You are on page 1of 30

Equilibrium: Jurnal Pendidikan Vol. XI. Issu 2.

Mei-Agustus 2023
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/equilibrium/index P-ISSN:2339-2401/E-ISSN: 2477-0221

Prodi Pendidikan Sosiologi

Equilibrium : Jurnal Pendidikan


Vol. XI. Issu 2. Mei-Agustus 2023
Sosiologi
http://journal.unismuh.ac.id/index.php/equilibrium

Implementasi Literasi Digital Dalam Pendidikan Islam : Tantangan dan Solusi


Uswatun Hasanah1, Muhammad Sukri 2

1
Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
Email: uswatunh@radenintan.ac.id
2
Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
Email: muhamadsukri@radenintan.ac.id

Abstract. The digital era has given a huge chance to many advances in science and technology, especially in
the field of education. However, the influence of the digital era also leads to highly possible crimes to occur,
including in the context of Islamic Education, due to students' lack of knowledge about digital literacy as a
prerequisite for using modern technology. Therefore, developing skills and understanding of digital literacy
is absolutely important to minimize the negative effects of using digital technology for education. This
study is intended to examine the implementation of digital literacy, challenges and solutions, in the context
of in Islamic education. This research is a Library Research using content analysis techniques with the main
sources of data collected form several articles and scientific resources using the documentation method.
The research results show that the implementation of digital literacy in Islamic Education faces various
challenges including social challenges such as low awareness, hoaxes, bullying, fraud, online gambling,
internet addiction and cyber crime. There are also some curriculum challenges and technical challenges.
The solution is: making digital literacy a learning media, strengthening infrastructure and technology,
compiling an appropriate digital literacy curriculum, developing creative and innovative learning methods,
increasing the competence of teachers and educators, increasing awareness and parental participation in
the context of Islamic education. In conclusion, the implementation of digital literacy in Islamic Education
can be a means for students to understand information carefully and clearly, avoiding negative information
and content by having a proper discussion and seeking for answer based on Islamic teachings. When
students use digital media wisely it will be able to help achieve the goals of Islamic Education.
Keywords : Digital Literacy; Islamic Education

Abstrak. Era digital telah melahirkan banyak kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya
di bidang pendidikan. Besarnya pengaruh era digital juga menciptakan ruang terjadinya kejahatan baru
termasuk dalam ranah Pendidikan Islam, karena kurangnya pengetahuan peserta didik tentang literasi
digital sebagai prasyarat untuk menggunakan teknologi saat ini. Adanya literasi digital menjadi solusi
untuk masalah ini. Maka penelitian ini bertujuan untuk mengkaji implementasi literasi digital dalam
pendidikan Islam, tantangan dan solusinya. Penelitian ini merupakan Library Research menggunakan
Teknik content analisys dan sumber data kepustakaan yang dikumpulkan dengan menggunakan metode
dokumentasi. Hasil Penelitian menunjukkan, implementasi literasi digital dalam Pendidikan Islam
menghadapi berbagai tantangan meliputi tantangan sosial seperti kesadaran yang rendah, hoax, bullying,
penipuan, perjudian online, kecanduan internet dan cyber crime. Selain itu, terdapat pula tantangan
kurikulum dan tantangan teknis. Solusinya yaitu: menjadikan literasi digital sebagai media pembelajaran,
penguatan infrastruktur dan teknologi, penyusunan kurikulum literasi digital yang tepat, pengembangan
metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif, peningkatan kompetensi guru dan tenaga pendidik,
peningkatan kesadaran serta partisipasi orangtua dalam konteks pendidikan Islam. Kesimpulannya,
implementasi literasi digital dalam Pendidikan Islam dapat menjadi sarana peserta didik dalam memahami
informasi secara teliti dan hati-hati, menghindari informasi dan konten negative dengan selalu melakukan
Tabayyun berlandaskan ajaran Islam. Ketika peserta didik menggunakan media digital dengan bijak akan
dapat membantu tercapainya tujuan Pendidikan Islam.

Keywords : Literasi Digital; Pendidikan Islam

177
Equilibrium: Jurnal Pendidikan Vol. XI. Issu 2. Mei-Agustus 2023
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/equilibrium/index P-ISSN:2339-2401/E-ISSN: 2477-0221

PENDAHULUAN
Motivasi setiap orang untuk maju, terjalin dengan pengetahuan dan literasi yang merupakan
buah dari pengetahuan yang dimiliki. Begitu juga bagi seorang peserta didik harus memiliki pola pikir
dan kemampuan literasi untuk menjadi orang yang bermoral, berkarakter, dan berilmu.
Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang menggariskan tentang tujuan pendidikan, pasal 3 yakni mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis
sreta bertanggungjawab (Barnawi & Arifin, 2013). Literasi menjadi suatu hal yang sangat penting
sebab dari literasi seseorang terasah kemampuan dan wawasan secara keilmuannya dan itu sesuai
dengan esensi pendidikan itu sendiri. Esensi pendidikan adalah menjadikan seseorang pembelajar
sejati dan cinta ilmu pengetahuan.
Di era sekarang, literasi menjadi penanda seberapa banyak informasi dan pengetahuan yang
dikonsumsi. Jelaslah bahwa kemampuan membaca menentukan dan berdampak pada standar
kesuksesan saat ini. Perkembangan suatu negara sangat bergantung pada angka melek hurufnya,
namun kurangnya antusiasme dan kemampuan membaca yang rendah juga memainkan peran
penting di Indonesia. Padahal literasi itu sendiri, baik di dunia Barat maupun Islam, merupakan
sebuah langkah penting dalam perkembangan peradaban. Perintah (membaca) dalam surah Al-alaq
merupakan simbol nilai ilmu pengetahuan, yang dihubungkan dengan kemajuan peradaban Islam
sebagai hasil wahyu Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, budaya Islam terkenal dan
mencapai puncak kejayaan antara pertengahan abad ketujuh dan ketiga belas yaitu saat Baghdad
menjadi pusat ilmu pengetahuan. Dimana Baitul Hikmah merupakan perpustakaan dan pusat ilmu
pengetahuan. Selanjutnya, di Andalusia umat Islam mampu melejitkan kota Cordova sebagai kota
metropolitan yang memiliki koleksi lebih dari 440.000 buku (Dewayani et al., 2017). Hal itu
membuktikan bahwa dalam Islam sendiri seorang peserta didik dituntut untuk menumbuhkan
semangat berliterasi.
Indonesia menempati urutan ke-36 dari 40 negara dalam Progress in International Reading
Literacy Survey (PIRLS), sebuah studi lima tahun yang melibatkan anak-anak sekolah dasar. Qatar,
Kuwait, Maroko, dan Afrika Selatan lebih unggul dari Indonesia (Gong, 2012). Hanya Satu dari 1.000
orang di Indonesia yang mampu membaca dengan serius, menurut hasil UNESCO dalam Program For
International Student Assessment (PISA) tahun 2012. Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas RI)
kemudian mengkajinya kembali pada tahun 2016, menemukan bahwa dari 1000 orang, hanya sekitar
25 orang yang serius membaca. Kemudian tahun 2015 melihat pemeringkatan literasi PISA dari
sejumlah negara, termasuk Indonesia. Dari 76 negara yang diteliti, bangsa kita berada di posisi 69.
Temuan ini tentunya mencerminkan masih rendahnya angka melek huruf di Indonesia (Yukaristia,
2019).
Hasil survei menunjukkan bahwa minat baca masyarakat dan pelajar di Indonesia sangat
memprihatinkan. Sedangkan, untuk menjawab tantangan abad 21 yang sering disebut sebagai abad
pengetahuan digital, literasi harus berkembang menjadi paradigma pengetahuan yang tercermin
dalam sikap dan perilaku seseorang. Dunia tanpa batas akan muncul sepanjang abad yang oleh para
futurolog disebut sebagai era globalisasi. Ini menunjukkan bahwa komunikasi manusia menjadi
sangat sederhana dan cepat. Batas-batas ruang dengan sedemikian rupa menghilang. Peran manusia
berkualitas (kritis dan kreatif) yang bertalenta, berilmu, mampu berkomunikasi, dan mampu belajar
sepanjang hayat juga diperlukan di abad ini (Aji, 2019).
Pengelolaan dan pengembangan pendidikan saat ini tidak mungkin hanya melalui cara
tradisional. Mengingat meningkatnya harapan masyarakat terhadapnya dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, belum lagi pendekatan ini tidak lagi memenuhi
kebutuhan dan tuntutan tersebut. Keinginan untuk menggunakan media teknologi dan pendekatan
teknis dalam pengelolaan pendidikan didorong oleh faktor-faktor seperti revolusi ilmu pengetahuan
teknologi, perubahan masyarakat, pengetahuan tentang bagaimana peserta didik belajar, kemajuan

178
Equilibrium: Jurnal Pendidikan Vol. XI. Issu 2. Mei-Agustus 2023
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/equilibrium/index P-ISSN:2339-2401/E-ISSN: 2477-0221

media komunikasi, dan sebagainya. Agar setiap orang dapat mengambil bagian dalam transformasi
nilai untuk kepentingan bangsa dan negara.
Bentuk literasi modern yang dikemas sebagai teknologi canggih yang dikenal dengan istilah
“Literasi digital”. Kemampuan untuk membaca, menulis, dan menafsirkan teks adalah satu-satunya
hal yang dimaksud dengan istilah "literasi". Namun, seiring dengan kemajuan era globalisasi, gagasan
literasi mulai terbagi menjadi beberapa bentuk. Salah satunya adalah pengetahuan tentang
teknologi. Menurut Qurrotun, gagasan literasi digital pertama kali muncul pada tahun 1990. Literasi
digital didefinisikan oleh penulis terkenal Paul Gilster sebagai kemampuan untuk memahami dan
memanfaatkan informasi dari berbagai sumber digital (Restianty, 2018).
Tantangan terbesar dalam masyarakat modern saat ini adalah penggunaan internet dan media
digital yang tidak hanya membawa keuntungan bagi penggunanya, tetapi juga membuka peluang
berbagai masalah. Kurangnya keterampilan digital dalam menangani perangkat keras dan perangkat
lunak menyebabkan penggunaan media digital kurang optimal. Budaya digital yang lemah dapat
menyebabkan pelanggaran hak digital warga negara. Etika digital yang rendah berpotensi
menciptakan ruang digital yang tidak nyaman karena banyaknya konten negatif. Rapuhnya
keamanan digital dapat menyebabkan kebocoran data pribadi dan penipuan digital (Putra, 2019).
Lebih lanjut, Sebagian besar orang menghabiskan hampir 5 jam per hari untuk online, baik di
laptop, komputer desktop, atau ponsel. Bagi banyak orang, peningkatan penggunaan internet di
kalangan generasi muda meresahkan, dan statistik menunjukkan bahwa rata-rata 25000 anak
Indonesia mengakses informasi pornografi setiap hari. Belum lagi perilaku online yang berbahaya,
yang dibuktikan dengan penyebaran berita dan informasi palsu, ujaran kebencian, dan intoleransi di
media sosial (Kemendikbud, 2017).
Penelitian yang dilansir Mitchell Kapoor menunjukkan bahwa generasi muda belum memiliki
kemampuan dalam menggunakan media digital, khususnya untuk mencari ilmu dan pengembangan
diri. Hal ini juga tidak didukung oleh penyebaran materi/informasi yang disajikan dalam media digital
yang memiliki banyak ragam dan makna. Saat ini, jumlah perusahaan media di Indonesia
berkembang pesat dan telah mencapai sekitar 43.400. Sementara itu, hanya 243 perusahaan media
yang terdaftar di Dewan Pers. Dengan demikian, masyarakat dapat dengan mudah
menginformasikan dirinya melalui berbagai media yang ada. Oleh karena itu, media digital
menawarkan peluang seperti meningkatkan peluang bisnis di e-commerce, menciptakan lapangan
kerja baru di media digital dan mengembangkan literasi (Kemendikbud, 2017).
Berdasarkan fenomena ini maka kemampuan literasi digital sangat membantu untuk
berinteraksi dengan informasi dari berbagai sumber digital yang terus berkembang untuk
memudahkan pengguna memperoleh berbagai jenis informasi (Kemendikbud, 2017). Informasi
sekarang dapat ditemukan dengan lebih mudah secara online (Nur, 2019). Namun, meskipun
penggunaan media digital meluas, masih ada kelangkaan pengetahuan di bidang pendidikan media
digital. KOMINFO melakukan jajak pendapat tentang bagaimana orang menggunakan perangkat
digital yang terhubung ke internet, menemukan bahwa 93,46% orang menggunakannya untuk
komunikasi, 65,29% untuk hiburan, 76,88% untuk browsing, 27,51% untuk belajar, dan 25,70% untuk
bekerja (Pusat PPAI, 2017). Data tersebut menunjukan bahwa penggunaan media digital dalam ranah
pendidikan masih cukup rendah.
Setiap orang perlu memiliki “kesadaran” kritis untuk mengenali realitas media dan
membedakannya dari realitas sosial. Setiap orang perlu mampu “menguasai” media untuk itu.
Literasi digital adalah tentang control, memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang di
mana dunia maya dan batasannya serta kegunaannya. Sehingga kita akan dapat menggunakan media
secara lebih kritis dan tidak mudah “dimanipulasi” jika kita dapat membedakan antara realitas sosial
dan realitas media. (Rianto, 2019).
Di era globalisasi saat ini menawarkan peluang literasi digital sebagai sarana pembelajaran
dalam pendidikan. Mengingat tingginya data penggunaan teknologi digital dan media digital,
alangkah baiknya jika sistem pendidikan Indonesia dapat memaksimalkannya dengan baik termasuk
dalam Pendidikan Islam. Literasi digital sebagai media pembelajaran pilihan guru atau peserta didik

179
Equilibrium: Jurnal Pendidikan Vol. XI. Issu 2. Mei-Agustus 2023
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/equilibrium/index P-ISSN:2339-2401/E-ISSN: 2477-0221

dalam proses pembelajaran. Namun, hal tersebut dalam batas-batas tertentu agar tetap berada
dalam koridor sesuai aturan. Karena dalam hukum Islam sendiri banyak kita ketahui bahwa Islam
dengan berbagai aturannya tidak begitu menutup diri dari pengaruh perkembangan di berbagai era.
Islam pada prinsipnya, mengikat kita sebenarnya sebagai umatnya, terbuka namun selektif dalam
menyaring modernitas ini sesuai dengan ajaran Islam. Maka pada akhirnya kita pun bisa menjadi
orang yang maju dan mengembangkan semua yang telah diberikan Allah kepada kita (Aksin, 2016).
Islam adalah agama yang memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk mencari ilmu.
Namun, ada batasan dan rambu di beberapa area yang harus dipatuhi semua orang. Agar
masyarakat khususnya peserta didik tidak melakukan perilaku provokatif dan lain-lain yang berakibat
pada kemerosotan akhlak dan moral, kita harus lebih menyadari batasan-batasan yang seharusnya
ada dalam literasi digital dan media sosial. Mengingat bagi umat muslim, Islam adalah agama yang
mengajarkan kepada kita bahwa segala sesuatu harus tunduk pada hukum dan peraturan yang
berlaku. Peneliti percaya ada masalah dengan kurangnya kesadaran peserta didik akan literasi digital
yang perlu diselesaikan berdasarkan studi yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya (Anggeraini
& Faridi, 2019). Di era globalisasi saat ini, literasi digital sangat penting dan tepat dalam proses
pendidikan (Amri et al., 2021).
Penelitian terdahulu sudah banyak mengkaji tentang literasi digital namun kajiannya hanya
terfokus pada memahami konsep literasi digital dalam pembelajaran agama Islam (Firman et al.,
2021), peran orangtua dan pendidik dalam mengingkatkan literasi digital (Alwan, 2021; Muflihin,
2020) serta implementasinya dalam pembelajaran (Wahidin, 2018). Belum ada penelitian yang
mengkaji lebih dalam tentang tantangan yang dihadapi dalam implementasi literasi digital dalam
Pendidikan Islam serta solusinya. Sehingga penguatan literasi digital masih kurang optimal dan masih
banyak peserta didik yang gagal memahami bahkan menyalahgunakan teknologi. Sehingga literasi
digital dalam Pendidikan Islam menjadi sangat penting. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji implementasi literasi digital dalam Pendidikan Islam, tantangan serta solusinya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan studi kepustakaan atau library reaserch yaitu serangkaian kegiatan
yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta
mengolah bahan penelitian (Zed, 2014). Studi literatur ini menggunakan sumber pustaka untuk
mengumpulkan data penelitian, menganalisis isi literatur, dan membuat kesimpulan darinya. Peneliti
menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan sumber data primer maupun skunder yang digunakan
merupakan sumber kepustakaan yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi yaitu berupa
literatur buku, prosiding, jurnal-jurnal penelitian terbaru yang sudah terindeks di berbagai
pengindeks dalam negri maupun internasional yang berkaitan tentang konsep serta esensi literasi
digital, tantangan pengimplementasiannya dalam Pendidikan Islam serta data pendukung untuk
menghasilkan temuan penelitian yang akurat. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan analisis deskriptif dan analisis isi atau content analisys untuk mengkaji
data. Dimulai dengan memilih serta mereduksi data yang akan digunakan, menganalisa serta
menentukan data yang relevan dengan penelitian dengan mengklarifikasi dan menganalisis sampai
menemukan hasil dan menyimpulkannya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

a. Literasi Digital Dalam Pendidikan Islam


Sejak tahun 1990-an, istilah “literasi digital” telah digunakan untuk menggambarkan
kapasitas/kemampuan yang berhubungan dengan informasi dan kemajuan teknologi. Paul Gilster,
menulis sebuah buku berjudul Digital Literacy. Dijelaskan dalam bukunya bahwa Digital Literacy,
merupakan kemampuan untuk memahami dengan baik dan menerapkan pengetahuan yang
diperoleh dari berbagai sumber yang diakses melalui perangkat komputer (Sulianta, 2020).

180
Equilibrium: Jurnal Pendidikan Vol. XI. Issu 2. Mei-Agustus 2023
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/equilibrium/index P-ISSN:2339-2401/E-ISSN: 2477-0221

Selanjutnya, Bawden menyajikan teori literasi digital berdasarkan pengetahuan tentang komputer
dan informasi. Pada 1980-an, ketika komputer mikro digunakan secara luas baik di perusahaan
maupun masyarakat umum, literasi komputer mulai muncul. Namun, literasi informasi tidak tersebar
luas secara global hingga tahun 1990-an, ketika teknologi informasi berjejaring membuatnya lebih
mudah untuk mengumpulkan, mengakses, dan mengirimkan informasi. Menurut Bawden, literasi
digital lebih erat kaitannya dengan kemampuan teknis dalam mengumpulkan, memahami, dan
mentransmisikan informasi. (Kemendikbud, 2017).
Literasi digital merupakan kemampuan untuk membuat dan berbagi dalam mode dan bentuk
yang berbeda; untuk membuat, berkolaborasi, dan berkomunikasi lebih efektif, serta untuk
memahami bagaimana dan kapan menggunakan teknologi digital yang baik untuk mendukung proses
tersebut (Kurnianingsih, 2017). Terdapat enam keterampilan dasar dalam literasi digital yaitu : 1)
Literasi Baca Tulis, 2) Literasi Numerasi, 3) Literasi Sains, 4) Literasi Digital, 5) Literasi Finansial dan 6)
Literasi Budaya dan Kewargaan (Sulianta, 2020).
Literasi digital mencakup beberapa kemampuan yang dirumuskan oleh Jisc menjadi 7 elemen,
yaitu 1) literasi/media literacy yaitu Bagian ini berfokus terutama pada bagaimana pengguna media
digital secara kritis dan kreatif menyaring informasi yang beredar di berbagai media dikenal sebagai
literasi media (Stefany, 2017). 2) literasi komunikasi dan kolaborasi/communication and
collaboration, 3) career and identity management yaitu Kemampuan menggunakan teknologi untuk
meningkatkan banyak elemen kehidupan mereka, seperti proses belajar mengajar dan kerja tim
untuk meningkatkan kinerja, disebut sebagai keterampilan belajar oleh pengguna media digital, 4)
literasi teknologi informasi dan komunikasi ICT literacy yaitu Kemampuan penggunaan media digital
untuk mengadopsi, mengkonfigurasi, dan menggunakan perangkat digital, baik aplikasi maupun
layanan, serta pandangan pengguna terhadap teknologi yang dapat meningkatkan kehidupan,
menjadi topik utama literasi digital, 5) literasi yang mengarah pada keterampilan belajar/learning
skills, 6) keilmuan digital/digital scholarship yaitu kemampuan menggunakan materi dari media
digital sebagai sumber data untuk melakukan penelitian atau menyelesaikan tugas sekolah,
pengguna media digital harus berpartisipasi aktif dalam kegiatan akademik dan 7) literasi
informasi/information literacy yaitu kemampuan untuk mengakses, memahami, menilai, mengelola,
dan mendistribusikan informasi melalui akun media sosial yang mereka control dikenal sebagai
informasi literasi (Stefany, 2017).
Dalam perkembangannya penggunaan literasi digital tidak dapat dihindari termasuk dalam
Pendidikan Islam. Namun, penerapan literasi digital dalam mengakses materi-materi keagamaan
masih belum optimal karena masih kurang mendapat perhatian. Peserta didik hanya menggunakan
media digital untuk bermain game online, media sosial atau belanja online, masih sedikit sekali yang
menggunakannya dalam hal belajar dan mencari materi-materi agama. Sebagian besar beralasan
bahwa masih kesulitan untuk mengakses kajian agama Islam dalam media digital (Akbar &
Anggraeni, 2017).
Pada perkembangan selanjutnya, kajian mengenai Literasi digital dalam Pendidikan Islam sudah
banyak dilakukan, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semua aspek dalam Pendidikan sangat
berperan dalam mengoptimalisasi penerapan literasi digital dalam Pendidikan Islam. Pendidik baik
guru/dosen memiliki peran penting untuk membimbing serta mengarahkan dan mengembangkan
kemampuan literasi digital peserta didik (Muflihin, 2020). Peserta didik juga mulai memiliki
kesadaran untuk meningkatkan kemampuan literasi digital dalam kegiatan pembelajaran (Kurdie,
2019), namun masih sangat diperlukan strategi penguatan literasi digital dalam kegiatan
pembelajaran agama Islam (Agus Sulistyo & Ismarti, 2022)

b. Tantangan Implementasi Literasi Digital Dalam Pendidikan


Pada era ini tidak mungkin menghindari kebutuhan akan literasi digital yang sangat erat
kaitannya dengan penggunaan internet. Berdasarkan data dari kementerian komunikasi dan
informatika RI (kemenkominfo RI), pengguna internet kurang dari 200 juta orang pada tahun 1998.
Kemudian meningkat tajam menjadi 1,7 miliar orang yang mengakses internet pada 2010 pengguna

181
Equilibrium: Jurnal Pendidikan Vol. XI. Issu 2. Mei-Agustus 2023
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/equilibrium/index P-ISSN:2339-2401/E-ISSN: 2477-0221

internet di Indonesia mencapai 30 juta orang atau sekitar 12,5% populasi penduduk Indonesia titik
selain itu menurut APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), akhir tahun 2001 mencatat
sebanyak 2,4 juta pengguna dan pada tahun 2007 tercatat 20 juta pengguna internet, kemudian
akhir tahun 2009 tercatat 25 juta pengguna.
Data diatas secara tidak langsung menjelaskan kepada kita bahwa literasi digital sangat memiliki
peluang dalam berkembang diera sekarang ini. Dengan pengguna internet yang tidak sedikit menjadi
sebuah momen bagaimana literasi digital dapat diterapkan dan dikembangkan. Selain berkaitan erat
dengan internet, literasi digital pula sangat berkaitan dengan media sosial. Dimana media sosial
termasuk sesuatu yang sangat digandrungi oleh masyarakat manapun. Literasi digital bisa diterapkan
melaui media sosial. Bagaimana tidak, informasi dalam media sosial sangat begitu melimpah dan bisa
dimanfaatkan dalam proses pembelajaran (Kemendikbud, 2017).
Berdasarkan data, peneliti temukan bahwa dalam pengimplementasian literasi digital dalam
Pendidikan Islam terdapat beberapa tantangan yaitu sebagai berikut:
Pertama, Tantangan Sosial. Penggunaan media digital tidak dapat diisahkan dari kehidupan
masyarakat. Dalam masyarakat sesame individu akan saling mempengaruhi begitu juga dalam ranah
masyarakat Pendidikan. Maka jika dalam suatu lingkungan Pendidikan terbangun kesadaran akan
pentingnya literasi digital maka penguatan akan hal itu menjadi mudah. Namun faktanya, penguatan
terhadap literasi digital menjadi tantangan tersendiri mengingat sebagian besar individu belum
memahapi esensi dan keguanaan literasi digital. Tantangan ini menjadi semakin berat, mengingat
saat ini banyak problematika yang terjadi seperti :
1. Maraknya Hoax (Berita Palsu) Kegiatan berselancar di dunia maya saat ini menjadi hal yang
sangat sering dilakukan bagi mayoritas. Satu hal yang harus ada dalam pikiran kita sebelum
kita membuka gerbang ke dunia maya. Dengan kata lain, tidak semua yang kita baca online
itu akurat. Penjelasannya cukup mudah: Ada banyak hoaks atau informasi palsu yang
beredar. Ini terjadi sebagai akibat dari seberapa cepat informasi dapat menyebar secara
online. Kata bahasa Inggris "hoax" sekarang sering digunakan di berbagai media. Hoax adalah
kumpulan informasi palsu yang sengaja "dijual sebagai kebenaran". Hoax saat ini merupakan
berita bohong yang sering beredar di internet dengan maksud menimbulkan kepanikan dan
ketakutan yang meluas. tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tidak
bertanggung jawab (Predy et al., 2019).
2. Ketergantungan internet. Kecanduan internet dapat diakibatkan oleh penggunaan internet
yang tidak tepat, seperti sering membuka jejaring sosial atau menjelajah atau berselancar
online.
3. Perjudian online. Materi judi, atau yang disebut dengan net gaming, sangat populer di
kalangan pengguna internet namun memiliki dampak yang merugikan. Permainan ini
melibatkan taruhan dengan uang tunai atau barang. Berjudi dapat menyebabkan kecanduan,
dan lebih buruk lagi, bermain game online dapat menyebabkan pemainnya kehilangan uang
dan barang berharga lainnya hingga bangkrut. Ini dapat menyebabkan orang tersebut
terjerat dalam hutang yang tidak berguna, terutama jika mereka sudah kecanduan (Asriadi,
2020).
4. Pornografi adalah sumber daring lain yang menarik banyak perhatian. Jumlah konsumen
yang mengakses konten pornografi semakin meningkat, begitu pula jumlah pemasok konten
pornografi. Internet menawarkan berbagai macam media pornografi, termasuk literatur
pornografi, foto, dan video serta ruang obrolan dengan permainan peran dan fantasi orang
dewasa. Sementara beberapa situs porno meminta uang untuk melihat kontennya, jika Anda
kecanduan, Anda dapat menghabiskan banyak uang untuk mengaksesnya.
5. Bullying sangat traumatis, terutama bagi anak muda, dan itu bukan hanya sesuatu yang bisa
terjadi di dunia nyata, seperti di sekolah atau di lingkungan sekitar. Tapi, bullying juga bisa
terjadi secara online. Misalnya dengan meninggalkan banyak komentar tidak menyenangkan
yang terus-menerus pada postingan korban bully. Ucapan yang kurang baik ini, meskipun
dilakukan secara online, akan berdampak signifikan pada jiwa penerimanya. Dengan

182
Equilibrium: Jurnal Pendidikan Vol. XI. Issu 2. Mei-Agustus 2023
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/equilibrium/index P-ISSN:2339-2401/E-ISSN: 2477-0221

kemampuan literasi digital seseorang tentunya memahami dan mampu dengan bijak
mengatasi problematika-problematika yang ada dalam dunia pendidikan di media sosial
(Rahayu, 2012). Seseorang yang telah memahami makna daripada berliterasi digital akan
mampu memilah dan memilih serta mengkonsumsi informasi sesuai dengan kebutuhan dan
tentunya didapatkan tanpa merugikan pihak manapun. Dari penjelasan diatas tentunya
literasi digital sangat begitu penting dalam perkembangan dunia pendidikaan khususnya
dalam pembelajaran. Dan sebagai media pembelajaran yang sangat relevan diera globalisasi
saat ini, literasi digital sebagai media pembelajaran sangat perlu untuk diaplikasikan guna
kemudahan, keefisienan, dan efektif dalam proses pembelajaran.
Kedua, Tantangan pengembangan kurikulum dalam meningkatkan literasi digital
(Nurjannah, 2022). Tantangan ini juga dirasakan dalam upaya pengembangan kurikulum
Pendidikan Islam. Hal ini karena masih banyak keraguan dan perlu ketelitian pendidik maupun
peserta didik untuk mengakses secara online terkait sumber-sumber keaagamaan dan materi
agama. Ketiga, Tantangan teknis. Pendidik perlu meningkatkan digital skill agar bisa menghadapi
pembelajaran bagi generasi di abad 21 dengan menguasai teknologi informasi dan komunikasi
sehingga bisa menciptakan proses pembelajaran yang efisien melalui Kerangka Desain
Pembelajaran Abad 21. Sehingga pendidik yang memiliki digital skill yang baik akan mampu
mengarahkan dan mengembangkan kemampuan literasi digital peserta didiknya.

c. Solusi Implementasi Literasi Digital Dalam Pendidikan Islam


Siberkreasi dan Deloitte memberikan kerangka yang lebih besar dengan menawarkan empat
area kompetensi yang terdiri dari Digital Skills adalah kemampuan individu dalam mengetahui,
memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital,
Digital Culture adalah kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan,
memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila, dan Bhinneka Tunggal Ika dalam
kehidupan sehari-hari, Digital Ethics adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan,
menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika
digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari dan Digital Safety adalah kemampuan individu
dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, dan meningkatkan kesadaran keamanan
digital dalam kehidupan sehari-hari (Akbar & Anggraeni, 2017).
Terdapat beberapa solusi dalam menghadapi tantangan implementasi literasi digital dalam
pedidikan Islam yaitu: Pertama, Secara konseptual Literasi digital dapat dikembangkan sebagai
media pembelajaran (Restianty, 2018). Dalam Pendidikan islam Literasi digital sebaiknya digunakan
sebagai media pembelajaran karena literasi kini menjadi sebuah hal yang kurang digemari di
kalangan pelajar/mahasiswa. Tidak banyak dari kalangan pelajar/mahasiswa yang tak menyadari
begitu pentingnya literasi dalam kehidupan sehari-hari. Namun, tanpa kesadaran literasi menjadi
sebuah hal yang asing. Tak sedikit diantara para pelajar/mahasiswa yang lebih memilih bermain
game online, berselancar di media sosial dan melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat dari pada
melakukan kegiatan literasi. Sayangnya, dizaman teknologi yang serba canggih ini mereka kurang
begitu memahami bahwasanya literasipun sekarang mampu dikemas dengan kecanggihan teknologi
yang sering disebut dengan literasi digital dan mirisnya tak sedikit dari pelajar/mahasiswa tak
memahami apa yang dimaksud dengan literasi digital (Alfinnas, 2018).
Dengan menumbuhkan rasa ingin tahu dan daya cipta seseorang, literasi digital yang efektif
juga berkontribusi pada pengetahuan seseorang tentang materi pelajaran tertentu dalam konteks
pendidikan. Menurut penelitian oleh Payton & Hague, peserta didik yang sering dan intens
memanfaatkan teknologi cenderung lebih cepat mengadopsi strategi pembelajaran dengan
memanfaatkan berbagai alat teknis untuk membantu proses pembelajaran. Selain itu, penelitian
Radovan menunjukkan hubungan antara literasi digital dan prestasi akademik. Menggunakan
perangkat lunak dan program komputer seperti pengolah kata dan lembar kerja, literasi digital dapat
membantu penyelesaian tugas yang lebih efektif (Akbar & Anggraeni, 2017).

183
Equilibrium: Jurnal Pendidikan Vol. XI. Issu 2. Mei-Agustus 2023
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/equilibrium/index P-ISSN:2339-2401/E-ISSN: 2477-0221

Literasi digital bukan hanya sekedar kemampuan menggunakan media digital secara baik,
melainkan literasi digital juga sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan dalam proses pembelajaran.
Seperti informasi-informasi yang dikemas dalam media digital yang mampu membantu
pelajar/mahasiswa untuk menyelesaikan tugas dalam pembelajaran. Literasi digital merupakan
gabungan dari beberapa bentuk literasi yaitu; komputer, informasi, teknologi, visual, media
berkomunikasi.
Sebagai media pembelajaran yang cukup efektif diera globalisasi saat ini. Literasi digital
menjadi sebuah solusi bagi pelajar/mahasiswa ketika menemukan kesulitan dalam pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, media memiliki kontribusi dalam meningkatkan mutu dan kualitas
pembelajaran. Salah satu yang berkaitan erat dengan literasi digital adalah penggunaan internet
sebagai media pembelajaran (Sulianta, 2020). Dimana seseorang memanfaatkan kemampuan dalam
mengolah informasi melalui internet. Internet diharapkan dapat memungkinkan berkembangnya
proses komunikasi interaktif antara guru dan siswa sebagaimana diperlukan dalam suatu kegiatan
pembelajaran sebagai media yang diharapkan dapat menjadi bagian dari proses belajar mengajar di
sekolah. akan tercipta, yang jika secara sederhana dikatakan, dapat dipahami sebagai tindakan
komunikasi yang dilakukan untuk mendorong siswa mengerjakan tugas dan membantu siswa
mendapatkan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan kegiatan tersebut (Iqbal &
Fradito, 2020).
Di era informasi ke depan, khususnya di bidang pendidikan dan pengetahuan, terjadi
pergeseran paradigma yang didorong oleh adanya teknologi informasi, jaringan internet, dan
percepatan arus informasi. Anda dapat membayangkan beban kerja seorang guru yang memberikan
ilmu kepada sejuta siswa sekaligus dan seberapa cepat penyebarannya. Orang dapat berhubungan
dengan siapa saja dengan mudah, dan mereka dapat berinteraksi dengan pimpinan negara tanpa
khawatir akan disensor, ditahan, atau diculik oleh pihak berwenang. Semuanya tampak begitu
sederhana. Tentu saja, ada prasyarat yang memungkinkan kemungkinan hal-hal yang tampak begitu
sederhana. Gagasan bahwa kesuksesan seseorang ditentukan oleh pengetahuan yang mereka
hasilkan adalah satu hal yang sangat umum di dunia informasi.
Ada beberapa sumber media pembelajaran berbasis digital yang dapat digunakan oleh
pelajar/mahasiswa untuk dijadikan bahan media pembelajaran. Seseorang dapat memfasilitasi
proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan menggunakan bahan
pembelajaran dalam sistem pembelajaran. Pembelajaran dilakukan dengan cara yang lebih
berteknologi maju dalam periode global kontemporer. Sumber belajar yang diperlukan secara
otomatis akan berbeda dengan sumber belajar sebelumnya. Sumber daya instruksional menjadi
digital, yaitu tanpa kertas dan hanya dapat diakses melalui teknologi. Materi pembelajaran digital
lebih menarik, efisien, dan dapat menawarkan kesempatan belajar baru bagi individu. Mereka juga
memungkinkan pembelajaran mandiri dan individual. Siswa harus dapat mengakses sumber belajar
digital dengan mudah dan sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Berbagai jenis sumber belajar digital
dapat dijumpai di internet. Jenis-jenis sumber belajar digital antara lain: E-book, Video, Animasi,
Multimedia Interaktif dan Media Presentasi (Hasanah et al., 2022), platform belajar online, mobile
learning juga e-learning (Rahmat, 2019).
Literasi digital pula dapat dikategorikan sebagai media pembelajaran berbasis manusia. Media
pembelajaran berbasis manusia adalah perilaku seseorang dalam mengirimkan atau
mengkomunikasikan pesan atau informasi dalam hal ini seperti seorang guru, instruktur, tutor, main
peran, kegiatan kelompok, dan lain-lain. Sebab literasi digital merupakan sesuatu yang bersifat
keahlian atau kemampuan seseorang dalam mengoperasikan perangkat komputer, dimana melalui
kemampuan seseorang dalam mengolah komputer tersebut dapat memanfaatkannya menjadi
sebuah alat untuk mengumpulkan informasi maka literasi digital pula dapat dikategorikan sebagai
media pembelajaran berbasis manusia.
Dalam menyelenggarakan proses pembelajaran literasi digital dalam perspektif pendidikan
Islam harus berlandaskan pada motto iman, ilmu dan amal, sehingga dalam hal pemanfaatan dan
penggunaan media pembelajaran dapat tepat sasaran dan tidak menyimpang dari ajaran yang telah

184
Equilibrium: Jurnal Pendidikan Vol. XI. Issu 2. Mei-Agustus 2023
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/equilibrium/index P-ISSN:2339-2401/E-ISSN: 2477-0221

Islam tetapkan atau sesuai dan harus terkandung dan terintegrasi dengan nilai-nilai Islami. Begitu
pula dalam merefleksikan hakekat teknologi yang sesungguhnya sangat erat kaitannya dengan
makna: “Iqra” dalam surat Al–Alaq sebagai wahyu pertama yang disampaikan Malaikat Jibril kepada
Rasulullah Muhammad SAW. “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya” (Q.S. Al–Alaq (96) : 1-5).
Ayat tersebut memberi makna bahwa umat Islam di wajibkan untuk menjadi pembelajar
sepanjang hayat. Hal ini seiring dengan makna teknologi pembelajaran begitupun dalam hakekat
berliterasi digital. Dalam surat Al Alaq, Allah SWT memerintahkan rasul-Nya, Muhammad SAW untuk
membaca (Iqra), yang berarti belajar. Iqra (baca) dalam prespektif teknologi pendidikan dalam hal ini
berliterasi digital, memiliki tafsir yang luas, yaitu sebagai “pembelajaran.” Perintah membaca yang
banyak dipahami oleh umat Islam saat ini hanya cukup puas sebatas membaca ayat-ayat Al-Quran
yang tertera dalam kitab suci Al-Quran. Namun menurut penelitiannya, literasi digital meluas hingga
ayat-ayat Al-Qur'an yang sepanjang jagat raya dan seluas dunia dari perspektif pembelajaran.
Seseorang harus membaca dan memahami dunia dan fenomenanya untuk membaca ayat-ayat Al-
Qur'an yang materi pelajarannya cukup luas. Membaca dengan fokus yang luas akan meningkatkan
karakter diri sendiri dan memajukan peradaban, yang tercakup dalam makna perintah membaca
(Iqra). Oleh karena itu, literasi digital yang menarik, inspiratif, dinamis, dan menawarkan banyak
ruang untuk berkembang merupakan pembelajaran atau Iqra.
Konsep kinerja literasi digital dalam perspektif pendidikan Islam memiliki pemahaman yang
luas artinya berusaha sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil terbaik dan benar, meningkatkan
kinerja dengan menciptakan, menggunakan dan mengelola sumber daya serta memanfaatkan
teknologi tepat guna tanpa menyimpang dari nilai-nilai ajaran Islam. Dalam Pendidikan Islam literasi
digital memiliki tahapan, yakni: mengakses, menyeleksi, memahami, menganalisis, memverifikasi,
mengevaluasi, mendistribusikan, memproduksikan, berpartisipasi, dan berkolaborasi terhadap
sebuah informasi. Dalam Pendidikan Islam literasi digital diajarkan dengan penggunaan beberapa
konsep seperti membaca (iqra), ilmu (mencari pemahaman), dan memverifikasi, mengevaluasi,
memvalidasi atau yang biasa dikenal dalam Islam dengan kata “tabayun”. Membaca dan mencari
ilmu (pemahaman atau pengetahuan) sebagai alternatif literasi digital merupakan kewajiban yang
harus ditunaikan oleh setiap muslim.
Dalam tafsirnya, ar-Razi menyebutkan bahwa ayat ini mengisyaratkan orang mukmin untuk
berakhlak mulia (Zaini, 2021). Sebab seorang mukmin di tuntut untuk menjaga lisan dan tangannya
dari menyakiti saudaranya. Sebagaimana hadis yang berbunyi:
َ ْ َ ْ َ َ َّ َ ‫ه‬
‫ ى‬- ‫اَّلل ْبن َع ْمرو‬ َ ْ َ
‫ال ال ُم ْس ِل ُم َم ْن َسل َم ال ُم ْس ِل ُمون ِم ْن ِل َسا ِن ِه َو َي ِد ِه‬ ‫الن ى‬
‫ صىل هللا عليه وسلم – ق‬- ‫ب‬ ِ ‫ ع ِن‬- ‫هللا ُعنهما‬ ‫رض‬ ِ ‫عن ع ْب ِد‬
ْ َ ُ ‫َ ْ ُ َ ُ َ ْ َِ َ َ ٍَ َ َ ه‬
‫اجر من هجر ما نه اَّلل عنه‬ ِ ‫والمه‬
Dari Abdullah bin 'Amru. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Seorang muslim adalah orang yang
kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya, dan seorang Muhajir adalah orang yang
meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah." (Shahih Bukhari).

Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa seorang Muslim adalah orang yang membuat kaum
Muslim lain selamat dari lisan dan tangannya. Artinya, Muslim diajarkan untuk menjaga hubungan
baik dengan Allah dan manusia dengan menjaga lisan dan tangannya. Lisannya dilarang untuk
melukai, berbohong dan memerintah bawahan melakukan perbuatan melanggar hukum atau
perbuatan dosa. Sementara tangannya dilarang digunakan untuk berbuat dosa. Dosa yang lahir dari
tangan seperti menandatangani kesepakatan yang merugikan orang lain, memukul, membunuh dan
lain sebagainya.
Ditinjau dari Pendidikan Islam sendiri media pembelajaran adalah semua aktivitas yang ada
hubungannya dengan materi Pendidikan Islam, baik yang berupa alat yang dapat diragakan maupun
teknik/ metode yang secara efektif dapat digunakan oleh pendidik dalam rangka mencapai tujuan
tertentu dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dimasa terdahulu pada masa Nabi

185
Equilibrium: Jurnal Pendidikan Vol. XI. Issu 2. Mei-Agustus 2023
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/equilibrium/index P-ISSN:2339-2401/E-ISSN: 2477-0221

Muhammad SAW, Pendidikan Islam dikembangkan oleh nabi dengan menggunakan media utama
berupa perilaku dan perbuatan nabi sendiri yang dikenal dengan istilah uswatun hasanah yang
memiliki arti suri tauladan yang baik. Melalui perbuatan nabi tersebut nabi selalu mencontohkan
hal-hal berupa pembelajaran yang baik dan terpuji dalam kehidupannya. Hal itu tertera dalam Al-
Qur’an Surat Al Ahzab ayat 21 menjelaskan sebagai berikut: “Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”(Q.S. Al Ahzab (33): 21).
Melihat uraian media pembelajaran dan sejarah nabi di atas, jika dikaitkan dengan proses
pembelajaran hendaknya selalu menggunakan media pembelajaran agar peserta didik lebih giat,
menambah daya tarik, dan termotivasi untuk selalu belajar agar tujuan pembelajaran lebih dapat
dicapai secara maksimal.
Solusi yang Kedua, Penguatan infrastruktur teknologi. Lembaga -lembaga Pendidikan Islam
dengan infrastruktur teknologi yang memadai tentu saja akan sangat menunjang bagi openguatan
dan peningkatan kemampuan literasi digital peserta didik. Ketiga, Penyusunan kurikulum literasi
digital yang tepat (Nurjannah, 2022). Keempat, Pengembangan metode pembelajaran yang kreatif
dan inovatif. Kelima, Peningkatan kompetensi guru dan tenaga pendidik. Keenam, Peningkatan
kesadaran dan partisipasi orangtua (Muflihin, 2020)
Solusi tersebut dapat mendukung upaya optimalisasi literasi digital dalam Pendidikan Islam
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam yaitu terwujudnya Insan Kamil atau manusia
sempurna. Selain tujuan tersebut, pendidikan Islam juga memperhatikan tujuan akal. Aspek tujuan
ini bertumpu pada pengembangan intelegensi (kecerdasan) yang berada dalam otak. Sehingga
mampu memahami dan menganalisis fenomena-fenomena ciptaan Allah SWT di jagad raya ini.
Seluruh alam ini bagaikan sebuah bola besar yang harus dijadikan obyek pengamatan dan renungan
pikiran manusia sehingga mendapatkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang semakin
berkembang dan semakin mendalam. Firman Allah SWT yang mendorong pendidikan akal banyak
terdapat di dalam Al- Qur’an tak kurang dari 300 kali. Kemudian melalui proses observasi dengan
panca indra, manusia dapat dididik untuk menggunakan akal kecerdasannya untuk meneliti,
menganalisis keajaiban ciptaan Allah SWT di alam semesta yang berisi khazanah ilmu pengetahuan
yang menjadi bahan pokok pemikiran yang analitis untuk dikembangkan menjadi ilmu-ilmu
pengetahuan yang diterapkan dalam bentuk-bentuk teknologi yang semakin canggih.

KESIMPULAN

Literasi digital di era digital merupakan suatu keharusan dan syarat bagi seluruh lapisan
masyarakat dalam menggunakan media digital. Mengingat ancaman dan berbagai konten dan
Tindakan negative dapat terjadi. Kemajuan digital dapat dimanfaatkan dengan baik jika setiap
individu memiliki literasi digital yang baik termasuk dalam ranah Pendidikan. Peserta didik dapat
menggunakan literasi digital sebagai media pembelajaran sehingga memanfaatkan teknologi tepat
guna dengan tidak menyimpang dari nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam menempatkan penekanan
yang sama pada literasi digital dan pemanfaatan materi pembelajaran dalam proses pembelajaran.
Hal itu pula akan membiasakan seorang peserta didik membuat, memperoleh, atau bahkan
menyebarkan informasi melaui media digital dengan baik tanpa menyimpang dari ajaran Islam.
Literasi digita akan menjadi sarana peserta didik untuk dapat memahami nilai informasi dan
bahan berita sangat penting dengan lebih teliti, melindungi informasi dari kejahatan media digital
seperti hoax, bullying, penipuan, perjudian online, kecanduan internet serta cyber crime. literasi
digital yang sesuai yang sejalan dengan pendidikan Islam dan dapat membantu mencapai tujuan
akhir Pendidikan Islam yaitu terciptanya individu yang insan kamil.

186
Equilibrium: Jurnal Pendidikan Vol. XI. Issu 2. Mei-Agustus 2023
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/equilibrium/index P-ISSN:2339-2401/E-ISSN: 2477-0221

DAFTAR PUSTAKA

Agus Sulistyo, & Ismarti. (2022). Urgensi dan Strategi Penguatan Literasi Media dan Digital dalam
Pembelajaran Agama Islam. At Turots: Jurnal Pendidikan Islam, 3(2), 51–61.
https://doi.org/10.51468/jpi.v3i2.75
Aji, M. Q. W. (2019). Mengembangkan Kecakapan Abad 21 Mahasiswa Melalui Model Pembelajaran
Inkuiri. Teknodika: Jurnal Penelitian Teknologi Pendidikan, 17(2), 70–84.
Akbar, M. F., & Anggraeni, F. D. (2017). Teknologi dalam Pendidikan : Literasi Digital dan Self-
Directed Learning pada Mahasiswa Skripsi. Indigenous, 2(1), 28–38. https://doi.org/:
https://doi.org/10.23917/indigenous.v1i1.4458
Aksin, N. (2016). Pandangan Islam Terhadap Pemanfaatan Media Sosial. Jurnal Informatika Upgris,
2(2), 119–126. https://doi.org/https://doi.org/10.26877/jiu.v2i2.1262
Alfinnas, S. (2018). Arah baru pendidikan Islam di era digital. FIKROTUNA: Jurnal Pendidikan Dan
Manajemen Islam, 7(1), 803–817.
Alwan, M. (2021). Membudayakan Literasi Digital Pada Anak Sekolah Dasar di Desa Kalijaga
Kecamatan Aikmel Lombok Timur. Jurnal Al Muta’aliyah: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
1(01), 1–18. https://doi.org/10.51700/jie.v7i01.150
Amri, C. O., Jaelani, A. K., & Saputra, H. H. (2021). Peningkatan Literasi Digital Peserta Didik: Studi
Pembelajaran Menggunakan E-Learning. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 6(3), 546–551.
https://media.neliti.com/media/publications/433419-none-4ae3bdc8.pdf
Anggeraini, Y., & Faridi, A. (2019). Literasi Digital: Dampak dan Tantangan dalam Pembelajaran
Bahasa. Semnas Pascasarjana UNILA, 386–389.
Asriadi. (2020). Analisis Kecanduan Judi Online (Studi Pada Siswa SMAK An Nas Mandai Maros
Kabupaten Maros). Psikologi, 1(1). http://eprints.unm.ac.id/20023/1/JURNAL_Asriadi.pdf
Barnawi, & Arifin, M. (2013). Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter (1st ed.). Ar-
ruz Media.
Dewayani, S., Retnaningdyah, P., & Holid, A. (2017). Suara dari Marjin : literasi sebagai praktik sosial.
Remaja Rosdakarya.
Firman, F. M., Syakir, S. J., & Athaya, A. Z. (2021). Penggunaan Literasi Digital Dalam Pembelajaran
Agama Islam Pada Asrama Mahasiswa Panrannuangku Takalar Yogyakarta. Prosiding Seminar
Nasional Program Pengabdian Masyarakat, 448–458. https://doi.org/10.18196/ppm.33.152
Hasanah, I. F., Hadi, F. N., & Hasanah, U. (2022). Mobile Learning Media for Islamic History Studies:
Evaluation and Shaping Futures. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 13(1), 1–18.
https://doi.org/10.24042/atjpi.v13i1.12275
Iqbal, & Fradito, A. (2020). Pemahaman Mahasiswa Terhadap Media Pembelajaran Online E-Learning
UIN Raden Intan Lampung. Idarah, 10(2), 157–180.
https://doi.org/https://doi.org/10.24042/alidarah.v10i2.7326
Kemendikbud. (2017). Materi Pendukung Literasi Digital. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kurdie, S. (2019). Pendidikan Agama Islam Berbasis Literasi Digital Bagi Generasi Milenial.
SOSFILKOM : Jurnal Sosial, Filsafat Dan Komunikasi, 13(02), 48–62.
https://doi.org/10.32534/jsfk.v13i02.1465
Kurnianingsih, I. (2017). Upaya Peningkatan Kemampuan Literasi Digital bagi Tenaga Perpustakaan
Sekolah dan Guru di Wilayah Jakarta Pusat Melalui Pelatihan Literasi Informasi. Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 3(1), 62.
Muflihin, A. (2020). Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Literasi Digital Siswa
Sebagai Kecakapan Abad 21. TA’DIBUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 3(1), 91.
https://doi.org/10.30659/jpai.3.1.91-103
Nur, M. (2019). Literasi Digital Keagamaan Aktivis Organisasi Keagamaan Di Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) Di Kota Bandung. Jurnal SMART Studi Masyarakat, Religi Dan Tradisi, 5(1), 1–27.
https://doi.org/https://doi.org/10.18784/smart.v5i1.745
Nurjannah. (2022). Tantangan Pengembangan Kurikulum dalam Meningkatkan Literasi Digital Serta

187
Equilibrium: Jurnal Pendidikan Vol. XI. Issu 2. Mei-Agustus 2023
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/equilibrium/index P-ISSN:2339-2401/E-ISSN: 2477-0221

Pembentukan Karakter Peserta Didik di Indonesia. Jurnal Basicedu, 6(4), 6844–6854.


https://doi.org/https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3328
Predy, M., Sutarto, J., Prihatin, T., & Yulianto, A. (2019). Generasi Milenial yang Siap Menghadapi Era
Revolusi Digital ( Society 5 . 0 dan Revolusi Industri 4 . 0 ) di Bidang Pendidikan Melalui
Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Pusat PPAI. (2017). Survey Penggunaan TIK Tahun 2017. Komunikasi Publik Badan Penelitian Dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Komunikasi Dan Informatika.
Putra, P. H. (2019). Tantangan Pendidikan Islam dalam Menghadapi Society 5.0. Islamika : Jurnal
Ilmu-Ilmu Keislaman, 19(02), 99–110. https://doi.org/10.32939/islamika.v19i02.458
Rahayu, F. S. (2012). Cyberbullying Sebagai Dampak Negatif Penggunaan Teknologi Informasi. Journal
of Information System, 8(1), 22–31.
Rahmat, H. K. (2019). Mobile Learning Berbasis Appypie Sebagai Inovasi Media Pendidikan Untuk
Digital Natives Dalam Perspektif Islam. Jurnal Tarbawi, 16(1), 37.
https://doi.org/https://doi.org/10.34001/tarbawi.v16i1.999
Restianty, A. (2018). Literasi Digital, Sebuah Tantangan Baru Dalam Literasi Media. Jurnal
Gunahumas, 1(1), 72–87.
https://ejournal.upi.edu/index.php/gunahumas/article/download/28380/12849
Rianto, P. (2019). Literasi Digital Dan Etika Media Sosial Di Era Post-Truth. Interaksi: Jurnal Ilmu
Komunikasi, 8(2), 24–35. https://doi.org/https://doi.org/10.14710/interaksi.8.2.24-35
Stefany, S. (2017). Literasi Digital Dan Pembukaan Diri. Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Sosiologi,
2(1), 1–19.
Sulianta, F. (2020). literasi digital, riset dan perkembangannya dalam persfektif sosial studies (1st
ed.). Published Press.
Wahidin, U. (2018). Implementasi Literasi Media Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Dan Budi Pekerti. Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam, 7(02), 229.
https://doi.org/10.30868/ei.v7i2.284
Yukaristia. (2019). Literasi: Solusi Terbaik Untuk Mengatasi Problmatika Social Di Indonesia. CV Jejak.
Zaini. (2021). Antisapasi Hoax Di Era Informasi: Pendidikan Karakter Perspektif Al-Qurán Surah Al-
Hujurat Ayat 6. Ngaji: Jurnal Pendidikan Islam, 1(1), 1–24.
http://www.ngaji.or.id/index.php/ngaji/article/view/5
Zed, M. (2014). Metode Penelitian Kepustakaan. Yayasan Obor Indonesia.

188
Journal of Educational Research (JER)
P-ISSN: 2962-7664
E-ISSN: 2962-1453
Agriculture, Ecosystems and Environment xxx (2008) 1–9
Journal Homepage: https://journal.centrism.or.id/index.php/jer

Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pengembangan


Sikap Ilmiah dan Literasi Sains Siswa
Sumirah1*, Arsyad2, Sukarno3
1Pascasarjana UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, sumirah@uinjambi.ac.id
2Pascasarjana UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, m.arsyad2297@gmail.com
3Pascasarjana UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, sukarno@uinjambi.ac.id

* Correspondence Author

Article History: Abstract


Received : June 8, 2023 This study reveals the teacher's role in cultivating scientific attitudes
Revised : July 27, 2023 and student literacy in schools. The main problem discussed in this
Accepted : July 31, 2023 article is what is the role of Islamic religious education teachers in
Online : August 12, 2023 developing scientific attitudes and scientific literacy abilities of students
at SMP Negeri 16 Jambi City. This article departs from descriptive
Keywords: qualitative research by collecting observations, interviews and
Teacher documentation, with analytical techniques using the Miles and
Teaching Method Huberman models. The results of the study show that the role of Islamic
Teacher's Competence religious education teachers in developing students' scientific attitudes
Scientific Attitude and scientific literacy abilities has been carried out well. Indicators of
Science Literacy this include; students' ability to respond and solve problems, be more
critical and curious, able to control themselves, build tolerance, and
DOI: cooperate with each other when participating in learning activities.
https://doi.org/10.56436/jer.v1i1.215 Students also have a better understanding of science concepts and are
able to relate them to religious principles.
Copyright:
Abstrak
© The Authors
Penelitian ini mengungkap peran guru dalam penanaman sikap ilmiah
Lisencing: dan literasi siswa di sekolah. Permasalahan utama yang dibahas dalam
artikel ini adalah bagaimana peran guru pendidikan agama Islam dalam
pengembangan sikap ilmiah dan kemampuan literasi sains siswa di
Sekoleh Menengah Pertama Negeri 16 Kota Jambi. Artikel ini berangkat
This is an open-access article dari penelitian kualitatif deskriptip dengan pengumpulan secara
distributed under the terms of the observasi, wawancara dan dokumentasi, dengan teknik analisis
Creative Commons Attribution- menggunakan model Miles dan Huberman. Hasil penelitian
NonCommercial-ShareAlike 4.0 menunjukkan bahwa peran guru pendidikan agama Islam dalam
International License. Licensed pengembangan sikap ilmiah dan kemampuan literasi sains siswa sudah
under a Creative Commons
dijalankan dengan baik. Indikator hal tersebut antara lain; kemampuan
Attribution 4.0 International License.
siswa dalam merespon dan memecahkan permasalahan, lebih kritis dan
keingintahuan yang mendalam, mampu mengontrol diri, membangun
sikap toleransi, dan saling kerjasama di saat mengikuti kegiatan
pembelajaran. Siswa juga memiliki pemahaman yang lebih baik tentang
konsep-konsep sains serta mampu menghubungkannya dengan prinsip-
prinsip agama.

A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia, ini berarti bahwa
setiap masyarakat Indonesia berhak mendapatkannya dan diharapkan untuk selalu berkembang
didalamnya sebab pendidikan tidak akan ada habisnya. Sebagaimana tercantum di dalam Undang-
Undang RI No. 20/2003 (Undang Undang, 2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional serta

Journal of Educational Research, Vol. 2, No. 1 (Juni 2023)


Sumirah, Arsyad, Sukarno Peran Guru Pendidikan Agama Islam…

ditegaskan di dalam tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan kualitas manusia Indonesia
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang mahaesa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja,
profesional, tanggung jawab, sehat jasmani dan rokhani1. Pendidikan secara umum mempunyai
arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan
melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting. Manusia
dididik menjadi orang yang berguna baik bagi Negara, Nusa dan Bangsa. Sebab bangsa yang kuat
dan negara yang maju itu berawal dari sistem pendidikannya dan guru yang professional.2

Oleh karena itu tanggung jawab seorang guru sangat besar di dalam menentukan mutu
pendidikan. Yang dimana guru menjadi motivator, mengajar serta membimbing anak didiknya
menjadi manusia yang berkualitas dan berintegritas, menjadi manusia yang berakhlakul karimah,
dan bertaqwa. Agar tidak tergelincir dijalan yang salah. Sebagiaman firman Allah dalam surah An-
Nahl ayar 125:

ََ‫َۖوه َُوََأ َ ْعلَ ُمََ ِب ْال ُم ْهتَدِين‬ َ ََ‫ع ْن‬


ََ َ‫س ِبي ِل َِه‬ َ ََ‫ََربكَََه َُوََأ َ ْعلَ ُمََ ِب َم ْن‬
َ ََ‫ضل‬ َ ‫سنَََُۚإِن‬ َ ‫َۖو َجاد ِْل ُه ْمََ ِبالتِيَه‬
َ ْ‫ِيََأَح‬ َ َ‫سَنَ َِة‬ ْ ‫ظ ِة‬
َ ‫ََال َح‬ َ ‫ََو ْال َم ْو ِع‬
َ ‫ََر ِبكَََ ِب ْالحِ ْك َم ِة‬
َ ‫يل‬ َ ََ‫ا ْدعََُ ِإلَى‬
ِ ‫س ِب‬

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Tafsir ayat diatas menerangkan kepada 3 hal yaitu (1) Hikmah artinya penyampaian materi
pendidikan yang disampaikan dengan bijaksana, adil dan lemah lembut sehingga dapat diterima
oleh peserta didik. ; (2), metode pendidikan Islam Mau’idzah Hasanah yang berarti nasehat baik
atau pengajaran baik; (3), Metode Jadalah yang artinya perdebatan atau metode diskusi. Dalam
penerapannya, pendidik menyampaikan materi keilmuan dengan sikap lemah lembut dan
bijaksana, memberikan nasihat yang baik, dan berdebat atau berdiskusi untuk menyelesaikan
permasalahan atau kesulitan dalam aktifitas pembelajaran.3 Dalam kegiatan pembelajaran,
khususnya pebelajaran PAI peran seorang guru PAI sangat dibutuhkan dalam pengembangan
kemampuan anak didik, salah satunya adalah membentuk kemampuan bersikap ilmiah dan
berliterasi sains diera serba modern ini. maka dari itu peran seorang guru pendidikan agama
Islam juga memegang kendali terhadap pengembangan sikap ilmiah dan literasi sains dalam
proses pembelajaran. Karena guru PAI juga mengajarkan bagaimana bersikap bertindak dan
berpikir, serta menekankan kepada aspek keagamaan.

Sebagaimana National Science Education Standards (NSES) didalam Abdurrahman4


mendefinisikan bahwa “scientific literacy is knowledge and understanding of scientific concepts
and processes required for personal decision making, participation in civic and cultural affairs,
and economic productivity. It also includes specifi c types of abilities. “literasi ilmiah adalah
pengetahuan dan pemahaman tentang konsep dan proses ilmiah yang diperlukan untuk
pengambilan keputusan pribadi, partisipasi dalam urusan sipil dan budaya, dan produktivitas
ekonomi. Ini juga mencakup jenis kemampuan tertentu. Bukan hanya literasi sains saja yang
harus dikembangkan akan tetapi seorang guru PAI juga harus memperhatikan atau

RI Undang-Undang, “No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Yogyakarta,” 2005.
1

Widya Sari, Andi Muhammad Rifki, and Mila Karmila, “Analisis Kebijakan Pendidikan Terkait
2

Implementasi Pembelajaran Jarak Jauh Pada Masa Darurat Covid 19,” Jurnal Mappesona 3, no. 2 (2020),
https://doi.org/10.30863/mappesona.v3i2.830.
3 Muhammad Muhyidin, “Metode Pendidikan Islam Dalam Prespektif Al-Qur’an. Kajian Tafsir Surat Al-

Maidah Ayat 67, Surat An-Nahl Ayat 125 Dan Surat Al-Ahzab Ayat 21. (Bachelor's thesis, Jakarta: FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta), 67.
4 Abdurrahman Abdurrahman, “Pembelajaran Sains Melalui Pendekatan Representasi Jamak,” 2016.

82 │ Journal of Educational Research, Vol. 2, No. 1 (Juni 2023)


Sumirah, Arsyad, Sukarno Peran Guru Pendidikan Agama Islam…

mengembangkan sikap ilmiah siswa. Sebagaimana Sofyan5 merumuskan ada beberapa kriteria
yang harus ada dalam diri seorang intelektual, yang diantaranya: 1) mempunyai sikap keingin
tahuan dan yang dalam serta talenta yang kuat, 2) sulit mempercayai realitas tanpa fakta yang
konkrit, 3) terbuka, 4) jujur, 5) skeptik, 6) toleran, 7) pemberani, 8) optimis, 9) kreatif. Untuk
memperkuat sikap ilmiah tersebut seorang intelektual perlu mengadakan beberapa riset, agar
terjalin kontribusi yang baik dan membuakan hasil yang bagus.

Melihat betapa pentingnya peran seorang guru pendidikan agama Islam dalam menciptakan
anak bangsa yang berkemampuan sikap ilmiah dan literasi sains dengan tujuan menciptakan anak
didik yang berkompeten, berpendirian serta berdedikasi tinggi dan dapat menyikapi sebuah
polemik kehidupan yang serba modern di abad ke 21. Maka peneliti tertarik untuk meneliti dan
mendalami permesalahan tersebut disuatu sekolah yang bertepatan disekolah Sekolah Menengah
Pertama Negeri 16 Kota Jambi. Sebagaimana berikut. Berdasarkan survei awal disekolah tersebut
ditemukan permasalahan dimana urgensi sikap ilmiah dan literasi sains belum sepenuhnya
berjalan di Sekolah Menengah Pertama Negeri Negeri 16 Kota Jambi, hal ini di buktikan
berdasarkan hasil survei awal bahwa peranan seorang guru pendidikan agama Islam masih
kurang optimal dalam menerapkan sikap ilmiah kepada siswa. Selain itu, juga belum ditelaah
sejauh mana peran guru PAI dalam mengembangkan sikap ilmiah dan literasi sains siswa,
sehingga siswa juga kurang menerapkan sikap tersebut, diantaranya bersikap keingin tahuan,
teliti, jujur, toleran, bekerja sama, dan bertanggung jawab.

Selain itu guru pendidikan agama Islam mengatakan bahwasanya penerapan model yang
digunakan dalam pembelajaran masih berfokus pada aspek pedagogic keagamaan saja tanpa
memperhatikan aspek afektif siswa yaitu sikap ilmiah, dan kognitif siswa yaitu literasi sains
Permasalah lain yang didapatkan ketika studi kasus ialah pada bulan Oktober 2021 lalu, sikap
ilmiah dan literasi sains peserta didik diketahui tingkat literasi sains peserta didik kurang baik. Ini
terbutki melalui data nilai temuan awal yang diperoleh dari guru pendidikan agama Islam bahwa
literasi sains peserta didik terindex dengan nilai rata-rata 40,55. Adapun hasil wawancara dengan
guru, mereka mengatakan untuk penilaian hasil sikap ilmiah peserta didik tidak pernah
dilakukan. Berdasarkan permasalahan tersebut dilakukan penelitian dengan judul. Peran Guru
Pendidikan Agama Islam Dalam Pengembangan Sikap Ilmiah dan Literasi Sains Siswa Di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 16 Kota Jambi. dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana peran
guru PAI dalam pengembangan sikap ilmiah dan literasi sains siswa serta apa saja factor
penghambat dan pendukungnya?

B. Kerangka Teori
1. Pengertian Peran dan Guru PAI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia6 Guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar.
Wiyani7 Menyatakan secara etimologis kata guru berasal dari bahasa Arab yaitu ustaz yang
berarti orang yang melakukan aktivitas memberi pengetahuan, keterampilan, pendidikan dan
pengalaman. Secara terminologi guru Pendidikan Agama Islam adalah orang yang memberikan
pengetahuan, keterampilan pendidikan dan pengalaman agama Islam kepada peserta didik.
sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik dan mengajar. Undang-Undang
Republik Indonesia. Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pada bab I pasal 1 dinyatakan
bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

5 Rizka Sofyan Saputri, “Peran Guru Dalam Meningkatkan Sikap Ilmiah Peserta Didik Kelas VB Di MIN

Demangan Kota Madiun,” 2017.


6 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, “Kamus Bahasa Indonesia,” 2008.
7 Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter Berbasis Iman Dan Taqwa (Teras, 2012).

Journal of Educational Research, Vol. 2, No. 1 (Juni 2023) │ 83


Sumirah, Arsyad, Sukarno Peran Guru Pendidikan Agama Islam…

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah8 Adapun menurut
Nuruddin9 Guru pendidikan agama Islam ialah merupakan guru yang bertugas melakukan
pendidikan yakni mentransfer ilmu pengetahuan agama dengan cara mendidik dan membina
akhlak peserta didik, dan juga menumbuh kembangkan ketaqwaan dan keimanan di dalam
sanubarinya.

2. Peran Guru Dalam Pendidikan


Rama10 mengatakan sebagai pendidik, seorang guru memiliki banyak tugas atau peran dan
tanggung jawab. Peran dan tanggung jawab tersebut sesungguhnya sangat berat. Di pundak
seorang guru tujuan pendidikan secara umum dapat tercapai atau tidak. Mengapa di pundak
seorang guru, dan bagaimana dengan tugas dan tanggung jawab orang tua peserta didik yang
mendapatkan amanat langsung dari Allah Swt. Kemudian Firmansyah et al11 menyatakan bahwa
guru adalah "A person whose occupation is theacing others,artinya ialah, seseorang yang tugas
utamanya adalah mengajar. Hal ini sudah dijelaskan dalam Undang-undang Pendidikan Sisdiknas
No. 20 tahun 2003 didefinisikan dengan tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.12 Selain itu Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003, Bab XI Pasal 39 Ayat 2 menyatakan bahwa Guru sebagai pendidik adalah tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat.

Adapun Mujib13 Mengemukakan tugas-tugas pendidik dalam pendidikan Islam yaitu ustaz,
mu’allim, murabbi, mursyid, mudarris, mu’addib. Ustaz adalah orang yang berkomitmen dengan
profesionalitas, yang melekat pada dirinya sikap dedikatif, komitmen terhadap proses dan hasil
kerja, serta sikap continuous improvement. Mu’allim adalah orang menguasai ilmu dan mampu
mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis
dan praktiknya, sekaligus melakukan transfer ilmu pengetahuan, internalisasi serta implementasi.
Murabbi adalah orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi serta
mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi
dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.

3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam


Suzana14 menjelaskan bahwa kata pembelajara adalah gabungan dari dua kata yaitu aktivitas
belajar dan mengajar. Dalam Undang-Undang Negara RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 Bab Pertama, Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pada

8 Redaksi Sinar Grafika, “Undang-Undang Guru Dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005,” Jakarta: Sinar Grafika,
2015.
9 Nuruddin Araniri, “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan Sikap Keberagamaan Yang

Toleran,” Risâlah, Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam 6, no. 1, March (2020): 54–65.
10 Bahaking Rama, Teori Pelaksanaan Pembelajaran Dalam Pendidikan Islam (Alauddin University Press,

2014), 151.
11 Eka Firmansyah and Romelah Romelah, “Tanggapan Guru Terhadap Perannya Dalam Melaksanakan

Pembelajaran Di Sdit Al-Qolam Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi,” Research and Development Journal of
Education 8, no. 1 (2022): 3 45, http://dx.doi.org/10.30998/rdje.v8i1.12995.
12 Undang-Undang, “No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Yogyakarta.”
13 Abdul Mujib and Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana,” Cet. II, 2008), 92.
14 Yenny Suzana, Imam Jayanto, and S Farm, Teori Belajar & Pembelajaran (Literasi Nusantara, 2021), 9.

84 │ Journal of Educational Research, Vol. 2, No. 1 (Juni 2023)


Sumirah, Arsyad, Sukarno Peran Guru Pendidikan Agama Islam…

hakikatnya pembelejaran adalah suatu aktivitas yang mengatur, membimbing dan mengontrol
lingkungan sekitar siswa, sehingga dapat menumbuhkan semangat serta rasa ingin untuk
melakukan proses belajar.15 Sebagaimana yang dikatakan oleh Rosmiati.16 Pembelajaran Agama
Islam sendiri tentunya tidak boleh lepas dengan tujuan utama pendidikan agama di Indonesia
yang tercantum dalam pasal 39 ayat 2 UU No. 20 Tahun 2003, “pendidikan merupakan usaha
untuk memperkuat iman dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang
dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan mempertimbangkan tuntutan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat
untuk mewujudkan persatuan nasional”.

4. Sikap Ilmiah
Menurut Saputri17 Sikap ilmiah adalah perilaku yang diperoleh dengan memberikan
perlakuan yang baik serta ditingkatkan terus menerus supaya relevan dengan peserta didik.
Adapun sikap ilmiah bertujuan dalam pengembangan agar terhindar dari kemunculan perilaku
kurang baik terahadap dirinya. Maka dari itu perilaku yang berilmiah menjadi permasalahan yang
urgen sebab mempengaruhi kepribadian dan pembentukan karakter siswa yang baik. Adapun
menurut Hendra.18 Sikap ilmiah merupakan sikap yang pasti dianut dan ditingkatkan bagi para
pakar ilmu agar tercapainya target pendidikan Islam yang diinginkan. Kemudian Saputri19
menyebutkan bahwasanya seorang ilmuan atau intelektual harus bersikap ilmiah serta memiliki
sikap meliputi: (1)keingin tahuan yang besar serta kegigihan dalam belajar (2)mengambil bukti
baru menerima fakta yang ada (3)kejujuran (4)keterbukaan (5)toleransi (6)sikap skeptis
(7)optimisme (8)rasa aman (9)kreativitas. Perilaku para ahli ini didapatkan melalui kemauan
yang gigih.

Mengukur sikap ilmiah siswa dengan alat ilmiah. Untuk sekolah dasar ini mungkin termasuk
memfasilitasi penggunaan pengelompokan sikap sebagai dimensisikap sukelompok. Trynovita
dkk menyebutkan Indikator sikap dikebangkan oleh Harlen. Untuk memudahkan penyusunan
setiap dimensi harus memiliki indikator seagai berikut:
Tabel Sikap Dan Indikator Sikap Ilmiah

Perilaku Indikator

Bersikap keingin  berantusias memperoleh jawaban


tahuan  perhatian pada objek yang diamati
 antusias pada proses pembelajaran
Sikap respek  Obyektif/jujur.
terhadap fakta dan  Tidak memanipulasi data.
data  Tidak berburuk sangka.
 Mengambil keputusan sesuai fakta.
 Tidak mencampur fakta dengan pendapat

15 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional,” 2003.


16 Rosmiati Azis, “Hakikat Dan Prinsip Metode Pembelajaran PAI,” Jurnal Inspiratif Pendidikan 8, no. 2

(2019): 292–300.
17 Saputri, “Peran Guru Dalam Meningkatkan Sikap Ilmiah Peserta Didik Kelas VB Di MIN Demangan Kota

Madiun.”
18 Nana Hendracipta, “Menumbuhkan Sikap Ilmiah Siswa Sekolah Dasar Melalui Pembelajaran Ipa Berbasis

Inkuiri,” JPsd (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar) 2, no. 1 (2016): 109–16.


19 Saputri, “Peran Guru Dalam Meningkatkan Sikap Ilmiah Peserta Didik Kelas VB Di MIN Demangan Kota

Madiun.”

Journal of Educational Research, Vol. 2, No. 1 (Juni 2023) │ 85


Sumirah, Arsyad, Sukarno Peran Guru Pendidikan Agama Islam…

Perilaku berfikir  ragu-ragu akan hasil temannya


kritis  hal-hal yang baru selalu ditanyakan
 aktivitas yang dikerjakan sering diulang-ulang
 meskipun data yang didapatkan kecil tetapi tidak diabaikan

Perilaku mencipta  Menggunakan fakta-fakta untuk dasar konklusi.


dan kreatifitas  Menunjukkan laporan berbeda dengan ternan kelas.
 Merubah pendapat dalam merespon terhadap fakta.
 Menggunakan alat tidak seperti biasanyaMenyarankan
pereobaan-percobaan baru.
 Menguraikan konklusi baru basil pengamatan.
Sikap berpikiran  Menghargai pendapat/temuan orang lain.
terbuka dan kerja  Mau merubah pendapat jika data kurang.
sama  kerjasama Menerirna saran dari ternan.
 Tidak merasa selalu benar.
 Menganggap setiap kesirnpulan adalah tentatif.
 Berpartisipasi aktif dalam kelompok.
Sikpa ketekunan  Melanjuttkan meneliti sesudah "kebaruannya" hilang.

5. Literasi Sains
Literasi Sains (sciense literacy, LS) berasal dari gabungan dua kata latin, yaitu literatus
artinya ditandai dengan huruf, melek huruf, atau berpendidikan dan science, yang artinya
memiliki pengetahuan. National Science Teacher Assosiation mengemukakan bahwa seseorang
yang memiliki literasi sains adalah orang yang menggunakan konsep sains, mempunyai
keterampilan proses sains untuk dapat menilai dalam membuat keputusan sehari-hari kalau ia
berhubungan dengan orang lain, lingkungannya, serta memahami interaksi antara sains, teknologi
dan masyarakat, termasuk perkembangan sosial dan ekonomi.20 Sementara itu Literasi sains
dapat diartikan sebagai pemahaman atas sains dan aplikasinya bagi kebutuhan masyarakat.
Literasi sains didefinisikan sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah,
mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta dalam rangka
memahami alam semesta dan perubahannya akibat dari aktivitas manusia.21

Literasi sains dapat diartikan sebagai pemahaman atas sains dan aplikasinya bagi kebutuhan
masyarakat. Dalam Al-Qur’an surat an-nur ayat 43 yang berbunyi:

َْ ِ‫نَ ِجبَالََفِ ْي َهاَم‬


ِ ‫نَبَ َردََفَي‬
ََ‫ُصيْبََُبِه‬ َُ ‫نَخِ لَل َِۚهَ َويُن َِز‬
َْ ِ‫لَمِ نَََالس َماَءََِم‬ َُ ‫ِفَبَ ْينَهََثُمََيَجْ عَلُهََ ُركَا ًماَفَت ََرىَ ْال َودْقَََيَ ْخ ُر‬
َْ ِ‫جَم‬ َُ ‫س َحابًاَثُمََي َُؤل‬
َ َ‫ي‬
َْ ‫ج‬ َٰ ََ‫اَلَ َْمَت َََرَاَن‬
َِ ‫ّللاََي ُْز‬
َ‫ار‬
ِ ‫ص‬َ ‫سنَاَبَ ْرقِهََيَذْهَبََُ ِب ْاْلَ ْب‬ َْ ‫نَم‬
َ َُ ‫نَيشَاَ َُءَيَكَا َد‬ َ ََ‫نَيشَاَ َُءَ َويَص ِْرفُه‬
َْ ‫ع‬ َْ ‫َم‬

“Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara
(bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, Maka kelihatanlah olehmu
hujan keluar dari celahcelahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit,
(yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gununggunung, Maka ditimpakan-Nya
(butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa
yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu Hampir-hampir menghilangkan penglihatan”.

20 Uus Toharudin, Sri Hendrawati, and Andrian Rustaman, “Membangun Literasi Sains Peserta Didik,”

Bandung: Humaniora 1 (2011).


21 Nursamsu Nursamsu, Rizky Nafaida, and Dona Mustika, “Kemunculan Literasi Sains Pada Modul

Praktikum Berbasis Konten, Proses Dan Kontek Di Smp Negeri 1 Kota Langsa,” BIOTIK: Jurnal Ilmiah Biologi
Teknologi Dan Kependidikan 7, no. 2 (2019): 121, http://dx.doi.org/10.22373/biotik.v7i2.5657.

86 │ Journal of Educational Research, Vol. 2, No. 1 (Juni 2023)


Sumirah, Arsyad, Sukarno Peran Guru Pendidikan Agama Islam…

Pengukuran terhadap pencapaian literasi sains berdasarkan standar PISA yakni proses sains,
konten sains, dan konteks aplikasi sains. Dalam kaitan ini PISA tidak secara khusus membatasi
cakupan konten sains hanya pada pengetahuan yang menjadi materi kurikulum sains sekolah,
namun termasuk pula pengetahuan yang dapat diperoleh melalui sumber- sumber lain.

Tabel Indikator Literasi Sains


No PISA

Proses Sains:
a. Menjelaskan fenomena sains
b. Menggunakan bukti ilmiah
c. Mengidentifikasi pertanyaan ilmiah

Konten Sains:
a. Memahami fenomena
Konteks Sains:
a. Memecahkan masalah

C. Metode Penelitian
Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif. Penelitian ini difokuskan di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 16, dengan mengkaji tentang Peran guru PAI dalam pengembangan sikap ilmiah
dan literasi sains siswa di SMP Negeri 16 Kota jambi. Metode Kualitatif deskriptif bertujuan untuk
mencari teori, ciri-ciri pokok metoda pengaanilasaan tersebut ialah melibatkan diri kemedannya
berprofesi menjadi pemerhati, mengamati fenomena, menyatukan catatannya selama
pengamatan dalam bentuk buku, kategori perilaku, menekankan kepada pengamatan ilmiah
membuat tidak memanipulasi variabel.22 Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,
kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.23 Teknik penelitian
data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian
adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data,maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang di tetapkan. Dapat peneliti tambahkan
sepengetahuan peneliti untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dan dapat di pertanggung
jawabkan, diperlukan adalah teknik pengumpulan data mana yang paling tepat, sehingga benar-
benar di dapat data yang valid dan reliabel. Disamping persiapan awal dalam melaksanakan
teknik pengumpulan data, ada beberapa metode dalam pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut : observasi, wawancara, dan dokumentasi.

D. Hasil penelitian dan Pembahasan


1. Peran guru pendidikan agama Islam dalam pengembangan sikap ilmiah siswa di SMP Negeri
16 Kota Jambi
Dari hasil wawancara yang penitili lakukan dengan guru PAI menunjukkan bahwa para guru
PAI masih kurang memahami apa saja indikator sikap ilmiah dan sebagian dari mereka juga
kurang memperhatikan hal tersebut dalam pengembangan sikap ilmiah. Hal ini dapat berdampak
pada pembelajaran PAI yang kurang memadai dalam mengembangkan sikap ilmiah pada siswa.
Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk memberikan pelatihan atau pendidikan kepada para guru

22 Stambol A Mappasere and Naila Suyuti, Pengertian Penelitian Pendekatan Kualitatif, Metode Penelitian

Sosial (Yogyakarta: Gawe Buku, 2019), 33.


23 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian, 59.

Journal of Educational Research, Vol. 2, No. 1 (Juni 2023) │ 87


Sumirah, Arsyad, Sukarno Peran Guru Pendidikan Agama Islam…

PAI tentang indikator sikap ilmiah dan bagaimana mengintegrasikannya dalam pembelajaran PAI.
Dengan demikian, diharapkan para guru PAI dapat lebih memahami dan memperhatikan
pentingnya pengembangan sikap ilmiah pada siswa dalam pembelajaran PAI.

a. Sikap Ingin Tahu


Berdasarkan pengamatan awal memperlihatkan bahwa perana guru PAI dalam
pengembangan sikap keingintahuan atau kritis siswa ketika dalam kegiatan belajar mengajar
masih kurang optimal. Maka dari itu perlu peneliti telaah lebih dalam bagaimana peran guru PAI
dalam pengembangan sikap ingin tahusiswa. Berikut adalah hasil wawancara dengan guru PAI
mengenai permasalahan tersebut24 Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Sus,25 seorang guru
PAI di SMP Negeri 16 Kota Jambi, dan pernyataan Naz,26 dapat disimpulkan bahwa cara untuk
mengembangkan sikap ingin tahu atau krisis adalah dengan memotivasi dan mengarahkan siswa
untuk mencari jawaban berdasarkan data, bukti, dan sumber yang ada melalui pemikiran logika
peserta didik, terutama dalam pendidikan agama Islam. Selain itu, sebagian guru juga
menyediakan sumber data dan bacaan yang valid untuk para siswa dalam menyelesaikan suatu
permasalahan. Dengan cara tersebut guru PAI sudah berhasil merangsang atau mengembangkan
pemikrian siswanya.

b. Sikap Jujur
Berdasarkan pengamatan awal memperlihatkan bahwa peran guru pendidikan agama Islam
dalam pengembangan/penanaman sikap jujur siswa ketika dalam kegiatan belajar mengajar
maupun diluar KBM masih kurang optimal. Maka dari itu perlu peneliti telaah lebih dalam
bagaimana peran guru PAI dalam pengembangan sikap jujur pada siswa. Berikut adalah hasil
wawancara dengan guru PAI mengenai permasalahan tersebut.27

Hasil Wawancara dengan bapak Naz guru PAI di SMP Negeri 16 Kota Jambi

“Dalam menanamkan sikap kejujuran diantaranya guru-guru pai selalu menasehati


mengayomi dan membimbing agar mereka tidak berbohong di berbagai hal sebab kejujuran
itu penting dalam kehidupan.”28
Dalam analisa peneliti penanaman nilai jujur bukanlah tugas yang mudah dan membutuhkan
kerja keras dan konsistensi dari guru dan orang tua. Hal ini memerlukan kesadaran dari seluruh
stakeholder dalam pendidikan untuk membentuk budaya yang mendorong siswa untuk
berperilaku jujur dan mempertahankan nilai ini sepanjang hidup mereka.

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Naz dan ibu Sus selaku guru PAI di SMP Negeri 16
Kota Jambi, dapat dipahami bahwa guru-guru PAI selalu menasehati, mengayomi, dan
membimbing siswa agar tidak berbohong di berbagai hal karena kejujuran sangat penting dalam
kehidupan. Namun, analisis peneliti menunjukkan bahwa menanamkan nilai jujur bukanlah tugas
yang mudah dan membutuhkan kerja keras dan konsistensi dari guru dan orang tua. Hal ini
memerlukan kesadaran dari seluruh stakeholder dalam pendidikan untuk membentuk budaya
yang mendorong siswa untuk berperilaku jujur dan mempertahankan nilai ini sepanjang hidup
mereka.

24 Observasi, SMP Negeri 16


25 Susilawati, Wawancara
26 Nazaruddin, Wawancara
27 Observasi, SMP Negeri 16
28 Nazaruddin, Wawancara

88 │ Journal of Educational Research, Vol. 2, No. 1 (Juni 2023)


Sumirah, Arsyad, Sukarno Peran Guru Pendidikan Agama Islam…

Kemudian untuk menanamkan atau mengembangkan sikap kejujuran pada siswa, hal
tersebut harus dimulai dari guru yang memberikan teladan yang baik, memberikan penjelasan
tentang nilai jujur, dan membantu siswa memahami konsekuensi dari sikap tidak jujur. Dengan
memberikan contoh yang baik dan memberikan pemahaman yang benar tentang nilai kejujuran,
siswa dapat memahami pentingnya sikap jujur dan mempertahankan nilai ini sepanjang hidup
mereka.

c. Sikap Peduli
Berdasarkan pengamatan awal memperlihatkan bahwa peran guru pendidikan agama Islam
dalam pengembangan/penanaman sikap peduli pada siswa ketika dalam kegiatan belajar
mengajar maupun diluar KBM masih kurang optimal. Itu terlihat ketika siswa masih memiliki sifat
acuh tak acuh kepada teman sejawat, lingkungan dan lain-lain.29 Maka dari itu perlu peneliti
telaah lebih dalam bagaimana peran guru PAI dalam pengembangan/penanaman sikap peduli
siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Naz guru PAI di SMP Negeri 16 Kota Jambi,
beliau mengatakan bahwa untuk menanamkan sikap peduli, dimulai dari para guru yang selalu
memberikan kepedulian yang baik kepada siswa serta selalu memberikan wawasan arti dan
manfaat kepedulian kepada siswa. Hal ini menunjukkan bahwa peran guru PAI sangat penting
dalam menanamkan budaya religius dan karakter siswa.

Sikap kepedulian menjadi perhatian penting bagi para guru terutama guru PAI, dimana
ketika dalam kegiatan pembelajaran para guru tidak hanya selalu memberikan contoh langsung
kepada siswa akan tetapi para guru PAI membuat suatu kegiatan atau pembelajaran yang dimana
siswa berinteraksi langsung dengan kondisi tersebut sehingga dengan demikian para siswa lebih
mengasah dan memahami pentingnya sikap kepedulian itu sebab manusia diciptakan sebagai
mahluk sosial mahluk yang saling membutuhkan saling tolong menolong. Berdasarkan hasil
wawancara dengan ibu Sus30 peneliti menemukan bahwa pengembangan sikap peduli oleh guru
PAI melalui pembelajaran berbasis pengalaman, kegiatan atau proyek peduli, dan pendekatan
pembelajaran yang berkolaboratif rentan mengalami permasalahan memang benar. Namun,
melalui upaya yang tepat dan komitmen yang kuat dari para guru, permasalahan tersebut dapat
diatasi dengan baik.

Banyak guru PAI yang berhasil mengadopsi strategi pembelajaran yang berbasis
pengalaman, membuat kegiatan atau proyek peduli, serta menerapkan pendekatan pembelajaran
yang berkolaboratif secara efektif. Hal ini terbukti dengan meningkatnya motivasi dan partisipasi
siswa dalam kegiatan pembelajaran, serta kualitas karakter dan sikap peduli yang semakin baik
pada siswa.

d. Sikap Terbuka dan Kerja Sama


Berdasarkan pengamatan awal memperlihatkan bahwa peran guru pendidikan agama Islam
dalam pengembangan/penanaman sikap terbuka dan kerjasama pada siswa ketika dalam
kegiatan belajar mengajar maupun diluar KBM masih kurang optimal. Itu terlihat ketika siswa
masih memiliki sifat bekerja dengan diri sendiri tidak mau bergaul dengan temannya dan masih
pilih-pilih teman.31 Maka dari itu perlu peneliti telaah lebih dalam bagaimana peran guru PAI
dalam pengembangan/penanaman sikap terbuka dan kerjasama pada siswa.

29 Observasi, SMP N 16
30 Susilawati, Wawancara
31 Observasi, SMP N 16

Journal of Educational Research, Vol. 2, No. 1 (Juni 2023) │ 89


Sumirah, Arsyad, Sukarno Peran Guru Pendidikan Agama Islam…

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Naz, 32 dapat disimpulkan bahwa terlihat siswa-
siswa dalam kelas PAI sudah mulai terbiasa untuk menghargai pendapat orang lain dan teman-
temannya, terutama ketika sedang berdiskusi atau berdebat. Sikap terbuka dan kerjasama juga
terlihat semakin meningkat dalam pembelajaran, terutama ketika guru memberikan tugas
kelompok atau mendorong diskusi di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa guru PAI telah berhasil
menanamkan nilai-nilai tersebut pada siswa dengan baik. Hasil observasi lain yang peneliti
temukan bahwa dalam pengembangan sikap terbuka dan berkerja sama bahwa guru PAI selalu
mengajarkan agar para siswa tentang nilai-nilai dari sikap terbuka dan berkerjasama dalam
melakukan berbagai hal sebagaimana berikut:

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Sus, menunjukan bahwa siswa-siswa dalam kelas
PAI terlihat semakin mampu menerima kritik dan masukan dari teman-temannya dengan baik,
serta tidak mudah tersinggung atau bertindak defensif ketika pendapat mereka tidak diterima
oleh orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa guru telah berhasil menanamkan nilai-nilai rendah
hati dan tidak sombong pada siswa dengan baik. Dengan sikap terbuka dan rendah hati yang
dimiliki oleh siswa-siswa dalam kelas PAI, mereka terlihat semakin mampu untuk bekerja sama
dan saling membantu dalam mencapai tujuan bersama. Hal ini menunjukkan bahwa guru telah
berhasil menanamkan nilai-nilai kerjasama dan saling menghargai pada siswa dengan baik."

e. Sikap Berani/ percaya diri


Berdasarkan pengamatan awal memperlihatkan bahwa peran guru pendidikan agama Islam
dalam pengembangan/penanaman sikap percaya diri/berani pada siswa ketika dalam kegiatan
belajar mengajar maupun diluar KBM masih kurang optimal. Itu terlihat ketika siswa masih
memiliki sifat gak percaya diri, malu dan tertutup ketika disuruh atau diahadapkan satu
permasalahan.33 Maka dari itu perlu peneliti telaah lebih dalam bagaimana peran guru PAI dalam
pengembangan/penanaman sikap berani/percaya diri pada siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Naz, bisa di simpulkan bawha upaya guru dalam
menanamkan sikap pemberani pada siswa telah membuahkan hasil. Siswa-siswa sekarang lebih
berani untuk mengambil risiko dan tampil di depan kelas tanpa rasa malu. Mereka telah belajar
untuk mempercayai diri sendiri dan merasa nyaman dalam situasi yang tidak nyaman. Saya
melihat perubahan positif dalam cara siswa-siswa berinteraksi dengan satu sama lain. Mereka
lebih terbuka dan berani berbicara di depan kelas, serta mengambil inisiatif untuk memimpin
diskusi dan proyek kelompok. Hal ini membuktikan bahwa cara yang diterapkan oleh guru dalam
menanamkan sikap pemberani telah berhasil. Guru telah memberikan ruang bagi siswa-siswa
untuk tumbuh dan berkembang, serta memotivasi mereka untuk menghadapi tantangan dengan
keyakinan diri yang lebih besar.

Bukti empiris yang bisa dilihat untuk menunjukkan keberhasilan guru dalam menanamkan
sikap pemberani pada siswa dapat berupa: perubahan pada perilaku siswa, hasil belajar, umpan
balik dari siswa, dan partisipasi siswa dalam kegiatan di luar kelas. Contohnya, jika siswa
sebelumnya cenderung tidak berani tampil di depan kelas, namun sekarang lebih percaya diri dan
aktif dalam proses belajar, maka ini dapat dianggap sebagai bukti keberhasilan guru dalam
menanamkan sikap pemberani

32 Nazarudin, Wawancara
33 Observasi, SMP Negeri 16

90 │ Journal of Educational Research, Vol. 2, No. 1 (Juni 2023)


Sumirah, Arsyad, Sukarno Peran Guru Pendidikan Agama Islam…

Berdasarkan wawancara dengan ibu Sus, 34 maka bisa disimpulkan bahwa upaya guru untuk
menanamkan sikap berani dalam menyampaikan kebenaran tanpa ragu-ragu telah berhasil
dilakukan dengan baik. Itu semua bisa dilihat sebgaimana berikut:

1) Siswa lebih berani dalam menyampaikan kebenaran: Dalam situasi pembelajaran, siswa
tidak lagi merasa ragu atau takut untuk menyampaikan kebenaran karena mereka telah
mendapatkan dukungan dari guru dalam hal ini. Mereka merasa lebih percaya diri dan
yakin dalam menyampaikan kebenaran tanpa ragu-ragu.

2) Siswa lebih aktif dalam diskusi kelas: Siswa yang sebelumnya cenderung pasif dalam
diskusi kelas kini lebih aktif dan berani dalam menyampaikan pendapat mereka. Mereka
tidak lagi merasa takut untuk memberikan pandangan mereka dalam diskusi kelas
karena telah diberi pengajaran dan dukungan oleh guru untuk menyampaikan
kebenaran tanpa ragu-ragu.

3) Siswa lebih terbuka dalam berkomunikasi dengan guru: Siswa yang sebelumnya
cenderung enggan untuk berbicara atau berkomunikasi dengan guru kini lebih terbuka
dan percaya diri.

4) Siswa lebih kritis dalam menganalisis informasi: Siswa yang telah mendapatkan
pengajaran tentang pentingnya menyampaikan kebenaran tanpa ragu-ragu juga lebih
kritis dalam menganalisis informasi.

5) Dengan demikian, pernyataan di atas mengindikasikan bahwa upaya guru dalam


menanamkan sikap berani dalam menyampaikan kebenaran tanpa ragu-ragu telah
berjalan dengan baik, dan siswa telah mengalami perubahan positif dalam perilaku dan
keterampilan komunikasi mereka.

f. Sikap Toleransi
Berdasarkan pengamatan awal memperlihatkan bahwa peran guru pendidikan agama Islam
dalam pengembangan/penanaman sikap Toleransi pada siswa ketika dalam kegiatan belajar
mengajar maupun diluar KBM masih kurang optimal. Itu terlihat ketika siswa masih memiliki sifat
membeda-bedakan, pilah pilih teman dan masih ada juga buliyying diantara siswa dan ini tidak
terjadi dalam kelas saja diluar lingkungan sekolah pun initerjadi.35 Maka dari itu perlu peneliti
telaah lebih dalam bagaimana peran guru PAI dalam pengembangan/penanaman sikap toleransi
pada siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Naz, 36 dapat di simpulkan bahwa dengan
mengajarkan dan memahamkan berbagai agama dan keyakinan serta menghargai perbedaan
pandangan, Guru PAI telah menciptakan lingkungan yang inklusif dan menghormati perbedaan.
Hal ini dapat dilihat dari interaksi yang positif dan harmonis antara murid-muridnya yang
mewakili berbagai agama dan keyakinan yang berbeda. Keterbukaan dan toleransi yang
dipromosikan oleh Guru PAI telah membantu menciptakan sebuah komunitas yang saling
menghormati dan menerima perbedaan satu sama lain, sehingga masalah-masalah yang mungkin
timbul karena perbedaan agama dan keyakinan dapat diatasi dengan damai dan bijaksana. Oleh

34 Susulawati, Wawancara
35 Observasi, SMP Negeri 16
36 Nazaruddin, Wawancara

Journal of Educational Research, Vol. 2, No. 1 (Juni 2023) │ 91


Sumirah, Arsyad, Sukarno Peran Guru Pendidikan Agama Islam…

karena itu, dapat disimpulkan bahwa permasalahan tersebut berjalan dengan baik dan dapat
dijadikan contoh positif bagi lingkungan pendidikan yang lebih luas.

Kemudian hasil temuan lain yang peneliti temukan bahwa para guru selalu menekankan
kepada pentingnya menghargai dalam berbagai aspek. Sebagaimana hal ini diungkapkan oleh
salah satu guru PAI di SMP Negeri 16 Kota Jambi yaitu Maf yang mengatakan sebagai berikut. 37
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Maf,38 dapat dipahami bahwa dengan menekankan
pentingnya menghargai perbedaan dalam keyakinan, budaya, suku, atau latar belakang lainnya,
Guru dan lingkungan pendidikan telah menciptakan sebuah lingkungan yang inklusif dan
menghargai keragaman. Hal ini dapat dilihat dari interaksi antar murid dan staf pendidikan yang
saling menghargai perbedaan satu sama lain. Para murid dan staf pendidikan mampu menjalin
hubungan yang harmonis dan saling menghormati perbedaan yang ada di antara mereka.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pendekatan yang menghargai perbedaan dalam
keyakinan, budaya, suku, atau latar belakang lainnya di lingkungan pendidikan telah berhasil
menciptakan lingkungan yang inklusif dan toleran. Lingkungan pendidikan yang demikian
membawa dampak positif bagi individu maupun komunitas yang lebih luas, dan dapat menjadi
contoh positif bagi lingkungan pendidikan lainnya. Berdasarkan hasil temuan diatas maka dapat
diidentifikasikan bahwa guru sudah berperan cukup baik dalam pengembangan sikap toleransi
disekolah SMP Negeri 16 Kota Jambi.

2. Peran Guru PAI Dalam Pengembangan Literasi Sains Siswa di SMP Negeri 16 Kota Jambi
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PAI di SMP Negeri menunjukkan bahwa para
guru PAI masih kurang memahami apa itu literasi sains dan apa saja indikatornya dan sebagian
dari mereka juga kurang memperhatikan hal tersebut dalam pengembangan literasi sains ketika
dalam pembelajaran agama Islam. Hal ini dapat berdampak pada pengetahuan siswa pada
pembelajaran PAI yang dimana dengan pengembangan literasi sains siswa dapat memahami isi
dunia yang makin kopleks, modern, serta penuh pengetahuan teknologi, selain itu membantu
siswa memahami fenomena alam dan keanekaragaman hayati dalam artian melihat bukti
kebesaran Allah SWT dalam sudut pandang literasi sains. Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk
memberikan pelatihan atau pendidikan kepada para guru PAI tentang apa itu literasi sains,
indikatornya dan bagaimana mengintegrasikannya dalam pembelajaran PAI. Dengan demikian,
diharapkan para guru PAI dapat lebih memahami dan memperhatikan pentingnya pengembangan
literasi sains pada siswa dalam pembelajaran PAI.

Berdasarkan pengamatan awal peneliti dapat di simpulkan ada beberapa indicator yang
menjadi pusat pembahasan dalam pengembangan literasi sains diantaranya:

a. Fenomena Sains
Dalam Islam, sains juga dipandang sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Dengan mempelajari fenomena sains, umat Muslim diharapkan dapat lebih memahami
kebesaran Allah SWT dan lebih bersyukur atas nikmat-Nya yang melimpah. Oleh sebab itu
mempelajari fenomena sains penting bagi siswa karena dapat meningkatkan pemahaman siswa
tentang dunia fisik dan alam semesta, mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis,
menstimulasi minat dan gairah belajar, memperluas pemahaman tentang teknologi, dan
memperkaya pengalaman hidup siswa.

37 Observasi, SMP Negeri 16


38 Maftucha, Wawancara

92 │ Journal of Educational Research, Vol. 2, No. 1 (Juni 2023)


Sumirah, Arsyad, Sukarno Peran Guru Pendidikan Agama Islam…

Pada dasarnya, memahami proses sains melibatkan serangkaian langkah-langkah logis yang
digunakan untuk memahami fenomena alamiah, mulai dari pengamatan, perumusan hipotesis,
pengujian, pengumpulan data, hingga penarikan kesimpulan. Misalnya, ketika mengamati salat,
siswa dapat diberi pemahaman tentang bagaimana salat dapat membantu meningkatkan
konsentrasi dan fokus, serta mengembangkan keterampilan motorik halus. Guru dapat
menjelaskan bahwa proses sains yang terlibat dalam fenomena ini melibatkan pengamatan,
perumusan hipotesis, pengujian, dan penarikan kesimpulan, yang semuanya penting dalam
proses ilmiah.

Temuan lain yang peneliti dapatkan adalah diamana dalam pengembangan literasi sains
selain mengajarkan kepada peserta didik tentang fenomena sains para guru juga mengarahkan
atau mengajarkan para siswa untuk menggunakan bukti ilmiah (bukti nyata).39 Berdasarkan hasil
wawancara dengan ibu Maf,40 dapat disimpulkan bahwa, dengan mengajarkan peserta didik
untuk menggunakan bukti ilmiah dalam pembelajaran sains, guru telah berhasil membantu siswa
mengembangkan keterampilan observasi, analisis, dan evaluasi yang lebih baik. Para siswa telah
terlatih untuk memperhatikan fenomena alamiah dengan lebih teliti dan menyajikan bukti-bukti
yang nyata untuk mendukung hipotesis dan kesimpulan mereka. Dengan demikian, para siswa
mampu memahami konsep-konsep sains secara lebih mendalam dan dapat mengaplikasikan
keterampilan-keterampilan tersebut dalam situasi nyata di luar kelas.

b. Konten Sains
Guru PAI sangat berperan penting dalam pengembangan lietarsi sains siwsa terutama dalam
memahami konten sains sebab dengan memahami dan mengajarkan kontes sains kepserta didik
itu dapat menambah ilmu pengetahuannya, memperdalam pemahaman mereka tentang konsep-
konsep keIslaman dan kebesaran Allah SWT serta mengerti berbagai konsep dan teori Pratik yang
membuat anak menjadi pemikir yang kritsi dan logis. Oleh sebab itu maka perlu peneliti ketahui
bagaimana peran guru dalam pengembangan literasi sains siswa dalam bentuk konten sains siswa
di Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kota Jambi.

Berdasarkan hasil wawncara dengan bapak Naz,41 dapat dipahami bahwa pendekatan
pembelajaran yang efektif dalam mengajarkan sains adalah dengan mengintegrasikan aspek
praktik dan pengamatan langsung dalam pembelajaran dan ini sudah berjalan dengan baik. Dalam
konteks ini, siswa tidak hanya belajar teori tentang konsep-konsep sains, tetapi juga dapat
melihat langsung fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar mereka. Misalnya, dalam
pembelajaran sains tentang gaya gravitasi, siswa dapat melakukan eksperimen dengan
menggunakan benda-benda di sekitar mereka untuk mengamati bagaimana benda-benda tersebut
berinteraksi satu sama lain dan bagaimana gaya gravitasi mempengaruhi pergerakan benda-
benda tersebut.

Seperti contoh peserta didik di instruksikan untuk mengambil satu gelas air setelah itu
dijemur di bawah sinar matahari yang terik. kemudian peserta didik diminta untuk mengamati
atau memahami fenomena akan terjadi apabila air tersebut disinari matahari dalam waktu yang
lama apa yang akan terjadi maka peserta didik bisa mengetahuinya setelah mengalami praktik
langsung.

39 Observasi, SMP Negeri 16


40 Maftucha, Wawancara
41 Observasi, SMP Negeri 16

Journal of Educational Research, Vol. 2, No. 1 (Juni 2023) │ 93


Sumirah, Arsyad, Sukarno Peran Guru Pendidikan Agama Islam…

c. Konteks Sains
Dengan menggunakan konteks Islam dalam pembelajaran sains, siswa dapat memperoleh
pemahaman yang lebih holistik dan terintegrasi tentang ilmu pengetahuan dan kepercayaan
agama mereka. Hal ini juga dapat membantu siswa untuk mengembangkan nilai-nilai moral dan
spiritual yang kuat, serta meningkatkan keimanan mereka pada Allah. Maka dari itu melihat
betapa pentingnya memahami konteks sains dalam kehidupan ini, sudah seharusnya guru PAI
menyadari akan itu dan menjadi tugas seorang pendidik menanamkan dan memahamkan tentang
konteks sains kepeserta didik agar menjadi manusia yang berkualitas dan berkuantitas serta
semakin bertambah ketaqwaannya kepada Allah SWT.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Naz,42 dapat disimpulkan bahwa pendekatan
yang mengintegrasikan pemahaman fenomena sains dan kemampuan siswa untuk memecahkan
masalah telah berjalan dengan baik adalah bahwa siswa mampu mengaplikasikan konsep sains
yang mereka pelajari dalam situasi dunia nyata. Siswa juga dapat mengidentifikasi masalah dan
menemukan solusi berdasarkan konsep sains yang mereka pelajari, serta mengambil kesimpulan
yang akurat dari penelitian mereka. Bukti empiris yang ada menunjukkan bahwa pendekatan
pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah dan pengambilan kesimpulan, serta
berbasis pengamatan langsung dan praktik, dapat memperkuat keterampilan dan kemampuan
siswa dalam memahami sains dan menyelesaikan masalah yang kompleks.

3. Faktor Pengahambat Dalam Pengembangan Sikap Ilmiah dan Literasi Sains Siswa SMP Negeri
16 Kota Jambi
a. Faktor penghambat
Penjelasan lebih luas mengenai faktor-faktor yang menghambat guru PAI dalam
mengembangkan sikap ilmiah dan literasi sains:

1) Kurangnya pemahaman tentang konsep dasar sains: Guru PAI mungkin kurang
memahami konsep-konsep dasar sains dan cara kerja sains yang seharusnya menjadi
dasar pengembangan sikap ilmiah dan literasi sains pada siswa. Sebagai contoh, jika
seorang guru PAI mengajarkan tentang penciptaan alam semesta, tetapi kurang
memahami tentang konsep sains seperti evolusi atau teori Big Bang, maka pengajaran
mereka mungkin tidak memadai dalam mengembangkan sikap ilmiah pada siswa.
2) Fokus pada materi agama: Karena mata pelajaran PAI memiliki materi yang luas, guru
PAI mungkin lebih fokus pada materi agama dan kurang memperhatikan pengembangan
sikap ilmiah dan literasi sains pada siswa. Selain itu, fokus pada materi agama dapat
membuat guru PAI menganggap bahwa sains dan agama adalah dua bidang yang
terpisah, sehingga kurang memperhatikan pengembangan sikap ilmiah pada siswa.
3) Kurangnya pelatihan dalam pendidikan sains: Guru PAI mungkin kurang mendapat
pelatihan atau pengalaman dalam pengajaran ilmu pengetahuan atau sains, sehingga
mereka mungkin merasa kurang percaya diri dalam mengajarkannya. Selain itu, mereka
mungkin juga kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam
mengembangkan sikap ilmiah dan literasi sains pada siswa.
4) Keterbatasan waktu: Guru PAI mungkin memiliki keterbatasan waktu dalam
menyelesaikan kurikulum yang luas dan beragam, sehingga mereka mungkin kesulitan
mengajarkan semua aspek yang terkait dengan sikap ilmiah dan literasi sains. Hal ini

42 Nazaruddin, wawancara

94 │ Journal of Educational Research, Vol. 2, No. 1 (Juni 2023)


Sumirah, Arsyad, Sukarno Peran Guru Pendidikan Agama Islam…

dapat membuat guru PAI fokus pada pengajaran materi agama yang dianggap lebih
penting dan meninggalkan pengembangan sikap ilmiah pada siswa.
5) Perbedaan pandangan: Beberapa guru PAI mungkin memiliki pandangan yang berbeda
dengan konsep sains atau literasi sains, yang dapat menghambat pengembangan sikap
ilmiah dan literasi sains pada siswa. Sebagai contoh, beberapa guru PAI mungkin
menganggap bahwa sains bertentangan dengan keyakinan agama, sehingga mereka
kurang memperhatikan pengembangan sikap ilmiah pada siswa.
6) Kurangnya sumber daya: Terbatasnya sumber daya seperti buku teks dan peralatan
laboratorium mungkin juga menjadi kendala dalam pengembangan sikap ilmiah dan
literasi sains pada siswa. Sumber daya yang terbatas dapat membuat guru PAI kesulitan
dalam mengajarkan materi sains dan memberikan pengalaman praktikum yang
dibutuhkan dalam mengembangkan sikap ilmiah pada siswa.
b. Faktor Pendukung
Ada beberapa faktor pendukung yang dapat membantu keberhasilan guru PAI dalam
pengembangan sikap ilmiah dan literasi sains siswa. Beberapa faktor tersebut meliputi:

1) Dukungan institusi sekolah: Sekolah yang memberikan dukungan aktif terhadap


pengembangan sikap ilmiah dan literasi sains akan memberikan ruang dan sumber daya
yang memadai bagi guru PAI. Hal ini meliputi akses ke perpustakaan dengan koleksi
buku sains dan sumber daya pembelajaran yang relevan, serta fasilitas laboratorium
atau ruang praktikum yang memungkinkan siswa melakukan eksperimen atau
pengamatan.
2) Kerja sama antar-guru: Kolaborasi antara guru PAI dengan guru sains atau guru-guru
disiplin lain dapat membantu mengintegrasikan aspek sains ke dalam pembelajaran
agama. Dengan bekerja sama, guru-guru dapat saling berbagi pengetahuan, pengalaman,
dan sumber daya untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang holistik dan
multidisiplin.
3) Pelatihan dan pengembangan diri: Guru PAI yang mengikuti pelatihan dan
pengembangan diri terkait sains dan literasi sains akan memiliki pemahaman yang lebih
baik tentang konsep-konsep sains dan metode ilmiah. Dengan pengetahuan dan
keterampilan yang ditingkatkan, mereka dapat merancang dan melaksanakan
pembelajaran yang memadukan aspek agama dengan sikap ilmiah.
4) Penggunaan sumber daya luar: Guru PAI dapat memanfaatkan sumber daya luar seperti
buku, artikel, video, atau narasumber dari kalangan ilmuwan atau ahli sains. Sumber
daya ini dapat membantu guru dalam memperoleh informasi terkini dan pemahaman
yang lebih mendalam tentang sains, sehingga mereka dapat menyajikan materi agama
dengan perspektif yang lebih luas.
5) Penggunaan pendekatan aktif dan inovatif: Guru PAI dapat mengadopsi pendekatan
pembelajaran yang aktif dan inovatif, seperti penggunaan eksperimen, proyek
penelitian, diskusi kelompok, atau permainan peran. Pendekatan ini akan mendorong
siswa untuk berpartisipasi aktif, bertanya, dan berpikir kritis, sehingga membantu
mengembangkan sikap ilmiah dan literasi sains mereka.
6) Pemahaman dan dukungan keluarga: Peran keluarga juga sangat penting dalam
mengembangkan sikap ilmiah dan literasi sains siswa. Ketika keluarga mendukung dan
memberikan dorongan kepada siswa untuk mempelajari sains dan berpikir kritis, ini
akan menciptakan lingkungan yang positif dan memperkuat upaya guru PAI di sekolah.
Dengan adanya faktor-faktor pendukung ini, guru PAI akan memiliki dukungan dan sumber
daya yang memadai untuk mengembangkan sikap ilmiah dan literasi sains siswa secara efektif.

Journal of Educational Research, Vol. 2, No. 1 (Juni 2023) │ 95


Sumirah, Arsyad, Sukarno Peran Guru Pendidikan Agama Islam…

E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitin yang peneliti telah lakukan dalam beberapa kali pengamatan
untuk menemukan sebuah jawaban dari berbagai pertanyaan yang telah peneliti rumuskan di
Sekolah Menengah Pertama Negeri 16 Kota Jambi yang berkaitan dengan peran guru PAI dalam
pengembangan sikap ilmiah dan literasi sains siswa, maka dapat peneliti simpulkan sebagai
berikut:

1. Peranan guru PAI dalam pengembangan sikap ilmiah siswa sudah mengalami perkembangan
yang cukup baik, hal ini bisa dilihat dari kemampuan sikap siswa dalam merespon dan
memecahkan semua permasalahan, seperti sikap siswa yang lebih kritis dan keingintahuan
yang mendalam, selain itu siswa juga mampu mengontrol diri dan lebih percaya diri atas
kemampuannya dan saling membangun sikap toleransi dan saling kerjasama disaat
mengikuti kegiatan pembelajaran.
2. Peranan guru PAI dalam pengembangan literasi sains siswa sudah mengalami perkembangan
yang cukup baik, hal ini bisa dilihat dari Peningkatan pemahaman sains siswa menunjukkan
pemahaman yang lebih baik tentang konsep-konsep sains dan mampu menghubungkannya
dengan prinsip-prinsip agama. Mereka mampu menerapkan pengetahuan sains dalam
kehidupan sehari-hari dengan lebih baik. Partisipasi aktif dalam diskusi dan eksperimen:
Siswa aktif terlibat dalam diskusi kelas terkait konsep-konsep sains dan berani
melakukan eksperimen atau penelitian untuk memperdalam pemahaman mereka.
Mereka berani mengajukan pertanyaan dan berbagi pengetahuan dengan teman sekelas.
Secara keseluruhan, indikasi-indikasi di atas menunjukkan bahwa peran guru PAI dalam
pengembangan literasi sains siswa telah berhasil cukup baik. Guru PAI telah menciptakan
lingkungan belajar yang inspiratif, mendukung, dan mengintegrasikan pengetahuan
agama dan sains secara efektif.
3. Dalam pengembangan sikap ilmiah dan literasi sains, terdapat beberapa hambatan yang
dihadapi oleh guru PAI dan siswa SMP 16 Kota Jambi. Hambatan tersebut antara lain:
a. Siswa yang acuh tak acuh dan tidak berpartisipasi dalam pembelajaran, karena masih
terdapat budaya pembelajaran di SD yang perlu diadaptasi ke jenjang SMP.
b. Kurangnya keingintahuan dan perilaku berpikir kritis pada siswa, sehingga mereka
cenderung hanya menikmati hasil ide orang lain tanpa berkontribusi aktif.
c. Pengaruh lingkungan keluarga yang kurang mendukung dalam membentuk sikap ilmiah
dan literasi sains pada siswa, di mana pendidikan seringkali hanya diserahkan
sepenuhnya kepada sekolah tanpa penanaman karakter.
d. Kurangnya pemahaman siswa dan ketertarikan dalam berliterasi sains, serta lingkungan
sekolah yang kurang mendukung dalam mengembangkan literasi dan sikap ilmiah
siswa.
e. Kurangnya pemahaman dan pengetahuan guru PAI tentang konsep dasar sains, fokus
pada materi agama, kurangnya pelatihan dalam pendidikan sains, keterbatasan waktu,
perbedaan pandangan, dan keterbatasan sumber daya juga menjadi hambatan dalam
pengembangan sikap ilmiah dan literasi sains.
Selain itu dalam mengembangkan sikap ilmiah dan literasi sains siswa, faktor pendukung
yang penting bagi guru PAI meliputi, dukungan institusi sekolah, kerja sama antar-guru, pelatihan
dan pengembangan diri, penggunaan sumber daya luar, pendekatan pembelajaran aktif dan
inovatif, serta pemahaman dan dukungan keluarga. Dengan adanya dukungan ini, guru PAI dapat
efektif dalam mengembangkan sikap ilmiah dan literasi sains siswa, mempersiapkan mereka
untuk tantangan masa depan.

96 │ Journal of Educational Research, Vol. 2, No. 1 (Juni 2023)


Sumirah, Arsyad, Sukarno Peran Guru Pendidikan Agama Islam…

Daftar Pustaka

Abdullah, Aminol Rosid. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Literasi Nusantara, 2022.
Abdurrahman, Abdurrahman. Pembelajaran Sains Melalui Pendekatan Representasi Jamak, 2016.
Ali, Mohammad. Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional: Menuju Bangsa Indonesia Yang Mandiri
Dan Berdaya Saing Tinggi. Grasindo, 2009.
Amelia, Amelia, Arimbi Syahkila Simangunsong, Rizki Akmalia, Sylvi Marsella Diastami, Syahfitri
Halawa, and Amaluddin Tanjung. “Manajemen Pembinaan Peserta Didik Pada Lembaga
Pendidikan.” Journal on Education 5, no. 2 (2023): 3394–3403.
Araniri, Nuruddin. “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan Sikap
Keberagamaan Yang Toleran.” Risâlah, Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam 6, no. 1, March
(2020): 54–65.
Arifin, Zainal. “Pendidikan Multikultural-Religius Untuk Mewujudkan Karakter Peserta Didik Yang
Humanis-Religius.” Jurnal Pendidikan Islam 1, no. 1 (2012): 89–103.
Astuti, Astuti. “Manajemen Peserta Didik.” Adaara: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 11, no. 2
(2021): 133–44.
Azis, Rosmiati. “Hakikat Dan Prinsip Metode Pembelajaran PAI.” Jurnal Inspiratif Pendidikan 8, no.
2 (2019): 292–300.
Bahasa, Tim Penyusun Kamus Pusat. “Kamus Bahasa Indonesia,” 2008.
Deniyati, Nia. “Manajemen Rekrutmen Peserta Didik.” Jurnal Isema: Islamic Educational
Management 2, no. 2 (2017).
Fatimah, Yeti. “Peranan Badan Kepegawaian Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam
Penempatan Pejabat Struktural Di Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur.” Jurnal
MSDA (Manajemen Sumber Daya Aparatur) 7, no. 2 (2019): 103–26.
Firmansyah, Eka, and Romelah Romelah. “Tanggapan Guru Terhadap Perannya Dalam
Melaksanakan Pembelajaran Di Sdit Al-Qolam Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi.”
Research and Development Journal of Education 8, no. 1 (2022): 345–53.
Grafika, Redaksi Sinar. Undang-Undang Guru Dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005. Jakarta: Sinar
Grafika, 2015.
Hendracipta, Nana. “Menumbuhkan Sikap Ilmiah Siswa Sekolah Dasar Melalui Pembelajaran Ipa
Berbasis Inkuiri.” JPsd (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar) 2, no. 1 (2016): 109–16.
INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK. “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional,” 2003.
Lestari, Sri Puji. “Analisis Literasi Sains Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi UIN Raden
Intan Lampung,” 2018.
Mappasere, Stambol A, and Naila Suyuti. “Pengertian Penelitian Pendekatan Kualitatif.” Metode
Penelitian Sosial 33 (2019).
Muhyidin, Muhammad. “Metode Pendidikan Islam Dalam Prespektif Al-Qur’an (Kajian Tafsir Surat
Al-Maidah Ayat 67, Surat An-Nahl Ayat 125 Dan Surat Al-Ahzab Ayat 21),” n.d.
Mujib, Abdul, and Jusuf Mudzakkir. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana.” Cet. II, 2008.
Nursamsu, Nursamsu, Rizky Nafaida, and Dona Mustika. “Kemunculan Literasi Sains Pada Modul
Praktikum Berbasis Konten, Proses Dan Kontek Di Smp Negeri 1 Kota Langsa.” BIOTIK: Jurnal
Ilmiah Biologi Teknologi Dan Kependidikan 7, no. 2 (2019): 121–27.
Rama, Bahaking. "Teori Pelaksanaan Pembelajaran Dalam Pendidikan Islam." Alauddin University
Press, 2014.
Saifulloh, Ahmad Munir, and Mohammad Darwis. “Manajemen Pembelajaran Dalam
Meningkatkan Efektivitas Proses Belajar Mengajar Di Masa Pandemi Covid-19.” Bidayatuna
Jurnal Pendidikan Guru Mandrasah Ibtidaiyah 3, no. 2 (2020): 285–312.

Journal of Educational Research, Vol. 2, No. 1 (Juni 2023) │ 97


Sumirah, Arsyad, Sukarno Peran Guru Pendidikan Agama Islam…

Samudera, Viddy Mega, Joni Rokhmat, and Wahyudi Wahyudi. “Pengaruh Model Pembelajaran
Predict-Observe-Explain Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Ditinjau Dari Sikap Ilmiah.”
Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi 3, no. 1 (2017): 101–8.
Saputri, Rizka Sofyan. “Peran Guru Dalam Meningkatkan Sikap Ilmiah Peserta Didik Kelas VB Di
MIN Demangan Kota Madiun,” 2017.
Sari, Widya, Andi Muhammad Rifki, and Mila Karmila. “Analisis Kebijakan Pendidikan Terkait
Implementasi Pembelajaran Jarak Jauh Pada Masa Darurat Covid 19.” Jurnal Mappesona 3, no.
2 (2020).
Shobahiya, Mahasri. “Studi Komparatif Profil Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Perspektif
Hasan Langgulung Dan Syed Muhammad Naquib Al-Attas.” Suhuf 29, no. 1 (2017): 38–49.
Soekanto, Soerjono. Peranan Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi Baru, Rajawali Pers, Jakarta, 2009.
Sufiani, Sufiani, Aris Try Andreas Putra, and Muhammad Ilham. “Strategi Guru Dalam Pengelolaan
Kelas Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.” Zawiyah: Jurnal Pemikiran Islam 8, no. 2
(2022): 42–64.
Suzana, Yenny, Imam Jayanto, and S Farm. Teori Belajar & Pembelajaran. Literasi Nusantara, 2021.
Syaodih Sukmadinata, Nana. “Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT.” Remaja Rosda Karya
Offset, 2010.
Toharudin, Uus, Sri Hendrawati, and Andrian Rustaman. Membangun Literasi Sains Peserta Didik.
Bandung: Humaniora 1, 2011.
Undang-Undang, Republik Indonesia. “No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.”
Bandung: Citra Umbara, 2003.
Undang-Undang, RI. “No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Yogyakarta,” 2005.
Wiyani, Novan Ardy. Pendidikan Karakter Berbasis Iman Dan Taqwa. Teras, 2012.

98 │ Journal of Educational Research, Vol. 2, No. 1 (Juni 2023)

You might also like