N E U R O

OFTALMOLOGI

STANDARD KOMPETENSI
DOKTER SPESIALIS MATA
(based on: KIKMI 2020)

1
STANDARD KOMPETENSI
DOKTER SPESIALIS MATA
(based on: KIKMI 2020)

N E U R O
OFTALMOLOGI

Kompetensi Penyakit NO (hal. 3)

Kompetensi Keterampilan Klinis (hal. 8)

2
 KOMPETENSI PENYAKIT

NEURO OFTALMOLOGI

Level
NO Diagnosis
Kompetensi

NEUROPATI OPTIK

Papiledema

a. Papiledema ec space occupying lesion 3a

1. (SOL)

b. Idiopathic intracranial hypertension 3a

c. Hipertensi maligna 3b

Optic neuritis

a. Tipikal (dymielinating) 4
2.
b. Atypical (lain-lain) 3a

c. Neuromyelitis optika 3b

Neuropati optik iskemik

3. a. arteritik 2

b. non arteritik 4

4. Diabetic papilopathy 3a

5. Papilopheblitis 2

6. Paraneoplastic syndrome 2

Infiltrative dan compressive optic neuropathy

7. a. optic nerve sheath meningioma 2
b. optic glioma

8. Retrobulbar Hemorrhages 4

9. Optic disc drusen 2

10. Hereditary optic neuropathy

3
 a. Leber’s heredity optic neuropthy 2

b. Autosomal Dominant Optic atrophy 1

c. Optic nerve hypoplasia 1

d. Congenital optic disc anomalies 2

Toxic or nutriotional optic neuropathy

a. Methanol toxic optic neuropathy 3b

11. b. Ethambutol toxic optic neuropathy 3a

c. Toxic optic neuropathy karena obat lain 2

d. Nutritional optic neuropathy 2

12. Traumatic optic neuropathy (direct and indirect) 3b

13. Posterior ischemic optic neuropathy 2

14. Optic Atrophy 3a

15. Foster kennedy syndromme 3a

16. Chiasmal lession 3a

17. Retrochiasmal lession 3a

18. Optic tract lession 3a

19. Lateral geniculate body lession 3a

20. Temporal lobe lession 3a

21. Parietal lobe 3a

22. Occipital lobe lession 3a

TRANSIENT VISUAL LOSS

23. Monocular visual loss 2

24. Binocular visual loss 2

SUPRANUCLEAR DISORDER OF OCULAR MOTILITY

25. Ocular stability dysfunction 1

26. Vestibular dysfunction 1

27. Optokinetic nystagmus dysfunction 1

4
28. Saccadic dysfunction 1

29. Ocular motor apraxia 1

30. Pursuit dysfunction 1

31. Convergence insuffiency 2

32. Divergence insuffiency 2

DIPLOPIA

33. Nuclear cause of diplopia 2

34. Internuclear cause of diplopia 2

35. Infranuclear cause of diplopia 2

Third nerve palsy

36. a. pupil involvement 3b

b. pupil sparing 3a

37. Fourth nerve palsy 3a

38. Sixth nerve palsy 3a

39. Carotid cavernous sinus fistula 3b

40. Tolosa-Hunt Syndrome 3b

41. Ocular Myasthenia Gravis 3a

42. Orbital myositis 3a

43. Tyroid eye disesase

a. Mild 4

b. Moderate-severe 3b

NYSTAGMUS

44. Childhood nystagmus 2

45. Gaze evoked nystagmus 1

46. Vestibular nystagmus 2

47. Acquired pendular nystagmus 1

48. See saw nystagmus 1

5
 PUPILLARY ABNORMALITIES

49. Anisokoria equal in dim and bright light 4

Anisokoria greater in dim light 3b

50.
Horner syndrome

Anisokoria greater in bright light

51. a. Adies tonic pupil 3a

b. Third nerve palsy 3b

52. Agryl Robertson pupil 1

53. Aberrant regeneration 1

EYELID AND FACIAL ABNORMALITIES

Acquired ptosis (kecuali ocular myasthenia gravis, 2

54.
third nerve palsie dan Horner)

55. Seventh nerve disorder 2

56. Essential Blepharospasme 3a

57. Hemifacial spasme 3a

HEAD AND OCULAR FACIAL PAIN

58. Migrain 2

59. Tension headache 2

60. Trigeminal neuralgia 2

61. Occipital neuralgia 2

62. Herpes Zoster Ophthalmia (HZO) facial pain 2

SYSTEMIC CONDITION WITH NEURO-OPHTHALMIC SIGN

Imunologic disorder ( di luar Ocular Myastenia

63. Gravis, Multiple Sclerosis,Thyroid Eye 2
Disease,Giant Cell Arteritis)

64. Related Pregnancy 1

65. Cerebrovascular disorder (selain CCF) 2

66. Infectious disease 3a

6
67. Radiation therapy 2

COLOR BLINDNESS

68. Herediter 4

69. Dapatan 3a

70. The patient with non organic ophthalmic disorder 1

7
 KOMPETENSI KETERAMPILAN KLINIS

NEURO OFTALMOLOGI

Level
NO Keterampilan Klinis
Kompetensi

Melakukan pemeriksaan dasar gerak bola mata:

a. Menilai kesejajaran bola mata dengan teknik
sederhana (misalnya. Hirschberg test, Krimsky
method).
b. Melakukan pemeriksaan dasar cover/uncover
tes untuk tropia.
c. Melakukan alternate cover testing untuk phoria.
d. Melakukan sekaligus prisma dan cover tes
e. Melakukan three steps test
1. f. Melakukan pengukuran deviasi dengan prisma 4A
g. Menggunakan Fresnel dan prisma grind-in
h. Melakukan forced duction dan forced
generation testing.
i. Melakukan penilaian akurasi sakadik dan
pursuit dan tes optokinetik
j. Melakukan pemeriksaan fungsi pelpebra
(misalnya, fungsi levator, posisi palpebra).
k. Melakukan pemeriksaan Hess Screen dan
WFDT
Melakukan dan menginterpretasikan pemeriksaan
perimetri:
a. Melakukan uji lapang pandang konfrontasi
(statik dan kinetik, central dan peripheral,
target merah dan putih).
2. b. Melakukan dan menginterpretasikan amsler
grid 4A
c. Menjelaskan indikasi dan melakukan perimetri
goldmann dan menginterpretasikan hasilnya
d. Menjelaskan indikasi dan melakukan
pemeriksaan perimetri otomatis dan
menginterpretasikan hasilnya
Melakukan dasar direk, indirek, dan pemeriksaan
3. magnified ophthalmoscopic pada optic disc 4A
(misalnya, mengenali optic disc swelling, optic
atrophy, neuroretinitis).
Melakukan evaluasi detil nervus kranialis (misalnya,
4. tes fungsi nervus oculomotor, trochlear, trigeminal, 4A
abdusens dan facialis)
5. Melakukan pemeriksan pupil 4A

8
 a. Refleks pupil langsung dan tidak langsung
b. RAPD (relative afferent Pupillary defect)
c. Pupillary near response
Melakukan pemeriksaan warna
6. a. Ishihara 4A
b. Fansworth Munsell atau HRR
7. Melakukan pemeriksaan contrast sensitivity 4A

8. Melakukan Pemeriksaan Hertel 4A

9. Melakukan interpretasi pemeriksaan elektrofisiologi 3

ERG dan VEP
10. Melakukan interpretasi OCT papil pada kasus 4A
neurooftalmologi
Menentukan pemeriksaan dan menginterpretasikan
foto neuro-radiologi dalam neurooftalmologi
(misalnya., interpretasi foto orbita pada tumor
orbita pseudotumor, thyroid eye disease,
11. intracranial imaging modalities danstrategies for 3
tumors, aneurysms, infection, inflammation, and
ischemia thyroid eye disease, pituitary adenoma,
optic nerve glioma, optic nerve sheath
meningioma), dan berdiskusi dengan
neuroradiologist untuk mendapatkan hasil terbaik.
Melakukan dan menginterpretasikan hasil
12. intravenous edrophonium (Tensilon) dan uji 2
prostigmine untuk myasthenia gravis, mengenali
dan mengatasi komplikasi dari prosedur tersebut
13. Melakukan dan menginterpretasikan hasil untuk 4A
myasthenia gravis, seperti ice pack test, sleep test
Menentukan dan melakukan interpretasi
14. pemeriksaan laboratorium yang berhubungan 4A
dengan kelainan neurooftalmologi
Mengenali pasien dengan kehilangan penglihatan
15. fungsional (non-organik) dan memberikan konseling 2
yang benar dan follow up
16. Melakukan injeksi botox pada hemifacial spasme 3
dan blefarospasme essensial
17. Melakukan injeksi High-dose Metylprednisolon 4A
Intravena pada kasus-kasus neurooftalmologi
18. Melakukan kantotomi lateral pada kasus 4A
retrobulbar hemorrhage