Professional Documents
Culture Documents
1 Hasil
Data kurva kalibrasi larutan paracetamol standar
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
45 0,0355
50 0,1234
55 0,1269
60 0,1414
65 0,3239
Rumus :
absorbansi−a
Kadar ¿
b
vol . disolusi x kadar
Jumlah Terdisolusi ¿
1000
sampel disolusi(ml)
Faktor Koreksi ¿ x jumlah terdisolusi
vol .disolusi
Jumlah Setelah FK ¿ jumlah terdisolusi+ faktor koreksi
jumlah setelah FK
% Terlarut ¿ x 100 %
dosis sampel
% terlarut A+ % terlarut B+ % terlarut C+% terlarut D+ % terlarut E+% terlarut F
Rata-Rata % Terlarut ¿
6
Absorbansi Larutan Baku Standar Paracetamol
0.35
0.3
0.2
0.15
0.1
0.05
0
40 45 50 55 60 65 70
Konsentrasi (ppm)
4.75 4.6884
4.474
4.5 4.4281
4.2521
4.2246 4.2112
4.25 4.1732 4.1498
4.076 4.0758 4.0663
4.0293 4.0301 4.0293
Absorbansi
4.0122 3.9887
4 3.957 3.957
3.8957 3.9152
3.8715 3.8645 3.8529 3.8465
3.8085
3.797 3.7982 3.7885
3.773
3.7318 3.7318 3.7446
3.75
3.6262 3.6298
3.5
3.25
3
0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu (menit)
A B C D
E F Linear (F)
> pembahasan
Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat ke dalam
media pelarut. Uji disolusi digunakan untuk menetukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi
yang tertera dalam masing-masing monografi.
Pertama, untuk mengetahui kurva kalibrasi dari obat paracetamol, dilakukan beberapa tahapan
berupa pembuatan larutan baku induk 1000 ppm, dan larutan baku seri yang kemudian dilakukan
pengujian dengan spektrofotometri uv vis menggunakan panjang gelombang maksimum dari obat
paracetamol yaitu 243 nm.
Adapun cara pembuatan nya antara lain :
a Pembuatan Baku Induk 1000 ppm
1) Ditimbang baku parasetamol sebanyak 100 mg
2) Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
3) Ditambahkan dengan aquades sebanyak 50 mL diaduk sampai larut
4) Ditambah dengan aquades sampai tanda batas, lalu dikocok sampai homogen
b Pembuatan Baku Seri 10; 15; 20; 25; dan 30 ppm
1) Dipipet 0,1 mL; 0,15 mL; 0,2 mL: 0,25 mL: 0,3 mL dari baku seri 1000 ppm
2) Dimasukkan masing-masing ke dalam labu ukur 100 mL
3) Ditambahkan dengan aquades sampai tanda batas, lalu dikocok hingga homogen
c Pembuatan Kurva Kalibrasi Baku
1) Dipipet larutan baku seri 10; 15; 20; 25; dan 30 ppm ke dalam kuvet
2) Diukur absorbansi baku seri pada panjang gelombang maksimum
Pada percobaan ini, digunakan air suling sebagai media disolusi karena air merupakan cairan
penyusun utama dalam tubuh manusia. Jadi, diumpamakan obat berdisolusi di dalam tubuh. Dan
untuk pengaturan suhu, disesuaikan dengan suhu fisiologi tubuh manusia yaitu 37°C-38°C.
Alat yang digunakan adalah alat tipe dua berupa dayung yang terdiri dari daun dan batang
sebagai pengaduk, dengan kecepatan 50 rpm dengan rentang waktu 30 menit. Terkait hal
tersebut telah diikuti sebagaimana tercantum didalam Farmakope edisi VI. Adapun
pengambilan larutan di dalam chamber, dilakukan dengan menggunakan spuit sebanyak 5 ml
dengan interval waktu setiap 5 menit.
Pengambilan sampel dilakukan pada waktu yang berbeda-beda untuk melihat kapan paracetamol
akan terdisolusi dengan optimal pada media pelarut. Dari hasil yang diperoleh, dapat dijelaskan
bahwa mula-mula paracetamol akan terdisolusi dengan lambat dan lama kelamaan akan
bertambah cepat. Setelah terdisolusi sempurna zat aktif akan diabsorbsi, dimetabolisme, dan
kemudian akan memberikan efek terapi jika obat berada dalam tubuh.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil dari keenam tablet yang
diuji (A, B, C, D, E, F) terlihat dari nilai absorbansi yang muncul, semakin lama obat
tersebut mengalami proses disolusi, maka semakin banyak pula zat yang akan terdisolusi. Hal
tersebut dapat dilihat pada tabel nilai lainnya yang rata-rata menunjukkan peningkatan nilai
secara konstan.
Dari data diatas, memperlihatkan bahwa dari keenam sampel, nilai absorbansi sampel F
adalah nilai yang paling stabil yang terus mengalami peningkatan secara signifikan (bertahap)
dan penurunannya tidak terlalu drastis, turunnya nilai absorbansi hanya terlihat pada menit ke
10, 25 dan 30
Sampel F : nilai absorbansi pada 5 menit pertama adalah 4,076 kemudian turun menjadi 4,03
pada menit ke 10, lalu naik kembali menjadi 4,1732 pada menit ke 15, nilai ini mengalami
peningkatan yang lebih besar dibanding menit ke 5 dan 10, dan pada menit ke 20 nilai
absorbansi mengalami peningkatan kembali menjadi 4,2246, namun, pada menit selanjutnya
yaitu menit ke 25 dan 30 nilai absorbansi mengalami penurunan yang cukup signifikan
(bertahap) yaitu 4,2112 dan 4,1498 secara berurutan.
Hal ini dibandingkan dengan nilai sampel lain yang rata-rata mengalami peningkatan nilai
absorbansi yang tidak signifikan/meningkat tiba-tiba dan penurunan nilai absorbansi yang
sangat turun dari menit sebelumnya.
Diambil contoh yaitu pada sampel D yang memiliki nilai absorbansi naik dan turun secara
drastis, yaitu di 5 menit pertama, nilai absorbansi yang di dapat adalah 4,474 lalu turun
dimenit ke 10 menjadi 4,281, lalu dimenit ke 15 nilai absorbansi yang didapatkan nilainya
sama dengan menit ke 10 yaitu 4,281 dan selanjutnya pada menit ke 20 nilai absorbansi yang
di dapat meningkat secara drastis yaitu 4,6884. Lalu selanjutnya terjadi penurunan drastis,
yaitu dimenit ke 25 dengan nilai 4,0301 dan menit ke 30 dengan nilai 4,0663.Hal tersebut
juga terjadi pada sampel lainnya yaitu A, B, C, dan E)