You are on page 1of 11

E.ISSN.

2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.6 No.1 Edisi Oktober 2018
ASAL-USUL BUDAYA KEPULAUAN TELLO DITINJAU DARI SISI
PAKAIAN ADAT PERNIKAHAN

Oleh :
Eka Periaman Zai1), Fatolosa Hulu2)
1
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) Nias Selatan
1
email: ekaperiamanzai@gmail.com
2
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) Nias Selatan
2
email: hulufatolosa@gmail.com

Dibiayai Oleh:
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat
Direktorat Jendral Penguatan Riset dan Pengembangan
Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Sesuai dengan Kontrak Penelitian Tahun Anggaran 2018

Abstract
Tello Islands is a small island located in South Nias Regency and separated from the mainland of
Nias Island. Although included in the Nias tribe category, Tello Islands have a lot of diversity in terms of
culture. it can be seen from the traditional wedding attire wears by the local community which is very unique
and similar to traditional Minang clothing. In the traditional dress, the bridegroom wears keris, songket cloth
wrapped around the waist of the groom, hat (takula), while traditional bridal clothes in other areas of the Nias
Islands do not use it. To find out the origins of Tello Island Culture in terms of traditional clothing, researchers
conducted research using qualitative research with descriptive approach methods. Researchers conducted
interviews with the local community, especially in the case of traditional wedding clothes and documented parts
of traditional clothing. From the observations, documentation and interviews found in the field, it turned out
that the Tello Islands culture originated from the Nias Islands and is still maintained to this day, although there
are certain parts of the traditional dress of male and female marriage that have changed and there are also
clothing parts which is no longer used. This is because the production of parts of traditional clothing is no
longer there and symbolic interaction, the bride is symbolized as queen and king a day

Keywords:The Origin of Culture; Customary Wedding Clothes; Tello Islands

1. PENDAHULUAN Pulau tello merupakan sebuah pulau yang


Indonesia memiliki suku dan budaya yang terdapat di Kepulauan Nias Kabupaten Nias
beraneka ragam. Hampir setiap suku di Indonesia Selatan Provinsi Sumatera Utara. Pulau Tello
memiliki ciri dan khasnya masing-masing. memiliki luas keliling hanya 14 KM dan
Keanekaragaman tersebut harus dipelihara dan mempunyai 23 desa dengan satu kelurahan. Ibu
dikembangkan nilai-nilainya seperti yang di kota kecamatan dari pulau Tello adalah Pulau-
amanatkan oleh Pasal 32 Undang-undang Dasar pulau batu sehingga daerah ini merupakan salah
1945. Salah satu keanekaragaman tersebut dapat satu target kunjungan para wisatawan yang
terlihat pada pakaian adat. Salah satu pakaian adat berkunjung di Pulau Nias khususnya di wilayah
yang ada di Indonesia adalah pakaian adat Kabupaten Nias selatan.
pernikahan kepulauan Tello Kabupaten Nias Selain memiliki keindahan panorama alam,
Selatan. Pakaian adat di daerah ini cukup berbeda pasir pantai yang lembut dan juga alam bawah
dengan pakaian adat yang ada di daerah pulau Nias. lautnya sangat bagus, Pulau Tello juga memiliki
Perbedaan budaya ini bisa disebabkan karena hasil keunikan dalam pelaksanaan adat-istiadat
dari interaksi sosial masyarakat setempat. Menurut khususnya dalam hal adat perkawinan. Adat
teori interaksi simbolik, kehidupan sosial pada perkawinan di Pulau Tello memiliki perbedaan
dasarnya ada interaksi manusia yang menggunakan yang cukup signifikan dibandingkan dengan adat
simbol-simbol, mereka tertarik pada cara manusia pernikahan di daerah lain yang ada di Kabupaten
menggunakan simbol-simbol yang Nias Selatan. Hal tersebut dapat dilihat mulai dari
mempresentasikan apa yang mereka maksudkan pernak-pernik pakaian adat pernikahannya. Hal
untuk berkomunikasi (Berger, 2004:14). tersebut dapat dilihat pada gambar di berikut ini.

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 78


E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.6 No.1 Edisi Oktober 2018
(1986:180) kebudayaan adalah keseluruhan sistim
gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat, yang dijadikan milik
dari manusia dengan belajar. Definisi menurut
koentjaraningrat tersebut menegaskan bahwa
kebudayaan yang ada pada mahluk manusia atau
khas insani itu memiliki paling sedikit tiga dimensi
wujud yaitu: (1) gagasan, nilai, norma, peraturan,
pikiran manusia dan sebagainya atau dinamakna
Gambar 1. Pakaian Adat Pernikahan Pulau Tello VLVWLP EXGD\D ´cultural system´ NRPSOHNV
Kabupaten Nias Selatan (Sumber aktivitas (tindakan) berpola dari manusia dalam
:https://www.youtube.com/watch?v=Q masyarakat atau dinamakan sistim sosisal (social
k2mLIFi6nI) system) (3) benda-benda hasil karya manusia.
Jika diperhatikan dari pakaian adatnya, Dari beberapa definisi di atas, maka dapat
budaya adat pernikahan di Pulau Tello mempunyai diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yakni
kemiripan dengan adat pernikahan Minang yang sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat
bisa dilihat melalui dengan pakaian adat mempelai pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan
laki-laki yang memakai kain songket, Topi yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
(Takula) dan keris yang diletakkan di pinggang dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu
mempelai laki-laki sedangkan pakaian tradisional bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan
pernikahan di daerah lain di daerah Kabupaten Nias kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan
Selatan, tidak memakai hal yang demikian, sebagai oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
contoh dapat dilihat pada gambar berikut ini. berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa,
peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat
b. Interaksi Simbolik
Menurut Bernard Raho (2004:33) Secara
etimologis, interaksi terdiri dari dua kata, yakni
Gambar 2. Pakaian Adat Pernikahan Nias Selatan. action (aksi) dan inter (antara). Jadi, Interaksi
Melihat keunikan demikian, maka maka adalah suatu rangkaian tingkah laku yang terjadi
perlu adanya penelitian yang meneliti tentang asal- antara dua orang atau lebih dari dua atau beberapa
usul budaya khususnya budaya di Kepulauan Tello orang yang saling mengadakan respons secar
di tinjau dari sisi pakaian adat pernikahan. timbal balik. Oleh karena itu, interaksi dapat pula
Permasalahan yang dapat dirumuskan diartikan sebagai saling mempengaruhi perilaku
adalah: 1) Darimanakah asal pakaian adat masing-masing. Hal ini bisa terjadi antara individu
pernikahan yang digunakan di Kepulauan Tello?; dan individu lain, antara individu dan kelompok,
2) Apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam atau antara kelompok dan kelompok lain
pakaian adat pernikahan tersebut; 3) Apakah (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1989: 192).
keunikan Budaya di Kepulauan Tello merupakan Interaksi sosial merupakan kunci dari semua
hasil dari persebaran budaya (difusi) budaya dari kehidupan sosial, tanpa interaksi sosial tidak ada
luar? kehidupan bersama. Bertemunya orang perorangan
Penelitian ini bertujuan untuk 1) secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan
Mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial.
dengan pakaian adat pernikahan di kepulauan Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi
Tello; 2) Untuk mengetahui secara rinci mengenai apabila orang-orang perorangan atau kelompok-
nilai yang terkandung dari pakaian adat pernikahan kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara,
tersebut; 3) untuk mengetahui asal-usul budaya dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan
yang sebenarnya di Kepulauan Tello. bersama, mengadakan persaingan, pertikaian dan
lain sebagainya (Soejono Soekanto, 1990 : 60-61)
2. KAJIAN LITERATUR interaksi simbolik berasal dari dua aliran,
a. Konsep Kebudayaan Pertama, mahzab Chicago, yang dipelopori Herbert
Menurut Sunaryo kebudayaan atau kultur Blumer1 (1962), melanjutkan penelitian yang
adalah totalitat dari pada milik dan hasil usaha pernah dilakukan George Herbert Mead (1863-
(prestasi) manusia yang diciptakan oleh kekuatan- 1931).
kekuatan jiwanya dan oleh proses saling Tiga hal yang sangat penting mengenai
mempengaruhi antara kekuatan jiwa tadi dan antara konstruksi teori Interaksi Simbolik, adalah (1)
jiwa manusia yang satu dengan yang lain (Warsito, Fokus pada interaksi antara pelaku dan dunia; (2)
2012: 50). Sedangkan menurut Koentjaraningrat Pandangan bahwa baik pelaku maupun dunia

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 79


E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.6 No.1 Edisi Oktober 2018
sebagai proses yang dinamis dan bukanlah struktur sekelilingnya. Dengan demikian proses inovasi itu
yang statis; dan (3) Nilai yang dilekatkan pada merupakan suatu proses evolulusi juga. Bedanya
kemampuan pelaku untuk menginterpretasikan ialah bahwa dalam proses inovasi para individu
dunia atau masyarakat sosial. Secara singkat berperan secara aktif, sedangkan dalam proses
menurut Alex Sobur (2004:199), teori interaksi evolusi para individu itu pasif, bahkan seringkali
simbolik didasarkan pada premis-premis sebagai negatif
berikut: Proses evolusi budaya dapat dianalisa secara
1) Individu merespon sautu situasi simbolik, secara keseluruhan, dengan hanya memperhatikan
mereka merespon lingkungan termasuk objek perubahan-perubahan besar yang telah terjadi
fisik (benda) dan Objek sosial (perilaku (makroskopik). Proses evolusi sosial budaya secara
manusia) berdasarkan media yang dikandung makroskopik yang terjadi dalam suatu jangka
komponen-komponen lingkungan tersebut bagi waktu yang panjang, dalam antropologi disebut
mereka ´3URVHV-SURVHV SHPEHUL DUDK´ DWDX directional
2) Makna adalah produk interaksi sosial, karena proces.
itu makna tidak terlihat pada objek, melainkan
dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa, 3. METODE PENELITIAN
negosiasi itu dimungkinkan karena manusia a. Pendekatan Model Penelitian
mampu mewarnai segala sesuatu bukan hanya Model penelitian yang digunakan dalam
objek fisik, tindakan atau peristiwa (bahkan penelitian ini adalah menggunakan pendekatan
tanpa kehadiran objek fisik, tindakan atau penelitian kualitatif. Menurut (Moleong,2006:6)
peristiwa itu) namun juga gagasan abstrak. penelitian kualitatif adalah penelitian yang
3) Makna yang di intepretasikan individu dapat bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya
perubahan situasi yang ditemukan dalam perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-
interaksi sosial, perubahan intepretasi lainnya secara holistik dan dengan cara deskriptif
dimungkinkan karena individu dapat melakukan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
proses mental, yakni berkomunikasi dengan konteks khusus yang alamiah dan dengan
dirinya sendiri. memanfaatkan berbagai metode alamiah. Pada
penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan selama
c. Pergeseran masyarakat dan kebudayaan penelitian dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan
Semua konsep yang diperlukan untuk gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya
menganalisa proses-proses pergeran masyarakat kalimat hasil wawancara antara peneliti dan
dan kebudayaan, termasuk lapangan penelitian informan.
antropologi dan sosiologi yang disebut dinamika Beberapa pertimbangan peneliti
sosial. Dinamika sosial berarti bahwa manusia dan menggunakan metode kualitatif adalah pertama,
masyarakat selalu berkembang serta mengalami menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah
perubahan. Perubahan akan selalu ada dalam setiap apabila berhadapan dengan kenyataan yang jamak.
kelompok sosial. Ada yang mengalami perubahan kedua, metode ini menyajikan secara langsung
secara lambat, maupun mengalami perubahan hakikat hubungan antara peneliti dan responden.
secara cepat (Soerjono Soekanto, 2006: 146). ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat
Konsep yang terpenting ada yang mengenai menyesuaikan diri dengan banyak penajaman
proses belajar kebudayaan sendiri, yakni pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang
internalisasi, sosialisasi dan Enkulturasi. Selain itu dihadapi (Moleong, 2006:10).
ada proses perkembangan kebudayaan umat b. Lokasi penelitian
manusia (evolusi kebudayaan) dari bentuk-bentuk Lokasi penelitian ini dilaksanakan di
kebudayaan yang sederahana hingga yang makin kepulauan Tello Kabupaten Nias selatan tepatnya
lama makin kompleks. Proses lainnya adalah di kecamatan Pulau-pulau Batu. Adapun alasan
proses pengenalan unsur-unsur kebudayaan asing peneliti memilih lokasi tersebut karena, kecamatan
yang disebut proses akulturasi dan asimilasi. Ada pulau-pulau batu adalah pusat dari Kepulauan tello
proses pembaruan (inovasi) yang berkaitan erat dan Jumlah Penduduknya lebih banyak dari Pulau-
dengan penemuan baru (discovery) dan invention. Pulau lain yang ada di sekitarnya. Adapun jumlah
Faktor-faktor yang menjadi pendorong bagi penduduk yang ada di Kecamatan Pulau-Pulau
seorang individu untuk memulai serta Batu adalah 16529 Jiwa dengan perbandingan
mengembangkan penemuan baru adalah (1) Jumlah laki-laki 8171 jiwa dan Perempuan
kesadaran akan kekurangan dalam kebudayaan; (2) berjumlah 8358 Jiwa
mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan; (3) (https://niasselatankab.bps.go.id/statictable/2017/0
sistem perangsang bagi kegiatan mencipta. 4/09/74/jumlah-penduduk-dan-rasio-jenis-kelamin-
Penemuan baru sering kali terjadi saat ada suatu menurut-kecamatan-di-kabupaten-nias-selatan-
krisis masyarakat, dan suatu krisis terjadi karena 2013.html).
banyak orang merasa tidak puas karena mereka
melihat kekurangan-kekurangan yang ada di

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 80


E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.6 No.1 Edisi Oktober 2018
c. Informan Penelitian ditinjau dari sisi pakaian adat bisa dalam bentuk
Penetapan informan sebagai subjek foto maupun video.
penelitian dilakukan saat peneliti memasuki e. Instrumen Penelitian
lapangan dan selama penelitian berlangsung. Dalam penelitian kualitatif, kedudukan
Caranya adalah peneliti memilih orang tertentu peneliti cukup rumit. Ia sekaligus merupakan
yang dipertimbangkan akan memberikan data yang perencana, pelaksana pengumpul data, analisis
diperlukan; selanjutnya berdasar kan data atau data, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi
informasi yang diperoleh dari subjek sebelum nya pelapor hasil penelitiannya. Dalam penelitian ini,
itu, peneliti dapat menetapkan subjek lainnya yang peneliti sebagai instrumen kunci dari penelitian.
dipertimbangkan akan mem berikan data lebih f. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
lengkap. Cara pemilihan subjek ini menurut Dalam penelitian kualitatif kebenaran/
Lincoln dan Guba dalam (Sugiyono, 2005:5) keabsahan data tidak diukur berdasarkan frekuensi
dinamakan ³VQRZEDOO VDPSOLQJ´ dan ³SXUSRVLYH dan variansi melainkan dilandaskan pada
samSOLQJ´. diketemukan hal-hal yang essensial, hal yang
Untuk menentukan siapa yang akan menjadi intrinsik benar. Sugiyono (2010:121) menjelaskan
informan, peneliti terlebih dahulu menetapkan bahwa uji keabsahan data penelitian kualitatif
siapa yang akan menjadi informan kunci, meliputi uji: credibility (validitas internal),
selanjutnya dari informan kunci ditetapkan transferability (validitas eksternal), dependability
informan berikutnya. Pemilihan informan kunci (reliabilitas) dan confirmtability (objektifitas).
menurut Moleong (2007:90) didasarkan atas Dalam penelitian ini pengujian keabsahan/validitas
informan tersebut benar-benar menguasai data, peneliti menekankan pada kredibilitas data
permasalahan dan sikap memberikan informasi penelitian.
baru kepada peneliti. Adapun yang informan dalam Menurut Sugiyono (2010:121) kegiatan
penelitian ini adalah yang dapat dilakukan untuk menguji kredibilitas
1. Informan kunci yaitu orang yang betul-betul adalah perpanjangan pengamatan, peningkatan
memahami permasalahan yang akan diteliti, ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi
yang menjadi informan kunci adalah ketua- dengan teman sejawat, analisis kasus negatif,
ketua adat (Si Ila dan Si Ulu) pada daerah member check. Adapun uji kredibilitas yang
setempat. penulis gunakan adalah sebagai berikut:
2. Informan non kunci yaitu orang-orang yang 1. Keikutsertaan peneliti dalam mengungkapkan
dianggap mengetahui permasalahan yang asal usul budaya di Kepulauan Tello di tinjau
diteliti, yang menjadi informan non kunci dari sisi pakaian adat pernikahannya. Tujuannya
adalah kepala desa dan warga masyarakat adalah untuk meningkatkan derajat kepercayaan
setempat. data yang akan dikumpulkan dan telah
d. Teknik Pengumpulan Data dikumpulkan.
Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan 2. Melakukan pengamatan tekun. Hal ini
data pada penelitian ini adalah dilakukan dengan dilakukan karena informasi dari informan itu
cara: perlu ditinjau kembali secara silang untuk
1. Wawancara. memperoleh informasi yang sahih. Untuk itu
Proses wawancara ini menggunakan peneliti mengunjungi lokasi penelitian untuk
wawancara terbuka, yaitu wawancara yang melakukan dialog atau wawancara dengan
dilakukan peneliti dengan mengajukan pertanyaan- informan dan dipertajam dengan melakukan
pertanyaan yang tidak dibatasi jawabannya. pengamatan secara langsung.
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti 3. Membandingkan data hasil pengamatan dengan
mulai mewawancari secara sengaja informan yang wawancara serta informasi dari informan
dianggap betul-betul mengetahui permasalahan dilakukan konfirmasi dengan informan yang
yaitu informan kunci (ketua-ketua adat). Proses lain.
seperti ini disebut menggunakan teknik purposive 4. Melibatkan teman sejawat yang tidak ikut
sampling. Selanjutnya informasi terus dikumpulkan dalam penelitian.
dari satu informan ke informan berikutnya. Proses 5. Melaksanakan analisis kasus negatif yaitu
ini akan berhenti apabila informasi yang didapat dengan jalan menguji ada tidaknya kasus atau
sudah cukup memadai, dalam artian tidak ada lagi keadaan yang bisa menggugah kebenaran
informasi-informasi yang baru sebagai tambahan hipotesis dapat hasil yang tak terbantah lagi.
data, dengan kata lain diperoleh data jenuh. Proses 6. Melacak kesesuaian segenap hasil analisis data
seperti ini disebut menggunakan teknik snowball dan bila semakin sesuai, bahkan dapat saling
sampling. menjelaskan satu dengan yang lain, maka
2. Studi dokumentasi. penelitiannya semakin terpercaya.
Studi dokumentasi adalah studi terhadap 7. Mencek kesesuaian rekaman, interpretasi, dan
dokumen-dokumen yang menunjang informasi kesimpulan-kesimpulan hasil penelitian dengan
tentang asal-usul budaya di Kepulauan Tello apa yang telah diperoleh dari para partisipasi
selama penelitian berlangsung yaitu dengan

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 81


E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.6 No.1 Edisi Oktober 2018
jalan meminta kepeda mereka untuk mereview
dan mengecek kebenarannya atau member 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
checking. Koentjaraningrat (1980:200-201)
g. Teknik Analisa Data menggolongkan wujud kebudayaan atas tiga, yaitu
Penganalisaan data dilakukan selama : (1) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks
penelitian berlangsung, mulai dari pengumpulan dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
data sampai pada tahap penyusunan laporan dan peraturan dan sebagainya, selanjutnya di sebut
penarikan kesimpulan. Kegiatan menganalisa data sistem budaya, (2) wujud kebudayaan sebagai suatu
kualitatif dilakukan secara interaktif dan kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari
berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga manusia dan masyarakat atau di sebut sistem sosial,
datanya sudah jenuh. Model analisis data penelitian (3) wujud kebudayaan sebagai benda-benda dari
kualitatif sangat beragam, dalam penelitian ini hasil karya atau di sebut kebudayaan fisik.
peneliti menggunakan model analisis data menurut Semua wujud kebudayaan di dunia (cultur
Miles and Huberman. Aktifitas dalam analisis data universal) diisi oleh tujuh buah unsur universal,
menurut Miles and Huberman mencakup reduksi yaitu: (1) bahasa, (2) sistem teknologi, (3) sistem
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/ mata pencaharian hidup atau ekonomi, (4)
verifikasi (Miles & Huberman,1992:16): organisasi sosial, (5) sistem pengetahuan, (6) religi,
1. Reduksi data. (7) kesenian. Salah satu wujud kebudayaan yang
Reduksi data merupakan langkah awal dalam telah diteliti di Pulau Tello adalah wujud
menganalisa data. Pada kegiatan ini penulis kebudayaan sebagai benda-benda dari hasil karya
melakukan pengelompokkan data-data selama berupa pakaian adat pernikahan di Pulau Tello
penelitian berdasarkan permasalahan penelitian yang menurut hasil penelitian masih belum banyak
yaitu apakah termasuk pada rumusan masalah perubahan dari mulanya.
pertama atau rumusan masalah kedua. Setelah melakukan penelitian langsung ke
Pengelompokkan data ini digunakan untuk Pulau Tello tepatnya di Kecamatan Pulau-Pulau
mempermudah dalam proses penyajian data Batu, maka peneliti mendapatkan beberapa
yang peneliti dapatkan. gambaran tentang asal-usul pakaian adat pulau
2. Penyajian data. Tello. Dalam pelaporan hasil penelitian agar lebih
Setelah melakukan reduksi terhadap data yang sistematis dan terarah maka peneliti membagi tiga
telah dikumpulkan maka peneliti menyajikan bagian yaitu a. deskripsi informan penelitian; b.
data dalam bentuk deskripsi berdasarkan aspek- deskripsi hasil penelitian; c. pembahasan.
aspek yang diteliti dan disusun berturut-turut a. Deskripsi informan penelitian
mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam Adapun yang menjadi informan penelitian
pakaian adat pernikahan tersebut. Data ini adalah :
dianalisis dan dideskripsikan sebelumnya 1) Informan I
dikategorikan terlebih dahulu berdasarkan Informan I ini memiliki kedudukan sebagai
masalah penelitian. keturunan Si Ulu (bangsawan), dengan
3. Penarikan kesimpulan. pekerjaannya sebagai seorang jurnalis,
Langkah terakhir dalam menganalisis data beragama Kristen Protestan yang berumur 64
adalah menarik kesimpulan dengan melakukan tahun merupakan penduduk asli pulau Tello.
verifikasi (pembuktian kebenaran) sehingga 2) Informan II
diperoleh keabsahan (validity) hasil penelitian, Informan II ini memiliki kedudukan sebagai
dengan langkah penelitian sebagai berikut : keturunan Si Ulu (bangsawan), dengan
pekerjaannya sebagai petani, beragama Kristen
Protestan yang berumur 69 tahun merupakan
Masa pengumpulan data
penduduk asli pulau Tello.
3) Informan III
Reduksi Informan III imi berperan sebagai penghulu
adat agama Islam yang pernah menjabat sebagai
Antisipasi Selama Pasca salah satu anggota DPRD Kabupaten Nias
Selatan yang berumur 66 tahun dan merupakan
Penyajian penduduk asli pulau Tello.
= ANALISIS 4) Informan IV
Selama Pasca
Informan IV merupakan penduduk asli pulau
Penarikan Kesimpulan Tello yang pekerjaannya sebagai petani,
beragama Kristen Protestan yang berumur 66
Selama Pasca tahun.
5) Informan V
Gambar 3. Komponen ± Komponen Analisis Informan V merupakan penduduk asli pulau
Data: Model Aliran (Miles & Tello yang memiliki pakaian adat pernikahan
Huberman,1992:18). pulau Tello beragama Kristen Protestan yang

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 82


E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.6 No.1 Edisi Oktober 2018
berumur 38 tahun bekerja sebagai ibu rumah konde berjumlah 4 memiliki
tangga. makna pengantin wanita
berasal dari keturunan ketua-
b. Deskripsi hasil penelitian ketua adat (Si Ila); jika
Untuk memperoleh hasil penelitian, peneliti berjumlah 3 pengantin wanita
melakukan wawancara kepada kelima informan merupakan rakyat biasa.
tentang asal-usul pakaian adat pulau Tello dan dari Adapun Gambar dari Tusu
hasil wawancara diperoleh data sebagai berikut. Konde tersebut, dapat dilihat
Pertanyaan Jawaban masing-masing informan pada gambar di bawah ini.
1. Darimana Dari hasil wawancara hampir
asal pakaian semua informan (informan I-IV)
adat mengatakan bahwa pakaian adat
pernikahan pernikahan yang digunakan di
yang Kepulauan Tello merupakan
digunakan di pakaian asli pulau Nias yang sering
Kepulauan mereka istilahkan dengan nama
Tello?; Nias Daratan sedangkan Pulau- Gambar 5. Tusu Konde
Pulau Tello di sebut sebagai Nias 3. SaL K`J` (Perhiasan rambut)
Pesisir. Sedangkan informan V SaL K`J` maknanya adalah
tidak mengetahui asal-usul pakaian sebagai pemberi pesan kepada
adat tersebut. Dia mengakui bahwa pengantin wanita agar jangan
beliau masih muda dan tidak tahu menjadi beban dalam
asal pakaian adat pulau Tello. kehidupan keluarga barunya
2) Apa saja Setelah melakukan penelitian nanti. Adapun Gambar dari
nilai-nilai tentang nilai-nilai yang terkandung Tusu Konde tersebut, dapat
yang dalam pakaian adat pernikahan dilihat pada gambar di bawah
terkandung kepulauan Tello hanya diketahui ini.
dalam secara jelas dan rinci oleh informan
pakaian adat I yang diperkuat serta dibenarkan
pernikahan oleh informan II dan III, dengan
tersebut; hasil sebagai berikut :
a. Pakaian adat yang digunakan
pengantin wanita
1. Rai (Mahkota)
Rai memiliki makna sebagai Gambar 6. 6DL K`J`
penanda bahwa seorang 4. Nio tete (kalung besar)
mempelai wanita menikah Kalung initerbuat dari bahan
secara baik-baik dan belum yang berasal dari darat dan laut,
melakukan hal-hal yang tidak yang memiliki makna bahwa
di inginkan sewaktu masih seorang pengantin wanita harus
gadis. Adapun Gambar dari siap untuk menerima kehidupan
Rai tersebut dapat di lihat barunya setelah berkeluarga
pada gambar bawah ini. nanti. Adapun Gambar dari Nio
tete tersebut, dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.

Gambar 4. Rai
2. Tusu konde
Tusuk konde memiliki makna Gambar 7. Nio Tete
sebagai pengawal dari Rai 5. Gala Mbagi (kalung kecil)
(mahkota) dengan jumlah Gala Mbagi memiliki makna
pemasangan berbeda-beda sebagai pengganti diri
setiap pengantin. pengantin wanita setelah
Jika tusuk konde berjumlah 5 dibawa kerumah pengantin
memiliki makna pengantin laki-laki.Gala mbagi ini
wanita berasal dari keturunan dipasang oleh pihak mertua
bangsawan (Si Ulu); jika tusuk

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 83


E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.6 No.1 Edisi Oktober 2018
pengantin laki-laki dileher sewaktu kecil pengantin wanita
pengantin wanita.Setelah milik orang tuanya. Lembe
prosesi pernikahan, gala mbagi tersebut dapat di lihat pada
ini akan ditinggalkan kepada Si gambar di bawah ini.
Ulu pihak perempuan dan akan
diambil kembali sewaktu
prosesi pengembalian pakaian
pernikahan dirumah pengantin
wanita. Adapun gambar
tersebut sebagai berikut.

Gambar 11. Lembe Ni Sora Ba


luo

Lapis 2 disebut sebagai lembe


nisora memiliki makna
sewaktu dewasa pengantin
Gambar 8. Gala Mbagi
wanita milik famili. Gambar
6. Baru rendo (baju dalam)
lembe tersebut dapat di lihat
Jika seorang pengantin wanita
pada gambar di bawah ini.
menggunakan Baru rendo
sewaktu menikah maka
maknanya perempuan ini masih
gadis. Adapun Gambar Baru
Rendo tersebut seperti pada
gambar di bawah ini.

Gambar 12. .Lembe Nisora


Lapis 3 disebut sebagai lembe
soW`UD memiliki makna bahwa
pengantin wanita adalah bagian
Gambar 9. Baru Rendo dari masyarakat (bagian dari Si
Ulu dan Si Ila). Lembe tersebut
7. %`E` GDOX QGUD DODZH dapat di lihat pada gambar di
(Pengikat perut pengantin bawah ini.
wanita)
%`E` GDOX QGUD DODZH memiliki
makna seorang pengantin
wanita harus siap hidup
susah/menahan segala situasi
yang dihadapinya setelah
berkeluarga nanti. Gambar
bebedalu tersebut dapat dilihat Gambar 13.Lembe Sotora
pada gambar di bawah ini.
9. 1L¶RQGRWR
1L¶RQGRWR memiliki makna bosi
mbewe (jujuran) telah
dibayarkan lunas oleh pihak
laki-laki. Setelah lunas di
bayarkan maka kalung tersebut
di pakaikan kepada mempelai
perempuan. Adapun kalung
Gambar 10. Bebedalu 1L¶RQGRWR WHUVHEXW GDSDW GLOLKDW
8. Lembe (kain sarung) pada gambar di bawah ini.
Kain sarung ini terdiri dari 3
lapis yang digunakan pengantin
wanita sewaktu menikah.
Lapis 1 disebut sebagai lembe
sora ba luo memiliki makna

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 84


E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.6 No.1 Edisi Oktober 2018
Hal ini dimaknai karena
dulunya yang memakai salu ini
adalah laki-laki (merupakan
keturunan bangsawan).

Gambar 14. 1L¶RQGRWR


10. Tela jaga (gelang)
Tela jaga diumpamakan
sebagai borgol yang bermakna
supaya pengantin wanita tidak
lagi menikah dengan orang Gambar 18. Salu Sialawe
lain. Tola jaga tersebut dapat di
lihat pada gambar di bawah ini. 14. Nawua zikonda (gelang)
Nawua zikonda memiliki
makna sebagai simbol doa
kepada pengantin wanita. Hal
ini dikarenakan pada zaman
dahulu tidak ada pendeta yang
mendoakan pernikahan agar
menjadi pernikahan suci.
Gambar 15. Tola Jaga Gelang ini diikatkan oleh
11. Gala bute (gelang) perempuan dari pihak
Gala bute memiliki makna pengantin laki-laki yang telah
bahwa seorang pengantin menikah secara baik-baik.
wanita telah memiliki niat Gambar dari nawua zikonda
untuk menikah. Gala Bute tersebut dapat dilihat pada
tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
gambar di bawah ini.

Gambar 19. Nawua Zikonda


Gambar 16. Gala Bute
12. Daraha(Gelang daraha) b. Pakaian adat yang digunakan
Daraha memiliki makna bahwa pengantin laki-laki
seorang pengantin wanita harus 1. Salu (topi)
menjadi contoh yang baik Bentuk Salu yang digunakan
dalam keluarga barunya nanti. memiliki 3, 5, dan 7 lipatan.
Gambar daraha tersebut dapat Masing-masing lipatan
dilihat pada gambar di bawah memiliki makna sebagai
ini. berikut.
3 lipatan : masyarakat biasa; 5
lipatan : keturunan Si Ila; 7
lipatan : keturunan Si Ulu.
Adapun Gambar salu tersebut
dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.

Gambar 17. Daraha


13. Salu zi alawe (anting-anting)
Salu zi alawe memiliki makna
bahwa seorang pengantin
wanita adalah keturunan
bangsawan. Gambar 20. Salu Simatua

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 85


E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.6 No.1 Edisi Oktober 2018
2. Selendang
Menurut informan I, selendang
ini merupakan hal baru yang
ada dalam pakaian adat
pengantin laki-laki, bukan asli
dari kepulauan Nias. Gambar
Salendra tersebut dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
Gambar 24. Kacamata
6. So tera/lembe (Kain sarung)
So tera/ lembe memiliki dua
cara pemakaian, yaitu a). Ni
WRQGUR¶` memiliki makna
pengantin laki-laki keturunan
masyarakat biasa dan b) Ni
Gambar 21. Salendra Simatua VHOXJ` memiliki makna
3. Sapu tangan rendo dan buah pengantin laki-laki keturunan
ameh bangsawan. Adapun gambar so
Sapu tangan rendo dan buah tera/lembe (kain sarung)dapat
ameh ini menandakan bahwa dilihat pada gambar di bawah
pengantin laki-laki adalah raja ini.
sehari. Adapun gambar sapu
tangan rendo dan buah ameh
dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.

Gambar 25. so tera/lembe (kain


sarung)
7. %DUX QLERWR WHWH¶D (baju yang
dibelah didada)
Gambar 22. Sapu tangan rendo %DUX QLERWR WHWH¶D seperti baju
dan buah ameh silat yang memiliki makna
4. Keris bahwa pengantin laki-laki siap
Keris menandakan bahwa menghadapi apapun yang
pengantin laki-laki adalah raja terjadi setelah menikah
(Si Ulu). Jika keris diletakkan nanti.%DUX QLERWR WRWR¶D ini
disebelah kiri memiliki makna tidak dipakai lagi dan diganti
untuk menjaga diri sedangkan dengan pakaian lengan panjang
kalau dikanan untuk warna putih dan dilapisi
membunuh. Gambar keris dengan Jas bagian luar.
tersebut dapat dilihat pada 8. Dasi
gambar di bawah ini. Pemakaian dasi tidak ada
maknanya. Hal ini disebabkan
karena dasi pada jaman dahulu
tidak dipakai oleh mempelai
laki-laki.

9. Kala bubu lele dua (kalung)


Kalung ini memiliki makna
pengantin mau menerima tamu
Gambar 23. Keris yang datang (penyambut tamu).
5. Kacamata 10. Kala bubu nitali (kalung)
Penggunaan kacamata juga Kalung ini terbuat dari emas,
merupakan hal baru bukan sudah tidak dipakai lagi karena
berasal dari kepulauan Nias. tidak ada yang memproduksi
Adapun gambar kacamata kalung ini.
dapat dilihat pada gambar di 11. Niogima (gelang yang
bawah ini. dipakaikan dilengan laki-laki)

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 86


E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.6 No.1 Edisi Oktober 2018
Niogima sama dengan makna menyatakan bahwa budaya Kepulauan Tello
tela jaga pada pengantin merupakan budaya yang dibawa dari nias daratan
wanita. Gelang tersebut tidak dan bukan dari minang atau melayu. Narasumber
dipakai sekarang sehingga menyatakan bahwa budaya tersebut masih asli dan
dokumentasinya pun sudah tetap dipelihara walaupun ada beberapa dari
tidak ada lagi. pakaian tersebut diakui oleh narasumber telah
12. Rantai babasi (rantai besi) bergeser seperti selendang, kacamata, jas dan dasi
Rantai ini berbentuk kalung yang dulunya tidak digunakan, tetapi sekarang
yang berfungsi sebagai penjaga dipakai oleh mempelai laki-laki serta rante babasi,
badan laki-laki. sarawa QLIDW`, PEDUX QLERWR W`W`¶D dan QL¶RJLPD
13. %`E` GDOX yang dulunya dipakai oleh mempelai laki-laki
%`E` GDOX digunakan sebagai tetapi sekarang sudah tidak digunakan lagi oleh
tempat penyangga keris dan mempelai laki-laki. Sedangkan untuk mempelai
memiliki makna yang sama pelai perempuan seperti QL¶RQGURWR JDOD EXWH yang
dengan %`E` GDOX yang dulunya dipakai oleh mempelai perempuan tetapi
digunakan pengantin wanita. sekarang sudah tidak digunakan lagi.
14. 6DUDZD QLIDW` (celana yang Perubahan terhadap pakaian adat tersebut
dilipat) dalam kajian teori sosial merupakan sebuah proses
Celana dibuat gantung dibawah hasil interaksi dari masyarakat dimana bagian-
lutut (mirip dengan celana bagian dari pakaian adat tersebut sudah tidak sesuai
silat) dengan makna pengantin lagi dengan zamannya seperti yang dipakai oleh
laki-laki siap untuk bertarung mempelai laki-laki. Berdasarkan hasil wawancara
dan menghadapi apa pun yang dengan narasumber, pakaian adat mempelai laki-
terjadi. Sarawa nifato ini sudah laki di simbolkan dalam situasi atau keadaan siap
tidak dipakai lagi dan diganti untuk berperang sehingga mempelai laki-laki
dengan celana panjang warna memakai pakaian silat yang seakan-akan mempelai
hitam. laki-laki siap untuk mengahadapi situasi yang akan
muncul pada saat itu. Tetapi sekarang pakaian silat
3) Apakah Dari hasil wawancara ke tersebut sudah tidak dipakai lagi karena makna dari
keunikan beberapa narasumber, masyarakat simbol pakaian tersebut sudah tidak susai lagi
budaya di Kepulauan Tello masih dapat dengan keadaan sekarang ini sehingga pakaian silat
Kepulauan menjaga keasrian budayanya itu seperti rante babasi, VDUDZD QLIDW`, mbaru
Tello sendiri. Namun hanya sedikit yang QLERWR W`W`¶D dan QL¶RJLPD sudah tidak dipakai lagi
merupakan merupakan persebaran budaya dan diganti dengan pakaian Jas, baju lengan putih,
hasil dari (difusi) budaya dari luar, seperti kaca mata, dasi dan selendang. Persepsi tersebut
persebaran pada pakaian laki-laki berupa mengisyarakatkan bahwa mempelai laki-laki dan
budaya selendang, kacamata, jas dan dasi perempuan adalah raja dan ratu sehari sehingga
(difusi) yang bukan kebudayaan dari simbol-simbol yang dipakai pun disesuaikan
budaya dari kepulauan Nias dan pada pakaian dengan pakaian kaum bangsawan.
luar? pengantin wanita : Beberapa ahli dari paham Interaksi
Bala H`g` (Ikat Kepala), Sa¶iH`g` 6LPEROLN PHQXQMXN SDGD ³NRPXQLNDVL´ DWDX VHFDUD
(perhiasan rambut), Gala Mbagi OHELK NKXVXV ³VLPERO-VLPERO´ VHEDJDL NXQFL XQWuk
(Kalung) yang dulunya terbuat dari memahami kehidupan manusia itu. Interaksi
emas tetapi sekarang dibuat dalam Simbolik menunjuk pada sifat khas dari interaksi
bentuk imitasi. Hal tersebut antarmanusia. Artinya manusia saling
disebabkan oleh pengaruh dari luar menerjemahkan dan mendefinisikan tindakannya,
dan produksi dari bagian dari baik dalam interaksi dengan orang lain maupun
pakaian adat tersebut sudah tidak dengan dirinya sendiri.Blumer bertumpu pada tiga
ada lagi. premis utama, yaitu: (1) manusia bertindak
berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu
c. Pembahasan bagi mereka; (2) makna itu diperoleh dari hasil
Dalam tatanan teori interaksi simbolik, interaksi sosial yang dilakukan dengan orang lain;
budaya merupakan hasil interaksi dalam (3) makna-makna tersebut disempurnakan di saat
masyarakat sehingga menciptakan sebuah budaya proses interaksi sosial sedang berlangsung
yang memiliki makna tertentu sesuai dengan hasil (Soeprapto, 2002:123-124). Jika dikaitkan dengan
kesepakatan masyarakat setempat. Jika dikaitkan data yang di dapatkan di lapangan maka adapun
dengan penelitian ini maka, budaya kepulauan bagian-bagian dari setiap pakaian adat mempelai
Tello ini merupakan hasil interaksi masyarakat nias laki-laki maupun perempuan seperti yang telah
yang dibawa dari Nias Daratan ke daerah Nias dipaparkan sebelumnya, mempunyai makna
Pesisir (Pulau Tello). Berdasarkan hasil wawancara tertentu dalam kehidupan sosial budaya
yang di dapatkan dilapangan, para narasumber masyarakat. Makna dari setiap pakaian adat

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 87


E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.6 No.1 Edisi Oktober 2018
tersebut di lambangkan sebagai sebuah simbol Koentjaraningrat. 1980. Pengantar Antropologi.
yang di dalamnya memuat pesan-pesan secara Aksara Baru. Jakarta
tersirat yang tidak langsung dapat dilihat secara Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu
kasat mata. Dari pemaparan tersebut maka dapat Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta
dipahami bawha pakaian adat penikahan ini Miles & Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif:
memiliki makna dan pesan-pesan moral yang Buku Sumber Tentang Metode-Metode
sangat penting bagi kehidupan sosial budaya dan Baru. Penerbit Universitas Indonesia
bukan hanya sekedar sebagai alat untuk (UI-Press). Jakarta
mempercantik dan memperindah diri kedua Moleong, Lexy J. 2006, Metodologi Penelitian
mempelai. Kualitatif: PT Rosda Karya. Bandung
Moleong, Lexy J. 2007, Metodologi Penelitian
5. KESIMPULAN Kualitatif: PT Rosda Karya. Bandung
Dari hasil pembahasan sebelumnya maka Raho, Bernard. 2004. Sosiologi ± Sebuah
dapat disimpulkan bahwa: Pengantar. Cet 1. Sylvia. Surabaya
a. Asal-usul budaya Tepulauan Tello ditinjau dari Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi.
pakaian adat pernikahan berasal dari Rosdakarya. Bandung
kebudayaan turun-temurun dari nenek moyang Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu
kepulauan Nias dan merupakan hasil interaksi Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada
sosial budaya masyarakat Nias yang di bawa Jakarta.
dari nias daratan ke daratan nias pesisir (Pulau Soekanto,Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu
Tello). Pengantar. Raja Grapindo Persada.
b. Beberapa bagian dari pakaian adat pernikahan Jakarta
pulau Tello baik itu pakaian adat pernikahan Soeprapto, Riyadi. 2002. Interaksi Simbolik,
pengantin laki-laki maupun wanita telah memili Perspektif Sosiologi Modern. Averrpes
beberapa perubahan seperti selendang, Press.Yogyakarta
kacamata, jas dan dasi untuk pakaian adat Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian
pernikahan mempelai laki-laki dan rantai Kualitatif.Alfabeta. Bandung
babasi yang sudah tidak digunakan Sugiyono.2010.MetodePenelitian Kuantitatif
lagi.Sedangkan untuk mempelai pelai Kualitatif & RND. Alfabeta. Bandung
perempuan seperti QL¶RQGURWR, gala bute yang Warsito. 2012. Antropologi Budaya. Penerbit
dulunya dipakai oleh mempelai perempuan Ombak. Yogyakarta
tetapi sekarang sudah tidak digunakan lagi. Hal b. Sumber dari Internet
itu disebabkan karena produksi dari bagian dari https://niasselatankab.bps.go.id/statictable/2017/04
pakaian adat tersebut sudah tidak ada lagi dan /09/74/jumlah-penduduk-dan-rasio-
secara interaksi simbolik, kedua mempelai jenis-kelamin-menurut-kecamatan-di-
tersebut, disimbolkan sebagai ratu dan raja kabupaten-nias-selatan-2013.html.
sehari hal tersebut tampak pada makna adat Diakses tanggal 24 Agustus 2018
pakaian pernikahan yang dipakai oleh kedua https://www.youtube.com/watch?v=Qk2mLIFi6nI.
mempelai. Diakses tanggal 13 Juli 2018
c. Dalam setiap pakaian mempelai laki-laki
maupun perempuan memiliki keunikan dan
makna tersendiri tergantung pada hasil interaksi
masyarakat setempat dan pola pemikiran
masyarakat pada saat itu. Keunikandalam setiap
pakaian adat tersebut mengandung pesan-pesan
yang sangat dibutuhkan setiap pengantin setelah
mereka berumahtangga dan bukan hanya
sebagai alat untuk menghias dan mempercantik
diri kedua mempelai.

6. REFERENSI
a. Sumber dari Buku
Berger, Artur Asa. 2004. Tanda-tanda Dalam
Kebudayaan Kontemporer. Tiara
Wacana. Yogyakarta
Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid VII. 1989. PT
Cipta Adi Pustaka. Jakarta
Hermianto dan Winarno. 2012. Ilmu Sosial dan
Budaya Dasar. PT Bumi Aksara. Jakarta
Timur

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 88

You might also like