Professional Documents
Culture Documents
ORIGINAL ARTICLE
ABSTRACT
Background: Chronic disease management program is a health service system that is carried out by means of a
proactive approach which involves participants, health facilities and health BPJS for patients with chronic
diseases. Diabetes mellitus is a chronic disease which in healing cannot be one hundred percent cured but can
be controlled. From the preliminary survey, data was obtained from Gilingan Health Center, there were 53.33%
of Diabetes Mellitus patients who were registered as Prolanis participants.
Purpose: Purpose this study almed to determine the relationship between prolanis membership duration and
nutritional knowledge and the level of DM patient's diet compliance at the Puskesmas Gilingan Surakarta.
Method: this study is observational through cross sectional approach. Respondents in this study amounted to 43
people by sampling using simple random sampling. Measurement of membership duration using attendance
attendance, measurement of nutritional knowledge level using a questionnaire, and measurement of diet
compliance using a form recall 24 hour. Data were analyzed by Pearson Product Moment test.
Result: The average length of participation of prolanis participants is active, namely 65.10%, the average level
of nutrition knowledge is classified as good, namely 83.0%, and the average compliance of the patient's diet is
categorized as obedient, namely 62.80%.
Conclusion: Participation in becoming a prolanist member has a strong relationship in relation to nutritional
knowledge and the level of compliance with diabetes mellitus patients
ABSTRAK
Pendahuluan: Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) adalah suatu sistem pelayanan kesehatan yang
dilakukan dengan cara pendekatan proaktif yang pelaksanaanya melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS
kesehatan untuk penderita penyakit kronis. Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang dalam
penyembuhannya tidak dapat seratus persen sembuh tetapi dapat dikontrol. survei pendahuluan didapatkan data
dari Puskesmas Gilingan terdapat 53,33% pasien Diabetes Melitus yang terdaftar sebagai peserta Prolanis.
Tujuan: Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui hubungan lama kepesertaan Prolanis dengan
pengetahuan gizi dan tingkat kepatuhan diet pasien DM di Puskesmas Gilingan Surakarta.
Metode: penelitian ini bersifat observasional melalui pendekatan cross sectional. Responden penelitian ini
berjumlah 43 orang dengan cara pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Pengukuran lama
kepesertaan menggunakan absensi kehadiran penyuluhan, pengukuran tingkat pengetahuan gizi menggunakan
kuisioner, dan pengukuran kepatuhan diet menggunakan form recall 24 jam. Data dianalisis dengan uji Pearson
Product Moment.
Hasil: Rata-rata lama kepesertaan peserta prolanis tergolong aktif yaitu 65,10%, rata-rata tingkat pengetahuan
gizi tergolong baik yaitu 83,0%, dan rata-rata kepatuhan diet pasien tergolong patuh yaitu 62,80%.
Kesimpulan: Lama kepesertaan menjadi anggota prolanis memiliki hubungan kuat dalam kaitannya dengan
pengetahuan gizi dan tingkat kepatuhan pasien diabetes mellitus.
perempuan lebih banyak meiliki LDL atau menjadi 2 kelompok yaitu aktif dan tidak aktif.
kolesterol jahat tingkat trigliserida dibandingkan Keaktifan didefinisikan sebagai jumlah
dengan laki-laki (11). kehadiran peserta dalam kegiatan Prolanis dari
Pendidikan Terakhir: Pendidikan tahun 2017 yang terdaftar aktif (absensi). Tabel
merupakan salah satu unsur terpenting dalam 6 menunjukkan hasil penlitian diperoleh
membantu seseorang memperoleh informasi responden pada penilitain ini tergolong aktif
(12). Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional yaitu diperoleh persentase terbanyak dalam
No. 20 Tahun 2003 pendidikan dibedakan kategori aktif sebesar 65,10%. Keaktifan yang
menjadi 3 tingkatan, yaitu pendidikan dasar dilakukan seseorang suatu frekuensi keterlibatan
(SD/SLTP/sederajat), pendidikan lanjut dan keikutsertaan dalam kegiatan secara rutin
(SMA/sederajat), dan pendidikan tinggi setiap bulan dan merupakan suatu bentuk
(Akademik/Institusi/sekolah tinggi). Hasil perilaku kesehatan untuk memelihara serta
penilitian menunjukkan pendidikan terakhir meningkatkan kesehatan secara optimal (16).
responden paling banyak pada jenjang SMA Distribusi Tingkat Pengetahuan Gizi:
(pendidikan lanjut) yaitu diperoleh persentase Tingkat pengetahuan gizi penderita DM
sebesar 60,6% (20 orang). Tingkat pendidikan dilakukan menggunakan kuisioner yang terdiri
dapat mempengaruhi terjadinya penyakit DM. dari 23 item pertanyaan kepada 43 responden.
Orang yang memiliki pendidikan tinggi Pada tabel 2 menunjukkan hasil penelitian
cenderung akan memiliki banyak pengetahuan bahwa tingkat pengetahuan responden tergolong
tentang kesehatan, dengan adanya pengetahuan baik yaitu dengan persentase sebesar 83,70.
yang luas orang tersebut akan lebih menjaga Pengetahuan gizi yang baik ini didukung
kesehatannya (13). Menurut Allorerung, Sekeon dengan tingkat pendidikan responden yang
and Joseph, 2016 mengungkapkan bahwa mayoritas tamat SMA (60,6%). Notoatmojo
semakin tinggi pendidikan resiko untuk terkena (2007) mengatakan bahwa pengetahuan adalah
DM semakin rendah dan tingkat pendidikan domain yang dapat mempengaruhi perilaku
rendah resiko terkena DM semakin tinggi (14). seseorang, karena perilaku yang didasari
Pendidikan dapat memberikan pengaruh dalam pengetahuan akan lebih bertahan lama
penilaian pentingnya tingkat kepatuhan, dibanding dengan perilaku yang tidak didasari
pengetahuan, dan jadwal kontrol pasien DM (5). pengetahuan.
Pekerjaan: Hasil penelitian Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan
menunjukkan pekerjaan responden paling Tingkat Pengetahuan Gizi Penderita DM
banyak yaitu Tidak bekerja/ IRT dengan Frekuensi Persentase
Kategori
persentase sebesar 76,9%.Hasil penelitian (n) (%)
Aprilia, 2015 menunjukkan responden yang Baik 36 83,70
tidak bekerja sebesar 5,7% sedangkan Kurang 7 16,30
responden yang bekerja sebesar 4,1%. Dari hasil Total 43 100
uji statistik didapatkan nilai probabilitasnya Beberapa penelitian mengatakan bahwa
sebesar 0,009 yang berarti ada hubungan yang kurangnya pengetahuan mengenai DM
signifikan antara pekerjaan dengan penyakit menyebabkan pasien cenderung tidak mematuhi
DM, orang yang tidak bekerja memiliki pengobatan, diet dan insulin(17). Pengetahuan
kecenderungan 1,39 kali untuk mengalami tingkat awal yang diperkenalkan mengenai
kejadian diabetes melitus dibanding dengan penyakit DM adalah perjalanan penyakit DM,
orang yang bekerja (15). terapi farmakologi dan non farmakologi,
Distribusi Lama Kepesertaan Prolanis: pengendalian dan pemantauan DM (PERKENI,
Kepesertaan sebagai peserta Prolanis ini 2011). Proses edukasi dapat dipahami sebagai
dilakukan dengan melihat absensi kegiatan suatu tindakan – tindakan yang terjadi dalam
Prolanis yakni penyuluhan dari bulan Januari memperoleh pengetahuan yang lebih luas (18).
2017 hingga Juni 2018 yang dikategorikan Menurut Wicaksono and Fajriyah (2018)
mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi energi yang didapat dari recall 24 jam selama 4
pengetahuan adalah pendidikan, informasi atau hari tidak berurutan. Menurut PERKENI (2011)
media masa, sosial ekonomi budaya, mengatakan bahwa jumlah makanan yang
lingkungan, pengalaman, dan usia (5). Pada didefinisikan sebagai banyaknya kalori dalam
penelitian ini faktor yang mempengaruhi ukuran kkal dipengaruhi oleh beberapa faktor
pengetahuan adalah pendidikan. Orang yang seperti jenis kelamin, umur, aktifitas , dan status
memiliki pendidikan tinggi cenderung akan gizi.
memiliki banyak pengetahuan tentang kesehatan Tepat jenis dalam penelitian ini juga
(19). menunjukkan hasil tertinggi responden patuh
Distribusi Kepatuhan Diet: Prinsip pada terhadap jenis makanan yang dikonsumsi yaitu
diet DM adalah tepat jumlah, jenis, dan jadwal mendapatkan persentase 51,10% (22 orang).
(12). Kepatuhan diet pasien DM dipuskesmas Pemelihan jenis makanan pada penderita DM
tergolong patuh yaitu sebesar 27 orang dengan sangat bereperan penting karena dapat
persentase 62,80%. Karena dari hasil 3J mempengaruhi kadar gula darah dan
(jumlah, jenis, jadwal) pasien di Puskesmas pencegahan penyakit komplikasi diabetes (18).
Gilingan tergolong baik. Hal ini dipengaruhi Responden dalam penelitian ini sebagian besar
oleh tingkat pengetahuan responden pada sudah dapat membedakan jenis makanan yang
penelitian ini tergolong baik yaitu sebesar diperbolehkan untuk dikonsumsi seperti
83,76% yang sejalan dengan teori yang konsumsi karbohidrat kompleks, sumber protein
mengatakan bahwa pengetahuan penderita hewani/ nabati yang rendah lemak, sumber
diabetes melitus yang baik, maka sikap terhadap lemak tak jenuh, dan serat 20-35g/hari. Jenis
mematuhi diet dapat mendukung kepatuhan diet makanan responden meliputi makanan pokok
diabetes melitus itu sendiri. yang sering dikonsumsi yaitu nasi putih
Tabel 3. Distribusi Responden berdasarkan dicampur dengan nasi merah dan nasi merah,
Kepatuhan Diet pasien DM sumber protein hewani yaitu berbagai jenis ikan
Kategori Patuh seperti ikan lele, bawal, dan nila, sumber protein
Kepatuhan Diet Frekuensi Persentase nabati yaitu tempe dan tahu, sumber lemak tak
(n) (%) jenuh yang sering dikonsumsi yaitu buah
Jumlah 28 65,10 alpukat, dan sumber serat yang paling banyak
Jenis 22 51,10 dikonsumsi yaitu buncis, labu siam, apel, dan
Jadwal 26 60,50 pepaya.
Rata-rata 27 62,80 Konsumsi karbohidrat jenis karbohidrat
Kepatuhan Diet pasien diabetes melitus kompleks dianjurkan bagi penderita diabetes
pada penelitian ini menggunakan kuisioner 3J melitus karena karbohidrat kompleks memiliki
yaitu tepat jumlah, jenis dan jadwal. Kuisioner kandungan serat yang tinggi serta membutuhkan
3J terdiri dari aspek-aspek mengenai waktu dalam proses pembentukan energi
keppatuhan diet penderita diabetes melitus yang sehingga tubuh tidak cepat lapar dan energi
masiing-masing memiliki skor total 14 (tepat tersedia dalam waktu yang lama. Berbeda
jumlah total skor 4, tepat jenis total skor 4, dan dengan karbohidrat sederhana yang lebih mudah
tepat jadwal total skor 6). Hasil penelitan ini diubah menjadi glukosa karena struktur molekul
menunjukkan dari ketiga aspek kepatuhan diet cepat terurai didalam perut dan usus kecil
persentase tepat jumlah paling tinggi tingkat sehingga dapat meningkatkan kadar glukosa
kepatuhannya yaitu 28 responden sebesar dalam aliran darah sangat cepat (20).
65,10%. Tepat jumlah berisi tentang asupan Konsumsi protein dapat memicu
energi 90-11-% dari total kebutuhan, terjadinya sekresi insulin terutama pada
Karbohidrat 45-65% dari total kebutuhan penderita diabetes melitus tipe 2. Ketika protein
energi, konsumsi gula murni <5% (bukan diberikan bersamaan dengan glukosa, insulin
sebagai bumbu), dan lemak jenuh <7% dari total dapat menangkap glukosa dengan baik sehingga
menyebabkan glukosa dalam darah berkurang yang sesuai jadwal adalah 3 kali makanan utama
(21). Konsumsi sumber lemak sangat perlu dan 3 kali selingan dengan jarak waktu 3 jam
diperhatikan bagi penderita diabetes melitus, yang bertujuan untuk mempertahankan status
mengatakan bahwa kadar lemak yang tinggi di kadar gula darah agar tetap stabil (22).
dalam akan menurunkan daya guna insulin. Penilitian ini menunjukkan bahwa persentase
Lemak yang baik dikonsumsi adalah sumber responden tergolong patuh yaitu 26 orang atau
lemak tak jenuh yang mengandung HDL atau 60,50% . Jika semakin jauh jarak antara makan
kolesterol baik, sedangkan sumner lemak jenuh pertama dengan makanan kedua atau antara
mengandung LDL atau kolesterol jahat. makanan selingan , maka semakin besar jumlah
Konsumsi lemak berlebih juga dapat makanan yang diinginkan oleh tubuh (4). Pada
mengakibatkan peningkatan lemak tubuh, penelitian ini sebagian besar responden sering
peningkatan jaringan adiposa, dan pembesaran melewatkan waktu pada saat konsumsi selingan
sel beta dimana ini akan mengakibatkan malam yaitu pukul (21.00-22.00) diperoleh
intoleransi glukosa dan menimbulkan terjadinya persentase sebesar 39,53% (17 orang), hal ini
diabetes (9). karena beberapa responden beranggapan waktu
Konsumsi serat 20-35g/ hari penting bagi makan terlalu malam, sedangkan beberapa
penderita diabetes melitus, serat berpengaruh responden jika mengkonsumsi selingan malam
dalam penurunan kadar glukosa darah yang dibawah pukul 21.00.
terjadi didalam lambung yang mempunyai Hubungan lama Kepesertaan Prolanis
kemampuan untuk memiliki rasa kenyang yang dengan Pengetahuan Gizi dan Tingkat
lebih lama dan keterlambatan penyampaian zat Kepatuhan Diet pasien DM: Kesehatan
gizi menuju ke usus halus. Kemudian secara Nasional sejak Januari 2014, sesuai dengan
tidak langsung dapat menurunkan kecepatan Undang-Undang No. 40 Tahun 20014 tentang
difusi pada permukaan mukosa usus sehingga Sistem Jaminan Sosial Nasional, maka Fasilitas
mengakibatkan terjadinya penurunan glukosa Kesehatan Tingkat Pertama (Puskesmas)
darah (19). Apriliyani mengatakan bahwa sebagai garda dalam memberikan pelayanan
dibandingkan dengan buah atau serat yang kesehatan yang dapat melaksanakan
berasal dari sayuran diet tinggi serat yang PROLANIS melalui kerjasama dengan BPJS
berasal dari sereal dapat menurunkan risiko untuk melakukan pembinaan bagi penderita
terjadinya diabetes melitus (10). penyakit kronis.
Menurut Tirtonegoroklaten (2015)
mengatakan bahwa waktu makan pasien DM
Tabel 4. Analisis Hubungan Lama Kepesertaan Prolanis
dengan Pengetahuan Gizi pasien DM
Kepesertaan Prolanis
Aktif Tidak aktif Jumlah p-Value
n Persentase n Persentase
Pengetahuan Gizi
Baik 28 77,7 8 22,3 36 0,00
Kurang 0 0 7 46,6 7
Kepatuhan diet
Patuh 26 96,3 1 3,7 27 0,002
Tidak patuh 2 12,5 14 87,5 16
*) Uji Korelasi Pearson Product Moment(ChiSquare)
Keikutsertaan peserta Prolanis di penelitan ini adalah Penyuluhan mengenai
Puskesmas dilihat dari peserta mengikuti diabetes melitus. Tujuan Prolanis adalah
kegiatan rutin yang dilakukan di Puskesmas mendorong peserta penyandang penyakit kronis
setiap bulannya. Kegiatan Prolanis pada untuk dapat mencapai kualitas hidup yang lebih
Prolanis dengan tingkat pengetahuan gizi energi responden kurang, otomatis kandungan
penderita diabetes melitus di Puskesmas zat gizi mikro lainnyapun tidak tercukupi (19).
Gilingan Surakarta. Dilihat dari jenis makanan yang dikonsumsi
Hasil analisis hubungan kepesertaan hampir sama antara yang patuh dengan tidak
Prolanis dengan kepatuhan diet pasien DM patuh yaitu yang tergolong patuh 51,10% dan
dapat dilihat pada tabel 4, menunjukkan bahwa tidak patuh 48,90%, hal ini dapat dipengaruhi
sebanyak 96,30% responden yang patuh oleh faktor penyajian makanan yang
tergolong aktif dalam kegiatan prolanis dikonsumsi.
sedangkan responden yang tidak patuh Hasil dari penelitian ini dapat
tergolong tidak aktif dalam kegiatan prolanis disimpulkan bahwa responden yang memiliki
sebesar 87,50%. Berdasarkan hasil penelitian kepatuhan yang tergolong patuh cenderung aktif
dengan menggunakan form recall 24 jam untuk dalam kepesertaan kegiatan Prolanis. Sejalan
melihat asupan makan responden yang dengan penelitian (27), adanya hubungan antara
dituangkan kedalam kuisioner yang sesuai kekatifan dalam kegiatan Prolanis dengan
dengan prinsip 3J (jumlah, jenis, dan jadwal) ketahanan stabilitas gula darah normal. Semakin
(13). rendah keaktifan dalam kegiatan Prolanis, maka
Diet merupakan terapi utama pada kadar gula darah semakin tidak stabil. Penelitian
penderita diabetes melitus maka setiap penderita yang dilakukan oleh Frier et al. (1995) peran
semestinya mempunyaai sikap yang positif intervensi pelatihan melalui pendidikan
terhadap diet diabetes melitus, maka akan kesehatan mempengaruhi tingkat kepatuhan
terjadi komplikasi baik akut maupun kronis. diet diabetes melitus dimana pasien lebih
Untuk mempertahankan kualitas hidup dan berhati-hati dalam memonitor gula darah setelah
menghindari komplikasi dari diabetes melitus dilakukan intervensi (29).
tersebut, maka setiap penderita harus
menjalankan gaya hidup yang sehat yaitu diet PENUTUP
diabetes melitus dan olahraga yang teratur. Keaktifan dalam mengikuti kegiatan
Faktor lain yang juga mempengaruhi kepatuhan Prolanis berhubungan dengan pengetahuan gizi
diet adalah penyuluhan gizi, dimana pada dan tingkat kepatuhan diet pasien dm. Semakin
penelitian ini penyuluhan dilakukan setiap bulan aktif keikutsertaan maka berpengaruh pada
secara rutin. Penyuluhan gizi akan memberikan pengetahuan yang lebih baik dan juga
informasi tentang penyakit, cara mengobati kepatuhan diet yang tergolong patuh.
melalui makanan yang akan menentukan derajat
kepatuhan diet oleh tenaga kesehatan (27). UCAPAN TERIMAKASIH
Kepercayaan yang muncul dari pasien juga Terimakasih kepada Dinas Kesehatan
dipengaruhi bagaimana intensitas terhadap Kota Surakarta yang telah memberikan ijin
interaksi dengan tenaga kesehatan yang penelitian. Puskesmas Gilingan Surakarta yang
dilakukan, karena interaksi yang baik oleh telah membantu jalannya penelitian.
tenaga kesehatan misalnya sikap ramah dan
sopan yang diberikan untuk pasien sehingga KONFLIK KEPENTINGAN
dapat membuat pasien merasa nyaman dan akan Tidak ada konflik dalam proses publikasi
menimbulkan keyakinan pasien untuk mematuhi artikel ini.
diet (28).
Tingkat kepatuhan diet pasien jika dilihat DAFTAR PUSTAKA
berdasarkan jumlah kecukupan asupan energi 1. Badan Penelitian dan Pengembangan
umumnya responden patuh 65,10%. Energi Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
merupakan zat gizi yang diperoleh dari (RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional
2013. 2013.
karbohidrat, lemak, dan protein yang ada
2. Idris F. Pengintegrasian Program Preventif
didalam bahan makanan, jadi jika kecukupan Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 PT Askes