You are on page 1of 11

40 Roikhatul Janah, Moh.

Fahmi Arofi, Okky Setyawan & Mufidatul Faricha

RABBAYANI
Jurnal Pendidikan dan Peradaban Islami
Jurnal STAI Ma’had Aly Al-Hikam Malang, Volume 1, Nomor 1, 2023

URGENSI DAN TANTANGAN DIGITALISASI PENDIDIKAN PESANTREN DI


ERA DIGITAL

The Urgency and Challenges of Digitalizing Pesantren Education In


The Digital Era

Roikhatul Janah
Pascasarjana STAI Ma’had Aly Al- Hikam Malang
ikaroikha17@gmail.com

Moh. Fahmi Arofi


Pascasarjana STAI Ma’had Aly Al- Hikam Malang
fahmi.arofi23@gmail.com

Okky Setyawan
Pascasarjana STAI Ma’had Aly Al- Hikam Malang
nawaytesoq1010@gmail.com

Mufidatul Faricha
Pascasarjana STAI Ma’had Aly Al- Hikam Malang
mufidatulfaricha@gmail.com

Abstrak
Islamic educational institutions are faced with increasing challenges in the
digital era, including Islamic boarding schools. Islamic boarding schools are
required to be able to realize pesantren education that remains a necessity
and relevant to people's lives. Generations in this era interact a lot and
depend on the internet. According to Kartadinata, the number of this
generation in Indonesia reaches sixty-nine percent. This shows that society in
this era cannot be separated from cyberspace. This study aims to describe the
urgency and challenges of digitizing pesantren education in the digital era.
This research uses a type of literature research based on a descriptive
qualitative approach, a type of literature research with data collection
techniques through documentation and content analysis techniques. The
results of this study show that: digitization is the process of transferring the
form and physical and content of information from archives without making
changes, subtractions or additions. In facing the era of digitalization of
RABBAYANI, Vol. 1, No. 1, 2023
pesantren as educational institutions, it is expected to provide strategic
policies by making updates by adopting technological developments without
having to change the culture of pesantren. Digitalization of pesantren
education is an urgent thing to be implemented in order to maintain the
existence of pesantren education and prepare a generation that has quality
and competitiveness. The challenge of digitizing pesantren education is to be
able to balance the development of the digital world while maintaining the
characteristics of pesantren.
Lembaga pendidikan Islam dihadapkan pada tantangan yang semakin besar di era
digital termasuk di dalamnya pondok pesantren. Pondok pesantren dituntut
untuk dapat mewujudkan pendidikan pesantren yang tetap menjadi kebutuhan
dan relevan dengan kehidupan masyarakat. Generasi di era ini banyak
melakukan interaksi dan tergantung dengan internet. Menurut Kartadinata
jumlah generasi ini di Indonesia mencapai enam puluh sembilan persen. Hal
ini menunjukkan bahwasannya masyarakat di era ini tidak dapat terlepas dari
dunia maya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan urgensi dan
tantangan digitalisasi pendidikan pesantren di era digital. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kepustakaan berdasarkan pendekatan kualitatif
deskriptif, jenis penelitian kepustakaan dengan teknik pengumpulan data melalui
dokumentasi dan teknik analisis isi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
digitalisasi adalah proses pemindahan bentuk maupun fisik dan isi informasi
dari arsip tanpa melakukan perubahan, pengurangan ataupun penambahan. Dalam
menghadapi era digitalisasi pesantren sebagai institusi pendidikan diharapkan
memberikan kebijakan strategis dengan melakukan pembaharuan-
pembaharuan dengan mengadopsi perkembangan teknologi tanpa harus
merubah kultur pesantren. Digitalisasi pendidikan pesantren menjadi hal yang
urgen untuk diterapkan demi menjaga eksistensi pendidikan pesantren dan
mempersiapkan generasi yang memiliki kualitas dan daya saing. Tantangan
digitalisasi pendidikan pesantren adalah harus mampu menyeimbangkan
antara perkembangan dunia digital dengan tetap mempertahankan
karakteristik pesantren.
Kata Kunci: Digitalisasi, Pendidikan Pesantren, Era Digital

A. PENDAHULUAN

Era digital yang merupakan dampak dari kemajuan teknologi dan informasi
telah merambah di setiap segi kehidupan masyarakat, termasuk dalam sektor
pendidikan. 1 Hal ini karena pendidikan adalah sektor pembentuk Sumber Daya
Manusia (SDM) bagi sektor-sektor lain dalam kehidupan. Perkembangan teknologi
modern disertai arus globalisasi yang terus berlangsung dengan cepat ini melahirkan
sebuah era digital.
Era digital dewasa kini memiliki dampak positif dan negatif dalam dunia
pendidikan terutama yang berkaitan dengan pembelajaran Pesantren dan Agama

1
Alfinnas, S. (2018). Arah Baru Pendidikan Islam di Era Digital. Fikrotuna, 7(1), p. 803-817.
42 Roikhatul Janah, Moh. Fahmi Arofi, Okky Setyawan & Mufidatul Faricha
Islam. Jika dulu percakapan akrab dan egaliter antara peserta didik dengan guru
terasa tabu, maka hari ini justru hal itu merupakan sebuah keharusan. Bahkan,
interaksi seperti itu justru menjadi indikasi keberhasilan proses pendidikan.
Perubahan lainnya dapat terlihat dari pendekatan pembelajaran, pada era pesantren
konvensional, pengajar menjadi figur sentral dalam kegiatan pembelajaran.
Sedangkan peran guru saat ini telah mengalami pergeseran, yakni sebagai fasilitator
bagi peserta didik. Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru (teacher centered),
namun lebih berpusat pada peserta didik (student centered).2
Pendidikan Pesantren dan perkembangan era digital haruslah seimbang dalam
artian Pendidikan Pesantren harus mampu menyesuaikan dan mengikuti arus
teknologi agar tidak tertinggal dengan pendidikan lainnya. Hal ini berguna untuk
menghasilkan para penuntut ilmu agama yang berkompeten dan berkualitas.
Permasalahan yang perlu kita catat adalah apakah kita siap dan mampu mengikuti
serta menggunakan segala kemudahan ini sebagai media dalam pendidikan?
tentunya diperlukan figur pendidik dan segenap sumber daya yang mampu
menguasai teknologi saat ini disamping menguasai ilmu-ilmu agama, agar terjadi
sinkronisasi antara Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan Ilmu
Pengetahuan Agama dalam sebuah proses pembelajaran yang juga menghasilkan
Iman dan Taqwa (IMTAQ).
Padahal jika kita telaah, pemerintah sendiri pun telah mengakui kiprah
pesantren dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan pembentukan karakter
bangsa dengan dilahirkannya Undang Undang Pesantren yang telah disahkan oleh
DPR RI. Pesantren sampai saat ini telah memberikan manfaat yang luar biasa
terhadap perjalanan Republik Indonesia, sehingga tidak diragukan lagi jasa yang
diberikan pesantren terhadap bangsa ini.
Eksistensi dan identitas yang sangat menarik dari pesantren sampai saat ini
adalah proses pembelajaran yang ditekstualkan pada kitab klasik (Salafiyyah) yang
secara populer disebut kitab kuning (Al-Kutub As-Shafra’).3 Selain itu, pesantren
sangat identik dengan kharisma kyai dan dukungan santri di tengah kehidupan
masyarakat. Kehidupan kyai dan santri yang demikian besar membuat pesantren
berfungsi multidimensi. Kiai tidak hanya mahir dalam urusan ‘ubudiyyah namun
sering pula diminta kehadirannya menyelesaikan kesulitan yang menimpa
masyarakat.
Namun pada perkembangannya, pesantren juga dihadapkan pada kemajuan
teknologi yang terus berkembang seiring zaman. Informasi yang cepat dan
terkoneksi dengan dunia maya tidak dapat dibendung, perubahan pola pikir
masyarakat juga mengalami pergeseran. Pergeseran tersebut memunculkan stigma
masyarakat dalam pesantren untuk dapat menyesuaikan dengan perubahan sosial di
lingkungan masyarakat.

2
Rahman, M. (2018). Multikulturalisasi Pendidikan Islam Sejak Dini di Era Digital. Fikrotuna, 7(1), p. 818-
833.
3
Miftachul Ulum (2018), Pendampingan Pemahaman Kitab Kuning Durratun Nas}ihin Dalam Pembentukan
Karakter Santri Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan, Annual Conference on Community
Engagement, vol. 2, p. 617–26.

RABBAYANI, Vol. 1, No. 1, 2023


Pesantren harus mampu mengikuti perkembangan teknologi serta tetap
mempertahankan kultur pesantren yang telah teruji dalam perjalanan pesantren.
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan harus disertai dengan upaya
melestarikan identitas dan karakteristik dari tujuan pendidikan pesantren, hal ini
senada dengan kaidah “al-Muhafazatu ‘ala alQodimi al-Salih Wa al-Akhdhu bi al-
Jadid al-Aslah.”4 Pesantren dituntut untuk mengalami perubahan dalam mengadopsi
perkembangan teknologi namun tetap tidak merubah fungsi pesantren sebagai
landasan moral-spiritual yang membentuk sisi religius masyarakat.
Gagasan eksklusif dan kuno yang membuat umat Islam terpisah dari
komunitas lain di tengah permasalahan masyarakat global harus diganti dengan
pemikiran inklusif yang dapat membawa umat Islam kembali mengendalikan zaman.
Out-put pendidikan pesantren dalam hal ini mendapati berbagai ujian sesungguhnya
untuk bertahan di era digitalisasi.
Oleh karena itu, wacana konvergensi sistem pendidikan pesantren yang
dikotomis terhadap ilmu umum mendesak untuk dirumuskan kembali. Pendidikan
pesantren di Indonesia banyak yang masih eksis dan sesuai dengan budaya lokal,
namun secara umum kelemahannya adalah kurangnya melihat pengetahuan global
di masa depan. Pada akhirnya, pesantren lebih sering disebut-sebut di luar
pendidikan formal yang acapkali terpinggirkan.
Meski apresiasi terhadapnya belum tentu baik, pernyataan ini bisa menjadi
“refleksi” bahwa pesantren menghadapi masa penting dan kritis untuk dibangkitkan
dalam menjawab tuntutan zaman dengan beradaptsi dan mengintegrasikan
kemampuan secara kultural. Pesantren yang dinilai sebagai basis religiusitas dan
moral masyarakat harus berintegrasi dengan pendidikan modern di era digital
sebagai basis manajerial. 5 Selain itu, hal ini akan semakin menunjukkan ajaran
Islam sebagai suatu agama yang tidak kaku dan fleksibel mengikuti arah
perkembangan zaman dalam segala aspek kehidupan, terutama pendidikan.
B. METODE
Metode penelitian dalam artikel ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian pustaka
(Library Research). Penelitian pustaka adalah penelitian yang berorientasi pada buku-
buku, artikel, makalah, jurnal, dan bahan pustaka lainnya.6 Hasil pembacaan pustaka
pada lembaga pendidikan Islam dan Filsafat Pendidikan kemudian dianalisis mendalam
demi mendapat kesimpulan utuh dan komprehensif.
Pengumpulan data pada penelitian ini meliputi dokumentasi dengan melakukan
penelusuran melalui catatan, buku, jurnal, dan majalah terkait dengan tema Pendidikan di
Pesantren, Digitalisasi dalam Pendidikan dan Era Digital. Sumber data primer pada
penelitian ini adalah karya-karya dan pemikiran para cendekiawan muslim Indonesia
seperti Nurcholish Madjid, Abdurrahman Wahid, Emha Ainun Najib hingga Azyumardi
Azra terkait Digitalisasi Pendidikan Islam. Sedangkan sumber data sekunder pada

4
Ahmad Damanhuri (2013). Inovasi Pengelolaan Pesantren Dalam Menghadapi Persaingan Di Era
Globalisasi, Ta’dibuna 2, no. 1, p. 225–279.
5
Munifah, M. (2019). Antara Tradisi dan Modernitas: Metamorfosis Pesantren di Era Digital. Prosiding
Nasional, 2, p. 1-24
6
Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: Rineke Cipta, p. 64
44 Roikhatul Janah, Moh. Fahmi Arofi, Okky Setyawan & Mufidatul Faricha
penelitian ini adalah berbagai jurnal yang mendukung terkait dunia Pendidikan
Pesantren, Digitalisasi Pendidikan dan pemikiran terkait tantangan di Era Digital.
Uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan uji kredibilitas data yang
dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi dan
diskusi. Sedangkan analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis
konteks, yaitu yaitu suatu usaha untuk mengumpulkan dan menyusun data, kemudian
diusahakan pula dengan analisa dan interpretasi atau penafsiran terhadap data-data
tersebut.7
C. PEMBAHASAN
1. Hakikat dan Urgensi Digitalisasi Pendidikan Pesantren
Teknologi yang berkembang secara tidak langsung telah melahirkan
dehumanisasi dalam kehidupan sosial,8 salah satunya adalah pendidikan pesantren.
Pendidikan berkembang pesat dengan berbagai model dan desain yang semakin
canggih, teknologi pun menjadi sarana dalam proses berkembangnya pendidikan.
Pesantren pun menjadi lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami,
mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan
pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.9
Abrurrahman Wahid, mengemukakan bahwa pondok pesantren adalah
komplek dengan lokasi yang umumnya terpisah dari kehidupan sekitarnya. Dalam
komplek itu terdiri beberapa buah bangunan: rumah pengasuh, sebuah surau atau
masjid, dan asrama tempat tinggal santri.10 Kemudian pondok pesantren identik
dengan pendidikan yang klasik dan kuno, yang mana pada dasarnya sistem
pembelajaran dalam pondok pesantren terbagi menjadi tiga jenis yakni salafiyah
(klasik), khalafiyah (modern), dan komprehensif (gabungan dari pondok pesantren
klasik dan modern). Selanjutnya terdapat pergeseran memunculkan stigma dalam
pesantren untuk dapat menyesuaikan dengan perubahan sosial di masyarakat.
Pesantren terus mengalami perubahan bentuk dalam mengadopsi perkembangan
teknologi namun tetap tidak merubah kultur sebelumnya. Munculnya pesantren-
pesantren modern merupakan bagian dari bagaimana mengadopsi perubahan
teknologi saat ini.
Mengenai hal ini pendidikan pesantren tidak boleh tertinggal dengan masifnya
teknologi informasi, karena dengan adanya teknologi digitalisasi, potensi dari
pesantren akan terbantu. Disisi lain tujuan digitalisasi pendidikan pesantren adalah
untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa pendidikan itu penting demi mencetak
generasi yang unggul dan berinovasi khususnya di bidang agama. Konsep digitalisasi
yang sedang terjadi di berbagai sektor kehidupan dan memasuki revolusi industri 4.0

7
Suharsimi, Prosedur Penelitian:, … p. 74
8
Hasmiza Hasmiza and Ali Muhtarom, “Kiai Dan Pengembangan Kurikulum Pesantren Di Era Digitalisasi,”
Arfannur 3, no. 3 (2023): 137–50, https://doi.org/10.24260/arfannur.v3i3.1049.
9
Mohammad Akmal Haris, “URGENSI DIGITALISASI PENDIDIKAN PESANTREN DI ERA SOCIETY
5.0 (Peluang Dan Tantangannya Di Pondok Pesantren Al-Amin Indramayu),” Islamic Management: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam 6, no. 01 (2023): 49–64
10Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi: Esai-esai Pesantren(Yogyakarta: LKiS, 2001), p. 3

RABBAYANI, Vol. 1, No. 1, 2023


membuat dilema bagi pesantren yang berlatar belakang paham agama, ahli bahasa
dan penghafal Qur’an terhadap jaminan masa depan. Keadaan ini yang
mengkhawatirkan akan melahirkan sumber daya manusia yang gagap teknologi dan
tak mampu menyerap konsep Digital Literacy melalui tranformasi dari pendidikan
tradisional.11
Digitalisasi sendiri adalah suatu proses konversi dari teknologi analog ke
teknologi digital, atau penggunaan teknologi dan data digital untuk meningkatkan
kinerja, efisiensi, dan nilai dari suatu aktivitas, atau fungsi. 12 Dengan adanya
digitalisasi pada pendidikan pesantren akan medorong kreatifitas santri dalam
menghadapi tantangan dunia yang notabennya serba digital. Tidak hanya itu saja,
digitalisasi akan mempermudah akses santri dalam mengembangan potensi yang
dimiliki.
Digitalisasi pada pendidikan pesantren akan memberikan kemudahan ketika
sinkronisasi data pada manajemen pusat, baik data santri, asatidz, maupun data
kelembagaan pesantren itu sendiri. Literasi digital pun mentransformasikan model
pendidikan pesantren dan memberikan arah baru bagi santri untuk memiliki akses
informasi yang bebas baik berupa berita, ebook, jurnal ataupun video tutorial yang
beredar luas di luar dinding pesantren.13 Namun dengan kemampuan santri dalam
penggunaan digital, hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi pengelola pesantren
untuk mampu memanfaatkan teknologi sebagai media yang dapat menghasilkan
sesuatu yang baik dan bermanfaat, yang tentunya tidak menghilangkan ciri khas yang
ada pada santri yang menjunjung tinggi nilai keagaamaan yang ada pada pesantren.
2. Tantangan Digitalisasi Pendidikan Pesantren di Era Digital
Era digitalisasi merupakan tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan Islam.
Selain itu perkembangan yang tidak diikuti oleh kesiapan individu dan kelompok
manusianya akan mengakibatkan pergeseran tatanan nilai budaya dan agama. 14
Jumlah generasi digital Indonesia yang suka berinteraksi di internet mencapai 54
persen. Mereka akan merasa ada yang kurang tanpa media sosial dan perangkatdigital.
Generasi yang mengalami hal seperti ini di Indonesia mencapai 69 persen. Fenomena
ini menunjukkan bahwa masyarakat saat ini tidak dapat dilepaskan dari dunia maya.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan trandisional yang sampai saat ini tetap
eksis dan mandiri. Eksistensi akan pesantren terletak pada kesiapan bagaimana
pesantren dalam menyiapkan diri untuk ikut serta dalam pembangunan di bidang
pendidikan dan sejalan dengan perubahan perkembangan teknologi saat ini.15
Adapun yang menjadi tantangan bagi pesantren ialah peningkatan kualitas
pendidikan dalam menghadapi berbagai problematika perkembangan zaman.
Pesantren dianggap sudah tidak mampu menghadapi sains dan IPTEK. Pandangan

11
Tulaihah Ning Safitri, Potensi Santri Dalam Transformasi Digital Literacy Memasuki Era Revolusi Industri
4.0 Di Pondok Pesantren Modern, Jurnal Mozaic Islam Nusantara., Vol. 6 No. 2 Oktober 2020, 196
12
Nona Heryana, Umkm Dalam Digitalisasi Nasiomal (Batam, Yayasan Cendekia Mulia Mandiri, 2023), p. 9
13
M Rizky Astari et al., “Workshop PentingnyaWawasan Digital Bagi Santri Pondok Pesantren Santi Aji” 6,
no. 1 (2022): 21–26, https://doi.org/10.14421/jbs.3375.
14
Hasmiza Hasmiza and Ali Muhtarom, “Kiai Dan Pengembangan Kurikulum Pesantren……, p. 138.
15
Miftachul Ulum and Abdul Mun’im, “DIGITALISASI PENDIDIKAN PESANTREN ( Paradigma Dan
Tantangan Dalam Menjaga Kultur Pesantren ),” AnCoMS (Annual Conference for Muslim Scholars) 3
(2019): p. 669.
46 Roikhatul Janah, Moh. Fahmi Arofi, Okky Setyawan & Mufidatul Faricha
masyarakat Pendidikan pesantren hanya menfokuskan pada ilmu agama saja. Dalam
menghadapi era globalisasi dan informasi yang begitu cepat, pesantren sebagai
institusi pendidikan, keagamaan, dan sosial diharapkan melakukan kebijakan strategis
dengan melakukan pembaharuan-pembaharuan adaptif terhadap kebutuhan
masyarakat Millennial terutama aspek pendidikan tanpa harus mengorbankan watak
aslinya sebagai penjaga tradisi dan budaya pendidikan Islam yang khas Indonesia.16
Ahmad Fauzi mengemukakan bahwa tantangan pendidikan pesantren adalah
kompleks sekali, hal ini sejalan dengan dinamisasi dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Beberapa pendidikan pesantren perlu membuat
perubahan dari pembelajaran model konvensional menuju pembelajaran berbasis
teknologi informasi (e-learning).17 Pesantren yang berkembang adalah pesantren yang
bertahan namun menerima perubahan dan perkembangan. Digitalisasi yang terjadi
saat ini menyebabkan ketersediaan berbagai jenis informasi sehingga idealnya
kurikulum pesantren harus terus didorong agar kontekstual dengan kebutuhan
zaman.18
Pesantren memiliki peran yang sangat kritis dalam upaya mencerdaskan masa
depan bangsa sebagai sub-sistem dari sistem pendidikan nasional.19 Namun saat ini
pesantren dihadapkan pada tantangan yang tidak dapat dihindari dengan pesatnya
perkembangan teknologi. Pesantren harus mampu menghadapi baik dari bagaimana
mengikuti perkembangan teknologi serta tetap mempertahankan kultur pesantren
yang telah teruji dalam perjalanan pesantren. Ahmad Damanhuri mengatakan bahwa
peran pesantren perlu ditingkatkan karena tuntutan globalisasi tidak mungkin
dihindari. Maka salah satu langkah bijak, kalau tidak mau kalah dalam persaingan,
adalah mempersiapkan pesantren agar mampu menjawab tantangan zaman.
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan bukan berarti merubah
karakteristik asli (culture) dari tujuan pendidikan di pesantren tetapi tetap konsisten
dengan hakikat sejati berdirinya pondok pesantren, hal ini senada dengan filosofi
pesantren al-Muhafazatu ‘ala alQodimi al-Salih Wa al-Akhdhu bi al-Jadid al-Aslah
yaitu Berpijak pada kaidah kuno yang baik tapi tetap menerima perubahan yang lebih
bermanfaat.20 Pesantren harus senantiasa bertekad dalam mengadaptasi diri terhadap
perkembangan zaman yang menghendaki untuk meninggalkan model lama yang
menganut sistem tradisional. Namun disisi lain, pesantren diharapkan untuk menjaga
budaya luhur bangsa yang identik dengan perilaku religius agar tidak terpengaruh
oleh budaya luar.21
Pesantren yang mempertahankan sistem pembelajaran tradisional tanpa
menggabungkan ilmu sains dan IPTEK yang berkembang, bisa jadi pesantren tersebut
tidak akan mampu bersaing dalam menghadapi setiap tantangan arus informasi dan

16
A Syafi’ and Ainun Najib, “Strategi Pembelajaran Lembaga Pendidikan Pesantren Dalam Mengahadapi
Era Digitalisasi (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Minhajut Thullab Jombang),” SUMBULA Jurnal Studi
Keagamaan, Sosial Dan Budaya 7, no. 2 (2022): p. 316.
17
Ulum and Mun’im, “DIGITALISASI PENDIDIKAN PESANTREN….., p. 665.
18
Hasmiza and Muhtarom, “Kiai Dan Pengembangan Kurikulum Pesantren……, p. 145.
19
A Oktaria et al., “Peran Pesantren Dalam Era Digital,” … Jurnal Pendidikan … 4, no. 3 (2022): p. 433,
https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/scaffolding/article/view/2108.
20
Ulum and Mun’im, “DIGITALISASI PENDIDIKAN PESANTREN….., p. 665.
21
Hasmiza and Muhtarom, “Kiai Dan Pengembangan Kurikulum Pesantren……, p. 145.

RABBAYANI, Vol. 1, No. 1, 2023


teknologi. Tetapi sebaliknya apabila pesantren tersebut mampu menggabungkan
keduanya maka akan melahikan generasi yang berkarakter, cerdas dan siap
menghadapi setiap tantangan dunia dalam hal sains dan IPTEK.22 Pesantren harus
benar-benar mampu menyeimbangkan antara perkembangan dunia digital dengan
tetap mempertahankan tradisi pesantren yang telah menjadi suatu ikon pesantren.23
Jika pesantren mampu memadukan keduanya, maka akan tercipta generasi yang
berkarakter, beriman, cerdas, dan siap menghadapi segala tantangan ilmu
pengetahuan atau teknologi di era digital ini.24 Perubahan ini tampak pada perpaduan
akhlak, tradisi, dan budaya yang berkembang sehingga pendidikan menjadi
integratif.25
Tantangan lain yang dihadapi pesantren tersebut salah satunya adalah sarana
prasarana yang masih kurang memadai serta manajemen pendanaan yang lebih
bervariasi. Kehidupan pesantren yang penuh kesederhanaan memerlukan kesadaran
dalam melaksanakan pola hidup bersih dan sehat yang didorong oleh penyediaan
sarana dan prasarana yang layak dan memadai. Kemudian sarana-prasarana tersebut
akan dapat diperoleh dengan tunjangan dana yang memadai.26
Selain itu dalam menghadapi era digitalisasi, kiai memiliki tantangan tersendiri
yang harus disikapi dengan tepat. Diantara tantangan yang dihadapi adalah
menentukan kebijakan terhadap santri dalam penggunaan media digitalisasi. Hal ini
dikarenakan pembelajaran masa kini banyak melibatkan perangkat digital yang akrab
dengan internet. Karena kemajuan teknologi ini tidak hanya membawa dampak
positif, tetapi juga negatif yaitu dapat melahirkan degradasi moral berkepanjangan
melalui perubahan pandangan dan gaya hidup serta perilaku seseorang dalam hidup
bermasyarakat.
Keadaan ini menjadi perhatian khusus bagi kiai agar mampu merevisi kurikulum
yang ada agar eksistensi pesantren pada era digital masih menjadi kontrol sosial dan
mampu melahirkan santri-santri yang cerdas dan berkualitas. Dalam pengembangan
kurikulum diperlukan pembaruan sistem, tata kelola, kompetensi sumber daya
manusia, sarana dan prasarana, budaya, dan etos kerja agar pendidikan Islam tidak
mengalami ketertinggala.27 Pesantren tetap harus dapat menghindari atau mengurangi
dampak negatif yang ditimbulkan kemajuan teknologi.28
3. Gagasan Baru Menghadapi Digitalisasi Pendidikan Pesantren
Gagasan baru di pendidikan pesantren dalam menghadapi digitalisasi merujuk
untuk mengadaptasi pesantren tradisional ke dalam era digital. Proses perubahan dari
konservatif hingga ke modern di pendidikan pesantren merupakan perjalanan yang

22
Mohammad Akmal Haris, “URGENSI DIGITALISASI PENDIDIKAN PESANTREN DI ERA SOCIETY 5.0
(Peluang Dan Tantangannya Di Pondok Pesantren Al-Amin Indramayu),” Islamic Management: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam 6, no. 01 (2023): p. 58, https://doi.org/10.30868/im.v4i02.3616.
23
Ulum and Mun’im, “DIGITALISASI ., pp. 667-668.
24
Oktaria et al., “Peran Pesantren……, p. 434.
25
A Lundeto, “Digitalisasi Pesantren: Hilangnya Budaya Tradisionalis Atau Sebuah Kemajuan?,” Jurnal
Education and Development 9, no. 3 (2021): p. 453, http://journal.ipts.ac.id/index.php/ED/article/view/2882.
26
Izza Laila Lutfiyati, “Strategi Pembelajaran Pondok Pesantren Dalam Menghadapi Tantangan Era
Globalisasi,” Skripsi 21, no. 2 (2018): p. 264.
27
Hasmiza and Muhtarom, “Kiai Dan Pengembangan Kurikulum Pesantren……, p. 138.
28
Ulum and Mun’im, “DIGITALISASI PENDIDIKAN PESANTREN……, p. 669.
48 Roikhatul Janah, Moh. Fahmi Arofi, Okky Setyawan & Mufidatul Faricha
signifikan dalam menghadapi era digital. Gagasan baru menghadapi digitalisasi di
beberapa pondok pesantren yang secara khusus memiliki akar tradisional yang kuat,
telah memberikan perubahan besar dalam beberapa dekade terakhir. Dulu pesantren
ini dikenal dengan metode pembelajaran yang tradisional dengan penekanan hafalan
kitab-kitab beserta pendalaman nilai-nilai agama. Namun dengan masuknya era
digital, pesantren ini telah bertranformasi menjadi lembaga yang memanfaatkan
teknologi untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan menjawab tantangan zaman.
Proses gagasan baru di pendidikan pesantren ini melibatkan pengenalan perangkat
digital, akses internet, pengembangan konten digital dan penyesuaian kurikulum
dengan perkembangan teknologi.29
Proses ini juga melibatkan pelatihan keterampilan digital bagi santri, namun
tidak mengurangi pembelajaran pendidikan pesantren pada umumnya. Pendidikan di
era digital tidak hanya penguasaan perangkat keras dan perangkat lunak namun
keterampilan komunikasi dan kolaborasi online. Santri dapat menerima pelatihan
dalam penggunaan komputer, pemrograman dasar, pengelolaan data, pengelolaan live
streaming hingga keamanan siber. Keterampilan ini akan membantu santri dalam
beradaptasi dengan teknologi yang terus berkembang dan membuka peluang dakwah
besaerta karir di bidang teknologi informasi.
Santri dapat mengakses materi pembelajaran, tugas dan melakukan pemanfaatan
media dakwah dengan adanya pelatihan tersebut. Hal ini memberikan fleksibilitas
yang lebih besar dalam proses pembelajaran dan memungkinkan santri untuk
memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang agama dan
dunia. Selain itu, perubahan pendidikan pesantren juga mencangkup penyesuaian
kurikulum dengan perkembangan teknologi. Kurikulum yang dulu mungkin hanya
mencangkup hafalan kitab-kitab klasik dan ilmu agama tradisional, kini diperbaharui
untuk mencangkup aspek ilmu teknologi dan keterampilan di era digital. Mata
pelajaran seperti pemrograman, desain grafis, multimedia, atau literasi digital dapat
ditambahkan kurikulum pesantren.
Dengan demikian, santri akan memiliki pemahaman yang lebih luas tentang
teknologi dan dapat mengaplikasikannya dalam konteks agama dan kehidupan sehari-
hari. Proses perubahan dari yang klasik hingga ke modern di pondok pesantren
tidaklah mudah. Tantangan seperti keterbatasan infrastruktur teknologi dan
penyesuaian kebijakan pendidikan. Namun dengan semangat inovasi dan kerjasama
antara guru, santri, dan pemerintah prubahan ini agar dapat terwujud. Melalui
perubahan yang secara perlahan-lahan ini pendidikan pesantren dapat memperluas
aksesibilitas pendidikan, meningkatkan kualitas belajar, dan menyuplai para santri
dengan keterampilan yang relevan dengan perkembangan teknologi. Proses ini
membuka peluang baru bagi para santri dalam mengembangkan diri, beserta
mempersiapkan mereka menghadapi tantangan global yang semakin marak di era
digital.30

29
Muttaqin, M., & Yulianto, M. (2020). Perubahan Sosial Pesantren: Dari Tradisional ke Modern. Jurnal
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
30
Zabidi, Mohammad Naufal. "Keefektifan upaya meningkatkan literasi digital pada pesantren rakyat di Al-
Amin Sumber Pucung Malang." Jurnal Pendidikan Indonesia 2.1 (2021)

RABBAYANI, Vol. 1, No. 1, 2023


D. PENUTUP
Era digitalisasi menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan pesantren.
Teknologi yang berkembang secara tidak langsung telah melahirkan dehumanisasi
dalam segala aspek kehidupan sosial umat manusia, termasuk ranah pesantren.
Pesantren dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan digitalisasi tanpa
meninggalkan identitas diri sebagai penjaga sisi moral-religius masyarakat di tengah
modernitas global. Degradasi moral yang berkepanjangan seringkali disebut sebagai
salah satu dampak negatif penyalahgunaan adanya digitalisasi.
Maka dari itu, keterampilan santri dalam memanfaatkan perangkat dan aplikasi
digital ke arah yang positif harus dilakukan. Keterampilan santri dalam komunikasi dan
kolaborasi online seperti penggunaan komputer, konten dakwah digital, pemrograman
dasar, pengelolaan live streaming hingga keamanan siber harus diarahkan secara
maksimal.
Meskipun begitu, sisi positif dari era digitalisasi adalah adanya tuntutan untuk
semakin berkembang dari sisi pengelolaan data pesantren dan manajemen. Sarana
prasarana yang tertata rapi, bersih dan nyaman serta manajemen pendanaan yang terukur
dan terbuka akan memberikan kepercayaan akan eksistensi pendidikan pesantren.
Pesantren harus mampu menormalisasi kultur sederhana dan apa adanya yang
dikonotasikan dengan kurangnya daya saing menjadi penuh wibawa namun juga tidak
bermewah-mewahan.
BIBLIOGRAFI
Ahmad Damanhuri (2013). Inovasi Pengelolaan Pesantren Dalam Menghadapi
Persaingan Di Era Globalisasi, Ta’dibuna 2, no. 1
Alfinnas, S. (2018). Arah Baru Pendidikan Islam di Era Digital. Fikrotuna. 7(1)
Haris, Mohammad Akmal. “URGENSI DIGITALISASI PENDIDIKAN PESANTREN
DI ERA SOCIETY 5.0 (Peluang Dan Tantangannya Di Pondok Pesantren Al-
Amin Indramayu).” Islamic Management: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
6, no. 01 (2023): 49–64. https://doi.org/10.30868/im.v4i02.3616.
Hasmiza, Hasmiza, and Ali Muhtarom. “Kiai Dan Pengembangan Kurikulum Pesantren
Di Era Digitalisasi.” Arfannur 3, no. 3 (2023): 137–50.
https://doi.org/10.24260/arfannur.v3i3.1049.
Izza Laila Lutfiyati. “Strategi Pembelajaran Pondok Pesantren Dalam Menghadapi
Tantangan Era Globalisasi.” Skripsi 21, no. 2 (2018): 13.
Lundeto, A. “Digitalisasi Pesantren: Hilangnya Budaya Tradisionalis Atau Sebuah
Kemajuan?” Jurnal Education and Development 9, no. 3 (2021): 452–57.
http://journal.ipts.ac.id/index.php/ED/article/view/2882.
Miftachul Ulum (2018), Pendampingan Pemahaman Kitab Kuning Durratun Nas}ihin
Dalam Pembentukan Karakter Santri Pondok Pesantren Sunan Drajat
Lamongan, Annual Conference on Community Engagement, vol. 2
Munifah, M. (2019). Antara Tradisi dan Modernitas: Metamorfosis Pesantren di Era
Digital. Prosiding Nasional, 2
Oktaria, A, K Khoirul, S Fitriyenni, and ... “Peran Pesantren Dalam Era Digital.” …
Jurnal Pendidikan … 4, no. 3 (2022): 432–44.
https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/scaffolding/article/view/2108.
50 Roikhatul Janah, Moh. Fahmi Arofi, Okky Setyawan & Mufidatul Faricha
Rahman, M. (2018). Multikulturalisasi Pendidikan Islam Sejak Dini di Era Digital.
Fikrotuna. 7(1)
Safitri, Tulaihah Ning, Potensi Santri Dalam Transformasi Digital Literacy Memasuki
Era Revolusi Industri 4.0 Di Pondok Pesantren Modern, Jurnal Mozaic Islam
Nusantara., Vol. 6 No. 2 Oktober 2020
Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta:
Rineke CiptaAstari, M Rizky, Richo Saifullah, Susan Rosmawati, and Maria Ulfa
Siregar. “Workshop PentingnyaWawasan Digital Bagi Santri Pondok Pesantren
Santi Aji” 6, no. 1 (2022): 21–26. https://doi.org/10.14421/jbs.3375.
Syafi’, A, and Ainun Najib. “Strategi Pembelajaran Lembaga Pendidikan Pesantren
Dalam Mengahadapi Era Digitalisasi (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Minhajut
Thullab Jombang).” SUMBULA Jurnal Studi Keagamaan, Sosial Dan Budaya 7,
no. 2 (2022): 313–37.
Ulum, Miftachul, and Abdul Mun’im. “DIGITALISASI PENDIDIKAN PESANTREN
( Paradigma Dan Tantangan Dalam Menjaga Kultur Pesantren ).” AnCoMS
(Annual Conference for Muslim Scholars) 3 (2019): 664–70.
Wahid, Abdurrahman, Menggerakkan Tradisi: Esai-esai Pesantren(Yogyakarta:
LKiS, 2001)

RABBAYANI, Vol. 1, No. 1, 2023

You might also like