Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
AMMAR TARMIZI
1322060279
1
2
3
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
NIM : 1322060279
Yang menyatakan
(penulis)
4
SUMARRY
5
RINGKASAN
Pempek adalah salah satu makanan tradisional khas dari Palembang yang
populer di Jawa, yang merupakan produk hasil olahan daging ikan yang berbentuk
sejenis gel protein yang homogen, berwarna putih, bertekstur kenyal dan elastis.
Pempek dibuat dari campuran bahan dasar daging ikan yang dihaluskan, tepung
tapioka, air, garam, dan bumbu-bumbu sebagai penambah cita rasa. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis komposisi kimia dan tingkat penerimaan konsumen
terhadap pempek ikan bandeng yang difortifikasi dengan kerang darah. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2017, bertempat di Workshop
Pengolahan dan Laboratorium Biokimia Jurusan TPHP Politeknik Pertanian
Negeri Pangkep. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimen yaitu melakukan pengolahan pempek ikan bandeng dengan
penambahan kerang darah. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan perlakuan konsentrasi penambahan kerang darah pada
taraf yaitu 10%, 20%, dan 30%. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3
kali ulangan dan dibandingkan dengan kontrol (tanpa penambahan kerang darah),
sehingga jumlah satuan percobaan pada penelitian adalah 12 sampel. Parameter
yang diamati adalah uji organoleptik berupa warna, aroma, rasa, tekstur dan
analisis proksimat adalah kadar air, kadar protein, kadar lemak, dan kadar abu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi kerang darah
pada pembuatan pempek berpengaruh nyata pada beberapa parameter mutu
pempek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik adalah
konsentrasi 10% dengan criteria mutu adalah kadar air 58.46%, kadar protein
4.25%, kadar lemak 15.46%, kadar abu 2.01%.
6
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan beberapa pihak
baik secara langsung maupun tidak langsung. Teristimewa penulis hanturkan
terima kasih kepada kedua orang tua saya Ayahanda Fathurrahman dan Ibunda
Nursiah beserta segenap keluarga besar atas segala dukungannya baik secara
materil maupun doa restunya bagi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Fifi Arfini, S.TP., M.Si
selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Arham Rusli, S.Pi., M.Si selaku pembimbing
II yang telah banyak meluangkan waktunya memberikan pengarahan, petunjuk
serta bimbingan kepada penulis. Penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Darmawan MP. Selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep, beserta seluruh jajarannya.
2. Ibu Ir. Nurlaeli Fattah, M.Si. selaku Ketua Jurusan Tekonologi Pengolahan
Hasil Perikanan.
3. Ibu Zulfitriany Dwiyanti Mustaka, SP., MP. Selaku Ketua Program Studi
Agroindustri.
4. Seluruh staf teknisi dan pegawai Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
7
5. Rekan-rekan seperjuangan Agroindustri angkatan XXVI dan rekan
sealmamater yang tidak saya sebut namanya satu persatu, semoga persamaan
yang tidak terlupakan seumur hidup dan akan selalu ada.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, sehingga
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk memperbaiki Skripsi
ini. Penulis berharap semogah tulisan ini bermanfaat dan dapat memberikan
konstribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan terkhususnya di
bidang pangan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada pembaca
sekaligus permohonan maaf bila dalam penulisan skripsi ini terdapat kekeliruan di
dalamnya.
Penulis
8
DAFTAR ISI
Halaman
SUMMARY ........................................................................................... iv
RINGKASAN ........................................................................................ v
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 3
1.3 Tujuan ..................................................................................... 4
1.4 Manfaat ................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
9
2.5 Bahan Pempek......................................................................... 14
III. METODOLOGI
10
4.1.4 Kadar Abu................................................................... 28
4.2.1 Warna.......................................................................... 29
V. PENUTUP
LAMPIRAN ............................................................................................ 36
11
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
12
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
13
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
14
I. PENDAHULUAN
15
halnya daging ikan tenggiri yang dapat menghasilkan cita rasa, aroma, dan warna
yang menarik pada produk akhir. Namun dengan ketersediaannya yang terbatas,
harga ikan tenggiri relatif mahal. Hal ini disebabkan karena ketergantungan pada
musim, sehingga akan mempengaruhi harga jual, apalagi permintaaan komoditas
ikan tenggiri terus mengalami peningkatan. Masturah dan Hutabarat (2014)
mengemukakan bahwa Hasil tangkapan tenggiri secara total lebih tinggi pada
musim timur yaitu pada bulan April, Mei, dan Juni. Oleh karena itu,
diperlukannya diversifikasi pangan dengan memanfaatkan jenis ikan lain yang
tingkat ketersediaannya terbilang tinggi, mudah didapatkan dengan harga yang
relatif murah. Salah satunya jenis ikan yang cukup tersedia di pasaran adalah ikan
bandeng.
Ikan Bandeng merupakan salah satu jenis ikan budidaya air payau
sehingga dapat ditemukan hidup di laut maupun perairan tawar. Ikan bandeng
mempunyai rasa spesifik dan telah dikenal di Indonesia. Menurut Salman (2012),
Kandungan omega-3 pada ikan bandeng 14,2% melebihi kandungan omega-3
pada ikan salmon (2,6%), ikan tuna (0,2%) dan ikan sarden/mackerel (3,9%).
Bandeng merupakan salah satu sumber pangan yang sangat bergizi karena
mempunyai kandungan protein tinggi (20,38%). Ikan bandeng memiliki
kandungan gizi yang sangat baik dan digolongkan sebagai ikan berprotein tinggi
dan berlemak rendah. Adapun nilai gizi ikan bandeng per 100 gram berat ikan
mengandung 129 kkal energi, 20 gram protein, 2,8 gram lemak, 150 gram fosfor,
20 gram kalsium, 2 mg zat besi, 50 SI vitamin A, 0,05 gram vitamin B1 dan 74
gram air (Saparinto, 2006).
Selain bahan baku yang digunakan, bahan tambahan juga menetukan
kualitas dan tingkat penerimaan konsumen terhadap produk pempek. Untuk
meningkatkan cita rasa pempek maka perlu penambahan bahan tambahan seperti
kerang. Kerang darah merupakan salah satu jenis kerang yang berpotensi dan
bernilai ekonomis untuk dikembangkan sebagai sumber protein dan mineral untuk
memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Menurut Moeljanto dan
Heruwati (1975 dalam Kasry 2003), kerang darah merupakan salah satu jenis
kerang yang mempunyai nilai ekonomis penting dan disukai masyarakat. Ismail
16
(1971 dalam Kasry 2003) menyatakan kerang darah mempunyai rasa yang gurih
karena mengandung lemak dan kadar protein yang tinggi. Komposisi kimia
kerang darah (Anadara granosa) adalah air 83%, lemak 0.91%, protein 10.33%
dan kadar abu 1.84% (Moeljanto dan Heruwati 1975 dalam Kasry 2003). Kerang
darah yang telah dewasa yang berukuran diameter 4 cm dapat memberikan
sumbangan energi sebesar 59 kalori serat mengandung 8 gram protein, 1.1 gram
lemak, 3.6 gram karbohidrat, 133 mg kalsium, 170 mg phosfor, 300 SI vitamin A
dan 0.01 mg vitamin B1 (Karnadi 1991 dalam Kasry 2003).
Berdasarkan uraian di atas, dimana setiap ikan dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku pembuatan pempek, tetapi kekuatan gel, kekenyalan, dan
elastisitasnya bervariasi menurut jenisnya, maka pada penelitian ini menggunakan
ikan bandeng sebagai bahan baku untuk mengetahui mutu dan tingkat penerimaan
konsumen.
17
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan formulasi penambahan daging
kerang darah pada pembuatan pempek dengan bahan baku ikan bandeng dan
menganalisis kandungan gizi serta tingkat penerimaan konsumen terhadap produk
pempek dengan bahan baku ikan bandeng yang difortifikasi dengan daging kerang
darah.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi
tentang pengolahan pempek dengan bahan baku ikan bandeng yang difortifikasi
dengan daging kerang darah. Penelitian ini juga diharapkan berguna sebagai
sumber informasi tentang kandungan gizi dan tingkat penerimaan konsumen
terhadap produk pempek dengan bahan baku ikan bandeng yang difortifikasi
dengan daging kerang darah.
18
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Osteichthyes
Ordo : Gonorynchiformes
Family : Chanidae
Genus : Chanos
Spesies : Chanos chanos
Komposisi kimia daging ikan pada umumnya terdiri dari 66-84% air, 15-
24% protein dan 0,1-22% lemak. Komposisi ini bervariasi dipengaruhi oleh
19
genetika, morfologi maupun lingkungan (Shahidi dan Botta, 1994). Air
merupakan komponen terbesar dalam daging ikan bandeng, sedangkan protein
merupakan komponen terbesar setelah air. Komposisi kimia ikan penting dalam
pembentukan produk-produk gel ikan seperti surimi dan kamaboko (Suzuki,
1981). Komposisi kimia daging ikan bandeng menurut Hafiludin (2015) disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kimia daging ikan Bandeng
Komposisi Jumlah (%)
Air 70,787
Abu 1,405
Protein 24,175
Lemak 0,853
Karbohidrat (by difference) 2,780
Sumber: Hafiludin (2015)
Pada pembuatan pempek, kadar protein dan lemak pada ikan sangat perlu
diperhatikan. Menurut Radley (1976), adanya lemak dapat mengganggu
pengembangan granula pati karena sebagian besar komponen lemak akan
diabsorpsi dan membentuk lapisan lemak pada granula. Akibatnya proses
penetrasi air ke dalam granula pati akan terganggu sehingga gelatinisasi pati juga
terganggu. Menurut Greenwood dan Munro (1979) selain berpengaruh pada daya
ikatnya terhadap air, adanya lemak juga akan meningkatkan suhu gelatinisasi pati
yang telah dihubungkan dengan pembentukan senyawa kompleks dengan amilosa.
Dikatakan pula bahwa kadar protein ikan yang cukup tinggi mempengaruhi
interaksi protein dengan pati yang akan mempengaruhi sifat gelatinisasi pati itu
sendiri.
20
2.2 Kerang Darah (Anadara granosa)
Kerang darah merupakan pangan yang lezat dan telah banyak dijual di
rumah makan dan pedagang kaki lima. Bobot daging berkisar antara 22,70%
hingga 24,3% dari bobot total tubuhnya. Jenis-jenis kerang darah yang telah
diketahui hidup di perairan Indonesia adalah A. granosa (kerang darah), A. inflate
(kerang bulu) dan A. indica (kerang mencos). Klasifikasi dan identifikasi kerang
darah menurut Linnaeus (1758) dalam Broom (1985) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phyllum : Mollusca
Class : Bivalvia
Subclass : Pteriomorphia
Ordo : Arcoida
Famili : Archidae
Genus : Anadara
Species : Anadara granosa
21
(2009) bahwa karakteristik kerang darah adalah berbau amis, teksturnya lunak
namun kenyal dan dagingnya berwarna merah kecoklatan. Kerang darah hidup di
perairan pantai yang memiliki pasir berlumpur dan dapat juga ditemukan pada
ekosistem estuari, mangrove dan padang lamun (Mzighani 1758). Kerang darah
hidup mengelompok dan umumnya banyak ditemukan pada substrat yang kaya
kadar organik.
Distribusi kerang tersebut meliputi Australia, Tropical Indo-West Pacific,
Red Sea, South China Sea, Vietnam, China, Hong Kong (Xianggang), Thailand,
Philippines, New Caledonia, Jepang dan Indonesia yang tersebar di kawasan
pesisir pantai. Di Indonesia, daerah penyebaran kerang ini hampir di seluruh
pantai Indonesia, hidup di dasar, di daerah pasir berlumpur pada kedalaman
sampai dengan 4 meter dan perairan yang relatif tenang (Linnaeus 1758). Teknik
budidaya kerang darah di Indonesia dimulai dengan pengumpulan benih kerang
darah berukuran 4 mm -10 mm di tempat penyebaran benih alami di tepi pantai
yang landai (PKSPL 2004).
Ciri-ciri kerang darah yang segar adalah :
1. Jika membeli kerang dalam cangkang, pastikan cangkang banyak yang terbuka,
ini menunjukkan kerang tersebut masih hidup.
2. Kalau membeli kerang yang lepas dari kulit cangkangnya, pilihlah daging yang
masih padat dan terlihat utuh.
3. Warna daging kerang belum berubah dari aslinya, daging kerang yang telah
berubah warna menunjukkan bahwa kerang telah busuk.
4. Beraroma amis yang khas, bukan beraroma busuk. Ismail (1971) dalam Kasry
(2003) menyatakan kerang darah mempunyai rasa yang gurih karena
mengandung lemak dan kadar protein yang tinggi.
Selanjutnya menurut Moeljanto dan Heruwati (1975) dalam Kasry (2003),
kerang darah merupakan salah satu jenis kerang yang mempunyai nilai ekonomis
penting dan disukai masyarakat. Untuk itu dapat dikatakan bahwa kerang darah
juga dapat dijadikan salah satu bahan baku pada pembuatan pempek. Komposisi
gizi kerang darah disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan Gizi Kerang Darah
22
Komposisi Jumlah (%)
Air 83,00
Abu 1,84
Protein 10,33
Lemak 0,91
Sumber : Moeljanto dan Heruwati (1975)
Ada beberapa manfaat kerang darah yang baik bagi kesehatan tubuh
seseorang. Diantaranya sebagai berikut :
1. Mencegah oesteoporosis
Kesehatan tulang memang perlu kita jaga agar tidak terkena penyakit
Oesteoporosis. Tulang keropos atau lebih banyak disebut Oesteoporosis, tidak
hanya dialami oleh lansia tapi bisa juga dialami oleh orang yang masih muda.
Salah satu cara mengatasi Oesteoporosis dengan mengkonsumsi kerang, karena
kerang mengandung sumber kalsium yang sangat berguna dalam menjaga
ketahanan atau pun perkembang tulang.
2. Sebagai sumber protein
Kerang memiliki kandungan protein yang tinggi , yang sangat berguna
untuk perkembangan sel-sel otak. Kandung Protein ini berguna dalam menyuplai
asam amino ke otak kita. Sangat disarankan sekali untuk mengkonsumsi daging
kerang ini secara rutin.
3. Menjaga kesehatan kulit
Salah satu manfaat kalau kita rutin mengkonsumsi kerang adalah bisa
menjaga kesehatan kulit kita. Kandungan asam lemak Omega- 3 dan Vitamin E
pada kerang sangat berguna untuk menjaga atau merawat kulit kita agar tidak
cepat mengkeriput dan bisa mengatasi bintik-bintik atau flek hitam pada wajah.
4. Mengatasi asma
Penyakit asma bisa kita atasi dengan rutin mengkonsumsi daging kerang,
kandungan asam amino pada daging kerang bisa meminimalisir gangguan
pernafasan.
5. Mengatasi penyakit hepatitis
23
Kandungan yang ada pada air rebusan kerang bisa membantu dalam
menyembuhkan penyakit hepatitis.
24
Pempek dapat dibuat dari berbagai jenis ikan, karena protein yang akan
mengalami gelasi ketika dilakukan perebusan. Ikan yang biasa digunakan dalam
pembuatan pempek adalah ikan tengiri, ikan gabus dan ikan belida tetapi yang
diperdagangkan sering kali di jumpai pempek terbuat dari jenis-jenis ikan lainnya,
bahkan juga dari udang, daging cumi-cumi, dan lainnya. Pada umumnya bahan
baku ikan yang digunakan dalam pembuatan pempek menggunakan bahan baku
daging ikan yang berwarna putih seperti halnya daging ikan tenggiri yang dapat
menghasilkan cita rasa, aroma, dan warna yang menarik pada produk akhir.
Kebutuhan akan daging ikan pada bahan baku yang digunakan dalam pengolahan
pempek sangat besar. Hal ini disebabkan karena ketergantungan pada musim,
sehingga akan mempengaruhi harga jual, apalagi permintaaan komoditas ikan
tenggiri terus mengalami peningkatan. Oleh sebab itu, pempek dapat dibuat
dengan memanfaatkan pangan lokal yang ada untuk meningkatkan potensi
perikanan, baik perikanan budidaya maupun perikanan tangkap di antaranya yaitu
ikan bandeng sebagai solusi dari masalah keterbatasan dan mahalnya bahan baku
pempek.
Adonan pempek lenjer merupakan adonan dasar dan dapat dikembangkan
menjadi beberapa jenis makanan di antaranya rujak mi, model, celimpungan,
laksan, dan tekwan (Hoesni, 2007). Pada perkembangannya terdapat variasi bahan
baku pempek yang memanfaatkan limbah kulit ikan tuna, limbah kulit ikan patin,
dan surimi ikan sapu-sapu. Jenis pempek, bentuk, adonan serta cara
pemasakannya disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis Pempek
Cara
Jenis Bentuk Adonan Pengisi
Pemasakan
Silinder
Lenjer Dasar - Direbus
panjang/pendek
Setengah
Telur/
lingkaran/ Dasar Telur Direbus
Kapal selam
kerang
Parutan
Setengah
pepaya
Pistel lingkaran/ Dasar Direbus
muda
kerang
berbumbu
Keriting Keriting Dasar - Dikukus
25
Dasar
Bulat
ditambah
Adaan seperti - Digoreng
kuning telur
bola
dan bumbu
Adonan
pempek yang
Tahu Segitiga Tahu Digoreng
diisikan ke
dalam tahu
Bulat
Saus kecap
Panggang seperti Dasar Dipanggang
dan ebi
bola
Dasar
Segiempat ditambah - Dipanggang
Lenggang telur kocok
Pipih seperti
Telur yang Irisan pempek
telur Digoreng
Dikocok Lenjer
dadar
Dasar
Bulat ditambah
Kulit - Direbus
Pipih kulit ikan yang
dihaluskan
Sumber: Fajri (1997)
Pempek dapat digolongkan sebagai produk gel ikan seperti kamaboko dan
sosis ikan. Gel ikan dibuat dari ikan segar atau surimi dengan pemasakan
campuran daging ikan giling tanpa tulang dan kulit serta bumbu-bumbu lainnya
(Watanabe et al., 1974 di dalam Santoso et al., 1997). Pada prinsipnya pempek
dibuat melalui tahapan pengolahan ikan, pencampuran, pembentukan dan
pemasakan (Komariah, 1995).
Komposisi zat gizi pempek berbeda menurut jenis ikan yang digunakan
sebagai bahan baku. Pempek dalam porsi penyajian yang lengkap memiliki
kandungan gizi yang lebih baik dibandingkan dalam bentuk satuan. Perbedaan
resep yang digunakan dalam pembuatan pempek juga mempengaruhi perbedaan
kandungan gizinya (Fajri, 1997). Komposisi zat gizi beberapa jenis pempek yang
telah dilakukan oleh beberapa peneliti disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi zat gizi berdasarkan bahan baku pempek
Komposisi Bahan baku
Pempek Kijing a) Pempek Ikan Pempek Ikan Pempek Ikan
Belida b) Tenggiri c) Gabus d)
26
Air 85,50 % 64,90 % 61,46 % 70,85 %
Abu 0,90 % 7,30 % 3,37 % 1,34 %
Protein 7,31 % 17,80 % 13,95 % 6,32 %
Lemak 1,91 % 0,50 % 0,31 % 0,09 %
Karbohidrat 12,05 % 74,70 % 82,36 % 21,39 %
Sumber : a) Hidayah (2014) b)
Fajri (1997) c)
Kusumawaty (1997) d)
Agustini (1996)
Dalam pembuatan pempek, bahan yang dibutuhkan yaitu daging ikan
bandeng giling sebagai bahan baku utama pembuatan pempek dengan komposisi
sebagai berikut : daging ikan bandeng yang sudah digiling, air, tepung
tapioka/kanji, tepung terigu, telur ayam, garam dan penyedap rasa.
27
d. Pemasakan
Pemasakan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu perebusan,
pengukusan, penggorengan, dan pemanggangan.
e. Tahap penyajian
Pempek yang sudah matang disajikan di piring dengan kuah cuka yang
asam dan pedas serta ditambahkan mie kuning sebagai pendamping.
28
amplop, stiker, dan selotip. Tepung tapioka juga digunakan dalam pembuatan
puding dan kue pai (Brautlecht, 1953). Dibandingkan dengan tepung jagung,
kentang, dan gandum atau terigu, komposisi zat gizi tepung tapioka cukup baik
sehingga mengurangi kerusakan tenun, juga digunakan sebagai bahan bantu
pewarna putih (Margono et al., 2009). Pati tapioka seperti halnya jenis pati yang
lain terdiri dari dua fraksi. Kedua fraksi ini yaitu amilosa dan amilopektin dapat
dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut ialah amilosa, sedangkan fraksi yang
tidak terlarut merupakan amilopektin (Winarno, 1992). Dziedzic dan Kearsley
(1995) menyatakan kandungan amilosa dan amilopektin dalam tapioka
masingmasing sebesar 14% dan 86%. Menurut Tjokroadikusoemo dan Soebiyanto
(1986) kandungan amilopektin yang mendominasi dalam pati tapioka
menyebabkan sifat-sifat tapioka sangat mirip dengan amilopektin yaitu
diantaranya:
1. Amilopektin dalam bentuk pasta menunjukkan penampakan yang jernih
sehingga menunjang mutu penampilan produk akhir.
2. Pasta amilopektin tidak mudah menggumpal dan mengeras pada suhu normal.
3. Memiliki daya rekat yang tinggi sehingga dapat menghemat pemakaian pati
pada industri.
Pada saat dipanaskan, tapioka akan menyerap air dan mengalami
gelatinisasi. Suhu gelatinisasi merupakan rentang suhu saat granula pati
mengalami pengembangan dan akhirnya pecah. Suhu gelatinisasi tapioca adalah
52-64° C (Winarno, 1992). Pada pembuatan empek-empek atau kerupuk
kemplang, tapioka berfungsi untuk mengikat air, menyatukan daging ikan dan air
sehingga dapat dibentuk menjadi suatu adonan serta member tekstur dan rasa
(Komariah, 1995).
29
kontaminasi benda-benda asing lainnya. Faktor yang harus dipertimbangkan
adalah kadar protein tepung terigu dan kadar abunya. Kadar abu erat hubungannya
dengan tingkat dan kualitas adonan (Sunaryo 1985).
Fungsi protein yang berkorelasi erat dengan kadar glutein dalam tepung
terigu adalah sebagai bahan pengikat hancuran daging dan sebagai emulsifier
(Winarno dan Rahayu 1994). Glutein bersifat elastis sehingga akan
mempengaruhi sifat elastisitas dan tekstur produk yang dihasilkan (Widyaningsih
dan Murtini 2006). Sehingga jika dibandingkan dengan tepung-tepung lainnya
terigu memiliki kualitas sebagai bahan pengikat yang lebih baik.
Komponen terbanyak dalam tepung gandum adalah kandungan amilosa
20%-26% dan amilopektin 70%-75% (Belitz dan Grosch 1987).
Pada tepung terigu, kadar air yang dimiliki sekitar 11%-14%, serealia dalam
keadaan cukup masak dan kering, lebih tinggi dari itu akan mudah ditumbuhi
cendawan dan cepat rusak (Makfoeld 1982).
Tabel 6. Komponen gizi tepung terigu (100 gram)
Komposisi Jumlah (%)
Air 12
Protein 8.900
Lemak 1.300
Karbohidrat 77.300
Kalsium 16
Fosfor 106
Besi 0,12
Vitamin B1 12
Kalori 3
Sumber: Prawiranegara (1989 dalam Azizah 2009)
30
III. METODOLOGI
31
3. Daging ikan yang sudah halus ditimbang sebanyak 300 g.
4. Daging ikan yang telah dihakuskan dan ditimbang tersebut dimasukkan ke
dalam baskom plastik, ditambah dengan air sebanyak 100 ml.
5. Selanjutnya ditambah dengan satu butir telur ayam, penyedap rasa
secukupnya dan garam dua sendok teh sebagai pengental dan pemberi rasa.
6. Kemudian diaduk hingga menjadi adonan/bubur ikan yang homogen.
7. Adonan didiamkan ±15 menit agar mengental.
8. Tepung terigu ditimbang sebanyak 58,3% (b/b) dari daging ikan dan
dimasukkan ke dalam baskom plastik, ditambah dengan air mendidih
sebanyak 200 ml sedikit demi sedikit sambil diaduk supaya merata sehingga
berbentuk gumpalan tepung terigu, dibiarkan hingga dingin.
9. Setelah dingin, gumpalan tepung terigu tersebut dicampurkan ke dalam
bubur daging ikan yang telah mengental dan diaduk hingga rata, hasil yang
diperoleh adalah adonan pempek.
10. Kemudian adonan pempek ditambah dengan daging kerang darah yang sudah
di haluskan dan diaduk hingga adona rata.
11. Adonan pempek yang telah ditambahkan dengan daging kerang darah
ditambahkan tepung tapioka sebanyak 67% sedikit demi sedikit dan diuleni
hingga homogen serta tidak melekat di tangan.
12. Adonan yang sudah kalis tetap diuleni selama ±5 menit agar nantinya bagian
dalam pempek tidak mentah.
13. Selanjutnya adonan pempek tersebut dicetak atau dibentuk silinder atau
lenjer.
14. Pempek lenjer mentah direbus ke dalam air mendidih selama ±15 menit atau
hingga pempek mengapung di permukaan air yang mendidih.
15. Pempek yang telah matang kemudian ditiriskan.
32
Proses pembuatan pempek yang difortifikasi dengan daging kerang darah
dihasilkan dari diagram berikut :
Ikan Bandeng
Difillet
Diblender
Ditimbang 300 g
Didiamkan 15 menit
Kerang darah
Adonan Pempek
10%, 20%, 30%
Dicetak
Ditiriskan
Pempek
Gambar 4. Alur proses pembuatan pempek ikan bandeng yang difortifikasi dengan kerang darah
33
3.4 Prosedur Pengujian
3.4.1 Kadar Air (AOAC, 1995)
Cawan porselen dikeringkan pada suhu 105oC selama 1 jam. Kemudian
didinginkan dan ditimbang, contoh yang akan ditentukan kadar airnya ditimbang
sebanyak 5 gram. Cawan yang telah berisi contoh dimasukkan ke dalam oven
bersuhu 105oC sampai beratnya konstan. Kadar air dihitung berdasarkan
persamaan berikut :
(B - A)
Kadar air (%) x 100%
Berat contoh
34
3.4.3 Kadar Protein (AOAC, 1995)
Sejumlah 0.02-0.05 gram sampel dimasukkan dalam labu Kjeldahl 100 ml
kemudian ditambah 2-3 gram katalis (1.2 gram Na2SO4 dan 1 gram CuSO4) dan 2-
3 ml H2SO4 pekat, lalu dilakukan destruksi hingga larutan menjadi jernih. Setelah
itu didinginkan kemudian sampel didestilasi dan ditambah 35 ml aquades dan 10
ml NaOH 50%. Hasil destilasi ditampung dalam erlenmeyer berisi 5 ml H 3BO3
dan indikator merah metil dan metil biru kemudian dititrasi dengan HCl 0.02N.
Kadar protein ditentukan dengan rumus:
ml HCI−ml blanko) x normalitas HCl x 14.007
Kadar nitrogen (%) = x
mg contoh
100
berat lemak
Lemak (%) 100 %
berat sampel
35
Sangat suka : 5
Suka : 4
Agak suka : 3
Tidak suka : 2
Sangat tidak suka : 1
36