You are on page 1of 27

Jurnal Akper Buntet

Jurnal Ilmiah Akper Buntet Pesantren Cirebon ISSN: 2579-3837


Vol. 3 No. 1 2019

ASUHAN KEPERAWATAN Tn. R DENGAN GANGGUAN SISTEM


REPRODUKSI AKIBAT ABSES SKROTUM DI RUANG PRABU SILIWANGI
LANTAI 4 RSUD GUNUNG JATI CIREBON

Maesaroh dan Deni Arum


Akademi Keperawatan Buntet Pesantren Cirebon
Email: deniarum371@gmail.com

Abstract
Scrotal abscess is the formation of pus-filled bags in the kutis and
subcutaneous tissue due to scrotal skin infections caused by bacteria / parasites
or due to the presence of foreign bodies. Scrotal abscess is a condition in which
pus accumulates in the scrotum, which is a leather bag that serves to hold the
testicles. There are several factors that can cause the appearance of this
condition. One of them is complications from a bacterial infection of the
bladder or ureter. This kind of infection can move to the scrotum. In addition,
the condition can also be caused by sexually transmitted diseases, such as
chlamydia and gonorrhea. Based on the data on the number of cases of
Scrotum Abscess in Gunung Jati Hospital Cirebon for 6 months as many as 22
people. So that the author follows up nursing care on the client's scrotal
abscess that the author can pour in the form of scientific papers with the aim
that the author is able to carry out nursing care on the client directly and
comprehensively with the approach of the nursing process, this method of
writing uses descriptive methods in the form of scientific papers. Data
collection techniques are interviews, observations, physical examinations,
documentation studies, and literature studies. The diagnosis that arises is that
there are 7 nursing problems. And the nursing problems that are resolved in
part are pain disorders and physical mobilization due to the client's condition.
The family should motivate the client to get well quickly and the goal of nursing
care is achieved.

Keywords: nursing care; disruption of the reproductive system; scrotal abscess

Abstrak
Abses skrotum adalah terbentuknya kantong berisi nanah pada jaringan kutis dan
subkutis akibat infeksi kulit skrotum yang disebabkan oleh bakteri/parasit atau
karena adanya benda asing. Abses skrotum adalah kondisi di mana nanah
terkumpul di dalam skrotum, yaitu kantong kulit yang berfungsi menampung
testikel. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan munculnya kondisi ini.
Salah satunya komplikasi dari infeksi bakteri pada kandung kemih atau ureter.
Infeksi semacam ini dapat berpindah ke skrotum. Selain itu, kondisi ini juga dapat
disebabkan oleh penyakit menular seksual, seperti klamidia dan gonorea.
Berdasarkan hasil data jumlah kasus Abses Skrotum di RSUD Gunung Jati
Cirebon selama 6 bulan sebanyak 22 orang. Sehingga penulis menindaklanjuti
asuhan keperawatan pada klien abses skrotum yang dapat penulis tuangkan dalam
bentuk karya tulis ilmiah dengan bertujuan agar penulis mampu melaksanakan
asuhan keperawatan pada klien secara langsung dan komprehensif dengan
pendekatan proses keperawatan, metode penulisan ini menggunakan metode

6
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di
Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati Cirebon

deskriptif yang berbentuk karya tulis ilmiah. Teknik pengumpulan data adalah
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, study dokumentasi, dan study literatur.
Adapun diagnosa yang muncul yaitu ada 7 masalah keperawatan. Dan masalah
keperawatan yang teratasi sebagian adalah gangguan rasa nyaman nyeri dan
mobilisasi fisik karena melihat kondisi klien. Keluarga harus memberi motivasi
kepada klien agar klien cepat sembuh dan tujuan asuhan keperawatan tercapai.

Kata Kunci: asuhan keperawatan; gangguan sistem reproduksi; abses skrotum

Pendahuluan
Menurut Dewi Murdiyanti (2017) manusia sebagai makhluk holistik
mempengaruhi pendefinisian tentang sehat dan sakit. Karena hal ini dikarenakan
berbagai ahli, baik dokter, psikolog, antropolog, sosialog, maupun para filsuf memiliki
konsep sehat dan sakit yang berbeda-beda sesuai dimensi disiplin ilmu yang mereka
kuasai. Definisi sehat dan sakit pada manusia sebagai makhluk biologis berarti
berhubungan dengan kondisi tubuh dan adaptasi terhadap penyakit dan lingkungan sat
itu. Pada dasarnya batasan sehat dan sakit itu tergantung pada ketahanan diri seseorang
terhadap kondisi yang dialami. Sehat berarti manusia mampu mempertahankan dan
mnyesuaikan dirinya terhadap lingkungan. Sakit terjadi saat manusia tidak mampu
menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan sehingga terliht ada kelemahan dan
gangguan pada diri seseorang sehingga mempengaruhi hubungan sosial dan aktifitas
sehari-hari.
Menurut (Asmadi, 2008) sakit adalah keadaan tidak normal/sehat. Secara
sederhana, sakit atau dapat pula disebut penyakit merupakan suatu bentuk kehidupan
atau keadaan di luar batas normal. Tolak ukur yang paling mudah untuk menentukan
kondisi sakit/penyakit adalah jika terjadi perubahan dari nilai rata-rata normal yang
telah ditetapkan. Menurut Parson, sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh
manusia, termasuk sejumlah sistem biologis dan kondisi penyesuaian. Sakit adalah
keadaan tidak normal atau tidak sehat. Secara sederhana, sakit atau dapat disebut juga
penyakit merupakan suatu bentuk kehidupan/keadaan diluar batas normal dimana
penyakit dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyakit infeksi dan non infeksi. Salah
satu penyakit infeksi adalah terjadinya abses.
Menurut Amin dan Hardi (2015) abses (latin: abscessus) merupakan kumpulan
nanah (netrofil yang telah mati) yang diterakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena
adanya proses infeksi (biasa nya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda
asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum sutik). Proses ini merupakan reaksi
perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran /perluasan infeksi kebagian
tubuh yang lain. Abses adalah infeksi dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi
nanah.
Menurut Amin, Hardi (2015) abses juga dapat dikatakan rongga abnormal yang
berada dibagian tubuh, ketidakabnormalan di bagian tubuh, disebabkan karena
pengumpulan nanah di tempat rongga itu akibat proses radang yng kemudian
membentuk nanah. Dinding rongga abses biasanya terdiri atas sel yang telah cidera,

7
Maesaroh dan Deni Arum

tetap masih hidup. Isi abses yang berupa nanah tersebut terdiri atas sel darah putih dan
jaringan yang nefrotikdan mencair. Abses biasanya disebabkan oleh kuman patogen
misalnya: bisul.
Abses bisa mengenai semua organ tubuh manusia, salah satunya dapat mengenai
pda organ skrotum sehingga disebut dengan abses skrotum. Besar dan luasnya
permasalahan akibat Abses Skrotum mengharuskan kepada semua pihak untuk dapat
berkomitmen dan bekerja sama dalam melakukan penanggulangan abses skrotum.
Kerugian yang diakibatkan sangat besar, bukan hanya dari askpek kesehatan semata
tetapi dari aspek social maupun ekonomi. Dengan demikian penyakit abses skrotum
merupakan ancaman bagi cita-cita pembangunan meningkatkan kesejahteraan rakyat
secara menyeluruh.
Menurut (http://eprints.umm.ac.id) penyakit infeksi masih merupakan jenis
penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di negara berkembang termasuk
Indonesia. Salah satu penyebab penyakit infeksi adalah bakteri. Mikroorganisme alami
yang ada dalam tubuh manusia disebut mikroorganisme normal atau flora normal.
Meskipun flora normal tidak ini tidak pathogen, namun dalam keadaan tertentu dapat
bersifat pathogen dan menimbulkan penyakit infeksi. Contoh flora normal yang dapat
menjadi mikroorganisme pathogen adalah bakteri Staphylococcus aureus.
Staphylococcus aureus dapat ditemukan dipermukaan kulit sebagai flora normal,
terutama disekitar hidung, mulut, alat kelamin, dan sekitar anus. Dapat menyebabkan
infeksi pada luka biasanya berupa abses yang merupakan kumpulan nanah atau cairan
dalam jaringan yang disebabkan oleh infeksi. Infeksi oleh Staphylococcus aureus bisa
menyebabkan sindroma kulit.
Bank data kementerian kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa berdasarkan
distribusi penyakit sistem reproduksi pasien rawat inap menurut golongan sebab sakit
Indonesia tahun 2015, abses skrotum menempati urutan ke-20 dengan jumlah 9.312
kasus, 121 diantaranya meninggal dunia dan hal ini bisa disebabkan karena ketidak
berhasilan proses pembedahan terhadap abses itu sendiri (Depkes RI, 2011).
Menurut (http://id.wikipedia.org/wiki/Abses) dari data RSUD Dr. R. Soetarsono
Rembang khususnya diruang melati jumlah pasien abses mulai bulan januari-juli 2010
adalah 11 orang, oleh dasar itu penulis ingin membahas tentang penyakit abses skrotum
ini. Berdasarkan data dari bagian sistem informasi di jawa barat, penderita penyakit
abses skrotum selama bulan januari - desember 2012 sebanyak 103 orang. Sedangkan
untuk tahun 2013 mengalami penurunan dengan jumlah penderita sebanyak 85 orang.
Peningkatan angka kejadian penyakit abse skrotum di provinsi jawa barat bisa
disebabkan karena ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang dengan pesat,
sejalan dengan hal tersebut, maka permasalahan manusiapun semakin kompleks, salah
satunya yaitu kebutuhan ekonomi yang semakin mendesak. Hal tersebut menuntut
manusia untuk berusaha memenuhi kebutuhannya dengan usaha yang ekstra, Hal
tersebut mempengaruhi pola hidup dan kesehatannya yang dapat menyebabkan kerja
tubuh yang berat yang dapat menimbulkan kelelahan dan kelemahan dari berbagai organ
tubuh.

8
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di
Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati Cirebon

Untuk memberikan gambaran seberapa besar jumlah penderita abses skrotum di


kota cirebon jawa barat, berikut penulis mencantumkan data di medical record RSUD
Gunung Jati Cirebon untuk penderita penyakit abses skrotum di RSUD Gunung Jati
Cirebon selama enam bulan terakhir terhitung dari bulan oktober – maret 2018.

Table 1
Jumlah Klien dengan Abses Skrotum yang Dirawat Di Ruang
Prabu Siliwangi Lantai IV, RSUD Gunung Jati Cirebon Tahun 2018
No Bulan Jenis Kelamin Laki - laki Total
1 Oktober 8 8
2 November 4 4
3 Desember 2 2
4 Januari 3 3
5 Februari 2 2
6 Maret 3 3
Jumlah 22
Sumber: medical record di ruang prabu siliwangi lantai IV rumah sakit umum
daerah Gunung Jati Cirebon

Berdasarkan pada table diatas, jumlah klien yang menderita abses skrotum
diruang prabu siliwangi lantai IV RSUD Gunung Jati Cirebon selama 6 bulan terakhir
kejadian terbanyak terjadi pada bulan oktober dengan jumlah 8 orang.
Melihat angka kejadian kasus tersebut maka penulis tertarik untuk
menindaklanjuti asuhan keperawatan pada kien dengan gangguan sistem reproduksi
akibat abses skrotum yang penulis tuangkan dalam bentuk laporan study kasus dengan
judul: “asuhan keperawatan pada Tn. R dengan gangguan sistem reproduksi akibat
abses skrotum I ruang prabu siliwangi lantai Iv Rsud Gunung Jati Cirebon”

Metode Penelitian
Dalam penyusunan laporan study kasus ini penulis menggunakan metode
deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Menurut Haryanto (2008:28) wawancara merupakan pola komunikasi yang
dilakukan untuk tujuan spesifik dan difokuskan pada area dengan isi yang spesifik.
Ada duatipe wawancara, yaitu wawancara langsung dan tidak langsung. Wawancara
langsung adalah wawancara yang dilakukan lansung dengan klien, sedangkan
wawancara tidak langsung adalah wawancara yang dilkukan pada keluarga klien,
perawat, atau sumber lainnya untuk mendapatkan data.
2. Observasi
Menurut Haryanto (2008:37) kemampuan melakukan observasi bergantung
pada tingkat pengetahuan perawat/mahasiswa. Untuk itu, perawat harus
meningkatkan dasar pengetahuan dan kemampuan melakukan observasi. Jika
melakukan observasi pada luka post op, maka perawat/mahasiswa akan lebih

9
Maesaroh dan Deni Arum

mengamatipada kondisi luka (luas, kondisi jahitan, pengeluaran, dan bau).


Kemampuan observasi juga didukung oleh pengalaman. Perawat pemula/mahasiswa
harus banyak latihan degan melihat berbagai kondisi klien di lahan praktik atau
pelayanan kesehatan.
Menurut (Nursalam, 2011) observasi merupakan kegiatan mengamati perilaku
dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan klien.
Observasi memerlukan keterampilan disiplin dan praktik klinik sebagai bagian dari
tugas perawat. Kegiatan observasi meliputi 2S-HFT (sight, smell, hearing, feeling,
taste). Kegiatan tersebut mencakup aspek fisik, mental, social, dan spiritual.
Sight = Kelainan fisik, perdarahan, terbakar, menangis, dan seterusnya.
Smell = Alkohol, darah, feses, obat-obatan, urine, dan seterusnya.
Hearing = Tekanan darah, batuk, menangis, ekspresi nyeri, denyut dan ritme
jantung.
Feeling = Pesaraan yang dirasakan oleh klien.
Taste = Hal yang dirasakan oleh indra pengecapan.
3. Pemeriksaan Fisik
Menurut (Nursalam, 2011) pemeriksaan fisik (physical examination) dalam
pengkjian keperawatan digunakan untuk memperoleh data yang objektif dari klien.
Tujuan dari pemeriksaan fisik ini adalah untuk menentukan status kesehatan klien,
mengidentifikasi masalah kesehatan, dan memperoleh data dasar guna menyusun
rencana asuhan keperawatan. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilaksanakan bersamaan
dengan wawancara. Focus pemeriksaan yang dilakukan perawat adalah pada
kemampuan fungsional klien. Misalnya, pada klien dengan dengan gangguan sistem
pernapasan maka perawat mengkaji apakah gangguan tersebut memengaruhi klien
dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.
4. Studi Dokumentasi
Menurut Tri Prabowo (2017:41) dokumentasi keperawatan merupakan bukti
pencatatan dan pelaporan yang dimiliki tenaga keperawatan.pencatatan dokumentasi
keperawatan itu berguna untuk kepentingan pasien, para perawat serta seluruh tim
kesehatan kepada satu orang pasien itu. Catatan itu disusu berdasarkan komunikasi
yang akurat antara pasien serta tenaga keperawatan. Catatan itu juga disusun dengan
lengkap dan secara tertulis. Yang bertanggung jawab atas catatan tersebut adalah si
perawat yang melakukan proses dokumentasi.
5. Studi literatur
Menurut (http://poltekkesmajapahit.ac.id) jenis penelitian yang digunakan
adalah studi literatur. Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang
berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta
mengelolah bahan penelitian. Studi kepustakaan merupakan kegiatan yang
diwajibkan dalam penelitian, khususnya penelitian akademik yang tujuan utamanya
adalah mengembangkan aspek teoritis maupun aspek manfaat praktis. Studi
kepustakaan dilakukan oleh setiap peneliti dengan tujuan utama yaitu mencari dasar
pijakan/fondasi untuk memperoleh dan membangun landasan teori, kerangka

10
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di
Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati Cirebon

berpikir, dan menentukan dugaan sementara atau disebut juga dengan hipotesis
penelitian. Sehingga para peneliti dapat menggelompokkan, mengalokasikan,
mengorganisasikan, dan menggunakan variasi pustaka dalam bidangnya. Dengan
melakukan studi kepustakaan, para peneliti mempunyai pendalaman yang lebih luas
dan mendalam terhadap masalah yang hendak diteliti.

Hasil dan Pembahasan


A. Hasil Penelitian
1. Pengkajian
Tabel 2 Pengkajian
No. Symptom Etiologi Problem
(1) (2) (3) (4)
1. DS : Terputusnya kontinuitas Gangguan rasa
a. Klien mengeluh nyeri jaringan nyaman : nyeri
pada skrotum
b. Klien mengeluh nyeri
sangat hebat
Merangsang
DO : pengeluaranzat-zat
a. Saat di palpasi terdapat kimia tubuh
nyeri tekan pada BHSP (bradikinin,
abdomen bawah bagian cerotinin, histamine,
dextra. prostaglandin) sebagai
b. Keadaan luka agak stimulasi nyeri
kotor, masih tertutup
kassa pada luka didaerah
skrotum. Ditangkap oleh reseptor
c. Skrotum tampak terdapat nyeri (medulla spinalis
lesi setelah di lakukan dibagian posterior)
pembedahan
skrotumektomi
d. Terdapat nyeri di skrotum Dihantarkan ke
saat di palpasi thalamus
e. Skala nyeri 4 (0-5)

Cortek serebri

Nyeri dipersepsikan
2. DS : Nyeri luka post op Gangguan
a. Klien mengeluh mual kebutuhan nutrisi
b. Klien mengeluh lemas
c. Klien mengeluh tidak Gangguan
nafsu makan gastrointestinal

Mual, muntah
(ketidaknyamanan
abdominal)

11
Maesaroh dan Deni Arum

(1) (2) (3) (4)


DO :
a. Makan habis ½ porsi
b. Klien terlihat lemas
c. BU 9 x/menit Kurang nafsu makan

Gangguan kebutuhan
nutrisi
3. DS : Nyeri luka post op Gangguan pola
a. Klien mengatakan tidur
tidurnya tidak nyenyak
b. Klien mengeluh sulit
tidur karena masih nyeri Merangsang susunan
saraf otonom untuk
DO : mengaktifkan non
a. Terdapat lingkar hitam epineprin
pada mata dan kantung
mata
b. Klien tampak kurang
tidur dan terlihat lemas Saraf simpasis
c. Frekuensi tidur : terangsang untuk
4 - 5 jam pada malam mengaktifkan RAS
hari (Reticular Activating
1 jam pada siang hari System)
d. Kualitas tidur klien tidak Mengaktifkan kerja
nyenyak organ

REM (Rapid Eye


Movement) Menurun

Klien terjaga

Gangguan pola tidur


4. DS : Nyeri luka post op Gangguan
a. Klien mengeluh pusing mobilisasi fisik
b. Klien mengatakan
aktivitasnya dibantu
keluarga selama sakit Terputusnya kontinuitas
jaringan

(1) (2) (3) (4)


DO : Terputusnya kontinuitas
a. Klien tampak bedrest , jaringan
terpasang kateter dan
WSD

12
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di
Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati Cirebon

b. Aktifitas klien dibantu


selama di RS Terpasang kateter dan
c. Tonus otot WSD/ selang drainase
4 5
5 5

Nyeri saat bergerak

Keterbatasan fisik dalam


melakukan aktivitas

Imobilisas
5. DS : Adanya rangsangan Gangguan
a. Klien mengatakan nyeri pada genetalia personal hygiene
Selama di RS belum karena abses skrotum
pernah cuci rambut, dan
gunting kuku
b. Klien mengatakan selama
sakit mandi 1x sehari di Keterbatasan gerak
lap sama isterinya.

DO : Klien tidak dapat


a. Keadaan umum klien memenuhi
agak kotor dan badan aktivitassecara mandiri
teraba lengket
b. Rambut sedikit kotor Gangguan personal
c. Gigi tampak kotor dan Hygine
warna gigi kekuningan

(1) (2) (3) (4)


6. DS : - Terputusnya Resiko tinggi
DO : kontuinuitas jaringan infeksi
a. Skrotum tampak terdapat
lesi
b. Masih terbalut kasa pada
skrotum Adanya luka
c. Keadaan luka agak
sedikit kotor, terdapat
nyeri saat di palpasi Sebagai port dientry

Kuman dan bakteri

Resti infeksi
7. DS : Imobilisasi Gangguan

13
Maesaroh dan Deni Arum

a. Klien mengatakan tidak spiritual


pernah melakukan sholat
5 waktu selama sakit Kurang pengetahuan
karena klien tidak bisa tentang sholat dalam
turun di tempat tidur keadaan sakit
karena nyeri yang di
rasakannya.
b. Klien mengatakan tidak
tahu cara sholat saat sakit Tidak menjalankan
dan cara tayamum kewajiban seorang
muslim
DO :
a. Klien tampak bedrest
b. Aktivitas dibantu
c. Selama sakit klien Gangguan spiritual
tampak tidak pernah
melaksanakan sholat 5
waktu
d. Klien dan keluarga
tampak selalu berdoa

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada skrotum, klien
mengeluh nyeri sangat hebat, saat di palpasi terdapat nyeri tekan pada
abdomen bawah bagian dextra, keadaan luka agak kotor, masih tertutup
kassa pada luka didaerah skrotum, skrotum tampak terdapat lesi setelah di
lakukan pembedahan skrotumektomi, terdapat nyeri skrotum saat di palpasi,
dan skala nyeri 4 (0-5).
b. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nyeri luka
post op ditandai dengan klien mengeluh mual, klien mengeluh lemas, klien
mengeluh tidak nafsu makan, makan habis ½ porsi, klien terlihat lemas, dan
BU 9 x/menit.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri luka post op ditandai dengan
klien mengatakan tidurnya tidak nyenyak, klien mengeluh sulit tidur karena
masih nyeri, terdapat lingkar hitam pada mata dan kantung mata, klien
tampak kurang tidur dan terlihat lemas, frekuensi tidur : 4 - 5 jam pada
malam hari, 1 jam pada siang hari, dan kualitas tidur klien tidak nyenyak.
d. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan imobilisasi ditandai dengan
klien mengeluh pusing, klien mengatakan aktivitasnya dibantu keluarga
selama sakit, klien tampak bedrest , terpasang kateter dan WSD, aktifitas
klien dibantu selama di RS, tonus otot : 4 5
5 5

e. Gangguan personal hygiene berhubungan dengan keterbatasan gerak


ditandai dengan klien mengatakan selama di RS belum pernah cuci rambut,

14
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di
Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati Cirebon

dan gunting kuku, klien mengatakan selama sakit mandi 1x sehari dilap oleh
isterinya, KU klien agak kotor dan badan teraba lengket, rambut sedikit
kotor, gigi tampak kotor dan warna gigi kekuningan.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terputusnya kontuinuitas jaringan
ditandai dengan Skrotum tampak terdapat lesi setelah di lakukan
pembedahan skrotumektomi, masih terbalut kasa pada skrotum, keadaan
luka agak sedikit kotor, terdapat nyeri saat di palpasi.
g. Gangguan spiritual berhubungan dengan imobilisasi ditandai dengan klien
mengatakan tidak pernah melakukan sholat 5 waktu selama sakit karena
nyeri dan tidak bisa turun dari tempat tidur, klien mengatakan tidak tahu cara
sholat saat sakit dan cara tayamum, klien tampak bedrest, aktivitas dibantu,
selama sakit klien tampak tidak pernah melaksanakan sholat 5 waktu, klien
dan keluarga tampak selalu berdoa.

15
Maesaroh dan Deni Arum

3. Rencana tindakan Keperawatan/NCP


Nama : Tn. R Diagnosa keperawatan : Abses Scrotum
Umur : 45 tahun Kamar/No.Medrek : Tindakan (PS4)/A00085

No. Tang Diagnosa Keperawatan Perencanaan


gal Tujuan Intervensi Rasional
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. 12- Gangguan rasa nyaman nyeri Tupan : 1) Observasi tanda-tanda 1) Dengan mengobservasi TTV
03- berhubungan dengan terputusnya Setelah dilakukan asuhan vital maka dapat menetapkan
2018 kontinuitas jaringan ditandai keperawatan selama 5 x 24 data-data klien sehingga dapat
dengan : jam gangguan rasa nyaman mengetahui adanya problem.
DS : nyeri teratasi.
a. Klien mengeluh nyeri pada Tupen : 2) Mengetahui skala nyeri dan
skrotum Setelah dilakukan asuhan membantu menentukan
b. Klien mengeluh nyeri sangat keperawatan selama 1 x 24 intervensi selanjutnya.
hebat jam gangguan rasa nyaman 2) Kaji tingkat nyeri
DO : nyeri dapat teratasi dengan 3) Mengalihkan perhatian dari
a. Saat di palpasi terdapat nyeri kriteria hasil : rasa nyeri.
tekan pada abdomen bawah 1. Klien mengatakan nyeri
bagian dextra. berkurang 4) Mengurangi rasa nyeri
b. Keadaan luka agak kotor, 2. Klien tampak tidak 3) Ajarkan teknik distraksi
masih tertutup kassa pada kesakitan lagi relaksasi.
luka didaerah skrotum. 3. Skala nyeri berkurang
c. Skrotum tampak terdapat lesi 4) Kolaborasi pemberian
obat analgetik.

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


d. Terdapat nyeri skrotum 5) HE tentang nyeri 5) Memberi pengetahuan
saat di palpasi penanganan nyeri
e. Skala nyeri 4 (0-5)
2. 12-03- Gangguan nutrisi : kurang Tupan : 1) Kaji tanda-tanda vital dan BU 1) Dengan mengobservasi TTV
2018 dari kebutuhan berhubungan Setelah dilakukan asuhan maka dapat mengetahui adanya

16
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati
Cirebon

dengan nyeri luka post op keperawatan selama 5 x 24 problem dan mengetahui


ditandai dengan : jam gangguan nutrisi dapat frekuensi bising usus.
DS : teratasi.
a. Klien mengeluh mual Tupen : 2) Meningkatkan selera makan
b. Klien mengeluh lemas Setelah dilakukan asuhan 2) Anjurkan klien makan dalam dan mengurangi rasa mual.
c. Klien mengeluh tidak keperawatan selama 1 x 24 keadaan hangat dan berikan
nafsu makan jam gangguan nutrisi dapat sedikit tapi sering
DO : teratasi dengan kriteria hasil : 3) Meningkatkan pengetahuan
a. Makan habis ½ porsi 1. Mual berkurang / klien agar klien mau makan
b. Klien terlihat lemas tidak mual 3) HE tentang kebutuhan nitrisi
c. BU 9 x/menit 2. Klien tidak lemas / lemas
berkurang
3. Nafsu makan meningkat
4. Makan habis 1 porsi
5. Lemas berkurang
3. 12-03- Gangguan pola tidur Tupan : 1) Kaji pola tidur dan perubahan 1) Dengan mengkaji pola tidur
2018 berhubungan dengan nyeri Setelah dilakukan asuhan yang terjadi klien maka memudahkan
ditandai dengan : keperawatan selama 5 x 24 perawat untuk melakukan
DS : jam gangguan kebutuhan tindakan selanjutnya
a. Klien mengatakan istirahat dan tidur dapat
tidurnya tidak nyenyak teratasi.
b. Klien mengeluh sulit
tidur karena masih
nyeri
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
DO : Tupen : 2) Jadwalkan istirahat tidur 2) Mengatur waktu kebiasaan tidur
a. Terdapat lingkar hitam pada Setelah dilakukan asuhan sesuai pola tidur klien membantu mendisiplinkan
mata dan kantung mata keperawatan selama 1 x 24 jam pola istirahat tidur.
b. Klien tampak kurang tidur gangguan kebutuhan istirahat
dan terlihat lema dan tidur dapat teratasi secara 3) Dengan memberikan tempat
c. Frekuensi tidur : bertahap dengan kriteria hasil : tidur yang nyaman maka
4 - 5 jam pada malam hari 1. Nyeri berkurang 3) Berikan tempat tidur yang psikologis klien kan merasa
1 jam pada siang hari 2. Tidak ada lingkar hitam di nyaman, ganti alat tenun nyaman sehingga klien dapat
d. Kualitas tidur klien tidak mata yang kotor tidur dengan nyenyak.
nyenyak. 3. Frekuensi tidur meningkat
(7-8) jam 4) Meningkatkan kenyamanan dan

17
Maesaroh dan Deni Arum

4. Klien dapat tidur dengan mengurangi gangguan tidur.


nyenyak
5. Klien tidak lemas
4) Anjurkan massage ringan
oleh keluarga
4. 12- Gangguan mobilisasi fisik Tupan : 1) Kaji pola aktifitas klien 1) Mengetahui kemampuan klien
03- berhubungan dengan imobilisasi Setelah dilakukan asuhan dalam melakukan aktifitas
201 ditandai dengan : keperawatan selama 5 x 24 jam
8 gangguan mobilisasi fisik
teratasi.

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


DS : Tupen : 2) Dekatkan barang-barang 2) Memudahkan klien dalam
a. Klien mengeluh pusing Setelah dilakukan asuhan keperawatan yang dibutuhkan klien memenuhi kebutuhannya
b. Klien mengatakan selama 1 x 24 jam gangguan
aktivitasnya dibantu mobilisasi fisik teratasi dengan kriteria 3) Memudahkan klien
keluarga selama sakit : 3) Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya
1. Klien tidak pusing memenuhi kebutuhan klien
DO : 2. Klien dapat beraktifitas secara 4) Mencegah terjadinya
a. Klien tampak bedrest , mandiri 4) Mengajarkan ROM kekakuan sendi
terpasang kateter dan WSD 3. Klien dapat duduk santai di
b. Aktifitas klien dibantu ranjang
selama di RS Tonus otot : 5 5
c. Tonus otot : 4 5 5 5
5 5
5. 12- Gangguan personal hygiene Tupan : 1) Kaji tingkat kebersihan 1) Mengetahui keadaan
03- berhubungan dengan keterbatasan Setelah dilakukan asuhan keperawatan klien kebersihan diri klien.
2018 gerak ditandai dengan : selama 2 x 24 jam gangguan personal
DS : Hygine dapat teratasi. 2) Meningkatkan rasa nyaman
a. Klien mengatakan selama Tupen : 2) Membantu klien dalam dan menjaga kebersohan
di RS belum pernah cuci Setelah dilakukan asuhan keperawatan mandi, gosok gigi, keramas, diri.
rambut, dan gunting kuku selama 1 x 24 jam gangguan personal dan gunting kuku.
b. Klien mengatakan selama hygine dapat teratasi dengan kriteria : 3) Menjaga kebersihkan diri
sakit mandi 1x sehari di lap 1. Kebutuhan klien untuk mandi, 3) Libatkan keluarga dalam klien
sama isterinya. gosok gigi, cuci rambut, dan membantu klien
gunting kuku dapat terpenuhi membersihkan tubuh

18
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati
Cirebon

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


DO : 2. Klien tampak bersih dan segar
a. KU klien agak kotor dan 3. Kulit kepala dan badan tidak
badan teraba lengket lengket
b. Rambut sedikit kotor 4. Gigi klien putih dan bersih
c. Gigi tampak kotor dan
warna gigi kekuningan.
6. 12-03- Resiko tinggi infeksi Tupan : 1) Kaji tanda-tanda infeksi 1) Mengidentifikasi tanda-
2018 berhubungan dengan terputusnya Setelah dilakukan asuhan keperawatan tanda peradangan terutama
kontuinuitas jaringan ditandai selama 5 x 24 jam resiko tinggi infeksi jika suhu tubuh meningkat
dengan : dapat tertasi.
DS : - Tupen : 2) Mengendalikan penyebaran
DO : Setelah diberikan asuhan keperawatan 2) Lakukan perawatan luka Mikroorganisme pathogen
a. Skrotum tampak terdapat selama 1 x 24 jam resiko tinggi infeksi Dengan teknik septik
lesi. dapat teratasi dengan kriteria : antiseptic 3) Meningkatkan pengetahuan
b. Masih terbalut kasa pada Tidak terjadi tanda-tanda infeksi klien dan keluarga tentang
skrotum. 1. Luka mengering teknik perawatan luka
c. Keadaan luka agak sedikit 2. Keaadaan luka bersih 3) Berikan HE tentang
kotor, terdapat nyeri saat di 3. Suhu tubuh klien normal 36-37,5 perawatan luka 4) Antibiotic untuk mencegah
palpasi. ̊C mikroorganisme patogen
4. Leukosit dalam batas normal
(4500-13000 uL)
4) Kolaborasi pemberian
antibiotic

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


7. 12-03- Gangguan spiritual berhubungan Tupan : 1) Lakukan pendekatan 1) Dengan melakukan
2018 dengan imobilisasi ditandai Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada pasien dengan cara pendekatan kepada pasien
dengan: selama 5 x 24 jam gangguan yang tidak menghakimi. maka dapat berfokus pada
DS : pemenuhan spiritualteratasi. perasaan pasien, tanpa
a. Klien mengatakan tidak Tupen : menilai benar atau salah.
pernah melakukan sholat 5 Setelah dilakukan asuhan keperawatan
waktu selama sakit karena selama 1 x 24 jam gangguan spiritual 2) Dengan mengajarkan klien
klien tidak bisa turun di dapat teratasi dengan kriteria hasil : 2) Ajarkan klien tentang tata tentang tata cara sholat
tempat tidur karena nyeri 1. Klien tau cara tayamum dan sholat cara sholat dalam keadaan dalam keadaan berbaring
yang di rasakannya. saat sakit berbaring maka dapat memberikan

19
Maesaroh dan Deni Arum

b. Klien mengatakan tidak tahu 2. Klien mengatakan sudah paham pengetahuan kepada klien
cara sholat saat sakit dan cara tentang tata cara sholat dalam sehingga kliendapat
tayamum keadaan berbaring melaksanakan sholat 5
DO : 3. Klien dapat melaksanakan sholat 5 waktu.
a. Klien tampak bedrest waktu
b. Aktivitas dibantu 4. Klien terlihat melaksanakan sholat
c. Selama sakit klien tampak 5 waktu
tidak pernah melaksanakan
sholat 5 waktu
d. Klien dan keluarga tampak
selalu berdoa.

20
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di
Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati Cirebon

4. Implementasi
Diagnosa Waktu
No. Tanggal Implementasi Paraf
Keperawatan (WIB)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. 12-03- DX I 08:30 T1 : Mengobservasi tanda-tanda Deni
2018 vital Arum
R1 : T : 37, 1oC
P : 80 x/menit
R : 22 x/menit
S : 140/80 mmHg
08:35 T2 : Mengkaji tingkat nyeri
R2 : Skala nyeri 4 (0-5)
08:45 T3 : Mengajarkan teknik
distraksi relaksasi
R3 : Klie mengerti apa yag
diajarkan perawat
08:50 T4 : Berkolaborasi dalam
pemberian obat analgetik
(keterolax 1 amp) IV
R4 : Klien mau diberikan obat
08:55 T5 : Memberikan HE tentang
nyeri
R5 : Keluarga memahami
penjelasan perawat
2. 12-03- DX II 09:10 T1 : Mengobservasi tanda-tanda Deni
2018 vital Arum
R1 : T : 37, 1oC
P : 80 x/menit
R : 22 x/menit
S : 140/80 mmHg
09:15 T2 : Menganjurkan klien makan
dalam keadaan hangat dan
berikan sedikit tapi sering
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
R2 : Klien dan keluarga mengerti
dan mengikuti anjuran
perawat
09:30 T3 : Memberikan HE tentang
kebutuhan nutrisi
R3 : Klien dan keluarga mengerti
penjelasan perawat
3. 12-03- DX III 10:00 T1 : Mengkaji pola tidur dan Deni
2018 perubahan yang terjadi Arum
R1 : Klien mengatakan semalam
merasa nyeri sehingga
tidurnya terganggu
10:05 T2 : Menjadwalkan istirahat tidur
sesuai pola tidur klien
R2 : Klien biasa tidur malam
pukul 22.00 dan tidur siang
pukul 13.00

21
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di
Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati Cirebon

10:10 T3 : Memberikan tempat tidur


yang nyaman, ganti alat
tenun yang kotor
R3 : Alat tenun klien diganti oleh
perawat 1x2 hari jika alat
tenun kotor
10:15 T4 : Menganjurkan massage
ringan pada klien agar klien
merasa nyaman
R4 : Keluarga memberikan
massage pada klien sehingga
klien merasa nyaman
4. 12-03- DX IV 10:20 T1 : Mengkaji pola aktifitas klien Deni
2018 R1 : Klien bisa miring kanan, Arum
miring kiri, dan duduk.
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
10:30 T2 : Mendekatkan barang-barang
yang dibutuhkan klien
R2 : Klien merasa terbantu dan
berterima kasih
10:35 T3 : Melibatkan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan klien
R3 : Keluarga mau dilibatkan
10:40 T4 : Mengajarkan ROM
R4 : Klien mengikuti yang
diajarkan perawat dan
mengatakan sudah mulai
tidak kaku
5. 12-03- DX V 10:50 T1 : Mengkaji tingkat kebersihan Deni
2018 klien Arum
R1 : Klien mengatakan tidak
nyaman badannya
terasalengket dan bau mulut
10:55 T2 : Membantu klien dalam
mandi, gosok gigi di tempat
tidur
R2 : Klien mau dibantu gosok
gigi dan mandi di tempat
tidur
11:00 T3 : Melibatkan keluarga
dalam membantu klien
R3 : Membersihkan tubuh,
Keluarga mengatakan akan
membantu klien dalam
melakukan kebersihan diri
6. 12-03- DX VI 11:05 T1 : Mengkaji tanda-tanda Deni
2018 Infeksi Arum

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


R1 : Tidak ada tanda-tanda
11:10 infeksi
T2 : Melakukan perawatan luka

22
Maesaroh dan Deni Arum

dengan teknik septic


antiseptic
R2 : Klien mau dilakukan
11:25 perawatan luka
T3 : Berkolaborasi pemberian
antibiotik
R3 : Klien diberi therapy obat
cefotaxim 2x1 IV,
metronidazole 3x1,
keterolax 2x1
7. 12-03- DX VII 11:35 T1 : Melakukan pendekatan Deni Arum
2018 kepada pasien dengan cara
yang tidak menghakimi
R1 : Klien terlihat lebih terbuka
dan nyaman kepada perawat
yang tidak menghakimi
11:40 T2 : Mengajarkan klien tentang
tata cara sholat dalam
keadaan berbaring
R2 : Klien mengerti apa yang
perawatan jelaskan pada
dirinya mengenai tayamum
dan sholat saat sakit

5. Evaluasi
Diagnosa
No. Tanggal Evaluasi Paraf
Keperawatan
(1) (2) (3) (4) (5)
1. 12-03- DX I S : Deni Arum
2018 a) Klien mengatakan nyeri
sangat hebat
b) Klien mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk jarum

O:
a) Skala nyeri 4 (0-5)
b) TTV dalam batas normal
T : 37,1 ̊C
P : 80 x/menit
R : 20 x/menit
S : 130/80 mmHg

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan
2. 12-03- DX II S: Deni Arum
2018 a) Klien mengatakan mual
b) Klien mengatakn tidak
nafsu makan

O:
a) Makan habis ½ porsi

23
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di
Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati Cirebon

b) BU 9x/menit
c) Klien minum 3-4 gelas
perhari

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan
(1) (2) (3) (4) (5)
3. 12- DX III S : Klien mengatakan tidurnya tidak Deni Arum
03- nyenyak
2018
O:
a) Frekuensi tidur siang ± 1 jam
b) Frekuensi tidur malam 4-5 jam
c) Terdapat lingkar hitam pada mata

A : Masalahbelum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
4. 12- DX IV S : Klien mengatakan sulit untuk duduk Deni Arum
03- dan masih kaku
2018
O:
a) Klien terlihat sedang berbaring
b) Aktivitas klien masih di bantu
c) Masih terpasang kateter

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan
5. 12- DX V S: Deni Arum
03- a) Klien mengatakan selama sakit
2018 mandi dilap 1x/hari
b) Klien mengatakan belum gunting
kuku selama sakit
c) Klien mengatak selama sakit
belum cuci rambut
d) Klien mengatakan gosok gigi
1x/hari

(1) (2) (3) (4) (5)


O:
a) Kulit klien tampak lengket
b) Klien tampak bau badan dan mulut
c) Kuku klien tampak kotor dan
panjang

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan
6. 12- DX VI S: Deni Arum
03- Klien mengatakan belum diganti perban nya
2018
O:

24
Maesaroh dan Deni Arum

a) Adanya push atau jaringan nekrosis


b) Luka tampak basah
c) Ada kemerahan di sekitar skrotum
d) Suhu tubuh 37,1oC
e) Tidak ada edema di daerah skrotum

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan
7. 12- DX VII S: Deni Arum
03- a) Klien mengatakan belum mengerti
2018 cara tayamum dan shalat saat sakit
dan mengaplikasikan nya saat shalat
b) Klien mengatakan belum
melaksanakan sholat karena ketika
begerak masih terasa nyeri.

(1) (2) (3) (4) (5)


O:
a) Klien terlihat lemah
b) Klien tampak berbaring

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan
8. 13- DX I S : Klien mengatakan nyeri sangat Deni Arum
03- hebat
2018
O:
a) Skala nyeri 4 (0-5)
b) TTV dalam batas normal
T : 37,1 ̊C
P : 80 x/menit
R : 20 x/menit
S : 130/80 mmHg

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan
9. 13- DX II S: Deni Arum
03- a) Klien mengatakan sudah
2018 tidak mual
b) Klien mengatakan nafsu
makan meningkat

O:
a) Makan habis ½ porsi
b) BU 9x/menit
c) Klien minum 4-5 gelas
perhari

A : Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan

(1) (2) (3) (4) (5)

25
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di
Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati Cirebon

10. 13- DX III S : Klien mengatakan tidurnya mulai Deni Arum


03- nyenyak
2018
O:
a) Frekuensi tidur siang ± 1 jam
b) Frekuensi tidur malam ± 5 jam
c) Masih ada lingkar hitam pada mata

A : Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan
11. 13- DX IV S : Klien mengatakan sudah bisa duduk tapi Deni Arum
03- masih kaku
2018
O:
a) Klien terlihat sedang duduk secara
pelahan-lahan
b) Klien sudah bisa terlihat bergerak
miring kanan dan kiri
c) Klien terlihat sudah mulai bia duduk
ditempat tidur
d) Aktivitas klien masih di bantu
e) Masih terpasang kateter

A : Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan
12. 13- DX V S: Deni Arum
03- a) Klien mengatakan sudah nyaman
2018 karena pagi tadi perawat
membantunya gosok gigi di tempat
tidur.

(1) (2) (3) (4) (5)


b) Klien mengatakan sudah nyaman
karena kemarin pagi ada perawat
membantunya memotong kuku di
tempat tidur.

O:
a) Klien tampak lebih segar
b) Mulut dan badan tidak bau
c) Kuku klien tampak tidak kotor dan
panjang

A : Masalah teratasi
P : Intervensi dipertahankan
13. 13-03- DX VI S : Klien mengatakan sudah nyaman Deni Arun
2018 karena lukanya sudah di bersihkan
dan perban nya sudah di ganti

O:
a) Tidak ada push atau jaringan nekrosis

26
Maesaroh dan Deni Arum

b) Suhu tubuh normal 37,1oC


c) Tidak ada edema di daerah post op
maupun skrotum

A : Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan
14. 13-03- DX VII S : Klien mengatakan sudah mengerti cara Deni Arum
2018 tayamum dan shalat saat sakit dan
mengaplikasikan nya saat shalat

O : Klien terlihat melaksanakan sholat 5


waktu
(1) (2) (3) (4) (5)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dipertahankan

B. Pembahasan
Asuhan keperawatan yang telah diberikan secara langsung kepada Tn. R
gangguan sistem reproduksi akibat abses skrotum dilakukan selama lima hari, dari
tanggal 12 maret 2018 sampai 16 maret 2018 diruang prabu siliwangi lantai 4
RSUD gunung jati. Perawat melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian,
pendiagnosaan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian penulis menggunakan pengumpulan data dangan
melihat langsung keadaan pasien menggunakan tehnik wawancara, observasi,
studi dokumentasi, dan studi literature yaitu melibatkan pasien, keluarga dan
mengidentifikasikan data yang diperlukan selama pengkajian dan penulis juga
menyamakan data dengan dokumentasi catatan medis klien yang berada di
ruangan perawat, penulis melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lainnya
seperti pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan radiologi.
Pada saat pengkajian hari pertama penulis mendapatkan data permasalahan
yang dialami klien adalah nyeri, dan tidak bisa beraktivitas seperti biasa. Hal ini
dilihat dari tinjauan teori secara umum pada pasien yang mengalami abses
skrotum akan mengalami rasa nyeri dengan gangguan mobilisasi karena
disebabkan oleh adanya push, abses, dan jaringan nekrosis pada skrotum karena
infeksi, hal ini berdampak munculnya masalah lain seperti yang penulis temukan
pada pasien dengan abses skrotum terjadi mual, dan gangguan pola tidur. Begitu
pula pada pasien yang dikelola penulis ditemukan permasalahan utama rasa
nyeri yang berdampak pada pola tidur. Penulis menemukan ada kelainan lain
yang berarti pada klien dengan keadaan umum klien terdapat abses skrotum.
Dalam melakukan pengkajian terhadap pasien, penulis tidak mendapat
suatu halangan atau kesulitan dalam melakukan pengkajian, hal ini karena
dibantu oleh kerjasama klien dan keluarga serta tenaga kesehatan lainnya.
2. Diagnosa Keperawatan

27
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di
Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati Cirebon

a. Diagnosa yang muncul menurut teori adalah sebagai berikut:


1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
2. Nyeri akut berhubungan dengan injuri biologi
3. Keruskan integritas jaringan berhubungan dengan trauma jarinagan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
sekunder (leucopenia)
5. Resiko perdarahan berhubungan dengan pembedahan
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang proses penyakit
7. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (tindakan yang akan
dilakukan)
b. Adapun diagnosa keperawatan yang muncul sesuai kasus, sebagai
berikut:
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada skrotum,
klien mengeluh nyeri sangat hebat, saat di palpasi terdapat nyeri tekan
pada abdomen bawah bagian dextra, keadaan luka agak kotor, masih
tertutup kassa pada luka didaerah skrotum, skrotum tampak terdapat lesi
setelah di lakukan pembedahan skrotumektomi, terdapat nyeri skrotum
saat di palpasi, dan skala nyeri 4 (0-5).
2. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nyeri luka
post op ditandai dengan klien mengeluh mual, klien mengeluh lemas,
klien mengeluh tidak nafsu makan, makan habis ½ porsi, klien terlihat
lemas, dan BU 9 x/menit.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri luka post op ditandai
dengan klien mengatakan tidurnya tidak nyenyak, klien mengeluh sulit
tidur karena masih nyeri, terdapat lingkar hitam pada mata dan kantung
mata, klien tampak kurang tidur dan terlihat lemas, frekuensi tidur: 4 - 5
jam pada malam hari, 1 jam pada siang hari, dan kualitas tidur klien tidak
nyenyak.
4. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan imobilisasi ditandai
dengan klien mengeluh pusing, klien mengatakan aktivitasnya dibantu
keluarga selama sakit, klien tampak bedrest, terpasang kateter dan WSD,
aktifitas klien dibantu selama di RS, tonus otot:
5. Gangguan personal hygiene berhubungan dengan keterbatasan gerak
ditandai dengan klien mengatakan selama di RS belum pernah cuci
rambut, dan gunting kuku, klien mengatakan selama sakit mandi 1x
sehari dilap oleh isterinya, KU klien agak kotor dan badan teraba lengket,
rambut sedikit kotor, gigi tampak kotor dan warna gigi kekuningan.
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terputusnya kontuinuitas
jaringan ditandai dengan Skrotum tampak terdapat lesi setelah di

28
Maesaroh dan Deni Arum

lakukan pembedahan skrotumektomi, masih terbalut kasa pada skrotum,


keadaan luka agak sedikit kotor, terdapat nyeri saat di palpasi.
7. Gangguan spiritual berhubungan dengan imobilisasi ditandai dengan
klien mengatakan tidak pernah melakukan sholat 5 waktu selama sakit
karena nyeri dan tidak bisa turun dari tempat tidur, klien mengatakan
tidak tahu cara sholat saat sakit dan cara tayamum, klien tampak bedrest,
aktivitas dibantu, selama sakit klien tampak tidak pernah melaksanakan
sholat 5 waktu, klien dan keluarga tampak selalu berdoa.
Berdasarkan data tersebut diatas dapat dilihat antara tinjauan kasus dan
tinjauan teoritis terdapat kesenjanganya itu pada tinjauan teoritis dapat ditemukan
pemenuhan informasi, hipertermi, dan resiko perdarahan, sadangkan diagnosa sesuai
kasus tidak ada diagnosa tersebut di atas, hal ini terjadi karena tidak ada tanda dan
gejala yang menunjang.
Diagnosa yang tidak tercantum pada teori tetapi terdapat pada kasus adalah
sebagai berikut:
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri luka post op ditandai dengan
klien mengatakan tidurnya tidak nyenyak, klien mengeluh sulit tidur karena
masih nyeri, terdapat lingkar hitam pada mata dan kantung mata, klien tampak
kurang tidur dan terlihat lemas, frekuensi tidur: 4 - 5 jam pada malam hari, 1 jam
pada siang hari, dan kualitas tidur klien tidak nyenyak.
2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan imobilisasi ditandai dengan
klien mengeluh pusing, klien mengatakan aktivitasnya dibantu keluarga selama
sakit, klien tampak bedrest, terpasang kateter dan WSD, aktifitas klien dibantu
selama di RS, tonus otot:
3. Gangguan personal hygiene berhubungan dengan keterbatasan gerak ditandai
dengan klien mengatakan selama di RS belum pernah cuci rambut, dan gunting
kuku, klien mengatakan selama sakit mandi 1x sehari dilap oleh isterinya, KU
klien agak kotor dan badan teraba lengket, rambut sedikit kotor, gigi tampak
kotor dan warna gigi kekuningan.
4. Gangguan spiritual berhubungan dengan imobilisasi ditandai dengan klien
mengatakan tidak pernah melakukan sholat 5 waktu selama sakit karena nyeri
dan tidak bisa turun dari tempat tidur, klien mengatakan tidak tahu cara sholat
saat sakit dan cara tayamum, klien tampak bedrest, aktivitas dibantu, selama
sakit klien tampak tidak pernah melaksanakan sholat 5 waktu, klien dan keluarga
tampak selalu berdoa.
3. Perencanaan
Pada tahap perencanaan penulis tidak menemukan hambatan, karena
rencana tindakan disesuaikan dengan masalah yang muncul dengan
mempertimbangkan kondisi klien sebagai pribadi yang dinamis dilihat dari
aspek bio, psiko, sosial dan spiritual. Adapun rencana yang dicantumkan yaitu
guna untuk mengatasi masalah yang ditemukan pada klien. Penyusunan rencana
tindakan hendaknya melibatkan klien, dan keluarga serta tenaga medis lainnya.

29
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di
Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati Cirebon

4. Implementasi
Pada tahap implementasi terdapat kesenjangan dan beberapa kendala. Hal
ini dikarenakan penulis tidak selalu berada bersama klien. Implementasi belum
sepenuhnya sesuai dengan rencana tindakan yang harus dilaksanakan oleh
keluarga ataupun perawat. Klien bekerja sama dengan baik, baik dengan penulis,
keluarga dan perawat. Sehingga pelaksanaannya dapat dilakukan dengan baik.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian terakhir dari proses keperawatan. Penulis
mengevaluasi dari intervensi yang telah dilakukan. Tujuannya diharapkan sesuai
dengan kriteria waktu sehingga dapat mempermudah dalam intervensi
selanjutnya. Dalam tahap evaluasi, penulis tidak menemukan adanya hambatan
yang berarti. Keluarga klien menunjukkan respon yang baik adapun
permasalahan penulis yang belum teratasi yaitu gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, gangguan nutrisi: kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan anyeri luka post op, gangguan mobilisasi
fisik berhubungan dengan imobilisasi, akan tetapi setelah melewati tindakan
keperawatan dari hari ke hari keadaan klien semakin membaik, dan penulis
sudah menganjurkan kepada keluarga untuk terus melakukan tindakan yang
sudah dilakukan penulis bersama keluarga, khususnya mengatasi gangguan rasa
nyaman nyeri.

Kesimpulan
Asuhan keperawatan yang telah diberikan secara langsung kepadaTn. R gangguan
sistem reproduksi akibat abses skrotum dilakukan selama lima hari, dari tanggal 12
maret 2018 sampai 16 maret 2018 diruang prabu siliwangi lantai 4 RSUD Gunung Jati
dilaksanakan dengan hati yang tulus dan ikhlas. Penulis melaksanakan asuhan
keperawatan yang bertujuan untuk medokumentasikan ke dalam bentu karya tulis
ilmiah, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Menurut amin
dan Hardi (2015:6) abses (Latin: abscessus) merupakankumpulan nanah (netrofil yang
telah mati) yang diterakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi
(biasa nya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan,
luka peluru, atau jarum sutik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan
untuk mencegah penyebaran/perluasan infeksi kebagian tubuh yang lain. Abses adalah
infeksi dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah.
2) Menurut (https://www.docdoc.com/id/info/condition/abscess-of-scrotum) abses
skrotum adalah kondisi di mana nanah terkumpul di dalam skrotum, yaitu kantong kulit
yang berfungsi menampung testikel. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
munculnya kondisi ini. Salah satunya komplikasi dari infeksi bakteri pada kandung
kemih atau ureter. Infeksi semacam ini dapat berpindah ke skrotum. Selain itu, kondisi
ini juga dapat disebabkan oleh penyakit menular seksual, seperti klamidia dan gonorea.
3) Menurut (https://www.scribd.com) abses skrotum adalah salah satu kasus dalam
bidang urologi yang harus segera ditangani untuk mencegah terjadinya pada testis

30
Maesaroh dan Deni Arum

terjadinya Fournier’s gangrene. Abses skrotum adalah kumpulan purulen pada ruang
diantara tunika vaginalis parietalis dan viseralis yang berada mengelilingi Tesis. 4)
Setelah melakukan asuhan keperawatan keada Tn.R dengan gangguan system
reproduksi akibat abses skrotum ditemukan diagnosa keperawatan yaitu gangguan rasa
nyaman: nyeri, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan, gangguan pola istirahat tidur,
gangguan mobilisasi, gangguan personal hygiene, resiko tinggi infeksi, dan gangguan
spiritual. Diagnosa keperawatan tersebut teratasi secara keseluruhan walaupun dengan
waktu yang berbeda.

31
Asuhan Keperawatan Tn. R dengan Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Abses Skrotum Di
Ruang Prabu Siliwangi Lantai 4 RSUD Gunung Jati Cirebon

Daftar Pustaka

Asmadi, N. S. (2008). Konsep dasar keperawatan. EGC.

Handayaningsih, Isti. (2009). Dokumentasi Keperawatan "Dar". Yogyakarta: Mitra


Cendekia Press

Haryanto. (2008). Konsep Dasar Keperawatan dengan Pemetaan Konsep. Jakarta:


Salemba Medika

Huda, Nurlatif, Amin dan Kusuma, Hardhi (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnose Medis dan Nanda Nic-Noc, Yogyakarta: Mediaction

Depkes RI, Depkes R. I. (2011). Panduan Penyelenggaraan pemberian makanan


tambahan pemulihan bagi Balita gizi kurang. STIKES PERINTIS.

Nursalam. (2011). Kebutuhan riil tenaga perawat dengan metode Workload Indicator
Staff Need (WISN). Jurnal Ners, 6(1), 85–92.

Murdiyanti, Dewi. (2017). Keperawatan Transkultural. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala (2011). Gangguan Sistem Reproduksi Aplikasi Asuhan
Keperawan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika

32

You might also like