Professional Documents
Culture Documents
17108-Article Text-75116-2-10-20230226
17108-Article Text-75116-2-10-20230226
The Role of Family Support for the Resilience of Indonesian Migrant Workers (TKI)
in Bangkalan
A R T I C L E I N FO A B S T R A C T
Article History This research aims to discover how big the role of family
Submitted : 20 April 2022 support for family resilience in Indonesian Migrant Workers
Final Revised: 15 Januari 2023 (TKI) in Bangkalan. When a husband/wife works as a migrant
Accepted: 20 Januari 2023 worker, there will be changes in the family system that has
been already established. Family members need to support
Keywords: each other when problems occur in the family. Besides, they
Indonesian Migrant Workers also must be able to deal with the problems and maintain the
Family Resilience family life after either the husband or the wife works as a
Family Support migrant worker. Such particular condition is known as family
resilience. This study uses a quantitative approach to
causality. The subjects of this study are 109 couples of
Kata kunci: husband / wife who work as migrant workers and were
Dukungan Keluarga selected using purposive sampling technique. The instrument
Resiliensi Keluarga in this study was the family support scale which was made by
Tenaga Kerja Indonesia the researcher based on the theory proposed by Friedman
(2010) while the family resilience scale modified the Family
Resiliency Assessment Scale (FRAS) compiled by Sixbey
(Herdiana, 2019). The analysis used in this study is a simple
This is an open access article under the CC- linear regression test, which shows that the role of family
BY-SA license support on family resilience is in a strong category (R =
0.726; p <0.05). Meanwhile, the effective contribution of the
Copyright © 2022 by Author, Published by family support variable to family resilience is 52.8% while the
Universitas Negeri Surabaya
remaining 47.2% is influenced by other factors.
A B S T R A K
Korespondensi tentang artikel ini dapat dialamatkan kepada Rezkiyah Rosyidah melalui e-mail:
rezkiyah.rosyidah@trunojoyo.ac.id
Rumah tangga adalah sesuatu yang tertinggi kedua di Indonesia (Fachri, 2022).
berkenaan dengan urusan kehidupan di Di Jawa Timur, permasalahan ekonomi juga
rumah yang terdiri dari satu atau lebih orang merupakan penyebab perceraian tertinggi
yang tinggal bersama-sama di sebuah tempat kedua (Badan Pusat Statistik, 2019).
juga berbagi makanan, minuman dan Fakta tentang pentingnya faktor ekonomi
akomodasi hidup dan bisa terdiri dari satu dalam suatu rumah tangga membuat individu
keluarga dan sekelompok orang. Dalam berusaha untuk melakukan segala cara demi
Kamus Besar Bahasa Indonesia berumah memenuhi kebutuhan rumah tangga,
tangga disamakan arti dengan berkeluarga. termasuk bekerja menjadi seorang Tenaga
Sedangkan keluarga adalah unit terkecil dari Kerja Indonesia (TKI) di Luar Negeri.
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga Bidang pekerjaan yang banyak diisi oleh
dan beberapa orang yang terkumpul dan tenaga kerja Indonesia diantaranya adalah
tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap sektor manufaktur, konstruksi, pertanian,
dalam keadaan saling ketergantungan. jasa dan perikanan. Faktor penghasilan yang
Dari pengertian diatas dapat lebih besar menjadi pendorong untuk
disimpulkan bahwa dalam rumah tangga menjadi tenaga kerja di luar negeri meskipun
terdapat dua orang atau lebih yang memiliki harus meninggalkan keluarga di tanah air
sifat dan watak yang berbeda namun berbaur Salah satu daerah dengan jumlah Tenaga
bersama dan mengharapkan ketenangan Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri yang
hidup bersama atau yang disebut paling banyak adalah Madura. Madura
keharmonisan keluarga. Keharmonisan sebagai daerah muslim yang menganut sistem
rumah tangga akan tercapai jika baik suami Patriarki, selama ini penduduk yang
maupun istri melaksanakan kewajibannya merantau lebih banyak laki-laki sedangkan
dan memberikan hak pasangannya. Suami para wanita tinggal di rumah mengurus
berkewajiban untuk memberi nafkah kepada keluarga. Berdasarkan data BNP2TKI Jatim,
istri dan anaknya baik lahir maupun batin, penduduk Madura yang bekerja sebagai TKI
mengurus rumah tangganya dan berhak pada tahun 2016 tercatat sebanyak 7.759
mendapat pelayanan dari istrinya. orang dengan rincian di Kabupaten
Sedangkan istri berkewajiban untuk Bangkalan sebanyak 4.542 orang, di
mengurus rumah dan anak-anaknya dan Kabupaten Sampang sebanyak 1.044 orang,
menaati suami. Selain itu, istri berhak atas di Kabupaten Pamekasan sebanyak 1.553
nafkah dari suaminya. orang dan Kabupaten Sumenep sebanyak
Namun kenyataannya, untuk menjadi 620 orang. Dari data tersebut terlihat bahwa
keluarga bahagia tidaklah mudah. Banyak diantara empat Kabupaten yang ada di Pulau
konflik-konflik yang muncul terutama Madura, Bangkalan menjadi Kabupaten
masalah perekonomian. Tidak jarang justru yang penduduknya paling banyak bekerja
berakhir dengan perceraian. Bahkan sebagai TKI di luar negeri. Namun demikian,
permasalahan ekonomi diklaim menjadi dalam perkembangannya saat ini semakin
permasalahan utama penyebab perceraian banyak pula jumlah wanita yang bekerja dan
24
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 14, No. 1, 2023
merantau. Bahkan saat ini jumlah TKI asal anak yang orang tuanya bekerja sebagai TKI
Madura didominasi (80%) oleh wanita umumnya mengarah ke negatif. Dari segi
(Rahayuningsih, 2018). pergaulan, anak cenderung mengalami
Besarnya faktor pendorong dan penarik pergeseran etika, minum minuman keras,
berpengaruh positif terhadap peningkatan atau berjudi. Dalam hal pendidikan, anak
jumlah TKI asal Madura dari tahun ke tahun. menjadi malas masuk sekolah, menurunnya
Faktor pendorongnya antara lain: (1) budaya motivasi belajar, serta mengalami penurunan
kerja keras; (2) budaya merantau; (3) budaya prestasi. Secara psikologis, Amalia (2011)
pernikahan dini yang berujung pada menyampaikan bahwa anak-anak ini
kesulitan ekonomi dan konflik rumah tangga; cenderung memiliki self-esteem yang negatif.
(4) kesempatan kerja di daerah asal yang Senada dengan informasi tersebut,
terbatas; (5) budaya kekerabatan yang Permatasari dan Kamulyan (2015) dalam
mendorong untuk menyusul kerabat yang penelitiannya menyebutkan bahwa anak
sudah menjadi TKI sebelumnya; (6) yang ditinggal orang tuanya merantau akan
motivasi yang tinggi sebagai umat Islam menunjukkan sikap pendiam, minder,
untuk melaksanakan ibadah hajidan umroh tertutup, sulit bergaul dengan teman. Sisi
yang membutuhkan banyak biaya positifnya, anak-anak ini akan lebih mandiri,
(Rahayuningsih, 2018). tegar, dan memiliki tekad yang kuat.
Saat salah satu (suami/ istri) bekerja Kondisi ini dapat dianggap sebagai
jauh dari rumah bahkan meninggalkan suatu kondisi krisis yang jika dibiarkan
rumah tentu memengaruhi keharmonisan lambat laun akan memengaruhi
rumah tangga. Seseorang yang menjadi TKI keharmonisan keluarga. Sehingga dalam
di luar negeri pada prinsipnya harus kondisi seperti ini yang terpenting adalah
mendapatkan izin dari wali/ pasangannya. bagaimana anggota keluarga saling
Akan tetapi hal ini seringkali tidak dipenuhi memberikan dukungan saat terjadinya
dengan baik semisal dipalsukan atau dengan masalah dalam keluarga, bagaimana
paksaan. izin merupakan dasar utama untuk keluarga menyelesaikan masalah-masalah
keberlanjutan hubungan dengan yang muncul, serta bagaimana keluarga
pasangannya di masa yang akan datang. membangun kembali kehidupan setelah
Namun, juga tidak menjamin Ketika izin terjadi transisi, dalam hal ini setelah suami/
terpenuhi dengan baik hubungan dengan istri bekerja sebagai TKI di luar negeri. Hal
pasangan menjadi baik selama menjadi TKI. ini dikenal dengan istilah resiliensi keluarga.
Hal ini dikarenakan seorang TKI atau Walsh (dalam Herdiana, 2019)
pasangan yang ditinggalkan pasti banyak menggambarkan resiliensi keluarga sebagai
godaannya, sedangkan masa kontrak kerja proses yang dilakukan untuk menyelesaikan
yang membuat pasangan tinggal berjauhan masalah dan adaptasi dalam keluarga
adalah cukup panjang. Berdasarkan sebagai sebuah unit fungsional. Resiliensi
wawancara pada tanggal 24 November 2022 keluarga mengacu pada kapasitas keluarga
terhadap saudari HL, warga Bangkalan yang untuk bangun kembali dari kesulitan
pernah menjadi TKW, didapatkan informasi sehingga menjadi lebih kuat dan berdaya.
bahwa masa kontrak kerja dengan biro Sebagai catatan bahwa dalam resiliensi
pengiriman atau dengan majikan di luar terjadi proses aktif membangun ketahanan,
negeri minimal adalah selama 10 (sepuluh) memperbaiki diri, dan membangun respons
bulan ketika memilih negara tujuan Malaysia. positif atas krisis dan tantangan-tantangan
Sedangkan masa kontrak kerja minimal di yang terjadi. Luthar dan Cicchetti (2000)
Arab Saudi adalah lebih dari 2 (dua) tahun. mengatakan bahwa perspektif mengenai
Dampak lain yang mungkin muncul resiliensi keluarga merupakan mengenali
adalah terkait dengan perkembangan anak. kekuatan satu sama lain, mampu
Berdasarkan penelitian Fatika, Syarifudin, berdinamika, menjaga hubungan timbal
dan Rani (2018) diketahui bahwa pergaulan balik untuk menghadapi konflik yang
muncul hingga masalah tersebut menjadi
25
Rosyidah, Astuti, & Michelino: Peran Dukungan Keluarga terhadap Resiliensi……. (23-31)
penguat bagi ketahanan keluarga, dan bukan peran dukungan keluarga terhadap resiliensi
sebagai perusak. Untuk menghadapi keadaan keluarga pada Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
krisis yang menimpa, keluarga harus di Bangkalan.
memiliki sumber daya yang mendukung
salah satunya adalah dukungan sosial. Dalam Metode
konteks keluarga, dukungan sosial ini
didapatkan dari anggota keluarga yang lain. Penelitian ini menggunakan pendekatan
Dukungan keluarga adalah sikap, kuantitatif dengan metode kausalitas untuk
tindakan penerimaan keluarga terhadap mengetahui peran dukungan keluarga
anggota keluarganya, berupa dukungan terhadap resiliensi keluarga pada Tenaga
informasional, dukungan penilaian, Kerja Indonesia (TKI) di Bangkalan.
dukungan instrumental dan dukungan Instrumen pengumpulan data yang
emosional. Jadi dukungan keluarga adalah digunakan dalam penelitian ini adalah skala
suatu bentuk hubungan interpersonal yang dukungan keluarga dan resiliensi keluarga.
meliputi sikap, tindakan, dan penerimaan Skala resiliensi keluarga dalam
terhadap anggota keluarga, sehingga anggota penelitian ini disusun peneliti dengan
keluarga merasa ada yang memperhatikan. melakukan modifikasi terhadap Family
Dukungan keluarga yang diterima salah satu Resiliency Assessment Scale (FRAS) yang
anggota keluarga dari anggota keluarga yang disusun oleh Sixbey (Herdiana, 2019). FRAS
lainnya dalam rangka menjalankan fungsi- dikonstruksi berdasarkan konsep resiliensi
fungsi yang terdapat dalam sebuah keluarga keluarga yang dikembangkan oleh Froma
(Friedman et al., 2010). Menurut Walsh, Walsh (dalam Herdiana, 2019) yaitu ‘kapasitas
sumber dukungan internal dan eksternal untuk pulih dari kesulitan’ sehingga menjadi
yang digunakan keluarga saat menghadapi lebih kuat dan berdaya. Walsh telah
situasi sulit juga dapat memengaruhi mengembangkan kerangka konseptual untuk
resiliensi (Herdiana, 2019). McCubbin mengidentifikasikan proses kunci yang
mengungkapkan bahwa keluarga tidak hanya mendukung definisi resiliensi keluarga.
mengandalkan dukungan internal, tetapi juga Proses kunci tersebut meliputi belief system,
mencari dukungan dari lingkungan sosial family organizational patterns dan
seperti keluarga besar, teman, serta anggota communication processes atau problem
komunitasnya agar dapat mencapai resiliensi solving, yang kemudian menjadi konstruk
yang lebih besar (Simon et al., 2005). dari pembuatan instrumen ukur resiliensi
Merujuk pada uraian di atas, kondisi keluarga FRAS.
resiliensi ini dibutuhkan oleh pasangan Respons terhadap skala ini diukur
untuk menghadapi masa transisi setelah berdasarkan 4 poin skala likert mulai dari 1 :
kepergian suami/ istri bekerja sebagai TKI di sangat tidak setuju sampai 4 : sangat setuju.
luar negeri. Oleh karena dalam kondisi ini Skala ini terdiri dari 54 item dari angket
akan dapat memunculkan berbagai berbahasa inggris yang mengukur resiliensi
permasalahan yang tidak hanya terjadi dalam keluarga berdasarkan 6 dimensi, yaitu
tataran individual namun juga dalam tataran Family Communication and Problem
sistem. Sehingga dukungan sosial dari Solving (FCPS), Utilising Social and
anggota keluarga yang lain diharapkan dapat Economic Resources (USER), Maintaining a
meminimalisir munculnya permasalahan Positive Outlook (MPO), Family
dalam psikologis. Merujuk pada uraian latar Connectedness (FC), Family Spirituality
belakang permasalahan di atas, maka peneliti (FS), dan The Ability to Make Meaning of
tertarik untuk meneliti tentang peran Adversity (AMMA). Dari hasil uji validitas
dukungan keluarga terhadap resiliensi terhadap skala resiliensi keluarga
keluarga pada pasangan Tenaga Kerja menunjukkan bahwa terdapat 42 aitem
Indonesia (TKI) di Bangkalan. dinyatakan valid dengan rentang nilai
Penelitian ini dilakukan dengan sebesar 0,339 sampai 0,646.
tujuan untuk mengetahui seberapa besar Sementara itu, untuk skala dukungan
26
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 14, No. 1, 2023
28
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 14, No. 1, 2023
menyampaikan sumber dukungan internal dan Adanya peran yang diberikan dukungan
eksternal yang digunakan keluarga saat keluarga terhadap resiliensi keluarga
menghadapi situasi sulit ini dapat menunjukkan bahwa semakin tinggi
memengaruhi resiliensi (Herdiana, 2019). dukungan yang didapat dari keluarga maka
McCubbin sebagaimana yang dikutip oleh semakin tinggi pula tingkat resiliensi dalam
Simon et al. (2005) menambahkan bahwa keluarga Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di
Bangkalan. Begitu pula sebaliknya, semakin
keluarga yang tidak hanya mengandalkan
rendah dukungan yang didapat dari keluarga
dukungan internal, tetapi juga mencari
maka semakin rendah pula tingkat resiliensi
dukungan dari lingkungan sosial seperti dalam keluarga Tenaga Kerja Indonesia
keluarga besar, teman, anggota komunitasnya (TKI) di Bangkalan.
menunjukkan resiliensi yang lebih besar. Kontribusi yang dapat disumbangkan
Ello dan Donovan (2005) menyatakan oleh variabel dukungan keluarga terhadap
bahwa dukungan sosial merupakan prediktor resiliensi keluarga yaitu sebesar 52,8%
yang penting untuk indikator-indikator sedangkan 47,2% sisanya dipengaruhi oleh
resiliensi keluarga, antara lain pemaknaan faktor lain. Ini dapat diartikan bahwa
terhadap kejadian musibah dan fleksibilitas dukungan keluarga merupakan faktor yang
dalam keluarga. Dukungan sosial adalah berpengaruh besar terhadap kemampuan
pertolongan dan dukungan yang diperoleh keluarga untuk bangkit dari kesulitan yang
seseorang dari interaksinya dengan orang dihadapi.
Tradisi Tanèan Lanjhang menjadi
lain dimana bantuan tersebut akan dapat
faktor yang memengaruhi tingginya tingkat
menaikkan perasaan positif serta resiliensi dalam keluarga Tenaga Kerja
mengangkat harga diri sehingga akan Indonesia (TKI) di Bangkalan. Hal ini
berdampak pada kesejahteraan individu dikarenakan adanya bantuan dari anggota
secara umum. keluarga lain untuk melaksanakan tugas-
Hal ini juga dibuktikan dengan tugas dalam keluarga, seperti pengasuhan
penelitian yang dilakukan oleh Poegoeh dan anak, pekerjaan rumah tangga, dan lain lain.
Hamidah (2016) yang memaparkan bahwa Mereka tidak melihat kepergian
terdapat hubungan yang signifikan antara pasangannya bekerja sebagai Tenaga Kerja
dukungan sosial, regulasi emosi dan Indonesia (TKI) sebagai suatu stressor yang
resiliensi pada 60 orangtua pasien yang nantinya akan menurunkan tingkat resiliensi
menjalani rawat inap ulang dengan diagnosis keluarga yang dimiliki.
Dalam melaksanakan penelitian ini, ada
skizofrenia. Koefisien determinasi (R2 =
beberapa kendala yang dihadapi peneliti.
0.355, p<0.05) menunjukkan secara
Kendala tersebut terkait dengan minimnya
bersama-sama variabel dukungan sosial dan data yang valid mengenai jumlah Tenaga
regulasi emosi dapat memengaruhi variable Kerja Indonesia (TKI) di wilayah Bangkalan.
resiliensi keluarga sebesar 35.5%. Sementara Dari sumber yang ada, data yang diperoleh
itu untuk sumbangan relatif dukungan sosial merupakan jumlah Tenaga Kerja Indonesia
terhadap resiliensi keluarga adalah sebesar (TKI) yang bekerja ke luar negeri melalui
20.9%. jalur legal. Namun demikian, berdasarkan
informasi dari beberapa pihak di lapangan,
banyak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di
Simpulan Bangkalan yang berangkat dengan
menggunakan jalur illegal. Sehingga peneliti
Berdasarkan hasil penelitian yang telah mengalami kesulitan dalam mencari subjek
dilakukan dan uraian pembahasan di atas, penelitian. Untuk mengatasi hal ini, peneliti
menunjukkan adanya peran dukungan menggunakan key person di beberapa
keluarga terhadap resiliensi keluarga dalam kecamatan yang merupakan masyarakat asli
kategori yang kuat (R = 0,726; p < 0,05). Bangkalan untuk membantu peneliti dalam
30
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, Vol. 14, No. 1, 2023
32