You are on page 1of 8

1 Nuraini Okta Viandari

PENGRAJIN DINDING BAMBU Jurnal Analisa Sosiologi


ANTARA TANTANGAN DAN
HARAPAN
Studi Fenomenologis Pengrajin Dinding
Bambu di Desa Pojok Kabupaten Blitar

Nuraini Okta Viandari1

Abstract
The development of technology today is grow very rapidly. This encourages
changes in society in all aspects, one of which is in the field of architecture.
In the past, villagers often used gall as the walls of the house. Gedeg is a
wall for building houses made of woven bamboo. However, as the
development of increasingly modern times, bamboo walls began to be
replaced by bricks. To find out the survival of bamboo wall craftsmen, the
authors conducted a study in Pojok Village RT 02 RW 03 Ponggok District,
Blitar Regency. In this village there is still one bamboo wall craftsman, so
the research was carried out in one of the residents' houses. In this study,
the authors used a qualitative approach, in which the data collection
process was carried out by means of direct interviews by informants. this
research produces information data about the existence of bamboo
craftsmen who still survive in modern society. This existence illustrates that
the more rare bamboo wall craftsmen in society, the more sought after. This
has become something special for bamboo wall craftsmen in the village of
Pojok. In this study there was one resource person who was interviewed in
depth about the existence of bamboo wall craftsmen in the modern era in
Pojok Village.

Keywords: gedeg, rare, existence

Abstrak
Perkembangan teknologi dewasa ini berkembang sangat pesat. Hal ini
mendorong perubahan dalam masyarakat dalam segala aspek, salah
satunya adalah dalam bidang arsitektur. Dahulu, penduduk Desa kerap kali
menggunakan gedeg sebagai dinding rumah. Gedeg adalah dinding untuk
bangunan rumah yang terbuat dari anyaman bambu. Namun, seiring
perkembangan zaman yang semakin modern, dinding bambu mulai
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negei Malang
ainioctavian04@gmail.com
Nuraini Okta Viandari 3

tergantikan oleh batu bata. Terkait hal ini, jumlah para pengrajin dinding
bambu di Indonesia menurun. Untuk mengetahui bertahannya pengrajin
dinding bambu, penulis melakukan penelitian di Desa Pojok RT. 02 RW. 03
Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan metode pendekatan kualitatif, dimana proses pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara langsung oleh informan. penelitian ini
menghasilkan data informasi mengenai eksistensi pengrajin bambu yang
masih bertahan di tengah masyarakat modern. Eksistensi ini
menggambarkan bahwa semakin langka pengrajin dinding bambu dalam
masyarakat, maka semakin dicari. Hal inilah yang menjadi sesuatu yang
istimewa bagi pengrajin dinding bambu di desa Pojok. Dalam penelitian
ini terdapat satu narasumber yang diwawancari secara mendalam
mengenai keberadaan pengarajin dinding bambu dalam era modern di
Desa Pojok Kabupaten Blitar.

Kata Kunci: gedeg, langka, eksistensi

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang kaya akan unsur kebudayaan. Kekayaan
budaya yang dimiliki Indonesia merupakan hasul dari warisan nenek
moyang Indonesia (Lusianti, Rani:2012). Menurut data Badan Pusat
Statistik (BPS) pada bulan Juli 2017 Indonesia memiliki sekitar 16.056
gugugsan pulau. Sebagai negara yang terdiri dari banyak pulau, wilayah
Indonesia satu sama lain memiliki letak geografis yang berbeda sehingga
mempengaruhi kebudayaan yang ada dalam kawasan tersebut. Adapun
unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat yaitu bahasa, pengetahuan,
sistem kekerabatan atau organisasi sosial, peralatan hidup dan teknologi,
ekonomi atau mata pencaharian, sistem religi, dan kesenian.

Salah satu unsur kebudayaan kesenian yaitu rumah tradisional. Menurut


Budihardjo (1994:57) rumah adalah aktualisasi diri yang diejawantahkan
dalam bentuk kreativitas dan pemberian makna bagi kehidupan
penghuninya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rumah tradisional adalah
aktualisasi diri dalam bentuk kreativitas dan pemberian makna bagi
Jurnal Analisa Sosiologi 4

penghuninya pada masyarakat tardisional. Masyarakat Indonesia pada


zaman dahulu, khususnya masyarakat Jawa sering menggunakan anyaman
yang terbuat dari bambu untuk dijadikan dinding rumah. Dalam masyarakat
Jawa, dinding bambu ini sering disebut dengan gedeg.Gedeg merupakan
sebuah anyaman yang terbuat dari bambu yang berukuran besar dan
biasanya digunakan sebagai dinding, pintu, sekat, penutup lantai, dan langit-
langit.

Seiring perkembangan zaman yang semakin modern dan cepatnya arus


gloablisasi, perlahan gedeg mulai tergantikan oleh batu bata atau batako.
Secara fisik, batu bata lebih kokoh jika dibandingkan gedeg. Hal inilah yang
menjadikan penelitian ini dilakukan guna mengkaji lebih dalam mengenai
keberadaan pengrajin dinding bambu pada zaman modern di Desa Pojok
Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar. Fokus bahasan dalam penelitian ini
adalah eksistensi bertahannya pengrajin dinding bambu pada era globalisasi
di desa Pojok Kabupaten Blitar. Dimana dalam penelitian ini, peneliti
mencoba memaparkan tantangan dan harapan yang dialami oleh pengrajin
dinding bambu pada era globalisasi.

Dalam penulisan artikel ini, peneliti menggunakan teori Survival of the


Fittest milik Herbert Spencer. Teori ini menyatakan bahwa individu yang
“fit” akan lebih mampu bertahan hidup dalam menghadapi seleksi alam dari
pada individu yang “tidak fit”. “fit” dalam hal ini diartikan sebagai individu
yang mampu beradaptasi dengan lingkungan masa kini atau dalam
lingkungan yang telah berganti generasi. Arti “fit” dalam hal ini tidak ada
hubungannya dalam konteks biologi, namun terkait dalam konteks sosial.
Individu yang “fit” akan mampu bertahan di tengah seleksi alam, sehingga
ia mampu mencari celah untuk bertahan hidup dalam lingkungan tetsebut.
Terkait dengan artikel ini, individu “fit” yang dimaksud adalah satu-satunya
pengrajin dinding bambu yang mampu bertahan di tengah arus globalisasi
yang mulai menggeserkan profesi mereka saat ini. Namun, ia mampu
mencari celah di tengah masyarakat saat ini, sehingga ia mampu bertahan
hidup hingga sekarang dengan capaiannya tersebut.
Nuraini Okta Viandari 5

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif, dimana data
diperoleh melalui wawancara langsung oleh peneliti dan kepada informan.
Wawancara dilakukan guna mencari informasi yang lebih mendalam oleh
informan, karena hasil data dari wawancara tidak terbatas dan dapat disaring
untuk nanti dapat dikembangkan dan dikemas dalam bentuk yang lebih
relevan dan efektif. Penelitian ini dilakuakan selama satu hari pada 23
November 2019.

Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi


yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk
memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut padang partisipan. Dengan
demikian arti atau pengertian penelitian kualitatif tersebut merupakan
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek. Alamiah
dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005).

Adapun proses penelitian dan penulisan dilakukan dengan mendatangi


lokasi langsung dan melakukan wawancara individu. Terkait dengan hal
tesebut, peneliti juga mencari artikel, jurnal, dan buku terkait judul yang
ditulis. Landasan teori diperoleh dari sumber pusaka berupa buku, artikel,
dan jurnal online. Wawancara dilakukan dengan memakai bahasa Krama
yang dalam penelitian ini telah diubah dan dikemas ke dalam bahasa
Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tantangan Pengrajin Gedeg Pada Era Globalisasi di Desa Pojok

Kerajinan dinding bambu tidak dapat dipungkiri pernah menjadi pupularitas


yang tinggi di Desa Pojok Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar. Hal ini
dikarenanan oleh kentalnya adat Jawa dengan cara mengolah bahan alam
yang mudah ditemui di Desa Pojok untuk dikembangkan menjadi sebuah
kerajinan bahkan arsitektur bangunan. Penggunaan gedeg sebagai dinding
rumah memiliki keunikan tersendiri bagi masyarakat. Namun, seiring
perkembangan zaman yang semakin modern, penggunaan gedeg sebagai
mulai tergantikan oleh batu bata atau batako. Pengrajin dinding bambu pun
Jurnal Analisa Sosiologi 6

semakin lama semakin berkurang. Di Desa Pojok yang dahulu memiliki


sekitar enam pengrajin, kini tinggal satu saja yang bertahan. Pengrajin
bambu yang berhenti bekerja ini memiliki sebab-sebab yang menjadikannya
berhenti. Arus globalisasi yang sangat pesat membuat perubahan-perubahan
dalam kehidupan sehari-hari, baik dari sisi sosial maupun bidang-bidang
tertentu, seperti bidang arsitektur bangunan. Salah satu aspek yang mulai
tergantikan yaitu bahan bangunan yang digunakan pada rumah-rumah
penduduk. Dahulu, penduduk Desa Pojok banyak yang menggunakan gedeg
untuk dinding rumah mereka. Penggunaan gedeg dianggap praktis dan tidak
memerlukan bahan perekat lain, seperti semen. Penggunaan gedeg untuk
dinding rumah juga memiliki nilai estetik sendiri. Hal ini dikarenakan gedeg
merupakan slaah satu kerajinan masyarakat Indonesia yang terus
dilestarikan dari nenek moyang. Gedeg ini terbentuk dari anyaman bambu
yang telah di sisir dan dikeringkan. Oleh karena itu, gedeg adalah suatu
bahan bangunan yang memiliki keunikan serta nilai estetik yang tinggi.

Gambar 1. Bambu yang sudah dipotong dan siap untuk disisir

Gambar 2. Potongan bambu yang sudah disisir

Seiring berkembangnya arus globalisasi, gedeg lama-kelamaan mulai


tergantikan oleh bahan dasar bangunan yang lebih kokoh. Salah satunya
Nuraini Okta Viandari 7

adalah batu bata. Perubahan dari bidang arsitektur ini menjadi salah satu
tantangan bagi para pengrajin dinding bambu. Tantangan ini timbul karena
masyarakat perlahan beralih dari penggunaan gedeg menjadi batu bata
sebagai dinding rumah. Perubahan tetsebut mengakibatkan para pengrajin
dinding bambu yang beralih profesi atau berhenti bekerja sebagai dinding
bambu karena dianggap tidak memiliki penghasilan ekonomi yang
menjanjikan.

Harapan Pengrajin Gedeg Pada Era Globalisasi di Desa Pojok


Berkembangnya arus globalisasi yang semakin pesat, menyebabkan banyak
perubahan di berbagai bidang, salah satunya adalah bangunan. Perubahan
ini semakin terlihat jelas salah satunya dengan bukti adanya pergeseran
bahan dasar yang digunakan dalam bangunan rumah. Pergesaran ini salah
satunya yang telah banyak terjadi yaitu pergeseran dinding rumah gedeg
menjadi batu bata. Penggunaan dinding berbahan baku batu bata ini kerap
kali dianggap lebih kokoh, kuat, serta tahan lama. Hal ini mengakibatkan
penggunaan gedeg untuk dinding rumah semakin berkurang. Sebelumnya,
masyarakat Jawa sering kali menggunakan gedeg untuk dinding rumah
mereka. Penggunaan gedeg dianggap praktis dan tidak memerlukan bahan
perekat lain, seperti semen. Penggunaan gedeg untuk dinding rumah juga
memiliki nilai estetik sendiri. Hal ini dikarenakan gedeg merupakan slaah
satu kerajinan masyarakat Indonesia yang terus dilestarikan dari nenek
moyang. Gedeg ini terbentuk dari anyaman bambu yang telah di sisir dan
dikeringkan. Oleh karena itu, gedeg adalah suatu bahan bangunan yang
memiliki keunikan serta nilai estetik yang tinggi. Namun, dewasa ini
penggunaan gedeg untuk dinding rumah penduduk sudah jarang digunakan,
bahkan oleh penduduk Desa sekalipun. Hal ini menyebabkan para pengrajin
dinding bambu tidak optmis dalam menjalankan profesinya. Para pengrajin
dinding bambu beranggapan bahwa menganyam dinding bambu sekarang
sudah bukan profesi yang menjanjikan, karena penggunaan gedeg yang
sudah mulai berkurang. Karena anggapan tersebut, banyak pengrajin
dinding bambu di Desa Pojok lebih memilih berhenti menganyam dinding
bambu.
Jurnal Analisa Sosiologi 8

Dibalik kelangkaan pengrajin dinding bambu di Desa Pojok Kabupaten


Blitar, terdapat sisi baik didalamnya untuk pengrajin dinding bambu yang
mampu bertahan di era globalisasi ini. Suatu keunikan tersendiri, terbukti
bahwa semakin langka pengrajin gedeg, justru banyak yang mencarinya.
Pernyataan ini disampaikan oleh salah satu informan dalam penulisan artikel
ini, yaitu satu-satunya pengrajin gedeg di Desa Pojok. Pengrajin gedeg yang
semakin langka ini, justru banyak dicari karena sudah jarang ada pada era
modeern ini. Namun, dalam hal ini, penjualan dinding bambu semakin
meningkat, dikarenakan kelangkaan tersebut. Hal ini mendatangkan nilai
ekonomis yang baik bagi pengrajin dinding bambu yang mampu bertahan.
Nilai estetik dalam dinding bambu (gedeg) memiliki daya tarik tersendiri,
dibandingkan batu bata, sehingga hal ini yang menimbulkan gedeg
memiliki nilai jual yang tinggi.

KESIMPULAN

Bangunan merupakan salah satu unsur kebudayaan Indonesia. Bangunan-


bangunan Indonesia memiliki ciri khas tersendiri dari masing-masing
daerah. Salah satu keunikan tersebut terbukti di masyarakat Jawa yang
sering menggunakan gedeg sebagai dinding rumah mereka. namun, seiring
perkembangan zaman, penggunaan dinding bambu mulai bergeser menjadi
batu bata. Batu bata diangap lebih kokoh, kuat sert tahan lama. hal ini
menyebabkan penggunaan dinding bambu ian berkurang dan pengrajin
dinding bambu beralih brofesi atau berhenti belerka karena dianggap tidak
memiliki penghasilan yang menjanjikan. Namun, di lain sisi, semakin
langka pengrajin gegeg¸justru semakin dicari karena gedeg memiliki nilai
estetik yang unik. Sehingga dala hal ini harga gedeg semakin mahal dan
penghasilan pengrajinnya yang mampu bertahan memiliki penghasilan yang
menjanjikan.
Nuraini Okta Viandari 9

DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi, Agus. 2013. Unsur-unsur Kebudayaan Beserta Penjelasannya.
(Online), (http://mbahkarno.blogspot.co.id/2013/09/unsur-unsur-
kebudayaan-beserta.html), diakses 8 Mei 2018.
Tohir. 2018. Mengintip Pembuatan Kerajinan Gedeg di Desa Banjaran.
(Online), (http://chyrun.com/pembuatan-kerajinan-gedek-bambu-
desa-banjaran/), diakses 8 Mei 2018.
Dynash, Jaun. 2014. Budaya Adat Indonesia. (Online),
(http://budayaadatdaerah.blogspot.co.id/2014/11/pengertian-rumah-
adat.html), diakses 8 Mei 2018.
Kurniawati, T. 2015. Tingkat Kesejahteraan Pengrajin Dinding Bambu di
Desa Sendari, Kecamatan Milati, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta. 48-50.
Lubis, Damayanti. 2014. Eksistensi Mebel Bambu di Tengah Perkembangan
Desain dan Teknologi. 11(2), 137-139.
Sridianti. 2018. Apa itu Etnografi. (Online), (http://www.sridianti.com/apa-
itu-etnografi.html), diakses 10 Mei 2018.
Siuntul. 2017. Pengertian Arsitektur, Pengertian Rumah Tradisional, Dan 14
Contoh Rumah Tradisional Beserta Gambar. (Online),
(http://siuntul.blogspot.co.id/2017/04/pengertian-arsitektur-
pengertian-rumah.html), diakses 10 Mei 2018.
Jayawan. 2018. Konstruksi Dinding Bambu Part 1 . (Online),
(https://jayawan.com/konstruksi-dinding-bambu/), diakses 10 Mei
2018.
Imagebali. 2018. Keuntungan pembuatan dinding bambu. (Online),
(http://imagebali.net/detail-artikel/625-keuntungan-menggunakan-
dinding-bambu.php), diakses 12 Mei 2018.
Fawzy, A. 2010. Pengertian Etnografi. (Online),
(http://adeadeankali.blogspot.co.id/2010/01/pengertian-
etnografi.html), diakses 10 Mei 2018.
Noorta, Silva. 2019. Teori Darwinisme Sosial: Suatu Pendekatan Barat
Dalam Mentamadunkan Penduduk di Borneo Utara Menerusi
Perspektif Sejarah. Malaysian Journal of Social Humanity. 4(6)

You might also like