Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
AHMAD TAUFIK
14 22 060 648
NIM : 14 22 06 06 48
judul: ”Analisis Mutu Sabun Cuci Piring Ekstrak Buah Belimbing Wuluh dengan
Konsentrasi yang berbeda”, adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan
bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila
hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Yang Menyatakan,
(Ahmad Taufik)
iv
SUMMARY
Starfruit (Avverhoa blimbi L.) is one of the plants that contain chemical
compounds that are useful either as a medicine or as a cleanser for clothes and
household furniture. This research was conducted in May-August 2014. The
purpose of this study is to study the quality of dish soap extract of starfruit fruit
extract with a concentration of 0%, 5%, 10, and 15%, and to analyze the level of
consumer preference for dish soap with different concentrations. Chemical
analysis of dish soap star fruit extracts with different concentrations carried out
pH, water content, foam stability and organoleptic tests.
The best chemical quality test results for dishwashing with starfruit extract
were F00 treatment without addition of starfruit fruit extract (0%) with pH 6,
moisture content 80.39%, and foam stability 1.2. While the results of the
organoleptic test showed the highest consumer interest in the parameters of color,
aroma and texture with a value of 4 (like) was in the treatment of F ¬1 with the
addition of star fruit extract at 5%. This proves that extracts of starfruit fruit have
an influence on consumer interest.
v
RINGKASAN
Ahmad Taufik, 14 2206 0648. “ Analisis Mutu Sabun Cuci Piring Ekstrak Buah
Belimbing Wuluh (Avverhoa blimbi L.) dengan Konsentrasi yang Berbeda”.
Dibawah bimbingan Mursida dan Nur Fitriani Usdyana Attahmid. 2018.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
pribadi tidak bisa menyelesaikan laporan ini dengan baik. Shalawat serta salam
tetap tercurah kepada baginda nabi besar Muhammad SAW sebagai refosioner
kepada ayahanda Aripuddin dan ibunda Nuraedah serta segenap keluarga besar
yang telah membiayai dan memberikan bantuan moril dan motivasi. Ucapan
terima kasih dan penghargaan kepada Ir. Mursida, M.Si dan Nur Fitriani
Usdayana A, S.Pt., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah tulus dan ikhlas
Pangkep.
Agroindustri.
vii
6. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Rekapitulasi
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih memerlukan saran dan kritikan
segala kerendahan hati penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Penulis,
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
ABSTRAK ....................................................................................................... v
RINGKASAN .................................................................................................. vi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3. Tujuan ................................................................................................... 3
1.4. Manfaat ................................................................................................. 3
ix
III. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................... 15
3.2. Alat dan Bahan ..................................................................................... 15
3.3. Prosedur Pembuatan Sabun .................................................................. 15
3.4. Metode Penelitian ................................................................................. 17
3.5. Parameter Pengamatan ......................................................................... 18
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 30
5.2. Saran ..................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 31
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
I. PENDAHULUAN
Belimbing wuluh merupakan salah satu tanaman yang dapat tumbuh subur
khusus. Menurut Soetanto (1998), tanaman belimbing wuluh yang tumbuh baik
kebusukan sebelum dimanfaatkan. Salah satu cara penanganan pasca panen yang
dapat dilakukan adalah dengan mengola buah menjadi suatu olahan pangan
Indonesia masih rendah seperti sebagai bumbu dapur, bahan pengawet makanan
dan obat batuk tradisional karena buah belimbing wuluh mempunyai rasa yang
sangat masam, sehingga orang enggan memakan langsung atau diperas airnya
(Oktaviana, Y. S. 2012)
Rasa asam buah ini berasal dari asam sitrat dan asam oksalat. Selain
dan Lusi, 2004:17). Kandungan senyawa kimia yang terdapat pada buah
belimbing wuluh menjadikan buah ini sangat berkhasiat sebagai obat. Selain
berkhasiat sebagai obat juga bermanfaat untuk membersihkan noda pada kain dan
belimbing wuluh yang melimpah ini tidak banyak dimanfaatkan. Salah satu
desinfektan yang diperoleh dari unsur- unsur kandungan buah belimbing wuluh.
1
Buah belimbing wuluh mengandung golongan senyawa oksalat, saponin, fenol,
Dari hasil penelitian Nirwana (2013), tentang hasil penelitian jumlah kuman
konsentrasi 2,5% mampu menurunkan jumlah kuman pada peralatan makan dari
1060 koloni/cm2 menjadi 490 koloni/cm2 dan pada konsentrasi 5,0% mampu
yang bersifat seperti sabun sehingga disebut sebagai surfaktan alami (Gonzales-
belimbing sebagai bahan pembuatan sabun cuci piring. Sabun adalah bahan yang
digunakan untuk mencuci baik pakain, peralatan dan lain-lain yang terbuat dari
campuran alkali, dan trigliserida dari lemak. Secara kimia melalui reaksi
saponifikasi atau disebut juga reaksi penyabunan (Dayah, 2013). Berbagai jenis
sabun telah beredar dipasaran, mulai dari sabun kecantikan, maupun untuk
membersihkan kotoran salah satunya sabun cuci piring. Sabun cuci piring
mempunyai dua bentuk , yaitu sabun cuci piring cream dan sabun cuci piring cair.
2
1.2. Rumusan Masalah
2. Bagaimana hasil pengujian mutu kimia sabun cuci piring ekstrak buah
belimbing wuluh?
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
Manfaat yang akan dicapai pada penelitian ini, adalah sebagai berikut:
wuluh.
3
II.TINJAUAN PUSTAKA
menghasilkan buah berwarna hijau dan kuning muda atau sering pula dianggap
Kerajaan : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Oxalidales
Familia : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Spesies : Averrhoa bilimbi
4
2.1.1. Morfologi Belimbing Wuluh
utamanya pendek, bergelombang, atau tidak rata, cabangnya rendah dan sedikit
dengan panjang 4-10 cm. Warna buah ketika muda hijau, dengan sisa kelopak
bunga menempel diujungnya. Jika masak buahnya berwarna kuning pucat. Daging
buahnya bersinar dan sangat asam. Kulit buah berkilap dan tipis. Bijinya kecil
(6mm)berbentuk pipih dan berwarna coklat, serta tertutup lendir (Mario, 2011).
Kadar air belimbing wuluh yang cukup tinggi yaitu sebesar ± 93% dapat
menyebabkan daya simpan buah relatif singkat yaitu 4-5 hari dan mudah rusak.
sebagai penambah daya tahan tubuh dan perlindungan terhadap berbagai penyakit.
Belimbing wuluh mempunyai kandungan unsur kimia yang disebut asam oksalat
kimia buah belimbing yang dilakukan Herlih (1996) menunjukkan bahwa buah
antibakteri yang terkandung dalam buah belimbing wuluh (Zakaria et al, 2007).
5
yang bertanggung jawab terhadap rasa pada buah belimbing wuluh adalah (Z)-3-
Komposisi dan kandungan asam organik dalam buah belimbing wuluh dapat
6
2.2. Sabun
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Di pasaran telah beredar berbagai jenis sabun dalam bentuk yang
bervariasi, seperti sabun mandi, sabun cuci, sabun tangan, sabun pembersih
peralatan rumah tangga dalam bentuk krim, padatan atau batangan, bubuk dan
bentuk cair (Ari dan Budiyono, 2004). Kini keberadaan sabun colek mulai
tergeser dengan adanya cairan sabun cuci piring. Sejak kemunculan cairan
pencuci piring, masyarakat pun banyak yang beralih kecairan pencuci piring
dengan alasan kepraktisan, kecepatan, dan karena bentuknya yang cair lebih
mudah larut dalam air dan menghasilkan busa berlimpah sehingga dapat
membersihkan dengan sempurna (Sintha, 2012). Sabun terbuat dari garam alkali
asam lemak dan dihasilkan menurut reaksi asam basa. Proses pembuatan sabun
disebut saponifikasi.
terutama sesuai dengan fungsi utamanya, yaitu sebagai pencuci. Berbagai jenis
dari sabun cuci (krim dan bubuk), sabun mandi (padat dan cair), sabun tangan,
serta sabun pembersih peralatan rumah tangga (cair dan krim). Membuat sabun
sebetulnya bukanlah suatu pekerjaan yang terlalu sulit untuk dilakukan karena
Menurut Watkinston (2000), produk sabun cair lebih banyak disukai oleh
konsumen. Beberapa keuntungan sabun mandi cair lebih higenis, produk sabun
cair lebih menguntungkan, praktis serta ekonomi bagi konsumen, dan produksi
7
sabun mandi cair lebih mudah serta menguntungkan bagi produsen sabun mandi
dan produk lainnya. Sabun berbeda dengan detergen, karena sabun terbuat dari
lemak hewani, sedangkan detergen terbuat dari senyawa kimia buatan serta
dilakukan penambahan zat aditif, sehingga terlihat lebih menarik. Pada umumnya,
beberapa bahan yang terdapat dalam sabun atau detergen, terdapat zat aktif
permukaan yang mempunyai gugus ujung berbeda yaitu hidrofilik (suka air) dan
hidrophobik (tidak suka air), yang disebut surfaktan (Sarah, 2008). Bahan aktif ini
Selain itu terdapat pula bahan builder. Bahan builder, atau disebut juga
dengan cara menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air. Bahan ini terdiri dari
kumpulan beberapa bahan dasar seperti misalnya, fosfat dalam ikatan Sodium Tri
Poly Phosphate (STTP), dan bahan asetat dalam ikatan Nitril Tri Acetat (NTA),
Bahan pendukung lainnya untuk membentuk bahan builder ini, yaitu silikat
dan asam sitrat. Bahan lain yang terkandung dalam sabun atau detergen yang
8
Bahan lain yang ditambahkan agar detergen terlihat lebih menarik, yaitu
bahan aditif yang merupakan bahan suplemen atau tambahan yang bertujuan
pewangi, pelarut, serta pewarna (Mabrouk, 2005). Parfum merupakan bahan aditif
asam lemak atau fase minyak. Parfum yang digunakan tidak boleh menyebabkan
perubahan stabilitas atau perubahan produk akhir. Jumlah parfum yang digunakan
pada sabun cuci piring biasanya berkisar dari 0,3% (kulit sensitif) sampai 1,7%
buah. Pewangi dipilih berdasarkan selera pembeli asalkan tidak berbau ekstrim.
Pewangi juga bisa berasal dari bahan alcohol, kresol, piretrum, dan sulfur
menarik (Utami dalam sella, 2013). NaCl merupakan komponen kunci dalam
pembuatan sabun. Kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat
NaCl yang digunakan harus bebas dari unsur besi, kalsium, dan magnesium
produsen dari segi kesehatan dan keselamatan (SNI, 1996). Adapun Kriteria yang
9
Tabel 2.3. Standar Nasional Indonesia
dapat diketahui bahwa sabun yang diteliti disini sesuai dengan persyaratan SNI
atau tidak. Selain itu analisis kimia sabun juga penting untuk menentukan sabun
parameter yang sangat penting dalam suatu produk kosmetik karena pH dari
tinggi atau sangat rendah dapat meningkatkan daya absorbsi kulit sehingga kulit
10
2.5.2. Organoleptik
proses fisio-psikologis yaitu kesadaran atau pengenalan alat indera akan sifat-sifat
benda karena adanya ransangan yang diterima alat indera yang berasal dari benda
tersebut. Penilaian dengan indera banyak digunakan untuk meneliti mutu hasil
pertanian dan makanan. Penilaian dengan cara ini banyak disenangi karena dapat
dapat dibakukan dan dijadikan alat penilai dalam laboratorium, dunia usaha dan
perdagangan.
antara lain dari segi bentuk, bau, dan warna. Tidak ada perbedaan antara bahan
3. Warna : dilihat secara mata telanjang, sabun juga memiliki warna yang
adalah satu atau sekelompok orang yang bertugas untuk menilai sifat atau mutu
benda berdasarkan kesan subjektif. Orang yang menjadi anggota panel disebut
panelis. Ada 6 macam panelis yang biasa digunakan dalam penilaian organoleptik
yaitu:
11
1. Pencicip perorangan
seperti pencicip teh, kopi, eskrim atau penguji bau pada industri
minyak (parfum).
3. Panel terlatih
anggota panel ini perlu diseleksi dan yang terpilih kemudian dilatih.
Jika panel terlatih biasanya untuk menguji pembedaan, maka panel tak
12
5. Panel konsumen
Panel ini tidak dipilih menurut prosedur pemilihan panel terlatih, tetapi
produk-produk sabun atau detergen dan surfaktan merpakan salah satu penghasil
busa yang baik. Busa adalah dispersi gas dalam cairan yang distabilkan oleh suatu
zat pembusa, merupakam struktur yang relatif stabil dan terdiri atas kantong-
kantong udara yang terbungkus dalam lapisan tipis. Kecepatan pembentukan dan
stabilitas busa merupakan dua hal penting untuk produk sabun (Fachmi dalam
13
Febriyanti, 2013:17). Sabun yang bagus menurut konsumen biasanya terlihat dari
banyaknya busa yang dihasilkan. Semakin banyak busa maka konsumen akan
semakin tertarik. Oleh karena itu busa merupakan parameter penting dalam
14
III. METODOLOGI
Pangkep.
Alat yang digunakan pada pembuatan dan pengujian mutu sabun cuci piring
volume10 ml, gelas piala, hot plate, spatula. Sedangkan bahan yang digunakan
dalam pembuatan dan pengujian mutu sabun cuci piring cair yaitu Texapon,
NaCl, Na2SO4, ekstraksi buah belimbing wuluh, pewarna, EDTA, parfum, serta
aquades.
Tabel 3.1 Formulasi Bahan yang digunakan dalam Pembuatan Sabun Cuci
Piring Ekstrak Buah Belimbing Wuluh yaitu:
Nama Bahan Komposisi/500 ml
F1 F2 F3 F0
SLS 15% 15% 15% 15%
NaCl 3% 3% 3% 3%
Pewarna 0,001% 0,001% 0,001% 0,001%
EDTA 0,4% 0,4% 0,4% 0,4%
Parfum 0,3% 0,3% 0,3% 0,3%
Na2SO4 5% 5% 5% 5%
Ekstrak Buah 5% 10% 15% 0%
Belimbing Wuluh
Aquades 71,299% 66,299% 61,299% 76,299%
Cara pembuatan sabun cair ekstraksi buah belimbing wuluh berawal dari
ekstraksi buah belimbing dan penimbangan semua bahan baku yang akan
15
diaduk merata. Kemudian tambahkan aquades sedikit demi sedikit sampai bahan
tercampur merata. Tambahkan NaCl dan ekstrak buah belimbing kedalam wadah
serta EDTA lalu diaduk kembali. Kemudian tambahkan kembali aquades sedikit
demi sedikit sampai bahan homogen. Tambahkan pewarna dan parfum lalu aduk
secara merata. Lalu larutan didiamkan selama 24 jam sampai busa yang dihasilkan
16
Berikut Diagram Alir Pembuatan Sabun Cuci Piring Ekstrak Buah Belimbing
Bahan Baku
Pencucian Buah
Belimbing Wuluh
Blending
Penyaringan
Ekstraksi Buah
Belimbing Wuluh
Penimbangan
Bahan Baku
SLS 75 gr
Pencampuran 1
Na2So4 25 gr
Aquades
Pencampuran 2
NaCl 15 gr
Ekstrak (25,50,75) ml
Uji pH
Kadar Air
Stabilitas Busa
17
kontrol dengan dua kali pengulangan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah
1 gram sampel ditimbang dalam cawan petri yang telah diketahui massa
awalnya. Sampel dan cawan petri dipanaskan dalam oven pada suhu 103-105°C
Dimana:
A = Berat Cawan
bahan. Uji pH sabun cuci piring ekstrak sari buah belimbing wuluh dengan
18
3.5.3. Pengukuran tinggi busa
tersebut ditutup kemudian divorteks selama dua menit. Tinggi busa dicatat pada
menit ke-0 dan ke-5 dengan skala pengukuran 0,1 cm. Nilai ketahanan busa
didapatkan dari selisih tinggi busa pada menit ke-0 dan ke-5 dengan rumus:
Perhitungan = 100%
dan bau sabun cair yang terbentuk (Depkes RI, 1995).Menurut SNI, standar sabun
cair yang ideal yaitu memilki bentuk cair serta bau yang khas.
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
(SLS) sebagai surfaktan untuk mengangkat kotoran dan menghasilkan busa pada
produk, natrium klorida (NaCl) sebagai bahan pengawet serta pengental, EDTA
sebagai pengawet dan pembentuk busa pada sabun cuci piring serta bahan lain
yang ditambahkan agar sabun terlihat menarik, yaitu bahan aditif yang merupakan
bahan tambahan seperti pewangi, dan pewarna serta aquades sebagai pelarut.
diantaranya uji kadar air, uji pH, uji tinggi busa dan uji organoleptik. Penguujian
ini bertujuan untuk mengetahui mutu dari sediaan sabun pencuci piring apakah
sesuai atau tidak dengan standar sabun cair yang telah ditetapkan. Pada penelitian
ini, konsentrasi ekstrak buah belimbing yang digunakan adalah 5% (F1), 10%(F2),
dan 15%(F3).
merupakan parameter yang sangat penting dalam suatu produk kosmetik karena
merupakan target aplikaisnya. Rerata hasil penelitian pH sabun cuci piring dengan
konsentrasi ekstrak buah belimbing yang berbeda disajikan pada Gambar 4.1
20
8.00 6.95
7.00 6.35
6.00 4.90
5.00 4.25
4.00
pH
3.00
2.00
1.00
0.00
F0 F1 F2 F3
Perlakuan
ekstrak buah belimbing sebesar 15% (F3) dan perlakuan kontrol atau tanpa
yaitu 4,25 dan 6,95. Rata-rata nilai pH pada berbagai konsentrasi ekstrak buah
(Ertel, 2006).
tingkat keasaman dari suatu substansi dalam sebuah larutan. Sebuah substansi
yang terurai didalam air dan dapat meningkatkan konsentrasi ion hidrogen (H+)
suatu larutan disebut zat asam. Sebuah substansi yang terurai dalam larutan air
dan dapat meningkatkan ion hidroksida (OH-) suatu larutan disebut basa. Semakin
rendah nilai pH, maka semakin tinggi konsentrasi ion hidrogen yang artinya
21
Berdasarkan hasil analisis statistik terhadap derajat keasaman sediaan antara
konsentrasi 5%, 10%, 15% dan kontrol dengan One-Way ANOVA (α = 0,05)
terdapat pengaruh yang signifikan antara kontrol dan perlakuan F1, F2, dan F3.
Hasil uji lanjut menggunakan uji beda berjarak duncan menunjukkan bahwa
Nilai pH pada F3 masih jauh dari Standar Nasional Indonesia, dimana pH yang
Jumlah air yang terkandung dalam suatu bahan disebut kadar air.
Pengukuran kadar air pada suatu bahan perlu dilakukan karena air dapat
mempengaruhi kualitas sabun yang dibuat. Rerata hasil penelitian kadar air sabun
cuci piring dengan ekstrak buah belimbing yang berbeda disajikan pada gambar
4.2
81.00 80.90
80.80
80.60
Kadar Air (%)
80.39
80.40 80.28
80.20 80.09
80.00
79.80
79.60
F0 F1 F2 F3
Perlakuan
22
Standar kadar air yang ditetapkan oleh SNI yaitu maksimal 60%. Hasil
analisa kadar air pada penelitian ini yang ditunjukkan pada Gambar 4.2 tidak
sesuai dengan spesifikasi SNI, untuk perlakuan kontrol (F0) menunjukkan nilai
kadar air sebesar 80,39% sedangkan perlakuan (F1, F2, dan F3) berturut-turut
menunjukkan nilai kadar air yang cenderung menurun yaitu 80,90%, 80,28%,
80,09%.
besar konsentrasi ekstrak yang ditambahkan maka semakin kecil persentase kadar
air yang didapatkan. Kadar air yang lebih tinggi ini berasal dari bahan-bahan yang
bersifat higroskopis seperti SLS serta ekstrak buah belimbing wuluh itu sendiri
dimana kadar air buah belimbing wuluh sendiri mencapai ± 93%. Spitz (1996)
menjelaskan bahwa semakin banyak air yang terkandung dalam sabun maka akan
membuat sabun semakin mudah menyusut atau habis pada saat digunakan. Kadar
air sabun cair ini sangat dipengaruhi oleh kecepatan mixing dan konsentrasi.
Analisa kadar air ini sama dengan perhitungan kelembaban. Dilakukan pada suhu
105°C selama 2 jam, diperkirakan pada kondisi ini air yang terkandung dalam
konsentrasi ekstrak buah belimbing yang berbeda (5%, 10%, 15%) dan kontrol
signifikansi ˃ 0,05 menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata pada masing-
masing perlakuan. Hasil analisa lanjutan menggunakan uji beda berjarak duncan
berbeda, menunjukkan hasil bahwa perlakuan (F0, F1, F2 dan F3) tidak berbeda
23
nyata disebabkan masing-masing perlakuan memilki penempatan subset yang
Pengujian tinggi busa bertujuan untuk melihat seberapa banyak busa yang
dihasilkan dikarenakan salah satu daya tarik sabun adalah kandungan busanya.
Sabun dengan busa yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi kulit karena
penggunaan pembusa yang terlalu banyak. Hingga saat ini masih belum ada
standar nilai yang pasti untuk kestabilan busa itu sendiri. Busa adalah dispersi gas
pembentukan busa dan stabilitas busa merupakan dua hal penting untuk produk
Rerata hasil penelitian stabilitas busa sabun cuci piring ekstrak buah
1.40
1.20
1.20
1.00
0.83
Stabilitas Busa (%)
0.80
0.64
0.60
0.40
0.40
0.20
0.00
F0 F1 F2 F3
Perlakuan
24
Berdasarkan gambar 4.3, stabilitas busa yang diperoleh menunjukkan nilai
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak
buah belimbing yang digunakan pada sabun maka semakin sedikit busa yang
wuluh. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pada saat pengujian
dan kualitas buah belimbing wuluh itu sendiri. Saponin merupakan senyawa
metabolit sekunder yang bersifat seperti sabun sehingga saponin disebut sebagai
viskositas sediaan. Busa dengan luas permukaan yang besar memang dapat
mengangkat kotoran seperti lemak dan debu, tetapi dengan adanya surfaktan
pembersihan sudah dapat dilakukan tanpa perlu adanya busa yang berlimpah
(Mariana, 2006)
penambahan ekstrak buah belimbing yang berbeda (5%, 10%, 15%) dan kontrol
signifikansi ˂ 0,05 menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan (F0, F1, F2, dan
F3) memberikan pengaruh yang sangat nyata. Untuk hasil lanjutan dengan uji beda
25
buah belimbing wuluh sebesar 15% berbeda nyata dengan perlakuan lainnya,
dimana nilai stabilitas busa pada perlakuan F3 diperoleh nilai stabilitas ang paling
rendah.(Lampiran 3).
sabun yang menghasilkan banyak busa, padahal banyaknya busa tidak selalu
dipengaruhi oleh adanya bahan aktif sabun atau surfaktan atau penstabil busa
(Martin et al., 1993). Busa yang banyak dan stabil lebih disukai daripada busa
yang sedikit atau tidak stabil. Busa dapat stabil dengan adanya zat pembusa. Zat
pembusa bekerja untuk menjaga agar busa tetap terbungkus dalam lapisan-lapisan
4.2. Organoleptik
terhadap penampakan atau tampilan fisik suatu sediaan yang meliputi tekstur
warna, serta aroma. Uji organoleptik pada dasarnya merupakan pengujian yang
bahan yang diuji. Berdasarkan tabel 4.2 mengenai tingkat kesukaan panelis
terhadap sediaan sabun cuci piring dengan ekstrak buah belimbing wuluh
konsentrasi 0%, 5%, 10%, dan 15% (F0, F1, F2, dan F3) terhadap warna, aroma
dan tekstur yang disajikan kepada 25 responden dengan taraf kesukaan, sangat
tidak suka diberi nilai 1, tidak suka diberi nilai 2, netral diberi nilai 3, suka diberi
nilai 4, dan sangat suka diberi nilai 5. Data yang diperoleh kemudian disajikan
26
4 4 4 4 4 4 4
4
3.5 3 3 3 3
3
(Tingkat kesukaan)
2.5 2
Organoleptik
Warna
2
1.5 Aroma
1 Tekstur
0.5
0
F0 F1 F2 F3
Perlakuan
4.2.1. Warna
Mutu suatu bahan pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-
faktor tersebut antara lain cita rasa, tekstur, nilai gizi, dan warna. Sebelum faktor
lain dipertimbangkan, secara visual faktor warna akan tampil lebih dulu (Winarno,
1997). Faktor warna tersebut akan menjadi pertimbangan pertama ketika memilih
suatu bahan. Warna merupakan daya tarik terbesar pada pangan atau non pangan
terhadap suatu produk (Dixit et al., 1995). Pewarna yang digunakan pada sediaan
sabun cuci piring pada penelitian ini adalah pewarna sintetik berbahan daun
Berdasarkan gambar 4.4, dapat dilihat bahwa tingkat kesukaan tertinggi dari
wuluh 5%) dengan nilai 4(suka). Perlakuan dengan penambahan ekstrak buah
belimbing wuluh sebesar 5%, 10%, dan 15% (F1, F2, dan F3) dari gambar 4.4
warna sediaan sabun yang cenderung menurun yaitu (4, 3, dan 2). Hal tersebut
27
menunjukkan bahwa penambahan ekstrak buah belimbing wuluh berpengaruh
buah belimbig wuluh maka semakin keruh atau pucat sediaan sabun yang
dihasilkan.
menunjukkan tingkat penerimaan panelis yang terbaik yaitu 4,08 (suka). Musfiroh
(2007) berpendapat bahwa bahan yang memiliki warna yang menarik akan
4.2.2. Aroma
kesukaan dari 25 panelis terhadap aroma sabun yaitu dengan nilai 4 (suka) yang
sebesar 5% dan F2 dengan penambahan ekstrak buah belimbing sebesar 10%. Hal
ini membuktikan bahwa penambahan ekstrak buah belimbing yang berbeda tidak
memberikan pengaruh yang besar terhadap aroma dari sediaan sabun cuci piring.
Aroma dapat diterima apabila bahan yang dihasilkan mempunyai aroma spesifik
(Apriliyanti, 2010).
Pada umumnya orang menyukai aroma yang harum termasuk aroma pada
sabun. Dalam banyak hal, aroma menjadi daya tarik tersendiri dalam menentukan
rasa enak dari produk makanan (Soekarto, 1985). Aroma merupakan salah satu
28
4.2.3. Tekstur
Tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati dengan mulut pada
waktu digigit, dikunyah, dan ditelan ataupun perabaan dengan jari (Kartika, et al.,
penerimaan 25 panelis terhadap tekstur sabun berada pada perlakuan F0, F1, dan
F3 (0%, 5%, dan 15%) dengan nilai 4 (suka). Hal tersebut membuktikan bahwa
cuci piring.
29
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
karakteristik mutu sabun cuci piring yang terbaik berada pada perlakuan F1
dengan penambahan ekstrak buah belimbing sebesar 5%. Dari analisis tersebut
5.2. Saran
Sabun cuci piring ekstrak buah belimbing wuluh dengan konsentrasi yang
berbeda perlu dilakukan pengujian lanjutan yang lebih spesifik seperti uji daya
bersih dan uji antibakteri. Serta perlunya inovasi baru terhadap buah belimbing
wuluh yang melimpah dan cepat mengalami kerusakan dikarenakan kadar air
30
DAFTAR PUSTAKA
Dixit, S. Pandey RC, Das M and Khanna SK. 1995. Food quality surveillance on
colours in eatables sold in rural market of Uttar Pradesh. Jurnal. Food Sci.
technol. 32:375-376.
Herlih. 1996. Pengaruh Air Perasan Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa blimbi L.)
Terhadap Kadar Kolesterol Serum Darah Tikus Putih. Skripsi, (Fakultas
Farmasi UGM Yogyakarta).
Mabrouk, S., 2005, Making Usable Quality and Transparant soap, Journal of
Chemical Educatio, vol 82 no 10.
Martin, A.J, Swarbrick, Cammarata, A., 1993. Buku Farmasi Fisik Edisi Ke-tiga.
Jilid 2, UI Press, Jakarta.
Marsipah. 2009. Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh
(Averrhoa blimbi Linn) Terhadap Kultur Aktif Staphylococcusaureus dan
Eschericia coli. Skripsi, (Unviersitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta).
Pino, J.A.R.M. and A.B., 2004. Volatile Components of Avverhoa blimbi L. Fruit
Grown in Cuba. Journal of Essential Oil Research : JEOR.
Piyalli g., et al. 1999. Detergency and Foam Studies on Linear Alkylbenzene
Sulphonate and Secondary Alkil Su;phonate. J. of Surfactan and Detergent.
2(4) : 489-493.
Spitz, L,. 1996. Soap and Detergent Theoretical and Practical Review. AOCS
Press. Champaign-Illinois.
31
Subhadrabandhu, S., 2001. Under Utilized Tropical Fruits of Thailand. Food and
Agriculture Organization of the United Nations Regional Office for Asia
and the Pacific.
32
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Pembuatan Sabun Cuci Piring Ekstrak Buah
Belimbinng Wuluh (Avverhoa blimbi) yang berbeda
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
pH Between Groups 9.394 3 3.131 835.000 .000
Within Groups .015 4 .004
Total 9.409 7
Kadar Air (%) Between Groups .726 3 .242 4.907 .079
Within Groups .197 4 .049
Total .923 7
Stabilitas Between Groups .687 3 .229 373.952 .000
Busa(%) Within Groups .002 4 .001
Total .690 7
pH
Duncan
Duncan
F3 2 80.0850
F2 2 80.2800 80.2800
F0 2 80.3900 80.3900
F1 2 80.9000
Stabilitas Busa(%)
Duncan
F3 2 .4000
F2 2 .6350
F1 2 .8300
F0 2 1.2000
a. Warna
Perlakuan
Panelis
F0 F1 F2 F3
1 4 5 3 2
2 2 2 3 3
3 2 2 3 3
4 4 1 4 2
5 5 4 2 2
6 4 3 2 1
7 4 3 2 3
8 4 5 4 3
9 4 5 3 2
10 4 5 3 2
11 5 4 3 2
12 4 4 4 2
13 5 5 3 1
14 5 5 3 1
15 2 3 4 5
16 5 5 3 4
17 4 5 3 1
18 5 5 3 1
19 3 3 3 3
20 4 4 3 3
21 5 4 3 4
22 1 5 2 1
23 4 5 3 1
24 4 5 3 5
25 4 5 5 2
Jumlah 97 102 77 59
Rata-
rata 4 4 3 2
Lampiran 4. Uji Organoleptik (Lanjutan...)
b. Aroma
Perlakuan
Panelis
F0 F1 F2 F3
1 4 4 4 3
2 2 2 3 3
3 1 2 3 4
4 2 2 4 3
5 4 3 4 4
6 2 2 3 2
7 4 3 4 3
8 3 5 4 3
9 3 5 3 2
10 4 4 5 3
11 5 4 4 4
12 2 2 2 5
13 4 4 3 2
14 4 5 4 4
15 2 4 5 3
16 2 3 5 4
17 5 2 4 4
18 5 5 4 2
19 3 4 4 4
20 4 3 3 3
21 5 4 3 3
22 1 5 5 1
23 5 5 3 2
24 3 4 2 5
25 3 5 4 5
Jumlah 82 91 92 81
Rata-
rata 3 4 4 3
Lampiran 4. Uji Organoleptik (Lanjutan...)
c. Tekstur
Perlakuan
Panelis
F0 F1 F2 F3
1 4 5 3 2
2 3 3 3 3
3 4 3 3 3
4 4 4 4 4
5 3 2 2 3
6 3 2 1 4
7 3 5 4 3
8 4 5 4 3
9 4 5 4 3
10 4 4 4 4
11 4 4 4 4
12 4 3 3 2
13 5 5 4 4
14 2 3 4 4
15 2 3 4 4
16 4 3 5 4
17 3 2 4 2
18 3 4 3 4
19 5 4 4 3
20 4 3 2 2
21 3 5 5 5
22 3 4 3 3
23 4 2 2 5
24 2 5 3 4
25 3 5 4 5
Jumlah 87 93 86 87
Rata-
rata 4 4 3 4
RIWAYAT HIDUP
menamatkan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2008 di SDN 117
Center, Desa Gunturu, Kec. Herlang, Kab. Bulukumba, Sulawesi Selatan. Dan
pada tahun 2011 penulis tamat di SMP 24 Bulukumba, dan dinyatakan LULUS di
tahun 2014. Pada tahun itu juga penulis melanjutkan pendidikan di Politeknik
melakukan praktek magang Kewirausahaan (KWU), dan pada tahun 2018, penulis