You are on page 1of 12

ARTIKEL PENELITIAN KUALITATIF

Studi Kualitatif Pemahaman Perawat Intensive Care Unit tentang


Pengkajian Nyeri Behaviour Pain Scale

Kelompok 1
Evidence Based Practice (EBP)

1. Riany : A623015
2, Eva Nauli :A623003
3.Faisal Tanjung : A623009
4. Yusanuddin : A623019
5.Asni Amalia :A623002
6.Candra Wulan : A623002
7. Reki Kirana : A623025

STIKES RAJAWALI
NOVEMBER 2023
Studi Kualitatif Pemahaman Perawat Intensive Care Unit tentang
Pengkajian Nyeri Behaviour Pain Scale

Abstract

Assessment is the initial nursing process. In the nursing assessment obtained information about patient
data used as a baseline and determine the next stage. Patients in intensive rooms with ventilators often
received nursing actions that cause pain. Pain assessment in patients using ventilators must use special
assessment techniques. Patients with ventilators require standardized assessment methods because they
cannot communicate the pain they feel verbally. Payen in 2001 developed the Behavioral Pain Scale
(BPS). Critical patients who are fitted with ventilators need a systematic and consistent assessment of
pain. Understanding is the ability to explain correctly and in detail about something. Before performing
an action properly one needs to understand the action. This study aimed to determine the experience
and understanding of ICU nurses about pain assessment using BPS at M Yunus Bengkulu General
Hospital. This study used the qualitative study that focus on disclosing nurses' understanding of pain
assessment using BPS. Themes that emerged in this study were 1. use BPS, 2. Three items in the BPS
assessment, 3. Indicators assessing pain, 4. Maximum minimum scoring, 5. Range of pain values.
Nurse’s understanding about BPS was very necessary.

Keyword: behavioral pain scale, understanding, nurse, qualitative

Abstrak

Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan. Pada pengkajian keperawatan didapatkan
informasi tentang data pasien yang digunakan sebagai data dasar dan menentukan tahap selanjutnya.
Pasien di ruang intensif yang terpasang ventilator sering mendapatkan tindakan keperawatan yang
menimbulkan rasa nyeri. Pengkajian nyeri pada pasien yang memakai ventilator harus menggunakan
tehnik pengkajian khusus, pasien yang terpasang ventilator memerlukan cara penilaian terstandar
karena tidak dapat mengkomunikasikan rasa nyeri yang dirasakannya secara verbal. Payen tahun 2001
mengembangkan Behavioral Pain Scale (BPS) Pasien kritis yang terpasang ventilator membutuhkan
penilaian nyeri yang sistematis dan konsisten. Memahami adalah kemampuan dapat menjelaskan secara
benar dan terperinci tentang sesuatu. Sebelum melakukan tindakan dengan baik seseorang perlu
memahami tindakan tersebut. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengalaman dan pemahaman perawat
ICU tentang pengkajian nyeri menggunakan BPS di RSUD M Yunus Bengkulu. Penelitian ini
menggunakan studi kualitatif yang berfokus pada pengungkapan pemahaman perawat tentang
pengkajian nyeri menggunakan BPS. Tema yang muncul dalam penelitian ini adalah 1. Guna BPS, 2.
Tiga item dalam pengkajian BPS, 3. Indikator menilai nyeri, 4. Skoring minimal maksimal, 5. Rentang
nilai nyeri. Pemahaman perawat tentang BPS sangat diperlukan.

Kata kunci: behavioral pain scale, pemahaman, perawat, kualitatif


PENDAHULUAN Assessment Scale (Odhner, 2003),
P.A.I.N atau Pain Assessment and
Pengkajian merupakan tahap awal pada
Intervention Notation Algorithm
proses keperawatan (Hidayat, 2002).
(Puntillo, 2004), Comfort Scale, BPS
Pada pengkajian keperawatan atau Behavioural pain scale (Payen,
didapatkan informasi tentang data pasien 2009) dan CPOT atau Critical-Care
yang digunakan sebagai data dasar dan Pain Observasion Tool (Gelinas, 2009).
untuk menentukan tahap selanjutnya.
Pasien di ruang intensif yang terpasang
Pengumpulan data dapat dilakukan ventilator sering mendapatkan tindakan
dengan observasi, pemeriksaan fisik, keperawatan yang efeknya
diagnostik dan wawancara (Asmadi, menimbulkan rasa nyeri. Pasien yang
2008). Salah satu data keperawatan yang terpasang ventilator mempunyai
didapat dari hasil wawancara adalah pengalaman nyeri yang berbeda-beda.
pengkajian nyeri. Pengkajian nyeri perlu Tujuh puluh satu persen dari lima juta
dilakukan dengan sistematik karena
orang yang dirawat di ruang intensif
bagian dari proses keperawatan. menyatakan selama menjalani
Pengkajian nyeri dilakukan agar perawat perawatan, ia merasakan nyeri (Stites,
dapat mengevaluasi nyeri pasien yang 2013). Pasien dewasa yang terpasang
bersifat individu (Sriwahyuningsih, ventilator mengeluh nyeri karena efek
2016). pengobatan, tindakan perawatan, dan
patofisiologi penyakit (Cade, 2008).
Tehnik wawancara yang digunakan Menurut Sutari (2014) prosedur
untuk mengetahui karakteristik nyeri
keperawatan yang sering mengakibatkan
berupa Provokes/palliates, Quality, nyeri yaitu, pemasangan atau pelepasan
Radiates, Severity, Time (PQRST) kateter, suction trakea, perubahan posisi
(Muttaqin, 2008). Pengkajian nyeri pada pasien serta penggantian balutan luka.
pasien yang memakai ventilator harus
menggunakan tehnik pengkajian nyeri Hasil penelitian Aissaoui et al (2005)
khusus, Pasien yang terpasang ventilator Pengamatan pada 30 pasien ICU
memerlukan cara penilaian terstandar menggunakan Behavioural pain scale
karena pasien tidak dapat (BPS), nilai reliabilitas BPS dengan
mengkomunikasikan rasa nyeri yang cronbach alfa 0.72, dari 3 observer
dirasakannya secara verbal (Coyer dkk, didapat nilai interrater reliability 0.95,
2007). Pasien kritis yang terpasang dan nilai validitas yaitu P <0.001.
ventilator membutuhkan penilaian nyeri
Berdasarkan penelitian Sriwahyuningsih
yang sistematis dan konsisten (Rahu, (2016) didapat bahwa instrument
2010). pengkajian nyeri pada pasien dewasa
kritis yang tidak mampu menyatakan
Instrumen pengkajian nyeri khusus
nyeri yang dirasakannya secara verbal
untuk pasien kritis ada beberapa macam menggunakan BPS dan CPOT. BPS dan
yaitu, NVPS atau Nonverbal Adult Pain CPO mempunyai nilai reliabilitas dan
validitas lebih tinggi dari ketiga instrumen Sebelum dapat melakukan suatu tindakan
lainnya. dengan baik seseorang perlu tahu tentang
sesuatu kemudian memahami tentang
Payen et al (2001) mengembangkan tindakan tersebut. (Notoatmodjo, 2005).
instrument pengkajian nyeri pada pasien Jika diaplikasikan pada kegiatan kerja
kritis menggunakan BPS. Instrumen perawat di ruang ICU maka perawat dapat
pengkajian BPS terdiri dari tiga komponen, melaksanakan pengkajian nyeri
yaitu dilihat dari ekspresi wajah, gerakan menggunakan Behavioural Pain Scale
ekstremitas atas dan komplain saat dengan baik jika ia telah memahami tentang
pemakaian ventilator. Masing- masing Behavioural Pain Scale. Memahami
komponen mempunyai skor antara 1-4, prosedur tindakan sebelum mengerjakan
hasil penilaian dikategorikan dengan tidak sesuatu agar tujuan dari pekerjaan yang kita
nyeri sampai sangat nyeri (skor 3-12). BPS laksanakan sesuai dengan ekpekstasi yang
mempunyai kelebihan dapat digunakan kita harapkan. hasilnya maksimal,
pada pasien kritis di ICU yang memuaskan dan tersusun rapi sesuai
menggunakan intubasi dan tidak langkah pengerjaannya. Peneliti
menggunakan intubasi (Sriwahyuningsih, menggunakan metode kualitatif dalam
2016). penelitian ini untuk menggali pemahaman
perawat tentang BPS secara alamiah, apa
Rumah sakit M.Yunus adalah salah satu adanya sehingga didapat data penelitian
rumah sakit di propinsi Bengkulu yang secara utuh.
menyediakan pelayanan Unit Perawatan
Intensif dengan jumlah tempat tidur 9 buah Penelitian ini bertujuan mengetahui
diruang ICU dan 14 buah di ruang ICCU pemahaman perawat ICU tentang
dengan BOR 50,55. Pada survey peneliti pengkajian nyeri menggunakan BPS di
pada bulan Desember 2016 di dapat 2 RSUD M Yunus Bengkulu. Berdasarkan
pasien yang menggunakan ventilator dan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk
untuk pengkajian nyeri belum meneliti tentang pemahaman perawat
menggunakan teknik khusus (RSUD, tentang pengkajian nyeri menggunakan
2016). Behaviour Pain Scale (BPS) di Ruang
Intensif Care Unit di RSUD M Yunus
Hasil pengkajian harus benar dan akurat Bengkulu.
sehingga menunjang untuk pelaksanaan
asuhan keperawatan selanjutnya.
Pengkajian sangat dibutuhkan untuk METODE
memastikan diagnosis, kesalahan dalam
mengkaji nyeri yang spesifik pada pasien Penelitian tentang pemahaman perawat
yang menggunakan ventilator dapat tentang pengkajian nyeri dengan BPS ini
meningkatkan risiko kesalahan dalam menggunakan studi kualitatif yang
pemberian asuhan keperawatan yang tepat, berfokus pada pengungkapan pemahaman
kesalahan dalam mendiagnosis dan perawat tentang pengkajian nyeri
kesalahan dalam menentukan altenatif menggunakan Behaviour Pain Scale (BPS)
pengobatan yang tepat (Asmadi, 2008). di Ruang Intensif Care Unit RSUD dr. M.
Yunus Bengkulu. Desain fenomenologi
dapat memberikan gambaran, interpretasi, Subjek Penelitian
refleksi, dan menyampaikan pengalaman Partisipan penelitian ini adalah perawat
responden yang sedang diteliti. Desain ini yang bekerja di Ruang Intensif Care Unit
mencari lebih dalam pemahaman tentang RSUD dr. M. Yunus Bengkulu dan
ide, perilaku dan tindakan serta gagasan menandatangani lembar persetujuan
individu terhadap suatu hal (Afiyanti & sebagai partisipan sebagai tanda bersedia
Rachmawati, 2014). terlibat dalam penelitian. Menurut Afiyanti
& Rachmawati (2014), pemilihan partisipan
Langkah kerja yang harus dilakukan oleh dalam penelitian kualitatif dilakukan
peneliti dalam desain ini menurut Polit dan dengan metode purposive sampling, dimana
Beck (2012) adalah: bracketing, intuisi, pemilihan partisipan harus berdasarkan
analisis dan deskripsi serta interpretasi. kriteria, keadaan atau unit waktu yang
Bracketing adalah proses yang dilakukan ditetapkan. Jenis sampel yang digunakan
peneliti dalam menyimpan semua asumsi, adalah sampel homogeny, dimana yang
pengetahuan dan keyakinan yang diteliti adalah perawat yang bekerja di ICU
dimilikinya tentang hal yang diteliti RSUD M. Yunus Bengkulu. Partisipan
sehingga informasi yang diperoleh berasal dalam penelitian ini sebanyak 10 perawat.
dari partisipan tanpa dipengaruhi oleh
pengetahuan, keyakinan dan asumsi Prosedur Penelitian
peneliti. Intuisi yaitu keadaan peneliti Proses pengumpulan data diawali dengan
mengenali dan memahami hal yang sedang persiapan mencari informan dengan cara
diteliti. Pada proses ini, peneliti tidak mendatangi ruang ICU RSUD M.Yunus,
diperbolehkan memberikan opini, evaluasi meminta izin kepada kepala ruangan untuk
dan kecaman, agar peneliti tidak kehilangan melakukan penelitian dan berkenalan
konsentrasi terhadap informasi yang sedang dengan perawat, menyampaikan maksud
digali. Analisis yaitu proses menganalisa dan tujuan kedatangan dan tujuan penelitian
informasi atau data yang telah serta menjelaskan prosedur penelitian
dikumpulkan. Analisis dapat dilakukan kemudian menawarkan kepada perawat
dengan langkah membaca data yang telah apakah bersedia menjadi informan. Jika
terkumpul, memilih kata kunci, bersedia, dapat mengisi lembar persetujuan
mengidentifikasi arti kata kunci, menjadi informan. Dilanjutkan dengan
mengelompokkan beberapa kategori kontrak waktu dengan partisipan,
menjadi tema, menulis pola hubungan melakukan wawancara mendalam serta
antartema dalam narasi sementara, melakukan terminasi.
melakukan validasi narasi kepada
partisipan, membuat deskripsikan hasil ahir Instrumen Pengumpulan Data
validasi dan menuliskan dalam narasi. Hasil Pada penelitian kualitatif, intrumen
penelitian dan pembahasan dari fenomena pengumpulan data adalah human
yang diteliti dideskripsikan atau instrument atau peneliti sendiri. Sebagai
diinterpretasikan oleh peneliti untuk instrument penelitian, peneliti berpedoman
menyampaikan hasil ahir penelitian kepada pada panduan wawancara. Fungsi pedoman
pembaca dalam bentuk gambaran tertulis wawancara ini adalah untuk mengarahkan
fenomena yang diteliti. peneliti untuk menggali lebih mendalam
tentang fenomena yang sedang diteliti.
Peneliti perlu menyiapkan alat bantu lain terhadap hasil penelitian dan literature
yang dapat digunakan selama proses terkait. Hasil penelitian juga diharapkan
wawancara seperti alat perekam yang dapat ditrasnfer ke subjek lain yang
bertujuan untuk memperlancar proses memiliki tipologi yang sama
wawancara.
HASIL
Analisis Data
Proses analisis data pada penelitian diawali Pemahaman perawat tentang Behaviour
dengan peneliti menulis transkrip Pain Scale (BPS)
berasarkan hasil wawancara yang telah
direkam, membaca transkrip tersebut untuk Hasil wawancara yang telah dilakukan
memperoleh makna secara keseluruhan dari dikategorikan menjadi 5 tema yang
hasil wawancara, mengidentifikasi kata menunjukkan pemahaman perawat tentang
kunci dari pernyataan-pernyataan spesifik BPS. Wawancara tentang pemahaman
yang dikatakan oleh partisipan, membuat perawat didapat hasil sebagai berikut :
kategori dari kata-kata kunci yang telah
dipilih dan kategori-kateori yang telah Guna BPS
terbentuk akan disusun membentuk
subtema yang kemudian akan digolongkan Perawat ICU memahami BPS digunakan
dalam bentuk tema-tema, selanjutnya untuk menilai skala nyeri pasien dengan
peneliti melakukan pengecekan kembali penurunan kesadaran dan menggunakan
kepada partisipan mengenai data-data yang ventilator sesuai dengan pernyataan
telah dikumpulkan. informan berikut :
“BPS itu sebuah cara untuk kita
Keabsahan Data menilai skala nyeri pasien dengan
Untuk menjaga keabsahan data, ada penurunan kesadaran dengan
beberapa hal yang harus dilakukan yaitu: pasien ventilator dimana penilaian
Crediblility, Dependability, Confirmability, tersebut berdasarkan 3 hal yang kita
Transferability. Crediblility / Kredibilitas lihat seperti ekspresi prilakunya,
data dilakukan dengan melakukan ekspresi wajah, kemudian
wawancara langsung, membuat transkrip pergerakan ekstremitasnya dan kita
secara verbatim, melakukan analisis dan lihat kompensasi pasien-pasien itu
melakukan pengecekan kembali kepada terhadap penggunaan
partisipan. Dependability adalah telaah data ventilatornya”.(Tn Y,33 tahun, R1)
dan dokumen yang diperoleh harus
dilakukan melalui inquiry audit yang “Itu untuk mengukur skala nyeri
dilakukan oleh tim reviewer dengan pasien dengan penurunan
mereview aktivitas peneliti selama proses kesadaran dan menggunakan
penelitian. Confirmability adalah ventilator dimana penilaian
menyerahkan transkrip dalam bentuk tersebut berdasarkan 3 ekspresi,
verbatim kepada tim reviewer untuk diaudit yaitu prilaku, ekspresi wajah
sehingga kebenaran hasil data dapat pergerakan ekstremitas atas dan
diketahui. Transferability adalah peneliti kompensasi terhadap
melakukan pembahasan hasil penelitian ventilator”(Tn WS,35 tahun, R9)
Tiga item dalam pengkajian BPS biasanya 1, ada juga pasien dengan
ventilator itu kan dia pasien sendiri
Perawat ICU memahami ada 3 item dalam yang mengatakan enak
pengkajian BPS seperti pernyataan menggunakan ventilator itu nilainya
informan berikut : 1, kemudian kompensasi pada
“Ada 3, satu ekspresi wajah, dua pasien ventilator ini sering batuk
pergerakan ekstremitas atas, tiga dengan pergerakan biasanya nilai
kompensasi terhadap nyerinya 2, jika pasien berontak
ventilator”.(Ny YS, 30 tahun, R7) atau melawan ventilator atau
“Iya.. pasien dengan ventilator. fighting itu biasanya 3, kemudian
Penilaian ini biasanya kita jika pasien tidak mampu mengontrol
menggunakan tigaitem, yang ventilator itu sendiri biasanya 4 itu
pertama dengan ekspresi wajah, nilainya.(Tn Y, 33 tahun, R1)
kedua dengan pergerakan
ekstremitas atas, ketiga dengan Skoring minimal dan maksimal
kompensasi tubuh terhadap
ventilator”(Tn M, 37 tahun, R3) Perawat ICU memahami pemberian nilai
dalam BPS yaitu nilai minimal 3 dan nilai
Indikator menilai nyeri maksimal 12 seperti pernyataan informan
berikut :
Perawat ICU memahami indikator menilai ”Kalau nilai maksimal pengkajian
nyeri menggunakan BPS seperti pernyataan BPS maksimalnya 12, kalau minimal
informan berikut : 3”(Tn WS, 35 tahun, R9)
“ …… ekspresi wajahnya kalau dia “Karena ada 3 katagori maksimalnya
santai itu 1, ekspresi wajah sedikit 12, jika nilainya 1 semua maka nilai
mengkerut ……. biasanya 2, minimalnya 3”(Tn MD,27 tahun,
kemudian ekspresi wajahnya R10)
mengerut penuh … sampai
memejamkan mata biasanya .. 3, Rentang nilai nyeri
……. pasien sampai meringis ……
nilai 4. … kedua … pergerakan Perawat ICU memahami rentang nilai
ekstremitas atas…. tidak ada dalam katagori nyeri menurut BPS yaitu
pergerakan ekstremitas atas dia nyeri ringan dengan nilai 3 - 5, nyeri sedang
terlihat santai itu kita beri nilai 1, dengan nilai 6 - 8 dan nyeri berat dengan
kemudian kalau misalnya nilai 9 - 12 seperti pernyataan informan
ekstemitas atasnya sedikit … berikut :
membengkok itu kita kasih nilai 2, “Menurut BPS rentang nyeri ini
kemudian eksremitas atasnya dapat kita golongin 3 yaitu pada nyeri
membengkok sedikit itu dengan ringan itu dapat kita nilai 3-5,
fleksi pada jarinya itu 3, kemudian kemudian kalau nyeri sedang 6-8, jika
pada ekstremitas atasnya retraksi nyeri berat itu nilainya 9-12”.(Ny
permanen itu 4. … kompensasi R,36 tahun, R4)
terhadap ventilator, biasanya
mengikuti ventilator itu ee..
“Rentang nilai pada nyeri ringan 3- tentang tindakan tersebut. (Notoatmodjo,
5,kalau nyeri sedang 6-8,kalau nyeri 2005). Jika diaplikasikan pada kegiatan
berat 9-12”(Tn WS,35 tahun, R9) kerja perawat di ruang ICU maka perawat
dapat melaksanakan pengkajian nyeri
PEMBAHASAN menggunakan Behavioural Pain Scale
dengan baik jika ia telah memahami tentang
Pada penelitian ini perawat ICU Behavioural Pain Scale.
menyatakan untuk mengkaji nyeri pasien
yang mengalami penurunan kesadaran dan Pada penelitian ini informan telah dapat
yang mengunakan ventilator menggunakan menjelaskan tentang kegunaan Behavioural
Behavioural pain scale ini sesuai dengan Pain Scale sesuai dengan Payen et al tahun
Coyer et all (2007) pengkajian nyeri pada 2001 mengembangkan instrument
pasien yang dirawat di ruang intensif care pengkajian nyeri pada pasien kritis
yang memakai ventilator harus menggunakan BPS. BPS mempunyai
menggunakan tehnik penilaian terstandar kelebihan dapat digunakan pada pasien
karena pasien tidak dapat kritis di ICU yang menggunakan intubasi
mengkomunikasikan rasa nyeri yang dan tidak menggunakan intubasi
dirasakannya secara verbal. Hasil (Sriwahyuningsih, 2016).
penelitian Aissaoui et al (2005)
Pengamatan pada 30 pasien ICU Pemahaman perawatan tentang cara
menggunakan Behavioural pain scale memberi skor dan kategori nyeri, informan
(BPS), BPS memiliki nilai reliabilitas dapat menjelaskan tentang cara memberi
dengan cronbach alfa 0.72, nilai interrater skor serta katagori nyeri menggunakan
reliability antara 3 observer sebesar 0.95, Behavioral Pain Scale sesuai dengan Payen
dan nilai validitas sebesar P <0.001. BPS et al (2001) tentang Instrumen pengkajian
dan CPOT merupakan instrumen BPS terdiri dari tiga komponen, yaitu
pengkajian nyeri yang valid dan reliabel dilihat dari ekspresi wajah, gerakan
untuk menilai nyeri pada pasien kritis ekstremitas atas dan komplain saat
dewasa yang tidak mampu melaporkan pemakaian ventilator. Masing- masing
nyeri secara verbal. Nilai reliabilitas dan komponen mempunyai skor antara 1-4,
validitas pada instrumen BPS dan CPOT hasil penilaian dikategorikan dengan tidak
lebih tinggi dari ketiga instrumen lainnya nyeri sampai sangat nyeri (skor 3-12).
Sriwahyuningsih (2016).
Perawat dapat menjelaskan tentang
Memahami merupakan satu tingkat lebih Behavioral Pain Scale mulai dari kegunaan,
tinggi dari tahu dalam tingkatan jumlah item penilaian, indicator menilai
pengetahuan. Jika tahu hanya bersifat nyeri, nilai minimal dan nilai maksimal
hapalan, maka memahami memerlukan serta rentang nilai nyeri ini sesuai dengan
kemampuan menangkap makna suatu Notoatmodjo (2005) bahwa memahami
konsep (Sudjana, 2013). Sebelum dapat adalah kemampuan dapat menjelaskan
melakukan suatu tindakan dengan baik secara benar dan terperinci tentang suatu
seseorang perlu tahu kemudian memahami objek.
KESIMPULAN in intubated adults after cardiac surgery.
Journal Pain Symptom Management,
37(1), 58–67.
Hasil penelitian pemahaman perawat
tentang pengkajian nyeri menggunakan Hidayat, A. A. (2002). Pengantar dokumentasi
BPS dapat menjadi salah satu contoh bagi proses keperawatan. Jakarta: EGC.
pengambil keputusan di Rumah Sakit untuk
Muttaqin, A. (2008). Buku ajar asuhan
mengadakan evaluasi rutin bagi perawat keperawatan dengan gangguan sistem
tentang semua tindakan di ruang ICU. syaraf . Jakarta: Salemba Medika.
Berdasarkan hasil penelitian ini hendaknya
petugas yang belum memahami BPS dapat Notoatmodjo, S. (2005). Pendidikan dan
perilaku kesehatan. Jakarta: PT Rineka
mempelajari BPS lebih lanjut, serta petugas Cipta.
lain yang sudah mengetahui suatu metode
baru dapat membagi ilmunya kepada rekan Odhner, M., Wegman, D., & Freeland, N.
yang belum mengetahui metode baru (2003). Assessing pain control in
nonverbal critically ill adults. Journal of
tersebut. Research in Medical Science, 22, 260–
7.

DAFTAR PUSTAKA Payen, J. F. (2009). assessing pain in non


intubated critically ill patients unable to
self report: An adaptation of the
Aissaoui, Y., Zeggwagh, A., & Zekraoui, A. behavioral pain scale. Intensive Care
(2005) . Validation of a behavioral pain Medicine, 35, 2060-2067.
scale in critically ill, sedated and
mechanically ventilated patients. Puntillo, K., Morris, AB., Thompson, CL.,
Anesthiology Journal, 101, 1470–6. Stanik-Hutt, J., White, C., & Wild LR.
(2004). Pain behaviors observed during
Afiyanti, Y., & Rachmawati, N. I. (2014). six common procedures: Results from
Metodologi penelitian kualitatif dalam thunder project II. American Journal of
riset keperawatan. (Edisi 1). Jakarta: Critical Care, 32(2), 421–7.
Rajawali Pers.
Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing
Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan. research: Generating and assesing
Jakarta: EGC. evidence for nursing practice. (9th ed.).
Lippincott Williams and Wilkins.
Cade, C. H. (2008). Clinical tools for the
assessment of pain in sedated critically ill RSUD M. Yunus Bengkulu. (2016). Data: View
adults. Nurs Critical Care, 13(6), 288– record. Diunduh dari
97. doi:10.1111/j.1478 http://sirs.yankes.kemkes.go.id/rsonline/
5153.2008.00294.x. data_view.php? editid1=323.

Rahu, M., & Grap, M. (2010). Facial expression


Coyer ,FM., Wheeler, MK., Wetzig, SM., & and pain in the critically ill non-
Couchman, BA. (2007). Nursing care of communicative patient: State of science
the mechanically ventilated patient: review. Intensive Critical Care Nursing,
What does the evidence say. Part two. 26, 343–52.
Intensive Crit Care Nurs, 23(2), 71–80.
Sriwahyuningsih, I. (2016). Studi literatur:
Gelinas, C., Harel, F., Fillion, L., Puntillo K. A., Instrumen pengkajian nyeri pada pasien
& Johnston, C. C. (2009) Sensitivity and kritis dewasa yang terpasang ventilator.
specificity of the critical-care pain Jurnal Keperawatan dan Pemikiran
observation tool for the detection of pain Ilmiah, 2(2), 1-7.
Stites M. (2013). Observational pain scales in
critically ill adults. American Association
of Critical-care Nurses, 33(3), 68-79.

Sudjana, N. (2013). Dasar-dasar proses


belajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sutari, M., Abdalrahim, MS., Hamdan-


mansour, AM., & Ayasrah, SM. (2014).
Pain among mechanically ventilated
patients in critical care units. Journal of
Research in Medical Science, 19(8), 726-
32.

You might also like