Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Background: The Patient’s perception of food service which has been served is consists of food quality, precision of
mealtime, service professionalism, the temperature of food, and the attitude of waitress. The level of adequacy of nutrition
both macronutrient and micronutrient is related to the quality of foodservice.
Objectives:To determine the relationship between food satisfaction level and nutrition adequacy of non-ommunicable
diseases patient in halal certified hospital
Methods: The research is analytical observational research with cross sectional approach. Data was processed with Chi
Square Analysis. The research was conducted by interview method that have used food satisfaction quastionare which
consists of precission of meal time, variation of menu, appearance of menu, taste of food, and hygiene of staff.
Results: There is no relationship between the level of patient satisfaction with the nutritional adequacy of non-
communicable diseases patients in halal-certified hospitals with p>0.05. this is influenced by decreases of patient’s
appetite.
Conclusion: Patient satisfaction is not related to nutrition adecuacy (energy, protein, fat and carbohydrat) because the
patients appetite can be influenced by several factor such as the clinical condition of the patient.
ABSTRAK
Latar belakang: Persepsi pasien tentang pelayanan makanan dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu kualitas makanan,
ketepatan waktu, profesionalitas layanan, suhu, sikap staf yang menyajikan.Tingkat kecukupan zat gizi baik makro
ataupun mikro berkaitan dengan penilaian kualitas makanan yang disajikan.
Tujuan: Mengetahui hubungan tingkat kepuasan makan pasien non communicable diseses dengan kecukupan gizi di
rumah sakit bersertifikasi halal.
Metode: Penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross-sectional. Data diolah menggunakan uji statistik Chi
Square. Penelitian dilakukan dengan metode wawancara menggunakan panduan kuesioner kepuasan pelayanan makanan
yang meliputi ketepatan waktu, variasi menu, tampilan menu, cita rasa, kebersihan dan penampilan petugas.
Hasil: Tidak ada hubungan antara tingkat kepuasan pasien dengan kecukupan gizi pasien non communicable diseases di
Rumah Sakit bersertifikasi halal dengan p>0,05.Hal ini dipengaruhi oleh adanya penurunan nafsu makan pada pasien.
Simpulan: Tigkat kepuasan tidak berhubungan dangan kecukupan gizi pasien (Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat)
karena nafsu makan pasien dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi klinis pasien.
petugas yang menyajikan makanan.4 Berdasarkan mempengaruhi tingkat kepuasan pasien terhadap
penelitian yang dilakukan di rumah sakit Universitas pelayanan di rumah sakit.10,11
Airlangga, Surabaya pada tahun 2016 menunjukkan Perhitungan sisa makanan pasien di RSI
bahwa tingkat kepuasan pasien berhubungan dengan UNISMA telah dilakukan setiap 3 bulan sekali.
tingkat kecukupan energi dan protein pada pasien5. Berdasarkan evaluasi triwulan sisa makanan pasien
Selain faktor kepuasan yang terdiri dari mencapai <20%. Instalasi gizi RSI UNISMA belum
ketepatan waktu distribusi, variasi menu makanan, melakukan penelitian yang membahas tentang
cita rasa, kebersihan alat serta penampilan petugas, hubungan kepuasan pasien dengan kecukupan gizi
saat ini faktor kehalalan juga menjadi hal yang perlu pada pasien rawat inap dengan non communicable
diperhatikan. Beberapa rumah sakit telah diseases. Pasien non communicable diseases yang
menerapkan sistem syari’ah dengan karakteristik dirawat di RSI UNISMA terdiri dari diabetes melitus,
yang membedakannya dengan rumah sakit lain, salah hipertensi, gagal ginjal, penyakit jantung ataupun
satunya adalah penerapan kehalalan pangan dalam stroke. Pasien non communicable diseases
sistem penyelenggaraan makanan.6 memerlukan energi, protein, lemak, dan karbohidrat
Hadirnya rumah sakit syariah di tengah- yang cukup untuk mempercepat proses kesembuhan
tengah penduduk Indonesia yang mayoritas Islam serta menghindari terjadinya malnutrisi. Kejadian
membuktikan bahwa kesadaran akan halal life style malnutrisi atau penurunan status gizi pasien dapat
di masyarakat telah berkembang. Indonesia meningkatkan resiko komplikasi, memperpanjang
merupakan Negara dengan penduduk Muslim masa rawat inap serta meningkatkan biaya perawatan
mencapai 207,17 juta jiwa atau sekitar 87,18% di dibandingkan dengan pasien dengan status gizi
tahun 2010. Berdasarkan Global Islamic State Report normal.12 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pada tahun 2018/2019 mengenai konsumsi makanan hubungan tingkat kepuasan makanan dan kecukupan
dan minuman halal, Indonesia menempati peringkat gizi pada pasien non communicable diseases di
atas degan total pengeluaran sebesar $170 miliar.7 rumah sakit bersertifikasi halal.
Sebagai Negara dengan mayoritas Muslim
hendaknya segala bentuk barang yang beredar baik
METODE
itu makanan, minuman, kosmetik serta kebutuhan
Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit
lainya harus aman dan halal, karena sudah sepatutnya
Islam Universitas Islam Malang (RSI UNISMA),
konsumen mendapatkan perlindungan terhadap
Kota Malang, Jawa Timur. Penelitian ini
kehalalan suatu produk yang beredar.8
dilaksanakan selama 2 bulan yaitu dari bulan
Rumah Sakit Islam UNISMA merupakan
November hingga Desember 2021. Populasi
rumah sakit yang menerapkan sistem
penelitian ini adalah pasien dengan penyakit Non
penyelenggaraan makanan yang bersertifikasi halal
Communicable Diseases yang menjalani rawat inap
guna menjamin kehalalan makanan yang diberikan
minimal 24 jam di RS UNISMA. Teknik
kepada pasien. Instalasi Gizi RSI UNISMA
perngambilan subjek penelitian menggunakan teknik
mendapatkan sertifikasi halal dari Lembaga
random sampling. Kriteria inklusi pasien laki-laki
Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika,
dan perempuan, usia 45-70 tahun, mendapatkan diet
Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI) Jawa
makanan biasa atau lunak, didiagnosa diabetes
Timur sejak 2019 hingga tahun 2021. Sertifikasi halal
melitus, dislipidemia, hipertensi, gagal ginjal ataupun
yang diperoleh merupakan upaya pihak Instalasi Gizi
cardiac hearth failure, berasal dari semua kelas rawat
RSI UNISMA dalam menyajikan menu yang sehat,
inap (kelas 1,2, 3 dan VIP), bisa berkomunikasi
berkualitas, terjaga kebersihannya dan tentunya
dengan baik, serta bersedia mengikuti proses
halal.
wawancara. Adapun kriteria eksklusi penelitian
Penelitian tentang perbedaan kepuasan
antara lain pasien sebelum dan pasca bedah, pasien
makan di rumah sakit bersertifikasi halal dan tidak
dengan kemoterapi, pasien yang memiliki alergi,
bersertifikasi halal menunjukkan adanya perbedaan
serta pasien yang dirawat di ruang ICU dan ICCU.
pada tingkat kepuasan. Pada rumah sakit
Setelah dihitung dengan rumus slovin dengan total 40
bersertifikasi halal, sebanyak 100% merasa puas dan
pasien perhari maka ditemukan besar subjek
sangat puas (50,7% puas dan 49,3% sangat puas)
penelitian yaitu 36 orang.13
terhadap pelayanan makan yang diberikan pihak
Penelitian ini merupakan penelitian
rumah sakit sedangkan pada rumah sakit yang tidak
observasional analitik dengan pendekatan cross
bersertifikasi halal menunjukkan bahwa 100% pasien
sectional. Metode yang digunakan dalam
merasa puas terhadap pelayanan makan yang
pengambilan data adalah wawancara dengan
diberikan.9 Penelitian tentang faktor-faktor yang
panduan kuesioner kepuasan pelayanan makanan. Isi
mempengaruhi kepuasan pasien Muslim terhadap
kuesioner terdiri dari 40 pertanyaan yang
pelayanan rumah sakit menunjukkan bahwa dokter
dikategorikan menjadi enam indikator seperti
dan halal food menjadi faktor utama yang
Copyright 2022, P-ISSN: 2337-6236; E-ISSN: 2622-884X
Journal of Nutrition College, Volume 11, Nomor 3, Tahun 2022, 213
ketepatan waktu, variasi menu, tampilan menu, cita Sebelum mendapat wawancara mengenai
rasa, kebersihan dan penampilan petugas. Siklus kepuasan terhadap pelayanan makan, pasien akan
menu yang digunakan adalah siklus menu ke 1 diwawancara mengenai pengetahuan akan makanan
hingga siklus ke 11. Penilaian tingkat kepuasan halal. Proses wawancara mengenai pengetahuan akan
menggunakan skala likert 1-4 dengan interpretasi 1 makanan halal dilakukan meggunakan questioner
sangat tidak puas, 2 tidak puas, 3 puas dan 4 sangat yang telah disediaakan oleh Instalasi Gizi RSI
puas. Data diolah dan diinterpretasikan UNISMA. Lembar questioner berisi 5 pertanyaan
menggunakan excel dan SPSS® uji Chi square. Jika dengan skala likert 1-4 yaitu sangat tidak setuju, tidak
skor kepuasan melebihi 62,5% maka dapat dikatakan setuju, setuju dan sangat setuju Penelitian ini telah
bahwa pasien merasa puas dengan pelayananya, mendapatkan uji kelayakan etik di komisi etik RSI
sebaliknya jika skor menunjukkan angka kurang dari UNISMA dengan Nomor izin
62,5% maka pasien belum merasa puas dengan 12/XI/2021/KEPK.RSIUNISMA.
pelayanan makan di Rumah sakit.5
Perhitungan asupan gizi seperti energi,
HASIL
protein, lemak dan karbohidrat dilakukan
Karakteristik Pasien Subjek Penelitian
menggunakan aplikasi Nutrisurvey®. Data asupan
Karakteristik subjek penelitian yang
gizi ditentukan berdasarkan sisa makanan pasien
berpartisipasi dalam penelitian dikatergorikan dalam
yang didapatkan dengan metode Comstock.14
beberapa aspek seperti umur, jenis kelamin dan
Perhitungan sisa makanan pada subjek dilakukan
tingkat pendidikan. Variabel perancu dalam
selama satu hari yang meliputi sisa makan pagi,
penelitian ini adalah kondisi fisiologis pasien seperti
makan siang, makan malam serta selingan. Lama
kemampuan mengunyah dan menelan. Subjek
penelitian yang dilakukan adalah dua bulan.
penelitian beragam baik dari segi usia ataupun
Pengukuran tingkat kecukupan gizi dilakukan
tingkat pendidikan. Mayoritas subjek penelitian
dengan membandingkan pemenuhan asupan dengan
berada pada rentang umur 60-70 tahun. Pendidikan
standar kecukupan gizi. Standar Kecukupan gizi
subjek penelitian juga beragam yaitu dari Sekolah
menurut Departemen Kesehatan RI tahun 1996 yaitu,
Dasar hingga Strata 2. (Tabel 1)
defisit tingkat berat <70%, defisit tingkat sedang 70-
79%, defisit ringan 80-89%, cukup 90-119% dan
lebih >120%.
Kepuasan Pelayanan Makanan Sebanyak 25% pasien merasa puas dan 75% pasien
Tabel 2 menunjukkan bahwa semua subjek merasa sangat puas dengan pelayanan makanan yang
penelitian menyatakan puas dan sangat puas terhadap diberikan.
penyelenggaraan makanan di RSI UNISMA.
Energi 29 81 7 19
Protein 32 89 4 11
Lemak 34 94 2 6
Karbohidrat 25 69 11 31
hygiene dan sanitasi, serta penggunaan air kotor Banyaknya sisa makanan pasien
untuk keperluan produksi makanan.23 menggambarkan tingkat kecukupan gizi pasien. Jika
Wadah makanan terbuat dari bahan yang sisa makanan banyak maka kebutuhan gizi pasien
aman serta bebas dari zat yang beracun yang dapat tersebut belum adekuat. Pemenuhan asupan gizi
membahayakan tubuh. Peralatan harus dicuci bersih pasien di Rumah Sakit dipengaruhi oleh beberapa
untuk meminimalisir jumlah bakteri pada alat faktor dalam diri pasien (faktor interal) antara lain
tersebut.4 Rumah sakit Islam Unisma menggunakan kesukaan atau preferensi, perilaku makan, kondisi
3 bak pencuci. Bak pertama untuk merendam dengan mual dan muntah, sakit kepala, lemas, serta gangguan
air panas, bak kedua untuk mencuci dengan sabun pengecapan yang diakibatkan oleh sakit yang diderita
dan air mengalir, bak ketiga untuk membilas dengan pasien.25
air mengalir. Dalam ajaran Islam, thaharah adalah Perubahan kondisi internal pasien sangat
kegiatan membersihkan diri dari kotoran dan najis. berpengaruh terhadap sisa makanan paisen. Selain
Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam karena faktor internal, pengaruh obat yang diberikan
penyelenggaran makan adalah kebersihan dari alat juga memberikan dampak yang cukup signifikan,
makan. karena obat tersebut ada yang menimbulkan efek
Menurut Keputusan Kepala Penyelenggara samping berupa anoreksia, mual, muntah ataupun
Jaminan Produk Halal No. 57 Tahun 2021, pelaku konstipasi yang memicu penurunan nafsu makan.18
usaha wajib memisahkan tempat distribusi dan
penjualan produk halal dan tidak halal. Pemisahan ini Hubungan Antara Tingkat Kepuasan Dengan
tidak hanya lokasi dan pelayanannya saja namun Kecukupan Energi Pasien
termasuk alat yang digunakan, fasilitas pencucian Hubungan kepuasan pelayanan makanan
peralatan, peralatan untuk pengemas serta personal rumah sakit dengan tingkat kecukupan energi,
yang bertugas. Hal ini menjadi penting karena untuk protein, lemak dan karbohidrat pasien di RSI
menjaga kesucian dan kehalalan produk yang UNISMA Tahun 2021 disajikan pada Tabel 5. Tabel
disajikan.19 5 menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang
Adapun indikator kepuasan pasien yang signifikan antara tingkat kepuasan pasien dengan
terakhir yaitu variasi menu makanan. Variasi tingkat kecukupan kebutuhan energi, protein, lemak
makanan sangat berpengaruh nyata terhadap status dan karbohidrat pada pasien dengan dibuktikan
gizi. Hal ini dikarenakan setiap makanan yang berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square, didapatkan
dikonsumsi mengandung berbagai jenis zat yang hasil pada hubungan tingkat kepuasan dengan
dibutuhkan oleh tubuh. Menu yang bervariasi adalah kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat
tidak adanya pengulangan menu yang sama dalam yaitu p>0,05. Hal tersebut dapat diartikan bahwa
satu siklus. Variasi menu makananan akan walaupun pasien merasa puas dengan pelayanan
merangsang pasien dalam meningkatkan selera makan, belum tentu kebutuhannya tercukupi. Hasil
makan. Selain itu, variasi menu juag tersusun dari tabulasi silang yang terdapat pada tabel 4
kombinasi makanan yang telah diperhitungkan menunjukkan bahwa 14 orang defisit energi, 6 orang
kualitas dan kuantitasnya. Menu yang bervariasi akan defisit protein, 2 orang defisit lemak serta 13 orang
menambah gairah untuk makan sehingga makanan defisit karbohidrat namun mereka puas terhadap
yang disajikan akan habis dimakan oleh pasien.24 pelayanan makan rumah sakit.
Terdapat banyak faktor yang dapat
Tingkat Kecukupan Gizi Pasien mempengaruhi tingkat kecukupan energi dan zat gizi
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebanyak 81% pada pasien diantaranya yaitu pasien mengalami
pasien sudah tercukupi kebutuhan energinya, penurunan nafsu makan sehingga akan berdampak
sebanyak 89% sudah tercukupi kebutuhan proteinya, pada kecukupan energi dan zat gizi pasien. Nafsu
sebanyak 94% sudah terpenuhi kebutuhan lemaknya makan adalah keinginan untuk mendapatkan jenis
serta sebanyak 69% sudah terpenuhi kebutuhan makanan tertentu yang berguna untuk dimakan.26
karbohidratnya. Kehilangan nafsu makan dapat disebabkan karena
Perhitungan kecukupan gizi dilakukan beberapa hal seperti kondisi fisiologi, terapi obat,
berdasarkan hasil pemantauan sisa makanan dengan ataupun terapi hemodialisis pada pasien gagal
menggunakan metode comstock. Setelah dilakukan ginjal.27 Depresi dapat menyebabkan adanya
pengamatan terhadap sisa makanan paisen, beberapa penurunan nafsu makan jika ditinjau dari pendekatan
pasien masih belum menghabiskan makanannya psikologis.18
yang dibuktikan dengan angka sisa makanan yang Penelitian ini sejalan dengan penelitian di
mencapai >50%. Sisa makanan yang melebihi 50% Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang
disebabkan oleh peurunan nafsu makan pada tahun 2019, bahwa tidak ada hubungan yang
beberapa pasien. bermakna (p value 1,000) antara sisa makanan
dengan tingkat kecukupan gizi.28 Penelitian di
Copyright 2022, P-ISSN: 2337-6236; E-ISSN: 2622-884X
Journal of Nutrition College, Volume 11, Nomor 3, Tahun 2022, 217
Malaysia menyatakan bahwa tidak ada hubungan Hal ini dikuatkan dengan adanya UU No.33
antara tingkat kepuasan makan dengan sisa makanan tahun 2014 maka penyediaan makanan halal bukan
pasien dengan p value > 0.5.1 hanya tanggungjawab industri makanan saja, namun
Penelitian ini tidak sejalan dengan beberapa juga menjadi kewajiban bagi penyedia makanan di
teori yang menyatakan bahwa kepuasan pelayanan rumah sakit, restoran, katering, dan bahwakn
makanan rumah sakit sangat berpengaruh terhadap makanan darurat. Hal ini disebabkan karena sudah
kecukupn gizi pasien. Menurut hasil penelitian menjadi hak ummat Islam untuk medapat makanan
tentang hubungan kepuasan pelayanan makanan yang terjamin kehalalanya.19
rumah sakit dan asupan makanan dengan perubahan Labelisasi halal pada sebuah produk dan jasa
status gizi pasien diperoleh hasil bahwa pasien yang memberikan nilai tambah berupa Islamic branding.
merasa puas dengan pelayanan makanan rumah sakit Islamic branding tidak hanya sebatas penggunaan
mempunyai asupan makan yang tinggi dan sisa nama, simbol, tulisa atau perpaduanya. Sebuah
makanan yang sedikit.2,5 produk atau jasa dengan Islamic branding harus
menerapkan prinsip-prinsip syariah yang merupakan
Kesadaran Pasien Terhadap Halal Food wujud dari nilai Islam. Labelisasi halal pada
Rumah sakit merupakan salah satu tempat penyelenggaraan makan di dapur Rumah Sakit
yang menyelenggarakan makanan untuk pasien yang merupakan salah satu strategi dalam mempengaruhi
menjalani perawatan. Sesuai dengan Fatwa Dewan minat beli konsumen, khususnya konsumen muslim.
Syariah Nasional dan Majelis Ulama Indonesia Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
No.107/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman menyatakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan
Penyelenggaraan Rumah Sakit Berdasarkan Prinsip dari Islamic Branding terhadap minta beli konsumen
Syariah, rumah sakit wajib menggunakan obat- Muslim.32
obatan, makanan, dan minuman yang terjamin Labelisasi halal dalam sebuah produk
kehalalanya dibuktikan dengan adanya sertifikasi ataupun jasa mempunyai hubungan dan secara parsial
halal dari MUI.19 mempengaruhi secara signifikan terhadap keputusan
Tabel 6 menunjukkan bahwa sebanyak 36 pembelian. Hal tersebut membuktikan bahwa
orang setuju dan sangat setuju dengan pentingnya keberadaan label halal memberikan sinergi positif
memilih pangan halal. Sebagian besar pasien juga dalam mempengaruhi keputusan konsumen dalam
mengetahui bahwasanya RSI UNISMA telah membeli suatu produk. Batasan konsumsi dalam
menerapkan kebijakan dapur halal di instalasi Islam sebagaimana dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 168
gizinya. RSI UNISMA menempatkan beberapa yang mana ayat tersebut menjelaskan bahwa batasan
informasi tentang dapur halal dibeberapa sudut konsumsi dalam syariat Islam antara lain halal dan
rumah sakit guna memberikan informasi mengenai haram, sumber makanan yang baik, cocok, bersih,
kebijakan halal yang telah diterapkan. dan tidak menjijikkan.33
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk
mengetahui persepsi masyarakat terhadap kebijakan SIMPULAN
halal yaitu sebagian besar masyarakat sudah Hasil analisis statistik menunjukkan tidak
mengetahui tentang kebijakan produk halal, logo terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
halal merupakan salah satu informasi yang kepuasan pasien dengan tingkat kecukupan
menunjukkan produk halal, serta para subjek kebutuhan energi, protein, lemak dan karbohidrat.
penelitan berharap bahwa semua produk harus Hal tersebut dapat diartikan bahwa walaupun pasien
terjamin kehalalanya.29 Adapun beberapa faktor yang merasa puas dengan pelayanan makan, belum tentu
mempengaruhi pemilihan produk atau keputusan kebutuhanya tercukupi. Hal tersebut dapat
pembelian produk halal yaitu pemahaman mengenai dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi
urgensi produk halal, kemasan, dan kebersihan.30 klinis pasien yang berpengaruh kepada penurunan
Makanan yang disajikan dalam pelayanan nafsu makan.
penyelenggaraan makanan, harus merupakan Diharapkan adanya penelitian terkait
makanan yang halal dan thayyib dan ada baiknya jika hubungan tingkat kepuasan makanan dan kecukupan
penyelenggaraan makanan tersebut memiliki gizi pada pasien yang tidak membutuhkan diet
sertifikat halal. Sertifikat halal memberikan manfaat khusus seperti pada ibu melahirkan. Perlu adanya
perlindungan kepada konsumen muslim terhadap kontrol terhadap penggunaan obat serta menghindari
produk yang tidak halal serta meningkatkan nilai jual pemilihan subjek yang mengalami gangguan
produk pelaku usaha. Hal ini disebabkan karena menelan atau penurunan nafsu makan karena kerena
konsumen tidak akan ragu lagi untuk memilih produk faktor tersebut mempengaruhi asupan/kecukupan
pelaku usaha yang mempunyai logo atau sertifikat gizi pada pasien.
halal.31