You are on page 1of 112

PROFIL SENYAWA VOLATIL PADA BERBAGAI JENIS

MINYAK ATSIRI ASAL INDONESIA

ERWIN RIYADI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir yang berjudul “Profil
Senyawa Volatil pada Berbagai Jenis Minyak Atsiri asal Indonesia” adalah
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka
di bagian akhir Tugas Akhir ini.

Bogor, 06 Juni 2012

Erwin Riyadi
F252100115
ABSTRACT

ERWIN RIYADI. Profilling the Volatil Compounds of Variety of Essential Oils


Species From Indonesia. Under Supervision of NURI ANDARWULAN and
DIDAH NUR FARIDAH
This study was conducted to identify the volatil compounds of essential
oils from Indonesia and its comparison with national or international standards.
Essential oils for the research were nutmeg oil, patchouli oil, vetiver oil, java
citronellal, cananga oil, ylang-ylang oil, terpentin oil, fresh ginger oil, kaffir lime
leaf oil and black pepper oil. The samples were analized by Gas Chromatography
(GC) and Gas Chromatography Mass Spectromety (GC-MS) for identification of
their volatil compounds. The result of the research showed that quantitative data
based on area of chromatogram of Sulawesi and Java nutmeg oil fulfilled the
specification of flavor and fragrant multi national company standard. Sulawesi,
Java and Sumatra patchouli oil fullfilled the specification of International Standard
based on the volatil compounds parameters. West Java vetiver oil fulfilled the
specification of ISO standard based on the volatil compounds parameters. West
Java terpentine oil fulfilled the specification of National standard for Standard
Group based on the volatil compounds parameters. Java kaffir lime leaf oil
fullfilled the specification of flavor and fragrant multi national company standard
based on the volatil compounds parameters. Finally, Java citronelal oil fulfilled
the specification of National Standard (SNI) based on the volatil compounds
parameters.

Keywords : Nutmeg oil, patchouli oil, fresh ginger oil, vetiver oil, black pepper oil,
cananga oil, ylang-ylang oil, terpentine oil, kaffir lime leaf oil, java citronellal oil,
volatile compounds
RINGKASAN

ERWIN RIYADI. Profil Senyawa Volatil Pada Berbagai Jenis Minyak Atsiri Asal
Indonesia. Dibimbing oleh Nuri Andarwulan dan Didah Nur Faridah.
Tujuan penelitian ini adalah melakukan identifikasi senyawa volatil minyak
atsiri asal Indonesia dan gap analysis antara senyawa volatil pada minyak atsiri
asal Indonesia tersebut dengan standar atau literatur yang ada dan berlaku.
Jenis minyak atsiri yang diidentifikasi didasarkan terutama atas minyak atsiri
yang memiliki nilai pangsa pasar yang besar terutama ekspor yaitu minyak pala,
minyak nilam, minyak akar wangi, minyak sereh wangi, minyak kenanga, minyak
ylang-ylang dan minyak terpentin. Selain itu jenis minyak atsiri lainnya yang
potensial dikembangkan yaitu minyak jahe segar, minyak daun jeruk purut dan
minyak lada hitam. Keseluruhan minyak atsiri yang diteliti sebagian besar berasal
dari pengumpul minyak atsiri yang berlokasi di Jawa Barat yang sampelnya
diambil dari para penyuling di daerah di Indonesia
Analisis senyawa volatil pada semua minyak atsiri tersebut dilakukan
secara kuantitatif menggunakan alat GC (gas chromatography) dan secara
kualitatif menggunakan GC-MS (gas chromatograhy-mass spectrophotometry).
Selanjutnya dilakukan gap analysis dengan membandingkan antara data hasil
penelitian ini dengan standar yang ada baik Standar Nasional Indonesia (SNI),
standar industri flavor dan fragran, standar internasional dan literatur.
Dari hasil penelitian ini diperoleh sekitar 35 senyawa volatil pada minyak
pala asal Sulawesi dan Jawa. Komponen utama minyak pala diantaranya alpha
pinene, sabinene, beta pinene dan myristicin. Berdasarkan pada parameter
senyawa volatilnya maka minyak pala asal Jawa dan Sulawesi masuk spesifikasi
standar industri multi nasional (flavor dan fragran) namun tidak masuk standar
European Pharmacopoeia (EP).
Minyak nilam asal Jawa, Sumatra dan Sulawesi mengandung komponen
utama yaitu patchouli alcohol, alpha guaiene, seychellene, alpha patchouelene
dan alpha bulnesene. Ada 30 komponen senyawa volatil yang teridentifikasi
pada minyak nilam tersebut. Minyak nilam asal Jawa, Sumatra dan Sulawesi
memenuhi persyaratan standar ISO dan standar industri multi nasional (flavor
dan fragran).
Minyak jahe segar asal Jawa terdiri dari 70 senyawa volatil yang
teridentifikasi dengan komponen utama yaitu zingiberene, champene, beta
phellandrene, alpha curcumene dan beta sesquephellandrene.
Minyak akar wangi asal Jawa barat mengandung senyawa volatil terbanyak
yaitu 89 senyawa volatil dengan komponen utama seperti khusimol, beta
vetivenene, beta vetivone, alpha vetivone dan alpha gurjune. Minyak ini secara
spesifikasi masuk standar ISO 4716 : 2002 terkait persyaratan parameter
senyawa khusimol.
Minyak lada hitam asal Jawa mengandung 40 senyawa volatil yang
teridentifikasi dengan komponen utama yaitu beta caryophyllene, limonene,
delta-3-carene, beta pinene dan alpha pinene. Sekitar 54 senyawa volatil pada
minyak kenanga asal Jawa teridentifikasi dengan komponen utama antara lain
beta caryophyllene, alpha humulene, germacrene D, delta cadinene dan alpha
farnesene.
Minyak ylang-ylang asal Jawa mengandung 61 senyawa volatil dengan
komponen utama yaitu beta linalool, benzyl acetate, p-methyl anisole, methyl
benzoat, geranyl acetate, beta caryophyllene dan germacrene D. Minyak
terpentin asal Jawa barat mengandung 17 senyawa volatil dengan komponen
utama yaitu alpha pinene dan delta-3-carene. Minyak ini masuk spesifikasi
standar SNI untuk kelompok Mutu Standar, namun tidak masuk spesifikasi untuk
kelompok Mutu Utama.
Minyak daun jeruk purut asal Jawa mengandung komponen utama beta
citronellal, beta linalool, beta citronellol, sabinene dan citronellyl acetate. Total
senyawa volatil pada minyak daun jeruk purut asal Jawa sekitar 38 senyawa
volatil. Minyak ini masuk spesifikasi standar industri multi nasional (flavor dan
fragran) berdasarkan pada parameter senyawa volatilnya.
Terakhir, minyak sereh wangi asal Jawa mengandung 38 senyawa volatil
yang teridentifikasi dengan komponen utama yaitu beta citronellal, geraniol, beta
citronellol, geranyl acetate, limonene dan citronellyl acetate. Minyak ini masuk
spesifikasi standar SNI terutama terkait batasan minimum komponen beta
citronellal yang menjadi persyaratan pada standar SNI.
Secara keseluruhan rerata total persentase area yang teridentifikasi pada
10 jenis minyak atsiri yang digunakan untuk penelitian ini 97.59% (kisaran 95.00
– 99.00)

Kata kunci : Minyak pala, minyak nilam, minyak jahe segar, minyak akar wangi,
minyak lada hitam, minyak kenanga, minyak ylang-ylang, minyak terpentin,
minyak daun jeruk purut, minyak sereh wangi, senyawa volatil
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
PROFIL SENYAWA VOLATIL PADA BERBAGAI JENIS
MINYAK ATSIRI ASAL INDONESIA

ERWIN RIYADI

Tugas Akhir
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesi Teknologi Pangan
Pada Program Studi Magister Profesi Teknologi Pangan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul Tugas Akhir : Profil Senyawa Volatil Pada Berbagai Jenis Minyak Atsiri
Asal Indonesia
Nama : Erwin Riyadi
NRP : F252100115

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Nuri Andarwulan, MSi Dr. Ir. Didah Nur Faridah, MSi
Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana


Magister Profesi Teknologi Pangan

Dr. Ir. Lilis Nuraida, MSc Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc

Tanggal Ujian : 27 Juni 2012 Tanggal Lulus : 17 September 2012


PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir berjudul “Profil Senyawa
Volatil pada Berbagai Jenis Minyak Atsiri asal Indonesia” sejak Desember 2011.
Selama proses penyelesaian tugas akhir ini tidak terlepas dari dukungan
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Nuri Andarwulan, Msi (selaku ketua komisi pembimbing) dan Dr. Ir.
Didah Nur Faridah, Msi (selaku anggota komisi pembimbing) atas bimbingan
dan arahannya selama proses penyusunan hingga tesis ini selesai.
2. Bapak Nanang Priyatno selaku pimpinan di tempat bekerja penulis atas
saran dan masukkannya, ijin penggunaan laboratorium dan data pendukung
lainnya.
3. Jajaran manajemen dan seluruh karyawan PT Indesso Aroma
4. Mba Tika, selaku asisten koordinator program studi Magister Profesi
Teknologi Pangan yang selalu membantu pelaksanaan sidang, seminar dan
ujian.
5. Keluarga tercinta terutama ayah dan ibu yang atas segala doa dan
dorongannya.
6. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan MPTP angkatan 2010
7. Bapak dan Ibu Sarijo sekeluarga atas segala doa, nasehat dan dukungannya
8. Almarhum Bapak Harjito, Ibu Harjito, Arena, Lia dan Indah atas doa dan
dukungannya.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini jauh dari sempurna, sehingga
pada kesempatan ini juga penulis mengharapkan kritik dan saran membangun
demi menyempurnakannya. Penulis berharap tugas akhir ini bisa bermanfaat
bagi masyarakat yang membutuhkannya
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Klaten tanggal 15 Juli 1983 dari Ayah Suharno


Sumitro dan Ibu Srigirni. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.
Tahun 2001 penulis lulus dari SMA N 1Jogonalan Klaten dan pada tahun yang
sama diterima melalui UMPTN di Universitas Gadjah Mada. Penulis memilih
Jurusan Kimia, Fakultas MIPA UGM dan lulus pada tahun 2006. Sekitar empat
setengah tahun penulis menempuh masa kuliah S1 di UGM. Penulis saat ini
bekerja di PT Indesso Aroma sejak tahun 2008 sebagai Supervisor Laboratorium
Uji dan ditugaskan sebagai Auditor Internal. Selama bekerja di PT Indesso
Aroma penulis menjadi bagian tim panelis organoleptik, kalibrator internal, tim
teknis untuk proses produksi dan terkait dengan pengembangan dan validasi
metode baru di laboratorium.
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xvi

PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian.................................................................................... 5
C. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 7


A. Minyak Atsiri ........................................................................................... 7
1. Minyak Pala (Myristica fragrans) ......................................................... 9
2. Minyak Nilam (Pogostomon) ............................................................. 11
3. Minyak Jahe (Zingiber officinale) ....................................................... 12
4. Minyak Akar Wangi (Vetiveria zizanioides) ........................................ 13
5. Minyak Lada Hitam (Piper nigrum) .................................................... 13
6. Minyak Kenanga (Canangium odoratum Baill forma macrophylla)..... 14
7. Minyak Ylang-Ylang (Canangium odoratum Baill forma genuina) ...... 15
8. Minyak Terpentin (Pinus merkusii) .................................................... 16
9. Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus D.C., Rutaceae)............................. 17
10. Minyak Sereh Wangi (Cymbopogan winterianus Jowitt) ................... 17
B. Adulteran .............................................................................................. 18
C. Regulasi ............................................................................................... 19

METODOLOGI .................................................................................................. 21
A. Tempat dan Waktu ............................................................................... 21
B. Bahan dan Alat ..................................................................................... 21
C. Metode Penelitian ................................................................................ 21
1. Persiapan Sampel ............................................................................. 21
2. Identifikasi Senyawa Volatil Minyak Atsiri........................................... 22
3. Kuantifikasi Senyawa Volatil Minyak Atsiri ......................................... 23
4. Analisis Data (Gap Analysis).............................................................. 25

HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 27


1. Minyak Pala (Myristica fragrans) ...................................................... 27
2. Minyak Nilam (Pogostomon cablin Benth) ......................................... 32
3. Minyak Jahe Segar (Zingiber officinale)............................................. 38
4. Minyak Akar Wangi (Vetiveria zizanioides) ........................................ 42
5. Minyak Lada Hitam (Piper nigrum) .................................................... 46
6. Minyak Kenanga (Canangium odoratum Baill forma macrophylla)..... 49
7. Minyak Ylang-Ylang (Canangium odoratum Baill forma genuina) ...... 52
8. Minyak Terpentin (Pinus merkusii) .................................................... 55
9. Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus D.C., Rutaceae)............................. 58
10. Minyak Sereh Wangi (Cymbopogan winterianus Jowitt).................... 62

xi
11. Rekapitulasi Total Hasil Penelitian dan Kesesuaian dengan
Regulasi ........................................................................................... 64

SIMPULAN DAN SARAN................................................................................... 69


A. Simpulan ........................................................................................... 69
B. Saran ................................................................................................ 70

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 71

LAMPIRAN ........................................................................................................ 75

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Ekspor dan impor minyak atsiri Indonesia (tahun 2003 – 2008) ................ 1

2. Beberapa jenis minyak atsiri Indonesia yang merupakan komoditi


ekspor dan potensial dikembangkan ........................................................ 2

3. Standar minyak pala ............................................................................... 10

4. Standar minyak nilam ............................................................................. 11

5. Standar minyak jahe ............................................................................... 12

6. Standar minyak akar wangi..................................................................... 13

7. Standar minyak lada hitam ..................................................................... 14

8. Standar minyak kenanga ........................................................................ 15

9. Standar minyak ylang-ylang .................................................................... 16

10. Standar minyak terpentin ........................................................................ 16

11. Standar minyak daun jeruk purut ............................................................ 17

12. Standar minyak sereh wangi .................................................................. 18

13. Kondisi setting alat GC-MS untuk uji semua sampel minyak atsiri .......... 22

14. Kondisi GC (gas chromatography) untuk uji sampel minyak pala,


minyak akar wangi, minyak sereh wangi, minyak ylang-ylang, minyak
kenanga dan minyak terpentin................................................................23

15. Kondisi GC (gas chromatography) untuk uji sampel minyak nilam,


minyak daun jeruk purut, minyak lada hitam dan minyak jahe segar ....... 24

16. Jenis senyawa volatil penyusun minyak pala asal Indonesia


(Sulawesi dan Jawa) .............................................................................. 28

17. Profil senyawa volatil minyak pala asal Sulawesi dan Jawa
dibandingkan dengan literatur ................................................................ 31

18. Jenis senyawa volatil penyusun minyak nilam asal Indonesia


(Sulawesi, Jawa dan Sumatra) ............................................................... 33

19. Profil jenis senyawa volatil minyak nilam asal Sulawesi, Jawa dan
Sumatra dibandingkan dengan literatur .................................................. 37

xiii
20. Jenis senyawa volatil penyusun minyak jahe segar asal Jawa ............... 39

21. Profil senyawa volatil minyak jahe segar asal Jawa dibandingkan
dengan literatur ...................................................................................... 41

22. Jenis senyawa volatil penyusun minyak akar wangi asal Jawa Barat ..... 43

23. Profil senyawa volatil minyak akar wangi dibandingkan dengan


literatur ................................................................................................... 45

24. Jenis senyawa volatil penyusun minyak lada hitam asal Jawa ............... 47

25. Profil senyawa volatil minyak lada hitam dibandingkan dengan


literatur ................................................................................................... 48

26. Jenis senyawa volatil penyusun minyak kenanga asal Jawa .................. 50

27. Komponen utama dari senyawa penyusun minyak kenanga asal Jawa . 50

28. Jenis senyawa volatil penyusun minyak ylang-ylang asal Jawa ............. 54

29. Profil senyawa volatil minyak ylang-ylang asal Jawa dibandingkan


dengan literatur ....................................................................................... 55

30. Jenis senyawa volatil penyusun minyak terpentin asal Jawa Barat ........ 56

31. Profil senyawa volatil minyak terpentin dibandingkan dengan


literatur ................................................................................................... 58

32. Jenis senyawa volatil penyusun minyak daun jeruk asal Jawa ................ 59

33. Profil senyawa volatil minyak daun jeruk purut asal Jawa dibandingkan
dengan literatur ...................................................................................... 60

34. Jenis senyawa volatil penyusun minyak sereh wangi asal Jawa ............. 63

35. Profil senyawa volatil minyak sereh wangi asal Jawa dibandingkan
dengan literatur ........................................................................................ 64

36. Data rekapitulasi hasil penelitian 10 jenis minyak atsiri (13 buah
sampel) asal Indonesia..............................................................................66

xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman

1. Kromatogram GC minyak pala Indonesia asal Sulawesi dan Jawa ......... 27

2. Spektrum massa dan struktur myristicin ((C11H12O3) dengan berat


Molekul 192............................................................................................ 29

3. Kromatogram GC minyak nilam Indonesia asal Sulawesi, Sumatra


dan Jawa................................................................................................ 33

4. Spektrum massa dan struktur patchouli oil (C15H26O) dengan berat


Molekul 222............................................................................................ 34

5. Kromatogram GC minyak jahe segar asal Jawa ..................................... 38

6. Spektrum massa dan struktur zingiberene (C15H24) dengan berat


Molekul 204............................................................................................ 42

7. Kromatogram GC dari minyak akar wangi asal Jawa Barat .................... 43

8. Struktur khusimol (C15H24O) dengan berat molekul 220 ......................... 46

9. Kromatogram GC dari minyak lada hitam asal Jawa ............................... 46

10. Spektrum massa dan struktur beta caryophyllene (C15H24) dengan


berat molekul 204 ................................................................................... 47

11. Kromatogram GC dari minyak kenanga asal Jawa ................................. 51

12. Spektrum massa dan struktur beta linalool (C10H18) dengan


berat molekul 154 ................................................................................... 52

13. Kromatogram GC dari minyak ylang-ylang asal Jawa ............................ 54

14. Kromatogram GC dari minyak terpentin asal Jawa Barat ....................... 56

15. Spektrum massa dan struktur alpha pinene (C10H16) dengan


berat molekul 136 ................................................................................... 58

16. Kromatogram GC dari minyak daun jeruk purut asal Jawa ..................... 59

17. Spektrum massa dan struktur beta citronellal (C10H18O) dengan


berat molekul 154 ................................................................................... 60

18. Kromatogram GC dari minyak sereh wangi asal Jawa ........................... 62

xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

1. Data senyawa volatil minyak pala Indonesia asal Sulawesi dan Jawa .... 76

2. Data senyawa volatil minyak nilam Indonesia asal Sulawesi, Jawa dan
Sumatra ................................................................................................. 77

3. Data senyawa volatil minyak jahe asal Jawa .......................................... 80

4. Data senyawa volatil minyak akar wangi asal Jawa Barat ....................... 82

5. Data senyawa volatil minyak lada hitam asal Jawa ................................. 85

6. Data senyawa volatil minyak kenanga asal Jawa ................................... 88

7. Data senyawa volatil minyak ylang-ylang asal Jawa ............................... 89

8. Data senyawa volatil minyak terpentin asal Jawa Barat .......................... 91

9. Data senyawa volatil minyak daun jeruk purut asal Jawa........................ 92

10. Data senyawa volatil minyak sereh wangi asal Jawa ............................. 93

xvi
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini sekitar 200 jenis minyak atsiri diperdagangkan di pasar dunia
dan tidak kurang dari 80 jenis diantaranya diproduksi secara kontinyu. Minyak
atsiri merupakan salah satu komoditi Indonesia baik untuk pasar lokal maupun
pasar ekspor. Lebih dari 40 jenis minyak atsiri yang sudah dikenal dan ada di
Indonesia, 15 jenis diantaranya sudah menjadi komoditi ekspor yaitu minyak
sereh wangi (java citronellal), minyak nilam (patchouli oil), minyak akar wangi
(vetiver oil), minyak kenanga (cananga oil), minyak ylang ylang (ylang ylang oil),
minyak pala (nutmeg oil), dan minyak terpentin. Selain itu, beberapa jenis minyak
atsiri lainnya yang potensial dikembangkan adalah minyak jahe (ginger oil),
minyak daun jeruk purut (kaffir lime leaf oil), dan minyak lada hitam (black pepper
oil). Minyak atsiri digunakan dalam pembuatan obat-obatan, parfum, kosmetika,
sabun, detergen, flavor dalam makanan dan minuman dan aroma terapi.
Negara tujuan ekspor minyak atsiri Indonesia antara lain adalah USA
(23%), Inggris (19%), Singapura (18%), India (8%), Spanyol (8%), Perancis (6%),
Cina (3%), Swiss (3%), Jepang (2%) dan negara-negara lainnya (8%). Meskipun
pangsa pasar beberapa jenis minyak atsiri tertentu relatif tinggi namun total
pangsa pasar minyak atsiri Indonesia di pasar dunia hanya 2.6%. Pada tahun
2004, nilai ekspor komoditas atsiri mencapai USD 47.2 juta, namun Indonesia
juga mengimpor minyak atsiri serta olahannya sebesar USD 117.2 juta sehingga
neraca perdagangan minyak atsiri Indonesia menjadi minus.

Tabel 1 Ekspor dan impor minyak atsiri Indonesia (tahun 2003 – 2008)

Tahun Ekspor (USD) Peningkatan Impor (USD) Peningkatan


(%) (%)

2003 59,766,299 - 193,125,000 -


2004 70,732,539 18.34 289,574,000 49,94
2005 93,320,585 31.93 320,152,000 10,56
2006 67,324,969 27.85 350,758,000 9,56
2007 101,140,080 50.23 381,940,000 8,89
2008 66.250.125 - - -
(Sumber : Gunawan 2009)
2

Tabel 2 Beberapa jenis minyak atsiri Indonesia yang merupakan komoditi ekspor dan
potensial dikembangkan

No Jenis minyak Peluang bisnis Daerah Standar yang


atisiri penyebaran digunakan

1 Minyak pala Komoditi ekspor Maluku, Jawa, FCC, EP


(350 ton per tahun, Banda, Aceh, (European
dengan pangsa pasar Sulawesi Pharmacopoeia),
72%) standar Industri

2 Minyak nilam Komoditi ekspor (800 Jawa, SNI 06-2385-


ton per tahun, pangsa Sumatra, 2006, ISO
pasar 64%) Aceh dan 3757(2002),
Sulawesi standar Industri

3 Minyak Jahe Potensial dikembangkan Mayoritas di SNI 06-4374-


(pangsa pasar 0.4%) Jawa 1996, FCC

4 Minyak akar Komoditi ekspor (30 ton Mayoritas di ISO 4716 :


wangi per tahun, pangsa pasar Jawa (Jawa 2002(E)
26%) Barat)

5 Minyak Lada Pangsa pasar 0.9% Sumatra FCC (Food


Hitam ( Lampung) Chemical codex)
dan Jawa

6 Minyak kenanga Komoditi ekspor (25 ton Jawa FCC, SNI 06-
per tahun, pangsa pasar 3949-1995
67%)

7 Minyak ylang- Potensial dikembangkan Jawa SNI 06-7224-


ylang 2006, standar
EOA No.200
8 Minyak terpentin Produksi Indonesia Terutama SNI 01-5009.3-
10000 ton per tahun Jawa dan 2001
(untuk industri aromatik) Sumatra

9 Minyak daun Hanya diproduksi di Mayoritas Standar industri


jeruk purut Indonesia namun Jawa
produksi kecil (potensial
dikembangkan)

10 Minyak sereh Komoditi ekspor (500 Mayoritas SNI 06-3953-


wangi ton per tahun, pangsa Jawa 1995
pasar 12%)

Masalah utama dalam pengembangan minyak atsiri Indonesia adalah mutu


minyak atsiri yang rendah dan harga yang berfluktuasi di pasaran. Industri
pengolahan minyak atsiri di Indonesia telah ada sejak zaman penjajahan. Dilihat
3

dari kualitas dan kuantitasnya tidak mengalami banyak perubahan. Hal ini
disebabkan sebagian besar unit pengolahan minyak atsiri masih menggunakan
teknologi sederhana atau tradisional dan umumnya memiliki kapasitas produksi
yang terbatas. Mutu yang rendah sangat erat kaitannya dengan beberapa faktor
penyebab antara lain rendahnya kapasitas sumber daya manusia sebagai petani
maupun penyuling, pengelolaan bisnis yang tradisional dengan segala
keterbatasannya dan teknologi serta teknik produksi yang masih tradisional dan
berkualitas rendah.
Ekspor minyak atsiri Indonesia ke pasar internasional sebagian besar
masih berupa produk setengah jadi. Industri pengguna minyak atsiri terbesar
adalah industri flavour (50%) dan fragrance (20-25%). Industri pengguna lainnya
diantaranya adalah aromaterapi (5-10%), farmasi, insektisida dan bidang lainnya.
Menurut United Nations Trade Statistics, perdagangan minyak atsiri dan produk
terkait tumbuh sekitar 10% per tahun dimana pasar untuk flavour dan fragrance
antara 4 – 5% per tahun. Pelaku usaha di bidang minyak atsiri sudah banyak di
Indonesia biasanya para pelaku usaha di Indonesia berorientasi terutama untuk
pasar ekspor walaupun sebagian juga untuk kebutuhan pasar lokal yang
permintaan pasar terus meningkat dari tahun ke tahun. Pelaku usaha tersebut
ada yang memiliki lahan pertanian, pengolahan ataupun hanya sebagai trader.
Minyak atsiri sendiri sudah digunakan untuk berbagai aplikasi baik di bidang
pangan, parfum, obat-obatan ataupun bidang yang lain.
Sekarang ini kualitas minyak atsiri jadi sorotan utama terutama yang
berasal dari negara berkembang seperti Indonesia dimana tuntutan pasar ekspor
seperti Eropa dan Amerika menuntut kualitas yang baik dan konsisten.
Banyaknya standar yang berlaku terutama standar internasional pastinya
memberikan kendala oleh para eksportir terutama dari Indonesia.
Regulasi terbaru saat ini adalah regulasi REACH (Registration, Evaluation,
Authorisation and Restrictions of Chemicals) yang dibuat oleh ECHA (European
Chemical Agency) dimana dalam regulasi REACH ini memiliki tujuan utama yaitu
melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dari senyawa kimia. Persyaratan
dalam regulasi ini yaitu produsen harus melengkapi data dan dokumen terkait
informasi tentang substansi bahan atau produk yang dijual dengan volume di
atas 1 ton per tahun ke pasar Eropa. Bahan-bahan yang dicakup dalam REACH
diantaranya bahan kimia, komponen elektronik, bahan bangunan, mainan dan
minyak atsiri. Produsen dan importir yang tidak mengikuti regulasi REACH sesuai
4

ketentuan yang ada tidak bisa mengeskpor dan mengimpor produk ke pasar Uni
Eropa.
Semakin ketatnya regulasi di Eropa dan Amerika bisa menguntungkan
maupun merugikan bagi para pelaku usaha lokal. Pelaku usaha atau industri
minyak atsiri yang memiliki finansial, fasilitas dan SDM (sumber daya manusia)
yang baik kemungkinan bisa mengatasi permasalahan tersebut terkait regulasi
yang semakin ketat dan kompleks tersebut sebaliknya bagi para pelaku usaha
tradisional hal ini bisa menyebabkan banyak masalah yang pada akhirnya
kerugian jika tidak bisa memenuhi standar yang ada. Salah satu permintaan
konsumen yaitu pasar Eropa dan Amerika saat ini adalah terkait kelengkapan
data informasi mengenai komposisi senyawa volatil yang ada di minyak atsiri
secara lebih detail. Pada umumnya senyawa kimia yang ada di minyak atsiri
mayoritas senyawa volatil yang kompleks dan berjumlah banyak.
Dalam rangka memenuhi persyaratan tersebut maka diperlukan analisis
senyawa volatil (mudah menguap) pada minyak atsiri baik secara kualitatif
maupun kuantitatif menggunakan alat GC (gas chromatography) dan GC-MS
(gas chromatograhy-mass spectrophotometry). Analisis secara kualitatif dengan
alat GC-MS berarti bisa menentukan jenis senyawa kimia yang belum diketahui
sedangkan analisis kuantitatif ditujukan untuk penentuan konsentrasi atau kadar
senyawa volatil.
Jenis minyak atsiri yang diidentifikasi didasarkan atas minyak atsiri yang
memiliki nilai pangsa pasar yang besar terutama ekspor, minyak atsiri yang
potensial dikembangkan dan juga memperhatikan mengenai ketersediaan bahan
minyak atsiri yang ada. Minyak atsiri yang diteliti adalah minyak pala, minyak
nilam, minyak jahe segar, minyak akar wangi, minyak lada hitam, minyak
kenanga, minyak ylang-ylang, minyak terpentin, minyak daun jeruk purut dan
minyak sereh wangi.
Setelah tahap identifikasi dilanjutkan gap analysis dengan membandingkan
antara data hasil penelitian ini dengan standar yang ada baik Standar Nasional
Indonesia (SNI), standar industri (flavor dan fragran) ataupun standar
internasional seperti ISO (International Standard), FCC (Food Chemical Codex)
dan literatur.
5

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan identifikasi senyawa volatil


minyak atsiri asal Indonesia dan gap analysis antara senyawa volatil pada
minyak atsiri asal Indonesia dengan standar yang ada dan berlaku.

C. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan untuk mendeteksi tentang


adanya adulteration dan kontaminasi asing khususnya minyak pala, minyak nilam,
minyak jahe segar, minyak kenanga, minyak ylang-ylang dan minyak daun jeruk
purut. Selain itu hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan dalam
melengkapi informasi tentang senyawa penyusun minyak atsiri secara lebih detail
khususnya 10 buah minyak atsiri yang diteliti tersebut dalam memenuhi standar
yang semakin kompleks dan ketat terutama pasar ekspor. Terakhir, hasil
penelitian ini bisa dijadikan rujukan dalam melengkapi standar yang ada atau
membuat standar baru terkait belum adanya parameter senyawa volatil terutama
Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk beberapa minyak atsiri seperti minyak
jahe, minyak pala, minyak akar wangi, minyak lada hitam, minyak kenanga,
minyak ylang-ylang dan minyak daun jeruk purut.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Minyak Atsiri

Indonesia termasuk salah satu negara penghasil utama minyak atsiri di


dunia. Terdapat kurang lebih 45 jenis tanaman penghasil minyak atsiri tumbuh di
Indonesia, namun kira-kira baru 15 jenis yang sudah menjadi komoditi ekspor
yaitu minyak sereh wangi (citronella oil), minyak akar wangi (vetiver oil), minyak
nilam (patchouli oil), minyak kenanga (cananga oil), minyak cendana
(sandalwood oil), minyak pala dan fuli (nutmeg oil dan mace oil), minyak daun,
gagang, dan bunga cengkeh (clove leaf oil, clove steam oil, clove bud oil),
minyak lawang (culilawan oil), minyak massoi (massoi bark oil), minyak pangi
(Sasafras oil), minyak jahe (ginger oil), minyak lada (black pepper oil), minyak
gaharu (agarwood oil), minyak turpentin (turpentine oil), cajeput oil, kaffir lime oil,
sementara di pasar internasional terdapat 90 jenis minyak atsiri diperdagangkan
(Ma’mun 2006)
Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman.
Tanaman ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, minyak essensial
karena pada suhu kamar mudah menguap. Minyak atsiri terkandung dalam
berbagai organ seperti di dalam rambut kelenjar (family Labiatae), di dalam sel-
sel parenkim (family Piperaceae), di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen
(pada family Pinaceae dan Rutaceae). Minyak atisiri dapat terbentuk oleh
protoplasma akibat adanya peruraian lapisan resin dari dinding sel atau hidrolisis
dari glikosida tertentu yang mempunyai tiga fungsi yaitu membantu proses
penyerbukan dan menarik beberapa jenis serangga atau hewan, mencegah
kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan dan sebagai cadangan makanan
bagi tanaman. Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai
industri, misalnya industri parfum, kosmetika, farmasi, bahan penyedap (flavoring
agent) dalam industri makanan dan minuman (Ketaren 1985).
Pada umumnya perbedaaan komposisi minyak atsiri disebabkan
perbedaan jenis tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur
panenan, metode ekstraksi yang digunakan dan cara penyimpanan minyak.
Berdasarkan asal-usul biosintetik, konstituen kimia dari minyak atsiri dapat dibagi
dalam dua golongan besar yaitu keturunan terpena yang terbentuk melalui jalur
8

biosintetis asam asetat mevalonat dan senyawa aromatik yang terbentuk lewat
jalur sintetis asam sikimat, fenil propanoid.
Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia
yang terbentuk dari unsur karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) serta
beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur nitrogen (N) dan
belerang (S). Umumnya komponen kimia dari dalam minyak atsiri terdiri dari
campuran hidrogen dan turunannya yang mengandung oksigen yang disebut
terpen atau terpenoid. Senyawa terpen mempunyai rangka karbon yang terdiri
dari 2 atau lebih satuan isopren. Terpen merupakan persenyawaan hidrogen
tidak jenuh dan satuan terkecil dari molekulnya disebut isopren. Klasifikasi dari
terpen didasarkan atas jumlah satuan isopren yang terdapat dalam molekulnya
yaitu monoterpene, seskuiterpene, diterpene, triterpene, tetraterpene dan
politerpen. Rantai molekul terpen dalam minyak atsiri merupakan rantai terbuka
(alifatis) dan rantai siklis (Ketaren 1985)
Sifat-sifat minyak atsiri diantaranya tersusun oleh bermacam-macam
komponen senyawa, memiliki bau khas, mempunyai rasa getir (kadang-kadang
berasa tajam, menggigit, memberi kesan hangat sampai panas, atau justru dingin
ketika sampai kulit, dalam keadaan murni mudah menguap, bersifat tidak bisa
disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubah menjadi tengik adalah salah
satu sebab yang membedakannya dengan minyak lemak yang tersusun oleh
asam-asam lemak. Bersifat tidak stabil terhadap lingkungan, baik pengaruh
oksigen udara, sinar matahari dan panas. Minyak atsiri umumnya memiliki indeks
bias yang tinggi, bersifat optis aktif dan memutar bidang polarisasi dengan rotasi
spesifik karena banyak komponen penyusun yang memiliki atom C asimetrik.
Pada umumnya tidak bercampur dengan air tetapi cukup dapat larut hingga
dapat memberikan baunya kepada air walaupun sangat kecil kelarutannya.
Minyak atsiri mudah larut dalam pelarut organik.
Parameter yang biasanya dijadikan standar untuk mengenai kualitas
minyak atsiri meliputi berat jenis, indeks bias, putaran optik, bilangan asam dan
kelarutan dalam alkohol. Selain itu organoleptik dan komponen-komponen kimia
penyusunnya juga dijadikan acuan sebagai parameter dalam minyak atsiri.
Komponen minyak atisiri adalah senyawa yang bertanggung jawab atas
bau dan aroma yang karakteristik serta sifat kimia dan fisika minyak. Atas dasar
perbedaan komponen penyusun tersebut maka minyak atsiri dibagi menjadi
beberapa golongan yaitu minyak atsiri hidrokarbon (contoh : minyak terpentin),
9

minyak atsiri alkohol (menta oil), minyak atsiri eter fenol (minyak adas), minyak
atsiri oksida (minyak kayu putih) dan minyak atsiri ester (contoh : minyak
gondopuro)
Isolasi minyak atsiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu : 1)
penyulingan (distillation), 2) pengepresan (pressing), 3) ekstraksi dengan pelarut
menguap (solvent extraction), 4) ekstraksi dengan lemak (Ketaren 1985).
Penyulingan dibagi dengan dua cara yaitu penyulingan langsung dimana bahan
tanaman yang akan disuling mengalami kontak langsung dengan air mendidih
dan penyulingan tidak langsung menggunakan sistem uap dimana bahan
tanaman tidak kontak langsung dengan air tetapi kontak dengan uap air.

1. Minyak Pala (Myristica fragrans)

Minyak pala (Myristica fragrans) adalah salah satu jenis spicy essential oil
yang banyak dipakai dalam industri flavor dan fragran. Pala (Myristica fragrans)
yang banyak dibudidayakan adalah Myristica fragrans Houtt, Myristica
succedanea Warb dan Myristica arargentea Reinw. Jenis minyak pala yang
banyak dikembangkan adalah Myristica fragrans Houtt karena lebih ekonomis
dibanding jenis yang lain. Daerah penyebaran di Indonesia untuk tanaman
Myristica fragrans Houtt adalah Sulawesi (Manado dan Makasar), Jawa (Bogor),
Aceh dan Papua. Minyak pala diperoleh dari biji pala dengan kandungan volatil
oil sekitar 6-17%. Biji pala mengandung lignin, stearin, minyak atsiri, starch, gum
dan senyawa asam. Pala merupakan tanaman asli Indonesia yang berasal dari
Banda dan Maluku.
Sentra perkebunan pala terbesar adalah Maluku, Aceh, Sangihe Talaud,
Papua, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Karakter odor dari nutmeg oil
adalah warm, spicy, fresh, light, heavy dan camphoraceous (Reineccius 1992)
Komponen-komponen minyak pala diantaranya alpha pinene, beta pinene,
sabinene, limonene, delta-3-carene, terpinolene, safrol, eugenol, methyl eugenol,
isoeugenol, myristicin dan elemicin. Safrol bersifat genotoksik dan karsinogenik.
SCF (Scientific Commitee for Food) merekomendasikan batas penggunaan safrol
untuk makanan dan minuman adalah 1 mg/kg sedangkan pala yang
mengandung safrol dibatasi 15 mg/kg dalam makanan atau pangan. CEFS
(Committe of Experts on Flavoring Substances) merekomendasikan batasan
safrol pada pangan 0.5 mg/kg untuk makanan (EC 2002). Methyl eugenol juga
10

bersifat karsinogenik dengan batasan penggunaan untuk aplikasi fragran adalah


0.02% (IFRA 2009).

Tabel 3 Standar minyak pala

Parameter Standar FCC IV (Food Standar EP Standar Industri


Chemical Codex) (European multi nasional
Pharmacopoeia) Flavor dan Fragran

Warna Tidak berwarna – kuning Tidak berwarna – Tidak berwarna -


muda kuning muda kuning muda
Rotasi optik Pada suhu 25 0C (+8) – (+) 180 (+8) – (+) 30
- East Indian : ( suhu 20 0C)
(+ 8) – (+30)0
- West Indian :
(+25) – (+45)0
Indeks bias 1.469 – 1.476 1.475 – 1.485 1.474 – 1.488
(pada 20 0C) (pada 20 0C) (pada 20 0C)
1.472 – 1.486
(pada suhu 25 0C)
Kelarutan di East Indian : 1 mL
ethanol dalam 3 mL 90%
ethanol
East Indian : 1 mL
dalam 3 mL 90%
ethanol
Berat jenis Pada suhu 25 0C 0.885 – 0.905 (d20/20)
East Indian :
0.880 – 0.910
West Indian :
0.854 – 0.880
Komponen 4 terpineol : 2 – 6%, a-pinene : 18 – 28%,
kimia (GC) a-pinene : 15 – 28%, sabinene : 14 – 24%
myristicine : 5 – 12%, b-pinene : 12 – 17%,
sabinene : 14 – 29%, limonene : 1 – 8%,
safrol : < 2.5%, total terpenes : 73 –
limonene : 2.0 – 7.0%, 88%, 4-terpineol : 3–
b-pinene : 13 – 18 %, 8%, safrol : 0 – 2%,
delta-3-carene : eugenol : 0 – 1%,
0.5 – 2.0%, gamma methyl eugenol : 0 –
terpinene : 2.0 – 6.0% 2.5%, isoeugenol : 0
eugenol : max. 0.5%, – 6%, myristicin : 8 –
methyl eugenol : max. 13%
0.5%, isoeugenol :
max .1 %, elemicin :
0.0.2%,
Bentuk Cairan Cairan Cairan
Odor Standar Standar Standar
Sumber : PT Indesso Aroma (2011), Food Chemical Codex (FCC 1996),
European Pharmacopoeia (EP, 2008)
11

2. Minyak Nilam (Pogostemon)

Berdasarkan penelitian Nuryani (2006), tanaman nilam di Indonesia


dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan karakter morfologi, kandungan dan
kualitas minyak dan ketahanan terhadap biotik dan abiotik yaitu Pogostemon
cablin Benth (nilam Aceh), Pogostemon hortensis (nilam sabun) dan Pogostemon
heuneanus (nilam Jawa).

Tabel 4 Standar minyak nilam (patchouli oil)

Parameter Standar industri multi International SNI 06-2385-2006


nasional flavor dan Standard (ISO) 3757 :
fragran 2002
Warna Kuning muda - coklat Kuning – coklat Kuning muda –
kemerahan coklat kemerahan
Rotasi optik (-55) – (-48)0 (-40) – (-60)0 (-48) – (-65)0
(nD/25)
Indeks bias 1.507 – 1.512 (nD/20) 1.5030 – 1.5130
1.505 – 1.510 (nD/25) (nD/25)
Bentuk Cairan Cairan Cairan
Komponen Limonene : 0.00 – 0.04%, Patchouli alcohol : Patchouli alcohol
% (GC) linalool : 0.00 – 0.03%, 27 – 37%, alpha min. 30%, alpha
cinnamic alcohol : 0.00 – copaene: 0-1%, beta copaene : maksimal
0.001%, eugenol : 0.00 – patchoulene : 1.8-3.5, 0,5%
0.08%, a-copaene : 0.00 – beta caryophyllene 2-
1.00%, beta patchoulene : 5%, alpha guaiene :
2.00 – 3.00%, beta 11-16%, alpha
caryophyllene: 3.00 –5.00%, bulnesene : 13-21%,
alpha guaiene : 13.00 – pogostol : 1-2.5%
17.00%, Seychellene : 3.00
– 8.00% , alpha
patchoulene : 6.00 – 9.00%
bulnesene : 15.00 –
19.00%, pogostol : 1.00 –
5.00%, patchouli alcohol:
28.00 – 35.00%
Odor Standar Standar Standar
Kelarutan 10% dalam ethanol 90% 10% dalam ethanol 10% dalam ethanol
90% 90% ( suhu 20 +
30C
Berat jenis 0.953 – 0.978 (d20/20) 0.9485 – 0.9715 0.950 – 0.975
0.950 – 0.975 (d25/25) (d25/25) (d25/25)
Bilangan Maksimal 8 Maksimal 5 Maksimal 8
asam
Bilangan Maksimal 10 Maksimal 20
ester
Kadar Fe Maksimal 25 ppm
Sumber : Badan Standardisasi Nasional (BSN, 2011); International Organization
for Standardization (ISO, 2011); PT Indesso Aroma 2011
12

Nilam yang paling banyak ditanam dan luas penyebarannya adalah nilam
Aceh karena kadar dan kualitas minyak yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan
dengan jenis yang lain. Minyak nilam digunakan sebagai fiksatif dalam industri
parfum, sabun, kosmetik dan tonik rambut. Kandungan utama minyak nilam
terdiri dari persenyawaan terpene dengan alkohol, aldehid dan ester.
Salah satu komponen minyak nilam adalah patchouli alcohol yang
merupakan ciri khas dari minyak nilam dan merupakan komponen utama dari
minyak jenis ini. Karakter odor dari minyak nilam yaitu adalah woody dan
balsamic. Daerah penghasil minyak nilam adalah Aceh, Jawa dan Sumatra.
Namun sekarang, minyak nilam dari Sulawesi mulai berkembang.

3. Minyak Jahe (Zingiber officinale)

Ginger oil atau minyak jahe kebanyakan berasal dari jenis rizoma Zingiber
officinale Roscoe yang memiliki kandungan minyak sekitar 1 – 2% dengan
wilayah penyebarannya hampir di semua negara tropis yang berlahan basah.
Minyak jahe terdiri lebih dari 24 komponen diantaranya monoterpene
(phellandrene, champene, cineol, citral dan borneol), zingiberene dan bisabolene.
Kegunaan dari minyak ini sebagai bumbu, bahan minuman, industri farmasi dan
lain-lain (Young et al. 2002).

Tabel 5 Standar minyak jahe

Parameter SNI 06-4374-1996 FCC IV (Food Chemical


Codex)
Warna Kuning muda – kuning Kuning muda – kuning
Berat jenis 0.8720 – 0.8890 (d25/25) 0.870 – 0.882 (d25/25)
Indeks bias (d20/20) 1.4850 – 1.4920 1.488 – 1.494
Putaran optik ( d25/25) (-14) – (-33)0 (-28) – (-47)0
Bilangan asam Maksimal 2
Bilangan penyabunan Maksimal 15 Maksimal 20
Bilangan penyabunan Maksimal 90
setelah asetilasi
Bilangan asam maksimal 4
Sumber : Badan Standardisasi Nasional (BSN, 2011) dan Food Chemical Codex
(FCC, 1996)

Ada 2 jenis minyak jahe yaitu minyak jahe kering dan minyak jahe segar.
Minyak jahe kering berasal dari rizhoma kering yang memiliki senyawa volatil
lebih sedikit terutama untuk senyawa volatil yang titik didihnya rendah karena
13

pada minyak jahe kering ada proses pengeringan sehingga beberapa senyawa
volatil menguap sebelum disuling (Weiss, diacu dalam Toure dan Xiaoming
2007). Karakteristik organoleptik dari minyak jahe adalah warm, spicy dan woody
note dengan slight lemony note. Minyak jahe asal Madagaskar mengandung
komponen utama camphene, zingiberene, ar-curcumen dan geranial (Koroch et
al. 2007). Kandungan zingiberene pada minyak jahe segar (fresh ginger oil)
adalah 28.6% sedangkan zingiberene pada minyak jahe kering (dry ginger oil)
adalah 30.0% (Sasidharan dan Menon 2010)

4. Minyak Akar Wangi (Vetiveria zizanioides)

Minyak akar wangi diekstrak dari akar kering Vetiveria zizanioides.


Kandungan minyak dari akarnya sekitar 0.5% disuling dengan steam distillation.
Komponen penyusun minyak akar wangi diantaranya asam benzoat, vetiverol,
alpha vetivenone, beta vetivone, vetivene, vetivenyl vetivenate dan furfural
(Reineccius 1992). Karakteristik khas odor dari minyak akar wangi adalah woody
dan balsamic. Sentra budidaya tanaman akar wangi di Indonesia di Jawa Barat
(Garut). Minyak akar wangi Garut dalam dunia perdagangan lebih dikenal
dengan sebutan “Java Vetiver Oil”.

Tabel 6 Standar minyak akar wangi

Parameter ISO 4716 : 2002(E)

Warna Coklat kekuningan – coklat kemerahan

Berat jenis 0.9765 – 1.0345 (d25/25)

Indeks bias (d20/20) 1.5180 – 1.5280

Putaran optik ( d25/25) (-17) – (32)0

Kelarutan Dalam ethanol 95%, 1 : 1 jernih dan


seterusnya jernih

Bilangan penyabunan 5 - 25

Bilangan asam 10 – 35

Bilangan ester setelah asetilasi 100 - 150

Kadar khusimol 6 – 11%

Sumber : International Organization for Standardization (ISO, 2011)


14

5. Minyak Lada Hitam (Piper nigrum)

Minyal lada hitam diekstraksi dari buah tanaman Piper nigrum keluarga dari
piperaceae. Tanaman ini biasanya digunakan untuk bumbu, analgesik, antiseptik,
antispasmodik, antitoksik, aphrodisiak, diaphoretik, digestif, diuretik dan laksatif.
Komposisi kimia dari minyak ini diantaranya alpha thujone, alpha pinene,
champene, sabinene, beta phinene, alpha phelandrene, myrcene, limonene,
caryophyllene, beta farnesene, beta bisabolene, linalool dan terpinen-4-ol.
Kandungan minyak dari buahnya sekitar 2% menggunakan distilasi uap
(Reineccius 1992).
Sumber komersial dari lada hitam dan minyak lada putih adalah India,
Malaysia, Singapura, Indonesia, Kamboja, Vietnam, Srilanka, Brazil dan Afrika
barat. Lada dari India secara sensori lebih aromatis sedangkan lada dari
Malaysia dan Indonesia kurang aromatis namun lebih pungent. Minyak lada
hitam banyak dihasilkan oleh India dan Srilanka. Di Indonesia umumnya berasal
dari Lampung (Sumatra) namun beberapa daerah seperti di Jawa juga diproduksi
minyak tersebut.

Tabel 7 Standar minyak lada hitam

Parameter Standar FCC IV (Food Chemical


Codex)

Warna Tidak berwarna – agak kehijauan


(slightly green)

Rotasi optik (+1) – (-33.5)0 pada suhu 20 0C

Indeks bias 1.479 – 1.488 (nD/20)

Kelarutan di alkohol (ethanol) 1 mL dalam 3 mL 95 % alkohol

Sumber : Food Chemical Codex (FCC, 1996)

6. Minyak Kenanga (Canangium odoratum Baill forma macrophylla)

Minyak ini berasal dari tanaman Canangium odoratum Baill forma


macrophylla dengan warna antara kuning sampai orange. Bagian yang diambil
sebagai minyak adalah bagian bunganya dengan kandungan minyak sekitar 0.5
– 1%. Minyak ini memiliki karakter odor sweet dan floral. Penyebaran tanaman
kenanga terutama daerah tropis asia seperti Indonesia. Tanaman cananga
15

odorata banyak ditemukan di daerah Jawa. Komponen minyak ini salah satunya
adalah kelompok sesquiterpene alcohol (Reineccius 1992).

Tabel 8 Standar minyak kenanga

Parameter FCC IV (Food Chemical SNI 06-3949-1995


Codex)

Warna Kuning muda – kuning tua Kuning muda – kuning


tua

Berat jenis 0.904 – 0.920 0.903 – 0.905


Indeks bias (d20/20) 1.493 – 1.503 1.493 – 1.503
Putaran optik ( d25/25) (-15) – (-30)0 (-15) – (-30)

Kelarutan Dalam ethanol 95%, 1 : 0.5 Dalam ethanol 95%, 1 :


jernih dan seterusnya jernih 0.5 jernih dan
seterusnya jernih

Bilangan penyabunan 10 -40 15 - 35


Sisa penyulingan uap Maksimal 5
(v/v)
Zat asing : lemak, negatif
minyak pelikan, alkohol
tambahan
Sumber : Badan Standardisasi Nasional (BSN, 2011) dan Food Chemical Codex
(FCC, 1996)

7. Minyak Ylang-Ylang (Canangium odoratum Baill forma genuina)

Ylang-ylang oil diperoleh dengan ekstraksi dari bunga Canangium


odoratum Baill forma genuina. Komposisi utama dari minyak ylang-ylang adalah
linalool, gernayl acetate, caryophyllene, p-cresil methyl ether, methyl benzoate,
benzyl benzoate dan sesquiterpene yang lain. Kegunaan dari minyak ini sebagai
stimulan pada kulit, stimulan pertumbuhan rambut, antidepresan, antiseptik,
hipotensif dan sedatif (Reineccius 1992). Fraksi ekstra dari minyak ylang-ylang
merupakan fraksi berkualitas terbaik. Penghasil utama minyak ylang-ylang
adalah pulau Comoro, Madagaskar dan Reunion Island.
16

Tabel 9 Standar minyak ylang-ylang

Parameter SNI 06-7224- Standar EOA No. 200


2006
Fraksi I Fraksi II Fraksi III
Warna Kuning pucat – kuning kuning kuning
kuning kecoklatan
Berat jenis 0.906 – 0.976 0.939 – 0.920 – 0.906 –
(d20/20) 0.950 0.935 0.920
(d25/25) (d25/25) (d25/25)
Indeks bias 1.498 – 1.513 1.500 – 1.505 -1.511 1.506 –
(d20/20) 1.508 1.514
Putaranoptik (-63) – (-25)0 (-35) – (-50)0 (-40) – (-65)0 (-48) – (-
( d25/25) 67)0
Kelarutan Dalam Dalam Dalam
ethanol Larut ethanol Larut ethanol
1 : 0.5 1 : 0.5 Larut 1 : 0.5
Bilangan Minimum 40 110 - 140 65 - 95 45 – 65
penyabunan
Bilangan Maksimum 3.0
asam
Sumber : The Essential Oil Association of America (EOA, 2011) dan Badan
Standardisasi Nasional (BSN, 2011)

8. Minyak Terpentin (Pinus merkusii)

Minyak terpentin berasal dari pohon pinus (Pinus merkusii) yang memiliki
kandungan minyak sekitar 10–15 %. Komposisi dari minyak terpentin diantaranya
alpha pinene, beta pinene, limonene, terpene alcohol dan komponen terpene
lainnya (Masten 2002). Di Indonesia, pohon pinus sekitar 300000 hektar dan
kapasitas produksi dari gum resin pinus lebih dari 500000 ton per tahun. Pohon
ini tumbuh alami di Aceh, Sumatra Utara dan Jambi sedangkan sentra
perkebunan (plantation) di Sumatra Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara
dan Sulawesi Utara.

Tabel 10 Standar minyak terpentin


Parameter Standar SNI 01-5009.3-2001
Mutu Utama Mutu Standar
Sisa penguapan < 2% > 2%
Kadar sulingan > 90% < 90%
Bilangan asam <2 >2

Warna Sama/lebih jernih dari Tidak


standar dipersyaratkan
Kadar alpha pinene > 80% < 80%
Putaran optik > + 320 < + 32 0
Sumber : Badan Standardisasi Nasional (BSN, 2011)
17

Indonesia penghasil damar terbesar ketiga di dunia setelah China dan Portugal.
Produksi damar Indonesia adalah 40000 ton per tahun sedangkan produksi
minyak terpentin adalah 10000 ton per tahun. Minyak terpentin asal Jawa dan
Sumatra memiliki kandungan alpha pinene > 82% dan kandungan delta-3-carene
sekitar 8-11% ( Wiyono et al. 2006).

9. Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus D.C., Rutaceae)

Minyak daun jeruk purut merupakan tanaman citrus (Citrus D.C., Rutaceae)
dengan kekuatan fragran yang sangat kuat. Kaffir lime leaf mempunyai kegunaan
sebagai pembersih alami, deodorizer, stimulan, antibakteri, antihistamin,
antispasmodic, anti tumor dan disinfektan (Tinjan dan Jirapakkul 2007).

Tabel 11 Standar minyak daun jeruk

Parameter Standard industri multi nasional (flavor dan fragran)


Bentuk liquid
Kadar Beta carrophyllene 0.0 – 2.5%
Kadar Citronellyl acetate 1.0 – 3.0%
Warna Tidak berwarna – kuning
Kadar Citronellal 65 – 75%
Kadar Citronellol 1.9 – 6.0%
Fingerprint Fingerprint GC
Kadar Linalool 3.5 – 5.5%
Rotasi optik (-25) – (-1) 0
Organoleptik standar
Indeks bias 1.445 – 1.465
Kadar sabinene 1.0 – 3.5
Berat jenis (d25/25) 0.830 – 0.910
Sumber : (PT Indesso Aroma, 2011)
Komposisi utama dari minyak ini adalah citronellal. Komponen lainnya
adalah alpha pinene, champene, beta pinene, sabinene, myrcene, limonene,
trans-ocimene, gamma terpinene, p-chimene, terpinolene, copaene, linalool dan
lain-lain.

10. Minyak Sereh Wangi (Cymbopogan winterianus Jowitt)

Minyak ini diperoleh dari citronellal grass (Cymbopogan winterianus jowitt).


Minyak ini biasanya dipakai sebagai parfum, obat nyamuk, pembuatan sabun
dan bahan baku untuk produksi citronellol, geraniol dan hidroxy citronellal. Java
18

citronellal (sereh wangi) terdiri dari geraniol, citronellal dan citronellol (Agustian et
al 2005). Negara penghasil minyak sereh wangi adalah Srilanka, Indonesia
(Jawa), Amerika Tengah, Guatemala, Kongo, India dan lain-lain (Skaria 2007)

Tabel 12 Standar minyak sereh wangi

Parameter SNI 06-3953-1995


Warna Kuning pucat – kuning kecoklatan
Berat jenis 0.880 – 0.922 (d20/20)
Indeks bias 1.466 – 1.475 (nD/20)
Kelarutan di alkohol 1 : 2 jernih dan seterusnya (alkohol
95%)
Total geraniol (%) Min. 85%
Citronellal (%) Min. 35%
Minyak lemak Negatif
Minyak kruing negatif
Sumber : Badan Standardisasi Nasional (BSN, 2011)

B. Adulteran (Pemalsu)

Beberapa kategori pemalsu (adulteran) yang sering ada dalam minyak


atsiri diantaranya 1) bahan pemalsu dari satu komponen bahan baik yang bisa
dideteksi oleh alat gas chromatography (visible adulterants) maupun yang tidak
bisa dideteksi oleh gas chromatography (invisible adulterants). Bahan pemalsu
yang sulit dideteksi oleh GC adalah vegetable oil, rapeseed oil dan mineral oil.
Adulteran tersebut bisa dideteksi dengan cara dilarutkan dalam alkohol kemudian
didinginkan. Pada suhu dingin, lemak dari adulteran tersebut akan terlihat jelas
seperti padatan dan keruh sedangkan minyak atsiri tidak membentuk padatan.
Sedangkan bahan pemalsu yang bisa dideteksi dengan GC adalah abitol, benzyl
alcohol, benzyl benzoat, carbitol, dipropylene glycol, phtalat ester, triacetin,
polyethylene glycol. 2) penambahan pemalsu minyak atsiri yang lebih murah
contohnya cinnamon bark oil yang ditambah cinnamon leaf oil ; cinnamon leaf oil
oleh fraksi clove, eugenol, cinnamic aldehyde ; minyak pala oleh terpene (a-
pinene, limonene, fraksi terpentin), minyak nilam oleh gurjun balsam dan
vegetable oil, sandalwood oleh sandalwood terpene, minyak ylang-ylang oleh
minyak kenanga dan basil oil oleh linalool. 3) penambahan bahan sintetik yang
19

lebih murah yang mempunyai kemiripan atau identik secara alami. Diantaranya
anise yang ditambah technical grade anethol, basil oil exotic yang ditambah
methyl chavicol dan linalool, cinnamon bark oil yang ditambah benzldehyde,
eugenol dan cinnamic aldehyde, citrus oil yang ditambah fatty aldehyde dan
monoterpene alcohol, lemon grass oil oleh citral, vetiver oil terasetilasi oleh
cedrenyl acetate, minyak ylang-ylang oleh benzyl acetate, methyl benzoate,
para-cresyl methyl eter, geranyl acetate, benzyl benzoate, benzyl cinnamate dan
cedarwood oil. 4) penambahan isolat atau komponen natural ke minyak atsiri
seperti penambahan eucalyptol alami murni dari eucalyptus globulus ke
rosemary oil. 5) penambahan minyak atsiri yang terkonstitusi ulang ke minyak
dan absolut. 6) penambahan komponen tunggal non natural ke minyak atsiri dan
kimia aromatik seperti gardenia absolut yang ditambah styrallyl acetate (Burfield
2003).

C. Regulasi

Lembaga di dunia yang mengatur minyak atsiri diantaranya : 1) The


Pharmaceutical Trade; British Pharmacopeia (BP) 2002 diterbitkan atas
rekomendasi The Medicines Comission UK, European Pharmacopoeia 4th
editions 2002, United State Pharmacopoeia (USP), British Pharmacopeia Codex
(BPC) dan lain-lain. 2) Essential Oil Trade; Monograf masing-masing minyak
atsiri (EOA Standards) diproduksi oleh Scientific Committe of the Essential Oil
Association Inc. 3) Food Chemical Codex IV (1996, US) yang dibuat atas
permintaan FDA (1992) yang dipakai secara luas sebagai acuan bagi industri
flavoring. 4) banyak industri besar flavor dan fragran yang sudah stabil memiliki
internal standar sendiri. 5) Independent Certifying Bodies ; ISO Standards TC 54
dan (AFNOR) Association Francaise de Normalisation (Burfield 2003).
Di dalam IFRA (International Fragrance Association) disebutkan bahwa ada
26 bahan fragran yang memiliki sifat allergen. Dua diantaranya adalah bahan
ekstrak alami yaitu oak moss dan tree moss. Sedangkan yang lain adalah amyl
cinnamal, benzyl alcohol, cinnamyl alcohol, citral, hydroxycitronellal, eugenol,
isoeugenol, amylcinnamyl alcohol, benzyl salicylate, cinnamal, coumarin, geraniol,
hydroxyisohexyl-3-cyclohexene carboxaldehyde, anise alcohol, benzyl cinnamate,
farnesol, linalool, benzyl benzoate, citronellol, hexyl cinnamal, limonene, methyl
2-octynoate, alpha-isomethyl ionone (IFRA 2003)
20

Menurut standar IFRA, methyl eugenol dalam nutmeg oil harus kurang dari
1%, safrol ditetapkan 0.01% (aplikasi fragran) dan eugenol tergantung dari
kategori penggunaan. Lembaga baru independen ECHA (European Chemical
Agency) yang berbasis di Helsinki membuat peraturan baru yang dinamakan
REACH Regulation (Registration, Evaluation, Authorisation and Restrictions of
Chemicals). Tujuan utama dari peraturan ini adalah melindungi kesehatan
manusia dan lingkungan. Perusahaan yang memproduksi atau mengimpor satu
ton atau lebih zat kimia per tahun akan diminta untuk mendaftar di badan ECHA
terkait regulasi REACH. Pendaftaran dimulai dari 1 Juni 2008 - Desember 2008
sebaga pra-registrasi. Produsen yang memproduksi dan mengimpor lebih dari
1000 ton per tahun harus sudah terdaftar pada 1 Desember 2010. Pada 1 Juni
2013 semua zat kimia yang diproduksi atau diimpor dalam jumlah sama atau
lebih besar dari 100 ton pertahun diharuskan mendaftar begitupun untuk
kapasitas sama atau lebih besar 1 ton per tahun mendaftar sebelum 1 Juni 2018
(ECHA 2007)
Bahan-bahan yang dicakup dalam REACH adalah bahan kimia,
komponen elektronik, bahan bangunan, mainan, minyak atsiri, termasuk zat
dalam produk makanan dan obat. Produsen dan importir yang tidak mengikuti
regulasi REACH sesuai ketentuan yang ada tidak bisa mengeskpor dan
mengimpor produk ke pasar Uni Eropa khususnya untuk volume produk ekspor
diatas 1 ton per tahun.
III. METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Uji dan Laboratorium Riset dan
Development PT Indesso Aroma, Cibubur, Bogor. Penelitian ini dimulai bulan
Desember 2011 sampai Maret 2012.

B. Bahan dan Alat


Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak pala
(Myristica fragrans Houtt) asal Jawa dan Sulawesi; minyak nilam (Pogostomon
cablin Benth) asal Jawa, Sumatra dan Sulawesi; minyak jahe segar (Zingiber
officinale Roscoe) asal Jawa; minyak akar wangi (Vetiveria zizanioides) asal
Jawa barat; minyak lada hitam (Piper nigrum) asal Jawa; minyak kenanga
(Canangium odoratum Baill forma macrophylla) asal Jawa; minyak ylang-ylang
(Canangium odoratum Baill forma genuina) asal Jawa; minyak terpentin (Pinus
merkusii) asal Jawa Barat, minyak daun jeruk purut (Citrus D.C., Rutaceae) asal
Jawa dan minyak sereh wangi (Cymbopogan winterianus Jowitt) asal Jawa.
Keseluruhan minyak atsiri yang diteliti sebagian besar berasal dari pengumpul
minyak atsiri yang berlokasi di Jawa Barat yang sampelnya diambil dari para
penyuling di daerah di Indonesia
Alat instrumentasi yang digunakan dalam analisis adalah GC merk Agilent
type 7890 dengan menggunakan column non polar yaitu HP-1 (methyl siloxane)
dengan spesifikasi 30 m (panjang) x 25 µm ( diameter luar) x 0.25 µm ( diameter
dalam) dan GC-MS merk Agilent type MSD 5975 dengan triple axial detector.
Column yang digunakan di GC-MS adalah HP-1 MS dengan spesifikasi 30 m x
25 µm x 0.25 µm. Limit deteksi alat GC dan GC-MS tersebut adalah 0.1 ppm
sedangkan limit kuantifikasi 10 ppm.

C. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu :


1. Persiapan Sampel
Dalam tahapan ini semua minyak atsiri yang sudah diperoleh dari daerah
di Indonesia ditempatkan dalam kondisi kering dan tertutup rapat (menggunakan
botol) sehingga terhindar dari kontaminasi silang, sinar ultraviolet dan penguapan.
22

2. Identifikasi Senyawa Volatil Minyak Atsiri


Analisis minyak atsiri dilakukan dengan alat GC (gas chromatography)
untuk penentuan kadarnya dalam bentuk persentase area dan alat GC-MS untuk
penentuan jenis senyawa volatil dalam minyak atsiri. Konsentrasi minimum
senyawa volatil yang dideteksi > 0.1% ( persentase area) baik itu untuk analisa
GC atau GC-MS kecuali untuk senyawa volatil yang dipersyaratkan dalam
standar yang memiliki konsentrasi < 0.1%. Persentase area komponen senyawa
dihitung dari area komponen per area total x 100% tanpa faktor koreksi.
Metode untuk setting GC-MS sama dengan metode setting alat GC untuk
semua jenis minyak atsiri hanya ada setting tambahan untuk MS (Mass
Spectrometry) dimana energy yang dipakai 70 eV, emission 35 µA, suhu ion
source : 250 0C, suhu quadoprole : 200 0C, EMV : < 2000 V, scan mass (amu) :
10 – 550, carrier gas yang dipakai adalah helium.

Tabel 13 Kondisi setting alat GC-MS untuk uji semua sampel minyak atsiri
Parameter Setting
Suhu ion source 250 0C
Suhu quadoprole 200 0C
Scan mass (amu) 10 - 250
Emission 35 µA
Energy 70 eV
WMV < 2000 V
Setting column, program suhu, Sama dengan setting GC
injektor dan detektor
(Sumber : PT Indesso Aroma 2011)

Analisis senyawa volatil dilakukan dengan menggunakan alat GC-MS


terlebih dahulu dengan metode analisis disesuaikan karakteristik minyak atsirinya.
Identifikasi senyawa volatil dilakukan dengan software MSD Data Analysis
dimana prinsip kerjanya spektra massa suatu senyawa volatil dibandingkan
dengan library standar yang digunakan yaitu Wiley, NIST dan Adam. Probability
tingkat kemiripan antara pola spektrum massa senyawa yang diidentifikasi
dengan spektrum massa senyawa standar pada library menjadi dasar utama
identifikasi. Selain itu juga didukung dengan data sekunder seperti jurnal yang
sudah dipublikasi. Jika hasil kualitatif sudah didapatkan dilanjutkan dengan
analisa kuantitatif dengan alat GC untuk mengetahui persentase area dari
integrator tanpa menggunakan response factor. Persentase area senyawa volatil
23

dihitung dari area senyawa per area total x 100% tanpa faktor koreksi. Analisa
setiap sampel dilakukan 3 kali dan data yang disajikan merupakan rerata.

3. Kuantifikasi Senyawa Volatil Minyak Atsiri


Kuantifikasi senyawa volatil minyak atsiri menggunakan alat GC (gas
chromatograpy) dengan kondisi setting GC sama atau berbeda untuk beberapa
jenis minyak atsiri tertentu. Tabel 14 dan Tabel 15 adalah kondisi setting GC
untuk minyak atsiri yang diteliti.

Tabel 14 Kondisi GC (gas chromatography) untuk uji sampel minyak pala,


minyak akar wangi, minyak sereh wangi, minyak ylang-ylang, minyak
kenanga dan minyak terpentin.

Jenis Sampel Parameter uji dengan GC (gas chromatography)


Jenis column Injektor Progam suhu Detektor
Minyak pala, Column non Suhu Carrier gas Detector : 275
0
minyak akar polar HP-1 Injektor : nitrogen, flow C, H2 flow : 30
0 ,
wangi, minyak (Methyl 275 C rate : 0.5 ml/min, air flow :
sereh wangi, siloxane) mode split ml/min, oven : 400 ml/min.
minyak ylang ( rasio split 100 0C (hold Make up flow :
ylang, minyak 100 : 1) time 10 min) , 25 ml/min
0
kenanga 100 – 200 C
pada rate 5
0
C/min, 200 –
250 0C pada
rate 2 0C/min
(hold time 5
min), 250 – 300
0
C pada rate 5
0
C (hold time 15
min)
Minyak terpentin Column non Suhu Carrier gas Detector : 275
polar HP-1 injektor : nitrogen, oven : 0C, H2 flow : 30
(Methyl 275 0C, 100 0C (hold ml/min, air flow :
siloxane) mode split time 5 min) , 400 ml/min.
0
( rasio split 100 – 200 C Make up flow :
100 : 1) pada rate 10 25 ml/min
0
C/min (hold
time 15 min)
(Sumber : PT Indesso Aroma 2011)
24

Tabel 15 Kondisi GC (gas chromatography) untuk uji sampel minyak nilam,


minyak daun jeruk purut, minyak lada hitam dan minyak jahe segar

Jenis Sampel Parameter uji dengan GC (gas chromatography)


Jenis Injektor Progam suhu Detektor
column
Minyak nilam Column non Suhu injektor : Carrier gas Detector : 275
polar HP-1 275 0C, mode nitrogen, oven : 0
C, H2 flow : 30
(Methyl split ( rasio 150 0C, 150 – 250 ml/min, air flow :
0
siloxane) split 100 : 1) C pada rate 5 400 ml/min.
0
C/min (hold time Make up flow :
10 min) 25 ml/min
Minyak daun Column non Suhu injektor : Carrier gas N2, Detector : 275
jeruk purut polar HP-1 275 0C, mode oven : 150 0C, 0
C, H2 flow : 30
(Methyl split ( rasio 150 – 190 0C ml/min, air flow :
siloxane) split 100 : 1) pada rate 2 400 ml/min.
0
C/min (hold time Make up flow :
10 min), 190 – 25 ml/min
250 0C pada rate
2 0C/min (hold
time 10 min)
Minyak lada Column non Suhu injektor : Carrier gas N2, Detector : 275
hitam polar HP-1 275 0C, mode oven : 75 0C, 75 - 0
C, H2 flow : 30
(Methyl split ( rasio 100 0C pada rate ml/min, air flow :
siloxane) split 100 : 1) 2 0C/min, 100 – 400 ml/min.
200 0C pada rate Make up flow :
5 0C/min, 200 - 25 ml/min
250 0C pada rate
2 0C/min (hold
time 20 min)
Minyak jahe Column non Suhu Injektor : Carrier gas N2, Detector : 275
segar polar HP-1 275 0C, mode oven : 100 0C, 0
C, H2 flow : 30
(Methyl split ( rasio 100 – 200 0C ml/min, air flow :
siloxane) split 100 : 1) pada rate 5 400 ml/min.
0
C/min, 200 – 250 Make up flow :
0
C pada rate 10 25 ml/min
0
C/min (hold time
5 min), 250 – 300
0
C pada rate 10
0
C (hold time 10
min)
(Sumber : PT Indesso Aroma 2011)
25

4. Analisis Data (Gap Analysis)

Dari data hasil penelitian tersebut diambil angka rerata dan kemudian
dilakukan gap analysis dengan membandingkan antara data hasil penelitian ini
dengan standar acuan baik Standar Nasional Indonesia (SNI), standar industri
flavor dan fragran ataupun standar internasional seperti ISO, FCC (Food
Chemical Codex) dan literatur.
26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Minyak Pala (Myristica fragrans)

Dari hasil analisis sampel minyak pala (Myristica fragrans Houtt) asal
Sulawesi dan Jawa yang diambil secara random dari tempat penyulingan
menggunakan GC-MS diperoleh sekitar 35 buah senyawa kimia volatil penyusun
minyak pala yang teridentifikasi sesuai pada Tabel 16. 35 buah senyawa volatil
tersebut merupakan jumlah senyawa dengan persentase area > 0.1%. Total
persentase senyawa volatil pada minyak pala asal Sulawesi sekitar 98.56% dan
minyak pala asal Jawa sekitar 98.76% sesuai pada Lampiran 1. Dari pola peak
pada Gambar 1 terlihat bahwa pemisahan peak antara senyawa yang satu
dengan yang lain cukup baik sehingga penentuan senyawa secara kualitatif dan
kuantitatif memberikan data yang lebih akurat dan valid.

Gambar 1 Kromatogram GC minyak pala Indonesia asal Sulawesi dan Jawa

Dikarenakan ke-2 analisis baik GC dan GC-MS tersebut menggunakan


kolom HP-1 dan HP-1MS yang bersifat non polar maka senyawa yang titik didih
rendah atau memiliki tingkat kepolaran yang tinggi akan dideteksi oleh detektor
lebih dahulu sehingga akan keluar lebih awal begitupun sebaliknya hal ini karena
senyawa yang titik didih rendah atau kepolaran tinggi cenderung berinteraksi
kurang kuat dengan fase diam dari kolom tersebut. Senyawa yang keluar lebih
awal ditunjukkan dengan RT (Retention Time) yang lebih pendek. Senyawa
terpene seperti alpha thujene, alpha pinene sampai terpinolen akan keluar lebih
28

dahulu dibandingkan dengan senyawa aromatik seperti safrol, eugenol, methyl


eugenol, myristicin, methoxy eugenol dan elemicin karena faktor tersebut.

Tabel 16 Jenis senyawa volatil penyusun minyak pala asal Indonesia


(Sulawesi dan Jawa)

No Nama Komponen No Nama Komponen

1 Alpha thujene 19 4-Terpineol


2 Alpha pinene 20 Beta fhencol
3 Camphene 21 Safrol
4 Sabinene 22 Alpha bornyl acetate
5 Beta pinene 23 p-Penylanisole
6 Beta myrcene 24 Eugenol
7 Alpha phelandrene 25 Citronelyl acetate
8 Delta-3-carene 26 Alpha terpenyl acetate
9 Alpha terpinene 27 Alpha cubebene
10 Beta-o-chimene 28 Neryl acetate
11 Limonene 29 Methyl eugenol
12 Gamma terpinene 30 Isoeugenol
13 Cis sabinene hydrat 31 Alpha bergamotene
14 Cymenene 32 Methyl Isoeugenol
15 Alpha terpinolen 33 Myristicin
16 Trans sabinene hydrat 34 Elemicin
17 4-Isopropyl-1-methyl-2- 35 Methoxy eugenol
cyclohexen-1-ol
18 1-Methyl-4-isopropyl-3-
cyclohexen-1-ol

Pada Tabel 16 terlihat senyawa volatil yang termasuk kelompok


monoterpene diantaranya alpha thujene, alpha pinene, sabinene, beta pinene,
limonene dan terpinolen. Kelompok sesquiterpene diantaranya alpha cubebene
dan alpha bergamotene. Kelompok monoterpene alcohol seperti 4-terpineol,4-
isopropyl-1-methyl-2-cyclohexen-1-ol,1-methyl-4-isopropyl-3-cyclohexen-1-ol dan
cis/trans sabinene hydrat. Kelompok senyawa aromatik diantaranya safrol,
eugenol, isoeugenol, methyl eugenol, methoxy eugenol, elemicin dan myristicin.
Kelompok senyawa ester diantaranya alpha bornyl acetate, citronellyl acetate,
alpha terpenyil acetate dan neryl acetate.
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa minyak pala asal Jawa dan
Sulawesi memiliki banyak kesamaan dari komposisi komponen senyawa
volatilnya sesuai Tabel 17 hal ini dikarenakan kedua minyak pala tersebut
29

berasal dari jenis tanaman pala yang sama yaitu Myristica fragrans Houtt yang
penyebarannya banyak di Jawa dan Sulawesi. Perbedaan antara minyak pala
asal Sulawesi dengan asal Jawa diantaranya komponen sabinene dan methyl
eugenol terlihat pada Tabel 17 dan Lampiran 1. Adanya perbedaan tersebut
kemungkinan terkait dengan umur biji pala, proses pengeringan biji pala dan
proses penyulingan. Proses pengeringan yang terlalu lama bisa menguapkan
komponen senyawa volatil dalam biji pala lebih banyak terutama kelompok
senyawa monoterpene seperti sabinene.
Methyl eugenol dan safrol merupakan senyawa karsinogenik sehingga ke
dua senyawa ini menjadi salah satu parameter penting pada minyak pala. Methyl
eugenol dibatasi konsentrasi maksimum 0.02% untuk aplikasi di fragran. Standar
EP (European Pharmacopoeia) memiliki batasan methyl eugenol lebih ketat pada
minyak pala yaitu maksimum 0.5% sedangkan menurut standar industri multi
nasional flavor dan fragran membatasi methyl eugenol maksimum 2.5%. Pada
standar EP dan standar industri multi nasional flavor dan fragran memberikan
batasan safrol maksimum 2.5% dan 2% pada minyak pala. Myristicin merupakan
senyawa penanda mutu dari minyak pala jika kandungan myristicin di minyak
pala tinggi umumnya menunjukkan minyak pala tersebut bermutu baik. Senyawa
myristicin dan elemicin menentukan sifat halusinogenik. Aroma dari minyak pala
dipengaruhi oleh adanya senyawa aromatis seperti myristicin, safrol dan elemicin
(Pino et al 1995). Di minyak pala asal Jawa dan Sumatra juga terdapat senyawa
limonene yang berperan dalam karakter odor lemon like. Senyawa 4-terpineol
berperan pada karakter odor spicy nutmeg like, woody-earthy dan Lilac like
(Surburg dan Panten 2006).

Gambar 2 Spektrum massa dan struktur myristicin (C11H12O3) dengan berat


molekul 192 (NIST 2008)
30

Jika dibandingkan dengan minyak pala yang diteliti oleh Schenk dan
Lamparsky (1981) juga menunjukkan banyak kesamaan dari jenis dan
persentase senyawa volatil penyusunnya. Perbedaan yang mendasar adalah
persentase myristicin dari minyak pala yang diteliti oleh Schenk dan Lamparsky
(1981) lebih tinggi dibandingkan kedua minyak pala asal Indonesia tersebut. Jika
dilakukan gap analysis dengan membandingkan antara data hasil penelitian ini
dengan standar yang ada yaitu standar EP (European Pharmacopoeia) dan
standar industri multi nasional flavor dan fragran maka bisa dilihat pada Tabel
17. Secara umum standar EP memiliki persyaratan yang lebih ketat dibandingkan
dengan standar industri multi nasional flavor dan fragran. Minyak pala asal
Sulawesi memenuhi syarat standar industri multi nasional flavor dan fragran dan
tidak memenuhi standar EP (European Pharmacopoeia) karena methyl eugenol
dan elemicin diluar spesifikasi. Sedangkan minyak pala asal Jawa memiliki
kualitas yang lebih baik dibanding dengan minyak pala asal Sulawesi karena
secara keseluruhan memenuhi syarat spesifikasi standar industri multi nasional
flavor dan fragran sedangkan untuk standar EP mayoritas memenuhi syarat
kecuali senyawa elemicin yang kadarnya 0.49% (maksimum standar EP adalah
0.2%). Data di Tabel 17 menunjukkan bahwa minyak pala yang diteliti oleh
Schenk dan Lamparsky (1981) memenuhi standar industri multi nasional flavor
dan fragran dan tidak memenuhi standar EP karena komponen 4-terpineol lebih
tinggi dibanding standar EP.
Jika dikaji dari sisi organoleptik pada minyak pala asal Jawa dan Sumatra
menunjukkan keduanya memiliki karakter terutama warmly, spicy, sweet, light,
heavy dan camphoraceous juga lemon like. Karakter sweet dan camphoraceous
pada kedua minyak pala tersebut cukup kuat.
Pengalaman penulis dalam bidang sensori untuk minyak pala khususnya
terkait minyak pala fresh (minyak pala yang baru selesai disuling) dan minyak
pala yang sudah lama disimpan menunjukkan bahwa umumnya minyak pala
fresh memiliki karakter warmly, spicy dan pungency yang kuat sedangkan
karakter sweet dan camphoraceous cenderung masih lemah terkadang karakter
burnt like (top note) yang cenderung tidak enak odornya untuk dicium dengan
intensitasnya lebih kuat dibanding minyak pala yang sudah lama disimpan.
Minyak pala yang sudah lama disimpan terutama yang disimpan dalam suhu
ruang menunjukkan karakter sweet dan camphoraceous yang lebih kuat
31

sedangkan karakter pungency, spicy, atau burnt like cenderung lemah.


Umumnya karakter odor tersebut yang dianggap sebagai minyak pala bermutu
baik dari sisi odornya.
Perbedaan organoleptik antara minyak pala fresh dengan minyak pala
yang disimpan diantaranya minyak pala fresh dipengaruhi oleh proses
penyulingan yang tidak sempurna yang menimbulkan karakter burnt like yang
cenderung tidak enak untuk dicium odornya. Sedangkan minyak pala yang sudah
lama disimpan kemungkinan mengalami oksidasi terutama untuk senyawa-
senyawa terpene yang mudah teroksidasi dan proses penguapan karena minyak
pala mudah menguap terutama bagian top note (burnt like) pada suhu ruang
sehingga terjadi perubahan komposisi senyawa volatil pada minyak pala yang
kemungkinan mengubah karakter odornya yang cenderung lebih sweet dan
camphoraceous dengan intensitas lebih lemah untuk burnt like. Dengan demikian
minyak pala yang digunakan dalam penelitian ini kemungkinan minyak pala
bukan fresh namun sudah mengalami proses aging atau penyimpanan selama
waktu tertentu.

Tabel 17 Profil senyawa volatil minyak pala asal Sulawesi dan Jawa dibandingkan dengan literatur

No Nama Minyak pala Minyak Minyak pala Standar EP Standar


komponen asal pala asal (Schenk dan (European Industri multi
Sulawesi Jawa Lamparsky Pharmacopoeia)(%) nasional flavor
rerata (%) rerata (%) 1981) (%) dan fragran

1 Alpha pinene* 19.07 19.33 17.2 15 - 28 18 - 28


2 Sabinene 19.07 23.44 21 14 - 29 14 - 24
3 Beta pinene 15.71 15,86 14.8 13 - 18 12 - 17
4 Delta-3- 0.61 1.05 1.4 0.5 - 2
carene*
5 Limonene 6.25 5.87 4.1 2-7 1-8
6 Gamma 4.73 3.7 2.1 2-6
terpinene
7 4-Terpineol 5.73 4.01 6.3 2-6 3-8
8 Safrol 1.60 1.64 1.3 0-2 0-2
9 Eugenol* 0.17 0.32 0.3 0 - 0.5 0-1
10 Methyl 0.65 0.4 0.3 0 - 0.5 0 - 2.5
eugenol
11 Isoeugenol 0.59 0.82 0-1 0-6
12 Myristicin 10.12 10.74 14 8 - 12 8 - 13
13 Elemicin 0.59 0.49 0 - 0.2
14 Total terpenes 75.56 77.34 73 - 78 73 – 78
Alpha pinene, delta-3-carene dan eugenol = senyawa penanda adulteration pada minyak pala
32

Jika dikaji dari jenis senyawa kimia volatil yang bersifat allergen maka
senyawa pada minyak pala asal Sulawesi dan Jawa yang tergolong allergen
adalah eugenol, limonene dan isoeugenol sesuai pada Tabel 16.
Senyawa alpha pinene, delta-3-carene dan eugenol sebagai penanda
terjadinya pemalsuan (adulteration) pada minyak pala. Data pada Tabel 17
menunjukkan bahwa senyawa eugenol pada minyak pala dapat diidentifikasi
sebagai senyawa penanda adulteration oleh adulteran atau kontaminan seperti
minyak cengkeh (clove oil). Komponen eugenol banyak ditemukan dalam minyak
cengkeh yang memiliki kadar > 70% (Reineccius 1992). Standar EP (European
Pharmacopoeia) dan standar industri multi nasional flavor dan fragran membatasi
kadar eugenol maksimum pada level 0.5% dan 1% dengan demikian peluang
terjadi pemalsuan oleh minyak cengkeh bisa diminimalisir.
Menurut Burfield (2003) tentang adulteration of essential oils, minyak pala
mudah untuk dipalsukan dengan fraksi terpentin seperti turpentine oil (minyak
terpentin) hal ini dikarenakan komponen utama dalam minyak terpentin ada
dalam minyak pala yaitu alpha pinene dan delta-3-carene. Minyak terpentin
mengandung alpha pinene minimal 80% dan delta-3-carene diantara 8-11%
(Wiyono et al. 2006). Standard EP (European Parmaque) membatasi kadar delta-
3-carene (0.5-2%) dan alpha pinene (15-28%). Jika ada minyak pala memiliki
kadar delta-3-carene lebih dari 2% kemungkinan lebih besar terjadinya
adulteration (pemalsuan) oleh adulteran (pemalsu) seperti minyak terpentin.
Standar industri multi nasional flavor dan fragran tidak mempersyaratkan
parameter delta-3-carene sehingga peluang terjadi pemalsuan jauh lebih tinggi
walaupun sudah dibatasi dengan parameter alpha pinene.

2. Minyak Nilam (Pogostomon cablin Benth)

Dari hasil penelitian untuk senyawa volatil pada minyak nilam (Pogostomon
cablin Benth) asal Sulawesi, Jawa dan Sumatra diperoleh 33 buah senyawa
volatil yang teridentifikasi dan 1 buah senyawa yang belum diketahui atau tidak
teridentifikasi pada level persentase > 0.1%. Dalam penelitian ini juga dianalisa
senyawa volatil seperti eugenol, limonene, linalool, cinnamic alcohol dan alpha
copaene walaupun kadarnya sangat kecil < 0.1% seperti pada Tabel 18. Hal ini
dikarenakan senyawa-senyawa tersebut menjadi parameter yang penting pada
salah satu standar yang ada saat ini. Total komponen volatil yang bisa
33

teridentifikasi dari minyak nilam asal Jawa 98.02%, Sumatra 97.66% dan
Sulawesi 98.26% dengan rerata ketiganya 97.98% seperti pada Lampiran 2.

Gambar 3 Kromatogram GC minyak nilam Indonesia asal Sulawesi, Sumatra


dan Jawa

Tabel 18 Jenis senyawa volatil penyusun minyak nilam asal Indonesia (Sulawesi,
Jawa dan Sumatra)

No Nama Komponen No Nama Komponen

1 Alpha pinene 21 Caryophyllene oxide


2 Beta pinene 22 Nor patchoulenol
3 Delta elemene 23 Viridiflorol
4 Beta elemene 24 2-(3-isopropenyl-4-methyl-4-
5 Beta patchoulene vinylcyclohexyl)-2-propanol
6 Beta caryophyllene 25 Neo-intermedeol
7 Alpha guaiene 26 Alloaromadendrene oxide
8 Calamenene 27 Pogostol
9 Seychellene 28 Patchouli alcohol
10 4,4-imethyl-3-(3-3-buten-1-yliden)-2- 29 Senyawa yang tidak diketahui
methylidenbicyclo(4.1.0)heptane 30 Aristol-9-en-8-one
11 Alpha patchoulene 31 (Z,E)-7-methyl-4-(1-
12 Germacrene D methylethylidene)-1,7-
13 Beta selinene cyclodecadienemethanol
14 Alpha selinene 32 D-ledol
15 Alpha bulnesene 33 Alpha costol
16 7-Epi-alpha-selinene 34 Valerenol
17 (3E)-2,6-dimethyl-5-isopropyliden- - Eugenol
1,3,6,9-decatetraene - Limonene
18 1-(Propen-2-yl)-4methylspiro(4.5)decan- - Linalool
7-one (Isomer B) - Cinnamic alcohol
19 Caryophylla-3,8(13)-dien-5,beta-ol - Alpha copaene
20 Spathulenol
34

Komposisi dari minyak nilam sesuai Tabel 18 diantaranya yang termasuk


golongan senyawa monoterpene seperti alpha pinene dan beta pinene.
Kelompok senyawa sesqueterpene seperti beta caryophyllene, selinene, guaiene
dan bulnesene. Kelompok senyawa oksida seperti caryophyllene oxide dan
alloaromadendrene oxide. Kelompok senyawa sesqueterpene alcohol seperti
patchouli alcohol, viridiflorol dan pogostol.
Komponen utama yang memiliki persentase tertinggi dari minyak nilam asal
Sulawesi, Sumatra dan Jawa adalah patchouli alcohol. Komponen ini yang
umumnya menjadi salah satu ciri khas dari minyak nilam dan menentukan
kualitas dari patchouli oil (minyak nilam). Menurut Sell (2003), komponen
senyawa volatil nor patchoulenol dan nor-tetrapatchoulol yang berperan penting
dalam karakter odor dari minyak nilam. Dalam penelitian ini diperoleh kadar nor
patchoulenol pada minyak nilam asal Jawa (0.57%), Sumatra (0.61%) dan
Sulawesi (0.54%) seperti pada Tabel 19. Tabel 19 menunjukkan bahwa minyak
nilam asal Sulawesi memiliki kadar patchouli alcohol paling rendah dibandingkan
dengan patchouli oil asal Jawa dan Sumatra. Minyak nilam asal Sumatra memiliki
kandungan patchouli alcohol paling tinggi.

Gambar 4 Spektrum massa dan struktur dari patchouli alcohol (C15H26O)


dengan berat molekul 222 (NIST 2008)

Jika hasil penelitian ini dibandingkan hasil penelitian oleh Sundaresan et al.
(2009) tentang minyak nilam asal India dari jenis Pogostemon cablin Benth maka
terdapat beberapa perbedaan yang nyata. Kadar patchouli alcohol asal India
hanya 23.2 % sedangkan dari Sulawesi, Jawa dan Sumatra memiliki kadar
patchouli alcohol > 29%. Umumnya dengan kadar patchouli alcohol yang rendah
dan ketidak adanya senyawa nor patchoulenol seperti pada minyak nilam asal
35

India kecenderungan minyak tersebut memiliki karakter yang berbeda atau


menyimpang terutama dari sisi odornya (karakter woody dan patchouli like
lemah). Menurut pengalaman penulis dalam bidang sensori khususnya minyak
nilam menunjukkan bahwa umumnya minyak nilam asal Sumatra memiliki
karakter woody yang lebih kuat namun intensitas karakter odor green,
herbaceous dan terpenic like yang lebih lemah dibanding minyak nilam asal Jawa
yang cenderung karakter odornya lebih green dan herbaceous sedangkan
karakter woody lebih lemah. Karakter odor dari minyak nilam asal Sulawesi
mempunyai kemiripan dengan karakter odor dari minyak nilam asal Jawa. Terkait
dengan karakter odor balsamic, kecenderungan karakter ini muncul lebih kuat
selama aging atau penyimpanan.
Perbedaan kadar dan odor dari keempat minyak nilam tersebut
kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya dari umur tanaman,
asal geografis tanaman dan proses penyulingan yang tidak optimal. Minyak nilam
asal Sumatra, Jawa dan Sumatra berasal dari jenis tanaman yang sama yaitu
Pogostomon cablin Benth (nilam Aceh) yang paling banyak penyebarannya dan
memiliki kualitas minyak yang lebih baik. Iklim dan karakter tanah menentukan
karakter mutu tanaman nilam. Faktor penyulingan yang tidak optimal bisa
menurunkan kadar patchouli alcohol.
Dalam penelitian ini senyawa yang termasuk senyawa allergen yang ada
pada minyak nilam asal Sumatra, Sulawesi dan Jawa adalah linalool, limonene
dan eugenol. Gap analysis dilakukan dengan membandingkan antara minyak
nilam asal Indonesia (Sulawesi, Jawa dan Sumatra) dengan standar yang
berlaku baik Standar Nasional Indonesia (SNI) maupun standar internasional
bisa dilihat pada Tabel 2. Dari Tabel 19 menunjukkan bahwa minyak nilam asal
Jawa dan Sumatra memenuhi syarat standar SNI, standar industri multi nasional
flavor dan fragran dan standar ISO (3757 : 2002). Dengan demikian minyak nilam
asal Jawa dan Sumatra memiliki kualitas yang baik dari segi komponen
penyusunnya sehingga kemungkinan bisa diterima baik untuk pasar ekspor
maupun lokal. Minyak nilam asal Sulawesi tidak memenuhi standar SNI terkait
dengan kadar patchouli alcohol yang hanya 29.73% lebih rendah dibanding
spesifikasi SNI yaitu minimal 30%. Jika dibandingkan dengan standar asing atau
internasional seperti standar industri multi nasional flavor dan fragran dan
standar ISO (3757 : 2002) maka minyak nilam asal Sulawesi memenuhi semua
persyaratan terutama komponen patchouli alcohol dan parameter senyawa
36

allergen. Minyak nilam asal India (Sundaresan et al. 2009) menunjukkan bahwa
minyak ini tidak masuk spesifikasi standar SNI, standar industri multi nasional
flavor dan fragran maupun Standar Internasional (ISO) terutama kadar patchouli
alcohol yang terlalu rendah.
Senyawa alpha copaene menjadi penanda adulteration (pemalsuan)
oleh gurjun balsam (gurjun oil) yang memiliki kandungan alpha copaene tinggi >
40% (Indesso 2011). Menurut Burfield (2003) tentang adulteration of essential
oils, minyak nilam bisa ditambahkan minyak pemalsu dengan harga yang lebih
murah yaitu gurjun balsam. Pada ketiga standar minyak nilam yang ada pada
Tabel 19 menunjukkan ada batasan maksimum untuk parameter alpha copaene
dimana SNI membatasi maksimum 0.5% lebih ketat sedangkan standar industri
multi nasional flavor dan fragran dan standar ISO (3757 : 2002) membatasi
maksimum 1%. Jika kadar alpha copaene pada minyak nilam lebih tinggi dari
standar-standar tersebut membuka peluang terjadinya adulteration.
Senyawa eugenol menjadi salah satu parameter penting di dalam standar
standar industri multi nasional flavor dan fragran dikarenakan senyawa ini
sebagai senyawa penanda adanya adulteration (pemalsuan) oleh minyak yang
memiliki kandungan eugenol tinggi seperti minyak cengkeh. Jika kadar eugenol >
0.08 % (800 ppm) memungkinkan terjadinya adulteration. Proses adulteration
bisa terjadi baik sengaja ditambahkan maupun disebabkan kontaminasi silang
pada waktu proses penyulingan. Parameter senyawa eugenol disarankan juga
dimasukkan didalam standar SNI dan ISO (3757 : 2002) yang saat ini kedua
standar tersebut tidak ada parameter senyawa eugenol sehingga dengan adanya
parameter ini bisa meminimalisir terjadinya pemalsuan yang saat ini semakin
kompleks.
37
38

3. Minyak Jahe Segar (Zingiber officinale)

Dalam penelitian ini diperoleh persentase senyawa volatil untuk minyak


jahe segar (Zingiber officinale Roscoe) asal Jawa sekitar 96.32% dimana
batasan yang diuji > 0.1%. Jumlah komponen penyusun minyak jahe segar asal
Jawa sekitar 70 buah komponen yang bisa teridentifikasi sedangkan 1 buah
komponen tidak bisa teridentifikasi seperti pada Tabel 20. Dengan hasil ini
menunjukkan bahwa komponen penyusun minyak jahe segar asal Jawa lebih
banyak dibandingkan dengan komposisi pada minyak pala dan minyak nilam
yang juga asal Indonesia. Umumnya minyak jahe segar di Indonesia berasal dari
jenis Zingiber officinale Roscoe.
Komposisi dari minyak jahe segar asal Jawa sesuai Tabel 20 yang
tergolong senyawa monoterpene seperti alpha pinene, champene, alpha
phellandrene dan beta pinene. Kelompok senyawa monoterpene alcohol seperti
1-hexanol, linalool, borneol, terpineol dan citronellol. Kelompok senyawa
sesqueterpene seperti beta caryophyllene, alpha copaene, farnesene,
bisabolene, zingiberene, bergamotene dan germacrene. Kelompok senyawa
oksida seperti caryophyllene oxide. Kelompok senyawa sesqueterpene alcohol
seperti nerolidol, cadinol, tau muurolol dan eudesmol. Kelompok monoterpene
aldehyde seperti citral. Kelompok senyawa ester diantaranya bornyl acetate.
Kelompok senyawa monoterpene keton contohnya camphor sedangkan
kelompok senyawa sesqueterpene aldehyde contohnya farnesal.

Gambar 5 Kromatogram GC dari minyak jahe segar asal Jawa


39

Tabel 20 Jenis senyawa volatil penyusun minyak jahe segar asal Jawa

No Nama Komponen No Nama Komponen

1 1-Hexanol 38 Calarene
2 Tricyclene 39 Aromadendrene
3 Alpha pinene 40 6-Isopropyl-4-8a-dimethyl-
4 Camphene 1,2,3,7,8,8a-hexahydronaphtalene
5 6-Methyl hep-5-en-2-one 41 Zingiberene
6 2-Methyl-2hepten-6-ol 42 Beta bisabolene
7 Beta pinene 43 Alpha bisabolene
8 Beta myrcene 44 Calamanene
9 Alpha phellandrene 45 Beta sesquiphelandrene
10 o-Chimene 46 Gamma bisabolene
11 Beta phellandrene 47 Hedycaryol
12 Alpha terpinolen 48 Alpha bergamotene
13 Linalool 49 Germacrene B
14 Camphor 50 Nerolidol
15 Borneol 51 Ar-tumerol
16 Carane,4,5-epoxy,trans 52 1-Phenyl-2-(p-tolyl)-propane
17 1-Terpinen-4-ol 53 (10-Epi-beta)acoradiene
18 Alpha terpineol 54 Caryophyllene oxide
19 Beta citronellol 55 Beta curcumen-12-ol
20 Beta citral 56 (2E,6E)-3,7,11 Trimethyl-2,6,10-
21 3,7-Dimethylocta-2-6-dien-1-ol dodecatrien-1-ol
22 Cis-citral 57 Alpha acoranol
23 Bornyl acetate 58 Gamma eudesmol
24 2-Undecanone 59 Farnesol (2Z,6Z))
25 Beta citronellyl acetate 60 Bergamotol
26 2,6-Octadien-1-ol,3,7 dimethyl 61 Tau muurolol
acetate 62 Beta-eudesmol
27 Senyawa yang tidak diketahui 63 Epi-amiteol
28 Alpha copaene 64 Delta cadinol
29 Cyclosativene 65 Alpha copaene-8-ol
30 Sesquithujene 66 Bisabolol
31 Beta caryophyllene 67 2,4 Diter-butylphenol
32 (+)-1(10)-Aristolene 68 Sesquisabinenehydrate (trans)
33 Alpha farnesene 69 1-Formyl-2,2-dimethyl-3-trans-(3-
34 Beta funebrene methyl-but-enyl)-6-methylidene
35 Beta farnesene -cyclohexane
36 Alloaromadendrene 70 Farnesal
37 Alpha curcumene 71 Beta-cedren-9-alpha-ol
40

Pada sampel minyak jahe segar asal Jawa memiliki komponen utama
diantaranya champene (14.54%), beta phellandrene (6.48%), alpha curcumene
(8.61%), zingiberene (18,61%) dan beta sesquephelandrene (8.11%) seperti
pada Tabel 21 dan Lampiran 3.
Dari Tabel 21 menunjukkan perbandingan antara minyak jahe segar asal
Jawa dengan minyak jahe segar dan minyak jahe kering asal India yang diteliti
oleh Sasidharan dan Menon (2010). Dari Tabel 21 menunjukkan bahwa minyak
jahe segar asal Jawa cenderung mendominasi untuk komponen monoterpene
seperti champene (14.54%) sedangkan minyak jahe segar dan minyak jahe
kering asal India kandungan champene hanya 4% dan 1%. Namun sebaliknya
untuk komponen zingiberene didominasi oleh minyak jahe kering (30.3%) dan
minyak jahe segar asal India (28.6%) sedangkan komponen zingiberene pada
minyak jahe segar asal Jawa hanya 16.8%. Perbedaan yang signifikan ini
mempengaruhi karakter organoleptik dari ketiga minyak jahe tersebut. Karakter
organoleptik seperti karakter lemony terutama ditentukan oleh adanya senyawa
citral (Koroch et al. 2007). Pada minyak jahe segar asal Jawa memiliki total citral
sekitar 6.94% lebih tinggi dibanding minyak jahe kering dari India sehingga
kemungkinan memiliki karakter lemony yang cukup kuat.
Namun rendahnya komponen zingiberene pada minyak jahe segar asal
Jawa dibandingkan dari minyak jahe segar dan minyak jahe kering asal India
menyebabkan karakter odor spicy (warm gingery) yang lebih lemah. Sedangkan
minyak jahe segar memiliki karakter spicy like lebih kuat dan minyak jahe kering
asal India paling kuat karakter warm gingery dan spicy like namun lemony like
lemah. Kedua minyak jahe dari India berasal dari jenis Zingiber officinale Roscoe
yang umum ditanam di negara tropis termasuk di Indonesia. Minyak jahe segar
asal Jawa juga berasal dari jenis Zingiber officinale Roscoe yang lebih komersial.
Perbedaan komposisi senyawa volatil pada ketiga minyak jahe tersebut
disebabkan diantaranya klon, kultivar tanaman, proses pengeringan dan daerah
asalnya.
Jika dikaji dari jenis senyawa volatil yang bersifat allergen maka senyawa
pada minyak jahe segar asal Jawa yang tergolong allergen dari hasil penelitian
ini adalah linalool (0.59%), cis dan beta citral (6.94%), beta citronellol (0.61%)
dan farnesol (0.27%).
41

Tabel 21 Profil senyawa volatil minyak jahe segar asal Jawa dibandingkan
dengan literatur

No Nama Komponen Minyak jahe Minyak jahe segar Minyak jahe kering
segar (Zingiber (Zingiber officinale (Zingiber officinale
officinale Roscoe) asal India Roscoe) asal India
Roscoe) asal (Sasidharan dan (Sasidharan dan
Jawa Rerata (%) Menon 2010) Menon 2010)
(%) (%)

1 1-Hexanol 0.13 0
2 Alpha pinene 3.60 0.1 0.3
3 Camphene 14.54 4 1
4 6- Methyl hep-5-en-2-one 1.69 0.9
5 Beta pinene 0.35 1.6 0.6
6 Beta myrcene 1.55 0 2.1
7 Alpha phellandrene 0.16 1.3 0
8 o-Chimene 0.11 1.3 0
9 Camphor 0.23 0.2
10 Borneol 1.51 1.2 0.5
11 1-Terpinen-4-ol 0.15 0.2 0.1
12 Beta citral 2.95 8.5 4.4
13 Cis citral 3.95 1.8 0.5
14 Bornyl acetate 0.58 0.2
15 2-Undecanone 0.17 0.1
16 Alpha copaene 0.31 1.5
17 Beta caryophyllene 0.10 1.4
18 Beta farnesene 0.31 0.1 1.5
19 Alpha curcumene 8.61 5.6 11
20 Zingiberene 16.80 28.6 30.3
21 Beta bisabolene 5.05 5.8 7.2
22 Beta sesquiphelandrene 8.11 2.5 6.6
23 Nerolidol 0.26 1.5 0.2
24 Farnesol (2Z,6Z)) 0.27 0.1 0.1
25 Bergamotol 0.13 0.1
26 Tau muurolol 0.11 0.2
27 Beta-eudesmol 0.23 0.1
28 Bisabolol 0.14 0.3 0.3
29 Sesquisabinenehydrat(trans) 0.33 0.1

Selanjutnya terkait dengan spesifikasi produk untuk minyak jahe segar


ternyata tidak ada parameter terkait komponen senyawa volatil baik pada standar
SNI 06-4374-1996 dan FCC (Food Chemical Codex) sehingga cukup sulit untuk
membedakan antara minyak jahe segar dengan minyak jahe kering selain
menggunakan parameter odor dan parameter kimia lainnya seperti nilai rotasi
42

optik. Dengan adanya data dari penelitian ini bisa dijadikan rujukan dalam
pembuatan standar baru terkait belum adanya parameter senyawa volatil pada
minyak jahe.

Gambar 6 Spektrum massa dan struktur dari zingiberene (C15H24) dengan berat
molekul 204 (NIST 2008)

4. Minyak Akar Wangi (Vetiveria zizanioides)

Dari hasil penelitian ini di peroleh sekitar 89 senyawa volatil pada minyak
akar wangi (Vetiveria zizanioides) asal Jawa Barat dengan total persentase
sekitar 97.69% seperti pada Lampiran 4. Identifikasi senyawa volatil pada
minyak akar wangi tergolong tidak mudah karena jumlah komponen yang banyak
dengan pola peak kromatogram yang saling berdekatan antara senyawa yang
satu dengan yang lain seperti pada Gambar 7. Komponen utama minyak akar
wangi asal Jawa Barat diantaranya alpha gurjune (3.38%), beta vetivenene
(5.61%), khusimol (6.87%), beta vetivone (3.88%) dan alpha vetivone (3.07%).
Kualitas dari minyak akar wangi tergantung pada komponen alkohol
terutama khusimol yang bertanggung jawab terutama terhadap karakter mutu
dan odor seperti woody dari minyak akar wangi Selain khusimol, senyawa alpha
dan beta vetivone juga yang memberikan kontribusi terhadap odor dari minyak
akar wangi dan merupakan senyawa khas yang ada di minyak akar wangi
(Saraswathi et al. 2009). Sedangkan menurut Sell (2003) komponen minor
seperti zizanal, epi-zizanal, methyl zizanoate dan methyl epi-zizanoate yang
memberikan kontribusi penting terhadap karakter organoleptik dari minyak akar
wangi. Dalam penelitian ini hanya komponen zizanal yang teridentifikasi dengan
kadar sebesar 0.53%.
43

Gambar 7 Kromatogram GC dari minyak akar wangi asal Jawa Barat

Tabel 22 Jenis senyawa volatil penyusun minyak akar wangi asal Jawa Barat

No Nama Komponen No Nama Komponen

1 2-Methoxy-4-vinylphenol 46 Alpha-(1-hydroxy-1-methylethyl)-4a-beta-methyl-1a.apha-
2 Cedr-8-ene decahydrocyclopropa(D)naphthalene
3 Delta elemen 47 Gamma eudesmol
4 Cadina-1-4-diene 48 Eremoglinol
5 Beta neoclovene 49 Selin-11-en-4-alpha-ol
6 Tetraethylbenzene 50 2,5-Dimethoxy-3-methylnaphtalene
7 Prezizaene 51 Cubenol
8 Himachala-2,4-diene 52 Epizizanone
9 Alpha gurjune 53 (4AR,8R)-2-yl)propan-2-ol(4,4A,5,6,7,8-hexahydro-4A,8-
10 Beta selinene dimethylnapth-2-yl)propan-2-ol
11 Beta vatirenene 54 (Z,1RS,2SR,4RS,7SR)-1-(2,5,5-trimethyl-3-
12 Alpha amorphone oxabicyclo(5.1.0.0(2.4)oct-4-yl)-3-methyl-1,3-butadiene
13 Isolongifolene 55 Valerianol
14 Isoeugenol 56 Tau cadinol
15 Daryo-5,8-diene 57 Germacra-4(15),5,10(14)-trien-1-alpha-ol
16 Alpha longifolene 58 Agarospirol
17 Epi-bicyclosesquiphellandrene 59 Beta costol
18 2-Cyclohexyl-5,5-dimethyl-1- 60 Tau-muurolol
hexen-3-yne 61 Cedr-8-(15)-en-9-alpha-ol
19 1,2,4,5-Tetraethylbenzene 62 Eupatoriocrhomene B
20 Delta cadinene 63 Vetiselinenol
21 Valencene 64 Khusilic acid
22 Khusimene 65 6-Isopropenyl-4,8a-dimethyl-1,2,3,5,6,7,8,8a-octahydro-
23 Beta guaiene napthalen-2-ol
24 4,6-Diethyl-4,5-decadien-7-yne 66 Cis-2-methyl-2-(4-methyl-3-pentenyl)-3-hydroxymethyl-1
44

Tabel 22 (Lanjutan) Jenis senyawa volatil penyusun minyak akar wangi asal Jawa Barat

No Nama Komponen No Nama Komponen

25 Beta panansinene -(dimethylvinylidene)cyclopropane


26 1,2,9,10- 67 14-Hydroxy-delta cadinene
Tetradehydroaristolane 68 1-Deoxycapsidiol
27 9,10-Dehydroisolongifolene 69 Isovalencenol
28 Alloaromadendrene 70 Alpha costol
29 Betavetispirene 71 Epi-cyclocolorenone
30 Gamma muurolene 72 Alpha copaene-8-ol
31 Germacrene B 73 6,7-Dimetoxy-2,2-dimethyl-2H-chromene
32 Zonarene 74 Aromadendrene oxide
33 Beta cadinene 75 Khusimol
34 Alpha calacorene 76 Zizanal
35 Calamenene 77 Glaucy alcohol
36 Alpha elemen 78 Valerenol
37 Eremophilene 79 13-Hydroxy-valencene
38 Thujopsene 80 Gamma costol
39 4,5 Dehydroisolongifolene 81 7-(1-Methyl-ethenyl)-1-hydroxy-1,4-dimethyl-1,2,4,5
40 Premnaspirodene -(3H,6H)octahydroazulene
41 Dehydro aroma dendrene 82 2,5-Diphenyl-2,4 hexadiene
42 Eudesma-3,7(11)-diene 83 7-Methoxy-8-ethoxy-2,2-dimethyl-2H-chromene
43 Beta hydroxy-de-a-estra- 84 Beta vetivone
5,7,9,14-tetraene 85 1-Methyl-6-acetyl-3-oxo-4-(1-
44 Beta vetivenene. methylethylene)bicyclo(4.3.0)nonane
45 10-Epi-gamma eudesmol 86 5,7,8,11,Alpha.-uudesm-3-en-12,8-olide
87 Alpha vetivone
88 1H,3A,alpha,6-methanoazulene-3-carboxylic
acid,2.3.beta,4,5,6 beta.,7,8,8A alpha-octahydro-7,7-
dimethyl-8-methylene
89 2-Isopropylidene-5,9-dimethyl-4-acetoxy-1,2,3,4,5,6,7,8-
octahydronaphtalen-1-one

Dari hasil penelitian ini ditemukan adanya senyawa allergen di minyak akar
wangi asal Jawa yaitu isoeugenol sebesar 1.21%. Jika dilakukan gap analysis
antara data hasil penelitian ini dibandingkan dengan hasil penelitian lain yang
sudah dipublikasikan seperti pada Tabel 23 terlihat bahwa senyawa khusimol
pada minyak akar wangi asal Jawa Barat hanya 6.87% lebih rendah
dibandingkan dengan minyak akar wangi asal Thailand I (11.11%), India
(21.45%) dan Thailand II (12.71%). Sedangkan senyawa alpha dan beta vetivone
minyak akar wangi asal Jawa Barat tidak berbeda jauh persentasenya dengan
minyak akar wangi akar dari Thailand II namun lebih rendah dibandingkan
45

dengan minyak akar wangi asal India. Dari Tabel 4 tersebut dapat disimpulkan
bahwa karakter mutu odor dari minyak akar wangi asal Jawa Barat lebih lemah
terutama karakter woody dibandingkan dengan minyak akar wangi asal India,
Thailand II dan Thailand I yang disebabkan rendahnya nilai persentase senyawa
khusimol pada minyak akar wangi asal Jawa Barat. Dari sisi organoleptik, sampel
minyak akar wangi asal Jawa Barat yang digunakan untuk penelitian ini
menunjukkan karakter odor smokey (gosong) yang sangat kuat dan karakter
woody yang lemah. Dengan demikian secara mutu minyak akar wangi asal Jawa
Barat masih kalah mutunya dengan minyak akar wangi asal India, Thailand I dan
II. Minyak akar wangi India mempunyai kualitas terbaik dibandingkan yang lain
jika diamati komposisi senyawa volatil penyusunnya seperti pada Tabel 23.
Perbedaan mutu antara minyak akar wangi (Vetiveria zizanioides) asal Jawa
Barat dengan minyak akar wangi (Vetiveria zizanioides) asal Thailand dan India
kemungkinan karena faktor asal geographis dan proses penyulingan. Rendahnya
mutu minyak akar wangi asal Jawa Barat baik odor atau kadar khusimol terutama
diakibatkan oleh proses penyulingan yang tidak sempurna seperti suhu
penyulingan yang terlalu tinggi.

Tabel 23 Profil senyawa volatil minyak akar wangi asal Jawa Barat dibandingkan
dengan Literatur
No Nama Minyak akar Minyak akar wangi (Vetiveria zizanioides) ISO
komponen wangi (Vetiveria (%) 4716 :
zizanioides) asal 2002(E)
Jawa barat Pripdeevech et al. Saraswati et al. Thubthimthed
rerata (%) (Thailand I 2006) (India 2011) et al. (Thailand
II 2012) (%)
1 Isoeugenol 1.21
2 Delta cadinene 0.18 0 1.72
3 Valencene 0.85 0.73 2.3
4 Khusimene 0.33 3.04 0.66
5 Alpha 0.60 0.94
calacorene
6 Alpha elemen 0.69 0.25
7 Beta vetivene 5.61 2.99
8 10-Epi-gamma 2,20 0.66
eudesmol
9 Vetiselinenol 3.03 5.6
10 Beta vetivone 3.88 8.29 1.62
11 Khusimol 6.87 11.11 21.45 12.71 6-11
12 Zizanal 0.53 0.09
13 Valerenol 0.25 3.93
14 Alpha vetivone 3.07 4.3 2.02
46

Jika data hasil penelitian ini dibandingkan dengan standar ISO 4716 : 2002
(E) maka masih masuk spesifikasi standar tersebut karena batasan kadar
khusimol antara 6-11% sedangkan minyak akar wangi asal Jawa Barat memiliki
kandungan khusimol 6.87%.

Gambar 8 Struktur khusimol (C15H24O) dengan BM 220 (Sell 2003)

5. Minyak Lada Hitam (Piper nigrum)

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 97.79% senyawa volatil


penyusun minyak lada hitam (Piper nigrum) asal Jawa teridentifikasi seperti pada
Lampiran 5. Jumlah komponennya sekitar 40 buah komponen senyawa volatil
yang terdiri dari senyawa terpene monoterpene, monoterpene alcohol (seperti
linalool), sesqueterpene dan senyawa sesqueterpene oxide (contohnya:
caryophyllene oxide).

Gambar 9 Kromatogram GC dari minyak lada hitam asal Jawa


47

Tabel 24 Jenis senyawa volatil penyusun minyak lada hitam asal Jawa

No Nama Komponen No Nama Komponen

1 Alpha thujene 21 Alpha guaiene


2 Alpha pinene 22 Delta cadinene
3 Champene 23 Alpha humulene
4 Sabinene 24 Germacrene D
5 Beta pinene 25 Beta selinene
6 Beta myrcene 26 Alpha selinene
7 Alpha phellandrene 27 Beta bisabolene
8 Delta-3-carene 28 7-Epi-alpha.selinene
9 Alpha terpinene 29 Spathulenol
10 p-Chimene 30 Allospathulenol
11 Limonene 31 Caryophyllene oxide
12 Isoterpinolene 32 Humulene epoxide
13 Alpha terpinolene 33 (Neo)intermedeol
14 Beta linalool 34 Selina-6-en-4-ol
15 1-Terpinen-4-ol 35 Alpha bisabolene oxide
16 Delta-elemene 36 Alpha caryophyllene alcohol
17 Cycloisosativene 37 Isoaromadendrene oxide
18 Alpha-copaene 38 D-viridiflorol
19 Isocariophyllene 39 Cedranol
20 Beta caryophyllene 40 Cis acrilic acid,3(3-(2.2-
dimethylcyclopropyl)-2,2-dimethyl
cyclopropyl), methyleter

Komponen utama minyak lada hitam asal Jawa sesuai Lampiran 5


adalah beta caryophyllene (23.09%), limonene (15.25%), 3-carene (21.01%),
beta pinene (10.34%) dan alpha pinene (5.66%). Sabinene yang merupakan
komponen minor memiliki kadar hanya 0.24%.

Gambar 10 Spektrum massa dan struktur dari beta caryophyllene(C15H24)


dengan berat molekul 204 (NIST 2008)
48

Tabel 25 Profil senyawa volatil minyak lada hitam asal Jawa dibandingkan
dengan literatur

No Komponen Minyak lada hitam Minyak lada hitam Minyak lada


(Piper nigrum) (Piper nigrum) asal hitam (Piper
asal Jawa malaysia ( Fan et nigrum)
rerata (%) al. (Malaysia 2011) (Lawrence
(%) 1981)
1 Alpha thujene 0.10 1.8
2 Alpha pinene 5.66 4.31 4.9
3 Champene 0.10 0.1
4 Sabinene 0.24 2.42 19.4
5 Beta pinene 10.34 12.95 10.4
6 Beta myrcene 2.04 2.21 2.2
7 Alpha phellandrene 2.45 1.7
8 Delta-3-carene 21.01 5.51 5.4
9 Alpha terpinene 0.12 0.3
10 p-Chimene 1.35 1.3
11 Limonene 15.25 35.06 17.5
14 Beta linalool 0.68 0.12 0.5
15 1-Terpinen-4-ol 0.10 1.4 1
16 Delta-elemene 0.92 0.15
18 Alpha-copaene 1.77 0.38 0.5
20 Beta caryophyllene 23.09 3.98 14.7
22 Delta cadinene 0.13 0.5
23 Alpha humulene 1.85 0.52 0.5
25 Beta selinene 3.23 Trace
compound
26 Alpha selinene 2.22 0.57 Trace
compound
27 Beta bisabolene 0.64 2
29 Spathulenol 0.14 1.31
31 Caryophyllene 0.88 2.62 Trace
oxide compound
38 D-viridiflorol 0.22 Trace
compound

Data ini jika dibandingkan dengan hasil penelitian Fan et al. (2011) seperti
pada Tabel 25 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang cukup signifikan
dimana komposisi pada minyak lada hitam (Piper nigrum) asal Malaysia
didominasi komponen limonene 35.6%, beta pinene (12.95%) dan alpha pinene
(4.31%). Kemudian jika minyak lada hitam asal Jawa dibandingkan dengan
minyak lada hitam (Piper nigrum) dari hasil penelitian Lawrence (1981) yang
didominasi oleh sabinene (19.4%), limonene (17.5%), beta caryophyllene
49

(14.7%), beta pinene (10.4%), 3-carene (5.4%) dan alpha pinene (4.9%) maka
minyak lada hitam asal Jawa lebih dekat dengan komposisi senyawa volatilnya
dengan minyak lada hitam asal hasil penelitian Lawrence walaupun ada
perbedaan signifikan pada komponen sabinene dan delta-3-carene.
Dari sisi organoleptik antara minyak lada hitam asal Jawa dengan minyak
lada hitam asal Malaysia ada kemungkinan berbeda karena dengan tingginya
komponen mono terpene (limonene) dan rendahnya beta caryophyllene
cenderung minyak lada hitam asal Malaysia memiliki karakter odor limonene like
dan terpenic lebih kuat dengan tingkat spicy (warm like lebih lemah) dibanding
minyak lada hitam asal Jawa. Sedangkan antara minyak lada hitam asal Jawa
dan minyak lada hitam penelitian oleh Lawrence (1981) kemungkinan memilki
karakter spicy like yang kuat walaupun minyak lada hitam asal Jawa lebih kuat.
Perbedaan pada komponen limonene dan delta-3-carene memungkinkan kedua
jenis minyak lada hitam ini memiliki orientasi karakter terpenic like yang berbeda.
Perbedaan antara ketiga minyak lada hitam tersebut terutama dipengaruhi oleh
umur tanaman buah Piper nigrum dan daerah asal tanaman ketiga minyak lada
hitam tersebut.
Kelompok senyawa yang bersifat allergen pada minyak lada hitam asal
Jawa adalah limonene (15.25%) dan beta linalool (0.68%) seperti pada Tabel 25.
Dikarenakan ketiadaan standar yang berlaku saat ini terkait parameter komponen
senyawa volatil maka adanya data-data hasil penelitian ini bisa dipakai untuk
mengetahui karakterisitik minyak lada hitam asal Indonesia secara lebih detail
dan mendalam.

6. Minyak Kenanga (Canangium odoratum Baill forma macrophylla)

Dari hasil penelitian untuk minyak kenanga (Canangium odoratum Baill


forma macrophylla) asal Jawa diperoleh 54 buah senyawa volatil penyusunnya
yang teridentifikasi seperti pada Tabel 26 dan Lampiran 6. Total persentase
sekitar 97.7% seperti pada Lampiran 6. Komponen-komponen penyusunnya
terdiri dari monoterpene, monoterpene alcohol, sesqueterpene alcohol,
sesqueterpene alcohol, sesqueterpene oxide dan senyawa ester. Penyusun
utama dari minyak kenanga asal Jawa sesuai pada Tabel 27 adalah beta
caryophyllene (33.59%), alpha humulene (8.61%), germacrene D (7.07%), delta
cadinene (4.83%) dan alpha farnesene (4.69%).
50

Tabel 26 Jenis senyawa volatil penyusun minyak kenanga asal Jawa

No Nama Komponen No Nama Komponen

1 Beta myrcene 29 Calamenene


2 p-Methyl anisole 30 Delta cadinene
3 Beta linalool 31 Cadina-1-4-diene
4 1-Terpinen-4-ol 32 Alpha cadinene
5 (E)-3,7-dimethyl-2,6-octadien-1-ol 33 Gamma gurjunene
6 Beta citral 34 Alpha selinene
7 Eugenol 35 Trans nerolidol
8 Germacrene B 36 3,7,11 trimethyl-1-6,10-dodecatrien-1-ol
9 Alpha cubebene 37 Bicyclo(7,2,0)undec-3-en-5-ol,4,11,11-
10 Geraniol acetate trimethyl-8-metylene--(1R-3E,5R,9S)
11 Ylangene 38 Caryolan-8-ol
12 Isoledene 39 Cariophyllene oxide
13 Alpha copaene 40 Epiglobulol
14 Beta elemene 41 Beta-cadin-4-en-10-ol
15 Beta caryophyllene 42 Globulol
16 Beta cubebene 43 Humulene oxide
17 Alloaromadendrene 44 Junenol
18 Alpha cubebene 45 1-Epi-cubenol
19 Aromadendrene 46 Gamma eudesmol
20 Alpha humulene 47 Tau cadinol
21 Epi-bicyclosesquiphellandrene 48 Alpha muurolol
22 Alpha amorphene 49 Alpha cadinol
23 Germacrene D 50 Alloaromadendrene oxide
24 Gamma cadinene 51 Farnesol
25 Gamma muurolene 52 Komponen yang tidak diketahui
26 Alpha muurolene 53 Benzyl benzoate
27 Alpha farnesene 54 Benzyl salicylate
28 Gamma cadinene 55 Geranyl benzoat

Tabel 27 Komponen utama dari senyawa volatil penyusun minyak kenanga asal
Jawa

No Nama komponen Minyak kenanga asal Jawa


Rerata (%)

1 beta caryophyllene 33.59


2 alpha humulene 8.61
3 germacrene D 7.07
4 alpha muurolene 3.88
5 alpha farnesene 4.69
6 delta cadinene 4.83
7 benzyl benzoate 3.74
51

Minyak kenanga asal Jawa didominasi oleh senyawa beta caryophylllene


namun karakternya organoleptiknya berbeda dengan beta caryophyllene dari
minyak atsiri yang lain seperti beta caryophyllene dari minyak cengkeh walaupun
pada kadar yang sama hal ini disebabkan beta caryophyllene dengan sumber
yang berbeda akan memiliki sifat yang berbeda pula terutama untuk odornya.
Beta caryophyllene dari minyak cengkeh umumnya memiliki karakter khas clove
spicy like, green dan clove woody. Sedangkan beta caryophyllene pada minyak
kenanga asal Jawa cenderung memberikan karakter sweet floral yang kuat dan
karakter spicy yang lemah. Senyawa volatil pada minyak kenanga asal Jawa
yang termasuk senyawa allergen yaitu linalool (1.86%), citral (0.11%), eugenol
(0.34%), farnesol (1.46%), benzyl benzoat (3.74%) dan benzyl salicylate (0.39%).
Dikarenakan standard untuk minyak ini yaitu standar SNI dan FCC (Food
Chemical Codex) tidak ada spesifikasi untuk parameter komponen senyawa
volatilnya maka untuk gap analysis tidak bisa dilakukan.
Menurut Burfield (2003) tentang adulteration of essential oils, minyak
kenanga umumnya digunakan sebagai adulteran pada minyak ylang-ylang hal ini
dikarenakan minyak kenanga memiliki harga yang lebih murah secara ekonomi
dan mempunyai kemiripan dari sisi odor dengan minyak ylang-ylang sehingga
sulit dibedakan pada batas tertentu walapun dari sisi profil komposisi penyusun
dari kedua minyak tersebut berbeda cukup signifikan.

Gambar 11 Kromatogram GC dari minyak kenanga asal Jawa


52

7. Minyak Ylang-Ylang (Canangium odoratum Baill forma genuina)

Minyak ylang-ylang memiliki spesies yang sama dengan minyak kenanga


yaitu berasal dari spesies Cananga odorata. Dari hasil penelitian ini diperoleh 61
buah senyawa volatil penyusun minyak ylang-ylang (Canangium odoratum Baill
forma genuina) asal Jawa yang teridentifikasi sedangkan 1 komponen tidak bisa
teridentifikasi sesuai Tabel 28 dan Lampiran 7 dengan total persentase yang
teridentifikasi adalah 95.68%. Penyusun utama minyak ylang-ylang asal Jawa
seperti pada Tabel 29 diantaranya beta linalool (26.03%), benzyl acetate
(12.97%), p-methyl anisole (13.44%), methyl benzoat (5.35%), geranyl acetate
(7.65%), beta caryophyllene (4.17%) dan germacrene D (3.98%).

Gambar 12 Spektrum massa dan struktur dari beta linalool (C10H18O) dengan
berat molekul 154 (Library NIST 2008)

Dalam Tabel 29 menunjukkan bahwa minyak ylang-ylang asal Thailand


dari penelitian Samakradhamrongthai (2009) mengandung komponen utama
yaitu beta pinene (7.89%), sulfactone (4.37%), alpha cubebene (15.98%) dan
beta myrcene (11.6%). Hal ini berbeda dengan komposisi utama senyawa volatil
minyak ylang-ylang asal Jawa. Fraksi minyak ylang-ylang yang termasuk grade
ekstra dan grade 1 merupakan grade dengan bermutu terbaik dibanding fraksi
lainnya. Fraksi grade 1 biasanya memiliki karakter odor floral yang kuat dimana
karakter ini dipengaruhi oleh komponen senyawa ester dan linalool (Georges et
al. 2003). Jika dikaji dari sisi odornya minyak ylang-ylang asal Jawa
kemungkinan memiliki intensitas sweet dan floral yang lebih kuat dibandingkan
dengan minyak ylang-ylang asal Thailand karena faktor senyawa ester dan
tingginya kadar senyawa linalool di minyak ylang-ylang asal Jawa. Perbedaan
53

antara kedua minyak ylang-ylang tersebut disebabkan antara lain oleh jenis,
umur dan asal tanaman. Pada Tabel 29 menunjukkan senyawa allergen pada
minyak ylang-ylang asal Jawa diantaranya linalool (26.03%), citral (0.27%),
geraniol (2.68%), eugenol (0.15%) dan benzyl benzoat (2.96%).
Burfield (2003) tentang adulteration of essential oils, minyak ylang-ylang
dimungkinkan dipalsukan dengan senyawa pemalsu lain (sintetik) seperti benzyl
acetate, methyl benzoate, para-cresyl methyl eter, geranyl acetate, benzyl
benzoat dan benzyl cinnamate. Dari sampel yang digunakan untuk penelitian ini,
kecil kemungkinan terkontaminasi oleh pemalsu sintetik tersebut karena
didistilasi sendiri di laboratorium dari bahan baku bunganya. Jika minyak ylang-
ylang terkontaminasi senyawa pemalsu sintetik tersebut maka tidak mudah
mendeteksinya dengan alat GC dan GC-MS jika hanya pada konsentrasi yang
rendah karena secara alami komponen sintetik tersebut juga ada pada minyak
ylang-ylang.
Terkait adanya peluang adulteration dari minyak kenanga pada minyak
ylang-ylang bisa dideteksi dengan parameter senyawa volatil beta caryophyllene
yang merupakan komponen terbesar pada minyak kenanga sedangkan minyak
ylang-ylang asal Jawa dan Thailand secara alami hanya mengandung komponen
beta caryophyllene < 5% sesuai Tabel 29. Jika kandungan beta caryophyllene
pada minyak ylang-ylang > 5% ada kemungkinan terjadi adulteration dari minyak
kenanga walaupun tidak mudah untuk dibuktikan dengan alat GC dan GC-MS.
Proses adulteration tersebut bisa dibuktikan dengan analisa menggunakan 13C-
NMR dengan mendeteksi sumber atom karbon C. Jika sumber atom karbon
dalam minyak ylang-ylang berbeda maka dipastikan terjadi adulteration.

Gambar 13 Kromatogram GC dari minyak ylang-ylang asal Jawa


54

Tabel 28 Jenis senyawa volatil penyusun minyak ylang-ylang asal Jawa

No Nama Komponen No Nama Komponen

1 3-Methyl-3-buten-1-yl acetate 35 Gamma muurolene


2 3-Methyl-2-butenyl acetate 36 Calamenene
3 Alpha pinene 37 Delta cadinene
4 Cis-3-hexenyl acetate 38 Elemol
5 Hexyl ethanoate 39 Allospathulenol
6 p-Methyl anisole 40 Spathulenol
7 Cineole 41 Caryophyllene oxide
8 Methyl benzoate 42 Alpha bisabolene epoxide
9 Beta linalool 43 Tricyclo(5,2,2,0(1,6))undecan-3-ol,2-
10 Benzyl acetate 44 Methylene-6,8,8-trimethyl
11 3,7-Dimethyl-1,5-octadien-3,3,7-diol 4-isopropyl-1.6-dimethyl-1,2,3,4,4a,7-
12 Alpha terpineol hexahydronaphtalene
13 Methyl chavicol 45 Tau-cadinol
14 1,2-Dimetoxy-4-methyl benzene 46 Alpha muurolol
15 Beta-phenylethylacetate 47 Alpha cadinol
16 Geraniol 48 Tau-muurolol
17 cis citral 49 Epi-10-cadinol
18 1-Decanol 50 (3S,4R,5S,6R,7S)-Aristol-9-en-3-ol
19 p-(1-propenyl)anisole 51 D-nerolidol
20 Eugenol 52 Trans farnesal
21 Geranyl acetate 53 Benzyl benzoat
22 Alpha copaene 54 Isoaromadendrene oxide
23 Methyl eugenol 55 Komponen yang tidak diketahui
24 Beta gurjunene 56 3-Isopropyl-6,7-dimethyltricyclo
25 Cinnamyl acetate (4,4,0,0(2,8))decane-9-10-diol
26 Beta caryophyllene 57 Trans-farnesal acetate
27 Beta cubebene 58 Cis-9,10-dihydrocapsenone
28 Alpha caryophyllene 59 7-Oxabicyclo(4,1,0)heptane,5-methoxy-
29 3-Mmethyl-2-butenylbenzoat 2,2,6-trimethyl-1-(3-methyl-2-
30 Methyl isoeugenol cyclobuten-1-ol
31 Germacrene D 60 2-(hydroxyethyl)-4-(2,isopropylidene-5-
32 Alpha amorphene methylcyclopentyl)but-2-enal
33 Alpha muurolene 61 alloaromadendrene oxide
34 Alpha farnesene 62 6-isopropenyl-4.8a-dimethyl-
1,2,3,5,6,7,8,8a-octahydro-naphtalen-2-ol
55

Tabel 29 Profil senyawa volatil minyak ylang-ylang asal Jawa dibandingkan


dengan literatur

No Nama komponen minyak ylang-ylang minyak ylang-ylang


(Canangium odoratum (Cananga odorata
Baill forma genuina) asal Lam) asal Thailand
Jawa rerata (%) (Samakradhamrongt
hai, 2009)

1 p-Methyl anisole 13.44


2 Methyl benzoate 5.35
3 Beta linalool 26.03
4 Benzyl acetate 12.97 1.64
5 Geraniol 2.68
6 Cis citral 0.27
7 Eugenol 0.15
8 Methyl eugenol 0.33
9 Geraniol acetate 7.65
10 Beta caryophyllene 4.17 3.16
11 Beta cubebene 0.12 3.08
12 Germacrene D 3.98 1.99
13 Calamenene 0.17 2.2
14 Caryophyllene oxide 0.80 1.7
15 Benzyl benzoat 2.96
* Beta pinene 7.89
* Sulfactone 4.37
* Alpha cubebene 15.98
* Beta myrcene 11.6

Dikarenakan standar untuk minyak ini tidak ada spesifikasi untuk parameter
komponen senyawa volatilnya maka untuk gap analysis tidak bisa dilakukan.
Selain itu bisa dijadikan rujukan untuk melengkapi standar SNI yang belum ada
parameter untuk komponen volatil. Hal ini sangat penting karena dengan adanya
parameter tersebut bisa meminimalisir terjadinya adulteration pada minyak ylang-
ylang.

8. Minyak Terpentin (Pinus merkusii)

Dari hasil penelitian ini diperoleh jumlah komponen minyak terpentin (Pinus
merkusii) asal Jawa Barat sekitar 17 buah komponen dengan besarnya
persentase 98.63% seperti pada Lampiran 8. Dari Tabel 30 dan Lampiran 8
menunjukkan bahwa komposisi minyak terpentin terdiri dari monoterpene,
56

monoterpene alcohol dan sesqueterpene. Senyawa monoterpene alpha pinene


menjadi komponen terbesar minyak terpentin dengan 79.79% yang diikuti
komponen delta-3-carene sebesar 11.11%.

Gambar 14 Kromatogram GC dari minyak terpentin asal Jawa Barat

Tabel 30 Jenis senyawa volatil penyusun minyak terpentin asal Jawa Barat

No Nama Komponen

1 Alpha thujene
2 Alpha pinene
3 Camphene
4 Sabinene
5 Beta pinene
6 Delta-3-carene
7 o-Chimene
8 Limonene
9 Gamma terpinene
10 Alpha terpinolen
11 Alpha pinene oxide
12 Cis-verbenol
13 4,8 Epoxy-p-ment-1-ene
14 1-Terpinen-4-ol
15 Beta fenchol
16 Beta caryophyllene
17 Alpha bergamotene
57

Jika dibandingkan dengan penelitian lain yang sudah dilakukan oleh


Wiyono et al. (2006) yang mengkaji komponen senyawa volatil minyak terpentin
dari beberapa daerah di Indonesia yaitu Jawa Barat, Jawa Timur dan Sumatra
Utara menunjukkan bahwa komponen alpha pinene dari minyak terpentin asal
Indonesia memiliki kadar > 80% seperti yang ditunjukkan pada Tabel 31.
Kandungan alpha pinene terbesar berasal dari minyak terpentin asal Jawa Timur
sebesar 86.4% sedangkan minyak terpentin asal Jawa Barat dan asal Sumatra
Utara lebih rendah kandungan alpha pinene-nya. Perbedaan kandungan alpha
pinene tersebut disebabkan oleh daerahnya dimana di Jawa Barat memiliki
intensitas hujan atau tingkat kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan dengan
Jawa Timur sehingga dengan kelembaban tinggi maka kandungan minyak lebih
rendah termasuk senyawa di dalamnya. Selain itu, faktor genetik mempengaruhi
komposisi senyawa volatil pada minyak terpentin (Wiyono et al. 2006). Dalam
Lampiran 8 menunjukkan senyawa allergen hanya limonene sebesar 1.11%.
Selanjutnya jika dilakukan gap analysis dengan membandingkan pada
standar yang ada yaitu standar SNI 01-5009.3-2001 maka sesuai Tabel 31
menunjukkan bahwa minyak terpentin asal Jawa Barat dari hasil penelitian ini
masuk spesifikasi standar SNI untuk golongan standar < 80% dan tidak masuk
standar SNI utama. Sedangkan minyak terpentin dari Jawa timur, Sumatra Utara
ldan Jawa Barat hasil penelitian Wiyono et al. (2006) masuk spesifikasi standar
SNI untuk golongan utama > 80%.

Gambar 15 Spektrum massa dan struktur dari alpha pinene (C10H16) dengan
berat molekul 136 (Library NIST 2008)
58

Tabel 31 Profil senyawa volatil minyak terpentin asal Jawa Barat dibandingkan
dengan literatur

No Nama Minyak terpentin Minyak terpentin (Pinus merkusii) SNI01-5009.3-


komponen (Pinus merkusii) (Wiyono et al. 2006)
2001
asal Jawa Barat
Rerata (%) Jawa Sumatra Jawa barat
Timur Utara
1 Alpha pinene 79.79 86.4 82.4 82.9 Mutu Utama
kadar alpha
2 Camphene 0.81 0.9 0.9 0.9 pinene > 80%
3 Beta pinene 2.52 2.2 2.4 2.2 Mutu Standar
4 Delta-3-carene 11.11 8.8 11 11 alpha pinene
5 Limonene 1.18 0.9 1.4 1.3 < 80%
6 1-Terpinen-4-ol 0.13 0 0 0
7 Beta 0.53 0 0 0
caryophyllene

Tingginya mono terpene seperti alpha pinene pada minyak terpentin


memungkinkan minyak jenis ini digunakan sebagai adulteran (minyak pemalsu)
untuk minyak lain yang memiliki kandungan alpha pinene tinggi seperti minyak
pala. Menurut Burfield (2003) tentang adulteration of essential oils, minyak pala
mudah untuk dipalsukan dengan minyak terpentin hal ini dikarenakan komponen
dalam minyak terpentin terdapat dalam minyak pala yaitu alpha pinene dan delta-
3-carene. Murahnya harga minyak terpentin dibandingkan dengan minyak pala
menjadi salah satu alasan utama terjadinya pemalsuan selain itu adanya
pemalsuan minyak terpentin dalam minyak pala dalam jumlah yang sedikit sulit
dideteksi dengan alat GC dan GC-MS. Bahkan secara organoleptik pun juga sulit
dibedakan antara yang dipalsukan maupun yang orisinal. Hal yang paling mudah
mendeteksi pemalsuan untuk kasus seperti ini adalah menggunakan 13C-NMR.

9. Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus D.C., Rutaceae)

Dari hasil penelitian dari sampel yang diambil dari salah satu penyuling di
Jawa diperoleh sekitar 38 buah komponen senyawa volatil pada minyak daun
jerut purut (Citrus D.C., Rutaceae) yang teridentifikasi dan 1 buah senyawa yang
tidak teridentifikasi seperti pada Tabel 32. Dari Tabel 33 menunjukkan bahwa
minyak minyak daun jeruk purut asal Jawa didominasi oleh komponen beta
citronellal (73.44%) yang diikuti beta linalool (4.35%), beta citronellol 3.95%,
sabinene (2.38%) dan citronellyl acetate (1.56%).
59

Gambar 16 Kromatogram GC dari minyak daun jeruk purut asal Jawa

Tabel 32 Jenis senyawa volatil penyusun minyak daun jeruk purut asal Jawa

No Nama Komponen No Nama Komponen

1 Alpha pinene 21 Alpha copaene


2 Sabinene 22 Beta cubebene
3 Beta pinene 23 Beta caryophyllene
4 Beta myrcene 24 Alpha guaiene
5 Alpha limonene 25 Seychellene
6 2.6-Dimethyl-5- 26 Alpha humulene
heptenal
7 Beta-o-chimene 27 Gamma bisabolene
8 Gamma terpinene 28 Bicyclogermacrene
9 Cis-linaloloxide 29 Aristolene
10 Beta linalool 30 Alpha bulnesene
11 Beta citronellal 31 Delta cadinene
12 Isopulegol 32 Elemol
13 1-Terpinen-4-ol 33 Trans nerolidol
14 Beta citronellol 34 Spathulenol
15 Nerol 35 Komponen yang tidak diketahui
16 Trans geraniol 36 Alpha eudesmol
17 Citronellyl acid 37 Patchouli alcohol
18 3.8 Terpin 38 2.6-Dimethyl-6-(4-methyl-3-
19 Citronellyl acetate pentenyl)cyclohex-2-enecarboxadehyde
20 (E)-3.7-Dimethyl-2.6- 39 Campherenone
octadien-1-yl acetate
60

Senyawa yang bersifat allergen di minyak daun jeruk purut asal Jawa
diantaranya beta linalool (4.35%), beta citronellol (3.95%) dan trans geraniol
(0.21%). Satu buah komponen senyawa volatil yang teridentifikasi pada minyak
daun jeruk purut dimungkinan senyawa kontaminan yaitu patchouli alcohol (No
37) dengan persentase 0.5% (Tabel 33). Adanya senyawa patchouli alcohol di
minyak daun jerut purut (kaffir lime leaf oil) kemungkinan besar berasal dari
minyak nilam (patchouli oil) karena patchouli alcohol hanya ada di minyak nilam
sedangkan minyak daun jeruk purut secara alami tidak memiliki komponen
patchouli alcohol. Pengalaman penulis di bidang minyak atsiri khususnya terkait
minyak daun jeruk purut, telah mengidentifikasi menggunakan GC-MS pada
sampel minyak daun jeruk purut yang berbeda dengan sampel yang digunakan
pada penelitian ini dan hasilnya tidak menunjukkan adanya senyawa patchouli
alcohol pada minyak jeruk purut tersebut. Hal ini juga diperkuat dari hasil
penelitian Tinjan dan Jirapakkul (2007) tentang minyak daun jeruk purut asal
Thailand yang menunjukkan tidak adanya senyawa patchouli alcohol seperti
pada Tabel 33 dan Lampiran 9. Penyebab adanya patchouli oil dalam minyak
daun jeruk purut kemungkinan karena kontaminasi silang saat penyulingan.
Proses penyulingan yang terjadi saat ini umumnya menggunakan alat penyuling
tidak diperuntukkan untuk menyuling satu jenis minyak saja namun lebih dari
satu jenis minyak yang berbeda yang dilakukan bergantian sehingga proses
pembersihan yang tidak optimal menyebabkan masih adanya sisa atau residu
minyak nilam hasil proses penyulingan sebelumnya mengontaminasi saat
penyulingan minyak minyak daun jeruk purut.

Gambar 17 Spektrum massa dan struktur dari beta citronellal (C10H18O) dengan
berat molekul 154 (NIST 2008)
61

Tabel 33 Profil senyawa volatil minyak daun jeruk purut asal Jawa dibandingkan
dengan literatur

No Nama Komponen Minyak daun jeruk purut Standar industri


(Citrus D.C., Rutaceae) (%) multi nasional
flavor dan fragran
Asal Jawa Asal Thailand (%)
(Tinjan dan
Jirapakkul. 2007)

1 Alpha pinene 0.13 0.1


2 Sabinene 2.38 2.1
3 Beta pinene 0.30 0.1
4 Beta myrcene 0.71 0.9
5 Alpha limonene 0.28 0.2
6 Beta-o-chimene 0.52 0.6
7 Gamma terpinene 0.11 0.2
8 Beta linalool 4.35 3.6
9 Beta citronellal 73.44 74.8 65 - 75
10 Isopulegol 0.47 0.1
11 1-Terpinen-4-ol 0.24 0
12 Beta citronellol 3.95 2 1.9 - 6
13 Trans geraniol 0.21 0.3
14 Citronellyl acetate 1.56 1.9 1-3
15 Alpha copaene 0.13 0.7
16 Beta cubebene 0.22 0.6
17 Beta caryophyllene 1.45 3.4 0 – 2.5
18 Alpha guaiene 0.23 0
19 Alpha humulene 0.24 0.4
20 Bicyclogermacrene 0.55 1
21 Trans nerolidol 0.71 0.6
22 Patchouli alcohol 0.50

Data hasil penelitian ini jika dibandingkan dengan minyak minyak daun
jeruk purut asal Thailand yang diisolasi dengan metode ekstraksi solven (Tinjan
dan Jirapakkul. 2007) dimana komponen utamanya adalah beta citronellal
(74.8%) yang diikuti beta linalool (3.6%), beta citronellol (2%), sabinene (2.1)%)
dan citronellyl acetate (1.9%) maka antara kedua jenis minyak minyak daun jeruk
purut tersebut memiliki kemiripan atau perbedaannya tidak signifikan karena jenis
komponen minyak minyak daun jeruk purut asal Jawa hampir sama dengan yang
ada di minyak minyak daun jeruk purut asal Thailand.
Selanjutnya jika dilakukan gap analysis dengan membandingkan data-data
dari hasil penelitian ini dengan standar yang berlaku maka sesuai Tabel 33
62

menunjukkan bahwa minyak minyak daun jeruk purut asal Jawa memiliki
komponen senyawa volatil antara lain beta citronellal, beta citronellol, citronellyl
acetate dan beta caryophyllene yang masuk spesifikasi standar industri multi
nasional flavor dan fragran namun adanya kontaminan dengan indikator
senyawa patchouli alcohol menjadi masalah lain. Secara umum, minyak minyak
daun jeruk purut yang disuling sudah baik terutama dari sisi standar proses
penyulingan namun perlu diperhatikan mengenai proses CIP (clean in place)
agar tidak terjadi kontaminasi silang.
Teridentifikasinya senyawa volatil minyak daun jeruk purut dengan total
persentase 96.41% bisa dijadikan acuan dalam memenuhi persyaratan regulasi
yang semakin kompleks terkait senyawa volatil sebagai parameter mutu,
senyawa allergen, dan senyawa adulteran khususnya minyak daun jeruk purut.

10. Minyak Sereh Wangi (Cymbopogan winterianus Jowitt)

Dari hasil penelitian ini diperoleh 38 buah senyawa volatil penyusun minyak
sereh wangi (Cymbopogan winterianus Jowitt) asal Jawa yang teridentifikasi
dengan total persentase sekitar 97.19% seperti pada Lampiran 10. komponen
utama dalam minyak ini adalah beta citronellal (35.45%), geraniol (23.34%), beta
citronellol (10.80%), geranyl acetate (3.9%), limonene (3.48%) dan citronellyl
acetate (2.57%). Citronellol memberikan karakter odor sweet rose like sedangkan
citronellol memberikan karakter odor refreshing (Surburg and Panten 2006)

Gambar 18 Tipe kromatogram minyak sereh wangi asal Jawa


63

Tabel 34 Jenis senyawa volatil penyusun minyak sereh wangi asal Jawa

No Nama Komponen No Nama Komponen

1 Beta myrcene 20 Alpha caryophyllene


2 Limonene 21 Epi-bicyclosesquiphellandrene
3 Beta-o-chimene 22 Methyl isoeugenol
4 Beta linalool 23 Germacrene D
5 Beta citronellal 24 Alpha farnesene
6 Isopulegol 25 Alpha cubebene
7 Decanal 26 Alpha muurolene
8 Beta citronellol 27 Alpha amorphene
9 Beta citral 28 Delta cadinene
10 Geraniol 29 Elemol
11 Alpha citral 30 Geraniol butanoat
12 3,8 Terpin 31 Germacrene d-4-ol
13 Eugenol 32 Caryophyllene oxide
14 Citronellyl acetate 33 Delta cadinol
15 Geranyl acetate 34 10-Epi-gamma edesmol
16 Methyl eugenol 35 Gamma eudesmol
17 Beta elemene 36 Tau cadinol
18 Beta caryophyllene 37 Beta selinenol
19 Alpha bergamotene 38 Tau muurolol

Data hasil penelitian ini seperti pada Tabel 35 jika dibandingkan dengan
data dari hasil penelitian tentang minyak sereh wangi (Cimbopogon nardus) asal
Thailand oleh Nakahar et al. (2003) dimana kadar beta citronellal (5.8%), geraniol
(35.7%), beta citronellol (4.6%), geranyl acetate (9.7%), dan beta citral (14.2%)
menunjukkan bahwa ke dua data tersebut memiliki perbedaan yang signifikan
dalam komposisi senyawa volatilnya. Perbedaan tersebut disebabkan terutama
oleh jenis tanaman, asal tanaman dan umur tanaman sereh wangi. Minyak sereh
wangi asal Jawa berasal dari jenis Cymbopogan winterianus jowitt sedangkan
minyak sereh wangi asal Thailand dari jenis (Cimbopogon nardus).
Komponen senyawa allergen minyak sereh wangi asal Jawa diantaranya
limonene (3.48%), beta linalool (0.71%), beta citronellol (10.8%), cis dan trans
citral (1.11%), eugenol (0.83%) dan geraniol (23.34%).
64

Tabel 35 Profil senyawa volatil minyak sereh wangi asal Jawa dibandingkan
dengan Literatur

No Nama Komponen Minyak sereh wangi Minyak sereh wangi SNI 06-3953-
(Cymbopogan (Cimbopogon nardus) 1995
winterianus Jowitt) (Asal Thailand 2003)
asal Jawa rerata (%) (%)
1 Limonene 3.48
2 Beta linalool 0.71 1.3
3 Beta citronellal 35.45 5.8 Min. 35
4 Isopulegol 0.23
5 Beta citronellol 10.80 4.6
6 Beta citral 0.47 14.2
7 Geraniol 23.34 35.7
8 Eugenol 0.83
9 Citronellyl acetate 2.57
10 Geranyl acetate 3.90 9.7
11 Methyl eugenol 0.13
12 Beta elemene 1.39
13 Germacrene D 2.34
14 Alpha muurolene 0.50
15 Elemol 2.21
16 Delta cadinol 0.18
17 Gamma 0.13
eudesmol
18 Tau muurolol 0.59

Data hasil penelitian ini jika dibandingkan dengan standar yang berlaku
yaitu standar SNI maka sampel minyak ini masuk spesifikasi standar SNI karena
kadar beta citronellol 35.45% diatas standar SNI yaitu minimal 35%.
Teridentifikasinya senyawa volatil minyak sereh wangi dengan total persentase
97.19% bisa dijadikan acuan dalam memenuhi persyaratan regulasi yang
semakin kompleks terkait senyawa volatil sebagai parameter mutu dan senyawa
allergen pada minyak sereh wangi.

11. Rekapitulasi Total Hasil Penelitian dan Kesesuaian Dengan Regulasi

Secara keseluruhan rerata total persentase area yang teridentifikasi pada


10 jenis minyak atsiri atau 13 sampel yang digunakan untuk penelitian ini 97.59%
(kisaran 95.00 – 99.00%). Terkait dengan regulasi REACH, teridentifikasinya
komponen senyawa volatil pada 10 jenis minyak atsiri yang merupakan
65

komoditas ekspor dan potensial dikembangkan tersebut dengan total


teridentifikasi 97.59% merupakan kemajuan yang baik dalam penyediaan data-
data komposisi minyak atsiri dalam memenuhi persyaratan regulasi yang ada.
Salah satu regulasi tersebut terkait dengan regulasi REACH yang
mempersyaratkan penyediaan informasi terkait komposisi bahan secara lebih
detail dari suatu produk seperti minyak atsiri khususnya yang masuk ke pasar
Eropa. Di sisi lain beberapa minyak atsiri dari Indonesia seperti minyak pala,
minyak nilam, minyak, minyak sereh wangi, minyak kenanga, minyak ylang-ylang
dan minyak terpentin merupakan salah satu komoditi unggulan ekspor sehingga
data-data dari hasil penelitian ini sangat diperlukan untuk memenuhi standar
regulasi yang cukup kompleks agar tidak menghambat ekspor ke depannya. Jika
semua jenis minyak atsiri yang diteliti tersebut dibuat rekapitulasi hasilnya seperti
pada Tabel 36.
66
63
Tabel 36 Data rekapitulasi hasil penelitian 10 jenis minyak atsiri (13 buah sampel) asal Indonesia

No Minyak Atsiri Jenis Tanaman Komponen Senyawa Senyawa Persentase Jumlah senyawa Kesesuaian
(nama latin) utama allergen penduga senyawa teridentifikasi > dengan standar
pemalsuan/ teridentifikasi 0.1%
kontaminasi > 0.1%

1 Minyak pala Myristica fragrans Alpha pinene, Eugenol, alpha pinene, 98.76 35 buah senyawa Masuk standar
asal Jawa Houtt sabinene, beta limonene dan delta-3-carene industri
pinene dan myristicin isoeugenol dan eugenol multinasional flavor
dan fragran, tidak
masuk standar EP
2 Minyak pala Myristica fragrans Alpha pinene, Eugenol, Alpha pinene, 98.56 35 buah senyawa Masuk standar
asal Sulawesi Houtt sabinene, beta limonene dan delta-3-carene industri
pinene dan myristicin isoeugenol dan eugenol multinasional flavor
dan fragran dan
tidak masuk
standar EP
3 Minyak nilam Pogostomon Patchouli alcohol, Linalool, limonene Eugenol dan 98.02 30 buah senyawa Masuk standar ISO,
asal Jawa heuneanus alpha guaene, dan eugenol alpha copaene standar industri
seychellene, alpha multinasional flavor
patchouelene dan dan fragran dan
alpha bulnesene standar SNI
4 Minyak nilam Pogostomon cablin Patchouli alcohol, Linalool, limonene Eugenol dan 97.66 30 buah senyawa Masuk standar ISO,
asal Sumatra Benth alpha guaene, dan eugenol alpha copaene standar industri
seychellene, alpha multinasional flavor
patchouelene dan dan fragran dan
alpha bulnesene standar SNI
5 Minyak nilam Pogostomon Patchouli alcohol, Linalool, limonene Eugenol dan 98.26 30 buah senyawa Masuk standar ISO,
asal Sulawesi heuneanus alpha guaene, dan eugenol alpha copaene standar industri
seychellene, alpha multinasional flavor
patchouelene dan dan fragran dan
alpha bulnesene tidak masuk
standar SNI

66
Tabel 36 (lanjutan) Data rekapitulasi hasil penelitian 10 jenis minyak atsiri (13 buah sampel) asal Indonesia

No Minyak Atsiri Jenis Tanaman Komponen Senyawa Senyawa Persentase Jumlah senyawa Kesesuaian
(nama latin) utama allergen penduga senyawa teridentifikasi > dengan standar
pemalsuan/ teridentifikasi 0.1%
kontaminasi > 0.1%

6 Minyak jahe Zingiber officinale Zingiberene, Linalool, citral, 96.32 70 buah senyawa Tidak ada standar
segar asal Roscoe champene, beta citronellol dan untuk parameter
Jawa phellandrene, alpha farnesol senyawa volatil
curcumene dan beta
sesquephellandrene

7 Minyak akar Vetiveria zizanioides Khusimol, beta Isoeugenol 97.69 89 buah Masuk standar ISO
wangi asal vetivenene, beta senyawa 4716 : 2002 (E)
Jawa Barat vetivone dan alpha
gurjune
8 Minyak lada Piper nigrum Beta caryophyllene, Limonene dan 97.79 40 buah Tidak ada standar
hitam asal limonene, delta-3- linalool senyawa untuk parameter
Jawa carene, beta pinene senyawa volatil
dan alpha pinene
9 Minyak Canangium Beta caryophyllene, Citral, eugenol, 97.7 54 buah Tidak ada standar
kenanga asal odoratum Baill forma alpha humulene, farnesol, benzyl senyawa untuk parameter
Jawa macrophylla germecrene D, delta benzoat dan senyawa volatil
cadinene dan alpha benzyl
farnesene salicylate
10 Minyak ylang- Canangium Beta linalool, benzyl Linalool, citral, benzyl acetate, 95.68 61 buah Tidak ada standar
ylang asal odoratum Baill forma acetate, p-methyl eugenol, benzyl methyl menzoate, senyawa untuk parameter
Jawa genuina anisole, methyl benzoat para-cresyl senyawa volatil
benzoat, geranyl methyl eter,
acetate, beta geranyl acetate,
caryophyllene dan benzyl benzoat
germacrene D dan
benzyl cinnamate,
caryophyllene

67
Tabel 36 (lanjutan) Data rekapitulasi hasil penelitian 10 jenis minyak atsiri (13 buah sampel) asal Indonesia

No Minyak Atsiri Jenis Tanaman Komponen Senyawa Senyawa Persentase Jumlah senyawa Kesesuaian
(nama latin) utama allergen penduga senyawa teridentifikasi > dengan standar
pemalsuan/ teridentifikasi 0.1%
kontaminasi > 0.1%

11 Minyak Pinus merkusii Alpha pinene dan limonene 98.63 17 buah Masuk standar SNI
terpentine asal delta-3-carene senyawa untuk kelas Mutu
Jawa Barat Standar
12 Minyak daun Citrus D.C., Beta citronellal, beta Llinalool, Patchouli alcohol 96.41 38 buah Masuk standar
jeruk purut asal Rutaceae linalool, beta citronellol dan senyawa industri multi
Jawa citronellol, sabinene geraniol nasional flavor dan
dan citronellyl fragran namun
acetate masalah dengan
adanya kontaminan
senyawa asing
13 Minyak sereh Cymbopogan Beta citronellal, Limonene, beta 97.19 38 buah Masuk standar SNI
wangi asal winterianus Jowitt geraniol, beta linalool, beta senyawa
Jawa citronellol, geranyl citronellol, citral,
acetate, limonene eugenol dan
dan citronellyl geraniol
acetate
Rerata total dari 13 sampel minyak atsiri 97.59 (kisaran 95.00 – 99.00 %)

68
V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Dari hasil gap analysis antara hasil penelitian ini dibandingkan dengan
standar yang ada menunjukkan bahwa minyak pala asal Sulawesi dan Jawa
masuk standar industri multi nasional flavor dan fragran namun tidak masuk
standar European Pharmacopoeia. Minyak nilam asal Jawa, Sumatra dan
Sulawesi memenuhi persyaratan standar ISO dan standar industri multi nasional
flavor dan fragran. Terkait standar SNI, minyak nilam asal Jawa dan Sumatra
masuk spesifikasi SNI sedangkan minyak nilam asal Sulawesi tidak masuk
standar SNI terkait kadar patchouli alcohol < 30%. Senyawa eugenol dan alpha
copaene menjadi penanda adulteration pada minyak nilam oleh adulteran minyak
lain.
Standar untuk parameter senyawa volatil pada minyak jahe tidak ada
sehingga tidak bisa dilakukan gap analysis untuk data hasil penelitian pada
minyak jahe segar asal Jawa. Minyak jahe segar asal Jawa karakter odor dari
minyak ini terutama ditentukan oleh senyawa citral dan zingiberene. Minyak akar
wangi asal Jawa barat secara spesifikasi masuk standar ISO 4716 : 2002 terkait
persyaratan parameter senyawa khusimol. Senyawa khusimol, alpha dan beta
vetivone memberikan kontribusi terhadap mutu dari minyak akar wangi termasuk
karakter odornya. Standar untuk parameter senyawa volatil pada minyak lada
hitam tidak ada sehingga tidak bisa dilakukan gap analysis untuk data hasil
penelitian pada minyak lada hitam asal Jawa.
Standar untuk parameter senyawa volatil pada minyak kenanga asal Jawa
dan Minyak ylang-ylang asal Jawa tidak ada sehingga tidak bisa dilakukan gap
analysis untuk data hasil penelitian pada kedua jenis minyak atsiri tersebut.
Minyak kenanga umumnya dipakai sebagai adulteran pada minyak ylang-ylang
terkait dengan harganya yang lebih murah dan memiliki kemiripan dari odornya.
Minyak terpentin asal Jawa barat masuk spesifikasi standar SNI untuk
kelompok Standar, namun tidak masuk spesifikasi untuk kelompok Utama.
Perbedaan kandungan alpha pinene dalam minyak terpentin dari daerah yang
satu dengan yang lain dipengaruhi terutama oleh faktor tingkat kelembaban dan
faktor genetik dari tanaman pinus. Minyak terpentin biasanya digunakan sebagai
70

adulteran pada minyak pala terutama terkait dari komposisi senyawa volatil yang
dikandungnya.
Pada hasil penelitian ini menunjukkan minyak daun jeruk purut asal Jawa
masuk spesifikasi standar standar industri multi nasional flavor dan fragran
berdasarkan pada parameter senyawa volatilnya namun ada masalah dengan
adanya kontaminan asing yaitu senyawa patchouli alcohol yang berasal dari
minyak nilam. Minyak sereh wangi asal Jawa masuk spesifikasi standar SNI
terutama terkait batasan minimum komponen beta citronellal yang menjadi
persyaratan pada standar SNI. Perbedaan jenis tanaman dan asal daerah
tanaman menentukan komposisi senyawa volatil pada minyak sereh wangi.
Teridentifikasinya komponen senyawa volatil pada 10 jenis minyak atsiri
tersebut dengan total yang teridentifikasi kisaran 95.00 – 99.00% merupakan
kemajuan yang baik dalam penyediaan data-data komposisi minyak atsiri yang
lebih lengkap dalam memenuhi persyaratan regulasi yang semakin kompleks dan
ketat seperti regulasi REACH maupun regulasi yang lain terutama untuk
beberapa minyak atsiri yang merupakan komoditi unggulan ekspor Indonesia
seperti minyak pala, minyak nilam, minyak, minyak sereh wangi, minyak
kenanga, minyak ylang-ylang dan minyak terpentin agar tidak menghambat
ekspor ke depannya.

B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk identifikasi senyawa volatil
pada 10 jenis minyak atsiri asal Indonesia tersebut pada level < 0.1% yang
kemudian dikombinasikan dengan hasil penelitian ini untuk melihat karakteristik
yang lebih lengkap terkait komposisi senyawa volatil pada minyak atsiri tersebut.
Selain itu juga perlu di analisis menggunakan GCMS-Olfactometry untuk
menganalisis aroma dari 10 jenis minyak atsiri tersebut untuk mengkaji senyawa
volatil yang berperan dalam aroma atau odor dari masing-masing minyak atsiri
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Agustian E, Sulaswatty A, Tasrif, Laksmono J.A dan Adilina I.B. 2005.


Pemisahan Sitronelal dari Minyak Sereh Wangi Menggunakan Unit
Fraksionasi Skala Bench. J. Tek. Ind vol 17. Grup Riset Teknologi Proses
dan Sintesa Minyak Atsiri, LIPI, Serpong, Tangerang.

[AI] Aromatics International. 2010. Gas Chromatography Analysis of Java


Citronella Oil. http : www.aromaticinternational.com/citronellajava [29 April
2012].

[BALITRO] Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. 2006. Strategi


Pengembangan Minyak Atsiri Indonesia. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Vol. 28 No 5.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2011. Standar SNI Minyak Atsiri.


www.sisni.bsn.go.id [02 Januari 2012].

Burfield T. 2003. The Adulteration of Essential Oils and the Consequences TO


Aromatherapy and Natural Perfumery Practice. A Presentation to the IFA
Annual AGM London.

[EC] European Commission. 2002. Opinion of the Scientific Committee on Food


on The Safety of The Presence of Safrol (1-allyl-3,4-methylene dioxy
benzene) in Flavourings and Other Food Ingredients with Flavouring
Properties (SCF/CS/FLAV/FLAVOUR/6ADD3 Final 9 January 2002).

[ECHA] European Chemical Agency. 2007. REACH in Brief. European


Commision Environmental Directorate General. www.ec.europa.eu [02
Januari 2012].

[EP] European Pharmacopoeia. 2008. Monograph of Nutmeg Oil. European


Pharmacopoeia 6.2 page 3797-3798

[FCC] Food Chemical Codex. 1996. Essential Oils Standard. Institute of


Medicine. Fourth Edition. National Academy Press. Washington.

Georges M, Halpern, Waverka P. 2003. The Healing Trail : Essential Oils of


Madagascar. Basic Health Publication Inc.

Goodscentscompany.1980.Essential Oils. Www.thegoodscentcompany.com/


/data/es1591051.html [02 Januari 2012].

Gunawan W. 2009. Seminar Nasional : Kualitas dan Nilai Minyak Atsiri, Implikasi
Pada Pengembangan Turunannya. Diselenggarakan Himpunan Kimia
Indonesia, Semarang, Jawa Tengah.

Fan LS, Muhammad R, Omar D, Rahmani M. 2011. Insecticidal Properties of


Piper nigrum Fruit Extracts and Essential Oils Against Spodoptera Litura.
International Journal of Agriculture and Biology 13 : 517-522.
72

[IFRA] International Fragrance Association. 2009. IFRA Standards (46


th
amendment). www.ifraorg.org.

[IFRA] International Fragrance Association. 2003. GC-MS Quantitation Fragrance


Allergens in Fragrance Compound. Analyticial Procedure, version 1.

Ikhlas A, Khan, Ehab A, Abourashed. 2011. Leung’s Encyclopedia of Common


Natural Ingredients : Used in Food, Drugs and Cosmetics. Wiley and Sons

[ISO] International Organization for Standarization. International Standard of


Essential Oil.http : www.iso.org [01 Januari 2012].

Ketaren S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Penerbit Balai Pustaka.

Kizhakkayil J, Sasikumar B. 2012. Characterization of Ginger (Zingiber officinale


Rosc.) germplasm Based on Volatile and Non Volatile Components. African
Journal of Biotechnology Vol 11(4) : 777-786.

Koroch A, Ranarivelo L, Behra O, Juliani H.R, Simon J.E. 2007. Quality Attributes
of Ginger and Cinnamon Essential Oils from Madagascar. J. Janick and A.
Whipkey(eds). ASHS Press Alexandria. VA

Ma’mun. 2006. Karakteristik Beberapa Minyak Atsiri Famili zingiberaceae Dalam


Perdagangan. Buletin Tanaman Rempah dan Obat XVII No 2: 91-99.

Ma’mun, Suhirman S. 2011. Karakteristik Minyak Atsiri Potensial. Balai Penelitian


Tanaman Obat dan Aromatik. Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik.

Masten S. 2002. Review of Toxicology Literature (Turpentine oil, Wood


turpentine, Sulfate Turpentine, Sulfite Turpentine). National Institute of
Environmental Health Sciences, Nort Carolina

Muchtaridi, Diantini A, Subarnas A. 2011. Analysis of Indonesian Spice Essential


Oil Compounds that Inhibit Locomotor Activity in Mice. Journal of
Pharmaceutical. Faculty of Pharmacy, Universitas Padjajaran, Bandung.
Indonesia.

Nakahara K, Alzoreky NS, Yoshihashi T, Nguyen HTT, Trakoontivakorn G. 2003.


Chemical Composition and Antifungal Activity of Essential Oil from
Cyimbopogon nardus (Citronella Grass). JARQ 37(4) :249-252.

Ningsih R. 2006. Optimasi Waktu Destilasi dan Reformulasi Fraksi Minyak Pala
dan Fuli (Myristica fragrans Houtt) [Thesis]. Departemen Ilmu dan
Teknologi Pangan, Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor.

[NIST] National Institute of Standards and Technology. 2008. NIST Libraries of


GC-MS 5975. Agilent

Nuryani Y. 2006. Budidaya Tanaman Nilam. Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatika.

Panda H. 2012. Essential Oil Handbook. National Institute of Industrial Research.


73

Pino JA, Rosado A, Goire I dan Roncal E. 1995. Evaluation of Flavor


Characteristic Compounds in Dill Herb Essential Oil by Sensory Analysis
and Gas Chromatography. J Agric food Chem 43 : 1307-1309.

Pripdeevech P, Wongpornchai S, Promsiri A. 2006. Highly Volatile Constituents


of Vetiveria Zizanoides Roots Grown Under Different Cultivation
Conditions. Moleculs 11 : 817-826.

PT Indesso Aroma. 2011. Standar Minyak Atsiri. [data tidak dipublikasikan].


[02 Januari 2012]

PT Indesso Aroma. 2011. Metode Analisa Minyak Atsiri dengan GC dan GC-MS.
[data tidak dipublikasikan]. [02 Januari 2012]

Reineccius K. 1992. Source Book of Flavors. Second Edition. Chapman and Hall,
New York – London.

Rotkittikhun P, Kruatrachue M, Pokethitiyook P, Baker AJM. 2010. Tolerance and


accumulation of Lead in Vetiveria zizanioides and its Effect on Oil
Production. Journal of Environment Biology 31 : 329-334.

Samakradhamrongthai R, Utam-aang N, Thakeow P. 2009. Identification of


Volatile Compounds Released from Dry Scented Thai Flowers and their
Potential Application in Flower-Mixes Tea. As J Food-Ind 2(04) : 522-534.

Saraswathi KJT, Jayalakshmi NR, Vyshali P, Kameshwari MNS. 2011.


Comparative Study on Essential Oil in Natural and In vitro Regenerated
Plants of Vetiveria zizanioides (Linn.) Nash. J Agric and Environ Sci 10(3) :
458-463.

Sasidharan I and Menon A.N. 2010. Comparative Chemical Composition and


Antimicrobial Activity Fresh and Dry Ginger Oils (Zingiber Officinale
Roscoe). International Journal of Current Pharmaceutical Research Vol 2,
Issue 4. Agroprocessing and Natural Products Division, National Institute
for Interdisciplinary Science and Technology (CSIR)

Schenk and Lamparsky. 1981. Analysis of Nutmeg Oil Using Chromatograpic


Methods. Journal of Chromatography. Givaudan Research Company Ltd.

Sell CS. 2003. A Fragran Introduction to Terpenoid Chemistry. The Royal Society
of Chemistry. Cambridge.

Skaria BP. 2007. Aromatic Plants : Horticulture Science Series. New India
Publishing Vol 1.

Sundaresan V, Singh, S.P, Mishra A.N, Shasany A.K, Darokar M.P, Kalra A,
Naqvi AA. 2009. Composition and Comparison of Essential Oils of
Pogostemon Cablin (Blanco) Benth (Patchouli) and Pogostemon
Travancoricus Bedd Var Travancoricus. Journal of Essntial Oil Research
Vol 21 : 220-222.

Surburg H and Panten J. 2006. Common Fragrance and Flavor Materials :


Preparation, Properties and Uses. Ed 5. John Wiley and Sons
74

The World of Pure Essential Oil. 2011. Essential Oil. www.essentialoils.co.za [27
Desember 2011]

Tinjan P, Jirapakkul W. 2007. Comparative Study on Extraction Methods of Free and


Glycosidically Bound Volatile Compounds from Kaffir Lime Leaves by Solvent
Extraction and Solid Phase Extraction. Kasetsart J (Nat Sci) 41 : 300-306.

Triumph Venture Capital. 2004 . Final Report : Study Into The Esthablishment of
an Aroma and Fragrance Fine Chemicals Value Chain in South Africa
(Tender Number T79/07/03). Part 4

Thubthimthed S, Thisayakorn K, Rerk-am, tangstirapakdee S, Ssuntorntanasat T.


2012. Vetiver oil and its Sedative Effect. Thailand Institute of Scientific and
Tehcnology research (TISRTR) Bangkok. Thailand.

Toure A, Xiamong Z. 2007. Gas Chromatographic Analysis of Volatile


Components of Guinean and Chinese Ginger Oils (Zingiber officinale)
Extracted by Steam Distilattion. Journal of Agronomy 6(2) : 350-355.

Weis EA. 1997. Essential Oil Crops. CAB International Publishing Oxon. UK. Pp :
302-319.

Wiyono B, Tachibana S, Tinambunan. 2006. Chemical Composition of


Indonesian Pinus merkusii Turpentine Oils, Gum Oleoresins and Rosins
from Sumatra and Java. Pakistan Journal of Bilogical Sciences 9(1) : 7-12.

Young HY et al. 2002. Analytical and stability studies of ginger preparations.


Journal of Food and Drug Analysis. Vol 10 No 3 pages 149-1.
LAMPIRAN
76

Lampiran 1 Data senyawa volatil minyak pala asal Jawa dan Sulawesi

NO Nama komponen Minyak pala asal rerata Minyak pala asal Jawa rerata (%)
Sulawesi (%)
data 1 data 2 data 3 data 1 data 2 data 3
1 Alpha thujene 1.97 1.97 1.98 1.97 1.40 1.43 1.43 1.42
2 Alpha pinene 19.04 19.05 19.11 19.07 19.16 19.58 19.25 19.33
3 Camphene 0.33 0.33 0.4 0.35 0.34 0.35 0.29 0.33
4 Sabinene 19.05 19.06 19.11 19.07 23.26 23.72 23.34 23.44
5 Beta pinene 15.08 15.17 16.89 15.71 15.22 17.2 15.15 15.86
6 Beta myrcene 1.75 1.68 0 1.14 1.64 0 1.74 1.13
7 Alpha phelandrene 0.75 0.75 0.75 0.75 0.77 0.79 0.78 0.78
8 Delta-3-carene 0.61 0.61 0.6 0.61 1.04 1.06 1.04 1.05
9 Alpha terpinene 3.16 3.17 3.25 3.19 2.44 2.49 2.44 2.46
10 Beta-o-chimene 0.97 0.96 0.9 0.94 0.34 0.35 0.35 0.35
11 Limonene 6.24 6.25 6.26 6.25 5.84 5.94 5.84 5.87
12 Gamma terpinene 4.73 4.73 4.73 4.73 3.68 3.73 3.68 3.70
13 Cis sabinene hydrat 0.17 0.17 0.17 0.17 0.18 0.17 0.17 0.17
14 Cymenene 0.12 0.13 0.13 0.13 0.06 0.07 0.06 0.06
15 Alpha terpinolen 1.46 1.46 1.48 1.47 1.57 1.6 1.57 1.58
16 Trans sabinene hydrat 0.35 0.35 0.33 0.34 0.18 0.17 0.17 0.17
17 4-Isopropyl-1-Methyl-2- 0.14 0.15 0.14 0.14 0.11 0.11 0.11 0.11
Cyclohexen-1-ol
18 1-Methyl-4-isopropyl-3- 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13 0.13
cyclohexen-1-ol
19 4-Terpineol 5.73 5.74 5.72 5.73 4.04 4.02 3.97 4.01
20 Beta Fhencol 0.76 0.76 0.76 0.76 0.69 0.69 0.68 0.69
21 Safrol 1.60 1.6 1.6 1.60 1.65 1.62 1.64 1.64
22 Alpha Bornyl Acetate 0.11 0.11 0.11 0.11 0.10 0.1 0.1 0.10
23 p-Penylanisole 0.43 0.43 0.43 0.43 0.32 0.3 0.3 0.31
24 Eugenol 0.17 0.17 0.17 0.17 0.31 0.32 0.32 0.32
25 Citronelyl acetate 0.23 0.23 0.23 0.23 0.21 0.2 0.2 0.20
26 Alpha Terpenyl Acetate 0.14 0.13 0.13 0.13 0.08 0.08 0.08 0.08
27 Alpha Cubebene 0.16 0.16 0.16 0.16 0.21 0.2 0.21 0.21
28 Neryl acetate 0.57 0.57 0.56 0.57 0.38 0.36 0.37 0.37
29 Methyl eugenol 0.65 0.65 0.64 0.65 0.41 0.39 0.39 0.40
30 Isoeugenol 0.59 0.59 0.58 0.59 0.84 0.77 0.84 0.82
31 Alpha bergamotene 0.14 0.14 0.13 0.14 0.09 0.07 0.08 0.08
32 Methyl Isoeugenol 0.10 0.1 0.09 0.10 0.05 0.06 0.06 0.06
33 Myristicin 10.17 10.14 10.05 10.12 11.26 10.07 10.88 10.74
34 Elemicin 0.59 0.59 0.58 0.59 0.52 0.47 0.49 0.49
35 Methoxy Eugenol 0.32 0.32 0.31 0.32 0.35 0.3 0.35 0.33
Total Komponen (%) 98.56 98.76
77

Lampiran 2 Data senyawa volatil minyak nilam asal Sulawesi, Jawa dan Sumatra

No Nama komponen Minyak nilam asal Sulawesi Rerata


data 1 data 2 data 3 (%)
1 Alpha pinene 0.14 0.13 0.13 0.13
2 Beta pinene 0.28 0.27 0.25 0.27
3 Delta elemene 0.18 0.18 0.17 0.18
4 Beta elemene 1.19 1.17 1.17 1.18
5 Beta patchoulene 2.5 2.49 2.42 2.47
6 Beta caryophyllene 3.8 3.78 3.7 3.76
7 Alpha guaiene 13.69 13.62 13.3 13.54
8 Calamenene 0.23 0.23 0.23 0.23
9 Seychellene 6.83 6.8 6.67 6.77
10 4.4-Dimethyl-3-(3-3-buten-1-yliden)-2- 0.15 0.16 0.11 0.14
methylidenbicyclo(4.1.0)heptane
11 Aalpha patchoulene 8.27 8.25 8.11 8.21
12 Germacrene D 0.34 0.29 0.32 0.32
13 Beta selinene 0.54 0.54 0.51 0.53
14 Alpha selinene 3.39 3.41 3.28 3.36
15 Alpha bulnesene 18.17 18.05 17.89 18.04
16 7-Epi-alpha-selinene 0.34 0.33 0.33 0.33
17 (3E)-2.6-dimethyl-5-isopropyliden-1.3.6.9- 0.25 0.25 0.23 0.24
decatetraene
18 1-(Propen-2-yl)-4methylspiro(4.5)decan- 0.55 0.55 0.53 0.54
7-one (Isomer B)
19 Caryophylla-3,8(13)-dien-5,beta-ol 0.25 0.25 0.25 0.25
20 Spathulenol 0.4 0.39 0.4 0.40
21 Caryophyllene oxide 0.4 0.39 0.4 0.40
22 Nor patchoulenol 0.54 0.54 0.54 0.54
23 Viridiflorol 0.91 0.91 0.92 0.91
24 2-(3-Isopropenyl-4-methyl-4- 0.33 0.34 0.41 0.36
vinylcyclohexyl)-2-propanol
25 Neo-intermedeol 0.19 0.19 0.2 0.19
26 Alloaromadendrene oxide 0.13 0.13 0.12 0.13
27 Pogostol 2.29 2.31 2.36 2.32
28 Patchouli alcohol 29.58 29.48 30.12 29.73
29 Senyawa yang tidak diketahui 1.51 1.72 2.2 1.81
30 Aristol-9-en-8-one 0.23 0.23 0.21 0.22
31 (Z.E)-7-methyl-4-(1-methylethylidene)- 0.24 0.24 0.23 0.24
1,7-cyclodecadienemethanol
32 D-ledol 0.29 0.29 0.29 0.29
33 Alpha costol 0.11 0.11 0.12 0.11
34 Valerenol 0.13 0.13 0.14 0.13
‘- Eugenol 0.007 0.007 0.007 0.007
- Limonene 0.033 0.028 0.027 0.029
- Linalool 0.01 0.01 0.01 0.010
- Cinnamic alcohol 0 0 0 0.000
- Alpha copaene 0.06 0.05 0.06 0.057
Total komponen (%) 98.26
78

Lampiran 2 (lanjutan) Data senyawa volatil minyak nilam asal Sulawesi, Jawa
dan Sumatra

No Nama komponen Minyak nilam asal Rerata (%)


Sumatra
data 1 data 2 data 3
1 Alpha pinene 0.13 0.13 0.13 0.13
2 Beta pinene 0.11 0.1 0.11 0.11
3 Delta elemene 0.07 0.07 0.06 0.07
4 Beta elemene 1 1.1 1.06 1.05
5 Beta patchoulene 2.22 2.21 2.21 2.21
6 Beta caryophyllene 3.73 3.75 3.75 3.74
7 Alpha guaiene 13.24 13.29 13.23 13.25
8 Calamenene 0.41 0.33 0.33 0.36
9 Seychellene 7.6 7.61 7.61 7.61
10 4.4-Dimethyl-3-(3-3-buten-1-yliden)-2- 0 0.33 0 0.11
methylidenbicyclo(4.1.0)heptane
11 Alpha patchoulene 8.8 8.56 8.74 8.70
12 Germacrene D 0.21 0.17 0.19 0.19
13 Beta selinene 0.57 0.55 0.57 0.56
14 Alpha selinene 3.25 3.3 3.24 3.26
15 Alpha bulnesene 16.48 16.45 16.41 16.45
16 7-Epi-alpha-selinene 0.37 0.35 0.36 0.36
17 (3E)-2.6-dimethyl-5-isopropyliden-1.3.6.9- 0.18 0.16 0.2 0.18
decatetraene
18 1-(Propen-2-yl)-4methylspiro(4.5)decan- 0.12 0.12 0.69 0.31
7-one (Isomer B)
19 Caryophylla-3,8(13)-dien-5,beta-ol 0.15 0.3 0.3 0.25
20 Spathulenol 0.66 0.46 0.46 0.53
21 Caryophyllene oxide 0.29 0.44 0.44 0.39
22 Nor patchoulenol 0.6 0.6 0.64 0.61
23 Viridiflorol 0.97 0.79 0.99 0.92
24 2-(3-Isopropenyl-4-methyl-4- 0.4 0.4 0.4 0.40
vinylcyclohexyl)-2-propanol
25 Neo-intermedeol 0.2 0.19 0.2 0.20
26 Alloaromadendrene oxide 0.12 0.12 0.08 0.11
27 Pogostol 2.1 2.18 2.18 2.15
28 Patchouli alcohol 31.34 31.84 31.24 31.47
29 Senyawa yang tidak diketahui 1.22 0.6 0.8 0.87
30 Aristol-9-en-8-one 0 0.14 0.13 0.09
31 (Z.E)-7-methyl-4-(1-methylethylidene)- 0.3 0.31 0.36 0.32
1,7-cyclodecadienemethanol
32 D-ledol 0.3 0.3 0.4 0.33
33 Alpha costol 0.23 0.24 0.3 0.26
34 Valerenol 0.1 0.1 0.11 0.10
- Eugenol 0.0048 0.0058 0.0052 0.005
- Limonene 0.022 0.02 0.02 0.021
- Linalool 0.018 0.01 0.017 0.015
- Cinnamic alcohol 0 0 0 0.000
- Alpha copaene 0.06 0.06 0.05 0.057
Total komponen 97.66
79

Lampiran 2 (lanjutan) Data senyawa volatil minyak nilam asal Sulawesi, Jawa
dan Sumatra

No Nama komponen Minyak nilam asal Jawa Rerata


Data 1 Data 2 Data 3 (%)
1 Alpha pinene 0.14 0.14 0.14 0.14
2 Beta pinene 0.32 0.31 0.32 0.32
3 Delta elemene 0.15 0.15 0.15 0.15
4 Beta elemene 1.18 1.17 1.19 1.18
5 Beta patchoulene 2.33 2.31 2.34 2.33
6 Beta caryophyllene 3.78 3.75 3.8 3.78
7 Alpha guaiene 13.53 13.43 13.6 13.52
8 Calamenene 0.2 0.21 0.21 0.21
9 Seychellene 6.78 6.73 6.82 6.78
10 4.4-Dimethyl-3-(3-3-buten-1-yliden)-2- 0.14 0.13 0.15 0.14
methylidenbicyclo(4.1.0)heptane
11 Alpha patchoulene 8.18 8.11 8.21 8.17
12 Germacrene D 0.26 0.22 0.26 0.25
13 Beta selinene 0.54 0.57 0.54 0.55
14 Alpha selinene 3.28 3.23 3.31 3.27
15 Alpha bulnesene 17.96 17.85 17.94 17.92
16 7-Epi-alpha-selinene 0.32 0.32 0.32 0.32
17 (3E)-2.6-dimethyl-5-isopropyliden- 0.2 0.19 0.2 0.20
1.3.6.9-decatetraene
18 1-(Propen-2-yl)- 0.57 0.57 0.58 0.57
4methylspiro(4.5)decan-7-one
(Isomer B)
19 Caryophylla-3,8(13)-dien-5,beta-ol 0.27 0.26 0.26 0.26
20 Spathulenol 0.4 0.41 0.41 0.41
21 Caryophyllene oxide 0.38 0.38 0.39 0.38
22 Nor patchoulenol 0.56 0.57 0.57 0.57
23 Viridiflorol 0.95 0.95 0.95 0.95
24 2-(3-Isopropenyl-4-methyl-4- 0.41 0.41 0.41 0.41
vinylcyclohexyl)-2-propanol
25 Neo-intermedeol 0.2 0.21 0.2 0.20
26 Alloaromadendrene oxide 0.12 0.1 0.12 0.11
27 Pogostol 2.4 2.43 2.36 2.40
28 Patchouli alcohol 30.24 30.07 30.12 30.14
29 Senyawa yang tidak diketahui 1.23 1.8 1.21 1.41
30 Aristol-9-en-8-one 0.22 0.22 0.23 0.22
31 (Z.E)-7-methyl-4-(1- 0.22 0.24 0.24 0.23
methylethylidene)-1,7-
cyclodecadienemethanol
32 D-ledol 0.11 0.11 0.11 0.11
33 Alpha costol 0.29 0.29 0.3 0.29
34 Valerenol 0.12 0.14 0.14 0.13
Eugenol 0.0013 0.0042 0.0038 0.003
Limonene 0.04 0.034 0.034 0.036
Linalool 0.015 0.014 0.012 0.014
Cinnamic alcohol 0 0 0 0.000
Alpha copaene 0.06 0.06 0.06 0.060
Total persen 98.02
80

Lampiran 3 Data senyawa volatil minyak jahe segar asal Jawa

No Nama komponen Minyak jahe segar asal Jawa Rerata


(%)
data 1 data 2 data 3
1 1-hexanol 0.13 0.13 0.14 0.13
2 Tricyclene 0.3 0.31 0.34 0.32
3 Alpha pinene 3.55 3.61 3.63 3.60
4 Camphene 14.33 14.61 14.67 14.54
5 Methyl hep-5-en-2-one 1.66 1.7 1.72 1.69
6 2-Methyl-2hepten-6-ol 0.27 0.27 0.28 0.27
7 Beta pinene 0.35 0.36 0.35 0.35
8 Beta myrcene 1.53 1.55 1.57 1.55
9 Alpha phellandrene 0.16 0.16 0.16 0.16
10 o-Chimene 0.11 0.11 0.11 0.11
11 Beta phellandrene 6.42 6.51 6.52 6.48
12 Alpha terpinolen 0.43 0.44 0.43 0.43
13 Linalool 0.59 0.59 0.6 0.59
14 Camphor 0.22 0.23 0.23 0.23
15 Borneol 1.5 1.52 1.51 1.51
16 Carane,4,5-epoxy,trans 0.17 0.18 0.18 0.18
17 1-Terpinen-4-ol 0.15 0.15 0.15 0.15
18 Alpha terpineol 0.5 0.51 0.5 0.50
19 Beta citronellol 0.61 0.61 0.61 0.61
20 Beta citral 2.94 2.96 2.94 2.95
21 3,7-Dimethylocta-2-6-dien-1-ol 1.95 1.95 1.94 1.95
22 Cis-citral 3.98 4.01 3.98 3.99
23 Bornyl acetate 0.58 0.58 0.58 0.58
24 2-Undecanone 0.16 0.17 0.17 0.17
25 Beta citronellyl acetate 0.11 0.12 0.12 0.12
26 2,6-Octadien-1-ol,3,7 dimethyl acetate 0.85 0.85 0.84 0.85
27 Senyawa yang tidak diketahui 0.2 0.2 0.2 0.20
28 Alpha copaene 0.31 0.31 0.31 0.31
29 Cyclosativene 0.62 0.6 0.62 0.61
30 Sesquithujene 0.2 0.2 0.22 0.21
31 Beta caryophyllene 0.1 0.1 0.11 0.10
32 (+)-1(10)-Aristolene 0.22 0.21 0.23 0.22
33 Alpha farnesene 0.31 0.31 0.32 0.31
34 Beta funebrene 0.33 0.33 0.32 0.33
35 Beta farnesene 0.32 0.3 0.32 0.31
36 Alloaromadendrene 0.27 0.27 0.29 0.28
37 Alpha curcumene 8.73 8.6 8.49 8.61
38 Calarene 0.42 0.42 0.42 0.42
39 Aromadendrene 0.11 0.1 0.11 0.11
40 6-Isopropyl-4-8a-dimethyl-1,2,3,7,8,8a- 0.17 0.16 0.19 0.17
hexahydronaphtalene
41 Zingiberene 17.08 16.82 16.49 16.80
42 Beta bisabolene 5.12 5.03 5 5.05
43 Alpha bisabolene 4.91 4.82 4.78 4.84
44 Calamanene 0.27 0.27 0.29 0.28
45 Beta sesquiphelandrene 8.23 8.12 7.98 8.11
81

Lampiran 3 (lanjutan) Data senyawa volatil minyak jahe segar asal Jawa

No Nama komponen Minyak jahe segar asal Jawa Rerata


(%)
data 1 data 2 data 3
46 Gamma bisabolene 0.25 0.25 0.27 0.26
47 Hedycaryol 0.15 0.15 0.17 0.16
48 Alpha bergamotene 0.33 0.33 0.35 0.34
49 Germacrene B 0.18 0.18 0.19 0.18
50 Nerolidol 0.26 0.26 0.26 0.26
51 Ar-tumerol 0.12 0.12 0.12 0.12
52 1-Phenyl-2-(p-tolyl)-propane 0.12 0.12 0.14 0.13
53 (10-Epi-beta)acoradiene 0.21 0.2 0.21 0.21
54 Caryophyllene oxide 0.19 0.13 0.13 0.15
55 Beta curcumen-12-ol 0.1 0.08 0.08 0.09
(2E,6E)-3,7,11 trimethyl-2,6,10-
56 Dodecatrien-1-ol 0.47 0.44 0.43 0.45
57 Alpha acoranol 0.14 0.12 0.12 0.13
58 Gamma eudesmol 0.1 0.1 0.1 0.07
59 Farnesol (2Z,6Z)) 0.29 0.27 0.26 0.27
60 Bergamotol 0.15 0.12 0.13 0.13
61 Tau muurolol 0.13 0.1 0.1 0.11
62 Beta-eudesmol 0.21 0.2 0.28 0.23
63 Epi-amiteol 0.14 0.12 0.15 0.14
64 Delta cadinol 0.13 0.14 0.16 0.14
65 Alpha copaene-8-ol 0.12 0.11 0.12 0.12
66 Bisabolol 0.14 0.14 0.14 0.14
67 2,4 Diter-butylphenol 0.14 0.13 0.14 0.14
68 Sesquisabinenehydrate (trans) 0.34 0.32 0.33 0.33
69 1-Formyl-2,2-dimethyl-3-trans-(3- 0.34 0.33 0.33 0.33
methyl-but-enyl)-6-methylidene
-cyclohexane
70 Farnesal 0.13 0.13 0.13 0.13
71 Beta-cedren-9-alpha-ol 0.32 0.32 0.31 0.32
Total komponen (%) 96.32
82

Lampiran 4 Data senyawa volatil minyak akar wangi asal Jawa Barat

No Nama komponen Minyak akar wangi asal Jawa Rerata


barat (%)
data 1 data 2 data 3
1 2-Methoxy-4-vinylphenol 0.17 0.15 0.15 0.16
2 Cedr-8-ene 0.15 0.14 0.14 0.14
3 Delta elemen 0.15 0.14 0.14 0.14
4 Cadina-1,4-diene 0.25 0.24 0.24 0.24
5 Beta neoclovene 1.83 1.7 1.7 1.74
6 Tetraethylbenzene 0.8 0.74 0.75 0.76
7 Prezizaene 0.16 0.15 0.16 0.16
8 Himachala-2,4-diene 2.1 1.9 1.91 1.97
9 Alpha gurjune 3.6 3.25 3.3 3.38
10 Beta selinene 0.35 0.33 0.34 0.34
11 Beta vatirenene 0.12 0.13 0.13 0.13
12 Alpha amorphone 0.17 0.17 0.17 0.17
13 Isolongifolene 0.4 0.38 0.38 0.39
14 Isoeugenol 1.29 1.17 1.18 1.21
15 Daryo-5,8-diene 0.12 0.13 0.47 0.24
16 Alpha longifolene 0.36 0.33 0 0.23
17 Epi-bicyclosesquiphellandrene 0.7 0.93 0.66 0.76
18 2-Cyclohexyl-5,5-dimethyl-1-hexen-3-yne 0.27 0 0.27 0.18
19 1,2,4,5-Tetraethylbenzene 1.82 1.7 1.7 1.74
20 Delta cadinene 0.16 0.2 0.17 0.18
21 Valencene 0.89 0.83 0.83 0.85
22 Khusimene 0.34 0.32 0.32 0.33
23 Beta guaiene 1.82 1.68 1.7 1.73
24 4,6-Diethyl-4,5-decadien-7-yne 0.41 0.41 0.4 0.41
25 Beta panansinene 0.46 0.45 0.45 0.45
26 1,2,9,10-Tetradehydroaristolane 0.57 0.56 0.56 0.56
27 9,10-Dehydroisolongifolene 2.78 2.43 2.44 2.55
28 Alloaromadendrene 2.44 2.45 2.27 2.39
29 Betavetispirene 3.47 3.2 3.2 3.29
30 Gamma muurolene 0.71 0.7 0.68 0.70
31 Germacrene B 0.14 0.14 0.14 0.14
32 Zonarene 1.05 1 1 1.02
33 Beta cadiene 1.74 1.65 1.66 1.68
34 Alpha calacorene 0.61 0.6 0.6 0.60
35 Calamenene 0.11 0.12 0.12 0.12
36 Alpha elemen 0.71 0.67 0.68 0.69
37 Eremophilene 1.05 1.02 1 1.02
38 Thujopsene 3.14 2.87 2.91 2.97
39 4,5 Dehydroisolongifolene 0.28 0.3 0.3 0.29
40 premnaspirodene 1.02 0.98 0.98 0.99
83

Lampiran 4 (lanjutan) Data senyawa volatil minyak akar wangi asal Jawa Barat

No Nama komponen Minyak akar wangi asal Jawa Rerata


barat (%)
data 1 data 2 data 3
41 Dehydro aroma dendrene 0.44 0.5 0.45 0.46
42 Eudesma-3,7(11)-diene 0.33 0.34 0.33 0.33
43 Beta hydroxy-de-a-estra-5,7,9,14-tetraene 0.25 0.27 0.27 0.26
44 Gamma vetivenene 5.92 5.44 5.46 5.61
45 10-Epi-gamma eudesmol 2.31 2.14 2.15 2.20
46 Alpha-(1-hydroxy-1-methylethyl)-4a-beta-methyl- 0.78 0.77 0.78 0.78
1alpha-decahydrocyclopropa(D)naphthalene
47 Gamma eudesmol 0.25 0.28 0.28 0.27
48 Eremoglinol 0.23 0.3 0.3 0.28
49 Selin-11-en-4-alpha-ol 0.87 0.85 0.85 0.86
50 2,5-Dimethoxy-3-methylnaphtalene 1.36 1.3 1.3 1.32
51 Cubenol 0.6 0.69 0.7 0.66
52 Epizizanone 0.15 0.18 0.18 0.17
53 (4AR,8R)-2-yl)Propan-2-ol(4,4A,5,6,7,8- 0.35 0.4 0.4 0.38
hexahydro-4A.8-dimethylnapth-2-yl)propan-2-ol
54 (Z,1RS,2SR,4RS,7SR)-1-(2,5,5-trimethyl-3- 2.45 2.34 2.34 2.38
oxabicyclo(5.1.0.0(2.4)oct-4-yl)-3-methyl-1,3-
butadiene
55 Valerianol 0.49 0.48 0.5 0.49
56 Tau cadinol 0.32 0.35 0.35 0.34
57 Germacra-4(15),5,10(14)-trien-1-alpha-ol 1.05 1.06 1.07 1.06
58 Agarospirol 0.27 0.3 0.3 0.29
59 Beta costol 0.53 0.6 0.57 0.57
60 Tau-muurolol 0.41 0.43 0.43 0.42
61 Cedr-8-(15)-en-9-alpha-ol 2.66 2.53 2.55 2.58
62 Eupatoriocrhomene B 1.09 1.05 1.04 1.06
63 Vetiselinenol 3.11 2.99 3 3.03
64 Khusilic acid 1.34 1.31 1.3 1.32
65 6-Isopropenyl-4.8a-dimethyl-1,2,3,5,6,7,8,8a- 0.95 0.94 0.95 0.95
octahydro-napthalen-2-ol
66 Cis-2-methyl-2-(4-methyl-3-pentenyl)-3- 1.82 1.76 1.76 1.78
hydroxymethyl-1-
(dimethylvinylidene)cyclopropane
67 14-Hydroxy-delta cadinene 1.02 1.04 1.04 1.03
68 1-Deoxycapsidiol 1.05 1.11 1.11 1.09
69 Isovalencenol 0.2 0.23 0.24 0.22
70 Alpha costol 0.51 0.59 0.58 0.56
71 Epi-cyclocolorenone 2.8 2.7 2.7 2.73
72 Alpha copaene-8-ol 0.2 0.24 0.24 0.23
73 6,7-Dimetoxy-2.2-dimethyl-2H-chromene 1.58 1.63 1.63 1.61
74 Aromadendrene oxide 0.13 0.2 0.2 0.18
75 Khusimol 6.92 7.2 6.48 6.87
76 Zizanal 0.67 0.23 0.7 0.53
77 Glaucy alcohol 0.12 0.23 0.22 0.19
84

Lampiran 4 (lanjutan) Data senyawa volatil minyak akar wangi asal Jawa Barat

No Nama komponen Minyak akar wangi Rerata


asal Jawa barat (%)
data 1 data 2 data 3
78 Valerenol 0.19 0.3 0.27 0.25
79 13-Hydroxy-valencene 0.44 0.6 0.55 0.53
80 Gamma costol 0.13 0.27 0.26 0.22

81 7-(1-Methyl-ethenyl)-1-hydroxy-1.4-dimethyl- 0.18 0.3 0.29 0.26


1,2,4,5-(3H,6H)octahydroazulene
82 2,5-Diphenyl-2,4 hexadiene 2.13 1.82 1.78 1.91
83 7-Methoxy-8-ethoxy-2,2-dimethyl-2H-chromene 1.5 2 1.64 1.71
84 Beta vetivone 4.11 3.72 3.8 3.88
85 1-Methyl-6-acetyl-3-oxo-4-(1- 2.15 2.6 2.3 2.35
methylethylene)bicyclo(4.3.0)nonane
86 5,7,8,11,Alpha,h-udesm-3-en-12,8-olide 0.55 0.9 0.9 0.78
87 Alpha vetivone 2.8 3.12 3.3 3.07
88 1H,3A,alpha.6-methanoazulene-3-carboxylic 0.15 0.4 0.41 0.32
acid,2,3 beta 4,5,6 beta 7,8,8A alpha-octahydro-
7,7- dimethyl-8-methylene
89 2-Isopropylidene-5.9-dimethyl-4-acetoxy- 0.15 0.29 0.33 0.26
1,2,3,4,5,6,7,8-octahydronaphtalen-1-one
Total komponen 97.69
85

Lampiran 5 Data senyawa volatil minyak lada hitam asal Jawa

No Nama komponen Minyak lada hitam asal Jawa Rerata (%)


data 1 data 2 data 3
1 Alpha thujene 0.1 0.1 0.11 0.10
2 Alpha pinene 5.54 5.65 5.79 5.66
3 Champene 0.1 0.1 0.11 0.10
4 Sabinene 0.23 0.24 0.24 0.24
5 Beta pinene 10.12 10.33 10.56 10.34
6 Beta myrcene 1.99 2.04 2.08 2.04
7 Alpha phellandrene 2.4 2.45 2.49 2.45
8 3-Carene 20.57 21.03 21.43 21.01
9 Alpha terpinene 0.11 0.12 0.12 0.12
10 p-Chimene 1.32 1.36 1.38 1.35
11 Alpha limonene 14.94 15.27 15.54 15.25
12 Isoterpinolene 0.22 0.22 0.22 0.22
13 Alpha terpinolene 0.45 0.47 0.47 0.46
14 Beta linalool 0.67 0.69 0.69 0.68
15 1-Terpinen-4-ol 0.1 0.1 0.1 0.10
16 Delta-elemene 0.92 0.92 0.91 0.92
17 Cycloisosativene 0.19 0.19 0.18 0.19
18 Alpha-copaene 1.77 1.76 1.77 1.77
19 Isocariophyllene 0.23 0.22 0.21 0.22
20 Beta caryophyllene 23.48 23.23 22.56 23.09
21 Alpha guaiene 0.59 0.63 0.67 0.63
22 Delta cadinene 0.11 0.13 0.14 0.13
23 Alpha humulene 1.87 1.87 1.82 1.85
24 Germacrene D 0.15 0.16 0.16 0.16
25 Beta selinene 3.31 3.24 3.15 3.23
26 Alpha selinene 2.27 2.23 2.15 2.22
27 Beta bisabolene 0.64 0.64 0.63 0.64
28 7-Epi-alpha selinene 0.23 0.24 0.23 0.23
29 Spathulenol 0.14 0.14 0.13 0.14
30 Allospathulenol 0.19 0.19 0.18 0.19
31 Caryophyllene oxide 0.91 0.88 0.85 0.88
32 Humulene epoxide 0.22 0.08 0.07 0.12
33 (Neo)intermedeol 0.13 0.05 0.04 0.07
34 Selina-6-en-4-ol 0.12 0.03 0.03 0.06
35 Alpha bisabolene oxide 0.28 0.11 0.11 0.17
36 Alpha caryophyllene alcohol 0.13 0.05 0.02 0.07
37 Isoaromadendrene oxide 0.25 0.05 0.06 0.12
38 D-viridiflorol 0.34 0.18 0.15 0.22
86

Lampiran 5 (lanjutan) Data senyawa volatil minyak lada hitam asal Jawa

No Nama komponen Minyak lada hitam asal Jawa Rerata (%)


data 1 data 2 data 3
39 Cedranol 0.1 0.1 0.11 0.10
40 Cis acrilic acid,3(3-(2,2- 0.38 0.31 0.14 0.28
dimethylcyclopropyl)-2,2-dimethyl
cyclopropyl) methyleter
Total komponen (%) 97.79
87

Lampiran 6 Data senyawa volatil minyak kenanga asal Jawa

No Nama komponen Minyak kenanga asal Jawa Rerata (%)


data 1 data 2 data 3
1 Beta myrcene 0.14 0.15 0.15 0.15
2 p-Methyl anisole 1.79 1.98 1.9 1.89
3 Beta linalool 1.82 1.92 1.85 1.86
4 1-Terpinen-4-ol 0.16 0.17 0.17 0.17
5 (E)-3,7-dimethyl-2,6-octadien-1-ol 1.03 1.07 1.03 1.04
6 Beta citral 0.11 0.11 0.11 0.11
7 Eugenol 0.34 0.35 0.33 0.34
8 Germacrene B 0.18 0.17 0.17 0.17
9 Alpha cubebene 0.26 0.25 0.26 0.26
10 Geraniol acetate 1.8 1.84 1.8 1.81
11 Ylangene 0.2 0.32 0.2 0.24
12 Isoledene 0.14 0.14 0.14 0.14
13 Alpha copaene 1.44 1.46 1.43 1.44
14 Beta elemene 0.69 0.67 0.69 0.68
15 Beta caryophyllene 33.43 34.2 33.15 33.59
16 Beta cubebene 0.73 0.67 0.72 0.71
17 Alloaromadendrene 0.11 0.13 0.12 0.12
18 Alpha cubebene 0.12 0.12 0.12 0.12
19 Aromadendrene 0.4 0.41 0.43 0.41
20 Alpha humulene 8.59 8.73 8.52 8.61
21 Epi-bicyclosesquiphellandrene 0.3 0.31 0.34 0.32
22 Alpha amorphene 2.98 2.98 2.96 2.97
23 Germacrene D 6.92 7.2 7.08 7.07
24 Gamma cadinene 0.96 0.98 1 0.98
25 Gamma muurolene 2 2 2 2.00
26 Alpha muurolene 4.18 3.77 3.7 3.88
27 Alpha farnesene 4.35 4.91 4.81 4.69
28 Gamma cadinene 1.26 1.25 1.25 1.25
29 Calamenene 0.45 0.46 0.48 0.46
30 Delta cadinene 4.98 4.8 4.7 4.83
31 Cadina-1-4-diene 0.05 0.25 0.27 0.19
32 Alpha cadinene 0.24 0.26 0.31 0.27
33 Gamma gurjunene 0.4 0.38 0.41 0.40
34 Alpha selinene 0.14 0.14 0.14 0.14
35 Trans nerolidol 0.18 0.16 0.12 0.15
36 3,7,11 Trimethyl-1-6.10-dodecatrien-1-ol 0.18 0.1 0.19 0.16
37 Bicyclo(7.2.0)undec-3-en-5-ol,4,11,11- 0.21 0.19 0.21 0.20
trimethyl-8-metylene--(1R-3E,5R,9S)
38 Caryolan-8-ol 0.12 0.12 0.12 0.12
39 Cariphyllene oxide 0.89 0.87 0.88 0.88
40 Epiglobulol 0.19 0.18 0.21 0.19
41 Beta-cadin-4-en-10-ol 0.26 0.27 0.32 0.28
42 Globulol 0.28 0.31 0.28 0.29
43 Humulene oxide 0.23 0.21 0.23 0.22
44 Junenol 0.33 0.31 0.33 0.32
45 1-Epi-cubenol 0.39 0.37 0.38 0.38
88

Lampiran 6 (lanjutan) Data senyawa volatil minyak kenanga asal Jawa

No Nama komponen Minyak kenanga asal Jawa Rerata (%)

data 1 data 2 data 3


46 Gamma eudesmol 0.24 0.23 0.24 0.24
47 Tau cadinol 2.1 2.1 2.1 2.10
48 Alpha muurolol 0.29 0.29 0.3 0.29
49 Alpha cadinol 2.21 2.27 2.21 2.23
50 Alloaromadendrene oxide 0.16 0.18 0.16 0.17
51 Farnesol 1.47 1.46 1.46 1.46
52 Senyawa yang tidak diketahui 0.1 0.1 0.1 0.10
53 Benzyl benzoate 3.72 3.77 3.74 3.74
54 Benzyl salicylate 0.4 0.38 0.39 0.39
55 Geranyl benzoat 0.44 0.44 0.45 0.44
Total komponen (%) 97.70
89

Lampiran 7 Data senyawa volatil minyak ylang-ylang asal Jawa

No Nama komponen Minyak ylang-ylang asal Jawa Rerata (%)


data 1 data 2 data 3
1 3-Methyl-3-buten-1-ol.acetate 0.28 0.28 0.27 0.28
2 3-Methyl-2-butenyl acetate 0.81 0.81 0.79 0.80
3 Alpha pinene 0.24 0.24 0.23 0.24
4 Cis-3-hexenyl acetate 0.32 0.32 0.31 0.32
5 Hexyl ethanoate 0.17 0.17 0.17 0.17
6 p-Methyl anisole 13.58 13.54 13.21 13.44
7 Cineole 0.24 0.24 0.24 0.24
8 Methyl benzoate 5.39 5.36 5.29 5.35
9 Beta linalool 26.2 26.05 25.83 26.03
10 benzyl acetate 13.05 12.96 12.91 12.97
11 3,7-Dimethyl-1,5-octadien-3,3,7-diol 0.2 0.2 0.21 0.20
12 Alpha terpineol 0.11 0.11 0.11 0.11
13 Methyl chavicol 0.13 0.13 0.13 0.13
14 1,2-Dimetoxy-4-methyl benzene 0.18 0.18 0.18 0.18
15 Beta-phenylethylacetate 0.25 0.25 0.25 0.25
16 Geraniol 2.7 2.66 2.69 2.68
17 Cis citral 0.26 0.26 0.28 0.27
18 1-decanol 0.27 0.27 0.28 0.27
19 p-(1-Propenyl)anisole 0.16 0.16 0.16 0.16
20 Eugenol 0.15 0.15 0.15 0.15
21 Geraniol acetate 7.7 7.57 7.68 7.65
22 Alpha copaene 0.13 0.14 0.14 0.14
23 Methyl eugenol 0.33 0.33 0.33 0.33
24 Beta gurjunene 0.35 0.35 0.36 0.35
25 Cinnamyl acetate 1.05 1.04 1.06 1.05
26 Beta caryophyllene 4.2 4.12 4.2 4.17
27 Beta cubebene 0.13 0.12 0.12 0.12
28 Alpha caryophyllene 1.54 1.52 1.54 1.53
29 3-Methyl-2-butenylbenzoat 0.92 0.53 0.54 0.66
30 Methyl isoeugenol 0.23 0.23 0.24 0.23
31 Germacrene D 3.93 3.97 4.05 3.98
32 Alpha amorphene 0.34 0.33 0.34 0.34
33 Alpha muurolene 0.22 0.22 0.22 0.22
34 Alpha farnesene 0.15 0.15 0.16 0.15
35 Gamma muurolene 0.52 0.51 0.53 0.52
36 Calamenene 0.17 0.17 0.17 0.17
37 Delta cadinene 0.46 0.43 0.44 0.44
38 Elemol 0.19 0.19 0.19 0.19
39 Allospathulenol 0.28 0.29 0.3 0.29
90

Lampiran 7 (lanjutan) Data senyawa volatil minyak ylang-ylang asal Jawa

No Nama komponen Minyak ylang-ylang asal Jawa Rerata (%)


data 1 data 2 data 3
40 Spathulenol 0.22 0.21 0.22 0.22
41 Caryophyllene oxide 0.81 0.8 0.8 0.80
42 Alpha bisabolene epoxide 0.13 0.13 0.13 0.13
43 Tricyclo(5.2.2.0(1,6))undecan-3-ol.2- 0.65 0.63 0.65 0.64
methylene-6,8,8-trimethyl
44 4-Isopropyl-1,6-dimethyl-1,2,3,4,4a,7- 0.11 0.12 0.12 0.12
hexahydronaphtalene
45 Tau-cadinol 0.33 0.33 0.33 0.33
46 Alpha muurolol 0.11 0.1 0.11 0.11
47 Alpha cadinol 0.57 0.56 0.57 0.57
48 Tau-muurolol 0.13 0.13 0.14 0.13
49 Epi-10-cadinol 0.22 0.22 0.23 0.22
50 (3S,4R,5S,6R,7S)-aristol-9-en-3-ol 0.19 0.19 0.2 0.19
51 D-nerolidol 0.62 0.61 0.63 0.62
52 Trans farnesal 0.1 0.11 0.11 0.11
53 Benzyl benzoat 2.99 2.92 2.97 2.96
54 Isoaromadendrene oxide 0.11 0.11 0.12 0.11
55 Senyawa yang tidak diketahui 0.11 0.1 0.12 0.11
56 3-Isopropyl-6,7- 0.17 0.17 0.17 0.17
dimethyltricyclo(4.4.0.0(2,8))decane-9-10-diol
57 Trans-farnesal acetate 0.43 0.4 0.44 0.42
58 Cis-9,10-dihydrocapsenone 0.33 0.32 0.33 0.33
59 7-Oxabicyclo(4.1.0)heptane,5-methoxy-2,2,6- 0.2 0.19 0.2 0.20
trimethyl-1-(3-methyl-2-cyclobuten-1-ol
60 2-(Hydroxyethyl)-4-(2,isopropylidene-5- 0.15 0.15 0.15 0.15
methylcyclopentyl)but-2-enal
61 Alloaromadendrene oxide 0.1 0.14 0.15 0.13
62 6-Isopropenyl-4,8a-dimethyl-1,2,3,5,6,7,8,8a- 0.12 0.13 0.13 0.13
octahydro-naphtalen-2-ol
Total komponen (%) 95.68
91

Lampiran 8 Data senyawa volatil minyak terpentin asal Jawa Barat

No Nama komponen Minyak terpentin asal Rerata (%)


Jawa Barat
data 1 data 2 data 3
1 Alpha thujene 0.49 0.49 0.49 0.49
2 Alpha pinene 79.32 79.71 80.34 79.79
3 Camphene 0.8 0.82 0.82 0.81
4 Sabinene 0.12 0.16 0.13 0.14
5 Beta pinene 2.5 2.52 2.53 2.52
6 3-Carene 11.07 11.1 11.16 11.11
7 o-Chimene 0.26 0.27 0.27 0.27
8 Alpha limonene 1.16 1.19 1.19 1.18
9 Gamma terpinene 0.11 0.11 0.11 0.11
10 Alpha terpinolen 0.58 0.58 0.58 0.58
11 Alpha pinene oxide 0.28 0.29 0.29 0.29
12 Cis-verbenol 0.13 0.14 0.14 0.14
13 4,8 Epoxy-p-ment-1-ene 0.31 0.32 0.31 0.31
14 1-Terpinen-4-ol 0.12 0.13 0.13 0.13
15 Beta fenchol 0.15 0.16 0.15 0.15
16 Beta caryophyllene 1.05 0.34 0.2 0.53
17 Alpha bergamotene 0.13 0.08 0.05 0.09
Total komponen (%) 98.63
92

Lampiran 9 Data senyawa volatil minyak daun jeruk purut asal Jawa

No Nama komponen Minyak daun jeruk purut asal Rerata


Jawa (%)
data 1 data 2 data 3
1 Alpha pinene 0.13 0.13 0.13 0.13
2 Sabinene 2.38 2.36 2.4 2.38
3 Beta pinene 0.3 0.29 0.3 0.30
4 Beta myrcene 0.71 0.71 0.71 0.71
5 Alpha limonene 0.28 0.28 0.28 0.28
6 2,6-Dimethyl-5-heptenal 0.15 0.15 0.15 0.15
7 Beta-o-chimene 0.52 0.52 0.52 0.52
8 Gamma terpinene 0.11 0.11 0.11 0.11
9 Cis-linaloloxide 0.12 0.12 0.12 0.12
10 Beta linalool 4.36 4.33 4.35 4.35
11 Beta citronellal 73.81 73 73.52 73.44
12 Isopulegol 0.47 0.46 0.47 0.47
13 1-Terpinen-4-ol 0.24 0.24 0.24 0.24
14 Beta citronellol 3.98 3.95 3.93 3.95
15 Nerol 0.2 0.21 0.22 0.21
16 Trans geraniol 0.21 0.21 0.21 0.21
17 Citronellyl acid 0.15 0.14 0.12 0.14
18 3,8 Terpin 0.17 0.21 0.21 0.20
19 Citronellyl acetate 1.57 1.58 1.54 1.56
20 (E)-3,7-dimethyl-2.6-octadien-1-yl acetate 0.68 0.68 0.66 0.67
21 Alpha copaene 0.13 0.13 0.13 0.13
22 Beta cubebene 0.22 0.23 0.22 0.22
23 Beta caryophyllene 1.46 1.47 1.42 1.45
24 Alpha guaiene 0.23 0.23 0.22 0.23
25 Seychellene 0.12 0.12 0.12 0.12
26 Alpha humulene 0.24 0.25 0.24 0.24
27 Gamma bisabolene 0.15 0.15 0.15 0.15
28 Bicyclogermacrene 0.56 0.56 0.54 0.55
29 Aristolene 0.26 0.26 0.25 0.26
30 Alpha bulnesene 0.26 0.26 0.25 0.26
31 Delta cadinene 0.32 0.32 0.31 0.32
32 Elemol 0.14 0.13 0.13 0.13
33 Trans nerolidol 0.72 0.72 0.69 0.71
34 Spathulenol 0.11 0.1 0.1 0.10
35 Komponen yang tidak diketahui 0.24 0.23 0.21 0.23
36 Alpha eudesmol 0.13 0.13 0.12 0.13
37 Patchouli alcohol 0.51 0.51 0.49 0.50
38 2,6-Dimethyl-6-(4-methyl-3- 0.44 0.42 0.4 0.42
pentenyl)cyclohex-2-enecarboxadehyde
39 Campherenone 0.13 0.12 0.13 0.13
Total komponen (%) 96.41
93

Lampiran 10 Data senyawa volatil minyak sereh wangi asal Jawa

No Nama komponen Minyak sereh wangi asal Jawa Rerata (%)


data 1 data 2 data 3
1 Beta myrcene 0.11 0.1 0.11 0.11
2 Limonene 3.49 3.46 3.5 3.48
3 Beta-o-chimene 0.22 0.22 0.22 0.22
4 Beta linalool 0.71 0.71 0.71 0.71
5 Beta citronellal 35.51 35.32 35.53 35.45
6 Isopulegol 0.23 0.23 0.24 0.23
7 Decanal 0.11 0.12 0.12 0.12
8 Beta citronellol 10.82 10.77 10.8 10.80
9 Beta citral 0.47 0.47 0.47 0.47
10 Geraniol 23.41 23.3 23.32 23.34
11 Alpha citral 0.64 0.64 0.65 0.64
12 3,8 Terpin 0.16 0.17 0.17 0.17
13 Eugenol 0.83 0.83 0.83 0.83
14 Citronellyl acetate 2.57 2.57 2.56 2.57
15 Geraniol acetate 3.9 3.92 3.89 3.90
16 Methyl eugenol 0.13 0.14 0.13 0.13
17 Beta elemene 1.28 1.4 1.48 1.39
18 Beta caryophyllene 0.47 0.47 0.47 0.47
19 Alpha bergamotene 0.14 0.13 0.13 0.13
20 Alpha caryophyllene 0.18 0.17 0.17 0.17
21 Epi-bicyclosesquiphellandrene 0.53 0.47 0.47 0.49
22 Methyl isoeugenol 0.28 0.27 0.25 0.27
23 Germacrene D 2.35 2.35 2.31 2.34
24 Alpha farnesene 0.42 0.42 0.41 0.42
25 Alpha cubebene 0.24 0.24 0.23 0.24
26 Alpha muurolene 0.5 0.5 0.49 0.50
27 Alpha amorphene 0.7 0.7 0.7 0.70
28 Delta cadinene 1.62 1.63 1.62 1.62
29 Elemol 2.1 2.23 2.31 2.21
30 Geraniol butanoat 0.24 0.24 0.24 0.24
31 germacrene d-4-ol 1.11 1.12 1.08 1.10
32 Caryophyllene oxide 0.1 0.09 0.08 0.09
33 Delta cadinol 0.23 0.15 0.16 0.18
34 10-Epi-gamma edesmol 0.11 0.11 0.08 0.10
35 Gamma eudesmol 0.17 0.17 0.04 0.13
36 Tau cadinol 0.5 0.52 0.49 0.50
37 Beta selinenol 0.13 0.13 0.13 0.13
38 Tau muurolol 0.58 0.6 0.6 0.59
Total komponen (%) 97.19

You might also like