Professional Documents
Culture Documents
33-Article Text-237-1-10-20210603
33-Article Text-237-1-10-20210603
Abstract
Scrotal abscess is the formation of pus-filled bags in the kutis and
subcutaneous tissue due to scrotal skin infections caused by bacteria / parasites
or due to the presence of foreign bodies. Scrotal abscess is a condition in which
pus accumulates in the scrotum, which is a leather bag that serves to hold the
testicles. There are several factors that can cause the appearance of this
condition. One of them is complications from a bacterial infection of the
bladder or ureter. This kind of infection can move to the scrotum. In addition,
the condition can also be caused by sexually transmitted diseases, such as
chlamydia and gonorrhea. Based on the data on the number of cases of
Scrotum Abscess in Gunung Jati Hospital Cirebon for 6 months as many as 22
people. So that the author follows up nursing care on the client's scrotal
abscess that the author can pour in the form of scientific papers with the aim
that the author is able to carry out nursing care on the client directly and
comprehensively with the approach of the nursing process, this method of
writing uses descriptive methods in the form of scientific papers. Data
collection techniques are interviews, observations, physical examinations,
documentation studies, and literature studies. The diagnosis that arises is that
there are 7 nursing problems. And the nursing problems that are resolved in
part are pain disorders and physical mobilization due to the client's condition.
The family should motivate the client to get well quickly and the goal of nursing
care is achieved.
Abstrak
Abses skrotum adalah terbentuknya kantong berisi nanah pada jaringan kutis dan
subkutis akibat infeksi kulit skrotum yang disebabkan oleh bakteri/parasit atau
karena adanya benda asing. Abses skrotum adalah kondisi di mana nanah
terkumpul di dalam skrotum, yaitu kantong kulit yang berfungsi menampung
testikel. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan munculnya kondisi ini.
Salah satunya komplikasi dari infeksi bakteri pada kandung kemih atau ureter.
Infeksi semacam ini dapat berpindah ke skrotum. Selain itu, kondisi ini juga dapat
disebabkan oleh penyakit menular seksual, seperti klamidia dan gonorea.
Berdasarkan hasil data jumlah kasus Abses Skrotum di RSUD Gunung Jati
Cirebon selama 6 bulan sebanyak 22 orang. Sehingga penulis menindaklanjuti
asuhan keperawatan pada klien abses skrotum yang dapat penulis tuangkan dalam
bentuk karya tulis ilmiah dengan bertujuan agar penulis mampu melaksanakan
asuhan keperawatan pada klien secara langsung dan komprehensif dengan
pendekatan proses keperawatan, metode penulisan ini menggunakan metode
6
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di
Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati Cirebon
deskriptif yang berbentuk karya tulis ilmiah. Teknik pengumpulan data adalah
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, study dokumentasi, dan study literatur.
Adapun diagnosa yang muncul yaitu ada 7 masalah keperawatan. Dan masalah
keperawatan yang teratasi sebagian adalah gangguan rasa nyaman nyeri dan
mobilisasi fisik karena melihat kondisi klien. Keluarga harus memberi motivasi
kepada klien agar klien cepat sembuh dan tujuan asuhan keperawatan tercapai.
Pendahuluan
Menurut Dewi Murdiyanti (2017) manusia sebagai makhluk holistik
mempengaruhi pendefinisian tentang sehat dan sakit. Karena hal ini dikarenakan
berbagai ahli, baik dokter, psikolog, antropolog, sosialog, maupun para filsuf memiliki
konsep sehat dan sakit yang berbeda-beda sesuai dimensi disiplin ilmu yang mereka
kuasai. Definisi sehat dan sakit pada manusia sebagai makhluk biologis berarti
berhubungan dengan kondisi tubuh dan adaptasi terhadap penyakit dan lingkungan sat
itu. Pada dasarnya batasan sehat dan sakit itu tergantung pada ketahanan diri seseorang
terhadap kondisi yang dialami. Sehat berarti manusia mampu mempertahankan dan
mnyesuaikan dirinya terhadap lingkungan. Sakit terjadi saat manusia tidak mampu
menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan sehingga terliht ada kelemahan dan
gangguan pada diri seseorang sehingga mempengaruhi hubungan sosial dan aktifitas
sehari-hari.
Menurut (Asmadi, 2008) sakit adalah keadaan tidak normal/sehat. Secara
sederhana, sakit atau dapat pula disebut penyakit merupakan suatu bentuk kehidupan
atau keadaan di luar batas normal. Tolak ukur yang paling mudah untuk menentukan
kondisi sakit/penyakit adalah jika terjadi perubahan dari nilai rata-rata normal yang
telah ditetapkan. Menurut Parson, sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh
manusia, termasuk sejumlah sistem biologis dan kondisi penyesuaian. Sakit adalah
keadaan tidak normal atau tidak sehat. Secara sederhana, sakit atau dapat disebut juga
penyakit merupakan suatu bentuk kehidupan/keadaan diluar batas normal dimana
penyakit dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyakit infeksi dan non infeksi. Salah
satu penyakit infeksi adalah terjadinya abses.
Menurut Amin dan Hardi (2015) abses (latin: abscessus) merupakan kumpulan
nanah (netrofil yang telah mati) yang diterakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena
adanya proses infeksi (biasa nya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda
asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum sutik). Proses ini merupakan reaksi
perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran /perluasan infeksi kebagian
tubuh yang lain. Abses adalah infeksi dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi
nanah.
Menurut Amin, Hardi (2015) abses juga dapat dikatakan rongga abnormal yang
berada dibagian tubuh, ketidakabnormalan di bagian tubuh, disebabkan karena
pengumpulan nanah di tempat rongga itu akibat proses radang yng kemudian
membentuk nanah. Dinding rongga abses biasanya terdiri atas sel yang telah cidera,
7
Maesaroh dan Deni Arum
tetap masih hidup. Isi abses yang berupa nanah tersebut terdiri atas sel darah putih dan
jaringan yang nefrotikdan mencair. Abses biasanya disebabkan oleh kuman patogen
misalnya: bisul.
Abses bisa mengenai semua organ tubuh manusia, salah satunya dapat mengenai
pda organ skrotum sehingga disebut dengan abses skrotum. Besar dan luasnya
permasalahan akibat Abses Skrotum mengharuskan kepada semua pihak untuk dapat
berkomitmen dan bekerja sama dalam melakukan penanggulangan abses skrotum.
Kerugian yang diakibatkan sangat besar, bukan hanya dari askpek kesehatan semata
tetapi dari aspek social maupun ekonomi. Dengan demikian penyakit abses skrotum
merupakan ancaman bagi cita-cita pembangunan meningkatkan kesejahteraan rakyat
secara menyeluruh.
Menurut (http://eprints.umm.ac.id) penyakit infeksi masih merupakan jenis
penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di negara berkembang termasuk
Indonesia. Salah satu penyebab penyakit infeksi adalah bakteri. Mikroorganisme alami
yang ada dalam tubuh manusia disebut mikroorganisme normal atau flora normal.
Meskipun flora normal tidak ini tidak pathogen, namun dalam keadaan tertentu dapat
bersifat pathogen dan menimbulkan penyakit infeksi. Contoh flora normal yang dapat
menjadi mikroorganisme pathogen adalah bakteri Staphylococcus aureus.
Staphylococcus aureus dapat ditemukan dipermukaan kulit sebagai flora normal,
terutama disekitar hidung, mulut, alat kelamin, dan sekitar anus. Dapat menyebabkan
infeksi pada luka biasanya berupa abses yang merupakan kumpulan nanah atau cairan
dalam jaringan yang disebabkan oleh infeksi. Infeksi oleh Staphylococcus aureus bisa
menyebabkan sindroma kulit.
Bank data kementerian kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa berdasarkan
distribusi penyakit sistem reproduksi pasien rawat inap menurut golongan sebab sakit
Indonesia tahun 2015, abses skrotum menempati urutan ke-20 dengan jumlah 9.312
kasus, 121 diantaranya meninggal dunia dan hal ini bisa disebabkan karena ketidak
berhasilan proses pembedahan terhadap abses itu sendiri (Depkes RI, 2011).
Menurut (http://id.wikipedia.org/wiki/Abses) dari data RSUD Dr. R. Soetarsono
Rembang khususnya diruang melati jumlah pasien abses mulai bulan januari-juli 2010
adalah 11 orang, oleh dasar itu penulis ingin membahas tentang penyakit abses skrotum
ini. Berdasarkan data dari bagian sistem informasi di jawa barat, penderita penyakit
abses skrotum selama bulan januari - desember 2012 sebanyak 103 orang. Sedangkan
untuk tahun 2013 mengalami penurunan dengan jumlah penderita sebanyak 85 orang.
Peningkatan angka kejadian penyakit abse skrotum di provinsi jawa barat bisa
disebabkan karena ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang dengan pesat,
sejalan dengan hal tersebut, maka permasalahan manusiapun semakin kompleks, salah
satunya yaitu kebutuhan ekonomi yang semakin mendesak. Hal tersebut menuntut
manusia untuk berusaha memenuhi kebutuhannya dengan usaha yang ekstra, Hal
tersebut mempengaruhi pola hidup dan kesehatannya yang dapat menyebabkan kerja
tubuh yang berat yang dapat menimbulkan kelelahan dan kelemahan dari berbagai organ
tubuh.
8
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di
Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati Cirebon
Table 1
Jumlah Klien dengan Abses Skrotum yang Dirawat Di Ruang
Prabu Siliwangi Lantai IV, RSUD Gunung Jati Cirebon Tahun 2018
No Bulan Jenis Kelamin Laki - laki Total
1 Oktober 8 8
2 November 4 4
3 Desember 2 2
4 Januari 3 3
5 Februari 2 2
6 Maret 3 3
Jumlah 22
Sumber: medical record di ruang prabu siliwangi lantai IV rumah sakit umum
daerah Gunung Jati Cirebon
Berdasarkan pada table diatas, jumlah klien yang menderita abses skrotum
diruang prabu siliwangi lantai IV RSUD Gunung Jati Cirebon selama 6 bulan terakhir
kejadian terbanyak terjadi pada bulan oktober dengan jumlah 8 orang.
Melihat angka kejadian kasus tersebut maka penulis tertarik untuk
menindaklanjuti asuhan keperawatan pada kien dengan gangguan sistem reproduksi
akibat abses skrotum yang penulis tuangkan dalam bentuk laporan study kasus dengan
judul: “asuhan keperawatan pada Tn. R dengan gangguan sistem reproduksi akibat
abses skrotum I ruang prabu siliwangi lantai Iv Rsud Gunung Jati Cirebon”
Metode Penelitian
Dalam penyusunan laporan study kasus ini penulis menggunakan metode
deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Menurut Haryanto (2008:28) wawancara merupakan pola komunikasi yang
dilakukan untuk tujuan spesifik dan difokuskan pada area dengan isi yang spesifik.
Ada duatipe wawancara, yaitu wawancara langsung dan tidak langsung. Wawancara
langsung adalah wawancara yang dilakukan lansung dengan klien, sedangkan
wawancara tidak langsung adalah wawancara yang dilkukan pada keluarga klien,
perawat, atau sumber lainnya untuk mendapatkan data.
2. Observasi
Menurut Haryanto (2008:37) kemampuan melakukan observasi bergantung
pada tingkat pengetahuan perawat/mahasiswa. Untuk itu, perawat harus
meningkatkan dasar pengetahuan dan kemampuan melakukan observasi. Jika
melakukan observasi pada luka post op, maka perawat/mahasiswa akan lebih
9
Maesaroh dan Deni Arum
10
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di
Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati Cirebon
berpikir, dan menentukan dugaan sementara atau disebut juga dengan hipotesis
penelitian. Sehingga para peneliti dapat menggelompokkan, mengalokasikan,
mengorganisasikan, dan menggunakan variasi pustaka dalam bidangnya. Dengan
melakukan studi kepustakaan, para peneliti mempunyai pendalaman yang lebih luas
dan mendalam terhadap masalah yang hendak diteliti.
Cortek serebri
Nyeri dipersepsikan
2. DS : Nyeri luka post op Gangguan
a. Klien mengeluh mual kebutuhan nutrisi
b. Klien mengeluh lemas
c. Klien mengeluh tidak Gangguan
nafsu makan gastrointestinal
Mual, muntah
(ketidaknyamanan
abdominal)
11
Maesaroh dan Deni Arum
Gangguan kebutuhan
nutrisi
3. DS : Nyeri luka post op Gangguan pola
a. Klien mengatakan tidur
tidurnya tidak nyenyak
b. Klien mengeluh sulit
tidur karena masih nyeri Merangsang susunan
saraf otonom untuk
DO : mengaktifkan non
a. Terdapat lingkar hitam epineprin
pada mata dan kantung
mata
b. Klien tampak kurang
tidur dan terlihat lemas Saraf simpasis
c. Frekuensi tidur : terangsang untuk
4 - 5 jam pada malam mengaktifkan RAS
hari (Reticular Activating
1 jam pada siang hari System)
d. Kualitas tidur klien tidak Mengaktifkan kerja
nyenyak organ
Klien terjaga
12
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di
Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati Cirebon
Imobilisas
5. DS : Adanya rangsangan Gangguan
a. Klien mengatakan nyeri pada genetalia personal hygiene
Selama di RS belum karena abses skrotum
pernah cuci rambut, dan
gunting kuku
b. Klien mengatakan selama
sakit mandi 1x sehari di Keterbatasan gerak
lap sama isterinya.
Resti infeksi
7. DS : Imobilisasi Gangguan
13
Maesaroh dan Deni Arum
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada skrotum, klien
mengeluh nyeri sangat hebat, saat di palpasi terdapat nyeri tekan pada
abdomen bawah bagian dextra, keadaan luka agak kotor, masih tertutup
kassa pada luka didaerah skrotum, skrotum tampak terdapat lesi setelah di
lakukan pembedahan skrotumektomi, terdapat nyeri skrotum saat di palpasi,
dan skala nyeri 4 (0-5).
b. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nyeri luka
post op ditandai dengan klien mengeluh mual, klien mengeluh lemas, klien
mengeluh tidak nafsu makan, makan habis ½ porsi, klien terlihat lemas, dan
BU 9 x/menit.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri luka post op ditandai dengan
klien mengatakan tidurnya tidak nyenyak, klien mengeluh sulit tidur karena
masih nyeri, terdapat lingkar hitam pada mata dan kantung mata, klien
tampak kurang tidur dan terlihat lemas, frekuensi tidur : 4 - 5 jam pada
malam hari, 1 jam pada siang hari, dan kualitas tidur klien tidak nyenyak.
d. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan imobilisasi ditandai dengan
klien mengeluh pusing, klien mengatakan aktivitasnya dibantu keluarga
selama sakit, klien tampak bedrest , terpasang kateter dan WSD, aktifitas
klien dibantu selama di RS, tonus otot : 4 5
5 5
14
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di
Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati Cirebon
dan gunting kuku, klien mengatakan selama sakit mandi 1x sehari dilap oleh
isterinya, KU klien agak kotor dan badan teraba lengket, rambut sedikit
kotor, gigi tampak kotor dan warna gigi kekuningan.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terputusnya kontuinuitas jaringan
ditandai dengan Skrotum tampak terdapat lesi setelah di lakukan
pembedahan skrotumektomi, masih terbalut kasa pada skrotum, keadaan
luka agak sedikit kotor, terdapat nyeri saat di palpasi.
g. Gangguan spiritual berhubungan dengan imobilisasi ditandai dengan klien
mengatakan tidak pernah melakukan sholat 5 waktu selama sakit karena
nyeri dan tidak bisa turun dari tempat tidur, klien mengatakan tidak tahu cara
sholat saat sakit dan cara tayamum, klien tampak bedrest, aktivitas dibantu,
selama sakit klien tampak tidak pernah melaksanakan sholat 5 waktu, klien
dan keluarga tampak selalu berdoa.
15
Maesaroh dan Deni Arum
16
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati
Cirebon
17
Maesaroh dan Deni Arum
18
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati
Cirebon
19
Maesaroh dan Deni Arum
b. Klien mengatakan tidak tahu 2. Klien mengatakan sudah paham pengetahuan kepada klien
cara sholat saat sakit dan cara tentang tata cara sholat dalam sehingga kliendapat
tayamum keadaan berbaring melaksanakan sholat 5
DO : 3. Klien dapat melaksanakan sholat 5 waktu.
a. Klien tampak bedrest waktu
b. Aktivitas dibantu 4. Klien terlihat melaksanakan sholat
c. Selama sakit klien tampak 5 waktu
tidak pernah melaksanakan
sholat 5 waktu
d. Klien dan keluarga tampak
selalu berdoa.
20
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di
Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati Cirebon
4. Implementasi
Diagnosa Waktu
No. Tanggal Implementasi Paraf
Keperawatan (WIB)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. 12-03- DX I 08:30 T1 : Mengobservasi tanda-tanda Deni
2018 vital Arum
R1 : T : 37, 1oC
P : 80 x/menit
R : 22 x/menit
S : 140/80 mmHg
08:35 T2 : Mengkaji tingkat nyeri
R2 : Skala nyeri 4 (0-5)
08:45 T3 : Mengajarkan teknik
distraksi relaksasi
R3 : Klie mengerti apa yag
diajarkan perawat
08:50 T4 : Berkolaborasi dalam
pemberian obat analgetik
(keterolax 1 amp) IV
R4 : Klien mau diberikan obat
08:55 T5 : Memberikan HE tentang
nyeri
R5 : Keluarga memahami
penjelasan perawat
2. 12-03- DX II 09:10 T1 : Mengobservasi tanda-tanda Deni
2018 vital Arum
R1 : T : 37, 1oC
P : 80 x/menit
R : 22 x/menit
S : 140/80 mmHg
09:15 T2 : Menganjurkan klien makan
dalam keadaan hangat dan
berikan sedikit tapi sering
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
R2 : Klien dan keluarga mengerti
dan mengikuti anjuran
perawat
09:30 T3 : Memberikan HE tentang
kebutuhan nutrisi
R3 : Klien dan keluarga mengerti
penjelasan perawat
3. 12-03- DX III 10:00 T1 : Mengkaji pola tidur dan Deni
2018 perubahan yang terjadi Arum
R1 : Klien mengatakan semalam
merasa nyeri sehingga
tidurnya terganggu
10:05 T2 : Menjadwalkan istirahat tidur
sesuai pola tidur klien
R2 : Klien biasa tidur malam
pukul 22.00 dan tidur siang
pukul 13.00
21
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di
Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati Cirebon
22
Maesaroh dan Deni Arum
5. Evaluasi
Diagnosa
No. Tanggal Evaluasi Paraf
Keperawatan
(1) (2) (3) (4) (5)
1. 12-03- DX I S : Deni Arum
2018 a) Klien mengatakan nyeri
sangat hebat
b) Klien mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk jarum
O:
a) Skala nyeri 4 (0-5)
b) TTV dalam batas normal
T : 37,1 ̊C
P : 80 x/menit
R : 20 x/menit
S : 130/80 mmHg
O:
a) Makan habis ½ porsi
23
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di
Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati Cirebon
b) BU 9x/menit
c) Klien minum 3-4 gelas
perhari
A : Masalahbelum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
4. 12- DX IV S : Klien mengatakan sulit untuk duduk Deni Arum
03- dan masih kaku
2018
O:
a) Klien terlihat sedang berbaring
b) Aktivitas klien masih di bantu
c) Masih terpasang kateter
24
Maesaroh dan Deni Arum
O:
a) Makan habis ½ porsi
b) BU 9x/menit
c) Klien minum 4-5 gelas
perhari
25
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di
Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati Cirebon
O:
a) Klien tampak lebih segar
b) Mulut dan badan tidak bau
c) Kuku klien tampak tidak kotor dan
panjang
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dipertahankan
13. 13-03- DX VI S : Klien mengatakan sudah nyaman Deni Arun
2018 karena lukanya sudah di bersihkan
dan perban nya sudah di ganti
O:
a) Tidak ada push atau jaringan nekrosis
26
Maesaroh dan Deni Arum
B. Pembahasan
Asuhan keperawatan yang telah diberikan secara langsung kepada Tn. R
gangguan sistem reproduksi akibat abses skrotum dilakukan selama lima hari, dari
tanggal 12 maret 2018 sampai 16 maret 2018 diruang prabu siliwangi lantai 4
RSUD gunung jati. Perawat melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian,
pendiagnosaan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian penulis menggunakan pengumpulan data dangan
melihat langsung keadaan pasien menggunakan tehnik wawancara, observasi,
studi dokumentasi, dan studi literature yaitu melibatkan pasien, keluarga dan
mengidentifikasikan data yang diperlukan selama pengkajian dan penulis juga
menyamakan data dengan dokumentasi catatan medis klien yang berada di
ruangan perawat, penulis melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lainnya
seperti pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan radiologi.
Pada saat pengkajian hari pertama penulis mendapatkan data permasalahan
yang dialami klien adalah nyeri, dan tidak bisa beraktivitas seperti biasa. Hal ini
dilihat dari tinjauan teori secara umum pada pasien yang mengalami abses
skrotum akan mengalami rasa nyeri dengan gangguan mobilisasi karena
disebabkan oleh adanya push, abses, dan jaringan nekrosis pada skrotum karena
infeksi, hal ini berdampak munculnya masalah lain seperti yang penulis temukan
pada pasien dengan abses skrotum terjadi mual, dan gangguan pola tidur. Begitu
pula pada pasien yang dikelola penulis ditemukan permasalahan utama rasa
nyeri yang berdampak pada pola tidur. Penulis menemukan ada kelainan lain
yang berarti pada klien dengan keadaan umum klien terdapat abses skrotum.
Dalam melakukan pengkajian terhadap pasien, penulis tidak mendapat
suatu halangan atau kesulitan dalam melakukan pengkajian, hal ini karena
dibantu oleh kerjasama klien dan keluarga serta tenaga kesehatan lainnya.
2. Diagnosa Keperawatan
27
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di
Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati Cirebon
28
Maesaroh dan Deni Arum
29
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di
Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati Cirebon
4. Implementasi
Pada tahap implementasi terdapat kesenjangan dan beberapa kendala. Hal
ini dikarenakan penulis tidak selalu berada bersama klien. Implementasi belum
sepenuhnya sesuai dengan rencana tindakan yang harus dilaksanakan oleh
keluarga ataupun perawat. Klien bekerja sama dengan baik, baik dengan penulis,
keluarga dan perawat. Sehingga pelaksanaannya dapat dilakukan dengan baik.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian terakhir dari proses keperawatan. Penulis
mengevaluasi dari intervensi yang telah dilakukan. Tujuannya diharapkan sesuai
dengan kriteria waktu sehingga dapat mempermudah dalam intervensi
selanjutnya. Dalam tahap evaluasi, penulis tidak menemukan adanya hambatan
yang berarti. Keluarga klien menunjukkan respon yang baik adapun
permasalahan penulis yang belum teratasi yaitu gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, gangguan nutrisi: kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan anyeri luka post op, gangguan mobilisasi
fisik berhubungan dengan imobilisasi, akan tetapi setelah melewati tindakan
keperawatan dari hari ke hari keadaan klien semakin membaik, dan penulis
sudah menganjurkan kepada keluarga untuk terus melakukan tindakan yang
sudah dilakukan penulis bersama keluarga, khususnya mengatasi gangguan rasa
nyaman nyeri.
Kesimpulan
Asuhan keperawatan yang telah diberikan secara langsung kepadaTn. R gangguan
sistem reproduksi akibat abses skrotum dilakukan selama lima hari, dari tanggal 12
maret 2018 sampai 16 maret 2018 diruang prabu siliwangi lantai 4 RSUD Gunung Jati
dilaksanakan dengan hati yang tulus dan ikhlas. Penulis melaksanakan asuhan
keperawatan yang bertujuan untuk medokumentasikan ke dalam bentu karya tulis
ilmiah, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Menurut amin
dan Hardi (2015:6) abses (Latin: abscessus) merupakankumpulan nanah (netrofil yang
telah mati) yang diterakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi
(biasa nya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan,
luka peluru, atau jarum sutik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan
untuk mencegah penyebaran/perluasan infeksi kebagian tubuh yang lain. Abses adalah
infeksi dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah.
2) Menurut (https://www.docdoc.com/id/info/condition/abscess-of-scrotum) abses
skrotum adalah kondisi di mana nanah terkumpul di dalam skrotum, yaitu kantong kulit
yang berfungsi menampung testikel. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
munculnya kondisi ini. Salah satunya komplikasi dari infeksi bakteri pada kandung
kemih atau ureter. Infeksi semacam ini dapat berpindah ke skrotum. Selain itu, kondisi
ini juga dapat disebabkan oleh penyakit menular seksual, seperti klamidia dan gonorea.
3) Menurut (https://www.scribd.com) abses skrotum adalah salah satu kasus dalam
bidang urologi yang harus segera ditangani untuk mencegah terjadinya pada testis
30
Maesaroh dan Deni Arum
terjadinya Fournier’s gangrene. Abses skrotum adalah kumpulan purulen pada ruang
diantara tunika vaginalis parietalis dan viseralis yang berada mengelilingi Tesis. 4)
Setelah melakukan asuhan keperawatan keada Tn.R dengan gangguan system
reproduksi akibat abses skrotum ditemukan diagnosa keperawatan yaitu gangguan rasa
nyaman: nyeri, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan, gangguan pola istirahat tidur,
gangguan mobilisasi, gangguan personal hygiene, resiko tinggi infeksi, dan gangguan
spiritual. Diagnosa keperawatan tersebut teratasi secara keseluruhan walaupun dengan
waktu yang berbeda.
31
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di
Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati Cirebon
Daftar Pustaka
Huda, Nurlatif, Amin dan Kusuma, Hardhi (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnose Medis dan Nanda Nic-Noc, Yogyakarta: Mediaction
Nursalam. (2011). Kebutuhan riil tenaga perawat dengan metode Workload Indicator
Staff Need (WISN). Jurnal Ners, 6(1), 85–92.
Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala (2011). Gangguan Sistem Reproduksi Aplikasi Asuhan
Keperawan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
32