You are on page 1of 11

PENGARUH MODEL PROBING PROMPTING LEARNING (PPL) TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR PESERTA


DIDIK PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

Effect of Learning Models on prompting probing learning Student Learning Outcomes


on System circulation blood at human Concepts

Nisa Miliyani, H. Endang Surahman, Romy Faisal Mustofa


nisamiliyani@gmail.com

Biology Education Departement Faculty of Educational Science and Teacher’s


Training Siliwangi University
Jl Siliwangi No 24 Post Code 164 Tlp (0265) 330634 Tasikmalaya 46115,
E-mail: info@unsil.ac.id

ABSTRACT

This research was conducted with the aim of knowing the influences model
prompting probing learning (PPL) against the ability of the creative thinking and
learning results students on the material in the human circulatory system in class VIII
SMP Negeri 20 cities Tasikmalaya 2018/2019 school year.
This research was carried out in December 2017 until September 2018 in
Tasikmalaya City 20 Country junior high school. The methods used in this research
was quasi exsperiment. The population in this research is the entire class VIII SMP
Negeri 20 Tasikmalaya sabanyak seven class with the number of learners 245 people.
Sample research VIII D in class as much as 32 person learners as class experiments
and in class VIII B as much as 32 person learners as the control class VIII JUNIOR
Country 20 city of Tasikmalaya. Samples taken with the cluster random sampling
techniques. The instruments used in this research is a test of the ability of creative
thinking in the form of reserved descriptions as much as 20 and learning outcomes in
the form of multiple choice questions with as much as 30-five option on the material
in the human circulatory system. Data analysis technique used is on Test requirements
of One-Sample Kolmogrov Smirnov-, on its homogeneity Test is the Test of Equality
of Levene's Error Variances and test the hypothesis is covarians analysis (ANCOVA)
using SPSS software level real α = 0.05.
Based on research results, data processing, and hypothesis testing can be
inferred that there was influence model probing prompting learning (PPL) against the
ability of the creative thinking and learning outcomes learner to content on the
circulatory system man in class VIII SMP Negeri 20 Tasikmalaya 2018/2019 school
year.

Keywords: Probing Prompting Learning(PPL), Research Samples, Creative Thinking


and Results Students .

1
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh model
probing prompting learning (PPL) terhadap kemampuan berpikir kreatif dan hasil
belajar peserta didik pada materi sistem peredaran darah pada manusia di kelas VIII
SMP Negeri 20 Kota Tasikmalaya tahun ajaran 2018/2019.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2017 sampai dengan bulan
September 2018 di SMP Negeri 20 Kota Tasikmalaya. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah quasi exsperiment. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
kelas VIII SMP Negeri 20 Kota Tasikmalaya sabanyak tujuh kelas dengan jumlah
peserta didik 245 orang. Sampel penelitian di kelas VIII D sebanyak 32 orang peserta
didik sebagai kelas eksperimen dan di kelas VIII B sebanyak 32 orang peserta didik
sebagai kelas kontrol di VIII SMP Negeri 20 Kota Tasikmalaya. Sampel diambil
dengan teknik cluster random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tes kemampuan berpikir kreatif berupa soal uraian sebanyak 20 dan hasil
belajar berupa pilihan majemuk sebanyak 30 butir soal dengan lima option pada materi
sistem peredaran darah pada manusia. Teknik analisis data yang digunakan adalah
pada Uji persyaratan One-Sample Kolmogrov-Smirnov, pada Uji homogenitas adalah
Levene’s Test of Equality of Error Variances dan Uji Hipotesis adalah analysis
covarians (ANCOVA) menggunakan software SPSS dengan taraf nyata α = 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data, dan pengujian hipotesis dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh model probing prompting learning (PPL) terhadap
kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar peserta didik pada materi sistem
peredaran darah pada manusia di kelas VIII SMP Negeri 20 Kota Tasikmalaya tahun
ajaran 2018/2019.

Kata kunci :Probing Prompting Learning(PPL), Sampel Penelitian, Kemampuan


Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar.

PENDAHULUAN
Pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat
besar terhadap keberhasilan belajar, demikian pula kualitas dan keberhasilan
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketetapan menggunakan model
pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. Komunikasi secara timbal balik sangat
diharapkan dalam proses pembelajaran demi terciptanya interaksi belajar yang
optimal, yang pada akhirnya membawa kepada pencapaian berpikir kreatif dan hasil
belajar yang maksimal.
Kemampuan berpikir kreatif diperlukan dalam pembelajaran biologi
dikarenakan di dalam pembelajaran biologi tidak hanya mempelajari pengetahuan
deklaratif berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, tetapi juga memperoleh informasi,
cara sains dan teknologi bekerja, kebiasaan bekerja ilmiah, dan keterampilan berpikir.
Pembelajaran biologi yang belum mengoptimalkan kemampuan berpikir kreatif siswa
menjadikan mereka hanya bisa mengingat dan mengulang materi pelajaran sehingga
belum bisa mengembangkan kemampuan berpikir kreatif mereka. Namun, tidak semua
guru menciptakan situasi pembelajaran yang demikian. Hal ini sangat berpengaruh
terhadap kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar peserta didik. Ini terbukti
berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA di SMP Negeri 20 Kota

2
Tasikmalaya pada hari Rabu tanggal 18 Juli 2018, bahwa di sekolah masih belum
memberdayakan potensi berpikir peserta didik secara optimal, guru hanya mengukur
aspek kognitif peserta didik pada tingkat ingatan . dan pemahaman terhadap konsep
yang tersedia sebatas untuk persiapan dalam menjawab soal-soal ujian dan belum
pernah mencoba untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi terutama
keterampilan berpikir kreatif. Pencapaian nilai masih di bawah KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) terutama pada konsep sistem peredaran darah pada manusia
dengan nilai rata-ratanya 72,5 pada tahun ajaran 2018-2019 sedangkan Kriteria
Ketuntasan Minimal yang seharusnya yaitu 75
Upaya alternatif untuk memecahkan permasalahan yang telah dipaparkan
adalah guru harus menciptakan pembelajaran yang akan membuat peserta didik saling
berinteraksi, aktif dan ada kerjasama yang positif sesama teman. Salah satunya dengan
memilih model dan menerapkan model prbing prompting learning (PPL) karena
dengan model pembelajaran ini siswa lebih dapat aktif dan dapat berinteraksi dengan
teman melalui kegiatan diskusi atau belajar bersama dengan kelompok.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode quasi
eksperimental design Menurut Sugiyono (2015:77) ”quasi eksperimental design.
mempunyai kelas kontrol tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol
variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen”. Yang dimaksud
dengan eksperimen adalah adanya kelompok lain yang tidak dikenal eksperimen dan
ikut mendapatkan pengamatan. Dengan adanya kelompok lain yang disebut dengan
kelompok pembanding atau kelompok kontrol ini akibat yang diperoleh dari
perlakuan dapat diketahi secara pasti karena dibandingkan dengan yang tidak
mendapat perlakuan.”
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VIII SMP Negeri 20 Kota
Tasikmalaya Tahun Ajaran 2018/2019 sabanyak tujuh kelas dengan jumlah peserta
didik 245 orang. Populasi dianggap homogen berdasarkan hasil nilai ulangan harian
pada materi sistem peredaran darah pada manusia. Dalam penelitian ini sampel yang
diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling.

Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah postest-only
control design. Sugiyono (2017:76) “Menyebutkan bahwa dalam design ini terdapat
dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random. Kelompok pertama diberi
perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut
kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok
kontrol. Pengaruh adanya perlakuan (treatment) adalah (O1:O2). Dalam penelitian yang
sesungguhnya, pengaruh treatment dianalisis dengan uji beda, pakai statistik t-test
misalnya. Kalau terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan
kontrol, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.

3
R X O2
R O4

Keterangan:
R : Kelas yang dipilih secara random
O2 : Postest pada kelas eksperimen
O4 : Postest pada kelas kontrol
X : kelas yang diberi tindakan yaitu dengan menggunakan model probing
prompting learning
Teknik Pengumpulan Data
1. Berpikir Kreatif
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes. Tes uraian yang
dilakukan setelah pembelajaran (post-test). Tes yang digunakan didasarkan pada
tes yang disusun Torrance untuk mengukur pemikiran kreatif (Torrance Test of
Creative Thingking) yang memiliki bentuk verbal.
2. Hasil Belajar
Tes hasil belajar yang digunakan pada penelitian ini adalah tes tertulis dalam
bentuk multiple choice dengan 5 options sebanyak 50 soal. Tes dilakukan setelah
pembelajaran dilakukan yaitu tes akhir (post-test).
Teknik Pengoahan dan Analisis Data
Uji persyaratan One-Sample Kolmogrov-Smirnov, pada Uji homogenitas adalah
Levene’s Test of Equality of Error Variances dan Uji Hipotesis adalah analysis
covarians (ANCOVA) menggunakan software SPSS dengan taraf nyata α = 0,05.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Data yang diperoleh dari penelitian ini meliputi data posttest kelas eksperimen
dan kelas kontrol pada materi sistem peredaran darah pada manusia di kelas VIII SMP
Negeri 20 Kota Tasikmalaya.

Tabel 1
Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Levene’s Test

Kesimpulan
α Signifikan
Data Hasil Analisis Kesimpulan Analisis
0,05 si
Levene’s Test
Skor Posttest
Berpikir Kreatif
Kedua
dan Hasil Signifikansi H0
0.05 0.131 Diterima Varians
Belajar > 0,05
Homogen
(Eksperimen-
Kontrol)

4
Keterangan: Hasil Pengolahan Data Menggunakan Program SPSS 24

Berdasarkan hasil analisis uji homogenitas dengan menggunakan uji Levene’s


Test dapat disimpulkan bahwa semua data berasal dari varians yang homogen.
Kedua varians homogen disebabkan karena dalam model pembelajaran
probing prompting learning peserta didik adanya sesi tanya jawab yang dilakukan
guru pada peserta didik sehingga peserta didik fokus dan lebih kondusif, dituntut
untuk menguasai dan mengembangkan kemampuan meningkatkan keaktifan dan
kreativitas peserta didik, dan menuangkan pemikirannya pada suatu tulisan dalam
kelompok yang mengacu pada LKPD yang sudah diberikan oleh guru. Pada setiap
anggota kelompok dituntut untuk mengemukakan pendapatnya mengenai
permasalahan yang ada dan didiskusikan solusi yang mana yang paling tepat untuk
didemokan oleh setiap perwakilan kelompoknya, dan didiskusikan dalam bentuk tanya
jawab, sehinnga suasana belajar pun menjadi lebih hidup dan menyenangkan sehingga
serta lebih cepat untuk memahami dan mengingatnya serta dapat merangsang minat
belajar peserta didik untuk memunculkan ide terpendam yang dimiliki, dari semua ide
yang dikemukakan, kemudian dipilih solusi yang paling tepat yang telah disepakati
oleh setiap kelompok, kemudian dipresentasikan.
Dapat dilihat juga dari perbandingan rata-rata skor posttest kemampuan
berpikir kreatif dan hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol yang disajikan dalam diagram berikut:
90
79,531 Kemampuan berpikir
80 74,281
kreatif
70 Hasil Belajar
60
50
40
30 24,625 20,250
20
10
0
Eksperimen Kontrol

Gambar 1
Diagram Skor Rata-rata Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif dan
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Gamba 1 rmenunjukan bahwa di kelas eksperimen nilai rata-rata posttest
berpikir kreatif adalah sebesar ( X =79,531 ), dan nilai rata-rata posttest hasil belajar
sebesar ( X =24,625). Sedangkan pada kelas kontrol nilai rata-rata posttest berpikir
kreatif adalah sebesar sebesar ( X =74,281), dan nilai rata-rata posttest hasil belajar
sebesar ( X = 20,250).
Skor rata-rata peserta didik di kelas kontrol lebih rendah dibandingkan skor
rata-rata peserta didik di kelas eksperimen yang menggunakan model probing

5
prompting learning. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa model probing
prompting learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar
peserta didik. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prihatin,
Jekta, et.al.,(2018) bahwa “Ada perbedaan pembelajaran yang menggunakan dan tidak
menggunakan teknik pembelajaran probing prompting terhadap hasil belajar siswa
kelas V SDN Tanjungrejo 01 Kota Malang pada Tema ekosistem dengan tingkat
signifikansi 00<0,05. Penelitian pendukung lainnya dilakukan oleh Nurrizkiah, Doddy,
et.al., (2017) dengan kesimpulan “Bahwa pembelajaran dengan menerapkan Model
Pembelajaran probing prompting di SDN ISOLA Bandung pada pelajaran IPA kelas V
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari
perolehan perbandingan antara gain rata-rata skor keseluruhan pre-test dan post-test
lebih besar setelah diberikan perlakuan berupa penerapan model pembelajaran probing
prompting”.
Berdasarkan perolehan skor kemampuan berpikir kreatif dari hasil posttest
dengan jumlah soal sebanyak 20 soal uraian yang terdiri dari 2 indikator kemampuan
berpikir kreatif, yaitu 8 soal terdiri dari indikator pemulaan kata, 7 soal terdiri dari
indikator menyusun kata, 4 soal terdiri dari indikator membentuk kalimat tiga kata,
dan 4 soal terdiri dari indikator kesamaan sifat. Skor maksimum keseluruhan yang
dapat diperoleh adalah 84. Untuk lebih jelasnya skor yang diperoleh peserta didik
dapat dilihat pada diagram berikut ini.

70.00
60.78
60.00
51.22
50.00
40.66
40.00 36.31
Skor

30.00
20.00
10.00
0.00
Pemulaan Menyusun Membentuk Kesamaan
Kata Kata Kalimat Tiga Sifat
Kata

Dimensi Proses Kognitif Berpikir kreatif


Gambar 2
Diagram Skor Rata-rata Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif dalam
Setiap Indikator pada Kelas Eksperimen
Gambar 2 menunjukan bahwa skor rata-rata posttest kemampuan berpikir
kreatif yang tertinggi terdapat pada indikator pemulaan kata yaitu sebesar 60,78.
Sedangkan untuk skor terendah terdapat pada indikator membentuk kalimat tiga kata
yaitu sebesar 36,31. Adanya perbedaan skor pada setiap indikator tersebut karena
kriteria pada tiap soal berbeda. Pada soal pemulaan kata peserta didik diminta untuk
membentuk sebanyak mungkin kata yang bisa dibentuk dari huruf yang di cantumkan
di dalam soal yang berkaitan dengan sistem peredaran darah pada manusia. Hal ini

6
dirasa masih mampu dilaksanakan dengan baik oleh peserta didik. Berbeda pada soal
membentuk kalimat tiga kata dimana peserta didik untuk menyusun sebanyak
mungkin kalimat-kalimat yang diawali dari huruf-huruf yang diberikan, dengan urutan
yang boleh diubah-ubah dan berkaitan dengan sistem peredaran darah pada manusia.
Hal tersebut cukup sulit karena peserta didik tidak terbiasa dengan soal uraian yang
menuntutnya memberikan jawaban dengan kata-kata lain.
Berdasarkan perolehan skor kemampuan berpikir kreatif dari hasil posttest
dengan jumlah soal sebanyak 20 soal uraian yang terdiri dari 2 indikator kemampuan
berpikir kreatif, yaitu 8 soal terdiri dari indikator pemulaan kata, 7 soal terdiri dari
indikator menyusun kata, 4 soal terdiri dari indikator membentuk kalimat tiga kata,
dan 4 soal terdiri dari indikator kesamaan sifat. Skor maksimum keseluruhan yang
dapat diperoleh adalah 84. Untuk lebih jelasnya skor yang diperoleh peserta didik
dapat dilihat pada diagram berikut ini.

60.00 54.69
50.00 46.34
39.72
40.00
31.31
30.00
Skor

20.00

10.00

0.00
Pemulaan Menyusun Membentuk Kesamaan
Kata Kata Kalimat Tiga Sifat
Kata

Dimensi Proses Kognitif Berpikir kreatif


Gambar 3
Diagram Skor Rata-rata Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif dalam
Setiap Indikator pada Kelas Kontrol
Gambar 3 menunjukan bahwa skor rata-rata posttest kemampuan berpikir
kreatif yang tertinggi terdapat pada indikator membuat penjelsan sederhana yaitu
sebesar 54,69. Sedangkan untuk skor terendah terdapat pada indikator membuat
inferensi yaitu sebesar 31,31. Adanya perbedaan skor pada setiap indikator tersebut
karena kriteria pada tiap soal berbeda. Pada soal pemulaan kata peserta didik diminta
untuk membentuk sebanyak mungkin kata yang bisa dibentuk dari huruf yang di
cantumkan di dalam soal yang berkaitan dengan sistem peredaran darah pada manusia.
Hal ini dirasa masih mampu dilaksanakan dengan baik oleh peserta didik. Berbeda
pada soal membentuk kalimat tiga kata dimana peserta didik untuk menyusun
sebanyak mungkin kalimat-kalimat yang diawali dari huruf-huruf yang diberikan,
dengan urutan yang boleh diubah-ubah dan berkaitan dengan sistem peredaran darah
pada manusia. Hal tersebut cukup sulit karena peserta didik tidak terbiasa dengan soal
uraian yang menuntutnya memberikan jawaban dengan kata-kata lain.
Sedangkan untuk perolehan skor hasil belajar dari hasil posttest dengan jumlah
soal sebanyak 30 soal majemuk yang terdiri dari 5 dimensi proses kognitif, yaitu 9

7
soal terdiri dari dimensi proses kognitif mengingat, 8 soal terdiri dari dimensi proses
kognitif memahami, 9 soal terdiri dari dimensi proses kognitif menerapkan, 3 soal
terdiri dari dimensi proses kognitif menganalisis, dan 1 soal terdiri dari dimensi proses
kognitif mengevaluasi. Skor maksimum keseluruhan yang dapat diperoleh adalah 28
karena skor maksimum yang diperoleh pada tiap soal adalah 1. Untuk lebih jelasnya
skor yang diperoleh peserta didik dapat dilihat pada diagram berikut ini.

Gambar 4
Diagram Skor Rata-rata Posttest Hasil Belajar dalam Setiap Ranah
Dimensi Proses Kognitif pada Kelas Eksperimen

Gambar 4 menunjukan bahwa skor rata-rata posttest hasil belajar yang tertinggi
terdapat pada dimensi proses kognitif mengingat yaitu sebesar 29. Sedangkan untuk
skor terendah terdapat pada dimensi proses kognitif mengevaluasi yaitu sebesar 25.
Adanya perbedaan skor tersebut dikarenakan kriteria pada tiap soal berbeda. Pada soal
dimensi proses kognitif mengingat, soal yang diberikan hanya bertujuan agar peserta
didik mampu mengingat materi dengan baik. Berbeda pada soal dimensi proses
kognitif mengevaluasi, dimana peserta didik dituntut mampu mengevaluasi soal. Hal
tersebut cukup sulit karena peserta didik tidak terbiasa dengan soal bentuk pilihan
majemuk yang memerlukan aktivitas berpikir tingkat tinggi.
Sedangkan untuk perolehan skor hasil belajar dari hasil posttest dengan jumlah
soal sebanyak 30 soal majemuk yang terdiri dari 5 dimensi proses kognitif, yaitu 9
soal terdiri dari dimensi proses kognitif mengingat, 8 soal terdiri dari dimensi proses
kognitif memahami, 9 soal terdiri dari dimensi proses kognitif menerapkan, 3 soal
terdiri dari dimensi proses kognitif menganalisis, dan 1 soal terdiri dari dimensi proses
kognitif mengevaluasi. Skor maksimum keseluruhan yang dapat diperoleh adalah 25
karena skor maksimum yang diperoleh pada tiap soal adalah 1. Untuk lebih jelasnya
skor yang diperoleh peserta didik dapat dilihat pada diagram berikut ini.

8
Gambar 5
Diagram Skor Rata-rata Posttest Hasil Belajar dalam Setiap Ranah
Dimensi Proses Kognitif pada Kelas Kontrol
Pada kelas kontrol sama halnya dengan kelas eksperimen dimana terlihat pada
gambar 5 menunjukan bahwa skor rata-rata posttest hasil belajar yang tertinggi
terdapat pada dimensi proses kognitif mengingat yaitu sebesar 26,67. Sedangkan untuk
skor terendah terdapat pada dimensi proses kognitif mengevaluasi yaitu sebesar 22,67.
Adanya perbedaan skor tersebut dikarenakan kriteria pada tiap soal berbeda. Pada soal
dimensi proses kognitif mengingat, soal yang diberikan hanya bertujuan agar peserta
didik mampu mengingat materi dengan baik. Berbeda pada soal dimensi proses
kognitif mengevaluasi, dimana peserta didik dituntut mampu mengevaluasi soal. Hal
tersebut cukup sulit karena peserta didik tidak terbiasa dengan soal bentuk pilihan
majemuk yang memerlukan aktivitas berpikir secara tinggi. Sehingga pada akhirnya
peserta didik lebih memilih asal menjawab daripada tidak menjawab sama sekali.
Sedangkan dalam pembelajaran yang menggunakan model probing prompting
learning peserta didik diberikan LKPD sebagai pendukung dalam proses pembelaran
dan yang paling menonjol yaitu ketika peserta didik saling mengemukakan
pendapatnya terhadap masing-masing kelompok dan dengan adanya suatu perdebatan
atau adu argumen yang membuat peserta didik lebih berperan aktif pada saat
pembelajaran, sehingga skor rata-rata pada kelas eksperimen lebih unggul dari pada
skor rata-rata gain di kelas control

KESIMPULAN dan SARAN


Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data, dan pengujian hipotesis, maka
penulis berkesimpulan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Probing Prompting
Learning (PPL) terhadap Kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar peserta didik
pada materi sistem peredaran darah pada manusia dikelas VIII SMP Negeri 20 Kota
Tasikmalaya
Pembelajaran menggunakan model probing promting sebaiknya sering
digunakan guru saat mengajar sebagai teknik pembelajaran yang bervariatif sehingga
pembelajaran akan lebih maksimal.

9
DAFTAR PUSTAKA
Artawan, Agus, Ketut, et.al.,. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Probing -
Prompting Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas V Sd. Tersedia:
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/download/10916/6992.

Faturrohman, Muhamad, 2015. Model-model pembelajaran inovatif ( alternatif Design


Pembelajaran yang Menyenangkan). Jogyakarta: Ar-ruz media

Hassoubah, I.Zaleha, 2007. Mengasah Pikiran Kreatif Dan Kritis. Bandung : Penerbit
Nuansa

Http://docobook.com/download/sumber-wwwaspirinworks.html

Munandar, Utami, 2014. Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Purwanto, 2016. Evaluasi Hasil Belajar. Surakarta: PT Pustaka Pelajar. Ilahi,


Takdir, Muhammad. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy & Mental
Vocational Skill. Jogjakarta: PT Diva Pres (Anggota IKAPI).

Rusman, 2014. Model-Model Pembelajran Mengembangkan Profesionalisme Guru.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Rahayu, E, et.al.,. 2011. Pembelajaran Sains Dengan Pendekatan Keterampilan Proses


Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Tersedia:
http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/download/825/698

Shoimin, aris. 2014. 68 model pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013.


Rembang: PT AR-Ruzz Media.

Slavin, E.Robert, 2005. Cooperatif learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa
Media.

Suharsimi, Arikunto. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta:


PT Bumi Aksara.

Sugiyono,2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : CV.


Alfabeta.

Tawil, Muh, dan Liliasari. 2013. Berpikir Kompleks. Makasar.


Thobroni, M.2015. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik. Jogyakarta: ar-ruz
media.

Widodo, Wahono, et.al.,. (2017). Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

10
Prihatin, Jekta, et.al.,.(2018). Perbedaan Hasil Belajar dalam Pembelajaran yang
Menggunakan dan Tidak Menggunakan Teknik Pembelajaran Probing Prompting
https://http:ejournal.unikama.ac.id/index.php/JBPD/article/download/17911/7213.

Arifin, Ani et.al.,.(2017). Penerapan Model Pembelajaran Probing-Prompting dan


Direct Instruction Menggunakan Media Peta Konsep untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Materi Hidrokarbon
https://http:ejournal.unikama.ac.id/index.php/JBPB/article/download/23/106.

11

You might also like