You are on page 1of 13

JIMPS: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah, 8(3), 2023, Hlm.

3158-3170
JIMPS P-ISSN: 2964-7231, E-ISSN: 2614-3658
DOI: https://doi.org/10.24815/jimps.v8i3.26413

Implikasi Konflik Partai Politik Terhadap Paradigma


Pemilih Pemula Menjelang Pemilu 2024: Studi Pada
Mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo

Sukarman Kamuli1, Sainudin Latare2, Yayan Sahi3


1,3Prodi PPKn, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo
2Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo

Correspondence Author: sukarman_kamuli@ung.ac.id

Abstract: This study aims to analyze the implications of political party conflict
for the paradigm of first-time voters (UNG students) in preparing the 2024
Article History
election, which is observed from two aspects, namely cognitive and affective
Received : 2023-04-22
aspects. The research method used is descriptive qualitative using the survey
Accepted : 2023-05-21
method as a data collection tool. The findings show that political party conflict
Published : 2023-06-30
has a significant impact on the views and attitudes of first-time voters in
understanding and responding to the political process. In the aspect of the
cognitive paradigm, the survey results revealed that as many as 48% of first-time
voters remained actively following political developments even though political
Kata Kunci: parties were experiencing conflict. However, on the other hand, as many as 48%
Paradigma, Pemilih of first time voters lost interest in following the development of political parties
Pemula, Konflik Partai because they were influenced by conflicts that occurred within the political
Politik, , Mahasiswa UNG parties themselves. A small number of respondents (3.7%) did not provide a
response regarding their views. These results indicate that there are variations
in views and the level of involvement of first-time voters in dealing with political
party conflicts. Meanwhile, from the aspect of the affective paradigm, the survey
results show that around 63% of first time voters from Gorontalo State
University (UNG) students have lost interest in political parties due to political
party conflicts. Even so, as many as 22% of first time voters still show interest in
political parties, while the remaining 15% do not provide answers regarding
their attitudes. Thus, it can be concluded that political party conflict has a
significant impact on the paradigm of first-time voters in both cognitive and
affective aspects. Therefore, corrective steps and political education among first-
time voters need to be carried out to ensure more active political participation
and better political awareness in the future.

Abstrak: Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis implikasi konflik


partai politik terhadap paradigma pemilih pemula (Mahasiswa UNG) menjelang
pemilu 2024, yang diamati dari dua aspek, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan
menggunakan metode survei sebagai alat pengumpulan data. Hasil temuan
menunjukkan bahwa konflik partai politik berdampak signifikan terhadap
pandangan dan sikap pemilih pemula dalam memahami dan merespons proses
politik. Dalam aspek paradigma kognitif, hasil survei mengungkapkan sebanyak
48% pemilih pemula tetap aktif mengikuti perkembangan politik meskipun
partai politik mengalami konflik. Namun, di sisi lain, sebanyak 48% pemilih
pemula kehilangan minat dalam mengikuti perkembangan partai politik karena
dipengaruhi oleh konflik yang terjadi dalam partai politik itu sendiri. Sejumlah
kecil responden (3,7%) tidak memberikan tanggapan terkait pandangan mereka.
Available online at Hasil ini mengindikasikan adanya variasi pandangan dan tingkat keterlibatan
https://jim.usk.ac.id/sejarah pemilih pemula dalam menghadapi konflik partai politik. Sementara itu, dari

3158
aspek paradigma afektif, hasil survei menunjukkan bahwa sekitar 63% pemilih
pemula dari mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo (UNG) kehilangan minat
terhadap partai politik akibat dari adanya konflik partai politik. Meskipun begitu,
sebanyak 22% pemilih pemula masih menunjukkan minat terhadap partai
politik, sementara 15% sisanya tidak memberikan jawaban terkait sikap mereka.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa konflik partai politik memiliki
dampak yang signifikan terhadap paradigma pemilih pemula dalam aspek
kognitif dan afektif. Oleh karena itu, langkah-langkah perbaikan dan pendidikan
politik di kalangan pemilih pemula perlu dilakukan untuk memastikan partisipasi
politik yang lebih aktif dan kesadaran politik yang lebih baik di masa depan.

PENDAHULUAN Nahdlatul Ulama. Alhadar et., al (2022)


Akhir-akhir ini, konflik antar partai menyatakan bahwa dalam sejarah Pendirian
politik telah menjadi bagian yang tak partai politik di Indonesia yang memiliki
terpisahkan dari gemerlap dinamika nuansa konstitusi yang multi partai, tidak
demokrasi. Sorotan pada pertarungan politik luput dari sebuah proses perjalanan panjang
yang penuh intrik dan persaingan sengit sistem demokrasi di indonesia. Hal tersebut
selalu berhasil menarik perhatian publik. dikarenakan demokrasi memiliki orientasi
Seiring berjalan waktu, perubahan sosial, untuk memberikan ruang lebih kepada
teknologi, dan lingkungan politik memberikan warga negara untuk bebas berekspresi,
warna baru pada konflik partai politik dari berkolaborasi serta memiliki kesamaan
masa ke masa. Deretan sorotan konflik ini dalam tatanan sistem pemerintahan tak
mencerminkan bagaimana politik sebagai luput dari sejarah panjang yang kelam
panggung kekuasaan terus berkembang, Selanjutnya, pada era Demokrasi
bertransformasi dari konflik ideologi hingga terpimpin yang dipimpin oleh Presiden
ambisi personal. Soekarno, partai-partai politik diharuskan
Dalam prosesi ini, sayangnya, pemilih bergabung dalam dua fraksi besar, yaitu Front
sering kali menjadi korban. Politik yang Nasional dan Front Demokrasi Rakyat. Fraksi
semakin terpolarisasi dan terpusat pada ini merupakan bentuk koalisi partai politik
kepentingan sempit terkadang mengaburkan yang didominasi oleh partai politik yang
fokus pada kepentingan publik yang mendukung pemerintah. Meskipun terdapat
seharusnya lebih diutamakan. Tidak hanya kekurangan dalam hal pluralisme politik,
itu, lingkungan politik yang selalu berubah periode ini juga menyaksikan berbagai upaya
semakin mengkompresi konflik antar partai kolaborasi dan koalisi partai politik. (Jurdi,
menjadi semakin kompleks. Faksi-faksi 2020).
internal dalam partai, permainan politik Pada era Orde Baru yang dipimpin
belakang layar, dan strategi-strategi kalkulatif oleh Presiden Soeharto, sistem politik di
semakin memperkaya dinamika politik kitadi Indonesia didominasi oleh satu partai politik,
indonesia sendiri, fakta yang tidak dapat yaitu Golkar. Namun, di balik dominasi Golkar,
dinafikan bahwa, di indonesia sendiri, terdapat juga koalisi informal dengan partai-
Perkembangan partai politik telah mengalami partai minoritas seperti Partai Persatuan
berbagai fase dan dinamika sepanjang sejarah Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi
politik negara ini. Setelah Indonesia meraih Indonesia (PDI). Koalisi ini pada umumnya
kemerdekaannya pada tahun 1945, dijalin melalui strategi politik seperti
terbentuklah berbagai partai politik yang Penyatuan Kembali (PENK) pada tahun 1973,
berjuang untuk membangun negara baru. yang menggabungkan PNI dengan PPP
Pada masa ini, koalisi partai politik menjadi PPP-Karya Pembangunan.
lebih didasarkan pada persamaan visi dan Jatuhnya rezim Orde Baru pada tahun
tujuan dalam memperjuangkan kemerdekaan 1998 dan dimulainya era Reformasi, terjadi
serta pembentukan negara yang merdeka, perubahan dramatis dalam dinamika koalisi
seperti Koalisi Merdeka, yang terdiri dari partai politik di Indonesia. Era Reformasi
beberapa partai seperti PNI, Masyumi, dan ditandai dengan munculnya berbagai partai

3159
politik baru dan meningkatnya pluralisme Namun, di balik semua perubahan
politik. Partai-partai politik membentuk dinamika politik ini, masih ada kasus di mana
koalisi dalam berbagai bentuk, baik sebelum pertemanan politik bertahan meskipun dalam
maupun setelah pemilihan umum, untuk persaingan politik yang keras. Beberapa
memperoleh dukungan yang lebih luas dan politisi tetap mempertahankan hubungan
memenangkan kekuasaan politik. (Efriza, yang kuat dan saling mendukung di antara
2019). mereka, meskipun berada di pihak yang
Pemilihan umum sering kali menjadi berlawanan dalam pemilu. Mereka
panggung yang mempertontonkan perubahan membedakan antara persaingan politik dan
dinamika politik yang menarik dan tak hubungan personal, dan tidak membiarkan
terduga. Dalam konteks ini, sebuah ungkapan perbedaan pendapat politik menghancurkan
terkenal yang sering dikutip adalah "Tidak persahabatan yang telah terjalin. Di dalam
ada pertemanan yang abadi dalam pemilu. permainan politik, loyalitas dan pertemanan
Semua kawan bisa menjadi lawan dan justru bisa menjadi hal yang relatif. Namun,
sebaliknya.!" meskipun demikian, masih ada politisi yang
Ungkapan ini mencerminkan esensi tetap mempertahankan integritas dan
permainan politik yang sering berubah, di hubungan yang kuat, bahkan dalam
mana loyalitas dan aliansi dapat terguncang persaingan politik yang sengit.
oleh ambisi dan pergeseran kepentingan Rasanya tak elok bila tidak
politik. Dalam arena politik, persahabatan mengaitkan ungkapan tersebut dengan koalisi
sering kali menjadi hal yang tidak pasti dan indonesia bersatu (KIB) yang terdiri dari
relatif. Ketika para politisi memasuki partai Golkar, Pan dan Partai PP yang Semula
pertarungan pemilu, loyalitas pribadi dan hubungan ini begitu romantis. Namun, siapa
pertemanan yang terjalin selama bertahun- sangka ketika ganjar di deklarasikan oleh
tahun bisa teruji. Keinginan untuk partai PDIP yang diketuai oleh megawati
memperoleh kekuasaan dan pencapaian soekarno putri semua sontak para pimpinan
tujuan politik bisa mengaburkan batas antara parpol yang sudah berkoalisi gelisah dan
kawan dan lawan. bahkan tak menayangkan hasil keputusan itu.
Sebagai contoh, dalam suatu pemilu, Hipotesa yang terbangun dalam koalisi
partai-partai politik yang sebelumnya indonesia bersatu bahwa capres yang akan
bersekutu dan saling mendukung satu sama diusung oleh PDIP adalah puan maharani.
lain, tiba-tiba dapat berbalik menjadi pesaing Tapi kenyataanya semuanya berbanding
yang sengit. Ketika ambisi politik memanas, terbalik. Hasilnya, diusungnya ganjar
partai-partai yang dulu bersatu dapat saling pranowo sebagai calon presiden disatu sisi
bersaing untuk merebut suara dan menggoyahkan iman partai persatuan
memenangkan kekuasaan. Aliansi politik yang pembangunan.
terjalin lama dapat retak, bahkan pecah, dan Kenyataan pahit terus dirasakan oleh
loyalitas partai dan politisi bisa beralih Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) ketika Partai
dengan cepat. Selain itu, dalam politik, tidak Persatuan Pembangunan (PPP) dan rekan-
jarang terjadi perpindahan partai atau politisi rekannya tiba-tiba berpaling dan akhirnya
yang pindah aliansi. mendukung Ganjar Pranowo sebagai calon
Akibatnya, para politisi dapat dengan presiden. Keputusan ini pastinya membuat
cepat mengubah kawan menjadi lawan dan koalisi meradang. Awalnya, mereka
sebaliknya. Hal ini bisa terjadi ketika politisi mengharapkan koalisi ini akan terus berjalan
merasa bahwa kepentingan pribadi atau hingga menjelang pendaftaran calon presiden
ambisi politiknya lebih baik terpenuhi di dan wakil presiden, tetapi akhirnya mereka
tempat lain. Dalam upaya untuk mencapai kehilangan koalisi mereka. Hal ini tentu
kekuasaan atau memperkuat posisinya, menyebabkan kehilangan koalisi yang pada
politisi mungkin memutuskan untuk awalnya diharapkan akan solid dan bersatu
meninggalkan partai yang sebelumnya dalam mendukung calon presiden yang
didukungnya dan bergabung dengan partai diusung. Keputusan PPP ini merupakan
lain yang menawarkan peluang yang lebih pukulan keras bagi koalisi, dan mereka harus
baik.
3160
menghadapi kenyataan pahit bahwa kekuatan bekerja bersama untuk mencapai tujuan
mereka sebagai koalisi telah berkurang. politik yang lebih besar.
Perubahan ini juga menyoroti Namun, menurut Sari, dasar terbentuknya
persaingan politik yang terjadi di dalam Partai koalisi umumnya lebih didasarkan pada
PPP itu sendiri. Terdapat kemungkinan bahwa kepentingan pragmatis daripada pada
keputusan PPP untuk mendukung Ganjar ideologi atau persamaan tujuan yang
adalah hasil dari dinamika internal partai, mendalam. Elit partai politik, seperti
pertarungan kekuasaan, atau perhitungan pemimpin partai atau anggota parlemen yang
politik yang kompleks. Namun, dampaknya memiliki pengaruh, seringkali memainkan
adalah koalisi harus menanggung peran utama dalam membentuk koalisi.
konsekuensi dari perubahan ini. Keputusan Mereka mencari kesempatan untuk
PPP untuk mendukung Ganjar sebagai calon memperoleh kekuasaan politik dengan cara
presiden juga memicu pertanyaan tentang menggabungkan kekuatan mereka melalui
stabilitas koalisi secara keseluruhan. koalisi. Dalam prosesnya, mereka bisa
Apakah partai-partai lain dalam mengabaikan faktor ideologi atau persamaan
koalisi akan tetap solid dan bersatu dalam tujuan dan lebih fokus pada mencapai
mendukung calon presiden lainnya? Apakah kepentingan politik dan kekuasaan.
keputusan PPP akan mempengaruhi Namun, faktor ideologi atau persamaan
hubungan politik dan kepercayaan di antara tujuan dan cita-cita partai politik juga dapat
anggota koalisi? Selain itu, kehilangan PPP menjadi landasan penting bagi sebuah koalisi
juga berdampak pada ekspektasi dan harapan yang kuat dan berkelanjutan. Koalisi yang
yang telah terbangun dalam koalisi. Mereka didasarkan pada ideologi yang sama atau
mungkin telah merencanakan dan mengatur tujuan politik yang serupa cenderung lebih
strategi berdasarkan asumsi bahwa PPP akan kohesif dan memiliki kekuatan yang lebih
tetap berada di dalam koalisi dan mendukung besar untuk menghadapi tantangan politik.
calon presiden yang ditetapkan. Dengan demikian dapat ditarik benang merah
Akibatnya, kehilangan ini memaksa bahwa ketika koalisi politik kehilangan dasar
koalisi untuk menyesuaikan diri dengan ideologis atau persamaan tujuan, maka
situasi baru dan mencari cara untuk kemungkinan koalisi tersebut berubah atau
mempertahankan stabilitas serta bahkan runtuh menjadi lebih besar.
memperkuat dukungan dari pihak lain. Ketika partai-partai dalam koalisi tidak
Dengan keadaan ini, tentu Golkar dan Pan lagi memiliki kesamaan ideologi atau tujuan
harus berfikir secara ekstra untuk bisa yang jelas, kepentingan individu atau
memastikan tiket dalam perhelatan pemilihan kelompok dalam partai mungkin mulai
presiden tahun 2024. Berkenaan dengan mengambil alih. Konflik internal dan
keretakan koalisi partai politik Purnamawati, persaingan kekuasaan dapat muncul, yang
(2020) mensinyalir bahwa keretakan tersebut dapat mengancam kestabilan koalisi. Sehingga
turut dipengaruhi oleh beberapa faktor apabila Koalisi yang terbangun tidak lagi
diantaranya; (1) Perubahan Sosial; (2) didasari oleh faktor ideologi atau persamaan
Perubahan Struktural; (3) Kontestasi tujuan dan cita-cita partai maka hal yang
Kekuasaan; (4) Respons terhadap Tuntutan lumar koalisi dalam partai politik bisa
Publik; (5) Perubahan Ideologi dan Pemikiran berubah.
Politik. Pemilih pemula, menurut UU No. 10 tahun
Disisi lain, Sari (2012) menyatakan bahwa 2008 dalam Bab IV pasal 19 ayat 1 dan 2 serta
koalisi politik pada dasarnya bersifat pasal 20, merujuk kepada warga Indonesia
pragmatis dan berorientasi pada hasil yang memenuhi kriteria tertentu. Pasal 19
sementara. Koalisi dibentuk berdasarkan ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa pada hari
kepentingan elit partai politik dan kekuasaan. pemilihan atau pemungutan suara, pemilih
Faktor ideologi atau persamaan tujuan dan pemula adalah Warga Negara Indonesia yang
cita-cita partai menjadi penting dalam telah mencapai usia 17 tahun atau lebih,
mempertahankan kelangsungan sebuah termasuk mereka yang sudah atau pernah
koalisi politik. Koalisi politik adalah aliansi menikah, dan memiliki hak pilih. Sebelumnya,
antara dua atau lebih partai politik yang pemilih pemula tidak termasuk dalam
3161
kategori pemilih berdasarkan ketentuan yang berbeda dalam partai yang terpecah.
Undang-Undang Pemilu. Peran media sosial juga menjadi signifikan, di
Dengan demikian, pemilih pemula mana keretakan tersebut dapat dengan cepat
merujuk kepada warga negara Indonesia yang menyebar dan mempengaruhi persepsi
baru mencapai usia 17 tahun atau lebih pada pemilih pemula terhadap partai-partai yang
hari pemilihan atau pemungutan suara. terlibat dalam konflik. Sebagai hasilnya,
Mereka juga termasuk pemilih yang sudah paradigma berpikir pemilih pemula tentang
menikah, meskipun belum mencapai usia politik dapat berubah dan dapat
pemilih dewasa yang ditetapkan secara mempengaruhi pilihan politik mereka dalam
umum. UU No. 10 tahun 2008 memberikan pemilihan. Sehingga, melalui riset penelitian
pengakuan dan memberikan hak pilih kepada ini, akan dikaji sejauh mana Konflik Partai
pemilih pemula, mengakui bahwa mereka Politik dan Implikasinya Terhadap Paradigma
juga memiliki peran dalam proses pemilihan. Pemilih Pemula Menjelang Pemilu 2024.
(Irrubai, 2014).
Terlepas dari definisi pemilih pemula, KAJIAN PUSTAKA
menyoroti keretakan hubungan partai politik Definisi Paradigma dan Pemilih Pemula
menjelang pemilu 2024 saat ini, disatu sisi Secara umum, Paradigma adalah pola
tanpa disadari telah merubah paradigma pemikiran, pandangan dunia, atau kerangka
berfikir pemilih pemula. Hasil observasi awal referensi yang digunakan untuk memahami,
yang dilakukan kepada beberapa informan memaknai, dan menginterpretasikan
yang berjumlah 27 orang mahasiswa di fenomena atau realitas tertentu. Paradigma
Universitas Negeri Gorontalo menunjukan memberikan landasan atau sudut pandang
respon sebanyak 63% menyatakan tidak yang mendasari cara kita melihat dan
tertarik lagi untuk ikut memantau memahami dunia.
perkembangan partai politik baik dalam segi Paradigma melibatkan keyakinan,
kampanye hingga antusias mengikuti figur nilai, asumsi, dan prinsip-prinsip dasar yang
dari partai politik. membentuk cara kita memahami dan
pada identifikasi masalah ini ditemukan menjelaskan fenomena sosial, politik,
dua alasan mengapa mahasiswa yang masuk ekonomi, atau ilmiah. Paradigma juga
dalam kategori pemilih pemula tidak mau mempengaruhi pemilihan metode penelitian,
memberikan hak politiknya. Pertama, muncul pendekatan analisis, dan interpretasi data
rasa kekecewaan atas sikap yang dalam sebuah bidang ilmu atau disiplin
diperlihatkan oleh aktor-aktor dari partai tertentu.
politik yang cenderung ambisius untuk Dalam posisi tertentu, Perubahan
mendapatkan kursi kekuasaan. Kedua, paradigma dapat terjadi ketika terjadi
paradigma yang terbangin dari beberapa pergeseran mendasar dalam cara kita
informan yang memberikan respon bahwa memahami dan menjelaskan dunia.
partai politik dianggap kehilangan Pergeseran paradigma ini bisa disebabkan
ideologinya. oleh perkembangan pengetahuan baru,
Akibatnya, implikasi yang ditimbulkan revolusi ilmiah, perubahan sosial, atau
meliputi timbulnya keraguan dalam politik, pemahaman yang lebih baik terhadap
karena pemilih pemula merasa kecewa dan fenomena yang ada.
ragu terhadap politik secara keseluruhan Selanjutnya, Pemilih pemula adalah
akibat konflik internal partai politik. Selain itu, kelompok pemilih yang baru pertama kali
adanya ketidakpastian ideologi karena terlibat dalam proses pemilihan, baik itu
keretakan tersebut dapat menyebabkan pemilihan umum, pemilihan presiden, atau
hilangnya kejelasan ideologi dan arah partai, pemilihan dalam skala yang lebih kecil.
membingungkan pemilih pemula dalam Mereka adalah individu yang baru memasuki
menentukan partai mana yang sesuai dengan usia pemilih dan baru memiliki pengalaman
nilai-nilai dan tujuan mereka. terbatas atau bahkan belum memiliki
Keretakan juga berpotensi memecah- pengalaman politik sebelumnya.
belah pemilih, dengan terjadinya polarisasi di Pemilih pemula seringkali berusia
antara mereka yang mendukung fraksi-fraksi muda, seperti remaja atau mahasiswa yang
3162
baru mencapai usia yang memenuhi syarat implikasi dari konflik partai politik terhadap
untuk memberikan suara. Mereka belum paradigma pemilih pemula di kalangan
terbiasa dengan proses pemilihan dan belum mahasiswa UNG.
memiliki pengetahuan politik yang
mendalam. di beberapa negara, batas usia Definisi Konflik Secara Universal
pemilih umumnya adalah 18 tahun. Oleh Secara ilmiah, konflik dapat dijelaskan
karena itu, pemilih pemula dalam konteks sebagai dinamika sosial yang melibatkan
tersebut adalah individu yang baru berusia 18 interaksi kompleks di antara aktor-aktor yang
tahun dan baru memiliki hak untuk memiliki kepentingan dan tujuan yang
memberikan suara dalam pemilihan umum. berbeda. Konflik dapat muncul dalam
Dalam konteks paradigma pemilih berbagai konteks, seperti politik, organisasi,
pemula merujuk pada kerangka pemikiran keluarga, atau masyarakat. Konflik juga dapat
atau pola pikir yang digunakan untuk melibatkan dimensi psikologis, emosional,
memahami dan menjelaskan perilaku serta dan struktural yang mempengaruhi dinamika
karakteristik pemilih yang baru pertama kali dan eskalasi konflik tersebut.
berpartisipasi dalam proses pemilihan, baik Dalam perspektif Gibson (1997);
pemilihan umum maupun pemilihan dalam Muchlas (1999); dan Minnery (1985) Mereka
lingkup yang lebih sempit. Paradigma ini berpandangan yang sama bahwa konflik
berfokus pada segmen pemilih yang masih dapat didefinisikan sebagai suatu interaksi di
relatif baru dan belum memiliki pengalaman antara dua atau lebih pihak yang saling
politik yang luas. berhubungan dan saling tergantung, namun
Paradigma pemilih pemula memiliki tujuan yang berbeda. Konflik ini
melibatkan pemahaman tentang motivasi, merupakan situasi di mana terdapat
preferensi, sikap politik, dan faktor-faktor lain perbedaan atau ketegangan antara pihak-
yang mempengaruhi keputusan pemilih pihak yang terlibat, yang dapat timbul dari
pemula dalam memilih partai politik atau perbedaan kepentingan, nilai, atau tujuan
kandidat tertentu. Hal ini juga mencakup yang mereka harapkan. dalam, (Raya, 2016).
pemahaman tentang pengaruh lingkungan Disisi lain, Menurut Nurmiarani
sosial, pendidikan politik, media massa, dan (2020), konflik dapat diartikan sebagai
faktor-faktor lainnya yang dapat perselisihan atau perbedaan paham antara
mempengaruhi proses pembentukan individu dengan individu lainnya, atau antara
preferensi politik pada pemilih pemula. individu dengan kelompok, yang
Pemahaman paradigma pemilih menghasilkan ketidakharmonisan dalam
pemula membantu kita memahami komunikasi organisasi. Pandangan ini
perubahan dalam struktur pemilih, pola menggambarkan konflik sebagai suatu bentuk
partisipasi politik, dan dinamika politik yang ketegangan atau ketidaksepakatan yang
terkait dengan pemilih pemula. Paradigma ini timbul akibat adanya perbedaan dalam
penting dalam menganalisis tren politik, pandangan, kepentingan, atau tujuan di antara
merumuskan strategi politik, serta merancang individu atau kelompok yang terlibat.
kebijakan yang bertujuan untuk Dari beberapa definisi diatas, dapat di
mempengaruhi, mendukung, atau pahami bahwa Konflik adalah situasi atau
memperluas partisipasi pemilih pemula keadaan di mana terjadi pertentangan,
dalam proses demokrasi. pertikaian, atau perselisihan antara dua atau
Dalam konteks mahasiswa Universitas lebih pihak yang memiliki perbedaan
Negeri Gorontalo (UNG) menjelang Pemilu kepentingan, tujuan, nilai, atau pandangan.
2024, paradigma pemilih pemula dapat Konflik dapat timbul dalam berbagai
membantu dalam memahami pandangan, tingkatan, baik dalam skala individu,
preferensi, dan sikap politik mahasiswa yang kelompok, maupun dalam konteks yang lebih
baru pertama kali terlibat dalam pemilihan. luas seperti politik.
Paradigma ini dapat digunakan untuk Dalam telah-telah permasalahan
mengidentifikasi faktor-faktor yang konflik baik itu dalam instansi kelembagaan
mempengaruhi partisipasi politik mereka, pemerintahan Pusat, Daerah, Kabupaten,
sikap mereka terhadap partai politik, serta Kecamatan hingga yang paling kecil Desa,

3163
biasanya bentuk konflik yang selalu melekat Ideologi merujuk pada kumpulan
diantaranya sebagai berikut: keyakinan, nilai, dan pandangan dunia
1. Konflik Individu (Individual Conflict) yang membentuk kerangka berpikir
Konflik individu terjadi ketika dan tindakan individu atau kelompok.
terdapat pertentangan atau Ideologi dapat menjadi faktor yang
perselisihan antara dua atau lebih memicu konflik karena perbedaan
individu. Konflik ini dapat timbul dalam pandangan politik, sosial, atau
karena perbedaan tujuan, nilai, agama. Ketika ideologi-ideologi yang
kepentingan, atau pandangan di berbeda bertentangan satu sama lain,
antara individu-individu tersebut. dapat terjadi konflik yang melibatkan
Contoh konflik individu termasuk perselisihan dan pertentangan dalam
perselisihan pribadi, perbedaan tujuan, kebijakan, atau tindakan.
pendapat, atau ketidaksepakatan 2. Kepentingan:
dalam mengambil keputusan. Konflik Kepentingan merujuk pada hal-hal
individu dapat terjadi di berbagai yang dianggap penting oleh individu
konteks, termasuk dalam kehidupan atau kelompok yang berpartisipasi
sehari-hari, tempat kerja, atau dalam dalam konflik. Perbedaan dalam
hubungan personal. kepentingan dapat menjadi sumber
2. Konflik Struktural (Structural Conflict) konflik karena upaya untuk
Konflik struktural merujuk pada melindungi atau memperjuangkan
konflik yang timbul karena adanya kepentingan yang berbeda-beda.
ketidakseimbangan kekuasaan, Kepentingan dapat meliputi
ketidakadilan sosial, atau kepentingan politik, ekonomi, sosial,
ketidaksetaraan dalam struktur sosial, atau kepentingan lainnya. Ketika
politik, atau ekonomi. Konflik kepentingan-kepentingan yang
struktural melibatkan konflik antara berbeda bertentangan atau saling
kelompok-kelompok yang memiliki bersaing, konflik dapat terjadi.
perbedaan dalam akses terhadap 3. Lingkungan:
sumber daya, kekuasaan, atau Lingkungan fisik, sosial, dan politik
peluang. Contoh konflik struktural juga dapat mempengaruhi terjadinya
termasuk konflik antara kelas sosial, konflik. Faktor-faktor lingkungan,
konflik rasial, atau konflik antara seperti ketidakstabilan politik,
kelompok etnis atau agama. ketimpangan sosial, kemiskinan,
3. Konflik Massa (Mass Conflict) ketegangan etnis atau agama, atau
Konflik masa merujuk pada konflik ketidakadilan sosial, dapat
yang terkait dengan perbedaan menciptakan kondisi yang memicu
generasi atau perbedaan nilai dan konflik. Misalnya, lingkungan yang
aspirasi antara kelompok yang penuh dengan ketidakadilan atau
berbeda dalam rentang waktu yang diskriminasi sosial dapat
berbeda. Konflik masa sering kali menyebabkan timbulnya konflik
terjadi antara generasi muda antara kelompok-kelompok yang
(misalnya, kaum muda) dan generasi merasa dianiaya atau tidak adil
yang lebih tua (misalnya, kaum tua) diperlakukan.
dalam hal pandangan politik, sosial, Disisi lain, Nugraha (2019); Muslim,
budaya, atau ekonomi. Perbedaan (2020) memiliki pendapat yang sama bahwa
dalam pola pikir, gaya hidup, aspirasi, menyatakan bahwa beberapa faktor
atau tuntutan perubahan sosial dapat penyebab munculnya konflik antara lain
menciptakan konflik antara generasi adalah kondisi kemiskinan, kekerasan,
yang berbeda. terjadinya krisis dalam hubungan atau dalam
Kehadiran tiga bentuk konflik konteks organisasi, pembunuhan, serta
tersebut tidak luput dari tiga faktor yang masalah kejahatan. Artinya, konflik dihasilkan
mempengaruhinya diantaranya; oleh adanya permasalahan dan ketegangan
1. Ideologi: yang berkaitan dengan faktor-faktor tersebut.
3164
Dalam posisi kemiskinan di satu sisi dapat dalam proses politik dan harus dilibatkan
menciptakan ketidakpuasan dan persaingan secara aktif, partai politik pun lahir secara
terkait sumber daya yang terbatas. Kekerasan spontan dan berkembang sebagai
dapat memicu konflik antara individu atau penghubung antara rakyat dan pemerintah
kelompok yang merasa tidak aman dan tidak pada abad ke-19.
terlindungi. Terjadinya krisis hubungan atau Pada masa itu, partai politik
dalam organisasi dapat memunculkan konflik merupakan hasil dari evolusi politik di
akibat perbedaan tujuan, nilai, atau Negara-negara Eropa Barat yang mengakui
kepentingan yang saling bertentangan. pentingnya peran rakyat dalam pembentukan
Kejadian pembunuhan atau masalah kebijakan politik. Seiring dengan
kejahatan dapat memicu konflik antara berkembangnya gagasan demokrasi dan
individu atau kelompok yang terlibat. partisipasi politik, partai politik menjadi
Definisi Partai Politik wadah bagi rakyat untuk mengorganisir diri,
Partai politik adalah organisasi yang mengartikulasikan kepentingan mereka, dan
dibentuk oleh individu atau kelompok dengan berpartisipasi dalam proses politik secara
tujuan mencapai kekuasaan politik dan terstruktur. Partai politik menjadi jembatan
mempengaruhi proses pembuatan kebijakan antara rakyat sebagai pemilih dan pemerintah
dalam suatu negara atau wilayah. Partai sebagai pembuat keputusan, dengan tujuan
politik berperan dalam sistem politik untuk mewakili kepentingan rakyat dan
mewakili dan memajukan kepentingan politik, mempengaruhi kebijakan publik.
ideologi, dan tujuan mereka. Pemahaman tentang asal-usul partai
Miriam Budiardjo, (1982) politik di Negara-negara Eropa Barat ini
mendefinisikan partai politik sebagai sebuah memberikan landasan historis dan
kelompok terorganisir yang anggotanya kontekstual bagi perkembangan sistem politik
memiliki orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita modern di berbagai negara di seluruh dunia.
yang sama. Tujuan utama kelompok ini adalah Partai politik menjadi elemen penting dalam
untuk memperoleh kekuasaan politik dan demokrasi modern dan berperan dalam
melalui kekuasaan tersebut, mereka dapat menyatukan kepentingan masyarakat,
melaksanakan kebijakan sesuai dengan visi memperjuangkan hak-hak warga negara,
dan tujuan mereka. Sementara itu, menurut serta membentuk dan mengontrol kebijakan
Ichlasul Amal, (1996) partai politik adalah publik.
kelompok yang mengajukan calon-calon Dalam konteks konflik politik, konflik
untuk jabatan publik yang akan dipilih oleh seringkali berkaitan dengan persaingan
rakyat. Dengan demikian, partai politik kekuasaan antara berbagai kelompok atau
memiliki peran dalam mengontrol atau partai politik yang memiliki pandangan,
mempengaruhi tindakan-tindakan kepentingan, atau ideologi yang berbeda.
pemerintah melalui pemilihan dan Konflik politik dapat mencakup pertentangan
penempatan kadernya di posisi-posisi mengenai kebijakan publik, perebutan
kekuasaan. dalam, (Fernando 2016), jabatan politik, perbedaan ideologi, atau
Dua definisi ini menggambarkan sengketa terkait pengambilan keputusan
partai politik sebagai entitas yang terorganisir politik.
dengan tujuan memperoleh kekuasaan politik Menyoroti hal tersebut, Menurut
dan mengimplementasikan kebijakan yang Zalpha (2016), faktor yang menyebabkan
sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan mereka. konflik pada partai politik disebabkan oleh
Partai politik juga berperan dalam pemilihan kurangnya demokrasi dalam proses politik di
umum sebagai penyalur aspirasi politik rakyat dalam partai itu sendiri. Dalam hal ini,
dan sebagai pengontrol atau pengaruh terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi
terhadap pemerintahan dalam menjalankan penyebab konflik, seperti proses rekrutmen
tugas-tugas publik. politik dan penggantian pengurus yang
Dalam perspektif sejarah, partai seringkali diwarnai oleh adanya konflik,
politik pertama kali muncul di Negara-negara persekongkolan politik, dan praktik politik
Eropa Barat. Dengan berkembangnya gagasan uang.
bahwa rakyat memiliki peranan penting
3165
Pandangan ini menggambarkan atau tuntutan kekuasaan dalam koalisi
bahwa dalam partai politik, proses-proses dapat menyebabkan konflik antara
politik yang tidak demokratis, seperti partai politik yang terlibat.
manipulasi dalam rekrutmen politik atau Definisi Pemilu
penggantian pengurus, dapat menyebabkan Pemilu adalah singkatan dari
konflik di antara anggota partai. Pemilihan Umum, yang merupakan proses
Persekongkolan politik, yakni adanya demokratis dalam menentukan pemimpin dan
persekongkolan kepentingan tertentu di wakil rakyat dalam suatu negara. Pemilu
dalam partai, juga dapat memicu konflik adalah mekanisme penting dalam sistem
antara faksi-faksi yang berbeda. Selain itu, politik yang memungkinkan warga negara
praktik politik uang, yaitu memberikan untuk secara bebas dan adil memilih
imbalan finansial atau materi kepada anggota perwakilan mereka dalam lembaga-lembaga
partai untuk memperoleh dukungan atau pemerintahan, seperti parlemen atau lembaga
pengaruh, juga dapat menciptakan eksekutif.
ketidakharmonisan dan perselisihan di dalam Dalam pelaksanaanya, Pemilu
partai politik. melibatkan partisipasi aktif masyarakat
Dalam kenyataannya, seringkali dalam memberikan suara mereka untuk
konflik partai politik dapat timbul dalam memilih kandidat atau partai politik yang
berbagai bentuk, mulai dari konflik verbal, mewakili kepentingan dan aspirasi mereka.
konflik ideologis, konflik kepentingan, hingga Pemilu umumnya diatur oleh undang-undang
konflik fisik atau kekerasan politik. Konflik dan peraturan negara yang mengatur tata cara
politik juga dapat terjadi di berbagai arena pemilihan, termasuk pemilihan jadwal, proses
politik, seperti dalam proses pemilu, pendaftaran pemilih, kampanye politik,
perdebatan parlemen, atau dalam interaksi pemungutan suara, penghitungan suara, dan
antara kelompok masyarakat yang memiliki pengumuman hasil.
pandangan politik yang berbeda. Tujuan dari pemilu adalah untuk
Adapun bentuk-bentuk konflik dalam menjaga prinsip dasar demokrasi, yaitu
partai politik meliputi; kedaulatan rakyat, di mana rakyat memiliki
1. Konflik Kepentingan: hak untuk memilih dan mempengaruhi
Partai politik yang mewakili kelompok keputusan politik yang mempengaruhi
kepentingan yang berbeda, seperti kehidupan mereka. Pemilu juga berfungsi
kelompok bisnis, buruh, atau sebagai mekanisme untuk mendapatkan
lingkungan, dapat memiliki legitimasi politik bagi para pemimpin yang
kepentingan yang saling bertentangan. terpilih, karena mereka dipilih oleh suara
Persaingan terkait kebijakan ekonomi, mayoritas rakyat. Dengan demikian, pemilu
ketenagakerjaan, lingkungan, atau adalah salah satu pijakan fundamental dalam
sektor-sektor spesifik dapat memicu sistem demokrasi yang memungkinkan
konflik antar partai politik. partisipasi rakyat dalam menentukan arah
2. Perselisihan Strategi Politik: politik dan pemerintahan suatu negara.
Partai politik dapat memiliki
perbedaan pendekatan strategi dalam METODE
meraih kekuasaan atau mempengaruhi Adapun metode penelitian yang
pemilih. Persaingan terkait strategi digunakan yaitu deskriptif kualitatif.
kampanye, fokus politik, atau retorika Sedangkan fokus dan batasan kajian
politik dapat memunculkan konflik permasalahan dalam penelitian ini, merujuk
antara partai politik. pada perubahan paradigma pemilih pemula
3. Konflik Koalisi: (Mahasiswa UNG) sebagai akibat dari konflik
Partai politik yang terlibat dalam partai politik menjelang pemilu 2024. Teknik
koalisi pemerintah atau koalisi pengumpulan data dalam penelitian ini
pemilihan dapat menghadapi konflik menggunakan metode survei platform online
internal atau ketegangan dalam (Google Form) yang kemudian
hubungan mereka. Persaingan diinterpretasikan dalam bentuk deskriptif.
kepentingan, perbedaan pendapat,
3166
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan diagram 1 tersebut,
Paradigma Pemilih Pemula (Mahasiswa terdapat beberapa hasil dari survei tersebut.
UNG) diLihat dari Aspek Kognitif. Sebanyak 48,1% responden menjawab "iya"
Paradigma ini memberikan fokus pada terkait dengan suatu pertanyaan atau
aspek kognitif, yaitu proses mental yang pernyataan yang diajukan. Hal ini
melibatkan pemahaman, penalaran, dan menunjukkan bahwa sebagian besar
pengolahan informasi. Dalam konteks ini, responden memiliki pengetahuan atau
penting untuk memahami bagaimana individu mengikuti perkembangan yang ditanyakan. Di
memperoleh, menyimpan, dan mengorganisir sisi lain, 48,1% responden juga menjawab
pengetahuan serta bagaimana mereka "tidak ikut perkembangan". Ini menunjukkan
menggunakan pengetahuan ini dalam bahwa jumlah responden yang tidak
memahami dan memecahkan masalah. mengikuti atau tidak memiliki pengetahuan
Paradigma ini juga melibatkan studi tentang tentang perkembangan yang ditanyakan
persepsi, ingatan, bahasa, pemikiran abstrak, sebanding dengan jumlah responden yang
dan pemecahan masalah. menjawab "iya". Selain itu, sebanyak 3,7%
Pendekatan ini menekankan responden menjawab "tidak tahu". Ini
pentingnya peran kognisi dalam membentuk menunjukkan bahwa sebagian kecil dari
perilaku dan interaksi manusia. Misalnya, responden tidak memiliki pengetahuan atau
dalam politik, paradigma ini dapat tidak dapat memberikan jawaban terkait
menganalisis bagaimana pemilih dengan pertanyaan atau pernyataan yang
menggunakan informasi yang tersedia untuk diajukan.
membentuk sikap politik, membuat Hasil survei ini memberikan
keputusan, dan memahami isu-isu politik. gambaran tentang pemahaman dan
Hasil temuan penelitian menunjukan bahwa pengetahuan responden terhadap topik yang
dari segi kognitif Para pemilih pemula ditanyakan. Adanya persentase yang
(Mahasiswa UNG) seringkali menghadapi signifikan baik dalam jawaban "iya" maupun
keterbatasan pengetahuan politik yang "tidak ikut perkembangan" menunjukkan
mempengaruhi kemampuan mereka dalam adanya variasi dalam pemahaman dan tingkat
memahami proses pemilihan dan isu-isu yang pengetahuan di antara responden. Sedangkan
relevan. Informasi yang mereka dapatkan persentase kecil yang menjawab "tidak tahu"
cenderung terbatas dan terpengaruh oleh menunjukkan adanya kelompok yang tidak
media sosial. Keterbatasan ini dapat membuat memiliki pengetahuan tentang topik tersebut.
mereka merasa bingung dan ragu-ragu dalam Berdasarkan temuan tersebut, dapat
memilih. disimpulkan bahwa konflik partai politik
Hal itu dapat dilihat pada diagram memiliki pengaruh terhadap paradigma
berikut dengan instrumen pernyataan apakah penggunaan hak politik pemilih pemula
mahasiswa ikut mengikuti perkembangan menjelang pemilu 2024. Hal itu bersesuaian
partai politik menjelang pemilu. Hasilnya dengan hasil temuan penelitian sebelumnya
dapat dilihat pada diagram berikut: oleh Yunita & Stanislaus (2014) menyebutkan
Diagram 1. Hasil Survei Paradigma Kognitif bahwa salah satu parameter yang
Pemilih Pemula (Mahasiswa UNG) mempengaruhi paradigma pemilihan
mahasiswa adalah dominasi jumlah positif
dibandingkan dengan jumlah negatif.
Dalam konteks ini, jika hasil temuan
survei menunjukkan bahwa sebagian besar
pemilih pemula (mahasiswa UNG)
memberikan respons "iya" terhadap
perkembangan yang ditanyakan, hal tersebut
dapat dianggap sebagai indikasi bahwa
konflik partai politik memberikan stimulus
positif yang mendorong pemilih pemula untuk
tetap aktif dan terlibat dalam proses politik.
Sumber Data: di Olah Peneliti, (2023) Respons positif ini bisa meliputi pemahaman
3167
lebih mendalam tentang isu-isu politik, partai politik, sementara 15% sisanya tidak
partisipasi aktif dalam diskusi publik, dan memberikan jawaban terkait sikap mereka.
kesadaran akan pentingnya menggunakan Sikap acuh yang ditunjukkan oleh
hak politik mereka dengan bijak. mahasiswa dapat mencerminkan
Paradigma Pemilih Pemula (Mahasiswa kekecewaan, ketidakpercayaan, atau
UNG) diLihat dari Aspek Afektif. keputusasaan terhadap partai politik dan
Paradigma ini memperhatikan proses politik secara umum. Mereka merasa
dimensi afektif, yang terkait dengan emosi, bahwa partai politik tidak lagi mewakili
perasaan, dan sikap individu. Dalam konteks kepentingan mereka, tidak adil, atau terlibat
ini, penting untuk memahami bagaimana dalam praktik-praktik korupsi atau
emosi mempengaruhi pemikiran dan perilaku manipulasi politik.
manusia. Paradigma ini melibatkan studi Akibatnya, respons ini dapat
tentang emosi, motivasi, preferensi, sikap, dan mempengaruhi partisipasi politik pemilih
nilai-nilai individu. Dalam politik, paradigma pemula, di mana mereka menjadi kurang aktif
ini dapat menganalisis bagaimana emosi dalam pemilu, bahkan kemungkinan
seperti ketakutan, kegembiraan, atau terburuknya tidak akan lagi memberikan hak
kebencian terhadap isu-isu politik atau figur suara, atau bahkan menghindari keterlibatan
politik tertentu mempengaruhi sikap dan mereka dalam diskusi politik. Sikap acuh ini
perilaku pemilih. juga dapat berdampak pada persepsi dan
Emosi juga dapat mempengaruhi evaluasi mereka terhadap partai politik dan
persepsi pemilih terhadap partai politik atau kandidat yang terlibat dalam konflik.
kandidat. Hasil temuan penelitian
menunjukan bahwa, pemilih pemula KESIMPULAN
(Mahasiswa UNG) dari sisi Aspek afektif Dapat disimpulkan bahwa Konflik
akibat adanya konflik partai politik justru partai politik memiliki implikasi yang
aktivitas politik seperti kampanye, mobilisasi signifikan terhadap paradigma pemilih
dan penggiringan opini muncul pemula menjelang pemilu 2024, seperti yang
kecenderungan hilang kepercayaan terhadap terlihat dalam studi pada mahasiswa
partai politik yang dapat dilihat pada data Universitas Negeri Gorontalo. Secara kognitif,
survei pada diagram berikut: konflik partai politik dapat mempengaruhi
Diagram 2. Hasil Survei Paradigma Afektif pemahaman dan pengetahuan pemilih
Pemilih Pemula (Mahasiswa UNG) pemula tentang isu-isu politik yang relevan.
Secara afektif, konflik tersebut dapat memicu
perasaan ketidakpuasan, kekecewaan, atau
ketidakpercayaan terhadap partai politik
yang terlibat. Dalam hal evaluatif, konflik
partai politik dapat mempengaruhi evaluasi
pemilih pemula terhadap partai politik dan
kandidat, berdasarkan kinerja, integritas, dan
respons terhadap konflik tersebut.

Sumber Data: di Olah Peneliti, (2023) SARAN


Berdasarkan diagram ke-2 yang Melalui hasil penelitian ini, perlu
disajikan, terlihat bahwa terdapat sikap acuh adanya upaya dorongan untuk
dari mahasiswa dalam konteks konflik antar mempertimbangkan berbagai perspektif dan
partai politik. Hasil penelitian menunjukkan pendapat sebelum membuat keputusan
bahwa sebanyak 63% pemilih pemula yang politik mereka sendiri. Selain itu, penting juga
merupakan mahasiswa Universitas Negeri untuk meningkatkan kesadaran dan
Gorontalo (UNG) telah kehilangan minat partisipasi pemilih pemula dalam proses
mereka terhadap partai politik. Sebanyak politik. Mereka harus didorong untuk aktif
22% masih menunjukkan minat terhadap terlibat dalam debat politik, mendengarkan

3168
berbagai sudut pandang, dan mencari Politik. Prenada Media.
informasi dari sumber yang beragam. Mahmud, R., Kamuli, S., & Wantu, A. (2022).
Sosialisasi:“Santri Bertanya Pemilu
DAFTAR PUSTAKA Menjawab “Bagi Santri Di Pondok
Alhadar, S., Katili, A. Y., Rachman, E., Sahi, Y., & Pesantren Alkhairaat Kota Gorontalo.
Laudengi, U. T. (2022). Kajian Peran Amma: Jurnal Pengabdian
Dan Motif: Partai Mahasiswa Masyarakat, 1(08), 1009-1014.
Indonesia (Pmi) Dalam Perspektif Muslim, M. (2020). Manajemen stress pada
Filantropi. Publik: Jurnal Manajemen masa pandemi covid-19. ESENSI:
Sumber Daya Manusia, Administrasi Jurnal Manajemen Bisnis, 23(2), 192-
dan Pelayanan Publik, 9(3), 413-421. 201.
Amal, Ichlasul, (Eds). (1996). Teori-teori Nugraha, A. A. (2019, November). Konflik
Mutahkhir Partai Politiki. Tiara sosial pada novel lelaki harimau karya
Wacana Yogya, Yogyakarta. eka kurniawan. In Prosiding Seminar.
Asril, A., Jaenam, J., Syahrizal, S., Armalena, A., Nurasiah, N., Amalina, S. N., & Azis, A. (2021).
& Yuherman, Y. (2023). Peningkatan Pengaruh pembelajaran outdoor
Nilai-Nilai Demokrasi dan learning dengan strategi daring
Nasionalisme Pada Mahasiswa Melalui terhadap prestasi belajar Mahasiswa
Pembelajaran Pendidikan Pancasila Pendidikan Sejarah USK Aceh. Briliant:
dan Kewarganegaraan. JIM: Jurnal Jurnal Riset Dan Konseptual, 6(3), 659–
Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah, 667.
8(3), 1300–1309. https://doi.org/10.28926/briliant.v6i
https://doi.org/10.24815/jimps.v8i3. 3.669
25109 Nurmiarani, M. (2020). Konflik Dalam
Budiardjo, Miriam, (1982). Partisipasi dan Organisasi.
Partai Politik Sebuah Bunga Rampai, Nurrachmah, S. (2023). How does lecturer
PT. Gramedia, Jakarta. communication style influences
Dzulfaroh, A.N, (2022)."Pemilu 2024 students well being? JIM: Jurnal Ilmiah
Didominasi Pemilih Muda, Apakah Peta Mahasiswa Pendidikan Sejarah, 8(3),
Politik Akan Berubah. 1515–1521.
Efriza, N. F. N. (2019). Eksistensi Partai Politik https://doi.org/10.24815/jimps.v8i3.
Dalam Persepsi Publik [The Existence 25278
of The Political Parties in Public Purnamawati, E. (2020). Perjalanan
Perception]. Jurnal Politica Dinamika Demokrasi di Indonesia. Solusi, 18(2),
Masalah Politik Dalam Negeri Dan 251-264.
Hubungan Internasional, 10(1), 17-38. Raya, M. K. F. (2016). Resolusi Konflik dalam
Fernando, E. M. A. S. (2016). Peran Sosialisasi Institusi Pendidikan Islam (Kajian
Politik Pada Perempuan Untuk Empirik dan Potensi Riset Resolusi
Terlibat Politik. Jurnal Polinter: Kajian Konflik). Jurnal Pendidikan Islam
Politik Dan Hubungan Internasional, Indonesia, 1(1), 71-85.
2(1), 62-76. Sari, E. L. I. P. (2023). Revitalizing Strawberry
Hartoyo, R., & Sulistyowati, S. (2023). The Role Leaves: Developing a Tipburn and Leaf
Of The Legal Aid Post Is In Providing Spot Disease Detection System
Legal Assistance To Disadvantaged Through Convolution Analysis Using
People In Order To Obtain Justice In CNN Method. JIM: Jurnal Ilmiah
The Courts Of The Holy Land. JIM: Mahasiswa Pendidikan Sejarah, 8(3),
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan 1468–1474.
Sejarah, 8(3), 1599–1611. https://doi.org/10.24815/jimps.v8i3.
https://doi.org/10.24815/jimps.v8i3. 25210
25236 Sari, S. Y. (2012). Sistem Multipartai di Era
Irrubai, M. L. (2014). Partai Politik Dan Pemerintahan Susilo Bambang
Pemilih Pemula. Society, 5(2), 61-71. Yudhoyono 2004-2009. Dinamika
Jurdi, F. (2020). Pengantar Hukum Partai Politik, 1(01).
3169
Sulthani, D. A., & Thoifah, I. (2022). Urgency of
Stakeholders in Improving the Quality
of Education. Riwayat: Educational
Journal of History and Humanities,
5(2), 443–451.
https://doi.org/10.24815/jr.v5i2.276
00
Yunita, R. P., & Stanislaus, S. (2014). Orientasi
Politik Pemilih Pada Pemilu Legislatif
Tahun 2014. Journal Of Social And
Industrial Psychology, 3(1).
Zalpha, Y. (2016). Analisis Konflik pada Munas
Golkar 2014. Intizar, 22(1), 155-172.

3170

You might also like