You are on page 1of 11

EVALUASI KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN HIV DAN

AIDS OLEH PEER EDUCATOR ‘DA BAJAY PADA REMAJA DI


LOKALISASI DOLLY SURABAYA
Mariayul Nur Hayati, Shrimarti Rukmini Devy
Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangg
E-mail: mariayulll@yahoo.com

Abstract : Adolescence who lived around RW VI Dolly prostitute was potentially do some
HIV and AIDS behavior. Because of that reason, adolescence needed a health education
about HIV and AIDS. One thing that could do was form peer education like ‘Da BaJay. The
objective of this research was evaluate health education about HIV and AIDS from peer
educator ‘Da BaJay to adolescence at RW VI Putat Jaya village, Surabaya. This study
method was descriptive observational research with cross-sectional design. Data were taken
by questioners, observation and interview. The quantitative variables were charactheristics
from peer educator, characteristics from adolescence, changed of knowledge’s level and
attitude’s level. The qualitative variables were communicator skills, material, channel
(media and method) and inhibitors factor of health education. The result of this research
shows that peer educators who give health education amount 3 people, 66,7% peer educator
are 17 years old and have an education level on senior high school. 100% peer educators
have a high knowledge’s level and high attitude’s level about HIV and AIDS. Beside that, the
adolescence who become partipant are 22 people, 31,8% adolescence are 14 years old,
59,1% adolescence have an education level junior high school. After health education, the
knowledge’s level from adolescence increase 22,5%and the attitude’s level increase 9,2%.
The factors that inhibit health education is crowded class.

Keywords: dolly prostitute, evaluate, HIV and AIDS, peer educator

Abstrak : Remaja RW VI yang bertempat tinggal di sekitar lokalisasi Dolly sangat


berpotensi untuk melakukan perilaku berisiko HIV dan AIDS. Oleh karena itu, diperlukan
adanya pendidikan kesehatan sebagai upaya pencegahan HIV dan AIDS. Salah satunya
melalui pendidik sebaya ‘Da BaJay. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi kegiatan
pendidikan kesehatan HIV dan AIDS oleh pendidik sebaya ‘Da BaJay pada remaja RW VI
Kelurahan Putat Jaya. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
Data diambil dari proses observasi, wawancara dan pembagian kuesioner. Variabel
penelitian kuantitatif adalah karakteristik pendidik sebaya, karakteristik remaja RW VI,
peningkatan tingkat pengetahuan dan tingkat sikap. Variabel kualitatif adalah kemampuan
komunikator, materi, saluran pendidikan kesehatan (media dan metode) dan hambatan dalam
pendidikan kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pendidik sebaya yang
memberikan pendidikan kesehatan berjumlah 3 orang, 66,7% pendidik sebaya berusia 17
tahun dan berpendidikan SMA, 100% pendidik sebaya memiliki tingkat pengetahuan dan
sikap yang tinggi tentang HIV dan AIDS. Sedangkan remaja RW VI yang menjadi
responden berjumlah 22 orang, 31,8% remaja berusia 14 tahun, 59,1% remaja berpendidikan
SMP. Setelah pendidikan kesehatan, tingkat pengetahuan remaja meningkat 22,5% dan
tingkat sikap remaja juga meningkat 9,2%. Menurut remaja RW VI kemampuan
berkomunikasi ketiga pendidik sebaya, materi, metode dan media termasuk kategori baik.
Hambatan yang terjadi adalah suasana kelas yang ramai.

Kata kunci: evaluasi, HIV dan AIDS, lokalisasi Dolly, pendidik sebaya

66
67 Jurnal Promkes, Vol. 2 No. 1, Juli 2014 : 66-76

PENDAHULUAN menyebutkan bahwasalah satu Kecamatan


dengan persebaran HIV dan AIDS
HIV dan AIDS masih menjadi tertinggi di Surabaya adalah Kecamatan
perhatian dunia. Berdasarkan data dari Sawahan.
UNAIDS, diestimasikan bahwa sejumlah Di Kecamatan Sawahan terdapat
35,3 juta orang hidup dengan HIV dan sebuah lokalisasi bernama Dolly. Kondisi
AIDS di tahun 2012. Sejumlah 260.000 lokalisasi yang berada di tengah
anak di dunia hidup dengan HIV dan permukiman warga tentu akanmendorong
AIDS pada tahun 2012 (UNAIDS, 2012). remaja untuk meniru dan berperilaku
Sedangkan pada tahun 2013, UNAIDS berisiko HIV dan AIDS. Teori Belajar
menyebutkan bahwa lebih dari 2 juta Sosial dari Bandura (1971) dalam Wagito
remaja antara 10 tahun hingga 19 tahun (2003) yang berpendapat bahwa proses
hidup dengan HIV. Di Indonesia, jumlah mengamati dan meniru perilaku dan sikap
penderita HIV dan AIDS cenderung orang lain sebagai model merupakan
tinggi. Hingga September 2013, diketahui tindakan belajar. Kondisi lingkungan
bahwa sebesar 20.413 kasus HIV dan sekitar individu sangat berpengaruh pada
2.763 kasus AIDS terjadi di Indonesia pola belajar sosial jenis ini. Faktor
(Kemenkes, 2013). Sedangkan Kasus HIV lingkungan mempengaruhi perilaku begitu
di Jawa Timur hingga September 2013 juga perilaku mempengaruhi lingkungan.
yakni sejumlah 15.273 dan AIDS Hal tersebut sesuai dengan hasil
sejumlah 7.795 (Kemenkes, 2013). penelitian dari Amaliyasari (2008) tentang
KPA (Komisi Penanggulangan Perilaku Seksual Anak Usia Pra Remaja
AIDS) Kota Surabaya menyatakan bahwa di Sekitar Lokalisasi dan Faktor yang
kasus HIV di Kota Surabaya hingga Mempengaruhi diketahui bahwa besar
September 2013 yakni sejumlah 351 dan pengaruh kontak remaja dengan lokalisasi
AIDS sejumlah 196. Berdasarkan data terhadap perilaku seksual remaja yakni
dari KPA juga diketahui persebaran HIV kemungkinan remaja yang mempunyai
dan AIDS menurut usia di Surabaya kontak tinggi dengan lokalisasi akan
seperti pada gambar 1 berikut: berperilaku seksual tidak wajar 3,545 kali
lebih besar jika dibandingkan dengan
40 remaja yang mempunyai kontak rendah
35 dengan lokalisasi.
Remaja yang mempunyai perilaku
30
seksual tidak wajar tentu akan
25
meningkatkan penularan HIV dan AIDS.
20 Oleh karena itu diperlukan adanya
15 HIV
pendidikan kesehatan sebagai upaya
10 AIDS pencegahan HIV dan AIDS. Pendidikan
5 kesehatan adalah proses untuk
0 meningkatkan kemampuan masyarakat
> 45 th
15 - 19 th
25 - 29 th
35 - 39 th
< 1 th
5 - 9 th

dalam memelihara dan meningkatkan


kesehatan (Notoatmojo, 2003). Salah satu
pendidikan kesehatan yang dapat
dilakukan yakni dengan metode peer
Sumber: Komisi Penanggulangan AIDS education. Solihatun (2012)
Surabaya mengungkapkan bahwa metode peer
Gambar 1. Data Kasus HIV dan AIDS education yang melibatkan teman
Kota Surabaya Berdasarkan Kelompok sebayanya akan lebih efektif
Usia Bulan Januari Hinggga Maret Tahun dibandingkan dengan metode ceramah
2013 yang disampaikan oleh guru atau
penyuluh.
Berdasarkan gambar 1.1 diketahui Salah satupeer educationyang
bahwa mayoritas penderita AIDS adalah berada di Kelurahan Putat Jaya adalah
usia produktif yakni pada kelompok usia ‘Da BaJay. Bertempat tinggal di
15 – 49 tahun. Data dari KPA juga lokalisasi, menumbuhkan kepedulian peer
Mariyatul Nur Hayati, dkk., Evaluasi Kegiatan Pendidikan ....68

education ‘Da BaJay untuk aktif dalam Berdasarkan data hasil penelitian
pencegahan HIV dan AIDS. Oleh karena diketahui bahwa jumlah seluruh peer
itu, penulis tertarik untuk melakukan educator ‘Da BaJay adalah 172 orang.
penelitian “Evaluasi Kegiatan Pendidikan Namun peer educator yang memberikan
Kesehatan HIV dan AIDS Oleh Peer pendidikan kesehatan di RW VI
Educator ‘Da BaJay Guna Peningkatan Kelurahan Putat Jaya berjumlah 3 orang
Pengetahuan dan Sikap Remaja di dengan karakteristik seperti berikut:
Kawasan Lokalisasi Dolly Surabaya”.
Tabel 1. Karakteristik Peer Educator ‘Da
METODE BaJay yang Memberikan
Pendidikan Kesehatan di RW VI
Penelitian ini merupakan Kelurahan Putat Jaya
penelitian deskriptif dengan pendekatan Karakteristik Jumlah Persentase
kuantitatif karena beberapa data yang (orang) (%)
diambil menggunakan angka, mulai dari Usia
pengumpulan data, penafsiran terhadap 15 tahun 1 33,3
data tersebut, serta penampilan dari 16 tahun 0 0
hasilnya (Ruslan, 2003). Bila ditinjau dari 17 tahun 2 66,7
segi waktu, penelitian ini bersifat cross Tingkat Pendidikan
sectional karena dilakukan secara SMP 1 33,3
serentak dalam satu waktu tertentu SMA 2 66,7
(Notoatmodjo,2005). Tingkat Pengetahuan
Populasi dalam penelitian ini Rendah 0 0
adalah seluruh peer educator ‘Da BaJay Sedang 0 0
dan seluruh remaja RW VI. Sampel Tinggi 3 100
penelitian ini adalah peer educator yang Tingkat Sikap
bertugas memberikan pendidikan Rendah 0 0
kesehatan HIV dan AIDS. Remaja RW VI Sedang 0 0
yang dijadikan sampel penelitian adalah Tinggi 3 100
remaja yang mengikuti pendidikan
kesehatan, berusia 10 - 19 tahun dan Karakteristik Remaja RW VI yang
belum pernah menerima informasi tentang Mengikuti Pendidikan Kesehatan
HIV dan AIDS sebelumnya. Remaja RW VI yang hadir dalam
Variabel kuantitatif adalah pendidikan kesehatan HIV dan AIDS
karakteristik peer educator yang berperan berjumlah 31 orang. Namun remaja yang
sebagai komunikator (usia, tingkat memenuhi kriteria inklusi berjumlah 22
pendidikan, tingkat pengetahuan dan orang dengan karakteristik sebagai
sikap), karakteristik remaja RW VI yang berikut:
hadir dalam pendidikan kesehatan (usia,
tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan Tabel 2. Karakteristik RW VI yang
dan sikap), peningkatan pengetahuan dan Mengikuti Pendidikan Kesehatan
peningkatan sikap. Sedangkan variabel HIV dan AIDS oleh peer
kualitatif adalah kemampuan komunikator educator ‘Da BaJay
(persiapan peer educator, cara
penyampaian materi, gaya bahasa dan Karakteristik Jumlah (%)
gerak tubuh), materi, saluran pendidikan (orang)
kesehatan (media dan metode) dan Usia
hambatan yang dialami selama 10 tahun 4 18,2
pendidikan kesehatan. 11 tahun 2 9,1
12 tahun 3 13,7
HASIL 13 tahun 2 9,1
14 tahun 7 31,8
Karakteristik Peer Educator yang 15 tahun 2 9,1
Memberikan Pendidikan Kesehatan 16 tahun 1 4,5
19 tahun 1 4,5
69 Jurnal Promkes, Vol. 2 No. 1, Juli 2014 : 66-76

Tingkat Pendidikan Berdasarkan data penelitian


SD 8 36,4 diketahui bahwa penilaian remaja RW VI
SMP 13 59,1 terhadap materi yang telah disampaikan
SMA 0 0 oleh peer educator‘Da BaJay seperti pada
Bekerja 1 4,5 gambar 2:
Tingkat Pengetahuan Remaja RW VI
Kategori Pretest (%) Postest (%)
Materi Pendidikan Kesehatan
Tinggi 0 0 0 0
Sedang 7 32 12 54,5 sangat baik
Rendah 15 68 10 45,5
Tingkat Sikap Sebelum Pendidikan 5 9 baik
Kesehatan cukup baik
Kategori Pretest (%) Postest (%)
8
kurang baik
Tinggi 0 0 0 0
Sedang 16 72,7 18 81,9 Gambar 2. Kategori Penilaian Materi
Rendah 6 27,3 4 18,1 Pendidikan Kesehatan Menurut Remaja
RW VI Tahun 2014
Proses Kegiatan
Tepat pukul 18.00 remaja RW VI Berdasarkan gambar 2 diketahui
sudah mulai datang dan langsung bahwa mayoritas remaja menilai baik
melakukan registrasi. Kegiatan dibuka materi yang disampaikan oleh peer
pada pukul 18.20 WIB dengan permainan educator ‘Da BaJay. Hal tersebut
monyet pohon dan konsentrasi warna diperkuat oleh pendapat salah seorang
tulisan. Pukul 19.05 kegiatan berlanjut remaja yang berhasil diwawancarai antara
pada materi I yang disampaikan oleh peer lain yang berasal dari RT 5 RW VI
educator 1. Materi I berlangsung hingga Kelurahan Putat Jaya sebagai berikut:
pukul 19.28 WIB dan dilanjutkan dengan “…oh itu (materi) sudah baik mbak…”
ice breaking senam L.O.V.E.
Kegiatan dilanjutkan dengan Metode (Ceramah dan Tanya Jawab)
materi II oleh peer educator 2 pada pukul Berdasarkan observasi yang
19.32 WIB. Hanya berlangsung 9 menit, dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa
kemudian dilanjutkan dengan materi III metode yang digunakan selama proses
oleh peer educator 3 selama 4 menit. pendidikan kesehatan adalah metode
Setelah ketiga peer educator selesai, ceramah dan tanya jawab. Berdasarkan
ketua ‘Da BaJay menampilakan beberapa data hasil penelitian diketahui bahwa
video terkait proses masuknya virus HIV penilaian terhadap metode yang
ke dalam tubuh dan video aborsi. Materi digunakan menurut remaja sasaran seperti
yang disampaikan oleh ketua ‘Da BaJay pada gambar 3:
tidak termasuk ke dalam penelitian karena
tidak direncanakan dan hanya berisi
Metode yang Digunakan
tambahan.
(Ceramah dan Tanya Jawab)
Materi 1 2 sangat baik
Berdasarkan observasi yang 8 baik
dilakukan oleh peneliti terhadap proses 11
pendidikan kesehatan HIV dan AIDS cukup baik
diketahui bahwa materi yang telah kurang baik
disiapkan oleh peer educator ‘Da BaJay
ada 3 yakni materi HIV dan AIDS
(pengertian, jalur penularan, pencegahan Gambar 3. Kategori Penilaian terhadap
dan mitos fakta seputar HIV dan AIDS), Metode yang Digunakan (Ceramah dan
materi tentang VCT (Voluntary Conseling Tanya Jawab) Menurut Remaja RW VI
and Testing) dan materi tentang ARV Tahun 2014
(Anti Retro Viral).
Mariyatul Nur Hayati, dkk., Evaluasi Kegiatan Pendidikan ....70

Berdasarkan gambar 3 diketahui komunikator. Peneliti melakukan


bahwa mayoritas remaja menilai baik observasi terhadap persiapan yang
metode yang digunakan oleh peer dilakukan peer educator sebelum
educator ‘Da BaJay. Hal tersebut kegiatan, cara penyampaian, gaya bahasa
diperkuat oleh pendapat salah seorang dan gerak tubuh peer educator.
remaja yang berhasil diwawancarai antara Berdasarkan data hasil observasi
lain yang berasal dari RT 5 RW VI diketahuibahwa secara umum,
Kelurahan Putat Jaya sebagai berikut: kemampuan menjadi komunikator peer
“…sudah baik mbak. Cuman suara educator 1 lebih baik daripada peer
mbak-mbaknya waktu nerangin pelan educator 2 dan 3.
mbak. Trus yang di sebelah sana Peer educator 1 memiliki cara
(menunjuk tempat duduk anak pria) berkomunikasi yang sangat baik. Hal
rame jadinya gak seberapa tersebut dapat terlihat pada penguasaan
kedengeran. Ganggu konsentrasi…” materi peer educator, usaha dalam
menjaga interaksi dengan audiens,
Media penggunaan bahasa, artikulasi dan
Berdasarkan data hasil observasi gesturepeer educator. Sedangkan peer
yang dilakukan peneliti diketahui bahwa educator 2 dan 3 cenderung kurang
selama proses pendidikan kesehatan HIV percaya diri.
dan AIDS di RW VI, peer educator ‘Da Selain dinilai oleh peneliti,
BaJay menggunakan media presentation kemampuan komunikator juga dinilai oleh
slide dengan media bantu remaja RW VI yang hadir dalam
LCD.Berdasarkan data penelitian pendidikan kesehatan. Berdasarkan data
diketahui bahwa penilaian terhadap media hasil penelitian diketahui penilaian peer
yang digunakan menurut remaja RW educator menurut remaja RW VI seperti
VIseperti pada gambar 4: tabel 3.
Tabel 3.Penilaian Peer Educator Dalam
Memberikan Pendidikan
Media yang Digunakan Kesehatan HIV dan AIDS
sangat baik menurut Remaja R VI
4 4 Peer Peer Peer
baik Kategori educator educator educator
14 cukup baik 1 (%) 2 (%) 3 (%)
kurang baik Cara penyampaian
Sangat baik 13,6 9 9
Baik 50 50 45,6
Gambar 4. Kategori Penilaian Media
yang Digunakan Menurut Remaja RW VI Cukup baik 36,4 36,4 36,4
Tahun 2014 Kurang
0 4,6 9
baik
Penilaian terhadap media
Pemahaman materi
diperkuat oleh pendapat salah seorang
Sangat baik 31,8 13,6 22,7
remaja yang berhasil diwawancarai antara
lainyang berasal dari RT 5 RW VI Baik 45,5 50 50
Kelurahan Putat Jaya sebagai berikut: Cukup baik 22,7 36,4 22,7
“…sudah mbak sudah baik…”
Kurang
0 0 4,6
Komunikator baik
Selama proses pendidikan Kepercayaan Diri
kesehatan berlangsung, peneliti Sangat baik 27,3 18,2 27,3
mengobservasi 3 peer educator yakni Baik 54,5 59,1 54,5
peer educator 1, peer educator 2 dan peer
educator 3. Hal tersebut ditujukan untuk Cukup baik 18,2 22,7 18,2
mengetahui kemampuan berkomunikasi Kurang
0 0 0
peer educator yang berperan sebagai baik
71 Jurnal Promkes, Vol. 2 No. 1, Juli 2014 : 66-76

Pendapat Remaja RW VI Terhadap menurut peer educator. Berikut


Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan merupakan kuotasi hasil wawancara
Berdasarkan wawancara yang peneliti dengan ketua ‘Da BaJay saat ini:
dilakukan peneliti dengan salah seorang “…Kalau dari internal ya kerjasama
remaja RW VI diketahui kritikan untuk antara anggota yang kompak itu
kegiatan pendidikan kesehatan ini. sangat mendukung mbak. Terus kalau
Berikut merupakan kuotasi hasil dari eksternalnya, dapat dukungan
wawancara peneliti dengan salah seorang dari ketua RW VI, dari LSM Wahana
remaja RW VI: Visi dan Karang Taruna RW VI
“…mbak-mbaknya kalo nerangin sangat memperlancar kegiatan
kecepeten, mbak. Trus temen-temen kita…”
pada rame sendiri…”
Berdasarkan hasil wawancara PEMBAHASAN
diperoleh pula saran untukpelaksanaan
kegiatan ini. Berikut merupakan kuotasi Karakteristik Peer Educator ‘Da BaJay
hasil wawancara peneliti dengan salah yang Memberikan Pendidikan
seorang remaja RW VI: Kesehatan
“…kalau ada kegiatan lagi mending Karakteristik peer educator yang
hari yang besoknya libur atau hari diamati oleh peneliti adalah usia, tingkat
libur, mbak. Jadi mungkin yang ikut pendidikan, tingkat pengetahuan dan
bisa lebih banyak lagi dan lebih lama sikap. Berdasarkan data hasil penelitian
lagi…” diketahui bahwa peer educator yang
memberikan pendidikan kesehatan
Faktor Penghambat dan Pendukung berjumlah 3 orang yang berusia 15 dan 17
Selama Pendidikan Kesehatan tahun. Usiapeer educator relatif sama
dengan remaja RW VI. Hal tersebut
Faktor Penghambat sesuai dengan pernyataan dari Mulyana
Berdasarkan hasil wawancara (2005) yang mengungkapkan bahwa
diketahui faktor penghambat yang terjadi kesamaan dalam hal tertentu seperti
selama proses pendidikan kesehatan. agama, suku, bahasa, tingkat pendidikan
Berikut merupakankuotasi hasil dan tingkat ekonomi akan mampu
wawancara peneliti dengan remaja RW VI menarik perhatian audiens.
(DI) tentang hambatan yang dialami: Berdasarkan data hasil penelitian
“…Gak ada mbak. Cuma itu anak- diketahui bahwa tingkat pengetahuan peer
anak cowok yang di sebelah sana educator mayoritas adalah tinggi.
(menunjuk tempat duduk kelompok Pendidikan dan pengalaman yang
anak pria) terlalu rame sampe gak terbentuk dari kegiatan pelatihan peer
kedengeran jadi gak konsen…” education setiap minggu.Seperti
Berdasarkan hasil wawancara pernyataan yang diungkapkan oleh
juga diketahui faktor penghambat yang Kusuma (2011) bahwa pengetahuan tidak
terjadi selama proses pendidikan mutlak diperoleh dari pendidikan formal,
kesehatan menurut peer educator. Berikut akan tetapi juga dapat diperoleh dari
merupakan kuotasi hasil wawancara pendidikan non formal.
peneliti dengan peer educator: Tingkat sikap peer educator juga
“…Meskipun kegiatan ini terbilang dalam kategori tinggi. Sikap umumnya
ndadak mbak, tapi tadi tidak ada terbentuk lewat proses pembelajaran,
masalah. Cuman dari anak-anak yaitu suatu proses saat pengalaman dan
(remaja RW VI) yang terlalu rame praktek menghasilkan perilaku yang
jadi ganggu yang lainnya…” relatif sama atau tetap (Armando, 2010).
Peer educator ‘Da BaJay mempunyai
Faktor Pendorong pengalaman dan informasi yang luas
Berdasarkan hasil wawancara terkait HIV dan AIDS karena sering
diketahui faktor pendukung yang terjadi melakukan pendidikan kesehatan terkait
selama proses pendidikan kesehatan HIV dan AIDS.
Mariyatul Nur Hayati, dkk., Evaluasi Kegiatan Pendidikan ....72

Karakteristik Remaja RW VI yang Proses Kegiatan


Mengikuti Pendidikan Kesehatan Rangkaian kegiatan yang
Berdasarkan data hasil penelitian dilakukan peneliti bertujuan utnuk
diketahui bahwa Remaja RW VI yang mengevaluasi kegiatan pendidikan
hadir berusia 10 – 19 tahun. Widyastuti kesehatan HIV dan AIDS yang dilakukan
(2009) dalam Manurung (2011) oleh peer educator ‘Da BaJay. Salah satu
membedakan 3 tahap remaja berdasarkan yang diteliti yakni proses kegiatan yang
sifatnya yakni remaja awal (10 – 12 sangat berpengaruh dalam mencapai
tahun), remaja tengah (13 – 15 tahun) dan tujuan. Tyler (1950) yang dikutip oleh
remaja akhir (16 – 19 tahun).Apabila Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin
dibedakan ke dalam 3 tahap tersebut, Abdul Jabar (2009) berpendapat bahwa
mayoritas remaja RW VIyang hadir evaluasi kegiatan adalah proses untuk
adalah remaja tengah atau remaja madya. mengetahui apakah tujuan pendidikan
Yuliantini (2012) dalam Cindra telah terealisasikan. Cronbach (1963) dan
(2014) mengungkapkan remaja pada Stufflebeam (1971) yang dikutip oleh
tahap remaja madya mengalami masa Suharsimi Arikuntodan Cepi Safruddin
formal-operasional sesuai dengan teori Abdul Jabar (2009) juga menyebutkan
kognitif Piaget. Hockenberry (2005) bahwa evaluasi kegiatan adalah upaya
dalam Cindra (2014) mengungkapkan menyediakan informasi untuk
pada teori piaget remaja telah mampu disampaikan kepada pengambil
membayangkan rangkaian kejadian yang keputusan(peer educator).
akan terjadi misalnya dari tindakan yang
dilakukan. Remaja madya juga telah Materi
mampu mengambil sikap sesuai norma Materi yang diberikan peer
dan standar masyarakat dilingkunganya educator ‘Da BaJay kepada remaja RW
jika dihadapkan pada suatu hal misalnya VI saat pendidikan kesehatan dibagi
perilaku seksual yang terjadi menjadi tiga bagian. Materi I membahas
dikalanganya (Yuliantini, 2012 dalam tentang HIV dan AIDS (pengertian, jalur
Cindra, 2014). penularan, pencegahan dan mitos fakta
Berdasarkan data penelitian seputar HIV dan AIDS), materi II
diketahui bahwa tingkat pengetahuan membahas tentang VCT (Voluntary
remaja meningkat setelah mengikuti Conseling and Testing) dan materi III
pendidikan kesehatan. Tingkat membahas tentang ARV.
pengetahuan dan sikap remaja dapat Arboleda (1980) dalam Hutabarat
dipengaruhi oleh beberapa faktor (2011) mengungkapkan bahwa materi
diantaranya informasi.Ketersediaan penyuluhan harus memenuhi beberapa
informasi dari pendidikan kesehatan HIV persyaratan seperti berikut ini: secara
dan AIDS yang dilaksanakan oleh peer ekonomis dapat menguntungkan, secara
educator ‘Da BaJay mampu teknis dapat diterapkan oleh masyarakat,
meningkatkan pengetahuan remaja terkait secara sosial dapat dipertanggung
HIV dan AIDS. Informasi yang diperoleh jawabkan.
baik dari formal maupun non formal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek Metode
sehingga dapat meningkatkan Metode yang digunakan oleh peer
pengetahuan (Kusuma, 2011). educator ‘Da BaJay dalam memberikan
Tingkat sikap remaja RW VI juga pendidikan kesehatan bagi remaja RW VI
mengalami peningkatan setelah Kelurahan Putat Jaya adalah ceramah
pendidikan kesehatan. Hal tersebut tatap muka dan tanya jawab. Sumantri
menandakan remaja setuju dan dalam Pasaribu (2012) mengungkapkan
mempunyai sikap positif. Sikap positif bahwa ceramah adalah penyajian
artinya sikap yang menunjukkan informasi dengan cara memberikan
menerima, mengakui, menyetujui serta penjelasan secara lisan kepada
melaksanakan norma yang berlaku di sasaran.Walaupun metode ceramah
mana individu itu berada (Anas, 2009). merupakan komunikasi satu arah, namun
73 Jurnal Promkes, Vol. 2 No. 1, Juli 2014 : 66-76

selama proses pendidikan kesehatan Selain persiapan yang baik, cara


berlangsung terlihat interaksi komunikator berkomunikasi peer educator saat
dengan audiens selalu terjaga. menyampaikan materi juga sangat
Beberapa kelebihan metode mempengaruhi remaja. Teknik
ceramah menurut Departemen Kesehatan berkomunikasi merupakan sebuah seni
RI (2008) adalah : mudah yang dilakukan oleh komunikator untuk
mengorganisasinya, peserta tidak perlu menimbulkan dampak tertentu kepada
repot, waktu dapat dibatasi audiens. Saat pendidikan kesehatan HIV
Namun metode ceramah juga dan AIDS terhadap remaja RW VI, ketiga
memiliki kekurangan diantaranya : komunikator sudah mampu menjaga
minim interaksi, penceramah sering tidak interaksi dengan audiens. Hal tersebut
ahli, da kalanya membosankan. bertujuan untuk meningkatkan kredibilitas
peer educator di hadapan audiens.
Media McGuire dalam Rice dan Atkin
Selama proses pendidikan dalam Salawati (2003) menyebutkan
kesehatan di RW VI Kelurahan Putat bahwa faktor yang mempengaruhi
Jaya, peer educator ‘Da BaJay persuasi komunikator sehingga dapat
menggunakan slide presentation dengan berkomunikasi efektif adalah creadibility
media bantu LCD. Berikut adalah (kepercayaan), attractiveness (daya tarik)
beberapa manfaat penggunaan media dan power (kekuatan). Pengalaman dan
dalam pembelajaran menurut Piran pengetahuan yang baik sangat
Wiroatmojo dan Sasonohardjo dalam berhubungan dengan kredibilitas
bahan ajar “Media Pembelajaran” komunikator di depan audiens. Hovland
Universitas Pendidikan Indonesia dan Weiss dalam Handoko (2006)
Bandung (2008) : penggunaan media menyebutkan bahwa kredibilitas terdiri
pembelajaran dapat memperjelas dari tiga unsur yakni expertise (keahlian),
penyajian pesan agar tidak terlalu trustwortiness (dapat dipercaya) dan
verbalistik, menggunakan media attractiveness (ketertarikan). Keahlian
pembelajaran secara tepat dan bervariasi adalah kesan yang dibentuk audiens
dapat mengatasi sikap pasif audiens, tentang kemampuan komunikator dalam
mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan kaitannya dengan topik yang dibicarakan.
daya indera Sedangkan kepercayaan adalah kesan
audiens tentang komunikator yang
Komunikator berkaitan dengan wataknya.
Peranan komunikator dalam Berdasarkan observasi yang
proses komunikasi sangatlah penting dilakukan oleh peneliti diketahui pula
karena komunikator harus mampu bahwa peer educator 1 sangat menguasai
mengutarakan materi dalam bentuk pesan materi sedangkan peer educator 2 dan 3
untuk membuat komunikan menjadi tahu masih terkesan membaca slide dan
dan berubah sikap. Adapun peranan berbicara sangat cepat. Tubbs dan Moss
komunikator dalam penelitian ini meliputi dalam terjemahan Mulyana (2005)
persiapan komunikator, cara penyampaian mengungkapkan bahwa kecepatan
komunikator, keahlian komunikator, gaya berbicara seorang komunikator
bahasa dan gerak tubuh komunikator. memberikan pengaruh tertentu pada
Effendy (2007) mengungkapkan respon audiens. Kecepatan berbicara lebih
peranan komunikator yang menentukan efektif bila disesuaikan dengan isi pesan
keefektifan komunikasi adalah etos verbal dan dengan penerima yang
komunikator. Adapun beberapa faktor spesifik. Pernyataan tersebut juga
yang membentuk etos salah satunya yakni didukung oleh Notoatmodjo (2003) yang
kesiapan. Persiapan dalam arti membuat mengungkapkan bahwa kunci
perencanaan dan strategi adalah tugas dan keberhasilan pelaksanaan metode ceramah
fungsi komunikator. Persiapan juga yakni penceramah harus menguasai
dilakukan dengan tujuan untuk sasaran ceramah. Salah satu cara agar
mengefektifkan waktu dan pekerjaan. peer educator menguasai sasaran adalah
bersuara jelas dan keras.
Mariyatul Nur Hayati, dkk., Evaluasi Kegiatan Pendidikan ....74

Berdasarkan hasil observasi tingkat pengetahuan dan sikap adalah


diketahui bahwa bahasa yang digunakan mayoritas remaja yang merasa tidak puas
ketiga peer educator adalah bahasa dengan pelaksanaan kegiatan dan cara
Indonesia yang akrab dengan remaja. berkomunikasi peer educator diantaranya:
Peer educator menyebut audiens dengan pelaksanaan kegiatan pada malam hari
“temen-temen”. Mulyana (2005) yang tidak sesuai dengan remaja.
mengungkapkan bahwa kesamaan dalam Pelaksanaan kegiatan pada malam hari
hal tertentu seperti agama, suku, bahasa, juga terkesan terburu oleh waktu, cara
tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi berkomunikasi peer educator khususnya
akan mampu menarik perhatian audiens. peer educator 2 dan 3 yang pelan, terlalu
Selain itu gerakan tubuh peer cepat dan tidak jelas, penyampaian materi
educator saat berbicara sangat efektif yang dirasa terlalu lama bagi remaja.
terutama peer educator 1. Larry A.
Samovar dan Richard E. Porter dalam KESIMPULAN
Mulyana (2005) mengungkapkan bahwa
komunikasi non verbal mencakup semua Karakteristik ketiga peer educator
rangsangan terkecuali rangsangan verbal yang berperan sebagai komunikator dalam
dalam suatu komunikasi. Gerakan pendidikan kesehatan HIV dan AIDS
komunikator merupakan pesan gestural terdiri dari remaja yang berusia 15 dan 17
yang disampaikan komunikator kepada tahun dengan tingkat pendidikan SMP dan
komunikan. Rakhmat dalam Aini (2013) SMA. Seluruh peer educator memiliki
menambahkan bahwa pesan gestural tingkat pengetahuan dan sikap dengan
menunjukkan gerakan sebagian anggota kategori tinggi. Setelah diberikan
badan seperti mata dan tangan untuk pendidikan kesehatan diperoleh data
mengkomunikasikan berbagai makna. peningkatan pengetahuan dan sikap
remaja RW VI. Tingkat pengetahuan
Pendapat Remaja RW VI Terhadap remaja RW VI meningkat sebesar 22,5%
Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan atau dari kategori rendah menjadi kategori
Pendapat remaja sasaran yang sedang. Sedangkan sikap remaja
hadir dalam pelaksanaan pendidikan mayoritas termasuk kategori sedang
kesehatan, secara umum merasa bahwa meningkat dari 72,7% menjadi 81,9%.
dirinya telah mendapatkan informasi yang Selama Proses pelaksanaan pendidikan
lebih banyak terkait HIV dan AIDS. Hal kesehatan HIV dan AIDS berdasarkan
ini sesuai dengan pengetahuan remaja hasil observasi diketahui seperti berikut:
yang cenderung mengalami peningkatan materi yang disampaikan dalam
dari sebelum diberikan pendidikan pendidikan kesehatan HIV dan AIDS di
kesehatan dengan sesudah diberikan RW VI kelurahan Putat Jaya ada 3 yakni
pendidikan kesehatan. HIV dan AIDS (pengertian, jalur
Namun peningkatan tingkat penularan, pencegahan dan mitos fakta
pengetahuan dan sikap remaja RW VI seputarHIV dan AIDS), materi VCT dan
belum sesuai dengan target peer educator materi ARV. Secara keseluruhan
‘Da BaJay yakni 30%. Pengaruh kenaikan materitentang HIV dan AIDS yang
yang tidak sesuai tersebut dapat dilihat disampaikan selama pendidikan kesehatan
berdasarkan pendapat, kritik dan saran dinilai baik oleh mayoritas remaja RW VI
remaja RW VI. yang hadir, metode yang digunakan dalam
Diketahui bahwa remaja RW VI pendidikan kesehatan HIV dan AIDS oleh
yang mengalami penurunan tingkat peer educator ‘Da BaJay adalah ceramah
pengetahuan adalah remaja dan tanya jawab. Metode yang dilakukan
2,4,5,8,10,11,12,13,15,16,17,19 dan 22. olehpeer educator ‘Da Ba Jay dinilai
Sedangkan remaja yang mengalami sudah baik oleh mayoritas remaja RW
penurunan tingkat sikap adalah VI, media yang digunakan dalam kegiatan
2,4,5,8,16,17 dan 22. Apabila dilihat pendidikan kesehatan HIV dan AIDS di
kembali pendapat dan kritik dari remaja RW VI adalah powerpoint slide show
RW VI tersebut diketahui bahwa remaja dengan media bantu LCD mayoritas
sasaran yang mengalami penurunan remaja menilai bahwa media yang
75 Jurnal Promkes, Vol. 2 No. 1, Juli 2014 : 66-76

digunakantermasuk ketegoribaik.Peran Kementerian Kesehatan Republik


peer educator sebagai komunikator dinilai Indonesia. 2013.
baik oleh mayoritas remaja RW VI. http://pppl.depkes.go.id/focus?id=
Berdasarkan hasil observasi yang 1222 (Sitasi 18 Oktober 2013)
dilakukan oleh peneliti, secara umum Komisi Penanggulangan AIDS Kota
dalam menyampaikan materi, gaya bahasa Surabaya. 2013. Perkembangan
dan gerak tubuh, peer educator 1 lebih HIV dan AIDS di Kota Surabaya.
baik dari pada peer educator 2 dan 3. Kusuma, S. 2011. Tingkat Pengetahuan,
Dalam penelitian ini hambatan Sikap dan Perilaku Siswa SD
yang dialami peer educator ‘Da BaJay Kelas 4 – 6 Terhadap Penyakit
selama melakukanpendidikan kesehatan Kecacingan yang Ditularkan
HIV dan AIDSadalah kondisi remaja yang Melalui Tanah Di SD Islam
ramai dan suara peer educator yang Ruhama Tahun 2011. Skripsi.
terlalu pelan. Sehingga ketika melakukan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
penelitian yang sama perlu diperhatikan Kesehatan Universitas Islam
situasi dan kondisi serta tipical dari peer Negeri Jakarta. Jakarta.
educator. Manurung, L. 2011. Pengertian Remaja.
Skripsi. Fakultas Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA Masyarakat Universitas Sumatera
Aini, NS. 2013. Pola Komunikasi, Utara
Komunikasi Antar Budaya dan Mulyana, D. 2005. Ilmu Komunikasi
Komunikasi Antar Agama. Suatu Pengantar. Bandung:
Skripsi. Fakultas Komunikasi Remaja Rosdakarya
Islam Universitas Institut Agama Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan
Islam Negeri Walisongo. Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Semarang. Rineka Cipta
Anas, K. 2009. Hubungan Tingkat Notoatmodjo, S. 2005. Pendidikan dan
Pendidikan Dengan Sikap Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Terhadap Iklan Partai Politik Di Rineka Cipta
Desa Banguntapan, Banguntapan, Pasaribu, LM. 2012. Pengaruh Metode
bantul, Yogyakarta. Skripsi. Ceramah dengan Menggunakan
Fakultas Dakwah Universitas Media Realia Terhadap
Islam Negeri Sunan Kalijaga. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
YogyakartaArikunto, Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V
SuharsimidanCepi S.A. SDN Mangunsari 07 Semester II
Jabar.2004. Evaluasi Program Tahun Pelajaran 2011/2012.
Pendidikan. Jakarta: BumiAksara. Skripsi. Fakultas Keguruan dan
Cindra, C. 2014. Hubungan Pengetahuan Ilmu Pendidikan Universitas
Tentang HIV/AIDS dengan Kristen Satya Wacana. Salatiga
Perilaku Seksual Siswa Kelas XI Salawati, T. 2003. Megister Promosi
Di SMA Negeri 1 Gorontalo. Kesehatan. Thesis. Fakultas
Skripsi. Fakultas ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat
dan Keolahragaan Universitas Universitas Diponegoro
Negeri Gorontalo. Gorontalo. Sholihatun. 2012. Perbedaan Efektivitas
Departemen Kesehatan RI. 2008. Modul Metode Ceramah dan Metode
Pelatihan Bagi Tenaga Promosi Peer Konselor Terhadap
Kesehatan di Puskesmas. (Sitasi Pengetahuan Remaja Tentang
14 Desember 2013) Seks Pra Nikah Pada Siswa Kelas
http://www.bbpkciloto.org/downl II Multimedia Di SMK Kartini
oad/7140256617117b78e01b64d5
aba9c85e..pdf Semarang. Universitas Udayana.
Effendy, OU. 2007. Ilmu Komunikasi UNAIDS. 2012. UNAIDS Global Report
(teori dan Praktek). Bandung: PT. 2013. http
Remaja Rosdakarya. ://www.aidsdatahub.org/dmdocu
ments/UNAIDS_Global_Report_
Mariyatul Nur Hayati, dkk., Evaluasi Kegiatan Pendidikan ....76

2013_en.pdf (Sitasi 18 Oktober Wagito, B. 2003. Psikologi Sosial.


2013) Jakarta: CV. AndiOffset

You might also like