You are on page 1of 7

FOKUS UTAMA

Pengetahuan Sikap Perilaku Masyarakat Desa Pagar Desa Terhadap Malaria


(Pemukiman Suku Anak Dalam) Kabupaten Musi Banyuasin

Hotnida Sitorus dan Lasbudi P. Ambarita*

*Loka Penelitian dan Pengembangan Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang, Baturaja


Jl. A.Yani KM. 7 Kemelak Baturaja Sumatera Selatan 32111

Abstract
Malaria is a poverty-related health problem. In some places, forests are a source of livelihood for the
poor. Pagar Desa village is one of the settlements of Suku Anak Dalam in South Sumatera
Province. This study aims to determine knowledge, attitude and behavior of Suku Anak Dalam
community about malaria. The study was carried out in 2006 with cross-sectional design. Research
shows that most of the respondents interviewed know malaria and 85% admitted had experienced
symptoms of malaria. Experienced symptoms were fever, chills and sweating (83.9%). All
respondents did not know the cause of malaria, and 79.6% knew that malaria is a dangerous
disease. Most respondent knew that malaria is the cause of death (77.4%), 54.8% didn't know that
malaria is an infectious disease, and 23.7% said avoiding mosquito bites can prevent malaria. In
general, respondents had positive attitude towards prevention and treatment of malaria. Almost half
of respondents interviewed (41,9%) buy medicine from “warung”. As many as 66,7% respondents
usually going outside the house in purpose of hanging around, watching television in neighbour’s
house and also doing some daily activities. There were 95,7% of respondents did knot wear specific
protector to avoid mosquitoes bites while they were outside the house at night. The study also
showed that 41,9% of respondents used bednet when sleeping and 24,7% respondents used
mosquito coils. It’s necessary to raise awareness of malaria through counseling routinely in order to
increased positive behaviors, and also necessary to provide health services that are accessible to
the Suku Anak Dalam community.

Keywords:Knowledge, Attitude, Practise, Malaria, Suku Anak Dalam

Knowledge, Attitude and Practice of Community in Pagar Desa Regarding Malaria


(Settlement of Suku Anak Dalam) District of Musi Banyuasin

Abstrak
Malaria adalah masalah kesehatan yang berkaitan dengan kemiskinan. Di beberapa tempat, hutan
merupakan sumber mata pencaharian bagi masyarakat miskin. Desa Pagar Desa merupakan salah
satu pemukiman Suku Anak Dalam di Propinsi Sumatera Selatan. Penelitian PSP masyarakat
bertujuan mengetahui seberapa jauh pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang penyakit
malaria. Penelitian dilakukan tahun 2006 dengan disain penelitian cross- sectional study. Penelitian
menunjukkan bahwa semua masyarakat tahu tentang penyakit malaria dan 85% mengakui pernah
mengalami gejala-gejala malaria. Gejala malaria yang dialami adalah demam, mengigil dan
berkeringat (83,9%). Seluruh responden tidak tahu penyebab penyakit malaria dan 79,6% tahu
bahwa malaria merupakan penyakit berbahaya. Mayoritas responden tahu bahwa malaria penyebab
kematian (77,4%) dan 54,8% tidak tahu bahwa malaria merupakan penyakit menular, 23,7%
mengatakan tahu cara menghindarkan diri dari penyakit malaria yaitu menghindari gigitan nyamuk.
Sikap masyarakat pada umumnya positif terhadap pencegahan dan pengobatan malaria.
Pengobatan yang dilakukan sebagian besar masyarakat (41,9%) adalah membeli obat di warung.
Kebiasaan keluar rumah pada malam hari dilakukan oleh sebagian besar masyarakat (66,7%) untuk
mengobrol di warung-warung, menonton TV di rumah tetangga dan melakukan kegiatan Mandi,
Cuci, Kakus. Sebesar 95,7% masyarakat tidak memakai perlindungan khusus untuk menghindari
gigitan nyamuk selama di luar rumah pada malam hari, namun bila di dalam rumah menggunakan
kelambu dilakukan oleh sebanyak 41,9% responden dan menggunakan obat nyamuk bakar
sebanyak 24,7% responden. Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan malaria demi peningkatan
perilaku positif pencegahan malaria dengan mengadakan penyuluhan, selain itu perlu disediakan
pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau masyarakat.

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Malaria, Suku Anak Dalam

4
PENDAHULUAN

Malaria adalah masalah kesehatan yang berkaitan dengan kemiskinan. Di


beberapa tempat, hutan merupakan sumber mata pencaharian bagi masyarakat miskin.
Satu penelitian menemukan bahwa berkerja di hutan dan status ekonomi yang kurang
berkaitan dengan angka insiden malaria.1 Dalam keberhasilan upaya penanggulangan
malaria, aspek sosial budaya ikut berperan karena timbul dan hilangnya suatu penyakit
dipengaruhi pula oleh aspek sosial budaya yang ada di masyarakat. Aspek sosial budaya
yang erat kaitannya dengan penyakit yang disebabkan oleh parasit meliputi kebiasaan,
kepercayaan, nilai tradisi, sikap, pengetahuan dan persepsi masyarakat tentang penyakit.2
Suku Anak Dalam adalah bagian dari sub etnis dari suku Kubu yang mendiami
kawasan hutan Jambi dan Sumatera Selatan.3 Salah satu desa yang merupakan
pemukiman Suku Anak Dalam berada di Desa Pagar Desa Kecamatan Bayung Lencir
Kabupaten MUBA. Suku Anak Dalam (atau masyarakat sekitar menyebutnya suku asli)
merupakan bagian dari komposisi masyarakat yang tinggal di desa Pagar Desa, selain
suku-suku lainnya. Daerah dengan malaria umumnya daerah yang miskin dan letaknya
terpencil. Bila dilihat dari lingkungan tempat tinggal Suku Anak Dalam yang berada di
sekeliling hutan, maka mereka memiliki risiko untuk tertular malaria. Kehidupan suku ini
sangat bergantung kepada alam sekitarnya sedangkan perilaku sehat untuk menghindarkan
diri dari penyakit masih kurang sehingga dengan aktivitas mereka yang banyak dilakukan di
alam terbuka akan meningkatkan intensitas kontak nyamuk dengan manusia. Keadaan ini
tentu saja akan sangat mendukung tingginya kejadian malaria sebagai akibat infeksi
Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat di Desa
Pagar Desa tentang penyakit malaria.

BAHAN DAN METODE


Tempat penelitian adalah wilayah pemukiman Suku Anak Dalam di Desa Pagar
Desa Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten MUBA Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian
dilaksanakan tahun 2006. Disain penelitian ini adalah penelitian non eksperimental yang
bersifat observasional dengan rancangan potong lintang (cross sectional study). Populasi
dalam penelitian ini adalah masyarakat di Desa Pagar Desa Kabupaten MUBA. Estimasi
besar sampel minimal ditentukan dengan menggunakan rumus dari Lameshow sebagai
berikut:
Z 21 / 2 P 1  P  N
n= 2
d  N  1  Z 21 / 2 P 1  P 
n = Jumlah sampel yang dibutuhkan
Z1-α/2 = Standar skor yang dikaitkan dengan taraf nyata diinginkan (1,96)
P = Proporsi yang diharapkan (0,5)
d2 = Nilai presisi absolut yang dibutuhkan (8%)
N = Jumlah populasi (210)
Perhitungan besar sampel menetapkan sampel minimal (n) = 88 kepala keluarga
(KK), namun dalam penelitian dilakukan wawancara terhadap 93 KK. Pemilihan sampel
dengan cara acak sederhana, setiap KK diwakili oleh satu orang (kepala keluarga atau
orang yang bertanggungjawab terhadap keluarga tersebut). Pengumpulan data dilakukan
dengan teknik wawancara langsung menggunakan kuesioner terstruktur terhadap kepala
keluarga tentang pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) yang berhubungan dengan
malaria. Kegiatan wawancara ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarakat sehari-hari terutama yang berkaitan dengan perilaku yang beresiko
terhadap penularan malaria. Pengumpul data dilakukan oleh seluruh anggota tim peneliti
bersama-sama dengan petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten MUBA dan petugas dari
Puskesmas Bayung Lencir. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis.

5
HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik responden

Tabel 1 Karakteristik Sosiodemografi Responden Di Desa Pagar Desa


Kabupaten MUBA Tahun 2006
Jumlah
Karakteristik Sosiodemografi Persentase
(N = 93)
Umur :
 < 25 tahun 22 23,7
 25 – 50 tahun 67 72
 > 50 tahun 4 4,3
Pendidikan :
 Tidak pernah sekolah 19 20,4
 Tidak tamat SD 14 15,1
 Tamat SD 35 37,6
 Tidak tamat SMP 1 1,1
 Tamat SMP 11 11,8
 Tamat SMA 11 11,8
 Akademi/Perguruan 2 2,2
Pekerjaan
Tinggi :
 Petani 62 66,7
 Buruh/tukang 1 1,1
 Pedagang/wiraswasta 2 2,1
 Pegawai Negeri Sipil 4 4,3
 Pegawai swasta 3 3,2
 Tidak bekerja 21 22,6

Hasil wawancara pada Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki


kisaran umur 25 – 50 tahun (72%), dimana tingkat pendidikannya adalah kebanyakan
tamat sekolah dasar (SD). Pekerjaan responden pada umumnya adalah sebagai petani
(66,7%). Pekerjaan tertentu dapat menempatkan seseorang berisiko tinggi terinfeksi
malaria dibandingkan individu lainnya. Petani sebagai contohnya, bukan hanya berisiko
mengalami gigitan nyamuk vektor malaria, namun juga migrasi mereka ke daerah lain
dapat memperluas penyebaran penyakit ini.4 Pekerjaan merefleksikan baik status sosial
ekonomi dan tingkat keterpaparan terhadap penyakit.5.

Pengetahuan responden tentang malaria


Pengetahuan tentang penularan, pencegahan dan pengobatan malaria responden di Desa
Pagar Desa (Tabel 2) menunjukan bahwa semua responden sudah pernah mendengar
tentang penyakit malaria dalam bahasa daerah ”kuro” dan 85% mengakui pernah
mengalami gejala-gejala penyakit itu. Pada umumnya (83,9%) menjawab bahwa gejala
yang dialami oleh penderita malaria adalah satu atau lebih dari gejala klinis malaria pada
umumnya (menggigil, demam/panas dan berkeringat). Namun seluruh responden tidak
mengetahui penyebab penyakit tersebut dan hanya 79,6% yang mengetahui bahwa
malaria merupakan penyakit yang berbahaya. Mayoritas responden (77,4%) mengetahui
bahwa malaria dapat menyebabkan kematian dan pada umumnya (54,8%) mereka tidak
mengetahui bahwa malaria merupakan penyakit menular. Hanya 23,7% yang mengatakan
tahu cara menghindarkan diri dari penyakit malaria, yaitu dengan cara bersih lingkungan
dan menghindari gigitan nyamuk, sedangkan responden yang menjawab tahu cara
mengobati penyakit malaria (47,3%) memberikan jawaban cara mengobati dengan
memakan obat (beli sendiri dari warung, meramu obat tradisional). Hal ini ada hubungan
dengan tindakan/kebiasaan yang dilakukan bila mengalami gejala malaria.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan responden kurang terhadap
penyebab dan penular penyakit malaria, bahaya malaria, cara menghindarkan diri dari
terkena malaria dan cara mengobati malaria. Persepsi masyarakat tentang penyebab,

6
transmisi, pencegahan dan pengobatan merupakan faktor sosial budaya yang terutama
yang dapat mempengaruhi dalam penanggulangan malaria.6

Tabel 2 Persentase Responden Menurut Pengetahuan Malaria


Di Desa Pagar Desa Kabupaten MUBA Tahun 2006
Jumlah
Komponen Pengetahuan Persentase
(N = 93)
Pernah mendengar tentang malaria
- Pernah 93 100
- Tidak pernah 0 0
Gejala-gejala malaria
- 3 gejala utama (menggigil, demam/panas, dan 1 1,1
berkeringat)
- Kurang dari 3 gejala utama 78 83,9
- Tidak tahu 14 15,0
Penyebab penyakit malaria
- Tidak tahu 93 100
Apakah penyakit malaria berbahaya
- Ya 74 79,6
- Tidak 2 2,1
- Tidak tahu 17 18,3
Apakah penyakit malaria dapat menyebabkan kematian
- Ya 72 77,4
- Tidak 8 8,6
- Tidak tahu 13 14,0
Apakah penyakit malaria menular
- Ya 18 19,4
- Tidak 24 25,8
- Tidak tahu 51 54,8
Yang dapat terkena malaria
- Semua umur 88 94,6
- Anak-anak 2 2,2
- Orang tua 1 1,1
- Tidak tahu 2 2,2
Cara menghindarkan dari penyakit malaria
- Tahu 22 23,7
- Tidak tahu 71 76,3
Cara mengobati penyakit malaria
- Tahu 44 47,3
- Tidak tahu 49 52,7

Pengetahuan masyarakat tentang malaria perlu ditingkatkan dengan cara


memberikan penyuluhan oleh petugas kesehatan, karena dalam kenyataannya
masyarakat lebih mendengarkan informasi yang diberikan oleh orang yang berkompeten
dalam kesehatan. Peran petugas kesehatan sangat menentukan dalam memutus mata
rantai siklus hidup nyamuk Anopheles sp. Salah satu bentuk intervensi petugas kesehatan
yaitu memberikan penyuluhan kesehatan tentang pemberantasan sarang nyamuk
penyebab malaria. Penyuluhan kesehatan masyarakat bertujuan agar masyarakat
menyadari mengenai masalah penanggulangan dan pemberantasan malaria, sehingga
mengubah pola perilaku untuk hidup sehat dan bersih.7

Sikap responden terhadap malaria


Sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi
dengan stimulus yang diterimanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa sikap berbeda
dengan pengetahuan, karena memberikan kesiapan yang menunjukkan aspek positif atau
negatif yang berorientasi kepada hal-hal yang bersifat umum.8 Menurut Zulkifli,
pengalaman menghadapi suatu objek yang dijumpai dalam waktu berulang-ulang dapat
menjadi stimulus dalam membentuk keyakinan seseorang terhadap suatu objek.9
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengganggap bahwa
malaria merupakan penyakit yang berbahaya dan menyebabkan kematian (66,7%),

7
malaria dapat dicegah (76,3%), berobat ke Puskesmas merupakan tindakan tepat (96,8%),
minum obat dari Puskesmas dapat menyembuhkan malaria (92,5%), perlu diambil darah
untuk pemeriksaan malaria (93,5%) dan nyamuk malaria merupakan penular malaria
(62,4%).

Tabel 3 Persentase Responden Menurut Sikap Terhadap Malaria


Di Desa Pagar Desa Kabupaten MUBA Tahun 2006
Komponen Sikap Terhadap Malaria n Setuju Tidak Tidak
(%) Setuju (%) Tahu
(%)
Malaria dapat dicegah penularannya 93 76,3 1,1 22,6
Penyakit dengan gejala-gejala demam, 93 66,7 16,1 17,2
menggigit, berkeringat, dll (gejala malaria)
adalah penyakit berbahaya dan dapat
menyebabkan kematian
Dengan minum obat dari Puskesmas dapat 93 92,5 2,2 5,4
menyembuhkan penyakit malaria
Untuk memastikan penyakit malaria maka 93 93,5 0 6,5
penderita perlu diambil sediaan darahnya
Berobat ke Puskesmas merupakan tindakan 93 96,8 1,1 2,2
yang tepat untuk menyembuhkan malaria
Nyamuk merupakan penular penyakit malaria 93 62,4 5 32,3

Perilaku responden terhadap pencegahan dan pengobatan malaria


Dari komponen perilaku yang dilakukan oleh responden yang tertera pada Tabel 4
bahwa ada 7 orang (7,5%) yang belum pernah sama sekali berobat ke Puskesmas/Bidan
desa/Tenaga kesehatan dengan alasan yang berlainan antara lain: tidak punya biaya
untuk menjangkau Puskesmas atau memanggil tenaga kesehatan yang biasa dipanggil
untuk mengobati penduduk bila ada yang sakit, selain itu ada yang menolak untuk berobat
ke Puskesmas/Bidan Desa/Tenaga kesehatan dan lebih memilih berobat ke dukun (5,4%)
karena lebih percaya terhadap pengobatan dukun. Dukun yang dianggap oleh masyarakat
dapat mengobati penyakit adalah Kepala Suku Anak Dalam. Tindakan pengobatan yang
dilakukan responden sangat bervariasi, namun sebagian besar (41,9%) mengaku membeli
obat di warung. Adapun obat yang biasa dibeli oleh responden di warung untuk mengobati
gejala malaria yang diderita yaitu Riboquin®, Pil Kina®, Resochin® dan obat demam
(Bodrex®, Inzana®, Paramex®). Pengetahuan dan sikap responden sudah cukup baik untuk
mendapat pengobatan bila terkena malaria yaitu berobat ke Puskesmas dan tenaga
kesehatan bila terkena malaria namun dalam dalam prakteknya tidak memanfatkan
fasilitas tersebut. Jarak tempuh dari sarana pelayanan kesehatan merupakan salah satu
faktor yang penting dalam utilisasi rawat sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat
cenderung memanfaatkan sarana yang ada di sekitar tempat tinggalnya.
Kebiasaan sering keluar rumah pada malam hari dilakukan oleh sebagian besar
responden (66,7%) untuk mengobrol di warung-warung, menonton TV di rumah tetangga
dan melakukan kegiatan MCK (Mandi, cuci, kakus). Sebagian besar responden (95,7%)
tidak memakai perlindungan khusus untuk menghindar gigitan nyamuk selama di luar
rumah, namun demikian dalam melindungi diri dari nyamuk di dalam rumah di malam hari
dengan menggunakan kelambu dilakukan oleh sebanyak 41,9% responden dan
menggunakan obat nyamuk bakar serta kelambu dilakukan oleh sebanyak 31,2%.
Mengingat hal tersebut bahwa perilaku sehari-hari pada malam hari khususnya di luar
rumah sangat berisiko tinggi untuk kontak dengan nyamuk penular malaria. Bila dikaitkan
dengan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit malaria, maka perlu
diberikan pengetahuan tentang malaria untuk peningkatan pengetahuan masyarakat.
Menurut Lawrence Green seperti yang dikutip dalam Notoatmodjo, perilaku dipengaruhi
oleh faktor-faktor predisposisi, pendukung dan pendorong yang diarahkan pada pendidikan
masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan.10 Pendidikan adalah suatu faktor

8
proteksi penting dan adanya fakta kecenderungan penurunan resiko malaria dengan
peningkatan pengetahuan.

Tabel 4. Persentase Responden Menurut Tindakan Yang Berkaitan Dengan Malaria


Di Desa Pagar Desa Kab MUBA
Jumlah
Komponen Tindakan Persentase
(N = 93)
Pernah berobat ke Puskesmas/Bidan desa/Tenaga
- Pernah
kesehatan 86 92,5
- Belum pernah 7 7,5
Tindakan yang dilakukan jika anda atau keluarga anda
menderita penyakit malaria
- Berobat ke Puskesmas 28 30,1
- Berobat ke dukun 5 5,4
- Beli obat di warung 39 41,9
- Dibiarkan sembuh sendiri 1 1,1
- Menggunakan obat tradisional 20 21,5
Kebiasaan keluar rumah pada malam hari
- sering (3 kali atau lebih dalam seminggu) 62 66,7
- kadang-kadang (kurang dari 3 kali dalam seminggu) 14 15,1
- Tidak pernah 17 18,3
Tindakan yang dilakukan untuk menghindarkan diri dari
gigitan nyamuk apabila sedang berada di luar rumah pada
-malam
Memakai
haribaju berlengan panjang dan celana panjang 3 3,2
- Memakai repellent 1 1,1
- Tidak memakai perlindungan khusus 89 95,7
Tindakan yang dilakukan untuk menghindarkan diri dari
gigitan nyamuk apabila sedang berada di dalam rumah
-pada
Memakai
malam repellent
hari 2 2,2
- Memakai obat nyamuk bakar 23 24,7
- Memakai kelambu 39 41,9
- Memakai kelambu dan obat nyamuk bakar 29 31,2

Penelitian Hence, the Vietnamese national programme for poverty alleviation, 11


diantara strategi-strategi lainnya, penyediaan subsidi penuh pada kaum minoritas untuk
pendidikan anak-anaknya (sekolah dasar dan lanjutan) memberikan kontribusi yang
signifikan dalam mengurangi bukan hanya kemiskinan tetapi juga penyakit seperti malaria.
Terlepas dari status ekonomi, pendidikan adalah faktor krusial yang dapat dipercaya dalam
mengukur angka pencegahan malaria dan yang lebih krusial lagi adalah pendidikan ibu
dalam pencegahan dan pengobatan malaria pada anak-anak.12,13

KESIMPULAN
Pengetahuan dan perilaku masyarakat tentang malaria di desa Pagar Desa masih kurang
baik. Perilaku untuk menghindarkan diri dari kontak dengan nyamuk penularan malaria
malam hari sangat kurang terutama pada saat kegiatan di luar rumah sehingga berisiko
untuk tertular penyakit malaria, hal ini sangat mempengaruhi kejadian malaria di Desa
Pagar Desa. Perilaku pencarian pengobatan menunjukkan hanya sedikit masyarakat yang
memanfaatkan pelayanan kesehatan (maupun nakes).

SARAN
Perlu menyadarkan masyarakat melalui penyuluhan untuk meningkatkan perilaku positif
terhadap malaria dengan banyak metode yang bisa diterapkan. Tetapi pada dasarnya
langkah penting yang harus dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang berbagai aspek penting yang berhubungan dengan malaria, sehingga diharapkan
masyarakat bisa bersikap dan berperilaku positif untuk mencegah malaria.

9
DAFTAR PUSTAKA
1. Klinkenberg E, Van der Hoek W, Amerasinghe FP. A malaria risk analysis in an
irrigated area in Sri Lanka. Acta Tropica 2004; 89: 215-25.
2. Notoatmodjo, Soekidjo. Berbagai Aspek Sosial Budaya dalam Pemberantasan Penyakit.
Kumpulan Makalah Seminar Parasitologi ke II. Jakarta 24-27 Juni 1981. Penerbit Grafiti
Medika Press, 1981.
3. Joko H.P. Belajar dari Kearifan Suku Anak Dalam. Ditelusuri dari:
http://www.ireyogya.org/adat/flamma_adat_vol3_gagas1.htm (diakses 1 Desember
2006)
4. Martens, P. and Hall L. Malaria on the move: Human population movement and malaria
transmission. Emerging Infectious Diseases 2000 Vol 6 No2: 103-109.
5. E. Worrall, S. Basu, and K. Hanson. The relationship between socio-economic status
and malaria: a review of the literature. Ditelusuri dari: http://www.rollbackmalaria.org.
(diakses 1 Desember 2006)
6. Agyepong, IA. Malaria: Ethnomedical perceptions and practice in an Adange farming
community and implications for control. Soc. Sci. Med. 1992; 35(2):131- 137.
7. Friaraiyatini, Soedjajadi Keman, Ririh Yudhastuti. 2006 Pengaruh Lingkungan Dan
Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Malaria Di Kab. Barito Selatan Propinsi
Kalimantan Tengah, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No. 2, Januari 2006:121 -
128.
8. M. H. Matondang, dan Sri. H. Prestasi Kerja dikaitkan dengan Tanggung Jawab dan
Sikap Parameter, Jurnal Ilmu Pendidikan, UNJ No. 14 th XIX April 2002. hal. 34.
9. Yahya, Yenni, A., Santoso dan Ambarita, L.P. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu
Terhadap Malaria pada Anak di Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Tahun 2005.
Buletin Penelitian Kesehatan 2006 Vol. 34 No. 2: 61-71
10. Notoadmojdo Soekidjo. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta, 1993
11. Anonimus. Vietnamese program for poverty alleviation. Ditelusuri dari:
http://www2.gtz.de/vietnam/projects/closed%20projects/
projects_rural_poverty_eng.htm. (diakses 1 Desember 2006)
12. Amuge B, Wabwire-Mangen F, Puta C, Pariyo GW, Bakyaita N, Staedke S, Kamya M,
Okui O: Health-seeking behavior for malaria among child and adult headed households
in Rakai district, Uganda. Afr Health Sci 2004, 4:119-124.
13. Cropley L: The effect of health education interventions on child malaria treatment-
seeking practices among mothers in rural refugee villages in Belize, Central America.
Health Promotion International 2004, 19:445-452

10

You might also like