You are on page 1of 81

FORMULASI MINYAK ATSIRI (Essential Oil)

UNTUK PEMBUATAN PARFUM EAU DE TOILETTE PRIA

SKRIPSI

Oleh:
HUZARI BABA
1422060558

PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI D-IV


JURUSAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2018
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Huzari Baba

NIM : 1422060558

Program Studi : Agroindustri D-IV

Jurusan : Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan

Perguruan Tinggi : Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa dalam skripsi yang berjudul


‘’Formulasi Minyak Atsiri (Essential Oil) Untuk Pembuatan Parfum Eau De
Toilette Pria’’ ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh
gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.

Pangkep, 1 Agustus 2018


Yang menyatakan,

Huzari Baba
1422060558

iv
HUZARI BABA. 1422060558. Essential Oil Formulation For Making Eau De
Toilette Men’s Perfume. Guided by TASIR and NUR LAYLAH.

ABSTRACT

Essential oil (essential oil) is the result of secondary metabolism as a form


of self-defense of a plant that is volatile and has a distinctive aroma. Essential oil
is used as raw material in the manufacture of perfume. Perfume is a fragrance that
is widely used by women and men to provide comfort for himself. This study
aims to distill some plants that can be used to produce essential oils and used as
ingredients for perfume eau de toilette and organoleptic analysis of some eau de
toilette perfume formulas. The aroma or fragrance used in the research is the
natural scent of nutmeg oil, cananga oil, basil oil, pamelo oil (citrus pemelo oil),
vetiver oil (vetiver oil), cardamon oil, pepper oil (black papper oil), ginger oil,
patchouli oil, gaharu oil (agarwood oil,). While the synthetic seeds used are
vanilla oil (vanilla oil) and green tea oil (camellia oil). The data analysis was
performed using descriptive analysis based on the average value obtained from
each panelist. The result of organoleptic analysis with parameter of color, aroma,
freshness and intensity shows the value of 3.09, which means rather like. From the
5 perfume formulas tested, the best perfume formula is formula 5 with the value
of 4.19 and is a fragrance that lasts up to 12 hours and it is safe to use.

Keywords : Eau De Toilette, Essential Oils, Perfume.

v
HUZARI BABA. 1422060558. Formulasi Minyak Atsiri (Essential Oil) Untuk
Pembuatan Parfum Eau De Toilette Pria. Dibimbing oleh TASIR dan NUR
LAYLAH.

ABSTRAK

Minyak atsiri (Essential oil) merupakan hasil metabolisme sekunder


sebagai bentuk pertahanan diri suatu tanaman yang bersifat mudah menguap dan
memiliki aroma yang khas. Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam
pembuatan parfum. Parfum atau minyak wangi merupakan wewangian yang
banyak digunakan oleh kaum wanita maupun pria untuk memberikan kenyamanan
pada dirinya sendiri.
Penelitian ini bertujuan untuk mendestilasi beberapa tanaman yang dapat
digunakan untuk menghasilkan minyak atsiri dan digunakan sebagai bahan
pembuatan parfum eau de toilette pria serta analisis organoleptik beberapa
formula parfum eau de toilette pria. Aroma atau fragrance yang digunakan dalam
penelitian yaitu, bibit wangi alami yang digunkan yaitu minyak pala (nutmeg oil),
minyak kenanga (cananga oil), minyak kemangi (basil oil), minyak jeruk pamelo
(citrus pemelo oil), minyak akar wangi (vetiver oil), minyak kapolaga (cardamon
oil), minyak lada (black papper oil), minyak jahe (ginger oil), minyak nilam
(patchouli oil), minyak gaharu (agarwood oil). Sedangkan bibit wangi sintetik
yang digunakan adalah minyak vanili (vanili oil) dan minyak teh hijau (camellia
oil). Analisis data yang dilakukan menggunakan analisis deskriptif berdasarkan
nilai rata-rata yang diperoleh dari setiap panelis.
Hasil analisis organoleptik dengan parameter warna, aroma, kesegaran dan
intensitas, menunjukkan nilai 3.09 yang berarti agak suka. Dari 5 formula parfum
yang diujikan, formula parfum yang terbaik yaitu formula 5 dengan nilai 4.19 dan
merupakan wewangian yang tahan sampai 12 jam serta penggunaannya yang
aman.

Kata Kunci : Eau De Toilette, Minyak Atsiri, Parfum.

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih dalam penelitian
ini yaitu penyulingan tanaman, dengan judul ‘’Formulasi Minyak Atsiri (Essential
Oil) Untuk Pembuatan Parfum Eau De Toilette Pria yang dilaksanakan pada
Februari - April 2018.
Salam dan Shalawat senantiasa tercurah kepada Rasulullah Nabi
Muhammad S.A.W, beserta para keluarganya, para sahabat sahabatnya dan para
pengikutnya hingga akhir zaman. Karya ilmiah ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan pada Program Studi Agroindustri
Diploma IV, Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, Politeknik Pertanian
Negeri Pangkep.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sangat mendalam kepada Ibu
Sunniati dan Ayahanda Baba Umar (Alm) selaku orang tua yang sangat saya
banggakan dan cintai yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi serta
mendoakan kesuksesan anaknya. Ucapan terima kasih juga kepada Ir. Tasir, M.Si
dan Nur Laylah S.TP, M.Si, selaku pembimbing I dan II serta Dr. Ir. Supriyanto
selaku Kepala Laboratorium Natural Produk di SEAMEO BIOTROP sekaligus
pembimbing lapangan, Jonner Situmorang, M.Si selaku Asisten Laboratorium
Natural Produk, dan Iman selaku teknisi yang telah membantu proses destilasi
serta penyediaan bahan dan promaterial lainnya, atas bimbingan, saran, perbaikan,
dan masukan yang telah disampaikan demi kesempurnaan karya ilmiah ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bambang Sulistio, M.Si selaku
Manajer dan Fitri Junaedy, SEI selaku Asisten Manajer SEAMEO BIOTROP,
yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan magang sekaligus
penelitian. Ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dr. Ir. H. Darmawan, MP. Selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep
2. Zulfitriany Dwiyanti Mustaka, SP, MP, selaku Ketua Program Studi
Agroindustri

vii
3. Ir. Nurlaeli Fattah, M.Si, selaku Ketua Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil
Perikanan
4. Dr. A. Ridwan Makkulawu, ST.,M.Sc selaku Penguji I
5. Ir. Mursida, M.Si selaku Penguji II
6. Seluruh Staf Direktur di SEAMEO BIOTROP
7. Seluruh Dosen dan Teknisi Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan
Program Sudi Agroindustri
8. Sahabat dan kerabat lainnya yang telah memberikan dukungan penuh dan doa
dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat serta dapat memberikan kontribusi yang
nyata bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Pangkep, 1 Agustus 2018

Huzari Baba
1422060558

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI .................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................. iv

ABSTRACT .................................................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budidaya Tanaman Penghasil Minyak Atsiri .................................... 4
2.1.1 Akar Wangi (Vetiveria zizanoidest Stapt)................................ 5
2.1.2 Pala (Myristica fragrans Houtt) .............................................. 7
2.1.3 Kenanga (Cananga odorata) .................................................. 9
2.1.4 Kemangi (Ocimum basilicum) ................................................ 10
2.1.5 Jeruk Pamelo (Citrus maxima)................................................ 12
2.1.6 Vanili (Vanila planifolia Andrew) .......................................... 13

ix
2.1.7 Teh Hijau (Camellia sinensis) ................................................ 14
2.1.8 Lada (Piper albi Linn) ............................................................ 16
2.1.9 Kapulaga (Amomum compactum) ........................................... 17
2.1.10 Jahe (Zingiber officinale) ........................................................ 17
2.1.11 Nilam (Pogestemon cablin) .................................................... 18
2.1.12 Gaharu (Aquilaria malaccensis) ............................................. 19
2.2 Penyulingan (Destillation) ................................................................. 20
2.3 Etanol ................................................................................................. 23
2.4 Parfum ................................................................................................ 24
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 27
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................... 27
3.3 Prosedur Penelitian ............................................................................ 27
3.4 Rancangan Formulasi Parfum Eau De Toilette (EDT) Pria ............... 32
3.5 Parameter Pengamatan ....................................................................... 33
3.6 Analisis Data ...................................................................................... 35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Destilasi Bahan Minyak Atsiri ................................................. 36
4.2 Bahan Pembuatan Parfum .................................................................. 39
4.3 Formulasi Parfum ............................................................................... 42
4.4 Hasil Uji Organoleptik ....................................................................... 47
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 56
5.2 Saran .................................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 57
LAMPIRAN .................................................................................................... 61

x
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Tingkat Adaptasi Tanaman Akar Wangi ......................................... 6
Tabel 2.2 Persyaratan Mutu Minyak Akar Wangi ........................................... 7
Tabel 3.1 Cara Pertama Rancangan Formulasi Parfum EDT (F5)................... 32
Tabel 3.2 Cara Kedua Rancangan Formulasi Parfum EDT (F1-F4) ................ 32
Tabel 3.3 Pengujian Organoleptik.................................................................... 34
Tabel 4.1 Hasil Destilasi Bahan Minyak Atsiri ............................................... 36
Tabel 4.2 Uji Daya Tahan Wangi .................................................................... 53
Tabel 4.3 Uji Noda ........................................................................................... 54

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Tanaman Akar Wangi di SEAMEO BIOTROP ........................... 5
Gambar 2.2 Buah Pala...................................................................................... 8
Gambar 2.3 Bunga Kenanga dalam Pot di SEAMEO BIOTROP ................... 10
Gambar 2.4 Kemangi di SEAMEO BIOTROP................................................ 11
Gambar 2.5 Jeruk Pamelo di Padanglampe (Pangkep) .................................... 12
Gambar 2.6 Vanili ............................................................................................ 14
Gambar 2.7 Teh hijau ....................................................................................... 15
Gambar 2.8 Tanaman Lada .............................................................................. 16
Gambar 2.9 Tanaman Kapulaga....................................................................... 17
Gambar 2.10 Jahe ............................................................................................. 18
Gambar 2.11 Tanaman Nilam di SEAMEO BIOTROP .................................. 19
Gambar 2.12 Tanaman Gaharu di SEAMEO BIOTROP................................. 20
Gambar 2.13 Penyulingan dengan Air dan Uap (Sistem Kukus)..................... 21
Gambar 2.14 Penyulingan Uap Langsung ....................................................... 22
Gambar 2.15 Penyulingan Dengan Air (Sistem Rebus)................................... 23
Gambar 3.1 Alur Pembuatan Parfum Eau De Toilette Pria ............................. 28
Gambar 4.1 Klasifikasi Parfum ........................................................................ 43
Gambar 4.2 Komponen Penyusun Parfum ....................................................... 44
Gambar 4.3 Uji Organoleptik Warna Parfum Eau De Toilette Pria ................ 48
Gambar 4.4 Uji Organoleptik Aroma Parfum Eau De Toilette Pria ................ 49
Gambar 4.5 Uji Organoleptik Kesegaran Parfum Eau De Toilette Pria .......... 50
Gambar 4.6 Uji Organoleptik Intensitas Parfum Eau De Toilette Pria ............ 51
Gambar 4.7 Rekapitulasi Hasil Uji Organoleptik ............................................ 52

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Lembar Penilaian Organoleptik Parfum Eau De Toilette Pria .... 62
Lampiran 2. Hasil Uji Organoleptik Parfum Eau De Toilette Pria .................. 63
Lampiran 3. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian ..................... 66
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan ................................................................ 67
Lampiran 5. Riwayat Hidup Penulis ................................................................ 68

xiii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Minyak atsiri merupakan senyawa organik, hasil metabolisme sekunder
sebagai bentuk pertahanan diri suatu tanaman dan bersifat mudah menguap serta
memiliki aroma yang khas. Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku
pembentuk wewangian juga digunakan sebagai bahan baku obat dan aroma terapi
(Rusli, 2010). Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak
terbang merupakan bahan yang bersifat mudah menguap (volatile), mempunyai
rasa getir dan aroma mirip tanaman asalnya yang diambil dari bagian-bagian
tanaman seperti daun, buah, biji, bunga, akar, rimpang, kulit kayu, bahkan seluruh
bagian tanaman (Lutony dan Yeyet, 2002). Minyak atsiri selain dihasilkan oleh
tanaman, dapat juga sebagai bentuk dari hasil degradasi oleh enzim atau dibuat
secara sintetis (Rizal, 2009).
Saat ini, Indonesia menjadi salah satu pemasok bahan baku minyak atsiri di
dunia bahkan Indonesia mampu memasok 90% bahan baku minyak atsiri jenis
nilam yang biasa digunakan untuk membuat parfum (Kemenperin, 2009). Namun,
sumber bahan baku berlimpah itu belum dimaksimalkan oleh para pelaku industri
untuk mengelolah menjadi produk berupa parfum di Indonesia. Keterbatasan ilmu
dan pengetahuan yang dimiliki membuat Indonesia belum mampu mengelola
bahan baku tersebut sehingga sampai saat ini hanya mengimpor produk jadi
berupa parfum sebanyak US 19.9 juta (BPS, 2017).
Parfum berasal dari bahasa Latin ‘’per fume’’ artinya ‘’melalui asap’’. Parfum
mulai dikenal sejak 4000 tahun yang lalu pada zaman Mesopotamia. Pada saat itu,
parfum berupa dupa yang dibakar, digunakan sebagai bentuk ritual keagamaan.
Menurut buku Mendeleyev Dream – The Quest For Elements karya Paul Strathen,
ahli kimia bahwa pembuatan parfum pertama kali dilakukan oleh seorang wanita
Mesopotamia yang bernama Tapputi pada abad ke-2. Parfum dapat dibuat dari
penyulingan minyak bunga, minyak calamus dan sumber wewangian lain. Parfum
pertama ini disebut tablet runcing. Seorang ahli kimia Arab yang bernama Al-
Kindi menuliskan sebuah buku mengenai parfum original yang diberi nama Buku

1
Kimia dan Penyulingan Parfum (Book of the Chemistry of Perfume and
Distillations) buku ini dibuat pada abad ke-9, berisi lebih dari 100 resep minyak
wangi, salep, aromatik cair dan obat, hingga pada abad XVI, industri parfum telah
berkembang di kota Grasses (Perancis) dan sampai saat ini di juluki sebagai
ibukota wewangian dunia. Pakar parfum dari Firmenich dan Alina mengatakan
sejarah soal parfum dimulai di daerah Grasses dan telah mengembangkan
berbagai macam varian parfum yang dikenal seperti perfume, eau de parfume,
eau de toilette, dan eau de cologne.
Berdasarkan data yang ada (Trubus Info Kit, 2009), kebutuhan minyak atsiri
dunia akan terus meningkat 8-10%, ditambah dengan semakin meningkatnya
industri parfum. Indonesia termasuk gudang bahan baku minyak atsiri namun
dalam pemanfaatannya masih belum optimal, masih terdapat 40 komoditas yang
sangat potensial untuk dikembangkan (Aziz, 2009). Saat ini, bahan baku berupa
minyak atsiri yang dihasilkan Indonesia lebih banyak diekspor ke negara lain
(BPS, 2016), sehingga peneliti bermaksud untuk memproduksi minyak atsiri
dengan memanfaatkan berbagai macam tanaman yang banyak tumbuh di sekitar
SEAMEO BIOTROP serta digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan
parfum eau de toilette pria. Persentase volume minyak atsiri pada pembuatan
parfum eau de toilette pria tidak terlalu banyak hanya berkisar 10-20% konsentrat,
selain itu juga banyak diperjual belikan di pasaran. Sehingga peneliti tertarik
untuk melakukan percobaan pembuatan parfum eau de toilette pria dengan
memperhatikan pengklasifikasian parfum serta mempelajari aroma parfum yang
sudah dipasarkan seperti pada produk parfum Fendy Fen dan digunakan sebagai
perbandingan dalam memformulasikan beberapa aroma untuk membuat parfum
eau de toilette pria.

2
1.2. Rumusan Masalah
Indonesia kaya akan sumber daya alam, berbagai macam komoditas yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar dalam pembuatan parfum alami, namun
karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan sehingga dilakukan penelitian untuk
mengoptimalkan berbagai macam bahan baku yang ada menjadi produk jadi
berupa parfum eau de toilette pria. Hal ini akan diuraikan kedalam beberapa
rumusan masalah yaitu,
1. Bagaimana memanfaatkan tanaman di sekitar SEAMEO BIOTROP untuk
menghasilkan minyak atsiri dengan menggunakan alat destilator.
2. Bagaimana cara membuat formula parfum berbahan dasar alami.

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah :
1. Memformulasikan bahan-bahan minyak atsiri (essential oil) menjadi parfum
eau de toilette pria
2. Analisis organoleptik beberapa formula parfum eau de toilette pria.

1.4. Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari berbagai pihak,
antara lain:
1. Memberi informasi tentang potensi minyak atsiri untuk pembuatan parfum
alami.
2. Menambah wawasan bagi mahasiswa dalam memproduksi minyak atsiri dari
berbagai tanaman yang ada di sekitar SEAMEO BIOTROP serta
memformulasikan parfum alami yang aman dipakai dalam waktu yang lama.
3. Memberikan informasi tentang berbagai macam tanaman yang sangat
potensial untuk dikembangkan serta dijadikan sebagai bahan baku penghasil
minyak atsiri.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Budidaya Tanaman Penghasil Minyak Atsiri


Negara negara dunia sampai saat ini telah melakukan penelitian (riset) untuk
mengembangkan tanaman-tanaman penghasil minyak atsiri. Tanaman penghasil
minyak atsiri banyak tumbuh di daerah tropis maupun subtropis. Indonesia
termasuk negara dengan sumber bahan baku yang melimpah. Minyak atsiri atau
dikenal juga dengan minyak eteris atau minyak terbang merupakan hasil
metabolisme sekunder suatu tanaman yang mudah menguap dan memiliki aroma
wangi yang kas seperti tanaman asalnya. Minyak atsiri dihasilkan melalui proses
penyulingan dari berbagai macam tanaman sehingga memiliki komposisi yang
berbeda beda sesuai dengan sumber penghasilnya. Minyak atsiri bukan
merupakan senyawa kimia murni melainkan terdiri dari campuran senyawa yang
memiliki sifat fisika, kimia yang berbeda beda, umumnya minyak atsiri larut
dalam pelarut organik tetapi tidak larut dalam air dengan berbagai campuran
persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H),
Oksigen (O) serta beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur
Nitrogen (N) dan Belerang (S) (Guenther, 2006).
Pada tanaman aromatik minyak atsiri dikelilingi oleh kelenjar minyak,
pembuluh-pembuluh, kantung minyak atau rambut glanduler. Untuk mempercepat
proses difusi uap air kedalam jaringan tanaman dan mendesak minyak atsiri
keluar ke permukaan dilakukan proses perajangan atau pengecilan ukuran terlebih
dahulu sebelum bahan aromatik tersebut disuling (Guenther, 1987). Minyak atsiri
banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku industri parfum, kosmetika, industri
farmasi, industri makanan dan minuman. Dalam hal ini proses pembuatan parfum
eau de toilette pria menggunakan beberapa tanaman penghasil minyak atsiri yang
diuraikan dalam paragraf berikut ini.

4
2.1.1. Akar Wangi (Vetiveria zizanoides Stapt)
Akar wangi (Vetiveria zizanoides Stapt) termasuk famili Poaceae atau rumput
rumputan. Memiliki aroma yang sangat khas, tumbuh merumpun lebat, akar
serabut bercabang banyak berwarna coklat keputihan (Rizal et al, 2009). Di
Indonesia ada dua jenis akar wangi yang dikenal, yakni jenis berbunga dan tidak
berbunga, kadar dan mutu minyak atsiri yang dihasilkan oleh akar wangi yang
berbunga lebih rendah dibandingkan dengan jenis yang tidak berbunga (Rusli et
al, 2010). Tanaman akar wangi berasal dari India, Birma dan Srilangka. Namun
tidak diketahui secara pasti sejak kapan tanaman akar wangi dibudidayakan di
Indonesia, khususnya di daerah Garut, Jawa Barat (Gambar 2.1). Akar wangi
dapat beradaptasi pada berbagai kondisi lapangan (Tabel 2.1).

Gambar 2.1. Tanaman akar wangi di SEAMEO BIOTROP

5
Tabel 2.1. Tingkat adaptasi tanaman akar wangi
Kondisi/karakteristik Adaptasi
Tanah Tanah agak liat
Topografi Lokasi dengan kemiringan yang tinggi, dan dapat
menyimpan kelebihan air.
Nutrisi Dapat menyerap nutrisi terlarut seperti N dan P,
toleran terhadap Na, Mg, Al, dan Mn.
Kondisi tanah dan pH Tahan terhadap kadar garam tinggi, dapat bertahan di
pH 3.3-12.5
Logam berat Dapat menyerap logam berat terlarut dari air
berpolutan, seperti As, Cd, Cr, Ni, Pb, Hg, Sg dan Zn.
Dapat tumbuh di bawah naungan (shading). Toleran
Cahaya dan pada suhu -15oC. Akar berdormansi pada suhu 5oC.
temperatur Toleran pada kondisi kekeringan, banjir, dan
tergenang. Toleransi tingkat curah hujan 6.4-42.0 mm
Air tapi sekurang-kurangnya 225 mm.
Sumber: Truong et al. 2008

Minyak akar wangi (Vetiver oil)


Akar wangi adalah bagian dari jenis tanaman minyak yang dapat disuling dan
menghasilkan minyak atsiri serta menjadi salah satu minyak yang memiliki
permintaan pasar yang tinggi. Permintaan pasar dunia terhadap minyak yang
dikenal dengan vetiver oil ini diperkirakan 100 ton/tahun. Negara eksportir vetiver
oil utama untuk pasar dunia adalah Haiti. Kebutuhan minyak akar wangi dunia
mencapai 300 ton per tahun (Al Hanief et al. 2013), Indonesia berperan dalam
memenuhi permintaan pasar sebanyak 20–30 ton/tahun (Rusli, 2010). Kebutuhan
minyak akar wangi masih sangat terbuka lebar untuk dikembangkan di Indonesia.
Oleh karena itu, budidaya tanaman akar wangi perlu ditingkatkan, nilai ekonomis
tanaman akar wangi terletak pada akarnya yaitu sebagai bahan baku penghasil
minyak atsiri. Kualitas dan kuantitas minyak akar wangi tergantung dari keadaan
tanaman akar wangi dan cara petani dalam membudidayakannya. Sentra produksi
vetiver oil sekitar 89% hanya berada di Garut (Jariyah dan Supangat, 2008).

6
Minyak akar wangi (vetiver oil) diperoleh dari hasil penyulingan untuk
memisahkan zat zat bertitik didih tinggi dari zat zat yang tidak dapat menguap
(Sani, 2011). Proses produksi akar wangi dilakukan dengan penyulingan uap pada
tekanan bertingkat 1–3 atm selama 8–9 jam. Rendemen rata rata minyak akar
wangi 1,5–2 %, mutu minyak akar wangi tidak hanya bergantung pada umur akar,
tetapi juga tergantung dari lamanya penyulingan, bau gosong yang ditimbulkan
karena penyulingan yang cepat akan menurunkan mutu dan harga minyak akar
wangi (DAI, 2009). Minyak akar wangi mempunyai bau yang menyenangkan,
keras, tahan lama, serta berfungsi sebagai pengikat bau (fixative). Persyaratan
mutu minyak akar wangi untuk pasar dunia dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Persyaratan mutu minyak akar wangi


No Jenis uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan:
1.2 Warna - Kuning muda-coklat kemerahan
1.5.Bau - Khas akar wangi
2 Bobot jenis 20oC/20oC - 0.980-1.003
3 Indeks bias pada 20oC - 1.520-1.530
4 Kelarutan dalam etanol 95% - 1:1 jernih, seterusnya jernih
5 Bilangan asam - 10-35
6 Bilangan ester - 5-26
7 Bilangan ester setelah - 100-150
asetilasi
8 Vetiverol total % Minimun 50
Sumber: SNI 06-2386-2006

2.1.2. Pala (Myristica fragrans Houtt)


Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan salah satu komoditi pertanian
yang memiliki nilai ekonomis tinggi (Deptan, 1986). Sama seperti nilam,
Indonesia merupakan produsen utama minyak atsiri pala (nutmeg oil) di pasar
minyak atsiri dunia dengan komponen utamanya myristicin (8,19%). Miristisin
adalah senyawa aktif pada minyak pala yang berefek menenangkan jika

7
dikonsumsi (Trubus Info Kit, 2009). Permintaan pasar dunia untuk minyak pala
sekitar 250 ton/tahun. Sementara itu, volume ekspor minyak atsiri pala dari
Indonesia sudah mencapai 200 ton/tahun (Rusli, 2010).
Buah pala (Myristica fragrans) merupakan tanaman tropis yang tumbuh
optimun di ketinggian maksimum 700 mdpl. Tanaman ini tumbuh tegak dengan
tinggi 10-15 meter sebaiknya ditanam pada lahan yang gembur dengan pH tanah
5,5-6,5. Buah pala berwarna hijau kekuningan, berbentuk bulat hingga lonjong,
ketika masak akan terbelah dua. Berdasarkan jenisnya biji bejo (umur 3bulan)
memiliki kandungan minyak yang paling tinggi sekitar 15% dibanding jenis biji
lainnya. Buah pala memiliki beberapa urutan diantaranya yaitu, kulit buah,
daging, fuli, kulit biji, dan biji. Buah, biji, dan fuli pala inilah yang dapat
digunakan sebagai bahan baku minyak atsiri (Gambar 2.2).

Gambar 2.2. Buah pala

Tanaman pala dapat dipanen mulai umur 3–5 tahun. Produksi akan terus
meningkat hingga umur 25 tahun yang merupakan produksi tertinggi. Setelah
buah pala mulai merekah menunjukkan bahwa buah tersebut sudah tua sehingga
sudah dapat dilakukan pemanenan. Pengeringan dilakukan pada daging buah yang
sudah dipisahkan dengan bijinya hingga kadar air mencapai 10-12%, sehingga
dapat menghasilkan minyak atsiri yang berkualitas. Setelah biji pala dan daging
buah terpisah selanjutnya biji dan fuli dipisahkan lalu keringkan di bawah sinar

8
matahari. Kadar air biji pala kering minimal 14%. Hancurkan biji dan fuli kering
di dalam mesin penggiling lalu bahan tersebut siap disuling (Rusli, 2010).

Manfaat buah pala


Buah pala telah digunakan sejak zaman dahulu sebagai obat untuk berbagai
penyakit. Pala merupakan salah satu tanaman rempah yang sangat populer di
dunia karena mengandung beberapa senyawa aktif yang memberi banyak manfaat
bagi kesehatan, termasuk kemampuan untuk menghilangkan rasa sakit,
menenangkan pencernaan, mendetoksifikasi tubuh, meningkatkan kesehatan kulit,
mengurangi insomnia, meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan
sirkulasi darah. Selain itu, pala banyak dimanfaatkan untuk menghasilkan minyak
atsiri terutama karena kandungan nutrisi seperti vitamin, mineral, dan senyawa
organik lainnya yang terkait dengan minyak esensial. Minyak pala banyak
dijadikan sebagai bahan baku dalam industri parfum, sabun, obat-obatan dan
sebagainya (Deptan, 1986).

2.1.3. Kenanga (Cananga odorata)


Tanaman kenanga (Cananga odorata) berupa tanaman perdu, berbatang besar
dengan tinggi mencapai 10–20 meter. Kenanga merupakan jenis tumbuhan liar
yang dapat tumbuh dengan baik di tanah yang memiliki drainase dan tidak
berbatu, tumbuh optimun di lahan dengan ketinggian 300 – 500 meter dpl. Bunga
muncul di batang pohon atau ranting bagian atas dengan susunan majemuk
muncul pada saat tanaman berumur empat tahun (Gambar 2.3). Bunganya banyak
dimanfaatkan untuk menghasilkan minyak atsiri (Pujiarti et al, 2015). Pemanenan
bunga dilakukan ketika bunga telah mekar sempurna dan berwarna kuning tua.
Sebelum di suling, pisahkan bunga dari tangkai dan daunnya. Bunga segar
tersebut harus segera disuling sebelum layu, berbeda dengan bahan baku lain yang
harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum disuling. Penyulingan bunga kenanga
dapat menghasilkan rendemen minyak atsiri sebesar 0.43 % (Pujiarti et al, 2015).
Minyak atsiri yang berasal dari bunga kenanga dikenal dengan nama cananga oil.

9
Manfaat kenanga
Minyak atsiri kenanga (cananga oil) digunakan untuk pengobatan tradisional
yang ampuh dengan berbagai ragam khasiatnya mampu mengobati batuk serta
memperbaiki masalah kecantikan. Kandungan kimia yang dimiliki minyak
kenanga sangat kompleks dan sebagian besar komponen kimia minyak ylang-
ylang juga terdapat pada minyak kenanga. Minyak kenanga banyak mengandung
senyawa-senyawa bioaktif seperti sesquiterpen contoh: caryo phyllene yang dapat
digunakan sebagai bahan obat yang memberi manfaat bagi kesehatan (Pujiarti et
al, 2015). Hal ini juga dikatakan George et al, (2008) bahwa, minyak kenanga
digunakan dalam industri farmasi untuk pembuatan obat-obatan, industri
kosmetik, bahan pewangi dan sebagai campuran pada bahan makanan.

Gambar 2.3. Bunga Kenanga dalam Pot di SEAMEO BIOTROP

2.1.4. Kemangi (Ocimum basilicum)


Kemangi (Ocimum basilicum) merupakan tanaman spesies basil yang terbesar
di seluruh dunia, baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk produksi minyak
esensial. Tanaman kemangi termasuk tanaman perdu yang mudah tumbuh dan
juga mudah perawatannya, banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia.
Rata-rata tinggi tanaman antara 60–70 cm dari permukaan tanah. Batang kemangi
berbentuk bulat, berbulu dan berwarna hijau, memiliki bunga yang bergerombol
serta daun yang sangat rimbun, selain bunga juga memiliki biji dengan ukuran 0,1

10
mm (Gambar 2.4). Kemangi memiliki kemampuan beradaptasi yang baik di
berbagai topografi sehingga memudahkan dalam pembudidayaan. Kemangi
merupakan salah satu spesies yang menarik kerena aroma yang khas dengan
kandungan sitral yang tinggi pada daun dan bunganya serta banyak dimanfaatkan
sebagai tanaman obat tradisional di Indonesia (Umar, 2011). Dalam industri,
minyak kemangi dikenal dengan nama basil oil, umumnya minyak dari tanaman
ini digunakan sebagai bahan penyedap pada makanan dan minuman, serta juga
digunakan oleh industri parfum dan farmasi.

Gambar 2.4. Kemangi di SEAMEO BIOTROP

Manfaat kemangi
Kemangi merupakan tanamaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sayuran,
obat, pestisida nabati, penghasil minyak atsiri, dan sebagai minuman penyegar.
Daun kemangi memiliki kandungan minyak atsiri utama yaitu, sitrat, sineol, zat
flavonoid, eugenol, betakarotin, limonene, methyl cinnamate, linalol dan lain-lain
(Wordprees, 2016). Senyawa yang terkandung pada daun kemangi berfungsi
sebagai anti bakteri serta mampu melawan radikal bebas karena daun kemangi
memiliki antioksidan yang baik (Larasati dan Ety, 2016). Antioksidan daun
kemangi berupa flavonoid dan juga eugenol yang mampu mencegah pertumbuhan
bakteri, virus dan jamur.

11
2.1.5. Jeruk Pamelo (Citrus maxima)
Jeruk besar atau pamelo (Citrus maxima) merupakan tanaman holtikultura
berbatang besar yang mempunyai kelebihan dibanding jeruk pamelo lain, rasanya
spesifik, manis berair, daging buah merah jambu, tekstur daging sedang, beraroma
lembut serta mempunyai daya simpan yang lama. Jeruk pamelo dibudidayakan
pada lahan kebun serta dijadikan juga sebagai tanaman pekarangan dan dijadikan
sebagai salah satu sumber penghasilan bagi para petani, karena rasa asem
manisnya dan bentuknya yang besar membuat orang tertarik untuk membelinya,
sehingga petanipun mulai mengembangkan jeruk pamelo sebagai salah satu
usahatani komersial. Tanaman ini banyak dijumpai di daerah Kabupaten Pangkep
khususnya Kec. Segeri, Ma’rang dan Labakkang, tinggi tanaman rata-rata 3-4
meter di atas permukaan tanah (Gambar 2.5). Selain itu, jeruk pamelo pangkep
termasuk jenis tanaman yang mampu beradaptasi dengan baik pada daerah kering
dan relatif tahan penyakit. Jeruk pamelo memiliki kandungan senyawa kimia aktif
berupa limonen, geraniol, linalol, a-pinen, mirsen, geranil asetat, dan a-terpineol.

Gambar 2.5. Jeruk Pamelo di Padanglampe (Pangkep)

Manfaat jeruk pamelo


Selain untuk konsumsi, jeruk pamelo juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku untuk memproduksi minyak atsiri seperti di negara Vietnam, bunga jeruk
diolah menjadi parfum karena keharuman bunganya (Astawan, 2013). Selain itu

12
jeruk pamelo memiliki kandungan senyawa limonen sehingga dapat
memperlancar peredaran darah serta meringankan rasa sakit akibat radang
tenggorokan dan batuk, mempunyai banyak manfaat salah satunya bagi industri
parfum. Minyak atsiri dari buah jeruk pamelo memberikan aroma yang sangat
baik sehingga sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan dasar dalam
pembuatan parfum. Senyawa yang dikandung jeruk pamelo dapat menurunkan
kolesterol secara tajam, sehingga dapat memperkecil resiko kanker, stroke, serta
penyakit jantung karena mengandung pektin selain itu juga memiliki kandungan
likopen cukup tinggi, yaitu 350 mikrogram per 100 gram daging buah, sehingga
dapat berperan sebagai antioksidan yang kuat.

2.1.6. Vanili (Vanila planifolia Andrew)


Tanaman vanili (Vanila planifolia Andrew) adalah tanaman yang berasal dari
daerah beriklim tropis seperti Amerika, India, Afrika Selatan, dan Mexico.
Tergolong jenis anggrek dan masuk ke Indonesia sekitar tahun 1819. Panili
dibawa oleh seorang ahli botani bernama Marchal, membawa bibit tanaman vanili
ini dari kebun Botani Antwerpen Belanda dan di tanam pertama kali di Kebun
Raya Bogor (Indonesia) (Henuhili, 2004). Di pasaran dunia, panili Indonesia terus
laris karena kadar valinenya cukup tinggi (2,75%) sehingga menyebabkan aroma
wangi. Tanaman ini tumbuh di tanah yang subur dan gembur dengan lapisan
humus tinggi pada ketinggian lahan 400–700 mdpl, suhu optimum 200C dengan
kelembapan udara 70–80%, curah hujan 1500–2000 mm/thn dan kemiringan
tanah sebaiknya maksimal 3–7% dengan pH 6–7%. Tanaman ini menghasilkan
bunga seperti anggrek yang indah berwarna kuning. Setelah berbunga, polong
panjang muncul yang juga disebut kacang karena memiliki bentuk seperti kacang
panjang (Gemaperta, 2015) (Gambar 2.6).

13
Gambar 2.6. Vanili

Manfaat vanili
Vanili lebih banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembentuk aroma pada
industri pangan dan non pangan. Didalam industri pangan vanila digunakan
sebagai flavoring pada produk makanan dan minuman, sedangkan pada industri
non pangan digunakan sebagai pemberi aroma atau wewangian dan juga dijadikan
sebagai zat antimikroba. Pada penerapanya, tanaman vanili disuling untuk
menghasilkan minyak atsiri yang dijadikan sebagai aroma terapi serta digunakan
sebagai pengharum ruangan agar rumah terkesan hangat. Vanili mengandung
antioksidan yang tinggi sehingga sangat baik untuk mencegah efek buruk radikal
bebas yang akan menyerang tubuh (Aryanto, 2016).

2.1.7. Teh Hijau (Camellia sinensis)


Teh hijau (Camellia sinencis) termasuk tanaman hijau yang secara taksonomi
diklasifikasikan sebagai spesies Camelia sinensis dan termasuk familiy Theaceae,
(Gambar 2.7). Teh hijau telah banyak tumbuh di benua Asia yang beriklim tropis
hingga daerah yang beriklim sedang. Daun teh mengandung kafein, polifenol, dan
berbagai macam senyawa kimia lainnya yang dapat memberi manfaat bagi
kesehatan manusia. Komoditas teh mempunyai peran yang cukup penting dalam
kegiatan perekonomian Indonesia, pada tahun 2013 produksi teh sebesar 152.700
ton per tahun (Balai Penelitian Tanaman Industi dan Penyegar, 2014).

14
Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Tenggara dengan kandungan
polifenol yang tinggi (30–40%) dibandingkan dengan teh hitam yang
mengandung polifenol (3-10%), sehingga teh hijau banyak dijadikan sebagai
bahan baku pembuatan obat tradisional (herbal medicine) (Zowail et al. 2009).
Komposisi kimia daun teh segar (dalam % berat kering) yaitu serat kasar,
selulosa, lignin 22%; protein dan asam amino 23%; lemak 8%; polifenol 30%;
kefein 4%; pektin 4% (Sundari, 2009).

Gambar 2.7. Teh hijau


Manfaat teh hijau
Tanaman ini diyakini mengandung bahan antioksidan yang relatif aman dan
telah banyak digunakan oleh masyarakat sebagai tanaman herbal secara turung
temurun (Devasagayam et al, 2004), selain itu juga baik digunakan sebagai
pemberi aroma atau wewangian yang di manfaatkan sebagai bahan baku dalam
pembuatan parfum karena memiliki kesan aroma yang menyegarkan. Minyak
atsiri dari teh hijau (camellia oil) dapat digunakan sebagai aromaterapi untuk
memperbaiki sistem peredaran darah, membantu mengeluarkan dahak, dan
membersihkan paru-paru serta mampu memperlambat proses penuaan. Dengan
berbagai kandungan jenis polifenol yang dimiliki juga berfungsi untuk
menangkap radikal bebas sehingga dapat menghambat terjadinya kerusakan pada
membran sel (Chaturvedula dan Prakash, 2011).

15
2.1.8. Lada (Piper albi Linn)
Lada atau Merica (Piper albi linn) merupakan tanaman yang kaya akan
kandungan kimia, seperti minyak lada, minyak lemak dan juga minyak pati. Lada
bersifat sedikit pahit, pedas, hangat dan antipirek. Tanaman ini di ekspor
Indonesia ke negara lain karena merupakan salah satu komoditas yang di
perdagangkan dunia. Lada merupakan tanaman tahunan yang menjalar, batangnya
berbuku, tinggi tanaman dapat mencapai 10 meter (Gambar 2.8). Tanaman lada
tumbuh baik pada ketinggian 700 mdpl dan dapat tumbuh pada semua jenis tanah,
terutama tanah berpasir dan gembur dengan unsur hara yang cukup. Umumnya
tanaman lada diperbanyak secara vegetatif (Manurung, 2013).
Manfaat lada dalam rumah tangga yaitu dijadikan sebagai bumbu penyedap
rasa pada makanan yang mengandung senyawa alkoloid piperin, juga memberi
manfaat pada kesehatan karena dapat melonggarkan saluran pernapasan dan
melancarkan aliran darah di sekitar kepala.

Gambar 2.8. Tanaman lada

16
2.1.9. Kapulaga (Amomum compactum)
Kapulaga merupakan salah satu tanaman rempah yang dihasilkan oleh
Indonesia dan juga salah satu komoditas ekspor yang diperjual belikan dalam
bentuk minyak atsiri maupun buah kering. Kapulaga termasuk tanaman perdu
tahunan dengan tinggi 1,5 m, berbatang semu, buahnya berbentuk bulat dan
membentuk anakan berwarna hijau (Gambar 2.9). Tumbuh pada ketinggian 200-
1.000 mdpl (Acandra, 2010).
Biji kapulaga mengandung minyak atsiri sebesar 3-7% yang terdiri atas
sineol, borneol, dan terpineol (Agoes, 2010). Kapulaga memiliki sifat dan aroma
yang khas, selain digunakan sebagai penyedap masakan juga dimanfaatkan
sebagai bahan baku penghasil minyak atsiri yang dapat digunakan sebagai bahan
aromatik, menghilangkan bau mulut, mengobati batuk, masuk angin,
meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan lain-lain (Kusumaningrum, 2014).

Gambar 2.9. Tanaman kapulaga

2.1.10. Jahe (Zingiber officinale)


Jahe merupakan salah satu jenis tanaman obat yang termasuk dalam keluarga
tumbuhan berbunga. Secara umum terdapat dua jenis jahe yaitu jahe merah dan
jahe putih. Tinggi tanaman 30 cm sampai 1 m, tumbuh tegak dan tidak bercabang.
Tanaman jahe membentuk rimpang, berkulit tebal yang membungkus daging

17
rimpang serta kulitnya mudah dikelupas (Gambar 2.10). Jahe dapat ditanam pada
suhu 20-350C serta unsur hara tanah yang cukup (Agroteknologi, 2017).
Jahe memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai bumbu, obat,
dan sebagai bahan baku minyak atsiri. Jahe banyak dimanfaatkan sebagai obat
anti-inflamasi, obat nyeri sendi dan otot, mengobati sakit kepala, obat batuk, serta
mencegah penyakit kanker (Ana, 2017).

Gambar 2.10. Jahe

2.1.11. Nilam (Pogestemon cablin)


Nilam (Pogestemon cablin) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak
atsiri yang dikenal sebagai minyak nilam. Tinggi tanaman mencapai satu m
dengan batang berkayu, serta dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0-1.200
mdpl. Tanaman nilam membutuhkan tanah yang subur dan gembur dengan pH
5,5-7 serta drainase yang baik dan dapat diperbanyak dengan cara stek batang
(Gambar 2.11). Tanaman nilam banyak dijadikan sebagai bahan baku penghasil
minyak atsiri yang memiliki manfaat untuk penyembuhan fisik dan mental serta
memiliki sifat fiksatif yaitu dapat mengikat aroma minyak atsiri lainnya
(Agroindustri, 2017).

18
Gambar 2.11. Tanaman nilam di SEAMEO BIOTROP

2.1.12. Gaharu (Aquilaria malaccensis)


Gaharu merupakan salah satu jenis pohon yang memiliki nilai ekonomis yang
sangat tinggi. Terutama dalam industri parfum. Gaharu merupakan jenis
pepohonan yang besar dan lebak tinggi mencapai hingga 40 meter dengan
diameter dapat mencapai 60 cm. Banyak tumbuh didataran asia seperti Indonesia,
China, dan Jepang (Gambar 2.12). Gaharu banyak dijadikan sebagai bahan baku
penghasil minyak atsiri, namun harus diinfeksi terlebih dahulu oleh parasit dari
kelompok Ascomycetes (Phaeoacremonium parasitica) (Puputpurwanti, 2017).
Gubal gaharu merupakan suatu substansi aromatik berwarna coklat muda,
cokelat tua dan coklat kehitaman sebagai respon pertahanan diri terhadap
serangan pathogen. Gubal gaharu inilah yang dimanfaatkan industri parfum,
kosmetik dan lain-lain dengan cara destilasi untuk mendapatkan minyak atsiri
berupa minyak gaharu atau agarwood oil. Kandungan zat yang paling penting
pada daun gaharu yaitu, alkaloid sebagai antibiotik, tannin sebagai antiseptik,
flavonoid sebagai antiinflamasi, fenolik sebagai pigmentasi tanaman. Daun gaharu
dimanfaatkan sebagai pengobatan herbal yang mampu menyembuhkan berbagai
penyakit kronis, seperti diabetes, stroke, asam urat, masalah ginjal, kanker prostat,
asma, dan lain-lain (Ana, 2017).

19
Gambar 2.12. Tanaman gaharu di SEAMEO BIOTROP

2.2. Penyulingan (Destillation)


Penyulingan merupakan proses penguapan bahan aktif berdasarkan titik uap
atau perbedaan kecepatan menguap (volatilitas) suatu bahan. Bahan aktif yang
dimiliki dari berbagai macam bahan dapat ditarik dengan cara penguapan pada
suhu tertentu sehingga terbentuk suatu cairan yang kemudian terdiri dari dua fase
yang saling memisahkan sesuai dengan berat jenisnya. Titik didih adalah nilai
suhu pada atmosfir atau pada tekanan lainnya. Fase cair akan berubah menjadi
fase uap atau suhu pada saat tekanan uap dari cairan tersebut sama dan tekanan
gas atau uap yang berada disekitarnya (Hackh dan Guenther, 1987). Metode
penyulingan menggunakan alat berupa ketel suling sebaiknya terbuat dari
stainless untuk menghindari terjadinya korosi ataupun terbuat dari bahan kaca
(glassware), sehingga diperoleh minyak atsiri yang berkualitas tinggi (Rusli,
2010).
Ada beberapa metode penyulingan yang dapat dilakukan untuk menghasilkan
minyak atsiri yang biasa digunakan oleh industri penyulingan diantaranya,
penyulingan dengan air dan uap (water and steam distillation), penyulingan
dengan uap langsung (steam distillation), dan sistem penyulingan dengan air
(water distillation).

20
2.2.1. Penyulingan dengan Air dan Uap (water and steam distillation)
Penyulingan ini juga biasa disebut dengan sistem kukus yang dilakukan
dengan cara memanaskan bahan baku menggunakan uap hasil pemanasan, dimana
air dalam ketel suling berada di bawah saringan sampai batas tertentu serta bahan
diletakkan di atas rak-rak atau saringan untuk memudahkan uap air menembus
hingga memasuki ruang penempatan bahan baku dan membawa senyawa atau
bahan aktif menuju kondensor melalui pipa penghubung kemudian terkondensasi
dan mengeluarkan dua fase cair yaitu hydrosol dan minyak atsiri. Ke-2 fase
tersebut memisahkan diri sesuai berat jenisnya. Teknik ini digunakan untuk
menyuling minyak atsiri yang berasal dari bahan baku daun, tangkai bunga, dan
rimpang. Sebelum bahan disuling, sebaiknya mamperhatikan sifat sifat bahan, jika
perlu bahan tersebut dikeringkan dan di potong-potong terlebih dahulu untuk
memudahkan proses penguapan bahan aktif (Rusli, 2010). Pada penelitian ini alat
penyulingan menggunakan sistem kukus (Gambar 2.13).

Gambar 2.13. Penyulingan dengan air dan uap (Sistem kukus)

21
2.2.2. Penyulingan Uap Langsung (Destillation steam)
Sistem penyulingan menggunakan uap langsung biasanya digunakan untuk
menyuling bahan baku minyak atsiri yang berasal dari bagian tanaman seperti
kayu dan biji bijian, yang keras. Pada sistem ini, ketel suling tidak diisi dengan air
bersama bahan baku, uap yang digunakan adalah uap jenuh atau uap yang sangat
panas pada tekanan lebih dari 1 atmosfir yang dihasilkan dari ketel uap (boiler)
yang diletakkan secara terpisah dan kemudian dialirkan ke dalam tumpukan bahan
baku melalui pipa penghubung (Guenther, 1987). Ketika boiler dipanaskan, air
dalam boiler akan mendidih sehingga uap air akan mengalir ke tangki bahan baku.
Uap air ini akan menembus sel sel bahan dan membawa uap minyak atsiri menuju
kondensor sampai fase perubahan wujud dari gas menjadi cair dan terpisah sesuai
dengan berat jenisnya (Rusli, 2010) (Gambar 2.14).

Gambar 2.14. Penyuligan uap langsung

2.2.3. Penyulingan dengan Air (water distillation)


Sistem penyulingan dengan air dapat dikatakan sederhana dibandingkan
dengan sistem lainnya. Pada sistem ini bahan baku yang akan disuling kontak
lansung dengan air yang dipanaskan secara bersamaan. Proses pengisian bahan
baku sebaiknya memperhatikan kapasitas ketel suling dimana bahan yang
dimasukkan sebanyak 3 per 2 dari kapasitas volume ketel suling sehingga

22
memberi ruang kosong di dalamnya. Perbandingan berat air dengan bahan baku di
dalam ketel suling sebesar 3:1 (g/g) (Rusli, 2010). Setelah bahan dan air
dimasukkan, ketel suling di panaskan hingga uap air dan uap minyak atsiri
mengalir melalui pipa menuju kondensor dan terjadi proses kondensasi,
perubahan dari zat gas menjadi zat cair dan ditampung pada separasi dan akan
terpisah dengan sendirinya sesuai berat jenisnya masing-masing (Gambar 2.15).

Gambar 2.15. Penyulingan dengan air (Sistem rebus)

2.3. Etanol (Alkohol)


Etanol dalam ilmu kimia disebut Etyl alkohol merupakan suatu golongan
senyawa organik yang mengandung unsur C, H, dan O. Etanol memiliki
karakteristik berupa zat cair yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna,
serta dapat bercampur dengan air dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol digunakan
sebagai salah satu pelarut untuk zat organik maupun anorganik serta dijadikan
sebagai pembersih.
Menurut Endah et al (2007), Pembuatan etanol dalam industri ada 2 macam
yaitu, (1) non fermentasi (synthetic), suatu proses yang tidak menggunakan atau
melibatkan enzim atau jasad renik, (2) cara fermentasi, merupakan proses
metabolisme dimana terdapat aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroba

23
sehingga terjadi perubahan kimia dalam substrat atau bahan organik. Hal ini telah
dilakukan di SEAMEO BIOTROP untuk menghasilkan etanol dengan cara
fermentasi. Proses ini melibatkan enzim yang berfungsi sebagai katalis untuk
mempercepat proses reaksi kimia dalam substrak yang disebut melokul awal
menjadi melokul lain. Bahan baku yang digunakan untuk menunjang proses
fermentasi diantaranya yaitu, nira, (NH2)2CO (urea), fosfor, ragi atau fermipan.
Lama waktu yang digunakan selama fermentasi hingga mencapai tingkat ke
optimalan yaitu minimal 48 jam. Semakin banyak substrak semakin banyak pula
kebutuhan nutrisi didalamnya sehingga membuat pertumbuhan mikroba semakin
cepat dan lebih baik (Supriyanto et al, 2009).
Nira yang digunakan adalah nira hasil perasan dari batang sorgum yang telah
dipanen di kebun Biotrop, Kadar gula batang sorgum mempengaruhi rendemen
alkohol, semakin tinggi kadar gula batang sorgum, maka semakin tinggi rendemen
yang dihasilkan. Setelah proses fermentasi berlangsung, dilakukan penyulingan
untuk menguapkan etanol yang bercampur dengan air pada suhu 600 C selama 3-4
jam dihasilkan volume 124 mililiter (ml) dengan kadar alkohol 79%. Semakin
tinggi suhu semakin tinggi pula volume yang dihasilkan namun kadar alkoholnya
semakin rendah begitupun dengan sebaliknya.
Menurut Supriyanto (2009), etanol menguap pada suhu 50–60, diatas itu akan
memberi peluang bagi elemen lain untuk ikut menguap sehingga akan
mempengaruhi kadar etanol yang dihasilkan. Kadar alkohol yang rendah dapat
ditingkatkan dengan menggunakan rotari evaporasi vakum sehingga dapat
mencapai tingkat kemurnian yang lebih tinggi.

2.4. Parfum
Parfum digunakan untuk memberi keharuman pada badan yang merupakan
campuran dari beberapa aroma (fragrance) yang dilarutkan dalam pelarut yang
sesuai, konsep parfum dapat menggambarkan personalitas seseorang. Zat pewangi
dapat berasal dari minyak atsiri, natural maupun sintetis. Minyak atsiri baik yang
alami maupun sintetis mengandung konsentrat tinggi sehingga diperlukan pelarut
dalam pembuatan minyak wangi atau parfum sehinga tercapai tingkat homogen

24
yang sempurna dari beberapa zat yang dikombinasikan, dan juga membantu
proses penguapan minyak atsiri ke udara sehingga zat wangi mudah tercium.
Sejauh ini pelarut yang digunakan untuk pengenceran minyak parfum adalah
etanol yang dianggap lebih aman daripada pelarut lainnya. Persentase volume
konsentrat dalam minyak parfum adalah sebagai berikut:
a. Eau de cologne (EDC): 2-5% senyawa aromatik
b. Eau de toilatte (EDT): 10-20% senyawa aromatik
c. Eau de parfum (EDP): 20-30% senyawa aromatik
d. Parfum (P): 80-95% senyawa aromatik

Ubaidillah (2007), membagi kualitas bahan dasar parfum berdasarkan daya


menguap bahan (volatilitas):
a. Tinggi (top notes) sangat mudah menguap, pada skala 1-14,
Top notes merupakan aroma pembuka yang muncul pertama kali setelah
aplikasi. Secara umum aroma awal ini ringan, lembut dan mudah menguap.
Pada tingkatan ini biasanya diperkaya dengan aroma kesegaran seperti,
segarnya aroma citrus, lada, ketumbar dan lain lain.
b. Menengah (middle notes) tidak terlalu mudah menguap, skala 15-60,
Middle notes merupakan aroma tengah atau lapisan ke-2 yang mulai muncul
setelah aplikasi. Lapisan ini bertugas untuk menutupi kesan pertama serta
memperkaya base note dan juga merupakan bagian inti aroma biasanya
menentukan karakter parfum dan kelompok wewangiannya. Not not yang
menempati lapisan ini biasanya berupa not bunga-bungaan, rempah atau
green.
c. Dasar (basic notes) sukar menguap, skala 60-100.
Base note merupakan aroma dasar yang muncul setelah beberapa menit
aplikasi dan juga sebagai penguat parfum dan bersama middle note
membentuk tema utama sebuah parfum. Not dasar ini biasanya tersusun dari
aroma yang kuat, dalam, intens dan balsamik.

25
Menurut Supriyanto (Pers.com.2018) dalam menggelar acara Anniversary
SEAMEO BIOTROP KE – 50 TAHUN, teknis pembuatan parfum yang dilakukan
berdasarkan komponen basic, fresher, blending dan fixator dengan uraian sebagai
berikut:
1. Basic, merupakan aroma andalan atau dasar untuk membuat sebuah parfum
biasanya menggunakan 2-3 aroma (fragrance) penyusun basis, jenis parfum
terbagi atas:
a. Perempuan, umumnya menyukai aroma yang manis (sweety).
b. Laki-laki, umumnya menyukai aroma yang kuat atau pedas (spicy)
2. Fresher, merupakan posisi minyak atsiri dengan berat molekul ringan atau
mudah menguap (volatil) dalam suhu ruang dan bertanggun jawab sebagai
aroma yang memberi efek kesegaran.
3. Blending, merupakan penempatan aroma yang mampu mengakomodir basis
dan fresher yang disesuaikan dengan aroma basis.
4. Fixator, bertanggun jawab untuk mengikat aroma basis, fresher, blending serta
melepaskan aroma tersebut sesuai dengan suhu udara di sekitarnya, keawetan
wewangian suatu parfum ditentukan oleh jenis fragrance yang digunakan.
5. Additif, zat ini merupakan ciri khas suatu parfum dimana dimiliki oleh setiap
perusahaan atau pabrik yang membuatnya.

26
III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Natural Product SEAMEO
BIOTROP yang berlokasi di jalan Raya Tajur KM. 6, Bogor, Jawa Barat, mulai
Februari – April 2018.

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain: destilator glassware,
dengan sistem rebus, destilator stainless dengan sistem kukus, buret, gelas beker,
tabung reaksi, gelas erlenmeyer, timbangan analitik, gelas ukur, gelas ukur
plastik, corong glas, corong plastik, botol pereaksi, pipet ukur, bulp,
plastik/aluminium foil, gunting, nampan, botol parfum, dapat dilihat pada
Lampiran 3.

3.2.2. Bahan
a. Bahan tanaman yang digunakan yaitu, akar wangi, kemangi, daun jeruk purut
dan daun jeruk nipis (Lampiran 3)
b. Minyak atsiri alami yang digunakan yaitu, minyak kenanga, minyak pala,
minyak jeruk pamelo, minyak gaharu, minyak lada, minyak kapulaga, minyak
jahe, dan minyak nilam.
c. Minyak sintetik yang digunakan yaitu minyak teh hijau, dan minyak vanili.
d. Bahan kimia lain yang digunakan yaitu etanol 95% dan aquades
e. Bahan kertas yang digunakan tester parfum, kertas saring, kertas tisu, dan
kertas HVS.

3.3. Prosedur Penelitian


Penelitian yang dilakukan berupa percobaan formulasi parfum eau de toilette
pria. Data penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer
meliputi data hasil formula parfum untuk pria. Data sekunder berupa hasil-hasil
penelitian minyak atsiri, teknik destilasi bahan minyak atsiri, dan formulasi

27
parfum untuk memperkuat penelitian yang dilakukan. Alur kerja yang dilakukan
pada penelitian ini terdiri atas destilasi bahan minyak atsiri dengan sistem kukus
dan sistem rebus, meracik formula parfum EDT pria, pengemasan parfum EDT
pria, pengujian formula parfum EDT pria, produk parfum EDT pria, alur
pembuatan parfum EDT pria. Dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Destilasi Bahan
Minyak Atsiri

Destilator Stainless Minyak Atsiri Destilator Glassware

Meracik Formula Parfum


Eau De Toilette Pria

Pengemasan Parfum
Eau De Toilette pria

Pengujian Formula Parfum


Eau De Toilette pria

Parfum
Eau De Toilette Pria

Gambar 3.1. Alur Pembuatan Parfum Eau De Toilette Pria

3.3.1. Destilasi Akar Wangi


Tanaman akar wangi dipanen saat berumur 9-12 bulan setelah tanam. Destilasi
dilakukan untuk menghasilkan minyak akar wangi yang disebut dengan (vetiver
oil). Penyulingan ini dilakukan dengan menggunakan dua alat destilator yaitu (1)
destilator berbahan stainless dengan sistem penyulingan kukus, (2) destilator
glassware dengan sistem rebus (Lampiran 3).

28
1). Penyulingan dengan sistem kukus (destillator stainless)
Langkah-langkah destilasi akar wangi dengan sistem kukus yaitu,
a. Panen akar wangi yang sudah berumur 12 bulan.
b. Pembersihan akar wangi dari tanah dan berbagai kotoran yang menempel serta
dipisahkan antara akar, bonggol dan daun.
c. Keringkan akar wangi selama 3 hari hingga kadar air berkurang minimal 15%.
d. Timbang akar wangi sebanyak 1 kilogram berat kering udara
e. Sebelum proses penyulingan, potong akar wangi dengan ukuran 15 cm, untuk
memudahkan penguapan minyak saat didestilasi.
f. Masukkan 10 liter air ke dalam boiler hingga mencapai batas penyangga
saringan.
g. Kemudian masukkan, 1 kilogram (kg) akar wangi ke dalam boiler tepat diatas
saringan.
h. Periksa semua kelengkapan alat destilasi terpasang dengan sempurna.
i. Nyalakan kompor gas untuk memulai proses penyulingan. Penyulingan
dilakukan selama 10 jam dimulai pada saat kompor gas dinyalakan.
j. Pemanenan minyak akar wangi dilakukan pada saat separator masih dalam
keadaan panas karena minyak akar wangi mudah membeku dan menempel
pada dinding separator
k. Penghitungan jumlah rendemen yang dihasilkan.

2). Penyulingan dengan sistem rebus (destillator glassware)


Dalam destilasi ini, digunakan sistem kohobasi agar air destilat (hydrosol)
dapat dimasukkan kembali kedalam labu boiler.
Langkah-langkah destilasi akar wangi dengan sistem rebus dan menggunakan alat
destilator glassware yaitu,
a. Timbang akar wangi seberat 200 gram berat kering udara
b. Potong kecil-kecil akar wangi dengan ukuran 1-2 cm, kemudian diblender,
untuk memudahkan penguapan minyak akar wangi selama proses penyulingan
c. Masukkan bahan akar wangi 200 gram dan aquades 1300 ml ke dalam labu
didih

29
d. Pastikan semua rangkaian alat destilator glassware berada pada posisi yang
benar untuk menghindari kerusakan
e. Nyalakan kompor elektrik dengan menekan tombol on
f. Catat waktu dimulainya proses penyulingan, penyulingan dilakukan selama 14
jam
g. Minyak atsiri dipanen dalam keadaan panas agar tidak melekat pada dinding
separator, kemudian hitung jumlah rendemen yang dihasilkan.
Prosedur destilasi yang sama, digunakan untuk mendestilasi bahan-bahan seperti
kemangi dan daun jeruk purut untuk mendapatkan minyak atsiri yang akan
digunakan untuk formulasi parfum eau de toilette pria.

3.3.2. Formulasi Parfum untuk Pria


Formula parfum dibuat untuk menghasilkan eau de toilette pria. Pada
umumnya parfum yang banyak disukai oleh pria adalah yang beraroma agak
menyengat atau pedas (spicy). Essential oil (minyak atsiri) yang digunakan
sebanyak 15% dari volume 10 ml. Sebelum meracik parfum pastikan semua
bahan–bahan yang di perlukan tersedia dan tertata dengan baik di atas meja
parfum dan kelompokkan masing-masing aroma sesuai dengan komponen
pembuatan parfum dalam hal ini menggunakan dua cara untuk menghasilkan
parfum atau wewangian. Cara pertama yaitu diisi dengan komponenen penyusun
top notes, middle notes, dan basic notes, sedangkan pada cara kedua yaitu disusun
oleh komponen basis, fresher, blending dan fixator. Langkah-langkah yang
dilakukan untuk membuat parfum eau de toilette pria adalah sebagai berikut:

Formulasi parfum cara pertama yaitu,


1. Aroma dasar (basic notes): campurkan vetiver oil dan agarwood oil sesuai
tingkat konsentrasi pada konsep yang telah dibuat sambil bahan tersebut
dikocok
2. Aroma menengah (middle notes): setelah aroma pertama atau dasar terbentuk
kemudian ditambahkan aroma tengah seperti, minyak jahe dicampur dengan
minyak kenanga lalu disusul dengan minyak nilam

30
3. Aroma puncak (top notes): tambahkan minyak kapulaga, minyak lada, dan
minyak jeruk pamelo sesuai konsentrasinya.
4. Selanjutnya masukkan pelarut berupa etanol 95% kedalam larutan wewangian
yang telah terbentuk
5. Terakhir, masukkan wewangian tersebut kedalam botol parfum dan simpan
pada suhu ruangan.
Catatan: Setiap penambahan aroma larutan wangi tersebut dikocok dan dicium
aromanya. Tingkat konsentrasi aroma yang diberikan dapat dibaca pada Tabel 3.1.

Formulasi parfum cara ke dua adalah sebagai berikut,


1. Basic (dasar): campurkan nutmeg oil dan cananga oil dengan memulai dari
konsentrasi kecil hingga mendapatkan aroma parfum yang diinginkan sambil
bahan tersebut dikocok
2. Fresher (penyegar): setelah langkah pertama dilakukan lalu ditambahkan basil
oil, camellia oil, dan citrus pamelo oil dengan memulai dari konsentrasi kecil
hingga mendapatkan aroma yang diinginkan sambil bahan tersebut di kocok
hingga mencapai tingkat homogen yang baik
3. Blending (penyelaras): Tambahkan minyak vanila dengan konsentrasi tertentu.
larutan kembali di kocok
4. Fixator (pengikat): vetiver oil dimasukkan bersama dengan larutan yang
terbentuk tadi pada tahap ini dijadikan sebagai penentu konfliknya dalam
pembuatan larutan parfum
5. Selanjutnya masukkan pelarut berupa etanol 95%
6. Terakhir, semua campuran dimasukkan ke dalam botol 10 ml dan simpan pada
suhu ruangan yang terhindar dari kontak sinar matahari langsung.
Formulasi parfum eau de toilette pria dapat dibaca pada Tabel 3.2.

3.3.3. Pengemasan Parfum


Pengemasan dilakukan untuk menjaga kualitas parfum yang dihasilkan.
Dengan adanya wadah atau pembungkus parfum dapat mengurangi resiko
kerusakan serta melindungi produk yang ada di dalamnya, serta juga memberi
bentuk pada parfum yang dihasilkan.

31
3.4. Rancangan Formulasi Parfum Eau De Toilette (EDT) Pria
Rancangan formulasi yang akan dilakukan dalam pembuatan parfum eau de
toilette pria dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2.
Tabel 3.1. Cara pertama rancangan formulasi parfum EDT pria (F5)
Komponen Minyak Atsiri Jumlah (ml)
Top note (Aroma atas) Jeruk pamelo 1
Lada 0.2
Kapulaga 0.2
Total 1.4
Middle note (Aroma tengah) Jahe 0.2
Nilam 0.1
Kenanga 0.1
Total 0.3
Basic note (Aroma dasar) Akar wangi 0.1
Gaharu 0.1
Total 0.2
Total EO 1.9
Pelarut 8.1
Total volume 10

Tabel 3.2. Cara kedua rancangan formulasi parfum EDT pria


Komponen Minyak Atsiri F1 (ml) F2 (ml) F3 (ml) F4 (ml)
Basic Kenanga 0,18 0,27 - 0.55
(Dasar) Pala 0,18 0,28 0,55 -
Total 0,36 0,55 0,55 0,55
Fresheer Kemangi 0,1 0,17 - 0,24
(Penyegar) Teh hijau 0,2 - 0,32 0.25
Jeruk Pamelo 0,11 0,32 0.17 -
Total 0,41 0,49 0,49 0,49
Blending Vanili 0,36 0,36 0,36 0,36
(Penyelaras)
Total 0,36 0,36 0,36 0,36
Fixator Akar wangi 0,37 0,1 0,1 0,1
(Pengikat)
Total 0,37 0,1 0,1 0,1
Total EO 1,5 1,5 1,5 1,5
Pelarut 8,5 8,5 8,5 8,5
Total keseluruhan 10 10 10 10

32
Pada Tabel 3.1 merupakan cara pertama yang dilakukan dalam membuat
aroma wewangian atau parfum. Sedangkan pada Tabel 3.2 merupakan cara kedua
yang digunakan untuk membuat parfum dengan melihat beberapa aroma yang
terbentuk pada parfum Fendy Fen yang sudah diperdagangkan, kemudian dibuat
dengan menaik turunkan konsentrasi minyak atsiri dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Formula 1 (F1) merupakan formula dasar yang kemudian dimodifikasi menjadi
formula 2, 3, dan 4 Secara proporsional dengan tetap mempertahankan total
minyak atsiri yang di gunakan sebesar 15% (1,5 ml) dari volume 10 ml. Sebagai
pelarut digunakan etanol kadar 95% sebanyak 8,5 ml. Setiap formula dikocok
hingga merata dan disimpan selama 1 minggu untuk uji organoleptik. Diharapkan
setelah 1 minggu dalam penyimpanan semua komponen penyusun parfum eau de
toilette pria telah tercampur secara merata dan siap dilakukan uji organoleptik.
Lembar penilaian uji organoleptik parfum eau de toilette pria dapat dilihat pada
Lampiran 1.

3.5. Parameter Pengamatan


3.5.1. Uji Organoleptik
Uji organoleptik atau uji sensoris merupakan suatu pengukuran ilmiah dalam
mengukur dan menganalisis karakteristik suatu produk yang diterima oleh indera
penciuman, pencicipan, penglihatan, perabaan, dan menginterpretasikan reaksi
dari akibat proses penginderaan yang dilakukan oleh manusia yang di sebut
dengan nama panelis sebagai alat ukur (Waysimah dan Adawiyah, 2010). Uji
hedonik atau kesukaan merupakan bagian dari uji organoleptik. Dalam hal ini
panelis yang diminta secara pribadi memberi tanggapan tentang kesukaan atau
ketidaksukaan beserta tingkatannya terhadap masing masing parfum yang
dihasilkan. Dalam pengujian ini menggunakan 9 panelis standar dengan lima
skala. Skala hedonik seperti sangat suka, suka, agak suka, tidak suka, sangat tidak
suka. Serta menawarkan beberapa kepanelis yaitu, aroma keharuman, kesegaran
aroma, intensitas aroma, daya tahan wangi, dan uji noda. Tabel pengujian
organoleptik dapat dilihat pada Tabel 3.3.

33
Tabel 3.3. Pengujian organoleptik
Spesifikasi Nilai
1. Warna
 Sangat suka 5
 Suka 4
 Agak suka 3
 Tidak suka 2
 Sangat tidak suka 1
2. Aroma (keharuman)
 Sangat wangi 5
 Wangi 4
 Agak wangi 3
 Tidak wangi 2
 Sangat tidak wangi 1
3. Kesegaran aroma
 Sangat segar 5
 Segar 4
 Agak segar 3
 Tidak segar 2
 Sangat tidak segar 1
4. Intensitas aroma
 Sangat intensif 5
 Intensif 4
 Agak intensif 3
 Tidak intensif 2
 Sangat tidak intensif 1

3.5.2. Uji Daya Tahan Wangi


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat ketahanan aroma pada
suatu parfum. Umumnya aroma parfum eau de toilette (EDT) pria bertahan
sampai 3 jam (Ubaidillah, 2017), sehingga pada penelitian ini digunakan uji daya
tahan wangi minimal 3 jam dan maksimal 12 jam yang dilakukan pada suhu ruang
28-290C serta lingkungan bebas dari pencemaran.

34
3.5.3. Uji Noda
Uji noda dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya suatu noda yang
ditimbulkan pada saat parfum digunakan. Pengujian ini menggunakan 3
parameter, dengan melihat daya serat suatu objek yaitu, 1) kertas saring, 2) kertas
tisu, 3) kertas HVS, dengan meneteskan setetes parfum pada masing masing
kertas uji yang dilakukan.

3.6. Analisis Data


Analisis data yang dilakukan menggunakan analisis deskriptif berdasarkan
nilai rata-rata yang diperoleh dari setiap panelis dengan perhitungan statistik
dalam bentuk excel.

35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Destilasi Bahan Minyak Atsiri


Hasil destilasi dari beberapa bahan tanaman penghasil minyak atsiri seperti,
akar wangi, daun jeruk citrus, dan kemangi dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil destilasi bahan minyak atsiri

No Bahan Berat (Massa) Waktu Volume Rendemen


(Jam/Menit) (ml) (%)

1 Akar wangi 190 gram 31:30 0,5 0.26%

2 Akar wangi 207 gram 16:00 0.5 0,24%

3 Akar wangi 211 gram 15:00 0.5 0.23%

4 Akar wangi 1 kg 08: 30 4.0 0.4%

5 Jeruk nipis 200 gram 09:00 1.0 0.5%

6 Jeruk nipis 191 gram 07:30 1.8 0.94%

7 Jeruk purut 80 gram 07:00 1.0 1.25%

8 Kemangi 58 gram 12:30 0.5 0.86%

9 Kemangi 74.5 gram 12:00 2.0 2.6%

Berdasarkan hasil penyulingan yang dilakukan dari beberapa bahan seperti


akar wangi, daun jeruk, dan kemangi memiliki jumlah rendemen yang berbeda
disebabkan karena setiap bahan mempunyai titik volatil dan berat melokul yang
berbeda-beda. Penyulingan dilakukan menggunakan proses penyulingan yang
sama dengan menggunakan dua alat destilator yaitu, destilator glassware dan
destilator stainless.
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa penyulingan akar wangi dilakukan
sebanyak 4 kali, dalam hal ini menggunakan dua alat destilator yang berbeda.
Bahan akar wangi dari poin 1-3 dilakukan penyulingan pada alat destilator
glasware dengan sistem rebus dan dilakukan eksplorasi pada poin ke 4 dengan
menggunakan alat destilator stainless yang berkapasitas lebih besar dengan sistem

36
kukus. Hal ini untuk menfasilitasi industri kecil, dengan teknik yang sederhana
dan kapasitas kecil. Hasil rendemen akar wangi pada poin ke tiga yaitu 0.23%
dengan waktu penyulingan 15 jam, sedangkan rendemen akar wangi poin 1 yaitu
0.26% dengan lama penyulingan 31:30 (jam/menit). Hasil rendemen yang
dihasilkan tidak berbeda jauh. Kenaikan jumlah rendemen hanya 0.03%, sehingga
dari segi efisiensi biaya, waktu, dan tenaga yang diberikan sangat tidak efisien
bagi dunia industri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyulingan akar wangi
cukup dilakukan selama 15 jam.
Pada poin ke 4 Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah hasil rendemen minyak
akar wangi yang dihasilkan yaitu 0.4% yang hanya dilakukan selama 08:30
(jam/menit), dalam hal ini tentunya lebih efektif dan efisien dibanding dengan
penyulinga sebelumnya yang menggunakan waktu selama 31:30 (jam/menit)
sehingga sangat baik dilakukan bagi industri yang berskala besar. Namun menurut
DAI (2009), rata-rata rendemen minyak akar wangi yaitu 1,5-2%. Rendahnya
rendemen minyak atsiri yang dihasilkan pada penelitian ini karena dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti, kualitas bahan dan suhu yang digunakan selama
proses destilasi. Kualitas bahan akar wangi ditentukan, baik dari proses budidaya,
intensitas cahaya, hingga waktu pemanenan serta penyimpanannya. Tanaman akar
wangi yang digunakan diperoleh dari kebun SEAMEO BIOTROP yang kurang
mendapat perhatian khusus sehingga kualitas bahan kurang bagus.
Minyak akar wangi didapatkan dengan cara penyulingan pada suhu diatas
900C, selama proses penyulingan berlansung menghasilkan dua fase cair yaitu
minyak atsiri dan hydrosol, ke dua larutan ini akan saling tarik menarik sesuai
dengan berat jenisnya masing-masing. Tetesan minyak akar wangi diawali dengan
turunnya lapisan lilin sehingga membuat hydrosol berwarna putih keruh hingga
terbentuk gumpalan minyak akar wangi yang ditandai dengan warna kuning.
Hidrosol yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai pewangi ruangan dengan
menggunakan alat difuser karena dalam hidrosol tersebut masih terdapat minyak
yang larut dalam air sehingga memberikan aroma yang khas sama seperti aroma
minyak akar wangi. Pada awalnya minyak akar wangi yang diperoleh terlihat
mengapung, berwarna kuning, atau berada di bagian paling atas. Kemudian

37
minyak akar wangi berubah warnanya menjadi lebih cokelat dan tenggelam
sampai berada dibagian paling dasar separator, hal ini dikarenakan berat jenis
minyak akar wangi yang dihasilkan lebih berat dari pada berat jenis air. Untuk
pembuatan parfum lebih menguntungkan karena minyak akar wangi yang
tenggelam dapat digunakan sebagai fixator dan minyak yang terapung dapat
digunakan sebagai fresher. Pemanenan minyak akar wangi dilakukan dalam
keadaan panas atau hangat untuk memudahkan selama proses pemanenan dan
menghindari minyak yang akan lengket pada separator.
Mutu minyak akar wangi yang diperoleh dari hasil penyulingan yaitu dari
segi kenampakan warna minyak akar wangi yang dihasilkan yaitu berwarna
kuning muda, jernih, bau khas akar wangi serta larut dalam etanol 95%. Hal ini
telah memenuhi standar (SNI 06-2386-2006). Proses penyulingan menggunakan
alat destilator glasware hanya digunakan untuk bahan yang berkapasitas kecil
sedangkan destilator stainless digunakan untuk bahan yang berkapasitas lebih
besar sehingga mampu memasuki dunia industri serta lebih efektif dan efisien
dalam penggunaannya.
Selanjutnya dalam destilasi daun citrus (jeruk) menggunakan destilator
glasware. Bahan daun citrus yang digunakan terdiri dari dua varietas yaitu daun
jeruk nipis (poin 5 dan 6). Tabel 4.1 pada poin ke 5, daun jeruk nipis didestilasi
dalam keadaan segar setelah di panen dari kebun SEAMEO BIOTROP
menghasilkan rendement sebesar 0.5% dengan lama penyulingan 9 jam,
sedangkan pada poin ke 6 didestilasi dalam keadaan layu, disimpan dalam suhu
ruang selama 3 hari menghasilkan rendemen sebesar 0,94% dengan lama
penyulingan 7:30 (jam/menit) lebih cepat dibanding dengan poin ke 5. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kadar air suatu bahan mempengaruhi jumlah
rendemen dan waktu yang digunakan cukup singkat sehingga dapat
mengefisienkan biaya, waktu dan tenaga yang diberikan.
Pada poin ke 7 menggunakan daun jeruk purut yang diangin-anginkan
terlebih dahulu dalam suhu ruang selama beberapa hari untuk mengurangi jumlah
kadar air suatu bahan dan kemudian didestilasi dengan lama penyulingan 07:00
jam menghasilkan rendemen sebesar 1,25%. Dengan demikian pengeringan daun

38
jeruk purut dapat menghasilkan rendemen yang lebih tinggi dari pada bahan
basah. Menurut SNI minyak atsiri daun jeruk adalah 3,4%, berbeda dari yang
saya amati yang berada jauh dibawah SNI. Rendemen ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu, kadar air, varietas jeruk, pemanenan serta kondisi lahan
yang digunakan. Dalam destilasi ini yang saya lakukan dapat disimpulkan bahwa
destilasi daun citrus cukup dilakukan selama 7 jam, serta kadar air suatu bahan
yang dimiliki perlu dikurangi untuk memudahkan penguapan minyak saat
didestilasi.
Kemangi yang sudah dilayukan selama beberapa hari kemudian didestilasi
menggunakan alat destilator glasware dapat dilihat pada Tabel 4.1, pada poin ke 8
kemangi didestilasi selama 12:30 (jam/menit) menghasilkan rendemen 0,86%
sedangkan pada poin ke 9 didestilasi selama 12 jam menghasilkan rendemen
sebesar 2,6%, hal ini berarti bahwa rendemen minyak kemangi dapat ditingkatkan
dengan menambah jumlah bahan.

4.2. Bahan Pembuatan Parfum


Sumber daya minyak atsiri dapat diperoleh di seluruh wilayah Indonesia.
Setiap daerah memiliki tanaman penghasil minyak atsiri yang khas dan bahkan
menjadi kebanggaan daerah tersebut, misalnya pada tanaman pala banyak terdapat
di Provinsi Maluku, cendana di Provinsi NTT dan NTB, nilam dan kenanga di
Provinsi NAD, jeruk pamelo di Sulawesi Selatan, akar wangi di Jawa Barat,
kemangi hampir diseluruh tanah Indonesia dan lain-lain.
Sumber daya alam yang melimpah sangat mutlak diperlukan untuk
menunjang kebutuhan hidup manusia. Letak geografis Indonesia yang sangat
strategis menunjukkan betapa kayanya sumber daya alam yang kita miliki.
Berbagai macam cara yang dilakukan untuk dapat memanfaatkan sumber daya
alam yang kaya ini, salah satu potensi yang dapat dilakukan adalah dengan
memanfaatkan berbagai macam komoditas yang banyak tumbuh di Indonesia
untuk dijadikan sebagai bahan baku penghasil minyak atsiri.

39
4.2.1. Ketersediaan Bahan Baku Penghasil Minyak Atsiri di Indonesia
Minyak atsiri erat kaitannya dengan minyak seribu manfaat, keberadaan
minyak atsiri di Indonesia bahkan secara global sangat mempengaruhi
perekonomian negara, misalnya pala, nilam, akar wangi, cengkeh, dan lain lain.
Kebutuhan minyak atsiri di Indonesia setiap tahunnya semakin meningkat,
beriringan dengan semakin meningkatnya industri industri seperti parfum (Fendy
Fen), aromaterapi (FreshCare), shampo (sariayu), sabun (gove) dan lain lain.
Hampir semua tanaman yang tumbuh di Indonesia dapat dijadikan sebagai
bahan baku penghasil minyak atsiri, terdapat 40 komoditas tanaman penghasil
minyak atsiri yang memiliki potensi untuk dikembangkan, namun baru sekitar 15
jenis sudah di hargai bahkan pasarnya mendunia, antara lain minyak sereh wangi
(Cintronella oil), minyak akar wangi (Vetiver oil), minyak nilam (Patchouli oil),
minyak kenanga (Cananga oil), minyak cendana (Sandalwood oil), minyak pala
(Nutmeg oil), minyak lawang (Cullilawang oil), minyak masoi (Massoi oil),
minyak pangi (Sassafras oil), minyak jahe (Ginger oil), minyak lada (Black
papper oil), minyak gaharu (Agarwood oil), minyak terpentin (Turpentine oil),
minyak kayu putih (Cajeput oil), minyak daun jeruk purut (Kafir lime oil).
Bahkan Indonesia dikenal sebagai gudang bahan baku penghasil minyak atsiri,
tentu saja ini merupakan potensi besar bagi setiap kalangan yang bergerak
dibidang minyak atsiri maupun dibidang lainnya yang memanfaatkan minyak
atsiri sebagai bahan baku dalam pembuatan berupa produk seperti, parfum, sabun,
aromaterapi, shampo dan sebagainya.

4.2.2. Sifat Bahan yang Digunakan untuk Penelitian


Minyak atsiri atau esensial oil dikenal dengan aromanya yang khas,
merupakan pembawa sifat alamiah dari tanaman itu sendiri. Istilah esensial
dipakai karena mewakili sifat aroma dari tanaman asalnya, sehingga minyak atsiri
digunakan sebagai bahan dasar wewangian. Minyak atsiri merupakan kelompok
besar minyak nabati yang berwujud cairan kental yang mudah menguap pada suhu
ruangan sehingga memberikan kesan aroma yang khas. Banyaknya industri
industri berkembang di Indonesia karena salah satu pemanfaatan minyak atsiri

40
adalah aromanya yang khas yang mampu membuat orang merasakan ketenangan
atau hal-hal lainnya, namun tidak semua aroma dapat memberikan kesan positif
sehingga sifat dari masing-masing bahan wewangian atau dikenal dengan bibit
wangi dalam dunia perdagangan harus diketahui terlebih dahulu sebelum
membuat produk dari minyak atsiri serta mengetahui manfaat atau kelebihan dari
minyak atsiri yang akan digunakan sehingga produk yang di ciptakan mempunyai
nilai yang berkualitas tinggi.
Minyak atsiri memiliki sifat tersendiri tergantung dari tanaman asalnya
sehingga perlunya untuk mengetahui sifat fragrance dari masing masing aroma,
maka akan memudahkan untuk membayangkan aroma wewangian yang ingin kita
ciptakan. Dalam hal ini, pada minyak akar wangi (vetiver oil) yang aromatik
dengan berat melokul yang tinggi, sehingga memiliki aroma yang sangat khas,
kuat dan berkelas serta digunakan sebagai pengikat aroma karena memiliki daya
fiksatip yang tinggi. Minyak akar wangi mempunyai sifat antioksidan yang
mampu mencegah kerusakan sel, serta mampu menghilangkan bekas luka dan
tanda di kulit karena bersifat cicatrisant, yang berarti mampu menyembuhkan
bekas luka dengan meregenerasi kulit dan jaringan, dapat dilakukan dengan
menambahkan minyak akar wangi pada pencuci muka atau sabun beberapa tetes.
Digunakan juga minyak gaharu yang dipercaya memiliki banyak manfaat seperti
dapat mengobati luka, penyakit jantung, asma serta penyakit kronis lainnya.
Minyak gaharu juga memiliki daya fiksatip yang sangat kuat dengan aroma yang
sangat khas jenis kayu-kayuan ini dapat dikolaborasikan dengan aroma lain
sehingga tercipta aroma woody yang menyenangkan.
Aroma rempah juga memberi kesan yang menarik seperti , minyak kapulaga,
minyak jahe, minyak lada dan minyak pala yang memiliki aroma yang kas dengan
sifat agak pedas serta mampu memberi kesan menghangatkan. Pada minyak pala
memiliki kandungan myristicin yang tinggi. Minyak pala memiliki sifat sedative
yang memberikan efek penenang yang sangat baik, mengubah suasana hati yang
sedang kacau atau dalam keadaan depresi serta ketidakseimbangan hormon.
Minyak pala juga sebagai penstimulan yang baik, dapat meransang kinerja otak
akibat kelelahan atau stres. Aroma yang khas memberikan efek hot yang mampu

41
membakar dalam waktu yang singkat serta mampu merileksasi bagi tubuh
pengguna karena itulah minyak pala banyak digunakan pada produk sabun, lilin,
produk gigi, parfum dan produk lainnya.
Aroma khas minyak kenanga serta kandungan penyusunnya juga mampu
mengurangi kecemasan, ketegangan saraf dan stres. Dengan aromanya yang
sangat khas, wangi, lembut dan manis sehingga dijadikan sebagai aroma
wewangian yang menenangkan. Kekuatan aroma minyak kenanga sangat kuat
sehingga pemakaian atau konsentrasi yang digunakan dalam jumlah yang sedikit
sudah mampu memberi kesan wangi sesuai dengan keinginan.
Bahan minyak vanili yang merupakan wewangian rempah rempah, aroma
manis yang khas serta tidak menyengat dan hangat mampu membangkitkan
semangat untuk tetap terlihat ceria sepanjang hari. Penggunaan dosis atau
konsentrasi yang tepat akan tercipta kesan yang tampak seksi dan berkelas. Dalam
kehidupan sehari hari aktifitas yang cukup padat diperlukan sesuatu yang mampu
menyegarkan, membangkitkan suasana dan berenerjik sehingga hari akan dilalui
dengan penuh percaya diri dan terasa lebih sempurna, beberapa minyak atsiri
mempunyai sifat yang menyegarkan seperti aroma citrus pamelo oil, cardamon
oil, black papper oil, camellia oil, basil oil yang mampu mempengaruhi
psikologis manusia. Umumnya tanaman tersebut sudah dikenal sebagai bahan
penyegar atau fresher.

4.3. Formulasi Parfum


Di Indonesia banyak industri parfum yang berkembang setiap pelosok banyak
dijumpai pedagang parfum, tidak heran zaman semakin modern, parfum kini kian
menjadi kebutuhan bagi setiap kalangan. Namun banyaknya parfum bukan karena
produk dalam negeri tapi merupakan produk impor dari negara lain. Produk
parfum buatan Indonesia masih terbilang sedikit, tidak semua orang mampu
membuat parfum yang berkualitas, di Indonesia orang yang mampu membuat
formulasi parfum dapat dihitung jumlahnya itu karena membuat parfum tak
semudah yang kita bayangkan. Bermain dengan wewangian dibutuhkan tingkat
konsentrasi yang tinggi dan dibutuhkan ketenangan seperti sedang berada

42
ditengah hutan, lingkungan harus terhindar dari pencemaran serta tidak berbau,
meja formulasi harus yang berbahan keras, permukaan datar serta mudah
dibersihkan. Sebelum pembuatan parfum dimulai pastikan alat dan bahan sudah
tersusun rapi dan bersih (bebas kontaminasi aroma) dan lakukan pengelompokan
setiap aroma sesuai komponen penyusun parfum yang akan digunakan dan hal
yang sangat penting adalah tingkat sensitivitas indra penciuman.

4.3.1. Klasifikasi Parfum


Klasifikasi parfum merupakan suatu pengelompokan beberapa komponen
utama penyusun parfum untuk memudahkan dalam membuat formulasi, dengan
memperhatikan komponen top note, middle note, dan basic note (Gambar 4.1)

TOP NOTE

MIDDLE NOTE

BASIC NOTE

Gambar 4.1. Klasifikasi parfum


Setelah mengetahui beberapa komponen penyusun parfum tentu saja akan
memudahkan dalam proses pembuatan parfum dan dapat membayangkan aroma
parfum yang diinginkan, dalam hal ini top note merupakan aroma paling atas
memiliki daya uap yang tinggi seperti golongan citrus, sedangkan middle note
merupakan aroma tengah atau inti yang menguap secara perlahan setelah aroma
top note menguap, dan komponen terakhir diisi dengan aroma basic note atau
dasar, merupakan aroma dengan berat melokul tinggi juga inti dalam sebuah
parfum, karena aroma ini bertanggun jawab sebagai pengawet yang membuat
aroma parfum lebih bertahan lama.

Kelebihan pengklasifikasian parfum yaitu,


a. Mengetahui dengan jelas komponen penyusun parfum
b. Mengetahui kelompok-kelompok beberapa komponen pada parfum

43
c. Memudahkan dalam membuat formulasi
d. Terarah dalam proses pembuatan parfum.

Kekurangan pengklasifikasian parfum,


a. Pengelompokan parfum tidak terlalu rinci
b. Sulitnya penempatan aroma parfum yang bertanggung jawab sebagai daya
fixative yang lebih kuat sehingga mampu mengikat semua fragrance yang
tersusun.
c. Setiap orang memiliki kesukaan parfum yang berbeda

Dengan melihat beberapa kesulitan yang dialami pada saat pembuatan parfum,
maka dilakukan pengelompokan lebih rinci sehingga sasaran atau aroma lebih
tepat (Gambar 4.2).
Basic

Fresher
KOMPONEN
Blending

Fixator
Gambar 4.2. Komponen penyusun parfum

Berdasarkan beberapa pembagian atau pengelompokan yang dilakukan dalam


membuat parfum dapat dilihat lebih jelas dalam hal ini, basic sebagai aroma dasar
atau aroma inti sebuah parfum dan merupakan komponen penyusun parfum yang
utama dilakukan dalam proses pembuatan parfum, fresher merupakan bagian
aroma yang memberi efek kesegaran, enerjik, bagian ini sama dengan top note
yang memiliki titik volatil rendah sehingga sangat mudah menguap dan
merupakan aroma awal yang keluar membawa kesegaran bagi penggunanya.
Blending adalah bagian aroma yang mampu menyelaraskan semua aroma yang
ada di dalam parfum, selanjutnya semua aroma yang ada dalam parfum akan
diikat oleh aroma yang memiliki berat melokul yang tinggi sehingga aroma akan

44
dikeluarkan secara perlahan, bagian ini disebut fixator dalam parfum. Keawetan
suatu parfum tergantung dari jenis fragrance (fiksator) yang diberikan.
Berdasarkan sumber bahannya parfum dibedakan menjadi 2 yaitu, parfum
alami dan parfum sintetik. Parfum sintetik merupakan parfum yang berbahan hasil
dari senyawa reaksi kimia yang diturungkan langsung dari minyak atsiri, parfum
sintetik ini kadang-kadang menggangu kesehatan manusia. Sedangkan parfum
alami berbahan minyak atsiri yang diperoleh lansung dari tanamannya aslinya,
penggunaan parfum natural lebih aman digunakan dalam waktu yang panjang.
Pada penelitian ini bahan yang digunakan dalam memformulasikan parfum,
terdapat beberapa bahan sintetik seperti, camellia oil dan vanili oil karena minyak
alami camelia oil dan vanili oil sangat mahal. Namun dalam memformulasikan
parfum tetap didominasi oleh bahan alami sehingga penggunaannya lebih aman
dibanding menggunakan parfum 100% sintetik. Selain memberi keharuman
parfum natural ini juga baik untuk kesehatan, seperti pada minyak jeruk pamelo
dengan kandungan likopen yang tinggi dapat berperan sebagai antioksidan yang
kuat serta kandungan senyawa bahan lainnya, yang digunakan dalam membuat
parfum.
Dengan mengetahui komponen penyusun parfum, barulah kita membuat
konsep atau membuat formula parfum dengan memperhatikan beberapa hal
seperti pada (Gambar 4.1 dan 4.2). Aroma wewangian yang dihasilkan tidak
selamanya selalu sempurna karena dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari
fragrance itu sendiri maupun tingkat konsentrasi yang digunakan, dari beberapa
aroma yang digunakan masing masing mempunyasi sifat alamiah tersendiri
seperti pada minyak pala, minyak lada, minyak kapulaga, dan minyak jahe dengan
aroma sedikit agak pedas serta menghangatkan, kenanga dengan aromanya yang
wangi dan lembut, aroma minyak pamelo yang sangat menyegarkan dan sangat
manis, ditambah dengan kesegaran camellia oil, aroma minyak kemangi yang
cukup kuat, minyak vanili dengan aromah rempah-rempah yang lembut. Minyak
gaharu dan minyak akar wangi dengan aroma yang sangat khas dan kuat,
pentingnya mengetahui sifat dari masing-masing bahan dengan aroma yang

45
dihasilkan akan membuat kita mampu dalam memformulasikan komponen-
komponen penyusun parfum.
Membuat formulasi parfum diperlukan suasana yang nyaman serta bebas dari
pencemaran, bahan-bahan tersebut dikelompokkan berdasarkan dua cara yang
dilakukan yaitu cara pertama komponen penyusun parfum yaitu dapat dilihat pada
Gambar 4.1. Basic notes yaitu aroma dasar yang dibentuk terlebih dahulu dengan
mencampurkan dua jenis aroma seperti vetiver oil, dan agarwood oil, kedua jenis
aroma tersebut memiliki berat melokul yang tinggi sehingga akan membuat aroma
wewangian lebih awet atau tahan lama. Middle notes yaitu aroma tengah yang
akan muncul setelah aroma top notes keluar, middle notes juga merupakan suatu
aroma yang inti dalam menyusun wewangian. Top notes adalah aroma yang
pertama kali muncul saat parfum digunakan dalam hali ini, aroma citrus, lada dan
kapulaga yang memiliki tingkat kesegaran yang cukup tinggi.
Komponen penyusun parfum yang digunakan pada cara kedua (Gambar 4.2)
yaitu basic merupakan aroma dasar atau andalan suatu parfum yang pertama kali
digunakan dalam hal ini, menggunakan dua fragrance yaitu, nutmeg oil dan
cananga oil sebagai aroma inti dalam pembuatan parfum, fresher merupakan
bagian aroma yang sangat mudah menguap seperti, camellia oil, basil oil dan
citrus pamelo. Blending, sebagai aroma tengah menggunakan minyak vanili
dengan sifatnya yang manis serta aroma yang tidak menyengat mampu
menyelaraskan kelompok-kelompok aroma yang telah di susun sebelumnya dan
terakhir adalah bagian aroma penutup yaitu, vetiver oil dengan berat melokulnya
yang tinggi mampu mengikat semua aroma sehingga aroma penyusun akan
dikeluarkan secara perlahan sesuai dengan suhu disekitarnya.
Beberapa fragrance yang digunakan sebagai bahan dalam pembuatan parfum,
termasuk bahan yang mudah didapatkan dan mudah dibudidayakan. Tanaman
tersebut dapat ditanam pada lahan sempit maupun luas.

46
4.4. Hasil Uji Organoleptik
Pengujian organoleptik atau kualitas merupakan cara pengujian
menggunakan alat indra manusia untuk menilai produk. Spesifikasi yang
digunakan dalam penilaian ini meliputi warna, aroma, kesegaran dan intensitas
aroma. Pelaksanaan uji organoleptik dapat dilakukan dengan cepat serta dapat
memberikan hasil penilaian yang sangat teliti dengan jumlah panelis yang
digunakan sebanyak 9 orang.
Setiap orang memiliki tingkat kesukaan yang berbeda-beda terhadap aroma
atau wewangian yang dihasilkan karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, secara
umum gender, yang termasuk salah satu faktor penentu aroma parfum atau
wewangian, umumnya kaum adam atau laki-laki menyukai aroma yang cukup
spicy dengan aroma citrus yang kuat serta diperkaya degan sentuhan aroma woody
dan aromatik. Sedangkan pada perempuan biasanya lebih cenderung menyukai
aroma ringan, manis, dan fruity serta aroma bunga-bungaan yang lembut yang
menjadi pilihan.
Berdasarkan hasil uji dari beberapa parameter yang dilakukan seperti, warna,
aroma, kesegaran, dan intensitas, menunjukkan bahwa semua parameter tersebut
mendapatkan nilai yang baik dengan jumlah panelis standar 9 orang. Namun
selain memiliki aroma yang awet atau tahan lama, yang selalu menjadi tuntutan
orang, parameter bagian intensitas juga memegang peranan yang sangat penting
dalam menyempurnakan aroma parfum, karena menyangkut tentang kuat atau
tidaknya wewangian yang dihasilkan. Sedangkan pada warna, aroma dan
kesegaran digunakan untuk lebih memperkaya serta menambah nilai tambah pada
parfum tersebut. Diantara semua parfum yang diujikan ke beberapa panelis
standar menunjukkan bahwa hampir semua parfum mendapat nilai yang baik,
namun parfum dengan formula 5 merupakan parfum terbaik diantara semua
formula yang ada dengan nilai rata-rata yaitu, 4,19 (empat koma sembilan belas).
Hasil perhitungan uji organoleptik parfum eau de toilette pria dapat dilihat pada
Lampiran 2.

47
4.4.1. Uji Organoleptik Warna
Rata-rata hasil uji organoleptik warna terhadap parfum eau de toilette pria dapat
dilihat pada Gambar 4.3.

5
4 3.66 3.55 4.11 4.22
4
Sangat suka
Nilai Warna

3 Suka
Agak suka
2
Tidak suka

1 Sangat tidak suka

0
F1 F2 F3 F4 F5

Gambar 4.3. Uji Organoleptik Warna Parfum Eau De Toilette Pria

Dalam diagram warna (Gambar 4.3), dapat dilihat bahwa dari 9 panelis
standar yang digunakan tingkat kesukaan warna berkisar antara 3,55 sampai
dengan 4,22 yang berarti agak suka dan suka. Pada diagram warna formula 3
merupakan tingkat kesukaan warna terendah dengan nilai rata-rata 3,55 berarti
agak suka hal ini karena dikeluarkannya minyak kenanga (cananga oil) dan
minyak kemangi (bacil oil) yang memiliki aroma agak pekat sehingga tidak
terbentuk warna selain terlihat bening. Sedangkan pada formula 5 menunjukkan
nilai rata-rata tertingi 4,22 yang berarti suka hal ini karena dipengaruhi oleh
beberapa minyak berat yang memiliki warna pekat sehingga terbentuk suatu
warna kekuningan. Dalam hal ini warna yang terbentuk pada parfum eau de
toilette pria memiliki daya tarik atau memberi pegaruh terhadap tingkat kesukaan
panelis.

48
4.4.2. Uji Organoleptik Aroma
Rata-rata hasil uji organoleptik warna terhadap parfum eau de toilette pria dapat
dilihat pada Gambar 4.4.

5
3.88 3.55 3.77 3.55 4.11
4
Sangat wangi
Nilai Aroma

3 Wangi
Agak wangi
2
Tidak wangi

1 Sangat tidak wangi

0
F1 F2 F3 F4 F5

Gambar 4.4. Uji Organoleptik Aroma Parfum Eau De Toilette Pria

Diagram aroma (Gambar 4.4) dapat dilihat bahwa pada formula 2 dan 4
memiliki nilai rata-rata yang terendah, hal ini dipengaruhi oleh keberadaan jenis
fragrance minyak pala (nutmeg oil), yang memiliki sifat aroma yang sangat khas
(spicy) yang seketika dapat mengeluarkan aroma yang menyenangkan bagi
penggunanya. Pada formula 2 dan 4 memiliki nilai aroma wangi terendah yaitu
3,55, dimana formula 2 diberikan aroma minyak pala dengan tingkat konsentrasi
0,28 ml, pada tingkatan ini minyak pala kurang memberikan aroma yang baik,
sedangkan pada formula 4 tidak diberikan minyak pala sama sekali.
Formula 5 diperkaya dengan aroma aroma yang sangat khas dan kuat (spicy)
sehingga terbentuk perpaduan aroma yang cukup baik memberi kesan wangi dan
ditambah aroma minyak jeruk pamelo yang memberikan aroma yang manis
(sweety). Berdasarkan diagram aroma (Gambar 4.4) nilai rata-rata berkisar antara
3,55 sampai 4,11 yang berarti agak wangi dan wangi.

49
4.4.3. Uji Organoleptik Kesegaran
Rata-rata hasil uji organoleptik kesegaran terhadap parfum eau de toilette pria
Gambar 4.5.

5
4 3.55 3.77 3.88 3.77
4
Sangat segar
Nilai Kesegaran

3 Segar
Agak segar
2
Tidak segar

1 Sangat tidak segar

0
F1 F2 F3 F4 F5

Gambar 4.5. Uji Organoleptik Kesegaran Parfum Eau De Toilette Pria

Pada diagram kesegaran (Gambar 4.5), efek kesegaran yang diberikan


dipengaruhi oleh jenis aroma minyak atsiri yang menempati komponen fresheer
(penyegar), formula 2 menunjukkan nilai rata 3,55 yang disebapkan karena
rendahnya tingkat konsentrasi minyak kemangi yaitu 0,17 selain itu juga
dipengaruhi oleh minyak teh hijau yang tidak digunakan pada formula 2 yang
memiliki efek kesegaran yang cukup tinggi, sedangkan formula 1 semua
komponen fresheer dimasukkan seperti aroma minyak kemangi, minyak teh hijau,
dan minyak jeruk pamelo, dimana masing-masing memiliki sifat aroma yang
menyegarkan. Diagram kesegaran menunjukkan nilai tingkat kesegaran berkisar
antara 3,55 sampai dengan 4 yang berarti agak segar dan segar.

50
4.4.4. Uji Organoleptik Intensitas
Rata-rata hasil uji organoleptik intensitas terhadap parfum eau de toilette pria
dapat dilihat pada Gambar 4.6.

5
4.66
3.88 3.66 3.66 4.11
4
Sangat intensif
Nilai Intensitas

3 Intensif
Agak intensif
2
Tidak intensif

1 Sangat tidak intensif

0
F1 F2 F3 F4 F5

Gambar 4.6. Uji Organoleptik Intensitas Parfum Eau De Toilette Pria

Diagram intensitas merupakan suatu tingkatan aroma parfum yang dibuat


untuk mengetahui kecepatan aroma setelah aplikasi atau disemprotkan. Intensitas
parfum eau de toilette pria yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 4.6, bahwa
formula 2 da 3 memiliki nilai yang sama 3,66 yang berarti agak intensif hal ini
dipengaruhi oleh tingkat konsentrasi aroma minyak kenanga (cananga oil) yang
diberikan pada setiap formula parfum. Sedangkan pada formula 5 menunjukkan
nilai tertinggi yaitu 4,66 yang berarti intensif hal ini karena wewangian formula 5
dibentuk oleh beberapa jenis fragrance yang berbeda serta memiliki sifat yang
sangat khas dan kuat sehingga dapat membentuk aroma woody.

51
4.4.5. Rekapitulasi Hasil Uji Organoleptik
Hasil rekapitulasi uji organoleptik parfum eau de toilette pria dapat dilihat pada
Gambar 4.7.

5
3.94 3.605 3.687 3.912 4.19
4
Nilai Organoleptik

0
F1 F2 F3 F4 F5

Gambar 4.7. Rekapitulasi Hasil Uji Organoleptik Parfum Eau De Toilette Pria

Hasil pengujian organoleptik dari beberapa parameter yang dilakukan tidak


memberi pengaruh yang signifikan baik dari segi warna, aroma, kesegaran, dan
intensitas pada semua formula yang ada. Berdasarkan warna berkisar antara 3,55
sampai dengan 4.22 yang berarti agak suka dan suka, aroma berkisar antara 3.55
sampai dengan 4.11 yang berarti agak wangi dan wangi, kesegaran berkisar antara
3.55 sampai dengan 4 yang berarti agak segar dan segar, sedangkan pada
intensitas berkisar antara 3.66 sampai dengan 4.66 yang berarti agak intensif dan
intensif. Secara keseluruhan parfum terbaik berada pada formula 5 (Gambar 4.7)
dengan nilai rata-rata 4,19 yang berarti disukai oleh 9 orang sebagai panelis
standar. Hal ini karena pada formula 5 digunakan bahan yang sedikit berbeda,
dengan melihat beberapa aroma penyusun parfum pada produk parfum Fandy Fan
yang telah di pasarkan serta menggunakan pengklasifikasian parfum yang berbeda
dapat dilihat pada Tabel 3.1. Sehingga aroma yang dihasilkan ini adalah aroma
woody karena didominasi oleh jenis aroma minyak kayu-kayuan serta sebagian
minyak memiliki sifat yang pedas sehingga efeknya dapat dirasakan dengan cepat
setelah diaplikasi atau disemprotkan.

52
4.4.6. Uji Daya Tahan Wangi
Tabel 4.2. Uji daya tahan wangi
Waktu Formula
Pengamatan F1 F2 F3 F4 F5
08.30-09.00 +++++ +++++ +++++ +++++ +++++
09.00-09.30 +++++ +++++ +++++ +++++ +++++
09.30-10.00 +++++ +++++ +++++ +++++ +++++
10.00-10.30 +++++ +++++ +++++ +++++ +++++
10.30-11.00 +++++ +++++ +++++ +++++ +++++
11.00-11.30 ++++ +++++ ++++ +++++ +++++
11.30-12.00 ++++ ++++ ++++ +++++ +++++
12.00-12.30 +++ ++++ +++ +++++ +++++
12.30-13.00 +++ ++++ +++ +++++ +++++
13.00-13.30 +++ ++++ +++ ++++ +++++
13.30-14.00 +++ +++ +++ +++ ++++
14.00-14.30 +++ +++ ++ +++ ++++
14.30-15.00 ++ +++ ++ +++ ++++
15.00-15.30 ++ +++ ++ +++ ++++
15.30-16.00 ++ ++ ++ +++ ++++
16.00-16.30 ++ ++ + +++ ++++
16.30-17.00 + ++ + ++ +++
17.00-17.30 + ++ + ++ +++
17.30-18.00 + + + ++ +++
18.00-18.30 + + + ++ +++
18.30-19.00 + + + ++ +++
19.00-19.30 + + + ++ +++
19.30-20.00 + + + ++ +++
20.00-20.30 + + + ++ +++
Keterangan:
Sangat kuat : +++++
Kuat : ++++
Agak kuat : +++
Lemah : ++
Sangat lemah : +

Uji daya tahan wangi merupakan pengujian yang dilakukan untuk


mengetahui keawetan atau ketahanan suatu aroma setelah penggunaan. Pengujian
ini dilakukan pada suhu ruangan 28-290C menggunakan kertas uji aroma dan

53
setiap 30 menit aroma tersebut diamati. Pengujian daya tahan wangi ini dilakukan
selama 12 jam. Sesuai dengan ketahanan parfum eau de toilette pria, pada
umumnya minimal memiliki daya tahan wangi selama 3 jam, sehingga dilakukan
pengujian pada parfum eau de toilette pria minimal 3 jam dan maksimal 12 jam di
mulai pada pukul 08:30 (jam/menit).
Dari 5 sampel formula yang diujikan menunjukkan bahwa pada pukul 16:30
(jam/menit) formula dengan kode 3, aroma yang dikeluarkan sudah mulai
menghilang atau aromanya sudah sangat lemah berbeda dengan beberapa aroma
lain, namun masih bertahan sampai pukul 20:30 (jam/menit). Sedangkan pada
formula 5, pada pukul 20:30 (jam/menit) aroma yang dikeluarkan masih agak kuat
dibanding dengan formula 4 yang mengeluarkan aroma sudah lemah. Sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa semua formula parfum yang diujikan telah
melewati batas normal yang ditargetkan, seperti yang dikatakan Ubaidillah (2017)
dalam bukunya bahwa parfum eau de toilette (EDT) bertahan sampai 3 jam. Hal
ini menunjukkan bahwa semua formula parfum yang dihasilkan memiliki daya
tahan wangi yang kuat dan bahkan dapat bertahan sampai 12 jam. Hal ini berarti
parfum memiliki kualitas yang bagus dengan daya tahan wangi yang dimiliki.
Diantara semua formula parfum yang dihasilkan (Tabel 4.2) menunjukkan bahwa
aroma yang memiliki daya tahan wangi yang lebih kuat didapatkan pada formula
5 dengan kriteria 3 bintang yang berarti aroma wangi agak kuat.

4.4.7. Uji Noda


Tabel 4.3. Uji noda
Formula
Kertas Uji
F1 F2 F3 F4 F5
Kertas HVS 3 3 3 3 4
Kertas Tisu 4 4 4 4 4
Ketas Saring 5 5 5 5 5
Keterangan :
1 : Sangat tebal 4 : Tidak ada noda
2 : Tebal 5 : Sama sekali tidak ada noda
3 : Tipis

54
Uji noda merupakan suatu teknik pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui tingkat keamanan noda suatu parfum. parameter uji noda yang
digunakan yaitu kertas saring, kertas tisu, dan kertas HVS dengan tingkat daya
serap masing-masing kertas tersebut. Daya serap masing-masing kertas uji noda
diibaratkan pada kain atau pakaian yang digunakan.
Masing-masing formula parfum diteteskan pada kertas uji noda dengan
beberapa tingkatan seperti, sama sekali tidak ada noda, tidak ada noda, tipis, tebal,
dan sangat tebal (Tabel 4.3). Pada Kertas saring yang diamati selama 7 menit
sampai kertas kering, terlihat bahwa semua formula parfum yang diujikan sama
sekali tidak meninggalkan noda sedikitpun karena kertas saring memiliki daya
serap yang sangat tinggi sehingga semua formula parfum meresap dengan mudah.
Pada kertas tisu juga hampir sama, semua formula parfum yang diujikan tidak
ditemukan adanya noda yang menempel, yang terlihat hanyalah kekusutan atau
permukaan kertas tisu bergelombang diakibatkan karena tetesan parfum yang
membasahinya. Penetesan pada kertas HVS menunjukkan bahwa, setelah semua
formula parfum di teteskan segera nampak noda yang melingkar namun terlihat
sangat tipis. Kertas HVS memiliki daya serap yang lebih rendah sehingga
memungkinkan noda tersebut menempel, namun berbeda pada formula 5
menunjukkan hal yang sama pada kertas tisu yaitu tidak terdapatnya noda pada
bagian yang ditetesi parfum.
Setelah pengujian noda ini dilakukan dapat disimpulkan bahwa formula 5
dengan daya serap seperti kertas saring, kertas tisu dan kertas HVS sangat aman
digunakan. Selain itu, pada formula 1, formula 2, dan formula 3 juga aman
digunakan dengan daya serap seperti kertas saring dan kertas tisu, namun dengan
daya serap seperti kertas HVS diperlukan kehati-hatian apalagi disemprotkan pada
kain yang berwarna putih.

55
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa,
minyak atsiri dapat diperoleh dari tanaman pala, kenanga, kemangi, jeruk pamelo,
akar wangi dan lain lain, dengan menggunakan metode penyulingan dengan air
dan uap dan penyulingan dengan air. Minyak atsiri alami tersebut yang dihasilkan
dapat digunakan untuk membuat formulasi parfum eau de toilette pria.
Hasil analisis organoleptik dengan parameter warna menunjukkan nilai rata-
rata 3.908 yang berarti agak suka, aroma dengan nilai rata-rata 3,772 yang berarti
agak wangi, kesegaran dengan nilai rata-rata 3.794 yang berarti agak segar, dan
intensitas dengan nilai rata-rata 3.994 yang berarti agak intensif. Secara
keseluruhan diketahui parfum eau de toilette pria terbaik terdapat pada formula 5
dengan nilai rata-rata 4.19 yang berarti suka. Hal ini karena terdapat beberapa
komponen minyak atsiri yang memiliki berat melokul yang tinggi seperti minyak
akar wangi (vetiver oil), minyak gaharu (agarwood oil), dan minyak nilam
(patchouli oil)
Pada hasil uji daya tahan wangi yang dilakukan pada ke 5 formula parfun eau
de toilette pria selama 12 jam diketahui bintang terbanyak dimiliki oleh formula 5
yaitu 3 bintang yang berarti agak kuat. Kemudian dilakukan uji noda sehingga
memperoleh nilai berkisar antara 3 sampai 5 yang berarti tipis dan sama sekali
tidak ada noda sehingga parfum eau de toilette pria ini aman digunakan.

5.2. Saran
Semua tanaman memberikan aroma wangi yang khas jadi perlu dilakukan
penyeleksian sebelum menjadikannya sebagai bahan baku dalam pembuatan atau
memformulasikan parfum.

56
DAFTAR PUSTAKA

Acandra. 2010. Kapulaga Ekspektoran Alami. Kompas.com. (Online)


(https://nasional.kompas.com. Diakses pada tanggal 22 Maret 2018)
Agroteknologi. 2017. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jahe. Pusat Info
Pertanian (Online). (agroteknologi.web.id/diakses pada tanggal 21 Maret
2018)
Agroindustri. 2017. Tanaman Nilam Penghasil Minyak Atsiri dengan Nilai Jual
Tinggi. (Online) (www.agroindustri.id/budidaya-tanaman-nilam). Diakses
pada tanggal 20 Maret 2018.
Ana, Chy. 2017. Manfaat Tanaman Jahe bagi Kesehatan. (Online)
(https://Manfaat.co.id/diakses pada tanggal 21 Maret 2018).
Ana, Chy. 2017. Manfaat Daun Gaharu untuk Kesehatan. (Online)
(https://manfaat.co.id/diakses pada tanggal 21 Maret 2018).
Agoes, A,. 2010. Tanaman Obat Indonesia 3rd ed, A. Suslia, ed. Salemba
Medika:Jakarta.
Al Hanief MM, Al Mushawwir H, Mahfud. 2013. Ekstraksi Minyak Atsiri dari
Akar Wangi Menggunakan Metode Steam-hydro distillation dan Hydro
distillation dengan Pemanas Microwave. Jurnal Teknik POMITS. 2(2):219-
223.
Aryanto, 2016. Khasiat dan Manfaat Vanili bagi Kesehatan. (Online)
(https://www.aryanto.id/diakses pada tanggal 21 Maret 2018).
Astawan, 2013. Jeruk Pamelo Gizinya Menabjukkan. Artikel. Pamelo Indo Agri.
(http://www.pamelo.co.id/detail-artikel-11-jeruk-pamelo-gizinya-
menakjubkan.html). Diakses 20/03/2018. Pukul 19:56.
Aziz, Fauzi. 2009. Seminar Internasional Minyak Atsiri. Dirjen Industri Kecil dan
Menengah (IKM). Departemen Perindustrian.
Balitri. 2014. Perkembangan Pasar Teh Indonesia di Pasar Domestik dan
Internasional.(http:balitri.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/infoteknol
ogi/207-perkembangan-teh-indonesia-di-pasar-
domestikdanpasar.internasional).
Badan Standar Nasional. 2006. SNI 06-2386-2006. Minyak Akar Wangi. Jakarta:
Badan Standar Nasional. Hal 1-10.
Badan Pusat Statistik. 2017. Barang Konsumsi ini Diimpor RI: dari Tank, Senjata,
hingga Buah-buahan.

57
Badan Pusat Statistik. 2016. Ekspor Minyak Atsiri Menurut Negara Tujuan, 2006-
2015. BPS Propinsi Sumatra Barat.
Chaturvedula, V.S.P and Prakash, I. 2011. The Aroma Taste, Color and Bioactive
Constituents of Tea. Journal of Medicinal Plants Research Vol. 5(11).
Dewan Atsiri Indonesia. 2009. Minyak Atsiri Indonesia. Rizal M, Rusli MS,
Mulyadi A, editor. Jakarta (ID): Dewan Atsiri Indonesia.
Departemen Pertanian. 1986. Pala dan Pengolahannya. Irian Jaya: Bagian
Proyeksi Informasi Pertanian. (Pustaka. Litbang. Pertanian. Go .id/
agriteg/ppua0158).
Devasagayam, P.A Tilak, J.C. Boloor, K.K., Sane,K., Ghaskadbi, S.S., and Lele,
R.D. 2004. Free Radicals and Antioxidants in Human Health: Current
Status and Future Prospects JAVI: Vol. 52.
Endah R,D., Spersia,D., Adrian Nur., Paryanto. 2007. Pengaruh Kondisi
Fermentasi Terhadap Yield Etanol pada Pembuatan Bioetanol dari Pati
Garut. Jurusan Teknik Kimia. Universitas Sebelas Maret.
Gema Pertanian, 2015. Cara Budidaya Tanaman Vanili. (Online)
(http://www.gemaperta.com/diakses pada tanggal 21 Maret 2018).
George, Skrede., Eyob S., Martinsen BK, Tsegeya A., dan Appelgren M. 2008.
Antioxidant and Antimicrobial Activities of Extract and Essential Oil of
Korarima (Aframomum corrorima (Braun) P.C.M. Jansen). African J.
Biotechnol. 7(15), 2585-2592.
Guenther, E, 2006. Minyak Atsiri Jilid 1, Penerbit UI Press, Jakarta.
Guenther, E. 1987. The Essential Oils. Diterjemahkan oleh S. Ketaren Jilid 1,3-
10, 171-183, 286-292, 296-299, UI Press, Jakarta.
Henuhili, Victoria. 2004. Budidaya Tanaman Vanili. Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Yogyakarta.
Jariyah, NA, Supangat AB. 2008. Dilema Penanaman Akar Wangi Vetivera
zizanoides L. Nash di Kabupaten Garut. Info Hutan. 5(3):261-272.
Kemenperin, 2009. Pemasok Bahan Baku Dunia. (Online)
(http://www.kemenperin.go.id/artikel/1921/Pemasok-90-%20Bahan-Baku-
Dunia,-Tapi-RI-Masih-Impor-Parfum). Diakses pada tanggal 13 Maret
1996.
Kusumaningrum, Febria Diah. 2014. Manfaat Mengejukkan Dari Kapulaga untuk
Kesehatan. Merdeka.com. (https://www.Merdeka.com/sehat/8-manfaat-
mengejukkan-dari-kapulaga-untuk-kesehatan.html.)

58
Larasati, Diah Ayu., Ety Apriliana. 2016. Efek Potensial Daun Kemangi (Ocimum
basilicum L.) sebagai Pemanfaatan Hand Sanitizer. Fakultas Kedokteran.
Universitas Lampung.
Lutony, T dan Yeyet R. 2002. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Penerbit
Swadaya, Jakarta.
Manurung, Gohan Octara. 2013. Varietas Lada Natar-1 Spesifik Lampung. Badan
Litbang Pertanian. (http://www. litbang. pertanian.go.id/ download/one/373/
file/VARIETAS-LADA-NATAR-I-SPES.pdf)
Rizal, Molide., Meika S.Rusli dan Ariato Mulyadi. 2009. Minyak Atsiri
Indonesia. Sumber Dewan atsiri Indonesia dan IPB.
Rusli,Meika Syahbana. 2010. Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. Jakarta: Agro
Media Pustaka.
Sani. 2011. Minyak Dari Tumbuhan Akar Wangi. Surabaya (ID): Unesa
University Preess.
Supriyanto, Tri dan Wahyudi. 2009. Proses Produksi Etanol oleh Saccharomyces
cerevisiae dengan Operasi Kontinyu pada Kondisi Vakum. Skripsi Sarjana,
Fakultas Teknik Kimia. Universitas Diponegoro. Semarang.
Supriyanto, 2018. Potensi Pengembangan Tanaman dan Potensi Minyak Atsiri di
Indonesia. Anniversary Seameo Biotrop ke 50 Tahun. Pers.com 2018.
Sundari, D., Budi, N dan M. Wien,W. 2009. Toksitas Akut (LD50) dan Uji
Gelagat Ekstrak Daun Teh Hijau (Camelia sinensis) pada Mencit. Media
Peneliti dan Pengembangan Kesehatan, 14(4): 198-203.
Truong P, Van TT, Pinners E.2008. The Vetiver System for Agriculture. Texas
(US): The Vetiver Network International.

Trubus Info Kit, 2009. Minyak Atsiri. ISSN 0216-7638. Vol. 07 (www. Trubus-
online.co.id) di akses pada tanggal 20/03/2018.Pukul 15:19.

Tugon, Titian Daru Asmara, (2009). Akar Wangi (Vetiveria zizanoides Stapt).
Program Studi Farmasi, Universitas Islam Bandung.

Ubaidillah, Hikmah. 2017. Panduan, Tips dan Trik Parfum. Rumah Baca Pintar.

Umar, A.N.L. 2011. Perbandingan Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.)
dengan Ketokonazol 2% dalam Menghambat Pertumbuhan Candida sp.
Pada Kandidiasis Vulvovaginalis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Skripsi.

59
Pujiarti, Rini., Titis Budi Widowati., Kasmudjo., Sigit Sunarta. 2015. Kualitas
Komposisi Kimia dan Aktivitas Antioksidan Minyak Kenanga (cananga
odorata). Fakultas Kehutanan. Universitas Gajah Mada.

Puputpurwanti. 2017. Cara Menanam Gaharu Paling Mudah dan Pasti Sukses.
ILB. (https://ilmubudiya.com/cara-menanam-gaharu).

Waysima, Adawiyah, Dede, R. 2010. Evaluasi Sensori (cetakan ke-5). Bogor:


Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Wordpress. 2016. Manfaat dan Kandungan Nutrisi daun Kemangi.(Online)


https://sumbergizi.wordpress.com/2016/10/22/manfaat-dan-kandungan-
nutrisi-daun-kemangi/ diakses pada tanggal 23 Maret 2018.

Zowail, M.E.M., Khater, E.H.H. and EL-Asrag, M.E.M. 2009. Protective Effect
Of Green Tea Extract Against Cytotoxicity Induced by Enrofloxacin In Rat
Egypt. Acad.j. Biolog. Sci., I(I): 45-64.

60
LAMPIRAN

61
Lampiran 1. Lembar Penilaian Organoleptik Parfum Eau De Toilette Pria

Nama Panelis: Tanggal:


 Cantumkan kode uji pada kolom yang tersedia sebelum melakukan pengujian
 Berilah tanda √ pada nilai yang dipilih sesuai kode yang diuji

Formula
Spesifikasi Nilai
1 2 3 4 5
1. Warna
 Sangat suka 5
 Suka 4
 Agak suka 3
 Tidak suka 2
 Sangat tidak suka 1
2. Aroma (keharuman)
 Sangat wangi 5
 Wangi 4
 Agak wangi 3
 Tidak wangi 2
 Sangat tidak wangi 1
3. Kesegaran aroma
 Sangat segar 5
 Segar 4
 Agak segar 3
 Tidak segar 2
 Sangat tidak segar 1
4. Intensitas aroma
 Sangat intensif 5
 Intensif 4
 Agak intensif 3
 Tidak intensif 2
 Sangat tidak intensif 1

Komentar :

Panelis,

(.....................................)

62
Lampiran 2. Hasil Uji Organoleptik Parfum Eau De Toilette Pria

Uji organoleptik parfum formula 1


No Responden Warna Aroma Kesegaran Intensitas Total Rata-
rata
1 Panelis 1 4 5 5 5 19 4.75
2 Panelis 2 4 3 4 3 14 3.5
3 Panelis 3 5 4 4 3 16 4
4 Panelis 4 4 4 4 4 16 4
5 Panelis 5 3 3 3 4 13 3.25
6 Panelis 6 4 4 4 4 16 4
7 Panelis 7 5 3 4 5 17 4.25
8 Panelis 8 4 5 4 3 16 4
9 Panelis 9 3 4 4 4 15 3.75
Total 36 35 36 35 142
3.94
Rata-rata 4 3.88 4 3.88 15.77

Uji organoleptik parfum formula 2


No Responden Warna Aroma Kesegaran Intensitas Total Rata-
rata
1 Panelis 1 4 3 3 4 14 3.5
2 Panelis 2 3 4 3 4 14 3.5
3 Panelis 3 4 3 3 2 12 3
4 Panelis 4 4 3 4 4 15 3.75
5 Panelis 5 3 3 3 4 13 3.25
6 Panelis 6 4 4 4 4 16 4
7 Panelis 7 5 4 5 4 18 4.5
8 Panelis 8 4 4 3 3 14 3.5
9 Panelis 9 2 4 4 4 14 3.5
Total 33 32 32 33 130
3.61
Rata-rata 3.66 3.55 3.55 3.66 14.44

63
Uji organoleptik parfum formula 3
No Responden Warna Aroma Kesegaran Intensitas Total Rata-
rata
1 Panelis 1 2 3 4 4 13 4.33
2 Panelis 2 4 3 3 2 12 3
3 Panelis 3 3 2 2 3 10 2.5
4 Panelis 4 4 4 4 4 16 4
5 Panelis 5 4 3 3 4 14 3.5
6 Panelis 6 5 5 4 3 17 4.25
7 Panelis 7 5 5 5 5 20 5
8 Panelis 8 3 4 4 3 14 3.5
9 Panelis 9 2 5 5 5 17 4.25
Total 32 34 34 33 133
3.69
Rara-rata 3.55 3.77 3.77 3.66 14.77

Uji organoleptik parfum formula 4


No Responden Warna Aroma Kesegaran Intensitas Total Rata-
rata
1 Panelis 1 4 3 3 5 15 3.75
2 Panelis 2 3 4 4 3 14 3.5
3 Panelis 3 4 3 4 3 14 3.5
4 Panelis 4 4 4 5 5 18 4.5
5 Panelis 5 5 4 4 4 17 4.25
6 Panelis 6 5 4 4 4 17 4.25
7 Panelis 7 5 3 4 4 16 4
8 Panelis 8 4 3 3 5 15 3.75
9 Panelis 9 3 4 4 4 15 3.75
Total 37 32 35 37 141
3.91
Rata-rata 4.11 3.55 3.88 4.11 15.66

64
Uji organoleptik parfum formula 5
No Responden Warna Aroma Kesegaran Intensitas Total Rata-
rata
1 Panelis 1 4 2 3 5 14 3.5
2 Panelis 2 3 5 4 5 17 4.25
3 Panelis 3 5 3 3 3 14 3.5
4 Panelis 4 4 5 3 5 17 4.25
5 Panelis 5 5 5 5 5 20 5
6 Panelis 6 2 3 2 4 11 2.75
7 Panelis 7 5 4 4 5 18 4.5
8 Panelis 8 5 5 5 5 20 5
9 Panelis 9 5 5 5 5 20 5
Total 38 37 34 42 151
4.19
Rata-rata 4.22 4.11 3.77 4.66 16.77

Rekapitulasi hasil uji organoleptik parfum eau de toilette pria


No Formula Warna Aroma Kesegaran Intensitas Total Rata-
rata
1 F1 4 3.88 4 3.88 15.76 3.94
2 F2 3.66 3.55 3.55 3.66 14.42 3.605
3 F3 3.55 3.77 3.77 3.66 14.75 3.687
4 F4 4.11 3.55 3.88 4.11 15.65 3.912
5 F5 4.22 4.11 3.77 4.66 16.76 4.19
Total 19.54 18.86 18.97 19.97 77.34
3.09
Rata-rata 3.908 3.772 3.794 3.994 15.468

65
Lampiran 3. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian

Destilator Glassware Destilator Stainless

Kesiapan Pembuatan Parfum Penimbangan Akar Wangi

Daun Jeruk Nipis Kemangi

66
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan

Pemanenan Akar Wangi Pemotongan Akar Wangi

Perangkaian Alat Destilator Destilasi Akar Wangi

Formulasi Parfum Eau De Toilette Parfum Eau De Toilette Pria

67
Lampiran 5. Riwayat Hidup Penulis
Huzari Baba. 1422060558. Lahir pada tanggal 07
Maret 1996 di Bantimala, Pangkep. Ia merupakan
anak ke dua dari 3 bersaudara dari pasangan Baba
Umar (Alm) dan Sunniati. Penulis menempuh
pendidikan mulai dari SD 17 Parang Luara Tahun
2003-2008 lalu melanjutkan pendidikan di bangku
SMP 1 Tondong Tallasa pada tahun 2008-2011 dan
melanjutkan pendidikan di SMA 1 Tondong Tallasa
dan tamat pada tahun 2014 kemudian di tahun yang
sama penulis menempuh pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Pangkep,
Program Studi Agroindustri Diploma 1V, Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil
Perikanan. Penulis pun aktif di beberapa organisasi yaitu Himpunan Mahasiswa
Teknologi Pengelolahan Hasil Perikanan (HIMATERIN : 2015) sebagai Pengurus
di bidang kerohanian, Anggota Kerukunan Mahasiswa Pangkep (KMP3 : 2014),
Anggota UKM Latihan Kajian Mahasiswa Islam (LKMI : 2014) dan juga sebagai
Anggota di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada tahun 2017.
Dalam memenuhi penyelesaian studi akhir tahun 2018 (Semester VIII), maka
penulis melakukan magang di SEAMEO BIOTROP selama 3 bulan sekaligus
menyusun karyah ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Terapan pada Program Studi Agroindustri Diploma IV, Jurusan Teknologi
Pengolahan Hasil Perikanan, Politeknik Pertanian Negeri Pangkep dengan judul
skripsi “Formulasi Minyak Atsiri (Essential Oil) Untuk Pembuatan Parfum Eau
De Toilette Pria yang dilaksanakan pada Februari - April 2018.

Motto : Lakukan yang terbaik dari apa yang bisa dilakukan dan berikan yang
terbaik dari apa yang bisa diberikan.

68

You might also like