Professional Documents
Culture Documents
RABBAYANI
Jurnal Pendidikan dan Peradaban Islami
Jurnal STAI Ma’had Aly Al-Hikam Malang, Volume 1, Nomor 1, 2023
Roikhatul Janah
Pascasarjana STAI Ma’had Aly Al- Hikam Malang
ikaroikha17@gmail.com
Okky Setyawan
Pascasarjana STAI Ma’had Aly Al- Hikam Malang
nawaytesoq1010@gmail.com
Mufidatul Faricha
Pascasarjana STAI Ma’had Aly Al- Hikam Malang
mufidatulfaricha@gmail.com
Abstrak
Islamic educational institutions are faced with increasing challenges in the
digital era, including Islamic boarding schools. Islamic boarding schools are
required to be able to realize pesantren education that remains a necessity
and relevant to people's lives. Generations in this era interact a lot and
depend on the internet. According to Kartadinata, the number of this
generation in Indonesia reaches sixty-nine percent. This shows that society in
this era cannot be separated from cyberspace. This study aims to describe the
urgency and challenges of digitizing pesantren education in the digital era.
This research uses a type of literature research based on a descriptive
qualitative approach, a type of literature research with data collection
techniques through documentation and content analysis techniques. The
results of this study show that: digitization is the process of transferring the
form and physical and content of information from archives without making
changes, subtractions or additions. In facing the era of digitalization of
RABBAYANI, Vol. 1, No. 1, 2023
pesantren as educational institutions, it is expected to provide strategic
policies by making updates by adopting technological developments without
having to change the culture of pesantren. Digitalization of pesantren
education is an urgent thing to be implemented in order to maintain the
existence of pesantren education and prepare a generation that has quality
and competitiveness. The challenge of digitizing pesantren education is to be
able to balance the development of the digital world while maintaining the
characteristics of pesantren.
Lembaga pendidikan Islam dihadapkan pada tantangan yang semakin besar di era
digital termasuk di dalamnya pondok pesantren. Pondok pesantren dituntut
untuk dapat mewujudkan pendidikan pesantren yang tetap menjadi kebutuhan
dan relevan dengan kehidupan masyarakat. Generasi di era ini banyak
melakukan interaksi dan tergantung dengan internet. Menurut Kartadinata
jumlah generasi ini di Indonesia mencapai enam puluh sembilan persen. Hal
ini menunjukkan bahwasannya masyarakat di era ini tidak dapat terlepas dari
dunia maya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan urgensi dan
tantangan digitalisasi pendidikan pesantren di era digital. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kepustakaan berdasarkan pendekatan kualitatif
deskriptif, jenis penelitian kepustakaan dengan teknik pengumpulan data melalui
dokumentasi dan teknik analisis isi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
digitalisasi adalah proses pemindahan bentuk maupun fisik dan isi informasi
dari arsip tanpa melakukan perubahan, pengurangan ataupun penambahan. Dalam
menghadapi era digitalisasi pesantren sebagai institusi pendidikan diharapkan
memberikan kebijakan strategis dengan melakukan pembaharuan-
pembaharuan dengan mengadopsi perkembangan teknologi tanpa harus
merubah kultur pesantren. Digitalisasi pendidikan pesantren menjadi hal yang
urgen untuk diterapkan demi menjaga eksistensi pendidikan pesantren dan
mempersiapkan generasi yang memiliki kualitas dan daya saing. Tantangan
digitalisasi pendidikan pesantren adalah harus mampu menyeimbangkan
antara perkembangan dunia digital dengan tetap mempertahankan
karakteristik pesantren.
Kata Kunci: Digitalisasi, Pendidikan Pesantren, Era Digital
A. PENDAHULUAN
Era digital yang merupakan dampak dari kemajuan teknologi dan informasi
telah merambah di setiap segi kehidupan masyarakat, termasuk dalam sektor
pendidikan. 1 Hal ini karena pendidikan adalah sektor pembentuk Sumber Daya
Manusia (SDM) bagi sektor-sektor lain dalam kehidupan. Perkembangan teknologi
modern disertai arus globalisasi yang terus berlangsung dengan cepat ini melahirkan
sebuah era digital.
Era digital dewasa kini memiliki dampak positif dan negatif dalam dunia
pendidikan terutama yang berkaitan dengan pembelajaran Pesantren dan Agama
1
Alfinnas, S. (2018). Arah Baru Pendidikan Islam di Era Digital. Fikrotuna, 7(1), p. 803-817.
42 Roikhatul Janah, Moh. Fahmi Arofi, Okky Setyawan & Mufidatul Faricha
Islam. Jika dulu percakapan akrab dan egaliter antara peserta didik dengan guru
terasa tabu, maka hari ini justru hal itu merupakan sebuah keharusan. Bahkan,
interaksi seperti itu justru menjadi indikasi keberhasilan proses pendidikan.
Perubahan lainnya dapat terlihat dari pendekatan pembelajaran, pada era pesantren
konvensional, pengajar menjadi figur sentral dalam kegiatan pembelajaran.
Sedangkan peran guru saat ini telah mengalami pergeseran, yakni sebagai fasilitator
bagi peserta didik. Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru (teacher centered),
namun lebih berpusat pada peserta didik (student centered).2
Pendidikan Pesantren dan perkembangan era digital haruslah seimbang dalam
artian Pendidikan Pesantren harus mampu menyesuaikan dan mengikuti arus
teknologi agar tidak tertinggal dengan pendidikan lainnya. Hal ini berguna untuk
menghasilkan para penuntut ilmu agama yang berkompeten dan berkualitas.
Permasalahan yang perlu kita catat adalah apakah kita siap dan mampu mengikuti
serta menggunakan segala kemudahan ini sebagai media dalam pendidikan?
tentunya diperlukan figur pendidik dan segenap sumber daya yang mampu
menguasai teknologi saat ini disamping menguasai ilmu-ilmu agama, agar terjadi
sinkronisasi antara Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan Ilmu
Pengetahuan Agama dalam sebuah proses pembelajaran yang juga menghasilkan
Iman dan Taqwa (IMTAQ).
Padahal jika kita telaah, pemerintah sendiri pun telah mengakui kiprah
pesantren dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan pembentukan karakter
bangsa dengan dilahirkannya Undang Undang Pesantren yang telah disahkan oleh
DPR RI. Pesantren sampai saat ini telah memberikan manfaat yang luar biasa
terhadap perjalanan Republik Indonesia, sehingga tidak diragukan lagi jasa yang
diberikan pesantren terhadap bangsa ini.
Eksistensi dan identitas yang sangat menarik dari pesantren sampai saat ini
adalah proses pembelajaran yang ditekstualkan pada kitab klasik (Salafiyyah) yang
secara populer disebut kitab kuning (Al-Kutub As-Shafra’).3 Selain itu, pesantren
sangat identik dengan kharisma kyai dan dukungan santri di tengah kehidupan
masyarakat. Kehidupan kyai dan santri yang demikian besar membuat pesantren
berfungsi multidimensi. Kiai tidak hanya mahir dalam urusan ‘ubudiyyah namun
sering pula diminta kehadirannya menyelesaikan kesulitan yang menimpa
masyarakat.
Namun pada perkembangannya, pesantren juga dihadapkan pada kemajuan
teknologi yang terus berkembang seiring zaman. Informasi yang cepat dan
terkoneksi dengan dunia maya tidak dapat dibendung, perubahan pola pikir
masyarakat juga mengalami pergeseran. Pergeseran tersebut memunculkan stigma
masyarakat dalam pesantren untuk dapat menyesuaikan dengan perubahan sosial di
lingkungan masyarakat.
2
Rahman, M. (2018). Multikulturalisasi Pendidikan Islam Sejak Dini di Era Digital. Fikrotuna, 7(1), p. 818-
833.
3
Miftachul Ulum (2018), Pendampingan Pemahaman Kitab Kuning Durratun Nas}ihin Dalam Pembentukan
Karakter Santri Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan, Annual Conference on Community
Engagement, vol. 2, p. 617–26.
4
Ahmad Damanhuri (2013). Inovasi Pengelolaan Pesantren Dalam Menghadapi Persaingan Di Era
Globalisasi, Ta’dibuna 2, no. 1, p. 225–279.
5
Munifah, M. (2019). Antara Tradisi dan Modernitas: Metamorfosis Pesantren di Era Digital. Prosiding
Nasional, 2, p. 1-24
6
Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: Rineke Cipta, p. 64
44 Roikhatul Janah, Moh. Fahmi Arofi, Okky Setyawan & Mufidatul Faricha
penelitian ini adalah berbagai jurnal yang mendukung terkait dunia Pendidikan
Pesantren, Digitalisasi Pendidikan dan pemikiran terkait tantangan di Era Digital.
Uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan uji kredibilitas data yang
dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi dan
diskusi. Sedangkan analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis
konteks, yaitu yaitu suatu usaha untuk mengumpulkan dan menyusun data, kemudian
diusahakan pula dengan analisa dan interpretasi atau penafsiran terhadap data-data
tersebut.7
C. PEMBAHASAN
1. Hakikat dan Urgensi Digitalisasi Pendidikan Pesantren
Teknologi yang berkembang secara tidak langsung telah melahirkan
dehumanisasi dalam kehidupan sosial,8 salah satunya adalah pendidikan pesantren.
Pendidikan berkembang pesat dengan berbagai model dan desain yang semakin
canggih, teknologi pun menjadi sarana dalam proses berkembangnya pendidikan.
Pesantren pun menjadi lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami,
mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan
pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.9
Abrurrahman Wahid, mengemukakan bahwa pondok pesantren adalah
komplek dengan lokasi yang umumnya terpisah dari kehidupan sekitarnya. Dalam
komplek itu terdiri beberapa buah bangunan: rumah pengasuh, sebuah surau atau
masjid, dan asrama tempat tinggal santri.10 Kemudian pondok pesantren identik
dengan pendidikan yang klasik dan kuno, yang mana pada dasarnya sistem
pembelajaran dalam pondok pesantren terbagi menjadi tiga jenis yakni salafiyah
(klasik), khalafiyah (modern), dan komprehensif (gabungan dari pondok pesantren
klasik dan modern). Selanjutnya terdapat pergeseran memunculkan stigma dalam
pesantren untuk dapat menyesuaikan dengan perubahan sosial di masyarakat.
Pesantren terus mengalami perubahan bentuk dalam mengadopsi perkembangan
teknologi namun tetap tidak merubah kultur sebelumnya. Munculnya pesantren-
pesantren modern merupakan bagian dari bagaimana mengadopsi perubahan
teknologi saat ini.
Mengenai hal ini pendidikan pesantren tidak boleh tertinggal dengan masifnya
teknologi informasi, karena dengan adanya teknologi digitalisasi, potensi dari
pesantren akan terbantu. Disisi lain tujuan digitalisasi pendidikan pesantren adalah
untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa pendidikan itu penting demi mencetak
generasi yang unggul dan berinovasi khususnya di bidang agama. Konsep digitalisasi
yang sedang terjadi di berbagai sektor kehidupan dan memasuki revolusi industri 4.0
7
Suharsimi, Prosedur Penelitian:, … p. 74
8
Hasmiza Hasmiza and Ali Muhtarom, “Kiai Dan Pengembangan Kurikulum Pesantren Di Era Digitalisasi,”
Arfannur 3, no. 3 (2023): 137–50, https://doi.org/10.24260/arfannur.v3i3.1049.
9
Mohammad Akmal Haris, “URGENSI DIGITALISASI PENDIDIKAN PESANTREN DI ERA SOCIETY
5.0 (Peluang Dan Tantangannya Di Pondok Pesantren Al-Amin Indramayu),” Islamic Management: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam 6, no. 01 (2023): 49–64
10Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi: Esai-esai Pesantren(Yogyakarta: LKiS, 2001), p. 3
11
Tulaihah Ning Safitri, Potensi Santri Dalam Transformasi Digital Literacy Memasuki Era Revolusi Industri
4.0 Di Pondok Pesantren Modern, Jurnal Mozaic Islam Nusantara., Vol. 6 No. 2 Oktober 2020, 196
12
Nona Heryana, Umkm Dalam Digitalisasi Nasiomal (Batam, Yayasan Cendekia Mulia Mandiri, 2023), p. 9
13
M Rizky Astari et al., “Workshop PentingnyaWawasan Digital Bagi Santri Pondok Pesantren Santi Aji” 6,
no. 1 (2022): 21–26, https://doi.org/10.14421/jbs.3375.
14
Hasmiza Hasmiza and Ali Muhtarom, “Kiai Dan Pengembangan Kurikulum Pesantren……, p. 138.
15
Miftachul Ulum and Abdul Mun’im, “DIGITALISASI PENDIDIKAN PESANTREN ( Paradigma Dan
Tantangan Dalam Menjaga Kultur Pesantren ),” AnCoMS (Annual Conference for Muslim Scholars) 3
(2019): p. 669.
46 Roikhatul Janah, Moh. Fahmi Arofi, Okky Setyawan & Mufidatul Faricha
masyarakat Pendidikan pesantren hanya menfokuskan pada ilmu agama saja. Dalam
menghadapi era globalisasi dan informasi yang begitu cepat, pesantren sebagai
institusi pendidikan, keagamaan, dan sosial diharapkan melakukan kebijakan strategis
dengan melakukan pembaharuan-pembaharuan adaptif terhadap kebutuhan
masyarakat Millennial terutama aspek pendidikan tanpa harus mengorbankan watak
aslinya sebagai penjaga tradisi dan budaya pendidikan Islam yang khas Indonesia.16
Ahmad Fauzi mengemukakan bahwa tantangan pendidikan pesantren adalah
kompleks sekali, hal ini sejalan dengan dinamisasi dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Beberapa pendidikan pesantren perlu membuat
perubahan dari pembelajaran model konvensional menuju pembelajaran berbasis
teknologi informasi (e-learning).17 Pesantren yang berkembang adalah pesantren yang
bertahan namun menerima perubahan dan perkembangan. Digitalisasi yang terjadi
saat ini menyebabkan ketersediaan berbagai jenis informasi sehingga idealnya
kurikulum pesantren harus terus didorong agar kontekstual dengan kebutuhan
zaman.18
Pesantren memiliki peran yang sangat kritis dalam upaya mencerdaskan masa
depan bangsa sebagai sub-sistem dari sistem pendidikan nasional.19 Namun saat ini
pesantren dihadapkan pada tantangan yang tidak dapat dihindari dengan pesatnya
perkembangan teknologi. Pesantren harus mampu menghadapi baik dari bagaimana
mengikuti perkembangan teknologi serta tetap mempertahankan kultur pesantren
yang telah teruji dalam perjalanan pesantren. Ahmad Damanhuri mengatakan bahwa
peran pesantren perlu ditingkatkan karena tuntutan globalisasi tidak mungkin
dihindari. Maka salah satu langkah bijak, kalau tidak mau kalah dalam persaingan,
adalah mempersiapkan pesantren agar mampu menjawab tantangan zaman.
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan bukan berarti merubah
karakteristik asli (culture) dari tujuan pendidikan di pesantren tetapi tetap konsisten
dengan hakikat sejati berdirinya pondok pesantren, hal ini senada dengan filosofi
pesantren al-Muhafazatu ‘ala alQodimi al-Salih Wa al-Akhdhu bi al-Jadid al-Aslah
yaitu Berpijak pada kaidah kuno yang baik tapi tetap menerima perubahan yang lebih
bermanfaat.20 Pesantren harus senantiasa bertekad dalam mengadaptasi diri terhadap
perkembangan zaman yang menghendaki untuk meninggalkan model lama yang
menganut sistem tradisional. Namun disisi lain, pesantren diharapkan untuk menjaga
budaya luhur bangsa yang identik dengan perilaku religius agar tidak terpengaruh
oleh budaya luar.21
Pesantren yang mempertahankan sistem pembelajaran tradisional tanpa
menggabungkan ilmu sains dan IPTEK yang berkembang, bisa jadi pesantren tersebut
tidak akan mampu bersaing dalam menghadapi setiap tantangan arus informasi dan
16
A Syafi’ and Ainun Najib, “Strategi Pembelajaran Lembaga Pendidikan Pesantren Dalam Mengahadapi
Era Digitalisasi (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Minhajut Thullab Jombang),” SUMBULA Jurnal Studi
Keagamaan, Sosial Dan Budaya 7, no. 2 (2022): p. 316.
17
Ulum and Mun’im, “DIGITALISASI PENDIDIKAN PESANTREN….., p. 665.
18
Hasmiza and Muhtarom, “Kiai Dan Pengembangan Kurikulum Pesantren……, p. 145.
19
A Oktaria et al., “Peran Pesantren Dalam Era Digital,” … Jurnal Pendidikan … 4, no. 3 (2022): p. 433,
https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/scaffolding/article/view/2108.
20
Ulum and Mun’im, “DIGITALISASI PENDIDIKAN PESANTREN….., p. 665.
21
Hasmiza and Muhtarom, “Kiai Dan Pengembangan Kurikulum Pesantren……, p. 145.
22
Mohammad Akmal Haris, “URGENSI DIGITALISASI PENDIDIKAN PESANTREN DI ERA SOCIETY 5.0
(Peluang Dan Tantangannya Di Pondok Pesantren Al-Amin Indramayu),” Islamic Management: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam 6, no. 01 (2023): p. 58, https://doi.org/10.30868/im.v4i02.3616.
23
Ulum and Mun’im, “DIGITALISASI ., pp. 667-668.
24
Oktaria et al., “Peran Pesantren……, p. 434.
25
A Lundeto, “Digitalisasi Pesantren: Hilangnya Budaya Tradisionalis Atau Sebuah Kemajuan?,” Jurnal
Education and Development 9, no. 3 (2021): p. 453, http://journal.ipts.ac.id/index.php/ED/article/view/2882.
26
Izza Laila Lutfiyati, “Strategi Pembelajaran Pondok Pesantren Dalam Menghadapi Tantangan Era
Globalisasi,” Skripsi 21, no. 2 (2018): p. 264.
27
Hasmiza and Muhtarom, “Kiai Dan Pengembangan Kurikulum Pesantren……, p. 138.
28
Ulum and Mun’im, “DIGITALISASI PENDIDIKAN PESANTREN……, p. 669.
48 Roikhatul Janah, Moh. Fahmi Arofi, Okky Setyawan & Mufidatul Faricha
signifikan dalam menghadapi era digital. Gagasan baru menghadapi digitalisasi di
beberapa pondok pesantren yang secara khusus memiliki akar tradisional yang kuat,
telah memberikan perubahan besar dalam beberapa dekade terakhir. Dulu pesantren
ini dikenal dengan metode pembelajaran yang tradisional dengan penekanan hafalan
kitab-kitab beserta pendalaman nilai-nilai agama. Namun dengan masuknya era
digital, pesantren ini telah bertranformasi menjadi lembaga yang memanfaatkan
teknologi untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan menjawab tantangan zaman.
Proses gagasan baru di pendidikan pesantren ini melibatkan pengenalan perangkat
digital, akses internet, pengembangan konten digital dan penyesuaian kurikulum
dengan perkembangan teknologi.29
Proses ini juga melibatkan pelatihan keterampilan digital bagi santri, namun
tidak mengurangi pembelajaran pendidikan pesantren pada umumnya. Pendidikan di
era digital tidak hanya penguasaan perangkat keras dan perangkat lunak namun
keterampilan komunikasi dan kolaborasi online. Santri dapat menerima pelatihan
dalam penggunaan komputer, pemrograman dasar, pengelolaan data, pengelolaan live
streaming hingga keamanan siber. Keterampilan ini akan membantu santri dalam
beradaptasi dengan teknologi yang terus berkembang dan membuka peluang dakwah
besaerta karir di bidang teknologi informasi.
Santri dapat mengakses materi pembelajaran, tugas dan melakukan pemanfaatan
media dakwah dengan adanya pelatihan tersebut. Hal ini memberikan fleksibilitas
yang lebih besar dalam proses pembelajaran dan memungkinkan santri untuk
memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang agama dan
dunia. Selain itu, perubahan pendidikan pesantren juga mencangkup penyesuaian
kurikulum dengan perkembangan teknologi. Kurikulum yang dulu mungkin hanya
mencangkup hafalan kitab-kitab klasik dan ilmu agama tradisional, kini diperbaharui
untuk mencangkup aspek ilmu teknologi dan keterampilan di era digital. Mata
pelajaran seperti pemrograman, desain grafis, multimedia, atau literasi digital dapat
ditambahkan kurikulum pesantren.
Dengan demikian, santri akan memiliki pemahaman yang lebih luas tentang
teknologi dan dapat mengaplikasikannya dalam konteks agama dan kehidupan sehari-
hari. Proses perubahan dari yang klasik hingga ke modern di pondok pesantren
tidaklah mudah. Tantangan seperti keterbatasan infrastruktur teknologi dan
penyesuaian kebijakan pendidikan. Namun dengan semangat inovasi dan kerjasama
antara guru, santri, dan pemerintah prubahan ini agar dapat terwujud. Melalui
perubahan yang secara perlahan-lahan ini pendidikan pesantren dapat memperluas
aksesibilitas pendidikan, meningkatkan kualitas belajar, dan menyuplai para santri
dengan keterampilan yang relevan dengan perkembangan teknologi. Proses ini
membuka peluang baru bagi para santri dalam mengembangkan diri, beserta
mempersiapkan mereka menghadapi tantangan global yang semakin marak di era
digital.30
29
Muttaqin, M., & Yulianto, M. (2020). Perubahan Sosial Pesantren: Dari Tradisional ke Modern. Jurnal
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
30
Zabidi, Mohammad Naufal. "Keefektifan upaya meningkatkan literasi digital pada pesantren rakyat di Al-
Amin Sumber Pucung Malang." Jurnal Pendidikan Indonesia 2.1 (2021)