menghadapi tantangan
global saat ini menuntut dunia pendidikan untuk selalu senantiasa menyesuaikan
perkembangan teknologi terhadap usaha dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah
satu bahan ajar yang dapat digunakan dalam pekembangan teknologi yaitu modul
elektronik (e-modul). Hal ini sesuai dengan pendapat Anshori (2018) yaitu modul
elektronik menjadi salah satu bahan ajar yang cocok digunakan dalam pemanfaatan
perangkat elektronik di era globalisasi.
E-modul dapat diartikan suatu bahan ajar yang dikemas dalam format digital. E-
modul dapat dilengkapi dengan gambar, animasi, soal interaktif, dan video melalui
perangkat elektronik (Herawati & Muhtadi, 2018). Razzaq (2019) menjelaskan modul
elektronik dapat diartikan merupakan sebuah bentuk alat pembelajaran yang disusun
secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami ke dalam unit pembelajaran dan
ditampilkan dengan piranti elektronik yang berupa komputer. Mulyasa (2014),
mengatakan tujuan dari penggunaan modul yaitu untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana, fasilitas dalam mencapai tujuan
secara optimal. Modul elektronik memiliki beberapa keunggulan yaitu praktis
dikarenakan buku ini tidak tercetak seperti buku teks lainnya. E-Modul merupakan
media pembelajaran yang mudah digunakan oleh pemakainya, sehingga siswa
diharapkan mampu belajar mandiri dan tidak bergantung terhadap pihak lain karena
modul telah berisi seluruh materi pembelajaran hingga evaluasi pembelajaran dari satu
unit kompetensi yang dipelajari (Asyhar, 2013). Berdasarkan uraian tersebut maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Bahan Ajar E-
Modul Berpendekatan Contextual Teaching Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan
Pemahaman Konsep Peserta Didik Pada Materi Aljabar”.

METODOLOGI

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan
desain Posttest-Pretest Control Group Design. Quasy Eksperimental Design merupakan
metode penelitaian yang memiliki kelompok kontrol tetapi tidak berfungsi sepenuhnya
untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen
(Sugiyono, 2016). Desain penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Quasy Experimental Design


Kelompok Pretest Media Posttest
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O1 X2 O2

Jurnal Pendidikan, Vol. 23, No. 2, 2022 103


Keterangan:
X1= Pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar e-modul berpendekatan CTL
X2= Pembelajaran konvensional
O1= Nilai pretest (sebelum diberi perlakuan)
O2= Nilai posttest (setelah diberi perlakuan)

Penelitian ini melibatkan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang


mendapat perlakuan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar e-modul
berpendekatan CTL dan kelompok kontrol yang mendapat perlakuan pembelajaran
konvensional. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dari variabel bebas yaitu
pembelajaran menggunakan e-modul berpendekatan CTL dan pembelajaran
konvensional, dan variabel terikat yaitu pemahaman konsep matematis peserta didik.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara simple
random sampling yaitu pengambilan sampel penelitian dengan menggunakan cara
sampling acak sederhana (Arieska & Herdiani, 2018). Penelitian ini dilaksanakan di SMP
Lazuardi Haura dengan populasi seluruh peserta didik dan yang menjadi sampel yaitu
kelas IX A dan IX B sebagai kelas uji coba, peserta didik kelas VII B sebagai kelas
eksperimen dan kelas VII A sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah tes
terdiri dari 5 soal tes pemahaman konsep dengan analisis data penelitian menggunakan
uji t.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembelajaran menggunakan e-modul lebih mengutamakan keaktifan peserta


didik selama proses pembelajaran berlangsung, dimana materi dikonstruksi sendiri oleh
peserta didik secara individu maupun kelompok, sehingga pembelajaran seperti ini akan
lebih bermakna bagi peserta didik sehingga membuat peserta didik lebih memahami
konsep matematika. Hal ini sesuai dengan pendapat Hudojo (2018) jika peserta didik
aktif melibatkan dirinya di dalam menemukan suatu prinsip dasar, maka peserta didik
akan mengerti konsep tersebut lebih baik dan mampu menggunakan konsep tersebut
dalam konteks yang lain.
Analisis data dilakukan untuk mengungkapkan hasil belajar matematika peserta
didik pada kemampuan pemahaman konsep setelah dilaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan e-modul berpendekatan CTL. Sebelum melakukan analisis, terlebih dahulu
diberikan angket tanggapan terhadap peserta didik terhadap kemenarikan e-modul
berbasis pendekatan kontekstual setelah digunakan dalam pembelajaran. Hasil
perhitungan dari angket respon peserta didik diperoleh persentase yaitu sebesar 90,6%
dengan kriteria interpretasi yang dicapai yaitu “Sangat Menarik”, hal tersebut
menunjukan bahwa e-modul yang dugunakan oleh peneliti mempunyai kriteria menarik
untuk digunakan sebagai bahan belajar pada materi aljabar untuk peserta didik peserta
didik kelas VII di SMP Lazuardi Haura GCS. Hasil e-modul mampu menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan tapi tidak menghilangkan atau menurunkan
pemahaman peserta didik mengenai materi. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan
dengan Sriwahyuni (2019), bahwa pembuatan media pembelajaran e-modul sangatlah
baik dikarenakan aplikasi ini tidak terpaku hanya pada tulisan-tulisan saja tetapi dapat
dimasukan animasi, audio maupun gambar yang bisa menjadikannya sebuah media
pembelajaran yang menarik sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan.
Untuk analisis data dari kelas kontrol dan kelas eksperimen terhadap hasil tes
kemampuan pemahaman konsep peserta didik dilakukan uji prasyarat yaitu uji

104 Jurnal Pendidikan, Vol. 23, No. 2, 2022


Tugas 2 sesi 5 Nur Aini 859671656

normalitas menggunakan uji liliefors dan uji homogenitas menggunakan uji bartlet,
kemudian dilanjutkan dengan uji t. Hasil uji liliefors untuk mengetahui kenormalan. Hasil
perhitungan dari kelas ekperimen dengan jumlah peserta didik yaitu 32 dan tingkat
signifikan 5% sehingga diperoleh ltabel yaitu 0,1542 dan dari kelas ekperimen didapatkan
lhitung sebesar 0,1358 karena 0,1358 < 0,1542 maka H0 diterima. Hasil perhitungan dari
kelas konvensional dengan jumlah peserta didik yaitu 32 dan tingkat signifikan 5%
sehingga diperoleh ltabel yaitu 0,1542 dan dari kelas konvensional didapatkan lhitung
sebesar 0,0814 karena 0,0814 < 0,1542 maka H0 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Kemudian kedua data
diuji dengan uji bartlet untuk mengetahui homogenitas variansnya. Dari tabel distribusi
diperoleh 3,481. Dari perhitungan diperoleh nilai 3,139. Karena
nilai < yaitu 3,139 < 3,481 maka Ho diterima. Artinya kedua kelompok
tersebut mempunyai varian sama (homogen).
Setelah persyaratan dipenuhi kedua data diuji menggunakan uji-t untuk
mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan pemahaman konsep peserta didik.
Setelah melakukan perhitungan diperoleh = 2,704 dengan tingkat signifikan
sebesar 0,009 dan . Berdasarkan perhitungan tersebut terlihat bahwa
dan . Maka disimpulkan bahwa H0 ditolak, artinya terdapat
pengaruh yang signifikan penggunaan bahan ajar e-modul berpendekatan CTL terhadap
peningkatan kemampuan pemahaman konsep peserta didik. Hal ini sesuai dengan
Lasmiyati (2014) yang mengemukakan bahwa e-modul dapat memfasilitasi siswa
mengkonstruksi konsep-konsep matematisnya secara mandiri, sehingga kemampuan
siswa dalam memahami konsep pada materi menjadi terbangun.
Selanjutnya untuk menguji keefektifan produk yang dihasilkan, dilakukan dengan
membandingkan nilai setelah perlakuan dari kedua kelas tersebut. Pada kelas
eksperimen yang menggunakan e-modul berpendekatan kontekstual sedangkan pada
kelas control menggunakan metode konvensional diperoleh rata-rata skor tes
pemahaman konsep kelas kontrol lebih rendah daripada kelas eksperimen. Dari tes akhir
diperoleh nilai tertinggi di kelas eksperimen 96 dan nilai terendah 50 dengan nilai rata-
rata sebesar 80,812. Sedangkan pada kelas kontrol nilai tertinggi 90 dan nilai terendah
50 dengan nilai rata-rata sebesar 73,687. Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan
bahwa kemampuan pemahaman konsep peserta didik menggunakan e-modul
berpendekatan CTL lebih baik daripada pemahaman konsep peserta didik dengan
pembelajaran biasa.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat diambil simpulan bahwa
kemampuan pemahaman konsep peserta didik yang mengikuti pembelajaran
menggunakan e-modul berpendekatan CTL lebih baik daripada pemahaman konsep
peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional, serta
terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan bahan ajar e-modul berpendekatan CTL
terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep peserta didik.

Jurnal Pendidikan, Vol. 23, No. 2, 2022 105


REFERENSI

Anshori, S. (2018). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Sebagai Media


Pembelajaran. Jurnal Ilmu Pendidikan PKn dan Sosial Budaya, (2)1, 88-100.
Arieska, P, K., & Herdiani, N. (2018). Pemilihan Teknik Sampling Berdasarkan
Perhitungan Efisiensi Relatif. Jurnal Statistika, (6)2, 166-171.
Asyhar, R. (2013). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada.
Herawati, N. S., & Muhtadi, A. (2018). Pengembangan Modul Elektronik Interaktif Pada
Mata Pelajaran Kimia Kelas XI SMA. Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan, (5)2, 180-
191.
Hidayat, R., & Nurrohmah. (2016). Analisis Peningkatan Kemampuan Pemahaman
Konsep Matematis Siswa MTs Lewat Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning Berbantuan Software Geogebra Berdasarkan Kemampuan Awal
Matematika. JPPM, 9(1), 12–19.
Hudojo, H., (2018), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, UM Press,
Malang.
Lasmiyati, & Harta, I. (2014). Pengembangan Modul Pembelajaran untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep dan Minat SMP. Jurnal Pendidikan Matematika, 9(2), 161–
174.
Mulyasa, E. (2014). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Putra, F. G. (2017). Eksperimentasi Pendekalan Kontekstual Berbantuan Hands On
Activity Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik. Aljabar: Jurnal
Pendidikan Matematika, (8)1, 73-80.
Putri, D. P. (2017). Model Pembelajaran Concept Attainment dalam Meningkatkan
Pemahaman Konsep Matematika. Jurnal Tatsqif. 15(1).
Razzaq, A. (2019). Pengembangan E-Modul Pada Materi Membuat Vektor Mata Pelajaran
Dasar Desain Grafis di SMK Negeri 7 Surabaya. Jurnal Mahasiswa Teknologi
Pendidikan, 9(2).
Ruseffendi, E. T. (2016). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA.
Bandung: Tarsito.
Sriwahyuni, I. (2019). Pengembangan Bahan Ajar Elektronik Menggunakan Flip PDF
Professional Pada Materi Alat-Alat Optik di SMA. Jurnal Kumparan Fisika, 2(3),
145–152.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Surata, I. K., & Marhaeni, I. G. A. (2019). Pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) Berbasis Lembar Kerja Peserta Didik untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar
Biologi. Jurnal Pendidikan Biologi, (4)2, 114-121.
Tugas 2 sesi 5 Nur Aini 859671656

Jurnal 2

Jurnal Pendidikan
e-ISSN: 2443-3586 | p-ISSN: 1411-1942
Website http://jurnal.ut.ac.id/index.php/jp
Open access under CC BY NC SA Vol. 23, No. 1, 2022, 16-23
Copyright © 2021, the author(s) DOI: 10.33830/jp.v23i1.2845.2022

PENGARUH MODEL RECIPROCAL TEACHING


TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA
KONSEP SUBSTANSI MATERI GENETIK DI SMAN 2
LUWU UTARA SULAWESI SELATAN

Tanti Rianti1), Irmawanty2), Nurul Fadhilah3*)


Universitas Muhammadiyah Makassar
1) tantirianti9830@gmail.com, 2) irmawanty@unismuh.ac.id, 3*)

nurul.fadhilah@unismuh.ac.id
*Corresponding Author

Abstract: Student test results on the concept of genetic material substance are
still low so it needs to be improved, one of which is the application of the
reciprocal teaching model. This study aims to determine the effect of the
reciprocal teaching-learning model on the biology learning outcomes of class
XII science students at SMA Negeri 2 Luwu Utara on the concept of genetic
material substance. This type of research is a quasi-experimental design with a
non-equivalent control group design. The population in this study was class XII
IPA SMA Negeri 2 Luwu Utara with selected samples namely XII IPA 1 as the
experimental class and XII IPA 3 as the control class. Data was collected by
giving pretest and posttest with 30 multiple-choice questions. The results of
hypothesis testing indicate that the reciprocal teaching-learning model has an
effect on student learning outcomes on the concept of genetic material
substance at SMAN 2 Luwu Utara.

Keywords: reciprocal teaching, learning outcomes

Abstrak: Hasil ujian siswa pada konsep substansi materi genetik tergolong
masih rendah sehingga perlu ditingkatkan, salah satunya dengan penerapan
model reciprocal teaching. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh model pembelajaran reciprocal teaching terhadap hasil belajar
biologi siswa kelas XII IPA di SMA Negeri 2 Luwu Utara pada konsep
substansi materi genetik. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu
dengan desain non equivalent control group design. Populasi pada penelitian
ini adalah kelas XII IPA SMA Negeri 2 Luwu Utara dengan sampel terpilih
yakni XII IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan XII IPA 3 sebagai kelas kontrol.
Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian pretest dan posttest dengan
jumlah soal pilihan ganda sebanyak 30 nomor. Hasil uji hipotesis
menunjukkan bahwa model pembelajaran reciprocal teaching berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa pada konsep substansi materi genetik di SMAN 2
Luwu Utara.

Kata kunci: reciprocal teaching, hasil belajar

Jurnal Pendidikan, Vol. 23, No. 2, 2022 17


Tugas 2 sesi 5 Nur Aini 859671656

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting


terutama di era modern seperti sekarang ini. Selain itu, kemajuan teknologi juga dapat
memengaruhi pendidikan. Di era perkembangan teknologi yang semakin cepat ini,
manusia harus memiliki kemampuan yang tinggi. Hal ini sejalan dengan pernyataan
(Hanafi, 2014) bahwa perkembangan teknologi dapat memengaruhi permintaan akan
sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang baik.
Oleh karena itu, pendidikan merupakan hal yang penting untuk menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas.
Pendidikan sangat erat kaitannya dengan kegiatan belajar. Dalam proses
pembelajaran, siswa memiliki pengetahuan yang beragam tergantung materi yang
dipelajari. Seperti pada mata pelajaran Biologi, siswa akan mempelajari materi tentang
sel, jaringan, tumbuhan, hewan, manusia hingga substansi materi genetik. Materi
substansi materi genetik akan sedikit sulit dipahami oleh siswa karena materinya cukup
rumit, siswa tidak dapat mengamati secara langsung terkait objek pembelajarannya
sehingga proses pembelajarannya kurang berkesan. Berdasarkan hasil observasi yang
telah dilakukan di SMAN 2 Luwu Utara, hasil belajar siswa pada materi substansi materi
genetik menunjukkan sekitar 90% siswa memperoleh nilai yang relatif rendah atau
dibawa KKM dan hanya 10% siswa yang lulus. Selain itu, hasil wawancara dengan guru
mata pelajaran Biologi menyatakan bahwa proses pembelajaran pada materi ini
menggunakan metode ceramah dan diskusi. Penggunaan metode dan model yang tidak
tepat dalam proses pembelajaran dapat memengaruhi hasil belajar siswa.
Menerapkan model pembelajaran yang tepat merupakan salah satu solusi untuk
memaksimalkan proses pembelajaran di kelas. Salah satu model pembelajaran yang
dapat digunakan adalah model reciprocal teaching. Model reciprocal teaching dapat
mengantarkan siswa belajar secara efektif dan bermakna, membangun pemahaman
sendiri sehingga dapat meningkatkan hasil belajar (Khusnia & Nuraida, 2017). Menurut
(Hasanah et al., 2012), model pembelajaran reciprocal teaching adalah model
pembelajaran yang menggunakan empat strategi, yaitu; (1) Menarik kesimpulan
(summarizing); (2) Mengajukan pertanyaan (questioning generating); (3) Memprediksi
(predicting); dan (4) Mengklarifikasi (clarifying). Model pembelajaran reciprocal teaching
memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri dan lebih aktif.
Sehingga dengan model ini siswa lebih termotivasi untuk belajar dan meningkatkan
kemampuan berpikir mereka.
Selain itu, model reciprocal teaching merupakan model pembelajaran yang
memiliki kelebihan seperti melatih siswa agar dapat belajar sendiri, sehingga siswa
dapat memahami pembelajaran lebih baik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran
(Sukardi et al., 2015). Menurut Purwoko dalam (Umam, 2018), reciprocal teaching
merupakan model pembelajaran yang menggunakan pendekatan membantu
berdasarkan prinsip bertanya, sehingga dapat melatih kemampuan metakognitif siswa.
Menurut Angela dalam (Andira et al., 2018), model ini juga dapat melatih kemampuan
siswa untuk bekerja sama dalam kelompok dan siswa dapat menjelaskan kepada teman
sekelompoknya materi yang dipelajari.
Model pembelajaran reciprocal teaching memiliki kelebihan dan kekurangan
dalam penerapannya. Manfaat dari model ini yaitu: (1) Siswa akan lebih memahami
materi pelajaran; (2) Siswa memiliki daya ingat yang kuat terhadap materi; (3) Siswa
dapat belajar secara mandiri; (4) Siswa sangat termotivasi untuk belajar. Adapun

Jurnal Pendidikan, Vol. 23, No. 1, 2022 17


kekurangan pada model ini yaitu: (1) Proses pembelajaran membutuhkan waktu yang
lama; (2) Sulit untuk menerapkan model ini jika siswa tidak memiliki pengetahuan
tentang materi yang dibutuhkan; (3) Siswa tidak akan menyukai pembelajaran dan siswa
akan semakin sulit untuk belajar mandiri (Efendi, 2013). Pemilihan model pembelajaran
hendaknya disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan, sehingga siswa akan
termotivasi mengikuti pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajarnya. Model
reciprocal teaching merupakan model yang dapat melatih siswa untuk belajar mandiri
dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
Penelitian yang dilakukan (Sukardi et al., 2015) menunjukkan bahwa penerapan
model pembelajaran reciprocal teaching terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Oleh karena itu, penggunaan model pembelajaran reciprocal teaching diharapkan dapat
membantu siswa agar lebih memahami materi substansi materi genetik sehingga dapat
meningkatkan hasil belajarnya. Berdasarkan latar belakang dari permasalahan
tersebut, dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Reciprocal Teaching Terhadap
Hasil Belajar Siswa pada Konsep Substansi Materi Genetik Di SMAN 2 Luwu Utara”.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif
dengan jenis quasi eksperimen (quasi eksperimental research). Adapun desain penelitian
yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. Pada desain ini kedua kelas
terlebih dahulu diberikan tes awal (pretest) dengan soal yang sama. Kelas eksperimen
diberikan perlakuan khusus yaitu menggunakan model reciprocal teaching, sedangkan
pada kelompok kontrol diberikan perlakuan seperti biasa dengan menggunakan metode
ceramah. Setelah diberikan perlakuan, kedua kelompok diberikan tes akhir (posttest)
dengan soal yang sama. Desain penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Nonequivalent Control Group Design


Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperime O1 X1 O2
n
Kontrol O3 O4

Keterangan:
O1 = Pretest untuk mengukur hasil belajar kelas eksperimen
O2 = Postest untuk mengukur hasil belajar kelas eksperimen

X1 = Perlakuan menggunakan model reciprocal teaching


O3 = Pretest untuk mengukur hasil belajar kelas kontrol
O4 = Postest untuk mengukur hasil belajar kelas control

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas XII IPA di SMAN 2 Luwu
Utara yang berjumlah 147 orang. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan
teknik purposive sampling. Sampel terpilih yakni kelas XII IPA 1 sebagai kelas eksperimen
dengan jumlah siswa 29 orang dan XII IPA 3 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa
28 orang. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa tes hasil belajar pada
materi substansi genetik berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 30 nomor. Data
dianalisis secara deskriptif dengan menghitung mean, skor terendah, skor / tertinggi,
18 Jurnal Pendidikan, Vol. 23, No. 1, 2022
Tugas 2 sesi 5 Nur Aini 859671656

standar deviasi dan rentang skor, serta uji inferensial dengan menggunakan uji paired
sample t-test melalui bantuan software SPSS versi 25.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilakukan pada dua kelas yang diberikan perlakuan berbeda yaitu
dengan penerapan model pembelajarn reciprocal teaching dan model pembelajaran
konvensional. Hasil analisis statistik deskriptif berdasarkan skor hasil belajar siswa pada
konsep substansi materi genetik pada kedua kelas dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Analisis Statistik Deskriptif Hasil Belajar Biologi Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Statistik
Pre- Post- Pre- Post-
Test Test Test Test
Jumlah Sampel 28 28 28 28
Skor Ideal 100 100 100 100
Skor Tertinggi 77 90 77 87
Skor Terendah 23 53 17 33
Rentang Skor 54 37 60 54
Skor Rata-Rata 50,3 74,2 49,1 67,7
6 9 1 1
Standar Deviasi 15,4 10,4 16,0 12,5
66 81 19 25

Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai pada kedua kelas mengalami peningkatan


setelah diberikan posttest, namun kelas eksperimen memiliki rata-rata nilai yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal tersebut telihat dari skor rata-rata nilai
posttest kelas eksperimen 74,29 dan kelas kontrol 67,71. Selanjutnya, distribusi
frekuensi dan persentase skor hasil belajar siswa disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Skor Hasil Belajar Siswa


Kelas eksperimen Kelas kontrol
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Kategori
Interval (%) (%) Hasil
Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post Belajar
test test test test test test test test
0-74 26 12 93 43 27 19 96 68 Kurang
75-83 2 11 7 39 1 8 4 28 Cukup
84-92 0 5 0 18 0 1 0 4 Baik
93-100 0 0 0 0 0 0 0 0 Sangat Baik
Jumlah 28 28 100 100 28 28 100 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa lebih dari 90% siswa memiliki nilai pretest dengan
kategori kurang, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dan persentase siswa
yang memiliki nilai cukup, baik di kelas eksperimen maupun dikelas kontrol berada
dibawah 10% dan tidak ada siswa yang memperloleh nilai baik maupun sangat baik.
Untuk nilai posttest, persentase siswa dengan kategori kurang pada kelas eksperimen
berada dibawah 50% dan kelas kontrol diatas 60%, begitupun untuk kategori cukup dan
Jurnal Pendidikan, Vol. 23, No. 1, 2022 19
20 Jurnal Pendidikan, Vol. 23, No. 1, 2022
Tugas 2 sesi 5 Nur Aini 859671656

baik, baik itu kelas eksperimen dan kontrol berada dibawah 40% serta tidak ada siswa
yang berada pada kategori sangat baik.
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol diperoleh data seperti terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siswa


Kelas Eksperimen Kelas kontrol
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Skor Kategori (%) (%)
Pre Post Pre Post Pre Post Pre Post
test test test test test test test test
75 Tidak 26 12 93 43 27 19 96 68
Tuntas
Tuntas 2 16 7 57 1 9 4 32
Jumlah 28 28 100 100 28 28 100 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari hasil pretes pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol, jumlah siswa yang masuk dalam kategori tidak tuntas lebih tinggi dibandingkan
dengan kategori tuntas. Namun pada hasil posttest jumlah siswa pada kelas eksperimen
yang masuk dalam kategori tuntas bertambah menjadi 57% siswa, sedangkan pada kelas
kontrol jumlah siswa yang masuk ke dalam kategori tuntas yakni 32% siswa. Dengan
demikian, jumlah siswa yang masuk dalam kategori tuntas pada kelas eksperimen lebih
tinggi dibandingkan pada kelas kontrol.
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji independent sample t-
test. terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dengan menggunakan
uji Shapiro-Wilk dan uji homogenitas dengan menggunakan uji Test of Homogeneity of
Variance. Hasil analisis uji prasyarat dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Analisis Hasil Uji Prasyarat


Kelompok Uji normalitas Uji
Homogenitas
Eksperimen Pretest 0,218
Posttest 0,152
0,582
Kontrol Pretest 0,538
Posttest 0,205

Tabel 5 menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal, dan kedua
kelas memiliki varians data yang homogen. Dari uji hipotesis dengan menggunakan uji
independent sample t-test diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,038 < 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran
reciprocal teaching terhadap hasil belajar siswa kelas XII IPA di SMAN 2 Luwu Utara pada
materi substansi genetik. Pada hasil uji deskriptif diperoleh hasil pada kelas eksperimen
dengan perlakuan model reciprocal teaching, memiliki rata-rata hasil belajar pretest
sebesar 50,36 dan posttest 74,29. Pada kelas kontrol dengan perlakuan model
konvensional diperoleh hasil pretest sebesar 49,11 dan posttest 67,71. Berdasarkan rata-
rata hasil belajar tersebut terlihat bahwa peningkatan hasil belajar pada kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini membuktikan bahwa
pengimplementasian model pembelajaran reciprocal teaching mampu meningkatkan
Jurnal Pendidikan, Vol. 23, No. 1, 2022 21
hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nisa et al.,
2016) yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada kelas eksperimen
dengan perlakuan model reciprocal teaching lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
kontrol yang tidak menerapkan model pembelajaran reciprocal teaching.
Peningkatan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding
kelas kontrol, hal tersebut disebabkan karena selama proses pembelajaran dengan model
reciprocal teaching siswa lebih aktif dan memiliki minat belajar yang tinggi untuk belajar.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Berutu & Tambunan, 2018) yang menyatakan bahwa
peningkatan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan, apabila siswa memiliki minat belajar
yang tinggi serta memperhatikan dengan baik materi yang diajarkan. Menurut (Mulyono
& S, 2020) bahwa model pembelajaran reciprocal teaching adalah pembelajaran yang
berpusat kepada siswa, sehingga siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran dan
dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator.
Model pembelajaran reciprocal teaching dapat meningkatkan aktivitas belajar dan
memengaruhi ketuntasan hasil belajar siswa. Berdasarkan data hasil ketuntasan belajar
siswa setelah diberikan tes pada konsep substansi materi genetik, diperoleh data bahwa
pada kelas eksperimen sebanyak 57% siswa termasuk dalam kategori tuntas dan 43%
lainnya tidak tuntas, sedangkan pada kelas kontrol sebanyak 32% siswa termasuk
kategori tuntas dan 68% lainnya tidak tidak tuntas. Hal ini memberi gambaran bahwa
jumlah siswa dengan ketuntasan belajar pada kelas eksperimen memiliki persentase
yang lebih tinggi dari kelas kontrol. Ketuntasan belajar siswa pada kelas eksperimen
yang lebih tinggi dari kelas kontrol disebabkan karena reciprocal teaching menuntut
siswa agar mampu belajar mandiri serta memiliki kemampuan dalam menyelesaikan
masalah, sehingga dapat mengasah kemampuan berpikir siswa. Hal ini sejalan dengan
(Ketong et al., 2018) yang menyatakan bahwa model reciprocal teaching menjadi salah
satu model yang dapat melatih siswa untuk belajar mandiri, mempunyai keterampilan
dalam memecahkan masalah, sehingga dapat mengasah pola pikir siswa. Selain itu,
menurut (Tanjung, 2021) model pembelajaran ini mengajarkan siswa untuk menjadi
seorang guru, siswa dituntut untuk memahami materi pelajaran lalu menjelaskan materi
tersebut kepada teman lainnya.
Model reciprocal teaching juga menekankan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran, terlibat aktif dalam kegiatan diskusi membuat siswa bebas untuk
berkomunikasi dengan temannya, memaparkan dan mendengarkan pendapat, bertanya
serta saling bertukar pengalaman. Melalui kegiatan diskusi, siswa akan aktif untuk
mengajukan pertanyaan dan menanggapi pertanyaan dari kelompok lain. Hal tersebut
dapat membuat siswa yang kurang aktif menjadi termotivasi untuk menncari jawaban
dari pernyataan kelompok lainnya. Sejalan dengan (Lamajau, 2014) yang menyatakan
bahwa pembelajaran dengan menerapkan metode diskusi efektif meningkatkan hasil
belajar serta aktivitas siswa baik tuntas secara klasikal maupun individual.
Model pembelajaran reciprocal teaching memiliki beberapa kelebihan sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar, pengetahuan, motivasi belajar, serta dapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam berinteraksi dan berkomunikasi selama proses
pembelajaran (Efendi, 2013). Selain itu, model pembelajaran reciprocal teaching efektif
diaplikasikan sebab menerapkan empat strategi yakni merangkum, membuat
pertanyaan, mengklarifikasi dan memprediksi yang dapat memperkuat ingatan siswa
terkait materi pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan (Cicilia et al., 2015)
bahwa model reciprocal teaching merupakan model pembelajaran yang menerapkan

22 Jurnal Pendidikan, Vol. 23, No. 1, 2022


Tugas 2 sesi 5 Nur Aini 859671656

empat strategi yang dapat meningkatkan daya ingat siswa terkait konsep yang telah
dipelajari.
Berdasarkan hasil temuan yang telah didapatkan, diperoleh hasil bahwa pada
penerapan model reciprocal teaching merupakan pilihan model yang efektif digunakan
sebagai salah satu model pada pembelajaran biologi, khususnya pada konsep substansi
materi genetik di kelas XII IPA di SMA Negeri 2 Luwu Utara. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilaksanakan oleh (Nisa et al., 2016) yang menyatakan bahwa
pembelajaran reciprocal teaching efektif dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa kelas X SMA N 1 Godong pada materi Protista. Selain itu (Raida et al., 2014)
menyatakan model reciprocal teaching efektif meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa pada materi Sistem Pernapasan Manusia di SMA Negeri 3 Salatiga.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran reciprocal teaching berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa pada konsep substansi materi genetik pada siswa kelas XII IPA di SMA Negeri 2
Luwu Utara. Pendidik dapat menjadikan model pembelajaran reciprocal teaching sebagai
salah satu alternatif pilihan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran pada konsep
substansi materi genetik. Berdasarkan kesimpulan tersebut, disarankan kepada peneliti
selanjutnya untuk dapat mengembangkan penelitian ini, baik dengan penerapan model
pembelajaran reciprocal teaching terhadap materi biologi yang berbeda ataupun pada
mata pelajaran yang lain.

REFERENSI

Andira, T., Santoso, B., & Yusup, M. (2018). Penerapan model pembelajaran reciprocal
teaching ditinjau dari kemampuan penalaran matematis peserta didik pada materi
bangun datar segiempat Applying of reciprocal teaching learning model viewed
from students ’ mathematical reasoning on quadrilateral mat. Pythagoras, 13(1),
88–98.
Berutu, M. H. A., & Tambunan, M. I. H. (2018). Pengaruh Minat Dan Kebiasaan Belajar
Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Sma Se-Kota Stabat. Jurnal Biolokus, 1(2),
109. https://doi.org/10.30821/biolokus.v1i2.351.
Cicilia, V., Ramadhan, A., & Kundera, I. N. (2015). Penerapan Model Pembelajaran
Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada
Bidang Studi Sains Kelas Vi Sdn 1 Biromaru. Jurnal Sains Dan Teknologi Tadulako,
4(2), 52–59.
Efendi, N. (2013). Pengaruh Pembelajaran Reciprocal Teaching Dipadukan Think Pair
Share Terhadap Peningkatan Kemampuan Metakognitif Belajar Biologi Siswa Sma
Berkemampuan Akademik Berbeda Di Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Santiaji
Pendidikan (JSP), 3(2), 85–109. https://doi.org/10.36733/jsp.v3i2.486.
Hanafi, I. (2014). Pendidikan Teknik dan Vokasional (1st ed.). Deepublish.
Hasanah, S., Rochmad, & Hidayah, I. (2012). Pembelajaran Model Reciprocal Teaching
Bernuansa Pendidikan Karakter Untuk Meningkatkan Kemampuan Komuniasi
Matematis. Unnes Journal of Mathematics Education Research, 1(2).

Jurnal Pendidikan, Vol. 23, No. 1, 2022 23


Ketong, S., Burhanuddin, B., & Asri, W. K. (2018). Keefektifan Model Pembelajaran
Reciprocal Teaching Dalam Kemampuan Membaca Memahami Siswa Kelas
Xi Ipa Sma Negeri 11 Makassar. Eralingua: Jurnal Pendidikan Bahasa Asing
Dan Sastra, 2(1), 45–54. https://doi.org/10.26858/eralingua.v2i1.5629.
Khusnia, D., & Nuraida, D. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Reciprocal
Teaching (Pengajaran Terbalik) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok
Bahasan Pencemaran Lingkungan. Proceeding Biology Education
Conference, 14(1), 484–
489. https://jurnal.uns.ac.id/prosbi/article/viewFile/18478/14652.
Lamajau, E. (2014). Peningkatan Kemampuan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas
V SDN Sampaka Kec. Bualemo Kab. Banggai melalui Metode Diskusi
Kelompok. Universitas Tadulako, 5(1), 201–211.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/ JKTO/article/view/3770.
Mulyono, D., & S, A. E. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Reciprocal Teaching
dan Student Facilitator and Explaining Terhadap Hasil Belajar Matematika
dengan Mengontrol Kemampuan Awal Siswa. Jurnal Kependidikan: Jurnal
Hasil Penelitian Dan Kajian Kepustakaan Di Bidang Pendidikan, Pengajaran
Dan Pembelajaran, 6(2), 238. https://doi.org/10.33394/jk.v6i2.2536.
Nisa, Z., Setiati, N., & Ridlo, S. (2016). Efektivitas Pembelajaran Reciprocal
Teaching Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Materi Protista.
Journal of Biology Education, 5(3), 261–270.
https://doi.org/10.15294/jbe.v5i3.14859.
Raida, S. A., Dewi, P., & Yuniastuti, A. (2014). Peran Reciprocal Teaching Komik
terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa. Journal Og Biology Education,
3(3), 319–329.
Sukardi, D., Susilo, H., & Zubaidah, S. (2015). Pengaruh Pembelajaran Reciprocal
Teaching Berbantuan Peta Pikiran (Mind Map) terhadap Kemampuan
Metakognitif dan Hasil Belajar Siswa SMA. JPS (Jurnal Pendidikan Sains),
3(2), 81–89. http://journal.um.ac.id/index.php/jps/article/view/7656.
Tanjung, I. F. (2021). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Reciprocal Teaching
dipadu Mind Mapping terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada
Pembelajaran Biologi SMA Kelas XI. Journal of Biology Learning, 3(2), 65–
74.
Umam, K. (2018). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa
Melalui Pembelajaran Reciprocal Teaching. JPMI (Jurnal Pendidikan
Matematika Indonesia), 3(2), 57. https://doi.org/10.26737/jpmi.v3i2.807.
Tugas 2 sesi 5 Nur Aini 859671656

Jurnal 3

Heri, Heny, Ajeng, Amallia, & Ana - Penerapan Metode

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK


MENINGKATKAN KREATIVITAS PADA PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Heri Hidayat 1), Heny Mulyani 2), Ajeng Siti Fatimah 3),
Amallia Sholihat 4), Ana Zulfia Latifah 5)

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung


e-mail:
1) herihidayat@uinsgd.ac.id, 2) henymulyani@uinsgd.ac.id,
3) ajengfatimah91@gmail.com, 4) amalliasholihat@gmail.com,
5) zulfia.latifah@gmail.com

Abstract: In learning, we need a method to enhance the creativity of the students, one
of them with Mind Mapping method. This study aims to explain the application of mind
mapping methods to increase creativity in learning Citizenship Education in Class VI
Madrasah Ibtidaiyah (MI). This research was conducted using field observation of 25
students. The Research Data collection is based on the results of students learning
activities to create a mind map. The results showed that the Mind Mapping method can
enhance students' creativity in studying Pancasila and Citizenship Education.

Keywords: mind mapping, creativity, citizenship education.

Abstrak: Dalam Pembelajaran, diperlukan sebuah metode untuk meningkatkan kreativitas


siswa, salah satunya dengan metode Mind mapping. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana penerapan metode mind mapping untuk meningkatkan kreativitas pada
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas VI MI. Penelitian ini dilakukan dengan
observasi ke lapangan yang dilakukan di kelas VI MI Miftahul Falah dengan jumlah 25 siswa.
Pengambilan data dilakukan melalui hasil kegiatan belajar dengan membuat sebuah mind
mapping. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Mind mapping dapat meningkatkan
kreativitas siswa pada pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Kata kunci: mind mapping, kreativitas, pendidikan kewarganegaran.

Jurnal Pendidikan, Vol. 23, No. 1, 2022 39


Heri, Heny, Ajeng, Amallia, & Ana - Penerapan Metode
Mind Mapping untuk Meningkatkan Kreativitas pada 39
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

PENDAHULUAN
Melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, pemerintah Indonesia
berupaya untuk melakukan perbaikan dalam hal mutu pendidikan. Menurut
Wulandari, dkk (2019) sebuah kurikulum yang berlaku di Indonesia yakni Kurikulum
2013, dimana kurikulum tersebut pengganti dari kurikulum sebelumnya yaitu
Kurikulum 2006 atau KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Implementasi
Kurikulum 2013 (K13) merupakan suatu kebijakan yang diambil oleh Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan dimana berlaku pada tahun 2014/2015 khususnya
pada jenjang Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas. Kurikulum 2013 yang
sedang diberlakukan di Indonesia pelaksanaan pembelajarannya lebih menekankan pada
proses pengembangan kognitif siswa yang kreatif selain itu juga siswa dituntut untuk
berpikir kritis.
Mulyasa (2013), mengatakan bahwa pendidikan karakter terutama pada
tingkat dasar yang merupakan sebuah pondasi untuk tingkat selanjutnya adalah ciri
Kurikulum 2013. Melalui pengembangan Kurikulum 2013 yang berbasis karakter
dan kompetensi kita mempunyai harapan bahwa kita bisa menjadi bangsa yang
maju dan bermartabat dimana masyarakatnya memiliki nilai tambah dan nilai jual
yang dapat kita tawarkannkepada orang lain, sehingga kita bisa bersaing dengan
bangsa-bangsa lain di kancah global. Produktif, kreatif, inovatif dan berkarakter
merupakan sebuah hasil dari implementasi Kurikulum 2013.
Suatu interaksi antara pendidik dan peserta didik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar merupakan pembelajaran. Pembelajaran merupakan
sebuah transfer ilmu pengetahuan yang terjadi antara pendidik dan peserta didik
yang berupa pengetahuan, penguasaan kemahiran, pembentukan sikap dan
kepercayaan kepada peserta didik. Guru atau pendidik memiliki peran yang sangat
penting yaitu memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada peserta didik dan
menanamkan nilai-nilai dan sikap yang baik agar meiliki kepribadian yang baik bagi
peserta didik.
Fauziah (2017) mengatakan bahwa belajar adalah suatu usaha perubahan
dalam ilmu pengetahuan, sikap, dan keterampilannya untuk mempelajari sesuatu
dari yang awalnya tidak tahu menjadi tahu. Selain itu juga proses pembelajaran
harus ada interaksi yang positif antara guru dan siswa, posisi siswa tidak hanya
menerima ilmu pengetahuan saja, tetapi siswa juga harus mampu membangun
sendiri ilmu pengetahuannya saat belajar.
Seorang guru dalam proses pembelajaran memiliki tugas dalam memilih
model ataupun metode pembelajaran yang tepat untuk menyampaikam suatu
materi pembelajaran agar tercapainya suatu tujuan dari pendidikan. Model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan, termasuk di dalamnya tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dibahas sebelumnya,
penelitian ini kemudian mengacu pada 2 rumusan masalah sebagai berikut: 1)
Bagaimana kreativitas siswa dalam pembelajaran PKn di kelas VI MI Miftahul Falah
sebelum menggunakan metode mind mapping; 2) Bagaimana proses penerapan

Jurnal Pendidikan, Volume 21, Nomor 1, Maret 2020, 38-50


Heri, Heny, Ajeng, Amallia, & Ana - Penerapan Metode
40 Mind Mapping untuk Meningkatkan Kreativitas pada
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

mind mapping untuk meningkatkan kreativitas siswa; 3) Bagaimana kreativitas


siswa dalam pembelajaran PKn di kelas VI MI Miftahul Falah setelah menggunakan
metode mind mapping.
Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi perancang dan para guru
dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk pemilihan model ini sangat dipengaruhi
dari sifat dan materi yang akan diajarakan, juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan
dicapai dalam pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan peseta didik. Di
samping itu pula, setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahapan- tahapan
(sintaks) oleh peserta didik dengan bimbingan guru. Antara sintaks yang satu
dengan sintaks yang lain juga mempunyai perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini
berlangsung di antara pembukaan dan penutup yang harus dipahami oleh guru
supaya model-model pembelajaran dapat dilaksanakan dengan berhasil .
Menurut Prastyo (2016) salah satu cara yang dilakukan dalam
menyampaikan pembelajaran yaitu metode. Kendala tidak tercapainya sebuah
tujuan pembelajaran tergantung pada penggunaan metode yang tidak sesuai dengan
tujuan. Seorang guru dituntut untuk membuat proses pembelajaran menarik dengan
menggunakan metode yang akan membuat peserta didik terlibat dalam
pembelajaran dan berkreativitas. Pemilihan metode harus disesuaikan dengan
materi yang diajarkan, kondisi sekolah, dan kondisi peserta didik dan penyesuaian
lainnya. Karena jika kita salah memilih metode yang tidak sesuai akan berdampak
pada hasil yang kurang maksimal.
Mind mapping merupakan salah satu metode pembelajaran dimana siswa
mampu menjadi kreatif dalam menghasilkan suatu gagasan atau pikiran, mencatat apa
yang harus dipelajari. Metode ini lebih menekankan pada pengkombinasian warna
dan bentuk yang akan membuat siswa semakin tertarik dan bersemangat dalam
proses pembelajaran, sehingga materi yang diserap dapat mudah dipahami. Mind
mapping merupakan metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan
kreativitas belajar siswa. Darusman (2014) menyatakan bahwa metode pembelajaran
mind mapping adalah metode pembelajaran yang dirancang untuk
mengembangkan siswa dengan kreatif menyusun ide-ide pokok dari sebuah konsep
menjadi sebuah peta pikiran yang mudah dipahami oleh siswa.
Sitepu (2019) menjelaskan kreativitas masih dipandang sebagai bagian
besar dari aktivitas dan produk dari bidang seni, meskipun kenyataannya,
kreativitas bukan hanya dimiliki oleh para seniman belaka tetapi semua bidang
membutuhkan kreativitas, termasuk dalam bidang pendidikan. Lembaga pendidkan
memiliki peran penting dalam membangun kreativitas peseta didiknya para guru
harusnya dapat melakukan pembinaan kreativitas terhadap peserta didik jika para
guru sudah membiasakan diri untuk memiliki sifat kreatif. Maka dari itu dalam
sebuah proses pembelajaran dibutuhkan suatu cara/strategi yang dapat membantu
menunjang kegiatan belajar mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara maksimal.
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang
baru dan hasil dari sebuah kombinasi inovasi yang membuat seseorang memiliki
kemampuan berpikir secara imaginatif. Pada hakikatnya, kreativitas dimiliki oleh setiap
individu yang dapat dikaitkan dengan prestasi dalam menciptakan sesuatu yang
baru maupun yang sudah ada menjadi sebuah konsep baru dan

Jurnal Pendidikan, Volume 21, Nomor 1, Maret 2020, 38-50


Heri, Heny, Ajeng, Amallia, & Ana - Penerapan Metode
Mind Mapping untuk Meningkatkan Kreativitas pada 41
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

belum pernah ada. Selain itu, kreativitas juga adalah kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang dalam menghasilkan gagasan yang baru dan dapat dikembangkan.
Betaubun, dkk., (2018) mengatakan bahwa kreativitas sangat penting dimiliki oleh
siswa karena merupakan suatu keterampilan diri yang bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari dan dalam proses pembelajaran. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi
dapat menyelesaikan persoalannya dalam proses belajar, sehingga dengan
kreativitasnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan penelitian adalah untuk
menganalisis penerapan metode mind mapping untuk meningkatkan kreativitas
pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas VI MI yang dilakukan di MI
Miftahul Falah kota Bandung.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Menurut
Hermawan (2019) metode deskriptif adalah metode penelitian, dimana dalam
mengumpulkan data dilakukan dengan menguji pertanyaan penelitiaan yang
berkaitan dengan keadaan dan kejadian sekarang. Selain itu juga, metode penelitian
ini dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi
tentang suatu keadaan secara sistematis, akurat, dan aktual yang ada hubungannya
dengan masalah yang diteliti yaitu menerapkan metode mind mapping untuk
meningkatkan kreativitas pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas
VI MI.
MI Miftahul Falah 1 merupakan sekolah madrasah yang memiliki visi
“Terbentuknya Pribadi Muslim Yang Sehat, Cerdas Dan TRAMPIL (Taqwa, Rajin,
Amanah, Prestasi, Inovatif, Luas Wawasan) IMTAQ Dan IPTEK”. Sekolah ini meliliki
1.340 siswa terdiri atas VI (enam) kelas. Dengan jumlah siswa yang cukup banyak maka
MI Miftahul Falah membaginya menjadi dua bagian ada siswa yang sekolah pagi dan
siang, kecuali kelas I (satu) tahun pelajaran 2018/2019 dibagi menjadi 4 (empat)
kelas dengan jumlah siswa 143. Dalam penelitian ini data yang diambil dari sampel
adalah data dari hasil pembelajaran siswa dengan menggunakan metode mind
mapping melalui observasi yang terdiri dari 25 orang siswa kelas VI

Instrumen Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan penilaian kinerja
siswa. Observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia,
proses kerja, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Untuk
memperbaiki proses pembelajaran di kelas, dimulai dari munculnya permasalahan-
permasalahan di dalam kelas yang dirasakan langsung oleh guru kemudian
dilakukan suatu tindakan untuk mencapai suatu hasil yang maksimal. Indikator yang
diukur dari kreativitas ini adalah kelacaran mengemukakan ide, keluwesan dalam
mengajukan cara berbeda dalam memecahkan masalah, keaslian menghasilkan ide
berdasarkan pemikiran sendiri dan menguraikan ide secara rinci (Yuniharto, dkk:
2019). Selain itu juga kreatitivitas dapat dilihat dari pengetahuan dan
keterampilan. Karena dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki dan
ketrampilan berpikir, siswa dapat berpikir secara kreatif dengan cara pembelajaran yang
bebas, terbuka, dan positif. Selain itu siswa juga dapat menghasilkan

Jurnal Pendidikan, Volume 21, Nomor 1, Maret 2020, 38-50


Heri, Heny, Ajeng, Amallia, & Ana - Penerapan Metode
42 Mind Mapping untuk Meningkatkan Kreativitas pada
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

gambaran objek dan gagasan dengan cara-cara baru, memecahkan masalah,


menghasilkan ide-ide atau gagasan yang unik. (Pamungkas, dkk: 2017). Proses
kreatif memetakan ide dapat dituangkan di atas kertas baik berupa simbol, gambar,
maupun tulisan. Pada akhirnya mind map yang telah dibuat siswa akan menunjukkan
tingkatan kreativitasnya.
Penelitian ini dilaksanakan di MI Miftahul Falah Kota Bandung dengan
jumlah siswa 25 orang di kelas VI, yang terdiri dari 12 orang siswa perempuan dan 13
orang siswa laki-laki. Data dikumpulkan melalui hasil kegiatan belajar dengan
membuat sebuah mind mapping untuk menunjang penilaian yang akan dilakukan.
Proses kegiatan pembelajaran ini dilakukan dalam bentuk team teaching yang
dilakukan oleh 2 orang guru. Pembelajaran pada awal kegiatan dilakukan oleh guru 1
dan proses pembelajaran kegiatan inti dilakukan oleh keduanya, dan penutupan
dilakukan oleh guru 2. Proses pembelajaran dilakukan dengan membagi 5
kelompok siswa untuk mengembangkan mind map berdasarkan tes uraian yang
diberikan guru dari materi yang sudah ditentukan.
Untuk menilai ketercapaian kreatifitas yang diukur dilakukan menggunakan
indikator kreatifitas, seperti kelacaran mengemukakan ide, keluwesan dalam
mengajukan cara berbeda untuk memecahkan masalah, keaslian ide berdasarkan
pemikiran sendiri, dan menguraikan ide secara rinci yang diaplikasikan melalui
gambar, warna, garis lengkung penghubung antara satu teks dan lainnya. Untuk
mengukur ketercapaian indikator-indikator tersebut digunakan penilaian rubrik
untuk pemberian nilai terhadap hasil mind map yang dibuat oleh siswa.

Tabel 1. Penilaian Rubrik Mind Mapping Kreatifitas Siswa


Aspek Yang Penilaian
Indikator 4 3 2 1
Diamati
Sangat Kreati Cukup Kurang
Kreatif f Kreatif Kreatif
Kelancaran Dapat melihat Siswa Siswa kurang Siswa hanya Siswa tidak
masalah dari menganalisis menganalisis menganalisis menganalisis
berbagai sudut permasalahan permasalahan yang permasalahan permasalahan
pandang yang yang muncul dari muncul dari fakta yang muncul yang muncul
berbeda fakta dan dan petunjuk yang dari penjelasan dari fakta dan
petunjuk yang diberikan guru guru saja atau petunjuk yang
diberikan dari fakta saja diberikan guru
Keluwesan Dapat Siswa dapat Siswa dapat Siswa dapat Siswa tidak
menerapkan menerapkan menerapkan memecahkan menerapkan
konsep, sifat, konsep, sifat, konsep, sifat, atau permasalahan konsep, sifat,
atau aturan atau aturan aturan dalam dengan berbeda atau aturan
dalam contoh dalam praktikum praktikum guna namun tidak dalam praktikum
pemecahan guna memecahkan menerapkan guna
masalah memecahkan permasalahan konsep, sifat atau memecahkan
permasalahan dengan berbeda aturan dalam permasalahan
dengan berbeda namun kurang pelaksanaan
dan tepat tepat

Jurnal Pendidikan, Volume 21, Nomor 1, Maret 2020, 38-50


Heri, Heny, Ajeng, Amallia, & Ana - Penerapan Metode
Mind Mapping untuk Meningkatkan Kreativitas pada 43
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Tabel 1. Lanjutan
Aspek Yang Penilaian
Indikator 43 2 1
Diamati Sangat Kreatif Kreatif Cukup Kreatif Kurang Kreatif
Keaslian Mencetuskan Siswa Siswa Siswa Siswa
masalah, mencetuskan mencetuskan mencetuskan tidak
gagasan atau masalah, gagasan masalah, gagasan masalah, mencetu
hal-hal yag tak atau hal yang atau hal yang gagasan atau hal skan
terpikirkan berbeda dengan berbeda dengan yang berbeda masalah,
orang lain lancar dan tepat lancar namun dengan tidak gagasan
kurang tepat lancar dan tidak atau hal
tepat yang
berbeda
Keterincian/ Mengem Siswa Siswa Siswa Siswa tidak
bangk
Elaborasi an atau mengembangkan mengembangkan mengembangkan mengembangkan
memperkaya gagasan dari gagasan dari gagasan dari gagasan dari
gagasan orang guru/teman guru/teman guru/teman guru/teman
lain dengan tepat namun kurang namun tidak tepat

Untuk melengkapi penelitian ini dilakukan observasi melalui lembar


observasi yang telah dibuat dengan mengamati kegiatan siswa maupun guru saat
proses pembelajaran berlangsung yang diamati oleh seorang observer yang
mengerti bagaimana sebuah proses pembelajaran berjalan dengan baik sesuai
dengan rencana pembelajaran yang sudah dibuat sebelumnya.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN


Kreativitas Siswa Sebelum Menggunakan Metode Mind mapping
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan maka ditemukan
permasalahan mengenai kreativitas siswa yang tidak merata saat proses
pembelajaran PKn berlangsung dan banyaknya siswa yang mendapatkan nilai di
bawah KKM yaitu 70. Penelitian ini membandingkan sebelum dan sesudah
treatment diberikan. Treatment yang digunakan adalah metode pembelajaran mind
mapping untuk meningkatkan kreatifitas siswa. Pada saat guru tidak menggunakan
metode pembelajaran mind mapping, dari 25 orang sisw, terdapat 7 orang siswa
memiliki kreativitas yang baik yaitu E, F, C, H, I, T, O. Delapan belas (18) orang siswa
lainnya memiliki kreativitas kurang baik yaitu A, X, Z, L, J, N, B, G, P, R, U, S, P, Q, U, W,
M, D.
Hasil data nilai tersebut dapat di lihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Data Nilai Kreativitas Siswa Sebelum Menggunakan Metode Mind mapping
Nama Siswa Sebelum Keterangan
menggunak
an metode
C 75 Tuntas
E 75 Tuntas
F 75 Tuntas
H 75 Tuntas
I 75 Tuntas
O 75 Tuntas

Jurnal Pendidikan, Volume 21, Nomor 1, Maret 2020, 38-50


Heri, Heny, Ajeng, Amallia, & Ana - Penerapan Metode
44 Mind Mapping untuk Meningkatkan Kreativitas pada
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Tabel 2. Lanjutan
Nama Siswa Sebelum Keterangan
menggunak
an metode
T 75 Tuntas
D 67 Tidak Tuntas
M 67 Tidak Tuntas
Q 67 Tidak Tuntas
U 67 Tidak Tuntas
Y 67 Tidak Tuntas
A 58 Tidak Tuntas
K 58 Tidak Tuntas
P 58 Tidak Tuntas
W 58 Tidak Tuntas
B 50 Tidak Tuntas
G 50 Tidak Tuntas
L 50 Tidak Tuntas
R 50 Tidak Tuntas
V 50 Tidak Tuntas
X 50 Tidak Tuntas
J 42 Tidak Tuntas
N 42 Tidak Tuntas
S 42 Tidak Tuntas
Jumlah 1470
Nilai Rata-Rata 59
Siswa Yang Tuntas 7
Siswa Yang Tidak Tuntas 18
Persentase Ketuntasan Belajar 28%
Sumber: Hasil penilaian siswa dari guru kelas MI Miftahul Falah

Siswa dinyatakan tuntas jika telah mencapai nilai ≥ 70. Untuk melihat
ketuntasan pembelajarannya dihitung dengan rumus sebagai berikut:
9
𝑆= X 100 = 75
12
Dengan perhitungan ini siswa C dinyatakan tuntas dalam proses
pembelajaran di kelas walaupun guru hanya menggunakan metode konfensional,
ceramah dan tanya jawab saja. Lalu dari data nilai Tabel 1 dapat diketahui bahwa
nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa adalah 28% dengan perhitungan sebagai
berikut:
∑𝑥 1470
X= 𝑁 = 25 = 59
Hasil kreativitas siswa pada proses pembelajaran sebelum menggunakan
metode mind mapping, dapat dilihat dari tabel dibawah ini yang menunjukan bahwa
hasil kreativitas siswa di kelas VI ini masih banyak sekali siswa yang belum
mencapai nilai ketuntasan dan masih banyak siswa yang mendapat nilai dibawah
KKM yang sudah ditentukan oleh sekolah/guru. Hasil tersebut dapat dilihat dalam
Tabel 3.

Jurnal Pendidikan, Volume 21, Nomor 1, Maret 2020, 38-50


Heri, Heny, Ajeng, Amallia, & Ana - Penerapan Metode
Mind Mapping untuk Meningkatkan Kreativitas pada 45
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Tabel 3. Tingkat Penguasaan Kreativitas Siswa sebelum Menggunakan Metode


Mind mapping
Tingkat penguasaan Jumlah Persentase Keterang
peserta an
didik
86-100 Sangat
Baik
76-85 Baik
60-75 12 48% Cukup
55-59 4 16% Kurang
0-54 9 36% Kurang
Sekali
Sumber: Hasil penilaian siswa dari guru kelas MI Miftahul Falah

Berdasarkan perhitungan persentase belajar ketuntasan klasikal dapat


dilihat melalui perhitungan sebagai berikut:

j𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠i𝑠w𝑎 𝑦𝑎𝑛g 𝑚𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑛i𝑙𝑎i ≥70


KK = j𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢𝑟ℎ 𝑠i𝑠w𝑎 𝑥 100%
= 7 x 100% = 28%
25

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa persentase ketuntasan kreativitas


siswa MI Miftahul Falah ini masih belum ada satupun yang dinyatakan baik. Dari
data tersebut bisa dilihat bahwa kreativitas siswa diantarannya 48% dari 12 orang
siswa dinyatakan cukup, lalu 16% dari 4 orang siswa dinyatakan kurang, dan 36%
dari 9 orang siswa dinyatakan kurang sekali dari jumlah seluruh siswa 25 orang
dalam satu kelas tersebut. Maka siswa kelas VI MI Miftahul Falah ini belum
mencapai ketuntasan belajar dan perlu adanya perbaikan agar hasilnya lebih
meningkat.

Proses Penerapan Metode Mind Mapping untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa


Mind mapping atau peta pikiran merupakan suatu teknik penyusunan
catatan, gagasan atau ide-ide pikiran yang dapat digunakan untuk mempermudah
pemahaman dalam suatu pembelajaran yang dicatat denga kreatif, efektif, dan akan
memetakan pikiran-pikiran. Selain itu juga mind mapping menggunakan kata kunci
bebas, simbol, gambar dan biasanya menggambarkan secara kesatuan dengan
menggunakan teknik pohon.
Syam dan Ramlah (2015) menjelaskan bahwa mind mapping memberikan
beberapa keunggulan, yaitu: 1) Dapat mempermudah untuk mengingat sesuatu; 2)
Memudahkan untuk mengingat dan menghafal akan lebih cepat; 3) Kerja otak
semakin maksimal; 4) Meningkatkan kreativitas, lebih sederhana, dan sangat
mudah untuk dikerjakan; 5) Mempermudah mendapatkan informasi, ide, dan
gagasan untuk dapat dijelaskan. Adapun kelamahan metode mind mapping
menurut Shoimin (2016), yaitu: 1) Yang terlibat hanya siswa yang aktif saja; 2)
Hanya sebagian siswa yang belajar; 3) Jumlah detail informasi tidak dapat
dimasukkan.
Ada beberapa langkah yang digunakan dalam metode mind mapping dalam
kegiatan pembelajaran, yaitu: 1) Menyampaikan tujuan pembelajaran; 2)
Menyajikan materi; 3) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok; 4) Siswa
Jurnal Pendidikan, Volume 21, Nomor 1, Maret 2020, 38-50
Heri, Heny, Ajeng, Amallia, & Ana - Penerapan Metode
46 Mind Mapping untuk Meningkatkan Kreativitas pada
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

memulai menyusun peta pikiran atau mind mapping; 5) Siswa mempresentasikan


hasil diskusi kelompok di depan kelas; 6) Siswa menyampaikan kesimpulan.
Dalam kegiatan belajar proses penerapan mind mapping dapat
meningkatkan kreativitas siswa karena pada dasarnya cara kerja mind mapping
melibatkan cara kerja dasar otak yang tersusun lebih bercabang-cabang seperti
pohon. Pola ini dapat mempermudah proses mengingat pada setiap apa yang
dipelajari. Siswa dapat tertarik untuk membuat gambar-gambar atau warna-warna
pada mind mapping agar terlihat lebih bagus dan menarik. Dalam proses
pembelajaran di kelas siswa sangat antusias mengikuti proses pembelajaran
menggunakan metode mind mapping, karena mereka lebih bebas berkreasi dalam
mengerjakan tugas yang diberikan guru dan lebih mudah untuk memecahkan
permasalahan yang diberikan guru.

Kreativitas Siswa Setelah Menggunakan Metode Mind mapping


Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada saat proses
pembelajaran PKn berlangsung dengan menggunakan metode mind mapping
kreativitas siswa mengalami peningkatan dalam proses dan hasil pembelajaran
yang dilakukan. Hasil tersebut dapat di lihat dari sebuah mind mapping yang
dijadikan guru sebagai tolak ukur penilaian dalam proses pembelajaran tersebut
dengan menggunakan penilaian rubrik yang terdiri dari 4 aspek penilaian dan data nilai
tersebut dapat dilihat dalam Tabel 4.

Tabel 4. Data Nilai Setelah Menggunakan Metode Mind mapping


Nama Siswa Sesudah Keterangan
Menggunaka
n Metode
C 83 Tuntas
D 83 Tuntas
E 83 Tuntas
I 83 Tuntas
O 83 Tuntas
Q 83 Tuntas
R 83 Tuntas
S 83 Tuntas
T 83 Tuntas
A 75 Tuntas
H 75 Tuntas
J 75 Tuntas
N 75 Tuntas
P 75 Tuntas
U 75 Tuntas
W 75 Tuntas
Y 75 Tuntas
B 75 Tuntas
G 67 Tidak Tuntas
K 67 Tidak Tuntas

Jurnal Pendidikan, Volume 21, Nomor 1, Maret 2020, 38-50


Heri, Heny, Ajeng, Amallia, & Ana - Penerapan Metode
Mind Mapping untuk Meningkatkan Kreativitas pada 47
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Tabel 4. Lanjutan
Nama Siswa Sesudah Keterang
Menggunaka an
n Metode
L 67 Tidak
Tuntas
M 67 Tidak
Tuntas
X 67 Tidak
Tuntas
M 67 Tidak
Tuntas
V 65 Tidak
Tuntas
Jumlah 1905
Nilai Rata-Rata 76,2
Siswa Yang Tuntas 18
Siswa Yang Tidak Tuntas 7
Persentase Ketuntasan Belajar 72%
Sumber: Hasil penilaian siswa dari guru kelas MI Miftahul Falah

Siswa dinyatakan tuntas jika telah mencapai nilai ≥ 70 sebagai contohnya


siswa dapat dilihat dari salah satu siswa yaitu Q, untuk melihat ketuntasan
pembelajarannya dapat dibuktikan dengan perhitungan sebagai berikut:
10
𝑆= X 100 = 83,3
12

Dengan perhitungan ini siswa Q dinyatakan tuntas dalam proses


pembelajaran di kelas setelah guru menggunakan metode mind mapping ini
dibandingkan dengan menguunakan metode konvensional seperti siswa Q ia
mengalami peningkatan hasil yang lumayan besar untuk data nilai pembelajaran
PKn. Lalu dari data nilai tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata yang diperoleh oleh
siswa adalah 68% dengan perhitungan sebagai berikut:

X= ∑𝑥 = 1905 = 72%
𝑁 25

Hasil kreativitas siswa pada proses pembelajaran dengan menggunakan


metode mind mapping ini, dapat dilihat dari tabel dibawah ini yang menunjukan
bahwa hasil kreativitas siswa di kelas VI ini sudah meningkat dan mencapai nilai
ketuntasan dan sudah banyak siswa yang mendapat nilai atas KKM yang sudah
ditentukan oleh sekolah/guru. Hasil tersebut dapat dilihat dalam Tabel 5.

Tabel 5. Tingkat Penguasaan Kreativitas Siswa Sesudah Menggunakan Metode


Mind Mapping
Tingk Jumlah peserta didik Persentase Keterang
at an
penguas
aan
86-100 Sangat Baik
76-85 10 40% Baik
Jurnal Pendidikan, Volume 21, Nomor 1, Maret 2020, 38-50
Heri, Heny, Ajeng, Amallia, & Ana - Penerapan Metode
48 Mind Mapping untuk Meningkatkan Kreativitas pada
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
60-75 15 60% Cukup
55-59 Kurang
0-54 Kurang
Sekali
Sumber: Hasil penilaian siswa dari guru kelas MI Miftahul Falah

Jurnal Pendidikan, Volume 21, Nomor 1, Maret 2020, 38-50


Heri, Heny, Ajeng, Amallia, & Ana - Penerapan Metode
Mind Mapping untuk Meningkatkan Kreativitas pada 49
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Berdasarkan perhitungan persentase belajar ketuntasan klasikal dapat


dilihat melalui perhitungan sebagai berikut:

j𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠i𝑠w𝑎 𝑦𝑎𝑛g 𝑚𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑛i𝑙𝑎i ≥70


KK = j𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢𝑟ℎ 𝑠i𝑠w𝑎 𝑥 100%
= 18 x 100% = 72%
25

Jumlah ini diperoleh dari hasil perhitungan kinerja siswa mengerjakan mind
mapping, peneliti melihat bahwa metode ini menyebabkan kenaikan yang cukup
bagus untuk melihat kreativitas siswa karena metode ini menunjang pengembangan
proses kreativitas para siswa dengan menggunakan stimulus menggunakan
percampuran warna sesuai keinginannya sendiri, lalu gambar yang sesuai dengan materi,
dan teks yang mudah dipahami siswa dengan materi yang disampaikan.
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa persentase ketuntasan kreativitas
siswa kelas VI MI Miftahul Falah ini sudah bisa dinyatakan baik karena dari data
diatas telah dibuktikan bahwa nilai kreativitas siswa sudah meningkat. Dari data
tersebut bisa dilihat bahwa kreativitas siswa yang meningkat diantarannya 40% dari 10
orang siswa dinyatakan baik, lalu 60% dari 15 orang siswa dinyatakan cukup, dan
sudah tidak ada lagi siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM dari jumlah
seluruh siswa 25 orang dalam satu kelas tersebut setelah menggunakan metode
pembelajaran mind mapping. Maka siswa kelas VI MI Miftahul Falah ini sudah dapat
mencapai ketuntasan belajar dan hasilnya sudah lebih meningkat.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan, metode mind mapping
dapat meningkatkan kreativitas siswa seperti pada penelitian Sukawati (2016) yang
berjudul Peningkatan Siswa Dalam Menulis Cerpen Melalui Metode Pemetaan
Pikiran (Mind mapping) yang dilakukan oleh siswa kelas X SMPN 14 Bandung.
Dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan
pembelajaran menulis cerpen dengan metode mind mapping cukup efektif
meningkatkan kreativitas siswa dalam menulis cerpen. Pembelajaran menulis
cerpen dengan menggunakan metode mind mapping dilaksanakan dalam dua
siklus. Sejak proses kreatif membuat peta pikiran berlangsung, siswa sudah
memahami secara mendalam tentang ide yang akan dituangkan dalam cerpen
secara utuh. Selama pembelajaran di kelas, metode mind mapping telah mampu
memunculkan perilaku siswa yang lebih positif. Siswa cenderung lebih aktif dan
kreatif dalam bertanya dan mengemukakan gagasan. Suasana kelas pun menjadi
lebih hidup. Kemampuan siswa dalam menulis cerpen dengan metode mind
mapping semakin meningkat. Hasil analisis menunjukkan bahwa skor dan nilai yang
dihasilkan mengalami peningkatan mulai dari 3,5% sampai dengan 43,5%.
Meskipun hasil analisis menunjukkan tidak semua siswa mengalami peningkatan
pada setiap kriteria, tetapi secara keseluruhan persentase nilai meningkat.

KESIMPULAN
Berdasarkan observasi yang telah kami lakukan dan hasil yang sudah
dipaparkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa metode mind mapping
dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran PKn di MI
Miftahul Falah kelas VI ini. Dalam pemaparan tersebut sudah dijelaskan bahwa nilai

Jurnal Pendidikan, Volume 21, Nomor 1, Maret 2020, 38-50


Heri, Heny, Ajeng, Amallia, & Ana - Penerapan Metode
50 Mind Mapping untuk Meningkatkan Kreativitas pada
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

siswa sebelum menggunakan metode pembelajaran itu menghasilkan nilai yang


cukup rendah, ketika proses pembelajarannya menggunakan metode mind mapping
ternyata mampu meningkatkan hasil kreativitas pada siswa.
Dari hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode mind
mapping dapat meningkatkan kreativitas siswa , dengan demikian metode ini dapat
dicobakan lebih lanjut untuk berbagai bidang ilmu lain apakah mempunyai
kontribusi yang sama dalam meningkatkan kreativitas siswa.

REFERENSI
Betaubun, Since L., Agus K. H., Adi S., Ratna P. & Yunarlianto P. (2018). Metode Mind
Mapping Untuk Meningkatkan Kreativitas Menulis Dan Hasil Belajar Siswa
Pada Materi Kesehatan. Musamus Journal Of Primary Education, Vol. 1,
No 1.
Darusman, R. (2014). Penerapan Metode Mind Mapping (peta pikiran) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik siswa SMP. Infinity
Journal, 3(2), 164-173.
Fauziah, D. (2017). Penerapan Model Mind Map Untuk Meningkatkan Kreativitas
Dan Pemahaman Siswa Pada Materi Sejarah Kerajaan Isam Di Indonesia.
Mimbar Sekolah Dasar, Vol. 4, No 2. Ejournal Upi Bandung
Hermawan, Iwan. (2019) Metodologi Penelitian Pendidikan. Kuningan: Hidayatul
Quran.
Mulyasa, E. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Remaja Rosdakarya.
Pamungkas, A., Bambang S., & Suharto L. (2017). Implementasi Model
Pembelajaran IPA Berbasis Kearifan Lokal untuk Meningkatkan Kreativitas dan
Hasil Belajar Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, Vol. 3, No 2.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Prastyo, A. (2016). Pengaruh Metode Mind Mapping Terhadap Kreativitas Belajar
Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Matematika Di Sd Negeri Banyuanyar 1
Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017. Jurnal PGSD. Uviversitas Slamet
Riyadi.
Sukawati, S. (2016). Peningkatan Siswa Dalam Menulis Cerpen Melalui Metode
Pemetaan Pikiran (Mind Mapping). Jurnal Ilmiah Program Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol 5, No 1. STKIP Siliwangi.
Shoimin, A. (2016). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Cetakan ke-2. Jakarta: Ar-Ruzz Media.
Sitepu, A. (2019). Pengembangan Kreativitas Siswa. Guepedia.
Syam, N. & Ramlah Ramlah. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping
Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial Siswa Kelas IV SDN 54 Kota Parepare. Jurnal Publikasi Pendidikan,
Vol. V, No 3 Tahun 2015. Univeritas Negeri Makassar.

Jurnal Pendidikan, Volume 21, Nomor 1, Maret 2020, 38-50


Heri, Heny, Ajeng, Amallia, & Ana - Penerapan Metode
Mind Mapping untuk Meningkatkan Kreativitas pada 51
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Wulandari, F. A., Mawardi & Krisma W. W. (2019). Peningkatan Keterampilan Berpikir


Kreatif Siswa Kelas 5 Menggunakan Model Mind Mapping. Jurnal Ilmiah Sekolah
Dasar, Vol. 3, No 1. Universitas Kristen Satya Wacana Indonesia
Yuniharto, B. S. & Maria Melani I. S. (2019). Peningkatan Minat Belajar dan Kreativitas
Belajar Siswa Kelas IIIA SDN Maguwoharjo I Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe GI Pada Materi Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan.
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 1, No 2. Universitas Kristen Toraja.

Jurnal Pendidikan, Volume 21, Nomor 1, Maret 2020, 38-50

You might also like