You are on page 1of 11

Jurnal Dunia Gizi, Vol. 1, No.

2, Desember 2018: 101-111

ISSN : 2614-6479 (Online)


Online sejak Januari 2018
https://ejournal.helvetia.ac.id/jdg Journal of The World of Nutrition

ORIGINAL ARTICLE

HUBUNGAN LAMA KEPESERTAAN PROLANIS DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN


GIZI DAN KEPATUHAN DIET PASIEN Diabetes Mellitus DI PUSKESMAS GILINGAN
SURAKARTA

Long Relationship With Prolanical Partnership Level Of Nutrition Knowledge And


Compliance Diet Of Diabetes Mellitus PatientsIn Puskesmas Gilingan Surakarta

Fadia Ayu Puspita1*, Luluk Ria Rakhma2


1
Mahasiswa Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta
2
Dosen Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta
*
Penulis Korespondensi

ABSTRACT

Background: Chronic disease management program is a health service system that is carried out by means of a
proactive approach which involves participants, health facilities and health BPJS for patients with chronic
diseases. Diabetes mellitus is a chronic disease which in healing cannot be one hundred percent cured but can
be controlled. From the preliminary survey, data was obtained from Gilingan Health Center, there were 53.33%
of Diabetes Mellitus patients who were registered as Prolanis participants.
Purpose: Purpose this study almed to determine the relationship between prolanis membership duration and
nutritional knowledge and the level of DM patient's diet compliance at the Puskesmas Gilingan Surakarta.
Method: this study is observational through cross sectional approach. Respondents in this study amounted to 43
people by sampling using simple random sampling. Measurement of membership duration using attendance
attendance, measurement of nutritional knowledge level using a questionnaire, and measurement of diet
compliance using a form recall 24 hour. Data were analyzed by Pearson Product Moment test.
Result: The average length of participation of prolanis participants is active, namely 65.10%, the average level
of nutrition knowledge is classified as good, namely 83.0%, and the average compliance of the patient's diet is
categorized as obedient, namely 62.80%.
Conclusion: Participation in becoming a prolanist member has a strong relationship in relation to nutritional
knowledge and the level of compliance with diabetes mellitus patients

Key Words : Prolanis, Knowledge, Diet Obedience, Diabetes Mellitus

ABSTRAK

Pendahuluan: Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) adalah suatu sistem pelayanan kesehatan yang
dilakukan dengan cara pendekatan proaktif yang pelaksanaanya melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS
kesehatan untuk penderita penyakit kronis. Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang dalam
penyembuhannya tidak dapat seratus persen sembuh tetapi dapat dikontrol. survei pendahuluan didapatkan data
dari Puskesmas Gilingan terdapat 53,33% pasien Diabetes Melitus yang terdaftar sebagai peserta Prolanis.
Tujuan: Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui hubungan lama kepesertaan Prolanis dengan
pengetahuan gizi dan tingkat kepatuhan diet pasien DM di Puskesmas Gilingan Surakarta.
Metode: penelitian ini bersifat observasional melalui pendekatan cross sectional. Responden penelitian ini
berjumlah 43 orang dengan cara pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Pengukuran lama
kepesertaan menggunakan absensi kehadiran penyuluhan, pengukuran tingkat pengetahuan gizi menggunakan

Fadia Ayu Puspita: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Email: fadiapuspita@gmail.com


101
Jurnal Dunia Gizi, Vol. 1, No. 2, Desember 2018: 101-111

kuisioner, dan pengukuran kepatuhan diet menggunakan form recall 24 jam. Data dianalisis dengan uji Pearson
Product Moment.
Hasil: Rata-rata lama kepesertaan peserta prolanis tergolong aktif yaitu 65,10%, rata-rata tingkat pengetahuan
gizi tergolong baik yaitu 83,0%, dan rata-rata kepatuhan diet pasien tergolong patuh yaitu 62,80%.
Kesimpulan: Lama kepesertaan menjadi anggota prolanis memiliki hubungan kuat dalam kaitannya dengan
pengetahuan gizi dan tingkat kepatuhan pasien diabetes mellitus.

Kata Kunci : Prolanis, Pengetahuan, Kepatuhan Diet, Diabetes Melitus

PENDAHULUAN penderita diabetes melitus tipe I sebesar 1.957


Program Pengelolaan Penyakit Kronis jiwa (1).
(Prolanis) adalah suatu sistem pelayanan Diabetes melitus masuk dalam kategori
kesehatan yang dilakukan dengan cara penyakit menahun, sehingga perlu dilakukan
pendekatan proaktif yang pelaksanaanya pencegahan komplikasi lebih lanjut . Prolanis
melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS merupakan suatu program dari BPJS berbentuk
kesehatan untuk penderita penyakit pelayanan kesehatan yang mengacu pada
kronis.Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan tindakan proaktif serta terintegrasi dengan
Prolanis ini adalah memotivasi peserta prolanis melibatkan anggota keluarga, fasilitas kesehatan
dalam tercapainya kualitas hidup yang lebih yang dilakukan guna mencapai pemeliharaan
optimal dengan indikator kehadiran 75% peserta kesehatan bagi anggota BPJS sehingga dapat
yang berkunjung ke FKTP (Fasilitas Kesehatan memperbaiki kualitas hidup dengan biaya yang
Tingkat Pertama). dikeluarkan lebih efektif dan efisien (2).
Diabetes melitus merupakan penyakit Faktor utama pasien diabetes melitus
kronis yang difasilitasi dalam kegiatan Prolanis yang menyebabkan terjadinya peningkatan
yang dapat ditangani ditingkat primer dan kadar gula darah dalam tubuh adalah pola diet
dilakukan untuk mencegah terjadinya (3). Peningkatan kadar gula darah setelah makan
komplikasi . Hiperglikemia atau meningkatnya memberikan respon yang berhubungan dengan
kadar glukosa darah akibat dari gangguan banyaknya jumlah monosakarida dan jumlah
metabolisme protein, lemak, karbohidrat, dan karbohidrat yang dikonsumsi oleh pasien
juga dapat disebabkan karena terjadinya diabetes melitus (4).
penurunan kerja insulin merupakan efek yang Diabetes melitus merupakan penyakit
biasanya sering ditemukan pada pasien diabetes kronis yang dalam penyembuhannya tidak dapat
melitus. Diabetes melitus (DM) merupakan seratus persen sembuh tetapi dapat dikontrol.
penyakit kronis yang disebabkan karena Penderita diabetes melitus membutuhkan
pankreas tidak cukup memproduksi insulin atau perawatan yang berkesinambungan untuk
tidak efektifnya tubuh dalam menggunakan meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik
insulin yang dihasilkan oleh pankreas. yaitu salah satunya dengan dilakukan upaya
Data profil kesehatan Jawa Tengah promotif dan preventif yang dilakukan oleh
tahun 2016, penderita diabetes melitus BPJS yaitu kegiatan Program Pengelolaan
diperoleh sebesar 80,97 per 1000 penduduk Penyakit Kronis (PROLANIS). Prolanis
dengan diabetes melitus tipe 2 sebesar 72,56 memiliki enam kegiatan untuk mencapai
per 1000 penduduk dan diabetes melitus tipe 1 tujuannya yaitu konsultasi medis, edukasi
sebanyak 8,41 per 1000 penduduk. Sedangkan kelompok peserta Prolanis, SMS Gateway,
Profil Kesehatan Kota Surakarta, 2014 Home Visit,dan aktifitas Klub (senam) (5).
mengatakan bahwa penyakit Diabetes Melitus Kegiatan dalam Prolanis lebih mendasar
masuk dalam lima kelompok terbesar penyakit pada penyandang penyakit diabetes melitus dan
tidak menular. Tahun 2014 penderita diabetes hipertensi dikarenakan penyakit tersebut dapat
melitus tipe II sebesar 29.045 jiwa, sedangkan ditangani ditingkat primer dan dilakukan untuk
mencegah terjadinya komplikasi. Dalam

Fadia Ayu Puspita: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Email: fadiapuspita@gmail.com


102
Jurnal Dunia Gizi, Vol. 1, No. 2, Desember 2018: 101-111

pelaksanaannya dilakukan secara terintegrasi mengetahuilebihlanjut mengenai“Hubungan


dengan melibatkan peserta, anggota keluarga, Lama Kepesertaan Prolanis dengan Tingkat
fasilitas kesehatan dan BPJS untuk mendukung Pengetahuan Gizi dan Kepatuhan Diet Pasien
peningkatan kualitas hidup penderita penyakit DM di Puskesmas Gilingan”.
kronis.
Kepatuhan terhadap diet sulit dicapai METODE
karena sering memerlukan perubahan jangka Jenis penelitian ini adalah penelitian
panjang dalam kebiasaan konsumsi dan metode observasional yaitu penelitian yang menjelaskan
persiapan makanan (6). Menurut Farahani adanya hubungan antara variabel melalui
Dastjani et al, dalam faktor yang memyebabkan pengujian hipotesis dengan pendekatan cross
ketidakpatuhan mengikuti edukasi antara lain sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan
keyakinan, sikap, dukungan keluarga, dan Juli 2018. Tempat penelitian ini di Puskesmas
kepribadian. Perubahan semacam itu bisa sangat Gilingan Surakarta dengan kriterian inklusi :
sulit bagi orang dewasa karena pendapatan terdaftar sebagai peserta Prolanis sejak 2017,
mereka rendah dan mereka tidak dapat bisa membaca dan menulis. Total responden
menanggung biaya finansial dari perilaku diet pada penelitian ini adalah 43 orang yang
baru yang memerlukan pengganti makanan dilakukan secara simple random sampling.
lebih mahal (7). Pengetahuan merupakan salah Variabeldalam penelitian ini adalah lama
satu faktor yang dapat memperngaruhi tingkat kepesertaan Prolanis sebagai variabel bebas dan
kepatuhan. Pengetahuan memiliki beberapa tingkat pengetahuan gizi penderita Dm dan
faktor yang mempengaruhi yaitu pendidikan, kepatuhan diet Dm sebagai variabel terikat.
ekonomi, hubungan bersosial, pengaruh media Lama kepesertaan Prolanis diukur
massa, dan pengalaman pribadi (5). menggunakan absensi kehadiran penyuluhan
Pengetahuan adalah salah satu faktor dari Januari 2017-Juni 2018. Tingkat
yang berperan penting dalam mempengaruhi pengetahuan gizi penderita Dm diukur
perilaku penderita diabetes melitus ,perilaku menggunakan kuisioner dengan 23 item
yang dilakukan dengan dasar pengetahuan akan pernyataan. Tipe kuisioner dalam penelitian ini
lebih mudah dalam pelaksanaannya daripada bersifat tertutup, dimana jika benar
perilaku yang dilakukan dengan tidak mendapatkan skor 1 dan jawaban salah
melibatkan pengetahuan. Salah satu cara yang mendapatkan skor 0. Pengukuran kepatuhan diet
dilakukan guna mencegah terjadinya diabetes pasien Dm menggunakan form recall 24 jam
melitus adalah dengan diterapkannya diet selama 4 kali dengan hari yang tidak berurutan.
diabetes melitus, walaupun masih bayak Analisis univariat dilakukan dengan
penderita DM yang tidak patuh dalam mendeskripsikan frekuensi masing-masing
melaksanakan diet. tingkat pengetahuan yang variabel yaitu lama kepesertaan, tingkat
rendah akan dapat mempengaruhi pola makan pengetahuan gizi , dan kepatuhan diet pasien
yang salah sehingga menyebabkan obesitas, Dm. Analisis bivariat dilakukan untuk
yang akhirnya mengakibatkan kenaikan kadar mengetahui ada tidaknya hubungan antar
glukosa darah (8). variabel. Uji normalitas menggunakan uji
Dari survei pendahuluan didapatkan data Kolmogorov-smirnov dan uji korelasi
dari Puskesmas Gilingan terdapat 53,33% menggunakan uji Perason Product Moment
pasien Diabetes Melitus yang terdaftar sebagai untuk data berdistribusi normal. Penelitian ini
peserta Prolanis . Kegiatan yang dilakukan telah mendapat pesetujuan dari Komisi Etik
adalah senam aerobik yang dilakukan setiap Penelitian Kesehatan (FEKP) Fakultas
minggu setiap hari Sabtu dan edukasi Kedokteran Universitas Muhammadiyah
(penyuluhan) yang dilakukan satu bulan sekali Surakarta dengan nomor ethical clearance
setiap hari Sabtu di minggu ketiga. 1316/B.1/KEKP-FKUMS/VIII/2018.
Berdasarkanuraiandiatas,penelitiingin

Fadia Ayu Puspita: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Email: fadiapuspita@gmail.com


103
Jurnal Dunia Gizi, Vol. 1, No. 2, Desember 2018: 101-111

HASIL menjadi peserta Prolanis di Puskesmas Gilingan


Gambaran umum: Puskesmas Gilingan Surakarta, jumlah responden penelitian ini
merupakan salah satu puskesmas yag ada di berjumlah 43 orang. Analisis karakteristik
wilayah Surakarta. Letaknya yang berada di sampel berdasarkan jenis kelamin, usia,
sebelah utara kota Surakarta dengan wilayah pendidikan terakhir, pekerjaan , dan status gizi
kerja di Kecamatan Banjarsari dan lebih dapat dilihat di Tabel 1.
tepatnya berada di alamat Bibis Wetan RT 03/ Tabel 1 menunjukkan data karakteristik
XIX, Gilingan, Banjarsari, Surakarta. subjek penelitian yang dikumpulkan meliputi
Perencanaan program-program gizi untuk usia. Kategori usia menurut WHO pada
menanggulangi masalah gizi di Puskesmas penelitian ini dibedakan menjadi 2 golongan
Gilingan yaitu penyuluhan tentang gizi yaitu usia 45-59 tahun dan 60-74 tahun,
seimbang dan kebiasaan makan yang baik, responden pada penelitian ini sebagian besar
pemberian PMT, penyuluhan PHBS dan adalah usia pertengahan yaitu memiliki
memantau berat badan secara teratur. persentase sebesar 86,00% (37 orang).
Karakteristik Sampel: Responden
dalam penelitian ini adalah penderita DM yang
Tabel 1.
Analisis Karakteristik Responden
Status Gizi
Karakteristik Tidak normal Normal Jumlah
n Persentase n persentase
Jenis Kelamin
Laki-laki 1 25 3 75 4
Perempuan 28 71,8 11 28,2 39
Usia
45-59 tahun 25 67,5 12 32,5 37
60-74 tahun 4 66,7 2 33,3 6
Pendidikan
SD 4 80 1 20 5
SMP 8 72,7 3 27,3 11
SMA 13 39,4 20 60,6 33
PT 5 71,5 2 28,5 7
Pekerjaan
IRT/Tidak bekerja 20 76,9 6 23,1 26
Wiraswasta/Pedagang 3 33,3 6 66,7 9
Pensiunan PNS 7 87,5 1 12,5 8
n= jumlah sampel
Menurut (9) bahwa usia yang beresiko yaitu diperoleh persentase sebesar 71,8%.yang
terkena DM adalah usian > 40 tahun karena mempunyai status gizi tidak normal dan yang
adanya intoleransi glukosa dan proses penuaan normal sebesar 21,8% . Perempuan memiliki
yang menyebabkan kurangnya sel beta pankreas resiko lebih besar untuk menderita DM tipe 2
dalam memproduksi insulin. Sejalan dengan dibandingkan dengan laki-laki, berhubungan
peningkatan usia juga dapat menyebabkan dengan kehamilan dimana kehamilan
intoleransi laktosa akan mengalami merupakan faktor resiko untuk terjadinya
peningkatan. diabetes melitus (10). Hasil penelitian juga
Tabel 1 menunjukkan hasil dari penelitian sejalan dengan pernyataan Djuned, 2014 bahwa
ini sebagian besar responden adalah perempuan perempuan lebih mudah terkena DM krena

Fadia Ayu Puspita: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Email: fadiapuspita@gmail.com


104
Jurnal Dunia Gizi, Vol. 1, No. 2, Desember 2018: 101-111

perempuan lebih banyak meiliki LDL atau menjadi 2 kelompok yaitu aktif dan tidak aktif.
kolesterol jahat tingkat trigliserida dibandingkan Keaktifan didefinisikan sebagai jumlah
dengan laki-laki (11). kehadiran peserta dalam kegiatan Prolanis dari
Pendidikan Terakhir: Pendidikan tahun 2017 yang terdaftar aktif (absensi). Tabel
merupakan salah satu unsur terpenting dalam 6 menunjukkan hasil penlitian diperoleh
membantu seseorang memperoleh informasi responden pada penilitain ini tergolong aktif
(12). Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional yaitu diperoleh persentase terbanyak dalam
No. 20 Tahun 2003 pendidikan dibedakan kategori aktif sebesar 65,10%. Keaktifan yang
menjadi 3 tingkatan, yaitu pendidikan dasar dilakukan seseorang suatu frekuensi keterlibatan
(SD/SLTP/sederajat), pendidikan lanjut dan keikutsertaan dalam kegiatan secara rutin
(SMA/sederajat), dan pendidikan tinggi setiap bulan dan merupakan suatu bentuk
(Akademik/Institusi/sekolah tinggi). Hasil perilaku kesehatan untuk memelihara serta
penilitian menunjukkan pendidikan terakhir meningkatkan kesehatan secara optimal (16).
responden paling banyak pada jenjang SMA Distribusi Tingkat Pengetahuan Gizi:
(pendidikan lanjut) yaitu diperoleh persentase Tingkat pengetahuan gizi penderita DM
sebesar 60,6% (20 orang). Tingkat pendidikan dilakukan menggunakan kuisioner yang terdiri
dapat mempengaruhi terjadinya penyakit DM. dari 23 item pertanyaan kepada 43 responden.
Orang yang memiliki pendidikan tinggi Pada tabel 2 menunjukkan hasil penelitian
cenderung akan memiliki banyak pengetahuan bahwa tingkat pengetahuan responden tergolong
tentang kesehatan, dengan adanya pengetahuan baik yaitu dengan persentase sebesar 83,70.
yang luas orang tersebut akan lebih menjaga Pengetahuan gizi yang baik ini didukung
kesehatannya (13). Menurut Allorerung, Sekeon dengan tingkat pendidikan responden yang
and Joseph, 2016 mengungkapkan bahwa mayoritas tamat SMA (60,6%). Notoatmojo
semakin tinggi pendidikan resiko untuk terkena (2007) mengatakan bahwa pengetahuan adalah
DM semakin rendah dan tingkat pendidikan domain yang dapat mempengaruhi perilaku
rendah resiko terkena DM semakin tinggi (14). seseorang, karena perilaku yang didasari
Pendidikan dapat memberikan pengaruh dalam pengetahuan akan lebih bertahan lama
penilaian pentingnya tingkat kepatuhan, dibanding dengan perilaku yang tidak didasari
pengetahuan, dan jadwal kontrol pasien DM (5). pengetahuan.
Pekerjaan: Hasil penelitian Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan
menunjukkan pekerjaan responden paling Tingkat Pengetahuan Gizi Penderita DM
banyak yaitu Tidak bekerja/ IRT dengan Frekuensi Persentase
Kategori
persentase sebesar 76,9%.Hasil penelitian (n) (%)
Aprilia, 2015 menunjukkan responden yang Baik 36 83,70
tidak bekerja sebesar 5,7% sedangkan Kurang 7 16,30
responden yang bekerja sebesar 4,1%. Dari hasil Total 43 100
uji statistik didapatkan nilai probabilitasnya Beberapa penelitian mengatakan bahwa
sebesar 0,009 yang berarti ada hubungan yang kurangnya pengetahuan mengenai DM
signifikan antara pekerjaan dengan penyakit menyebabkan pasien cenderung tidak mematuhi
DM, orang yang tidak bekerja memiliki pengobatan, diet dan insulin(17). Pengetahuan
kecenderungan 1,39 kali untuk mengalami tingkat awal yang diperkenalkan mengenai
kejadian diabetes melitus dibanding dengan penyakit DM adalah perjalanan penyakit DM,
orang yang bekerja (15). terapi farmakologi dan non farmakologi,
Distribusi Lama Kepesertaan Prolanis: pengendalian dan pemantauan DM (PERKENI,
Kepesertaan sebagai peserta Prolanis ini 2011). Proses edukasi dapat dipahami sebagai
dilakukan dengan melihat absensi kegiatan suatu tindakan – tindakan yang terjadi dalam
Prolanis yakni penyuluhan dari bulan Januari memperoleh pengetahuan yang lebih luas (18).
2017 hingga Juni 2018 yang dikategorikan Menurut Wicaksono and Fajriyah (2018)

Fadia Ayu Puspita: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Email: fadiapuspita@gmail.com


105
Jurnal Dunia Gizi, Vol. 1, No. 2, Desember 2018: 101-111

mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi energi yang didapat dari recall 24 jam selama 4
pengetahuan adalah pendidikan, informasi atau hari tidak berurutan. Menurut PERKENI (2011)
media masa, sosial ekonomi budaya, mengatakan bahwa jumlah makanan yang
lingkungan, pengalaman, dan usia (5). Pada didefinisikan sebagai banyaknya kalori dalam
penelitian ini faktor yang mempengaruhi ukuran kkal dipengaruhi oleh beberapa faktor
pengetahuan adalah pendidikan. Orang yang seperti jenis kelamin, umur, aktifitas , dan status
memiliki pendidikan tinggi cenderung akan gizi.
memiliki banyak pengetahuan tentang kesehatan Tepat jenis dalam penelitian ini juga
(19). menunjukkan hasil tertinggi responden patuh
Distribusi Kepatuhan Diet: Prinsip pada terhadap jenis makanan yang dikonsumsi yaitu
diet DM adalah tepat jumlah, jenis, dan jadwal mendapatkan persentase 51,10% (22 orang).
(12). Kepatuhan diet pasien DM dipuskesmas Pemelihan jenis makanan pada penderita DM
tergolong patuh yaitu sebesar 27 orang dengan sangat bereperan penting karena dapat
persentase 62,80%. Karena dari hasil 3J mempengaruhi kadar gula darah dan
(jumlah, jenis, jadwal) pasien di Puskesmas pencegahan penyakit komplikasi diabetes (18).
Gilingan tergolong baik. Hal ini dipengaruhi Responden dalam penelitian ini sebagian besar
oleh tingkat pengetahuan responden pada sudah dapat membedakan jenis makanan yang
penelitian ini tergolong baik yaitu sebesar diperbolehkan untuk dikonsumsi seperti
83,76% yang sejalan dengan teori yang konsumsi karbohidrat kompleks, sumber protein
mengatakan bahwa pengetahuan penderita hewani/ nabati yang rendah lemak, sumber
diabetes melitus yang baik, maka sikap terhadap lemak tak jenuh, dan serat 20-35g/hari. Jenis
mematuhi diet dapat mendukung kepatuhan diet makanan responden meliputi makanan pokok
diabetes melitus itu sendiri. yang sering dikonsumsi yaitu nasi putih
Tabel 3. Distribusi Responden berdasarkan dicampur dengan nasi merah dan nasi merah,
Kepatuhan Diet pasien DM sumber protein hewani yaitu berbagai jenis ikan
Kategori Patuh seperti ikan lele, bawal, dan nila, sumber protein
Kepatuhan Diet Frekuensi Persentase nabati yaitu tempe dan tahu, sumber lemak tak
(n) (%) jenuh yang sering dikonsumsi yaitu buah
Jumlah 28 65,10 alpukat, dan sumber serat yang paling banyak
Jenis 22 51,10 dikonsumsi yaitu buncis, labu siam, apel, dan
Jadwal 26 60,50 pepaya.
Rata-rata 27 62,80 Konsumsi karbohidrat jenis karbohidrat
Kepatuhan Diet pasien diabetes melitus kompleks dianjurkan bagi penderita diabetes
pada penelitian ini menggunakan kuisioner 3J melitus karena karbohidrat kompleks memiliki
yaitu tepat jumlah, jenis dan jadwal. Kuisioner kandungan serat yang tinggi serta membutuhkan
3J terdiri dari aspek-aspek mengenai waktu dalam proses pembentukan energi
keppatuhan diet penderita diabetes melitus yang sehingga tubuh tidak cepat lapar dan energi
masiing-masing memiliki skor total 14 (tepat tersedia dalam waktu yang lama. Berbeda
jumlah total skor 4, tepat jenis total skor 4, dan dengan karbohidrat sederhana yang lebih mudah
tepat jadwal total skor 6). Hasil penelitan ini diubah menjadi glukosa karena struktur molekul
menunjukkan dari ketiga aspek kepatuhan diet cepat terurai didalam perut dan usus kecil
persentase tepat jumlah paling tinggi tingkat sehingga dapat meningkatkan kadar glukosa
kepatuhannya yaitu 28 responden sebesar dalam aliran darah sangat cepat (20).
65,10%. Tepat jumlah berisi tentang asupan Konsumsi protein dapat memicu
energi 90-11-% dari total kebutuhan, terjadinya sekresi insulin terutama pada
Karbohidrat 45-65% dari total kebutuhan penderita diabetes melitus tipe 2. Ketika protein
energi, konsumsi gula murni <5% (bukan diberikan bersamaan dengan glukosa, insulin
sebagai bumbu), dan lemak jenuh <7% dari total dapat menangkap glukosa dengan baik sehingga

Fadia Ayu Puspita: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Email: fadiapuspita@gmail.com


106
Jurnal Dunia Gizi, Vol. 1, No. 2, Desember 2018: 101-111

menyebabkan glukosa dalam darah berkurang yang sesuai jadwal adalah 3 kali makanan utama
(21). Konsumsi sumber lemak sangat perlu dan 3 kali selingan dengan jarak waktu 3 jam
diperhatikan bagi penderita diabetes melitus, yang bertujuan untuk mempertahankan status
mengatakan bahwa kadar lemak yang tinggi di kadar gula darah agar tetap stabil (22).
dalam akan menurunkan daya guna insulin. Penilitian ini menunjukkan bahwa persentase
Lemak yang baik dikonsumsi adalah sumber responden tergolong patuh yaitu 26 orang atau
lemak tak jenuh yang mengandung HDL atau 60,50% . Jika semakin jauh jarak antara makan
kolesterol baik, sedangkan sumner lemak jenuh pertama dengan makanan kedua atau antara
mengandung LDL atau kolesterol jahat. makanan selingan , maka semakin besar jumlah
Konsumsi lemak berlebih juga dapat makanan yang diinginkan oleh tubuh (4). Pada
mengakibatkan peningkatan lemak tubuh, penelitian ini sebagian besar responden sering
peningkatan jaringan adiposa, dan pembesaran melewatkan waktu pada saat konsumsi selingan
sel beta dimana ini akan mengakibatkan malam yaitu pukul (21.00-22.00) diperoleh
intoleransi glukosa dan menimbulkan terjadinya persentase sebesar 39,53% (17 orang), hal ini
diabetes (9). karena beberapa responden beranggapan waktu
Konsumsi serat 20-35g/ hari penting bagi makan terlalu malam, sedangkan beberapa
penderita diabetes melitus, serat berpengaruh responden jika mengkonsumsi selingan malam
dalam penurunan kadar glukosa darah yang dibawah pukul 21.00.
terjadi didalam lambung yang mempunyai Hubungan lama Kepesertaan Prolanis
kemampuan untuk memiliki rasa kenyang yang dengan Pengetahuan Gizi dan Tingkat
lebih lama dan keterlambatan penyampaian zat Kepatuhan Diet pasien DM: Kesehatan
gizi menuju ke usus halus. Kemudian secara Nasional sejak Januari 2014, sesuai dengan
tidak langsung dapat menurunkan kecepatan Undang-Undang No. 40 Tahun 20014 tentang
difusi pada permukaan mukosa usus sehingga Sistem Jaminan Sosial Nasional, maka Fasilitas
mengakibatkan terjadinya penurunan glukosa Kesehatan Tingkat Pertama (Puskesmas)
darah (19). Apriliyani mengatakan bahwa sebagai garda dalam memberikan pelayanan
dibandingkan dengan buah atau serat yang kesehatan yang dapat melaksanakan
berasal dari sayuran diet tinggi serat yang PROLANIS melalui kerjasama dengan BPJS
berasal dari sereal dapat menurunkan risiko untuk melakukan pembinaan bagi penderita
terjadinya diabetes melitus (10). penyakit kronis.
Menurut Tirtonegoroklaten (2015)
mengatakan bahwa waktu makan pasien DM
Tabel 4. Analisis Hubungan Lama Kepesertaan Prolanis
dengan Pengetahuan Gizi pasien DM
Kepesertaan Prolanis
Aktif Tidak aktif Jumlah p-Value
n Persentase n Persentase
Pengetahuan Gizi
Baik 28 77,7 8 22,3 36 0,00
Kurang 0 0 7 46,6 7
Kepatuhan diet
Patuh 26 96,3 1 3,7 27 0,002
Tidak patuh 2 12,5 14 87,5 16
*) Uji Korelasi Pearson Product Moment(ChiSquare)
Keikutsertaan peserta Prolanis di penelitan ini adalah Penyuluhan mengenai
Puskesmas dilihat dari peserta mengikuti diabetes melitus. Tujuan Prolanis adalah
kegiatan rutin yang dilakukan di Puskesmas mendorong peserta penyandang penyakit kronis
setiap bulannya. Kegiatan Prolanis pada untuk dapat mencapai kualitas hidup yang lebih

Fadia Ayu Puspita: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Email: fadiapuspita@gmail.com


107
Jurnal Dunia Gizi, Vol. 1, No. 2, Desember 2018: 101-111

baik dan mencegah terjadinya komplikasi masyarakat akan pentingnya kesehatan


penyakit. Hasil dari analisis hubungan antara lingkungan menjadikan perilaku peduli
lama kepesertaan dengan tingkat pengetahuan kesehatan yang tinggi juga yang akan
gizi penderita diabetes melitus pada tabel 9 berdampak pada kegiatan yang dilakukan (16).
menunjukkan responden yang aktif memiliki Selain itu, dukungan sosial juga dapat
tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 28 mempengaruhi keaktifan seseorang dalam
orang (77,70%) yang menujukkan lebih tinggi menjalankan kegiatan kelompok seperti
dibandingkan dengan responden yang tidak aktif Prolanis. Dukungan sosial yang dilakukan
tetapi mempunyai tingkat pengetahuan yang adalah ketika anggota kelompok saling memuji
baik yaitu sebesar 22 % (8 orang). Hal ini satu sama lain, memberi semngat dan motivasi
sejalan dengan teori (23) yang menyatakan sesama peserta, memberikan saran dan saling
bahwa perilaku aktif itu dipengaruhi oleh berbagi perasaan (5). Hal ini sesuai dengan teori
faktor-faktor predisposisi yang salah satunya buffering hypothesiss yang mengatakan bahwa
adalaha pengetahuan responden. dukungan sosial dapat mempengaruhi kondisi
Bentuk respon aktif dalam kegiatan fisik dan pdikologis diabetisi tipe 2 dengan
adalah berupa tindakan nyata yang dilihat atau melindunginya dari efek negatif yang timbul
dinilai dengan mengamati tindakan nyata dari tekanan yang dialami oleh diabetesi tipe 2
melalui partisipasi, eksensi atau kehadiran. dalam menjalankan pengobatan, seakin aktif
Salah contoh bentuk respon aktif adalah dalam kegiatan kelompok dukungan akan
keaktifan peserta dalam mengikuti kegiatan tumbuh perasaan aman, nyaman sehingga akan
Prolanis. Dengan adanya partisipasi yang aktif meningkatkan perhatian terhadap diri sendiri
didalam kegiatan kelompok dukungan tersebut dan motivasi untuk melaksanakan pengelolaan
maka akan ada dukungan sosial dari kelompok penyakit (5).
tersebut yang dapat dirasakan peserta sehingga Dapat disimpulkan pada penelitian ini
membuat tingkat partisipasi semakin meningkat bahwa responden yang memiliki keaktifan
(5) . Pada penelitian ini sebagian besar peserta dalam kepesertaan Prolanis memiliki tingkat
aktif berpartisipasi mengikuti kegiatan Prolanis, pengetahuan yang baik. penyuluhan kesehatan
didasari dengan pendidikan terakhir yang mengenai penyakit hipertensi dan DM, hal ini
dimiliki peserta masuk dalam kategori lanjut tidak langsung dapat meningkatkan
(SMA) dan juga hasil dari tingkat pengetahuan pengetahuan bagi peserta Prolanis sehingga
tergolong baik. Dimana salah satu faktor yang dapat patuh dalam menjalani kegiatan Prolanis
mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan, (23).
tingkat pendidikan yang tinggi akan Penelitian lain yang dilakukan tentang
mempermudah seseorang dalam mendapatkan kadar glukosa darah puasa antara peserta
informasi dan edukasi yang diberikan sehingga Prolanis dan bukan peserta Prolanis
menjadikan seseorang tersebut mempunyai menunjukkan hasil bahwa kelompok yang
pengetahuan yang lebih luas (24). Faktor lain bukan peserta Prolanis memiliki kadar glukosa
yang mempengaruhi pengetahuan adalah usia, darah yang yang lebih tinggi dibandingkan
dimana semakin bertambahnya usia akan dengan kelompok yang merupakan peserta
mempengaruhi seseorang dalam bersikap dan Prolanis, yang diakibatkan karena kurangnya
bertindak. Ditinjau dari psikologis semakin pengetahuan terkait penanganan para pasien
matang usia seseorang menentukan tingkat DM. Dimana semua pasien DM yang mengikuti
kedewasaan yang semakin meningkat (25), pada kegiatan Prolanis mendapatkan edukasi setiap
penelitan ini rata-rata responden berusia 50-65 bulannya (26).
tahun. Hasil analisis uji korelasi Pearson
Kebudayaan lingkungan sekitar juga Product Moment menunjukkan bahwa p value
berpengaruh dalam perilaku seseorang untuk sebesar 0,00 (<0,05) yang berarti terdapat
menjaga kesehatannya, tingginya antusias hubungan yang signifikan antara kepesertaan

Fadia Ayu Puspita: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Email: fadiapuspita@gmail.com


108
Jurnal Dunia Gizi, Vol. 1, No. 2, Desember 2018: 101-111

Prolanis dengan tingkat pengetahuan gizi energi responden kurang, otomatis kandungan
penderita diabetes melitus di Puskesmas zat gizi mikro lainnyapun tidak tercukupi (19).
Gilingan Surakarta. Dilihat dari jenis makanan yang dikonsumsi
Hasil analisis hubungan kepesertaan hampir sama antara yang patuh dengan tidak
Prolanis dengan kepatuhan diet pasien DM patuh yaitu yang tergolong patuh 51,10% dan
dapat dilihat pada tabel 4, menunjukkan bahwa tidak patuh 48,90%, hal ini dapat dipengaruhi
sebanyak 96,30% responden yang patuh oleh faktor penyajian makanan yang
tergolong aktif dalam kegiatan prolanis dikonsumsi.
sedangkan responden yang tidak patuh Hasil dari penelitian ini dapat
tergolong tidak aktif dalam kegiatan prolanis disimpulkan bahwa responden yang memiliki
sebesar 87,50%. Berdasarkan hasil penelitian kepatuhan yang tergolong patuh cenderung aktif
dengan menggunakan form recall 24 jam untuk dalam kepesertaan kegiatan Prolanis. Sejalan
melihat asupan makan responden yang dengan penelitian (27), adanya hubungan antara
dituangkan kedalam kuisioner yang sesuai kekatifan dalam kegiatan Prolanis dengan
dengan prinsip 3J (jumlah, jenis, dan jadwal) ketahanan stabilitas gula darah normal. Semakin
(13). rendah keaktifan dalam kegiatan Prolanis, maka
Diet merupakan terapi utama pada kadar gula darah semakin tidak stabil. Penelitian
penderita diabetes melitus maka setiap penderita yang dilakukan oleh Frier et al. (1995) peran
semestinya mempunyaai sikap yang positif intervensi pelatihan melalui pendidikan
terhadap diet diabetes melitus, maka akan kesehatan mempengaruhi tingkat kepatuhan
terjadi komplikasi baik akut maupun kronis. diet diabetes melitus dimana pasien lebih
Untuk mempertahankan kualitas hidup dan berhati-hati dalam memonitor gula darah setelah
menghindari komplikasi dari diabetes melitus dilakukan intervensi (29).
tersebut, maka setiap penderita harus
menjalankan gaya hidup yang sehat yaitu diet PENUTUP
diabetes melitus dan olahraga yang teratur. Keaktifan dalam mengikuti kegiatan
Faktor lain yang juga mempengaruhi kepatuhan Prolanis berhubungan dengan pengetahuan gizi
diet adalah penyuluhan gizi, dimana pada dan tingkat kepatuhan diet pasien dm. Semakin
penelitian ini penyuluhan dilakukan setiap bulan aktif keikutsertaan maka berpengaruh pada
secara rutin. Penyuluhan gizi akan memberikan pengetahuan yang lebih baik dan juga
informasi tentang penyakit, cara mengobati kepatuhan diet yang tergolong patuh.
melalui makanan yang akan menentukan derajat
kepatuhan diet oleh tenaga kesehatan (27). UCAPAN TERIMAKASIH
Kepercayaan yang muncul dari pasien juga Terimakasih kepada Dinas Kesehatan
dipengaruhi bagaimana intensitas terhadap Kota Surakarta yang telah memberikan ijin
interaksi dengan tenaga kesehatan yang penelitian. Puskesmas Gilingan Surakarta yang
dilakukan, karena interaksi yang baik oleh telah membantu jalannya penelitian.
tenaga kesehatan misalnya sikap ramah dan
sopan yang diberikan untuk pasien sehingga KONFLIK KEPENTINGAN
dapat membuat pasien merasa nyaman dan akan Tidak ada konflik dalam proses publikasi
menimbulkan keyakinan pasien untuk mematuhi artikel ini.
diet (28).
Tingkat kepatuhan diet pasien jika dilihat DAFTAR PUSTAKA
berdasarkan jumlah kecukupan asupan energi 1. Badan Penelitian dan Pengembangan
umumnya responden patuh 65,10%. Energi Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
merupakan zat gizi yang diperoleh dari (RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional
2013. 2013.
karbohidrat, lemak, dan protein yang ada
2. Idris F. Pengintegrasian Program Preventif
didalam bahan makanan, jadi jika kecukupan Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 PT Askes

Fadia Ayu Puspita: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Email: fadiapuspita@gmail.com


109
Jurnal Dunia Gizi, Vol. 1, No. 2, Desember 2018: 101-111

(Persero) ke Badan Penyelenggara Jaminan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian DM


Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). J tipe 2 di Puskemas Ranotana Weru Kota
Indon Med Assoc. 2014;64(3):115–21. Manado tahun 2016. J Kesehat Masy.
3. Gannon MC, Nuttall FQ, Saeed A, Jordan 2016;2(1):1–8.
K, Hoover H. An increase in dietary 15. Aprilia A. Obesitas pada Anak Sekolah
protein improves the blood glucose Dasar. Major Fak Kedokt Univ Lampung.
response in persons with type 2 diabetes. 2015;4(7):45–8.
Am J Clin Nutr. 2003;78(4):734–41. 16. Prihantoro CTRI, Studi P, Masyarakat K,
4. Fleeson W, Jayawickreme E, Jones ABAP, Kesehatan FI, Surakarta UM. Hubungan
Brown NA, Serfass DG, Sherman RA, et antara pengetahuan dengan keaktifan di
al. No {Title}. J Pers Soc Psychol. posyandu lansia desa klaseman kecamatan
2017;1(1):1188–97. gatak kabupaten sukoharjo tahun 2016.
5. Wicaksono S, Fajriyah NN. Hubungan 2016;
Keaktifan dalam Klub Prolanis Terhadap 17. Badawi. Type 2 diabetes mellitus and
Peningkatan Kualitas Hidup Diabetisi Tipe inflammation: Prospects for biomarkers of
2. 2018; risk and nutritional intervention. Diabetes,
6. Krepia V, Tzenalis A, Lavdaniti M, Beneka Metab Syndr Obes Targets Ther. 2010;173.
A, Psychogiou M, Serpanou I, et al. 18. Husnah, Zufry H, Maisura. Hubungan
Diabetic patients’ compliance to the Pengetahuan Dengan Kepatuhan Pasien
recommended treatment: A qualitative Diabetes Melitus Dalam Menjalani Terapi
study in Greece. Int J Caring Sci. Di RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
2011;4(3):126–32. J Kedokt Syiah Kuala. 2014;14(Dm):62–6.
7. Farahani Dastjani F, Shamsi M, Khorsandi 19. Syam N, Kesehatan FI, Surakarta UM.
M, Ranjbaran M, Rezvanfar M. Evaluation Hubungan Tingkat Pengetahuan Diet
of the effects of education based on health Diabetes Mellitus Terhadap Asupan Serat
belief model on medication adherence in Pasien Diabetes Mellitus. 2016;
diabetic patients. Iran J Endocrinol Metab. 20. Anto A, Sudarman S, Manggabarani S. The
2016;18(2):143–50. Effect Of Counseling to Modification the
8. Amanina A, Raharjo B, Setyo F. Hubungan Lifestyle On Prevention Of Obesity In
Asupan Karbohidrat dan Serat dengan Adolescents. Promot J Kesehat Masy.
Kejadian DM Tipe II di Wilayah Kerja 2017;7(2):99–106.
Puskesmas Purwosari. Univ 21. J MM, John K, Agen P, Bertram K, Wb A,
Muhammadiyah Surakarta. 2015;1–12. Jn B, et al. 49 Universitas Sumatera Utara.
9. Zahtamal. Diabetes Melitus atau yang 2009;49–56.
disingkat ( DM ) gangguan kesehatan 22. Tirtonegoroklaten S. Correlation Between
berupa makan yang tidak sehat dan pola Family Support And Dietary Compliance
kepribadian tipe A . 2007;653. In Patients With Type 2 Diabetes Mellitus
10. Apriliyani S. Kaki Diabetik Pada Penderita At The Internal Medicine Clinic Of Dr .
Diabetes Melitus. 2018; Soeradji Tirtonegoro.
11. Djuned S. Pengaruh Diet Indeks Glikemik 2015;II(September):1–18.
Tinggi Dan Rendah Terhadap Kadar 23. Purnamasari VD. Dalam Menjalani
Glukosa Darah Atlet. 2014; Pengobatan Di Puskesmas.
12. Daud R, Afrida. Hubungan Pengetahuan 24. Tanti MY. Hubungan Pengetahuan Gizi
Pasien DM dengan Kepatuhan dalam Dengan Kebiasaan Makan Peserta Didik
Menjalani Diet Khusus di RS Stella Kelas Xi Jasa Boga Smk N 6 Yogyakarta.
Makasar. J Ilm Kesehat Diagnosis. Skripsi. 2013. 1-126 p.
2014;5(4):403–8. 25. Pertiwi HW. Faktor-Faktor Yang
13. Risti KN, Isnaeni FN. Hubungan Motivasi Berhubungan Dengan Frekuensi Kehadiran
Diri Dan Pengetahuan Gizi Terhadap Lanjut Usia Di Posyandu Lansia. J Ilm
Kepatuhan Diet Dm Pada Pasien Diabetes Kebidanan. 2013;4(1):1–14.
Mellitus Tipe Ii Rawat Jalan Di Rsud 26. Siyami NURF, Gizi PD, Jenjang A, Gizi J,
Karanganyar. J Kesehat. 2017;10(2):94– Kesehatan P, Kesehatan K. Poltekkes
103. Kemenkes Yogyakarta | i. 2017;
14. Allorerung D, Sekeon S, Joseph W. 27. Primahuda A, Sujianto U. Hubungan
Hubungan antara Umur, Jenis Kelamin, Antara Kepatuhan Mengikuti Program

Fadia Ayu Puspita: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Email: fadiapuspita@gmail.com


110
Jurnal Dunia Gizi, Vol. 1, No. 2, Desember 2018: 101-111

Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) Pantangan Makanan dengan Kelancaran


BPJS Dengan Stabilitas Gula Darah Pada Produksi ASI pada Ibu Menyusui di Kota
Penderita Diabetes Melitus Di Puskesmas Makassar. J Dunia Gizi. 2018;1(1):1–9.
Babat Kabupaten Lamongan. J Jur 29. Frier B, Barr SC, Walker J. Fatal cardiac
Keperawatan. 2016;1–8. arrest following acute hypoglycaemia in a
28. Manggabarani S, Hadi AJ, Said I, Bunga S. diabetic patient. Vol. 12, Practical Diabetes
Hubungan Status Gizi, Pola Makan, International. 1995. 284-284 p.

Fadia Ayu Puspita: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Email: fadiapuspita@gmail.com


111

You might also like