You are on page 1of 12

STUDI PROSES TRADISI MEMBANGUN RUMAH TINGGAL GORONTALO TERHADAP

KEBUDAYAAN GORONTALO
(Study of Tradition Process of Building Gorontalo House for Gorontalo Culture)

Kalih Trumansyahjaya, Lydia S. Tatura


Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo
Jl. Jenderal Soedirman No 6, Gorontalo 19628
trumansyahjaya@gmail.com

ABSTRACT

The cultural form in architecture is an indication that the closer the work of architecture to the
process of cultural creation. The work of architecture as an artifact is the final form arising
from the existence of ideas and actions within a culture. The people of Gorontalo generally
still hold the customary tradition in the process of building a house in Gorontalo which is a
cultural idea and action that can reflect the traditional and cultural strength of Gorontalo
people so that it can be used as a trace of Gorontalo architectural culture. This study aims to
discuss the details of the implementation and understand how the process of building
tradition in Gorontalo society based on technical, cultural and environmental aspects. The
research method uses a qualitative approach as a process of collecting a number of actual
and contextual field data to get a detailed picture. The process for analyzing the problem
then uses descriptive and inductive research methods to focus its attention on actual
phenomena and depicts in depth the conditions in the field. The result of this research is a
thorough knowledge of traditional structural system of cultural process of building a house in
Gorontalo society.

Keywords: Building Tradition, House, Culture, Gorontalo People

ABSTRAK

Bentuk budaya dalam arsitektur merupakan indikasi bahwa semakin dekat karya arsitektur
dengan proses penciptaan budaya. Karya arsitektur sebagai artefak adalah bentuk akhir
yang timbul dari adanya gagasan dan tindakan dalam suatu budaya. Masyarakat Gorontalo
pada umumnya masih memegang tradisi adat dalam proses membangun rumah di
Gorontalo yang merupakan gagasan dan tindakan budaya yang dapat mencerminkan
kekuatan adat dan budaya masyarakat Gorontalo sehingga dapat dijadikan sebagai jejak
budaya arsitektur Gorontalo. Studi ini bertujuan membahas rincian pelaksanaan dan
memahami bagaimana proses tradisi membangun rumah tinggal pada masyarakat
Gorontalo berdasarkan aspek teknis, budaya dan lingkungan. Metode penelitian
menggunakan pendekatan kualitatif sebagai proses pengumpulan sejumlah data di
lapangan yang aktual dan kontekstual untuk mendapatkan gambaran yang terjadi secara
mendetail (aktivitas, simbol, perilaku). Proses untuk menganalisa masalah tersebut
kemudian menggunakan metode penelitian deskriptif dan induktif untuk memusatkan
perhatiannya pada fenomena aktual dan menggambarkan secara mendalam sesuai kondisi
di lapangan. Hasil penelitian ini adalah pengetahuan menyeluruh tentang sistem struktur
budaya proses tradisional membangun rumah tinggal di masyarakat Gorontalo.

Kata Kunci: Tradisi Membangun, Rumah Tinggal, Kebudayaan, Masyarakat Gorontalo


PENDAHULUAN budaya ini musnah secara perlahan-
Rumah tinggal yang dibangun oleh lahan.
masyarakat tradisional dengan keputusan Kajian terhadap proses tradisi
desainnya dipengaruhi oleh tradisi dalam pembangunan rumah tinggal yang ada
budaya masyarakat tersebut yang pada masyarakat Gorontalo merupakan
memiliki kecerdikan pada proses sebagai bentuk inventarisasi dan
pembangun secara lokal serta memiliki dukumentasi dalam bidang teknis, budaya
pengetahuan khusus terhadap lingkungan dan lingkungan terhadap arsitektur
tersebut. Pada sudut pandang tersebut, tradisional di seluruh wilayah Indonesia
maka penelitian ini berupaya untuk termasuk daerah Gorontalo.
mengkaji kegiatan proses tradisi Terinventarisasinya bahan-bahan tersebut
membangun rumah tinggal pada akan dapat memberikan sumbangan
masyarakat tradisional Gorontalo yang dalam penyusunan sebuah kebijakan
dikenal dengan istilah Momayango nasional dibidang kebudayaan baik yang
sebagai cara berarsitektur asli masyarakat menyangkut pembinaan maupun
Gorontalo yang merupakan kekayaan pengembangan kebudayaan nasional
arsitektural yang harus tetap dilestarikan sehingga dapat menyelamatkan arsitektur
dan diperkenalkan di nusantara. tradisional sebagai warisan budaya bagi
masyarakat daerah serta dapat
Provinsi Gorontalo adalah salah satu mempererat persatuan dan kesatuan
dari 32 provinsi di wilayah Republik bangsa khususnya di daerah Gorontalo.
Indonesia yang memanjang dari Timur ke
Barat di Bagian Utara Pulau Sulawesi METODE PENELITIAN
yang terdiri dari 1 (satu) wilayah Penelitian mengenai proses tradisi
kotamadya dan 5 (lima) wilayah membangun rumah tinggal Gorontalo
kabupaten. Wilayah kota Gorontalo terhadap kebudayaan Gorontalo
merupakan salah satu kota tua di menggunakan pendekatan kualitatif
Sulawesi selain kota Makassar, Pare-pare dengan alasan untuk menjawab
dan Manado serta menjadi salah satu dari pertanyaan penelitian tentang konsep
19 daerah adat di nusantara. Gorontalo keterkaitan antara prosesi tradisi
sebagai daerah adat memiliki berbagai pembangunan rumah tinggal Gorontalo
macam tradisi dan budaya, salah satunya terhadap arsitektur tradisional sehingga
adalah proses tradisi pembangunan menjadi simbol budaya sosial terhadap
rumah tinggal (Payango) di Gorontalo teknis, budaya dan lingkungan sebagai
yang mengandung kekayaan budaya gejala arsitektural dan fakta natural yang
sehingga sangat menarik nilainya seperti sangat fenomenal.
pada suku-suku yang ada di Indonesia. Untuk mendekati masalah-masalah
Kekayaan budaya Gorontalo yang secara naturalistik kepada subjek
terkandung dalam proses tradisi penelitian baik itu variabel terikat
pembangunan rumah tinggal tersebut (arsitektur tradisional) maupun variabel
dalam bahaya kepunahan yang bebas (prosesi tradisi pembangunan
disebabkan adanya pergeseran wujud- rumah tradisional, ketua adat,
wujud kebudayaan yang terkandung pemilik/penghuni rumah, masyarakat
dalam arsitektur tradisional, sementara Gorontalo), maka peneliti harus benar-
pelestarian dari generasi ke generasi benar mengenali, mengetahui, dan
mengalami keterputusan sistemik memahami masalah-masalah tersebut
dikarenakan masyarakat Gorontalo sudah secara teknis, budaya dan lingkungan
terpengaruh akan adanya ilmu kemajuan Proses deskriptif digunakan pada
teknologi dan menganggap Payango ini waktu melakukan penelitian makro
hanyalah tradisi yang tidak layak lagi di “arsitektur masyarakat tradisional” dalam
pergunakan untuk jaman sekarang. menjelajah keberadaan arsitektur
Akibatnya, pola dan sistem pelestarian tradisional berupa rumah tinggal
kearifan lokal secara genetis hilang atau masyarakat Gorontalo yang ada tersebar
mati, sehingga masa depan kekayaan di wilayah kota Gorontalo. Setelah
memperoleh gambaran umum terhadap
beberapa rumah tinggal masyarakat kekuatan yang lebih tinggi; hubungan
Gorontalo baik secara bentuk, sosial dengan orang atau kelompok lain;
karakteristik maupun pola susunan ruang, ekspresi kepribadian individual kepada
maka dikaji lebih mendalam lagi untuk lingkungan masyarakat di sekitarnya;
mengetahui adanya suatu kekuatan mengupas makna-makna yang dapat
“budaya” pada rumah tinggal tersebut. diterima oleh lingkungan (Mulder, 1975,
Proses induktif dilaksanakan pada dalam Koentjaraningrat, 2005).
penelitian mikro “tradisi dalam arsitektur” Oleh karena itu, “karya arsitektur”
di masyarakat Gorontalo, dengan fokus dalam sebuah masyarakat dapat menjadi
penelitian pada fenomena upacara tradisi, alat untuk membaca kondisi pengalaman
fenomena perabot dan perlengkapan dan sistem nilai kebudayaan dalam
ritual, fenomena simbol dan makna, masyarakat tersebut. Sebaliknya,
fenomena tata letak bangunan dan gagasan mengenai setting perilaku dalam
lingkungan, fenomena kepemilikan dan masyarakat merupakan hasil dialog dari
hak penghuni, fenomena bentuk dan perilaku sebagai tindakan dan desain
struktur bangunan, fenomena hierarki dan sebagai artifak kebudayaan. Sebagai
fungsi ruang, fenomena bahan bangunan contoh gambaran hubungan antara
lokal. Fenomena-fenomena tersebut kebudayaan dengan arsitektur adalah
terkait erat dengan proses pembangunan perkembangan gaya dalam dunia
rumah tinggal masyarakat Gorontalo arsitektur itu sendiri.
sehinga terbentuk konsep teknis, budaya Priyono (1992) dalam pembahasan
dan lingkungan terhadap arsitektur menyebutkan adanya 2 (dua) aspek yang
tradisional di Gorontalo. memperlihatkan konstruksi bangunan
rumah, yaitu yang bersifat prosesual dan
KAJIAN TEORI yang merupakan hasil akhir dari aspek
Rapoport (1969) mengungkapkan prosesual. Aspek prosesual itu adalah
bahwa arsitektur bermula sebagai tempat proses pembentukan bangunan rumah
bernaung. Oleh karena itu banyak yang menyangkut para pembuat rumah
anggapan di masyarakat bahwa arsitektur yang membangun rumah menurut tata
adalah sesuatu yang berhubungan organisasi tertentu. Di dalam masyarakat,
dengan bangunan sebagai tempat tinggal. proses tersebut dikendalikan dan
Pada awalnya arsitektur lebih terkait diarahkan oleh asumsi-asumsi dasar
kepada bangunan, terutama bangunan kebudayaan atau premis-premis
untuk tempat tinggal yang masih banyak kebudayaan masyarakat yang
dipengaruhi oleh adat, sehingga proses bersangkutan. Premis atau asumsi dasar
pembangunan rumah tinggal banyak itu terpersonifikasi di dalam para
memasukkan unsur adat. pemimpin adat yang menentukan
Apabila dilihat dari proses bagaimana rumah yang seharusnya
pembangunan rumah tinggal yang terjadi, dibangun sesuai dengan penjabaran yang
maka tahap gagasan merupakan awal menyiratkan asumsi dasar kebudayaan
terjadinya proses ber-arsitektur tersebut. itu. Selanjutnya, hasil akhir prosesual
Proses diawali oleh suatu gagasan adalah bangunan rumah secara utuh.
dengan melalui tindakan sampai akhirnya Bangunan itu sendiri mencerminkan suatu
terbentuk hasil karya fisik, sehingga konsep rumah yang khas bagi masyarakat
sedikit perubahan yang terjadi pada tahap yang bersangkutan. Komponen dan
gagasan ini berarti akan terjadi perubahan konsep rumah itu tercermin dalam
pula pada karya akhirnya. Namun elemen-elemen dan kontruksi
demikian, keberadaan konsep estetika bangunannya. Hubungan antara
sebagai wujud gagasan yang abstrak komponen dan konstruksi bangunan itu
selalu dipengaruhi oleh pengalaman mencerminkan peta pengetahuan budaya
masing-masing individunya maupun yang berkaitan dengan bangun yang ada
pengalaman kolektif yang dialami dalam masyarakat tersebut. Rumah
kelompok masyarakat tertentu. merupakan tempat kelangsungan hidup.
Pengalaman ini meliputi: pengembangan Semua aktivitas yang berhubungan
kepercayaan terhadap kekuasaan dan dengan kelahiran, kematian, perkawinan
berada dalam rumah. Dengan demikian, disebut bate-bate (pemangku adat). Bate-
di dalam rumah selalu menjadi tempat bate ini diangap serba mengetahui segala
pertemuan antara keluarga batin, kerabat seluk-beluk “adat bersendikan syara”,
dan semua yang terlibat didalamnya “syara bersendikan Al Qur’an” sehingga
sebagian besar aktivitas kehidupan setiap adanya upacara adat yang
manusia itu berada di dalam rumah dilakukan di lingkungan masyarakat
(Priyono, 1992). Gorontalo maka bate-bate lah yang
Penelitian-penelitian yang pernah memimpin dikarenakan bate-bate adalah
dilakukan sebelumnya menunjukkan orang-orang yang sangat berpengaruh
bahwa pembangunan rumah tinggal pada dalam masyarakat Gorontalo.
masyarakat tradisional sebagai suatu Prosesi pembangunan rumah tinggal
karya seni yang dilaksanakan dari dan pada masyarakat Gorontalo yang dimulai
oleh masyarakat tradisional untuk dari awal sampai dengan akhir
memenuhi kebutuhan keluarga dan pembangunan terdapat 3 prosesi yang
lingkungan yang ada di masa kini dan sangat penting, yaitu (1) prosesi
masa yang akan datang (Susetyarto M.B., perencanaan yang terdiri dari persiapan,
2016). Pada proses pembangunan rumah penentuan tempat dan pengadaan bahan,
tinggal yang dilakukan masyarakat (2) prosesi rancang bangun dan (3)
tradisional mengandung nilai-nilai budaya prosesi penghunian.
yang dianut oleh masyarakat sehingga
pada proses tersebut terdapat tiga
kegiatan utama yang saling menunjang
yaitu kegiatan yang terkait dengan teknis,
ritual dan adat yang memberikan suatu
symbol ataupun makna yang digunakan
untuk mengungkapkan peta kognitif
masyarakat yang bersangkutan (Amel,
1995; Lumempouw, 2014). Pada
kenyataannya, budaya masyarakat akan
membentuk arsitektur sehingga manusia
yang hidup dengan budaya nasional akan
dapat menghasilkan arsitektur yang
memiliki identitas (Ettehad et al, 2014).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Masyarakat Gorontalo merupakan
masyarakat yang kental akan adat istiadat
dan juga merupakan masyarakat yang
sangat religius. Hal ini ditandai dengan
kehidupan masyarakat Gorontalo yang
memegang teguh akan filsafatnya yaitu
“adat bersendikan syara”, syara
bersendikan Al Qur’an” (Daulima, 2004).
Kehidupan masyarakat Gorontalo yang
sangat religius ini sangat berpengaruh
juga pada proses pembangunan rumah
tinggal.
Tata laksana dalam melakukan
pembangunan rumah tinggal harus
didasarkan kepada ketentuan agama dan
adat, dapat dilihat dengan adanya
seseorang yang memimpin prosesi tradisi
pembangunan rumah tinggal yaitu
seorang yang mempunyai pengetahuan
luas tentang agama dan adat yang
Analisa Prosesi Tradisi Pembangunan Rumah Tinggal di Lingkungan Masyarakat Gorontalo Terhadap Teknis, Budaya dan
Lingkungan

Analisa Prosesi Tradisi Kesimpulan


No Variabel Pembangunan Rumah Ruang Pelaku
Tinggal Gorontalo Teknis Budaya Lingkungan
1 Prosesi Segala bentuk kegiatan Ruang  Tamomayanga Pelaksanaan Musyawarah Musyawarah
Perencanaan yang ada dilingkungan keluarga/ (seorang yang musyawarah (Dulohupa) pada memberikan
masyarakat, khususnya Ruang tertua) (Dulohupa) lingkungan pembekalan
kegiatan pembangunan tengah  Pemilik rumah dilakukan pada masyarakat maupun
rumah tinggal diawali  Unggala’a kalangan Gorontalo pembelajaran
dengan tradisi musyawarah (keluarga luas) keluarga luas menandakan bagi masyarakat
dengan istilah “Dulohupa”.  Linula (warga (unggala’a) dan bahwa Gorontalo dalam
Dulohupa (musyawarah) sekitar warga sekitar masyarakat menjaga
merupakan salah satu pembangunan rumah (linula) Gorontalo masih keberlangsungan
bentuk manajemen konflik rumah) dipimpin oleh patuh dan taat hidup dalam
di kalangan masyarakat seorang yang kepada pemimpin masyarakat
Gorontalo, yaitu upaya tertua yang dan hormat sebagai upaya
masyarakat untuk disebut kepada orang tua untuk
menghindari terjadinya Tamomayanga maupun para menghindari
konflik baik di dalam yang mahir dan leluhur serta terjadinya konflik
kelompok maupun di luar banyak sebagai salah antar kelompok,
pengalaman satu bentuk lokal adanya rasa
dalam hal adat yang dimiliki dan tanggung jawab,
maupun seluk terus dijalankan toleransi sesama
beluk pekerjaan secara turun manusia
pembangunan temurun
rumah tinggal.

Proses penentuan lokasi Lokasi  Pemangku Secara teknis Penentuan lokasi Pada segi
atau tempat untuk pembangun adat (Bate- penentuan lokasi untuk lingkungan,
mendirikan rumah tinggal an rumah bate) rumah tinggal pembangunan penentuan lokasi
 Pemilik rumah tersebut dipilih rumah tinggal untuk
 Pekerja ahli berdasarkan telah diketahui pembangunan
dan umum kondisi tanah oleh seorang rumah tinggal
yaitu tanah yang tertua (pemangku dipilih tanah yang
rata atau datar, adat) agar dapat peruntukkannya
tidak berair dan diketahui asal bagi bangunan
terletak dipinggir usul tanah yang yang tidak
jalan serta yang merupakan mengakibatkan
bebas sengketa warisan dari gangguan dan
nenek moyang perusakkan
untuk pelestarian
lingkungan
Proses pengadaan bahan Halaman  Panggoba Kebutuhan bahan Proses Pada sisi
bangunan khususnya bahan rumah yang (dukun) bangunan pengadaan lingkungan,
bangunan dari kayu akan  Tenaga ahli kayu/bambu bahan bangunan pengadaan
dibangun dan umum diperoleh dari yang terlihat pada bahan bangunan
 Keluarga luas penebangan segi budaya yaitu dengan
(Unggala’a) pohon di hutan. adanya suatu melakukan
Proses kegiatan tolong penebangan
penebangan menolong dan pohon di hutan
pohon di hutan ini kegiatan gotong yang dipimpin
dipimpin oeh royong (huyula) oleh seorang
Tomomayanga yang dilakukan tertua yang
dan seorang masyarakat berpatokan pada
dukun Gorontalo. hukum adat pasti
(Panggoba) Gotong royong akan selalu
dengan (huyula) pada menjaga
melakukan masyarakat keseimbangan
kegiatan ritual Gorontalo dan pelestarian
seperti melihat merupakan lingkungan alam,
kondisi air laut, bentuk sebagai bukti
membacakan doa kekentalan adat yaitu pohon yang
dan mantera, istiadat yang akan digunakan
adanya bahan- terus dijaga dan sebagai bahan
bahan sesaji, dilakukan secara bangunan kayu
yang semua itu turun temurun untuk
dilakukan sebagai pembangunan
bentuk rasa rumah tinggal
hormat merupakan
masyarakat pohon yang
Gorontalo memiliki kualitas
terhadap roh-roh baik dengan
yang ada di hutan melihat usia kayu
dan rasa hormat dari besarnya
kepada Tuhan pohon, dan
sebagai pencipta selain itu pohon
alam semesta yang ditebang
hanya sesuai
dengan
kebutuhan yang
akan dipakai
sehingga
keberadaan
pohon di hutan
tetap terjaga

2 Prosesi Setelah proses penyiapan Lokasi  Pemangku Secara teknis, Proses Secara
Rancang telah siap mulai dari pembangun adat (Bate- upacara Payango pengukuran untuk lingkungan,
Bangun kesiapan lokasi, kesiapan an rumah bate) dipimpin oleh pembangunan upacara
tenaga kerja dan kesiapan  Pemilik rumah Tamomayanga rumah tinggal Payango
bahan bangunan, maka (suami-istri) dengan secara budaya memberikan
proses selanjutnya dengan  Pekerja ahli pengukuran memberikan suatu gambaran
melakukan pengukuran dan pekerja diambil suatu gambaran bahwa ukuran
kebutuhan bahan bangunan umum berdasarkan bahwa ukuran rumah tidak
melalui upacara Payango pada ukuran yang dihasilkan dilakukan secara
sebagai tujuan untuk tangan yang dari ukuran sembarangan
mendapatkan keselamatan direntangkan dari rentang tanga n tetapi melihat
dan ketentraman hidup bagi pemilik rumah memiliki suatu terlebih dahulu
penghuni dan pemilik rumah tersebut yang kepercayaan penghuni dari
tinggal tersebut kemudian dipakai yang dapat pemilik rumah
sebagai dasar memberikan tersebut agar
pada Payango kebaikan maupun luas ruang
Walu (delapan keburukkan maupun
ukuran). Upacara nantinya bagi bangunan
Payango telah pemilik rumah memberikan
memberikan tersebut. kenyamanan dan
suatu ketentraman bagi
pembelajaran aktivitas
secara teknis penghuni
akan pengukuran
luas
ruang/bangunan
untuk memadai
akan aktivitas
manusia dalam
rumah
Pengukuran untuk rumah Lokasi  Pemangku Secara teknis Upacara Mo’ Dilihat dari sisi
tinggal telah dilakukan, pembangun adat (Bate- upacara ini Mayango ini lingkungan,
maka selanjutnya proses an rumah bate) dilakukan secara kembali upacara ini
penggalian tanah untuk  Panggoba ritual dengan memperlihatkan memberikan
tiang rumah melalui proses (dukun) menggunakan suatu ketaatan gambaran
upacara Mo’Mayango  Pegawai bahan-bahan masyarakat kepada
Syara’ ritual seperti Gorontalo akan masyarakat
 Pemilik rumah sekerat bamboo, sesuatu yang Gorontalo
(suami-istri) gula merah dan telah diatur oleh maupun
 Pekerja ahli kelapa cukur, hokum adat dan masyarakat luar
dan umum pecahan juga sebagai bahwa agar
belangan dan ketaatan kepada selalu menjaga
uang perak, orang yang lebih filsafat hidup
bungan dayo tua dan rasa sebagai
yang dipimpin hormat kepada pegangan dalam
oleh roh-roh para melakukan
Tamomayango, leluhur. aktivitas
sebelum Setiap bermasyarakat
melakukan Tamomayango sehinga
penggalian tanah melakukan galian kehidupan dalam
terlebih dahulu tanah disertai lingkungan selalu
Tamomayango dengan terjaga dengan
melakukan pembakaran damai
pengukuran untuk kemeyan dan
tiang rumah yang pembacaan doa
akan ditanam. dengan maksud
Setiap galian untuk
tanah dilakukan memberikan
pembacaan doa keselamatan dan
dan mantera terhindar dari
sambil mara bahaya bagi
dimasukkan pemilik rumah
bahan-bahan tersebut
ritual tersebut.
Proses upacara peletakkan Lokasi  Pemimpin Sebelum Proses jalannya Secara
pintu dan jendela (mopo pembangun upacara melakukan upacara lingkungan,
dutu lokukebu wawu tutu an rumah (Tomomayan peletakkan pintu peletakkan pintu proses upacara
lowa) go) dan jendela dan jendela ini memberikan
 Panggoba terlebih dahulu selalu dipimpin pembinaan dan
(dukun) melakukan oleh pembelajaran
 Pegawai pengukuran untuk Tomomayango bagi masyarakat
Syara’ lebar dan tinggi dan melalui khususnya para
 Pemilik rumah dari pintu dan proses ritual dan generasi untuk
(suami-istri) jendela yang penggunaan selalu
 Pekerja ahli ditentukan secara bahan-bahan memperkenalkan
dan umum aturan-aturan ritual sebagai dan melestarikan
yang ada di bentuk dari upacara tradisi
hokum adat. masyarakat yang yang didalamnya
Pengukuran selalu memegang memiliki makna
untuk pintu dan teguh akan adat bagi kebaikan
jendela dilakukan istiadat dan masyarakat
sama dengan kepercayaan tradisional
proses Payango demi Gorontalo
yaitu dengan keselamatan
memakai ukuran dalam kehidupan.
rentangan tangan
dari pemilik
rumah.
3 Prosesi Proses penghunian Ruang  Bate-bate Secara teknis, Upacara ini Secara
Penghunian menandakan rumah telah Keluarga  Panggoba upacara naik dilakukan sesuai lingkungan,
selesai dibangun yang /ruang (dukun) rumah baru dengan aturan- upacara naik
selanjutnya dilakukan tengah  Seorang tetua (mobotul bole aturan adat yang rumah baru ini
upacara naik rumah baru dari keluarga bohu) yang dipimpin oleh memberikan
(mobotul bole bohu)  Pemilik rumah pertama pemangku adat pertanda untuk
dilakukan dengan saling kenal
sebelum pemilik melakukan antar tetangga
rumah melakukan proses tradisi bagi warga
pindahan barang- ritual, seperti disekitar rumah
barang yaitu menempatkan tersebut
melakukan tidur alat-alat dapur sehingga
semalam dalam (cukuran kelapa, kehidupan
rumah pisau, tempat bertetangga
(mongilalo) tumbuk cabei, terjalin dengan
dengan maksud ember isi air, baik
untuk bunga dayo) yang
mendapatkan secara umum
mimpi sebagai mengandung
tanda baik atau makna untuk
buruk terhadap kebaikan,
rumah atau keselamatan dan
pemilik rumah ketentraman bagi
yang akan penghuni dan
menempatinya keluarga.
KESIMPULAN Yang merupakan bentuk kekentalan
Hasil penelitian mengenai Studi adat istiadat yang terus dijaga dan
Proses Tradisi Membangun Rumah dilakukan secara turun temurun.
Tinggal Gorontalo Terhadap Kebudayaan 3. Lingkungan
Gorontalo dapat disimpulkan sebagai Tradisi membangun rumah tinggal di
salah satu implementasi kemanusiaan Gorontalo pada unsur lingkungan
yang beradap dengan pelaksanaannya memberikan kesan kebudayaan yang
semata-mata menuju kepada ketaatan bermula dari tradisi musyawarah
dan kecintaan masyarakat Gorontalo (Dulohupa) sebagai upaya untuk
terhadap budaya daerah yang ada di menghindari terjadinya konflik dalam
daerah sendiri dalam kegiatan lingkungan bermasyarakat, sampai
kemasyarakatan. dengan proses pelaksanaan yang
Tradisi membangun rumah tinggal memiliiki penuh makna maupun filsafat
ini dalam mewujudkan suatu kebudayaan hidup sehingga dapat memberikan
di Gorontalo yang dikaji berdasarkan pegangan hidup dalam melakukan
unsur teknis, budaya dan lingkungan pada segala aktivitas dalam menjaga
aspek tradisi, dapat terlihat antara lain: lingkungan yang damai.
1. Teknis Hal tersebuti memperjelas bahwa
Kebudayaan yang terlihat dari sisi betapa pentingnya rumah bagi manusia,
teknis pada pelaksanaan membangun dan masyarakat yang tinggal di
rumah tinggal di Gorontalo yang lingkungan tradisional yang masih
dimulai dari tahapan musyawarah mengikuti aturan-aturan yang berlaku
sampai dengan tahapan pelaksanaan serta pola-pola yang telah diikuti sejak
terbentuk hubungan kerjasama yang jaman dulu. Patokan ini akan dipakai
baik antara pemimpin (Bate-bate berulang-ulang yang akhirnya menjadi
maupun Panggoba) dengan rakyat sesuatu yang baku, seperti patokan
(pemilik rumah dan tenaga ahli/umum terhadap tata ruang, patokan terhadap
maupun masyarakat di sekitar pola massa, atau patokan terhadap
lingkungan rumah yang akan bentuk, struktur bangunan, maupun
dibangun) sehingga apa yang ornamennya sehingga dapat memberikan
diinginkan berjalan sesuai yang pengetahuan dan pembelajaran bagi
diharapkan dan berjalan sesuai masyarakat Gorontalo, khususnya ara
dengan norma dan keseimbangan. generasi muda untuk dapat
Dalam konteks perwujudan memperkenalkan dan melestarikan
arsitektural, maka secara teknis budaya tradisi membangun rumah di
terbentuk arsitektur masyarakat lingkungan masyarakat Gorontalo.
Gorontalo yang ditampilkan sebagai
ekspresi budaya masyarakat DAFTAR PUSTAKA
setempat, bukan saja yang Amel, Asytar. 1995. Proses Rancang
menyangkut fisik bangunannya tetapi Bangun Rumah Tradisional
juga semangat dan jiwa yang Minangkabau di Sumanik,
terkandung di dalamnya. Kabupaten Tanah Datar. Makalah
2. Budaya Seminar Arsitektur, Jurusan
Pada pelaksanaan membangun rumah Arsitektur Universitas Bung Hatta.
tinggal di Gorontalo terlihat wujud Padang.
suatu kebudayaan dengan Basrowi. Suwandi. 2008. Memahami
pelaksanaan musyawarah (Dulohupa) Penelitian Kualitatif. Rineka Cipta.
yang menandakan kepatuhan, Jakarta.
ketaatan dan penghormatan kepada Creswell, J, W. 1998. Qualitative Inquiry
orang tua maupun leluhur dalam and Research Design: Choosing
menentukan lokasi, bahan bangunan, Among Five Tradition. Sage
pengukuran maupun bentuk bangunan Publication. Bandung.
Daulima, Farha. 2004. Terbentuknya
Kerajaan Limboto-Gorontalo.
Limboto: Galeri Budaya Daerah LSM
“Mbu’i Bungale”.
Ettehad, Sheida. Azeri, Karimi, Amir Reza.
Kari, Ghazaleh. 2014. The Role of
Culture in Promoting Architectural
Identity. European Online Journal of
Natuiral and Social Sciences, Vol. 3,
No. 4 Special Issue on Architecture,
Urbanism, and Civil Engineering.
ISSN 1805-3602. www.european-
science.com
Koentjaranigrat, 2005. Pengantar Ilmu
Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta.
Lumempouw, Femmy. 2014. Proses
Pembuatan Rumah Menurut Adat di
Daerah Tombulu: Kajian Komunitas
Adat dan Budaya Bahari. Jurnal
Online
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php
/ . pp. 117-130 ISSN 978-19365-0-4.
Priyono, S. 1992. Kebudayaan Arsitektur
dan Bahasa di Sulawesi Utara. LIPI.
Jakarta.
Rapoport, Amos 1969, House Form and
Culture. Prentice Hall, Englewood
Cliffs NJ.
Susetyarto, B.M. 2016. Merajut Kearifan
Lokal Arsitektur Bena. Makalah
Seminar Nasional Semesta
Arsitektur Nusantara 4, Jurusan
Arsitektur Universitas Brawijaya,
Malang.

You might also like