You are on page 1of 226

LAPORAN KEGIATAN ORIENTASI DAN PELATIHAN

MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN, PPI, K3 DAN BLS


BAGI PEGAWAI BARU DI RSUD Dr. H. CHASAN BOESOIRIE
TERNATE

INSTALASI DIKLAT

RSUD Dr. H. CHASAN BOESOIRIE TERNATE

2022
LAPORAN KEGIATAN ORIENTASI DAN PELATIHAN
MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN, PPI, K3 DAN BLS BAGI PEGAWAI BARU
DI RSUD Dr. H. CHASAN BOESOIRIE TERNATE

I. LATAR BELAKANG
Standar akreditasi nasional versi 2012 pada peningkatan pelayanan yang
menerapkan prinsip keselamatan pasien, bersifat professional dan menjaga mutu. Saat ini
peningkatan mutu dan keamanan pelayanan rumah sakit semakin mengemuka sehingga
terlihat bahwa keselamatan dan keamanan pasien mulai menjadi prioritas di berbagai rumah
sakit. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 juga menerapkan standar pelayanan
berfokus pada pasien untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien dengan
pendekatan manajemen risiko di Rumah Sakit. Rumah sakit adalah sarana pelayanan
kesehatan yang mempunyai misi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu
dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, juga sebagai tempat pendidikan dan
pelatihan tenaga kesehatan serta tempat penelitian dan pengembangan kesehatan.

Rumah sakit dapat memilih berbagai program mutu dan keselamatan pasien mulai
dari peningkatan program pengendali infeksi di rumah sakit dengan program “hendhygienis”,
program K3 RS (Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana, BLS (Basic
Life Support) (penanggulangan kegawat daruratan) serta Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI). Infeksi nosocomial merupakan masalah di rumah sakit yang merawat pasien
dengan berbagai jenis penyakit baik yang menular maupun yang tidak menular.Dengan
penerapan program-program diatas rumah sakit dapat memberi pelayanan kepada pasien
dengan lebih aman dan bermutu.

Sesuai dengan Keputusan Direktur RSUD dr. H. Chasan Boesoirie Ternate Nomor:
445/ 263/ KPTS/ IV/ 2019 Tentang Kebijakan Pelatihan Wajib Bagi Pegawai dan Peserta
Didik di RSUD dr. H. Chasan Boesoirie Ternate bahwa sebelum ditempatkan diunit kerja,
pegawai baru harus mengikuti orientasi dan pelatihan agar siap dalam melaksanakan tugas
dan tanggungjawab, orientasi pegawai baru meliputi orientasi umum dan khusus.

Orientasi adalah suatu kegiatan untuk memberikan informasi dan pengetahuan serta
pengarahan yang berhubungan dengan situasi dan kondisi RSUD serta bimbingan untuk
mempersiapkan staf dan pegawai baru agar mengenal keseluruhan Rumah Sakit dan tugas
tanggung jawabnya praktik di Rumah Sakit sesuai peran dan fungsinya secara profesional
dan proporsional.

Melalui orientasi pegawai baru di lingkungan RSUD dr. H. Chasan Boesoirie Ternate
diharpkan pegawai dapat menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dan budaya kerja di RSUD dr.
H. Chasan Boesoirie Ternate. Penyesuaian diri yang tepat dan cepat akan semakin

1
mendukung sikap kerja para pegawai baru dan sinergi dengan lingkungannya, sehingga
apabila ada permasalahan, pegawai baru memiliki bekal untuk dapat menyelesaikan secara
mandiri dan tidak mempengaruhi kinerjanya.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka Instalasi Diklat RSUD dr. H. Chasan
Boesoirie Ternate bermaksud menyelenggarakan Orientasi dan Pelatihan Mutu dan
Keselamatan Pasien, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) dan Basic Life Support (BLS) bagi Pegawai Baru di RSUD dr. H.
Chasan Boesoirie Ternate sebagai wujud peningkatan pengetahuan pegawai tentang Mutu
dan Keselamatan Pasien, PPI, K3 dan BLS.

II. TUJUAN
1. Pegawai baru dapat memahami visi dan misi RSUD dr. H. Chasan Boesoirie
Ternate.
2. Pegawai baru dapat memahami nilai-nilai dan budaya organisasi RSUD dr. H.
Chasan Boesoirie Ternate.
3. Pegawai baru dapat memahami produk layanan RSUD dr. H. Chasan Boesoirie
Ternate.
4. Pegawai baru dapat memahami hak dan kewajibannya sebagai pegawai RSUD
dr. H. Chasan Boesoirie Ternate
5. Pegawai baru dapat memahami prinsip-prinsip kerjasama tim (team work
building).
6. Pegawai baru memahami tugas pokok dan fungsinya.
7. Pegawai baru dapat memahami pengetahuan dasar tentang Mutu Keselamatan
Pasien, PPI, K3 dan BLS.
III. PESERTA
Peserta orientasi dan pelatihan ini terdiri dari pegawai baru di RSUD dr. H. Chasan
Boesoirie Ternate yang berjumlah 50 orang.
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN
RSUD dr. H. Chasan Boesoirie Ternate telah melaksanakan kegiatan orientasi
pegawai baru yang difasilitasi oleh Instalasi Diklat pada hari senin dan selasa tanggal
04 – 05 Juli 2022 bertempat di Aula RSUD dr. H. Chasan Boesoirie Ternate lantai 2.
Jadwal Pelaksanaan kegiatan sebagai berikut :
NO WAKTU URAIAN KEGIATAN
Hari I (Hari/ Tanggal : Senin, 04 Juli 2022)
1 07.30 - 08.00 Registrasi
2 08.00 - 08.15 Pre test
3 08.15 - 09.00 Pembukaan
4 09.00 - 09.45 BLC

2
5 09.45 - 10.00 Coffe break
6 10.00 - 12.00 PMKP / Sasaran Keselamatan Pasien
7 12.00 - 12.30 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
8 12.30 - 13.15 ISHOMA
Lanjutan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
9 13.15 - 14.00
(PPI)
10 14.00 - 16.00 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Hari II (Hari/ Tanggal : Selasa, 05 Juli 2022)
11 08.00 - 10.00 Basic Life Support (BLS)
12 10.00 - 10.15 Coffe break
13 10.15 - 12.30 Kinerja dan Disiplin Pegawai
14 12.30 - 13.15 ISHOMA
15 13.15 - 14.00 Tata Tertib/ Etika dan Pelayanan Prima
Proses Kredensial & Re-Kredensial Komite
16 14.00 - 16.00
Keperawatan
17 16.00 - 16.15 Post Test
18 16.15 - 16.45 Penutup
16.45 s/d
19 Orientasi Lapangan
Selesai

V. GARIS BESAR ISI ORIENTASI DAN PELATIHAN


Pada kegiatan orientasi dan pelatihan sebelum materi dimulai panitia segera
membagikan pre test yang di isi oleh peserta. Setelah pengisian pre test di lanjukan dengan
sambutan dari Wakil Direktur Pelayanan sekaligus membuka acara Orientasi dan Pelatihan
bagi Pegawai Baru di RSUD dr. H. Chasan Boesoirie Ternate. Pada kegiatan orientasi ini
disajikan materi-materi yaitu antara lain:
1. Profil Rumah Sakit
2. Kinerja dan Disiplin Pegawai
3. Etika dan Pelayanan Prima
4. Proses Kredensial dan Re-Kredensial Komite Keperawatan
5. Mutu dan Keselamatan Pasien (MKP)
6. Basic Life Suport (BLS) dan praktek Bantuan Hidup Dasar (BHD)
7. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
8. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
VI. NARASUMBER
Fasilitator adalah narasumber dari RSUD Dr. H. Chasan Boesoirie Ternate:
1. Bidang Keperawatan
2. Bidang SDM
3. Tim Komite Keperawatan
4. Tim Komite PMKP
5. Tim Komite PPI

3
6. Tim Komite K3
7. Tim BLS
VII. MONITORING DAN EVALUASI
Pada saat persiapan panitia memantau perkembangan peserta dan menyampaikan
pada fasilitator pada akhir pelatihan fasilitator mengajak peserta orientasi dan pelatihan
untuk mengevaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan selama 2 (dua) hari, Pada pre test
peserta pelatihan yang dilakukan didapatkan angka rata-rata 60.17 point sedangkan pada
post test didapatkan angka rata-rata 67.54 point. Kesimpulannya yaitu ada peningkatan 7.37
point. Hal ini dapat diartikan bahwa peserta pelatihan tersebut dapat memahami materi yang
diberikan.
VIII. KEUANGAN
Terlampir
IX. PENUTUP
Demikian laporan pelaksanaan orientasi dan pelatihan MKP, PPI, K3 dan BLS bagi
pegawai baru tahun 2022 di RSUD dr. H. Chasan Boesoirie Ternate dibuat dengan harapan
pelatihan ini dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk pegawai baru serta
dapat meningkatkan penyelenggaraan orientasi pegawai baru berikutnya.

Ternate, 07 Juli 2022


Kepala Instalasi Diklat
RSUD dr. H. Chasan Boesoirie Ternate

Fani Syamsuddin, S.ST.M.MKes


NIP. 19821225 200312 2 004

4
Sarbanun SKM.M.sc
*Etika, secara Etimologis berasal dari bahasa Yunani
kuno yaitu “Ethikos “ yang artinya adalah Suatu perkara
yang timbul dari suatu kebiasaan

*Perkara tersebut mencakup analisis dan penerapan


konsep dari berbagai hal penilaian seperti: benar, salah,
baik, buruk, tangung jawab dan tanggung gugat.
Ketika etika tersebut dikaitkan dengan
keperawatan dimana dalam hal ini keperawatan
merupakan sebuah profesi, maka muncul yang
namanya:

* Etika Profesi atau Profissional Ethics


* Etika keperawatan adalah

* suatu sikap etis yang harus dimiliki oleh seorang perawat


sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam mengemban
tugasnya sebagai seorang perawat dengan menerapkan nilai-
nilai etis keperawatan dalam kehidupan profesi dan
kehidupan bermasyarakat.
Etika Keperawatan

juga dijadikan sebuah landasan dalam


memberikan pelayanan keperawatan kepada
masyarakat baik pemberi pelayanan dan
penerima pelayanan dilindungi dan dijauhkan
dari hal-hal yang tidak diinginkan
*1. Autonomi ( Kemandirian)

* Mampu berpikir secara logis dan mampu membuat keputusan


sendiri

2.Beneficence ( Berbuat Baik)

* Menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik sesuai dengan ilmu
dan kiat keperawatan dalam melakukan pelayanan
3. Justice ( Keadilan)

* Perawat bekerja sesuai ilmu dan kiat keperawatan dengan


memperhatikan keadilan sesuai standar praktik dan
hukum yang berlaku

4. Non- Maleficence ( Tidak merugikan)

* Dalam melakukan pelayanan sesuai dengan ilmu dan kiat


keperawatan dengan tidak menimbulkan bahaya/ cedera
fisik dan psikologis pada klien
5. Veracity ( Kejujuran)

* Prinsip ini di miliki oleh semua pemberi pelayanan kesehatan


untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien untuk
meyakinkan agar klien mengerti.
* Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensip dan
obyektif.

*6. Fidelity ( Menepati Janji)

*Tanggung jawab besar seorang perawat adalah


meningkatkan Kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan..
Saling menghargai komitmennnya kepada orang lain
7. Confidentiality ( Kerahasiaan)

* Harus menjaga privasi pasien


* contoh RM

8. Accountability ( Akuntabilitas)

Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa Tindakan


seorang Profisional dapat dinilai dalam berbagai kondisi
tanpa terkecuali
* Dilema Etika Keperawatan
Bandan (1990) Permasalahan Etika

1. Kualitas Melawan Kwantitas Hidup


2. Kebebasan melawan Penanganan dan
pencegahan Bahaya
3. Berkata secara Jujur dan Melawan Berkata
Bohong
4. Keinginan terhadap pengetahuan yang
bertentangan dengan falsafah, agama,
politik, ekonomi dan idiologi
5. Terapi ilmiah Konvensional Melawan terapi
tidak ilmiah dan coba-coba
*

1. Konflik Etik Antar Teman Sejawat


2. Menghadapi penolakan pasien terhadap tindakan keperawatan
atau pegobatan
3. Masalah antara peran merawat dan mengobati.
4. Berkata jujur atau tidak jujur
5. Tanggung jawab terhadap peralatan dan barang
*Permasalahan Etika yang terjadi juga bisa
dikarenakan 2 hal yaitu

* 1. Malpraktek
Kesalahan profisional atau kurangnya ketrampilan yang tidak masuk akal

* Dilihat dari defenisi di atas maka malpraktek dapat terjadi karena tindakan yang disengaja
(Intentional) seperti micconduct tertentu, tindakan kelalaian(negligence), ataupun suatu kekurang-
mahiran/ ketidakkompetenan yang tidak beralasan( sampurno, 2005)

* 2. Neglience ( Kelalaian)

* Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk dalam arti malpraktik
tidak selalu ada unsur kelalaian

* Kelalaian adalah segala tindakan yang dilakukandan dapat melanggar standar sehingga
mengakibatka cedera/ kerugian orang lain ( Sampurno, 2005)
TERIMA KASIH
PEMERINTAH PROVINSI MALUKU UTARA
RSUD Dr.H.CHASAN BOESOIRIE
TERNATE

KEBIJAKAN REKRUITMEN
PEGAWAI NON PNS
FUNGSIONAL KESEHATAN
RSUD DR.H.CHASAN BOESOIRIE

D I S A M PA I K A N O L E H :

TIM REKRUITMEN RSHB


PEMERINTAH PROVINSI MALUKU UTARA
RSUD Dr.H.CHASAN BOESOIRIE
TERNATE

1 Undang –Undang Nomor 36 Tahun 2009

2 Undang –Undang Nomor 44 Tahun 2009

3 Undang –Undang Nomor 36 Tahun 2014

4 Undang –Undang Nomor 5 Tahun 2014

5 Undang –Undang Nomor 13 Tahun 2003

6 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010

7 Permenpan Nomor B/357/M.SM.01.00/2020

8 Kep.Dir RSUD RSHB Nomor 445/30/KPTS/2020


PEMERINTAH PROVINSI MALUKU UTARA
RSUD Dr.H.CHASAN BOESOIRIE
TERNATE

Seleksi PNPNS

 Seleksi PNPNS dilaksanakan melalui 2 cara, yaitu melalui


mekanisme terbuka (pengumuman) dan tertutup (hunting).
 Seleksi PNPNS dilakukan setiap akhir tahun anggaran
(Desember) dan mulai efektif bekerja pada awal tahun anggaran
(Januari)
 Proses seleksi pengganti PNPNS dilakukan karena adanya PNPNS
yang :
 Meninggal, tewas, atau hilang
 Mengundurkan diri
 Mengalami peristiwa force majeure sehingga tidak bisa
memenuhi perjanjian kerja.
PEMERINTAH PROVINSI MALUKU UTARA
RSUD Dr.H.CHASAN BOESOIRIE
TERNATE

Tahapan Seleksi PNPNS

Tahapan Seleksi PNPNS terdiri dari :

 Tahap seleksi administrasi


 Latar belakang pendidikan
 Kesehatan
 Pengalaman kerja
 Komitmen dan kesediaan kerja

 Tahap seleksi ujian wawancara


Wawancara menggali sisi wawasan kebangsaan serta kompetensi
peserta seleksi
 Tahap seleski ujian tulis / psikotest
PEMERINTAH PROVINSI MALUKU UTARA
RSUD Dr.H.CHASAN BOESOIRIE
TERNATE

PERJANJIAN KERJA DAN KONTRAK KERJA

 Sebelum diangkat menjadi PNPNS, calon yang telah dinyatakan lulus


seleksi, menandatangani perjanjian kerja dan kontrak kerja,
 Perjanjian kerja dibuat secara tertulis paling sedikit memuat:
 Identitas para pihak;
 hak dan kewajiban para pihak;
 jenis pekerjaan;
 besaran penghasilan;
 jangka waktu perjanjian kerja;
 tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; — pemutusan
perjanjian kerja; —pernyataan kerja; dan tanda tangan para pihak.
 Jangka waktu perjanjian kerja ditetapkan untuk 12 (dua belas) bulan
dalam 1 (satu) tahun anggaran.
 PNPNS wajib membuat dan menandatangani pernyataan kerja
PEMERINTAH PROVINSI MALUKU UTARA
RSUD Dr.H.CHASAN BOESOIRIE
TERNATE

Setiap PNPNS wajib:


 Setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Negara dan Pemerintah Indonesia serta wajib
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
 Menaati segala ketentuan peraturan perundangan-
undangan dan melaksanakan tugas kedinasan yang
dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian,
kesadaran dan tanggung jawab serta menjaga
suasana dan semangat kerja;
 Memiliki integritas dan etos kerja tinggi dengan
bersikap profesional, jujur, dan tidak diskriminatif;
 Menaati ketentuan jam dan hari kerja sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
PEMERINTAH PROVINSI MALUKU UTARA
RSUD Dr.H.CHASAN BOESOIRIE
TERNATE

 Melaksanakan tugas sebagaimana ditetapkan dalam


kontrak kerja;
 Menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana
dengan sebaik-baiknya; dan
 Melakukan absensi setiap hari kerja.

Setiap PNPNS berhak:


 Memperoleh penghasilan sesuai dengan perjanjian
kerja;
 Memperoleh cuti sesuai dengan perjanjian kerja
maksimal 12 (dua belas) hari selama tahun berjalan;
dan
 Memperoleh jaminan kesehatan sesuai dengan
perjanjian kerja.
PEMERINTAH PROVINSI MALUKU UTARA
RSUD Dr.H.CHASAN BOESOIRIE
TERNATE

Setiap PNPNS dilarang:


 Menyalahgunakan wewenang;
 Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan
pribadi dan/ atau orang lain dengan menggunakan
kewenangan pribadi dan/ atau orang lain;
 Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan
atau meminjamkan barang-barang baik barang bergerak
maupun barang tidak bergerak, dokumen, atau surat
berharga milik RSUD RSHB; dan
 membocorkan dan atau menyebarluaskan
informasi dan atau dokumen yang bersifat rahasia kepada
pihak lain.
PEMERINTAH PROVINSI MALUKU UTARA
RSUD Dr.H.CHASAN BOESOIRIE
TERNATE

Setiap PNPNS dilarang:


 Menyalahgunakan wewenang;
 Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan
pribadi dan/ atau orang lain dengan menggunakan
kewenangan pribadi dan/ atau orang lain;
 Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan
atau meminjamkan barang-barang baik barang bergerak
maupun barang tidak bergerak, dokumen, atau surat
berharga milik RSUD RSHB; dan
 membocorkan dan atau menyebarluaskan
informasi dan atau dokumen yang bersifat rahasia kepada
pihak lain.
PEMERINTAH PROVINSI MALUKU UTARA
RSUD Dr.H.CHASAN BOESOIRIE
TERNATE

PNPNS yang melakukan pelanggaran terkait kewajiban dan larangan, akan


menjalani pemeriksaan dengan menggunakan mekanismen PNS. Dan apabila
terbukti bersalah akan dijatuhi hukuman disiplin, yang antara lain :
 Hukuman disiplin tingkat ringan, berupa :
 Teguran lisan
 Teguran tertulis
 Hukuman disiplin tingkat berat, berupa :
Pemutusan hubungan kerja bagi PNPNS bersangkutan tanpa menunggu
habis/berakhirnya masa kontrak kerja.
PEMERINTAH PROVINSI MALUKU UTARA
RSUD Dr.H.CHASAN BOESOIRIE
TERNATE

 Setiap PNPNS wajib mengisi Formulir Penilaian Sasaran Kerja dan Sikap
Kerja PNPNS
 Formulir Penilaian Sasaran Kerja dan Sikap Kerja PNPNS ditandatangani
oleh tim penilai kinerja.
 Penilaian disampaikan kepada kepala Bidang SDM melalui Subbid
Administrasi dan Kepangkatan Kepegawaian.
 Hasil penilaian menetukan perpanjangan dan pemberhentian perjanjian
kerja PNPNS.
 Perjanjian Kerja dapat diperpanjangan dalam hal hasil penilaian kinerja
memenuhi kriteria :
 Penilaian Sasaran Kerja minimal BAIK
 Penilaian Sikap Kerja minimal CUKUP
PEMERINTAH PROVINSI MALUKU UTARA
RSUD Dr.H.CHASAN BOESOIRIE
TERNATE

UNSUR PERILAKU KERJA PEGAWAI

Orientasi Pelayanan
 Integritas
 Komitmen
 Disiplin
 Kerjasama
 Kepemimpinan
PEMERINTAH PROVINSI MALUKU UTARA
RSUD Dr.H.CHASAN BOESOIRIE
TERNATE

Pemutusan perjanjian kerja PNPNS dilakukan dengan pertimbangan :


 Jangka waktu perjanjian kerja telah berakhir;
 Meninggal dunia;
 Permohonan pemberhentian dari PNPNS;
 Formasi telah diisi oleh PNS;
 Perampingan organisasi dan atau perpindahan lokasi kerja yang
mengakibatkan pengurangan PNPNS
 Tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan
tugas dan kewajiban sesuai dengan perjanjian kerja yang disepakati;
 Disangka melakukan tindak pidana dengan ancaman hukuman pidana
paling singkat 2 (dua) tahun;
 Mendapatkan hukuman disiplin berat; atau
 Tidak memenuhi kriteria penilaian kinerja
Tindakan untuk menjamin
pertukaran udara secara
normal. Agar pasien tidak
jatuh ke dalam kondisi
Hipoksia

Membebaskan
Jalan Nafas :

Ada 2 Cara :
1. Tidak menggunakan alat
2. Menggunakan Alat
Diagnosis adanya gangguan jalan nafas
dilakukan dengan cara :

Lihat : Gerakan Nafas,


Look Pengembangan Dada,
Retraksi sela Iga

Listen Dengar : Aliran udara


pernafasan

Feel Rasakan : Aliran Udara


Nafas
MEMBEBASKAN JALAN NAFAS
TANPA ALAT
Membuka jalan nafas, dilakukan dengan cara :

 Head-tilt (dorong kepala ke belakang)


 Chin-lift manouver (Mengangkat dagu)
 Jaw-thrust (Mengangkat sudut rahang
bawah)
 Pasien tidak sadar : posisi kepala Flexi
HEAD TILT
 Dilakukan bila jalan nafas tertutup oleh
pangkal lidah, suara nafas pasien tidak bersih,
terdengar suara nafas tambahan seperti
“Ngorok” (snoring).

 Cara : Letakkan 1 telapak tangan didahi pasien


dan tekan kebawah, sehingga kepala menjadi
tengadah dan penyanggah lidah tegang
sehingga lidah terangkat kedepan.
Head Tilt
CHIN LIFT

 Dilakukan dengan maksud mengangkat otot


pangkal lidah kedepan.

 Cara : Gunakan jari tengah dan jari telunjuk


untuk memegang tulang dagu pasien, kemudian
angkat dan dorong tulangnya kedepan
CHIN LIFT
HEAD TILT – CHIN LIFT
JAW THRUST

 Jika tindakan Head Tilt dan Chin lift tidak bisa


membuka jalan nafas dengan sempurna maka
dapat dilakukan Jaw thrust.

 Cara : Dorong sudut rahang kiri dan kanan kearah


depan sehingga barisan gigi bawah berada didepan
barisan gigi atas. Atau gunakan ibu jari kedalam
mulut dan bersama dengan jari-jari lain tarik
dagu kedepan.
JAW THRUST
Catatan :
 Pada pasien yang diduga mengalami patah
tulang leher, maka tindakan yang dilakukan
adalah modifikasi Jaw Thrust dan fiksasi leher.
 Pada pasien dengan dugaan Cidera leher dan
kepala, maka hanya dilakukan Jaw-thrust
dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher.
MEMBERSIHKAN JALAN NAFAS
 Finger Sweep (Sapuan Jari)
Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena
adanya benda asing dalam rongga mulut bagian
belakang (Hipofaring).

Cara : Miringkan kepala pasien, kemudian buka


mulut dengan Jaw Thrust. Gunakan 2 jari
(telunjuk dan tengah) yang bersih atau dibungkus
kassa atau gunakan sarung tangan, kemudian
membersihkan mengorek benda asing di mulut.
 Cross Finger • Finger Sweep

• Finger Sweep
MENGATASI SUMBATAN JALAN NAFAS PARSIAL

Dapat digunakan tehnik Manual Thrust :


Back Blow
Chest Thrust
Heimlich Manuever
A. BACK BLOWS
 Dilakukan pada pasien sadar yang mengalami
sumbatan jalan nafas parsial.
Cara :
Bantu / tahan penderita dlm keadaan berdiri atau
badan agak condong kedepan dengan merangkulnya
dari belakang.

Lakukan hentakan mendadak dan keras pada titik


silang tulang belikat & garis punggung tulang
belakang.
BACK BLOWS
B. HEIMLICH MANEUVER
Cara :
Rangkul korban dari belakang dengan
kedua lengan dengan mengepalkan kedua
tangan, lakukan hentakan pada uluhati.

 Ulangi hingga jalan nafas bebas. Hentikan


tindakan bila penderita tidak sadar. Segera
Panggil bantuan dan lakukan RJP.
HEIMLICH MANEUVER
C. BACK BLOWS PADA BAYI
 Bayi masih sadar :
1. Bila penderita dapat batuk keras, observasi
ketat.
2. Bila nafas tidak efektif/ berhenti
Lakukan hentakan keras-mendadak pada
punggung penderita, dititik silang garis
antar belikat dengan tulang punggung.
Lakukan 5 kali hentakan pada punggung, 2 jari tangan membuka mulut bayi
D. CHEST TRUST
 Usaha untuk membebaskan jalan nafas dari
sumbatan parsial oleh karena benda padat. Untuk
bayi, anak, orang gemuk dan wanita hamil.
Cara :

1. Pada penderita sadar :


Anak > 5 thn : Lakukan chest thrust 5x
Tekan tulang dada dengan jari kedua dan ketiga
kira-kira satu jari dibawah garis imajinasi antar
puting susu.
Chest Thrust pada bayi
MEMBEBASKAN JALAN NAFAS
MENGGUNAKAN ALAT.

 Dilakukan bila pengelolaan tanpa alat


(secara manual) tidak berhasil.
 Alat-alat yang digunakan antara lain:
1. Pipa Orofaring (Oropharingeal Tube)
Tekhnik Pemasangan :
a. Buka Mulut Pasien (Chin Lift atau Cross Finger)
b. Siapkan Pipa Orofaring sesuai ukuran
- Bersihkan dan basahi agar licin
- Arahkan lengkungan menghadap lagit mulut (Palatatl)
- Masukkan separo, kemudian putar lengkungannya menghadap
ke lidah
- Dorong pelan-pelan sampai posisi tepat
c. Yakinkan lidah sudah tertopang pipa orofaring, kemudian
lakukan Look, Listen, Feel
Pipa Orofaring / Oro Pharingeal Tube / Oro
Pharingeal Airway (OPA), Mayo, Guedel
Tehnik
Pemasangan
2. Pipa Nasofaring ( Nasopharygeal Tube)
Tehnik Pemasangan :
a. Nilai lubang hidung, septum nasi dan
ukuran pipa.
b. Pakai sarung tangan
c. Beri jelly pada pipa
d. Hati-hati dengan kelengkungan tube yang
menghadap arah depan, ujungnya
diarahkan kearah telinga
e. Dorong pelan2 hingga seluruhnya masuk.
Pipa Nasofaring
Tehnik
Pemasangan
3. Endotracheal Tube (ETT)
a.Peralatan yang diperlukan dalam pemasangan
Endotracheal Tube :

1. Pipa oro/nasofaring 7. Forcep Magill


2. Suction 8. Laringoscope
3. Kanula dan masker Oksigen 9. Obat-Obatan IV
4. Ambu Bag 10. Stetoskop
5.Pipa endotracheal sesuai 11. Handscoen
ukuran beserta stylet 12. Plester dan gunting
6. Pelumas (Jelly)
13. Bantal kecil
Endo Tracheal Tube / ETT
Peralatan Intubasi
Endotracheal Intubation
PERALATAN LAIN YANG PENTING

1. SUCTION (PENGHISAP)
Untuk membersihkan jalan nafas karena benda
Cair (Lendir, darah )

2. FORCEP (PENJEPIT)
Untuk mengambil benda asing pada jalan
nafas.
BANTUAN HIDUP DASAR
(AHA 2020)
BASIC LIFE SUPPORT
RSUD Dr H CHASAN BOESOIRIE TERNATE
Otak
tidak dapat O2 mati
Jantung
“ 3 – 8” menit

38
Lanjutan

 Kematian akan timbul bila sel tidak


mendapat oksigen.
1. Mati klinis: berhenti benapas, henti
jantung. Masih reversibel bila dilakukan BHD
2. Mati biologis: kerusakan sel otak 4-6 menit
setelah henti napas dan jantung.
3. Bila BHD dilakukan cepat, kehidupan msh
bisa di selamatkan.

39
Keterlambatan BHD

Keterlambatan Kemungkinan
BHD berhasil

1 menit 98 dari 100


3 menit 50 dari 100
10 menit 1 dari 100

40
 Henti napas.
Indikasi BHD
 Henti jantung

41
Tujuan BHD
1. Mencegah berhentinya sirkulasi atau
berhentinya pernafasan
2. Memberikan bantuan eksternal
terhadap sirkulasi dan ventilasi dari
pasien yang mengalami henti jantung
atau henti nafas melalui resusitasi
jantung paru ( RJP ).

42
Langkah-langkah BHD / RJP

43
NILAI RESPON PASIEN

 Segera setelah aman


 “Are you all right ?”
 Hati-hati kemungkinan trauma leher
 Jangan pindahkan / mobilisasi pasien
bila tidak perlu
AKTIFKAN EMS

44
Memeriksa korban dengan
cara menggoncangkan bahu

45
SEGERA BERTERIAK MINTA PERTOLONGAN

MEMPERBAIKI POSISI PASIEN


MEMPERBAIKI POSISI PENOLONG
46
CIRCULATION ( BANTUAN
SIRKULASI )
Memastikan ada tidaknya denyut jantung

47
3. PERIKSA NADI (Check Pulse)
Tentukan ada tidaknya nadi dalam waktu
< 10 detik
KOMPRESI JANTUNG LUAR
Pada 1/2 bawah sternum, diantara 2 putting susu
Kedalaman kompresi jantung minimal 5 cm
1 menit 100-120 x/menit
Rasio Kompresi Jantung Luar - Nafas Bantu 30 : 2
( satu atau 2 penolong)

49
KOMPRESI JANTUNG LUAR

50
100x per menit

Min 5
cm

51
AIRWAY (JALAN NAFAS)
PEMERIKSAAN JALAN NAFAS

52
MEMBUKA JALAN NAFAS
Head tild - Chin lif atau Jaw thrust

53
6. BREATHING (PERNAPASAN)
MULUT KE MULUT
MULUT KE MASK

55
Mulut ke hidung Mulut ke stoma

56
BAG VALVE MASK
( AMBU BAG )

57
BREATHING

"Bagging" : lebih baik berdua


58
Evaluasi airway & breathing
Jika mengalami kesulitan untuk memberikan
nafas buatan yang efektif, periksa apakah
masih ada sumbatan di mulut pasien serta
perbaiki posisi tengadah kepala dan angkat
dagu yang belum adekuat. Lakukan sampai
dapat dilakukan 2 kali nafas buatan yang
adekuat.

59
Evaluasi airway & breathing
Bila pasien kembali bernafas spontan dan
normal tetapi tetap belum sadar, ubah
posisi pasien ke posisi miring mantap,
bila pasien muntah tidak terjadi aspirasi .

Waspada terhadap kemungkinan pasien


mengalami henti nafas kembali, jika
terjadi segera terlentangkan pasien dan
lakukan nafas buatan kembali.

60
RJP Sebelum & Sesudah Intubasi
 Sebelum intubasi
 Dewasa (>8 th) = Rasio 30 : 2 (utk 1 & 2 penolong)
 Anak (1-8 th) 30 : 2 (1 penolong)
 Bayi (<1 th ) 15 : 2 (2 penolong)
 Setelah intubasi
 Kompresi 100-120 x/mnt
 Ventilasi 8 - 10 x/mnt
 5 x siklus 30 :2 (= 2mnt)  nilai ulang sirkulasi

61
EVALUASI

 Sesudah 5 siklus ventilasi dan kompresi kemudian pasien


dievaluasi kembali.
 Jika tidak ada nadi karotis, dilakukan kembali kompresi
dan bantuan nafas dengan rasio 30:2.
 Jika ada nafas dan denyut nadi teraba letakan pasien
pada posisi mantap.
 Jika tidak ada nafas tetapi nadi teraba, berikan bantuan
nafas sebanyak 8 – 10 x/menit dan monitor nadi
 Jika sudah terdapat pernafasan spontan dan adekuat
serta nadi teraba, jaga agar jalan nafas tetap terbuka.

62
POSISI UNTUK MENJAGA JALAN
NAPAS/POSISI SISI MIRING MANTAP

63
Recovery Position
RJP DIHENTIKAN
 Kembalinya ventilasi & sirkulasi spontan
 Ada yang lebih bertanggung jawab
 Penolong lelah atau sudah 30 menit tidak ada
respon.
 Adanya DNAR
 Tanda kematian yang irreversibel

65
RJP TIDAK DILAKUKAN

 DNAR (Do Not Attempt Resuscitation)


 Tanda kematian : rigor mortis, livor
mortis,dekomposisi
 Sebelumnya dengan fungsi vital yang sudah
sangat jelek dengan terapi maksimal
 Bila menolong korban akan membahayakan
penolong
KOMPLIKASI RJP

 Nafas buatan :
inflasi gaster
regurgitasi
mengurangi volume paru
 Bila terjadi inflasi gaster
perbaiki jalan nafas
hindari TV yang besar dan laju
nafas yang cepat
67
KOMPLIKASI RJP
 Frakturiga & sternum, sering terjadi terutama
pada orang tua, RJP tetap diteruskan walaupun
terasa ada fraktur iga. Fraktur mungkin terjadi
bila posisi tangan salah.
 Pneumothorax
 Hemothorax
 Kontusio paru
 Laserasihati dan limpa, posisi tangan yang
terlalu rendah akan menekan procesus
xipoideus ke arah hepar atau limpa
 Emboli lemak 68
BLS Guidelines :
 Pengenalan segera pd sudden cardiac arrest
(SCA) didasarkan unresponsive dan tdk napas
normal (tidak bernapas atau hanya gasping)
 Look, Listen & Feel dihilangkan dari algoritma BLS
 Menganjurkan hand-only (chest compression
only) CPR pd penolong awam yg tdk terlatih
 Sekuens berubah dari ABC  CAB
 Penolong terus melakukan CPR hingga terjadi
return of spontaneous circulation (ROSC)
BLS Guidelines (Lanjutan...)

 Peningkatan fokus pd metode untuk memastikan


bahwa RJP diberikan dengan high-quality :
 Kecepatan dan kedalaman kompresi adekuat
 Memungkinkan full chest recoil antara
kompresi
 Meminimalkan interupsi saat kompresi dada
 Menghindari ventilasi berlebihan
 Tidak menekankan pemeriksaan nadi bagi
penolong awam maupun bagi healthprovider
“TIME SAVING IS
LIFE SAVING”
TERIMA KASIH
KESEHATAN
DAN
KESELAMATAN
KERJA
KESEHATAN KERJA
USAHA UNTUK MENCIPTAKAN TENAGA KERJA
YANG SEHAT DAN PRODUKTIF
KESELAMATAN KERJA
USAHA UNTUK MENCIPTAKAN KEADAAN DAN
CARA KERJA YANG AMAN, BEBAS DARI
KECELAKAAN
K3
MERUPAKAN KESATUAN UPAYA SALING
TERKAIT DAN MENUNJANG SATU SAMA LAIN
UNTUK TERCIPTANYA LINGKUNGAN KERJA
YANG AMAN DAN PEKERJA YANG SEHAT
RUMAH SAKIT ADALAH
TEMPAT DIMANA:

• ORANG SAKIT DIOBATI


AGAR SEMBUH
• TENAGA KESEHATAN
BEKERJA MENGOBATI
ORANG SAKIT
• PENGUNJUNG
MENENGOK ORANG
SAKIT
RUMAH SAKIT ADALAH
TEMPAT KERJA YANG
HARUS AMAN, BEBAS DARI
KECELAKAAN DAN BEBAS
DARI PENYAKIT AKIBAT
KERJA.
UPAYA K3 DI RUMAH SAKIT
Upaya K3 di rumah sakit menyangkut:
 Tenaga kerja
 Cara / metode kerja
 Alat kerja
 Proses kerja
 Lingkungan kerja

Upaya ini meliputi:


 Peningkatan
 Pencegahan
 Pengobatan
 Pemulihan
Kinerja Pekerja
dipengaruhi oleh :
Beban kerja
Lingkungan kerja
Kapasitas kerja
Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai
suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan
peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat
ketidak serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan
kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang
pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.
Beban Kerja
SETIAP PEKERJAAN APAPUN JENISNYA

APAKAH PEKERJAAN TERSEBUT


MEMERLUKAN KEKUATAN OTOT ATAU
PEMIKIRAN MERUPAKAN BEBAN BAGI YANG
MELAKUKAN.
DENGAN SENDIRINYA BEBAN INI DAPAT
BERUPA BEBAN FISIK, BEBAN MENTAL,
ATAUPUN BEBAN SOSIAL SESUAI DENGAN
JENIS PEKERJAAN SI PELAKU.
Beban
DITambahan
SAMPING akibat
BEBANLingkungan KerjaHARUS
KERJA YANG
DIPIKUL OLEH PEKERJA ATAU KARYAWAN,
PEKERJA SERING ATAU KADANG-KADANG
MEMIKUL BEBAN TAMBAHAN YANG
BERUPA KONDISI ATAU LINGKUNGAN
YANG TIDAK MENGUNTUNGKAN BAGI
PELAKSANAAN PEKERJAAN.
DISEBUT BEBAN TAMBAHAN KARENA
LINGKUNGAN TERSEBUT MENGGANGGU
PEKERJAAN, DAN HARUS DIATASI OLEH
PEKERJA ATAU KARYAWAN YANG
BERSANGKUTAN.
Kesehatan kerja berusaha mengurangi atau
mengatur beban kerja para karyawan atau pekerja
dengan cara : merencanakan atau mendesain
suatu alat yang dapat mengurangi beban kerja.

Misalnya alat untuk mengangkat


barang yang berat diciptakan troli
dorong. untuk mempercepat pekerjaan
tulis menulis diciptakan mesin ketik,
untuk membantu beban hitung-
menghitung diciptakan kalkulator atau
komputer, dan sebagainya
Beban tambahan ini dapat dikelompokkan
menjadi 5 faktor yakni:

1. Faktor fisik, misalnya:


penerangan/pencahayaan yang tidak cukup, suhu
udara yang panas, kelembaban yang tinggi atau
rendah, suara yang bising, dan sebagainya.

2. Faktor kimia, yaitu bahan-bahan kimia


yang menimbukan gangguan kerja,
misalnya: bau gas, uap atau asap, debu,
dan sebagainya.
3. Faktor biologi, yaitu binatang atau hewan dan tumbuh tumbuhan yang
menyebabkan pandangan tidak enak /mengganggu, misalnya: nyamuk,lalat,
kecoa, lumut, taman yang tak teratur, dan sebagainya.

4. Faktor fisiologis, yakni peralatan kerja yang tidak sesuai dengan


ukuran tubuh atau anggota badan (ergonomic), misalnya: meja
atau kursi yang terlalu tinggi atau pendek.

5. Faktor sosial-psikologis, yaitu suasana kerja yang tidak


harmonis, misalnya: adanya gosip, cemburu, dan sebagainya.
3. Kemampuan Kerja
Kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan berbeda dengan seseorang yang
lain, meskipun pendidikan dan pengalamannya sama, dan bekerja pada suatu pekerjaan
atau tugas yang sama.
Perbedaan ini disebabkan karena :

 kapasitas orang berbeda. - Bawaan dari lahir,


- Dipengaruhi oleh
pendidikan, gizi,kesehatan ibu, genetik,
lingkungan
pengalaman
kesehatan
kebugaran,
gizi
jenis kelamin
ukuran-ukuran tubuh
KEMAMPUAN TENAGA KERJA PADA UMUMNYA
DIUKUR DARI KETERAMPILANNYA DALAM
MELAKSANAKAN PEKERJAAN.

SEMAKIN TINGGI KETERAMPILAN YANG DIMILIKI


OLEH TENAGA KERJA, SEMAKIN EFISIEN BADAN
(ANGGOTA BADAN), TENAGA DAN PEMIKIRAN
(MENTALNYA) DALAM MELAKSANAKAN PEKERJAAN.
PENGGUNAAN TENAGA DAN MENTAL ATAU JIWA
YANG EFISIEN, BERARTI BEBAN KERJANYA RELATIF
RENDAH
Dari laporan-laporan yang ada, para pekerja yang mempunyai
keterampilan yang tinggi angka absentisme karena sakit lebih rendah
daripada mereka yang keterampilannya rendah.

Keterampilan atau kemampuan pekerja senantiasa harus ditingkatkan,


melalui :
 Program-program pelatihan, kebugaran, dan promosi kesehatan.

Peningkatan kemampuan tenaga kerja ini akhirnya akan berdampak


terhadap peningkatan produktivitas kerja.

 Selain itu faktor yang sangat penting adalah Program perbaikan gizi
melalui pemberian makanan tambahan bagi tenaga kerja, terutama
bagi pekerja kasar.
BAHAYA POTENSIAL DI RS
BAHAYA POTENSIA DI RS DAPAT MENGAKIBATKAN PENYAKIT DAN KECELAKAAN AKIBAT
KERJA.
FAKTOR YANG MENYEBABKAN :
• BIOLOGI VIRUS, BAKTERI, JAMUR
• KIMIA ANTISEPTIK, GAS ANAESTESI
• ERGONOMI CARA KERJA YANG SALAH
• FISIKA RADIASI, BISING, LISTRIK, SUHU, GETARAN
• PSIKOSOSIAL HUBUNGAN KARY/ATASAN, BEBAN KERJA

BAHAYA POTENSIAL LAIN:


• KEBAKARAN
• PELEDAKAN
• MEKANIK
• RESIKO HUKUM
KESELAMATAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR432/MENKES/SK/IV/2007 TENTANG
PEDOMAN MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA (K3) DI RUMAH SAKIT
PEDOMAN MANAJEMEN KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA (K3) DI RS
KEPMEN TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN K3 DI
RUMAH SAKIT MULAI BERLAKU TGL 10 APRIL 2007
DENGAN ADANYA KEPMEN INI DIHARAPKAN RUMAH
SAKIT DI INDONESIA DAPAT MELAKSANAKAN KEGIATAN
DAN PROGRAM K3, SEHINGGA RUMAH SAKIT DAPAT
AMAN DARI KECELAKAAN, BEBAS DARI PENYAKIT
AKIBAT KERJA DAN TERCIPTA PELAYANAN YANG
BERMUTU DAN MEMUASKAN
MANAJEMEN K3 RS
K3 MERUPAKAN PROGRAM KEGIATAN SEHINGGA DIPERLUKAN
SUATU SISTEM MANAJEMEN.

MANAJEMEN K3 RS
SUATU PROSES KEGIATAN YANG DIMULAI DENGAN TAHAP
PERENCANAAN, PENGORGANISASIAN, PELAKSANAAN DAN
PENGENDALIAN YANG BERTUJUAN UNTUK MEMBUDAYAKAN K3 DI
RS
MANAJEMEN—MANAGE—YANG BERARTI:

MENGURUS, MENGATUR, MENGELOLA


PROSES MANAJEMEN K3RS TERDIRI DARI :

- PERENCANAAN
- PENGORGANISASIAN
- PELAKSANAAN
- PEMANTAUAN
KESIMPULAN

• RUMAH SAKIT HARUS MELAKSANAKAN K3 KARENA


DI RS ADA KARYAWAN, PASIEN, PENGUNJUNG
YANG HARUS TERHINDAR DARI KECELAKAAN DAN
PENYAKIT AKIBAT DI RS
• RUMAH SAKIT HARUS MELAKSANAKAN K3 UNTUK
MEMATUHI PERUNDANGAN DAN PERATURAN YANG
ADA
• TERLAKSANANYA K3RS HARUS DIDUKUNG OLEH
SELURUH DIREKSI DAN KARYAWAN/ PETUGAS RS
FIRE SAFETY
DI RS
RUANG BERPOTENSI BAHAYA
Dapur, tmsk pemakaian LPG
Ruang mesin, genset, ruang alat
pemindah daya (electric switchgear)
Ruang/ tempat pembuangan sampah
Shaft vertikal utk saluran & pemipaan
Gudang bahan/ material
Ruang di atas plafon dan di bawah lantai
Besment, tempat parkir, kerja hot-works
termasuk bengkel (mekanik/ elektrik)
Lingkungan sekitar bangunan / pagar
LOKASI POTENSI KEBAKARAN DI RS

DAPUR/ GIZI (INSTALASI GIZI), D


DEPO BBM
DEPO GAS MEDIS (FARMASI/ IPSRS/ RUANG PERAWATAN)
RUANG GENSET, SENTRAL POWER LISTRIK (IPSRS)
BENGKEL LAS, AC, CAT, DLL (IPSRS)
GUDANG NON MEDIS (RUMAH TANGGA)
GUDANG MEDIS (FARMASI)
LOUNDRY
PENYIMPANAN FILE RM (INSTALASI REKAM MEDIS)
TEMPAT PENYIMPANAN BARANG BEKAS/ (RUMAH TANGGA)
INSTALASI SENTRAL GAS MEDIS (YANMED)
KANTOR (SELURUH RUANGAN)
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
1. Ketersediaan APAR

Dry CO2 Foam


Chemical
Powder

2. Sistem Deteksi Dini dan Alarm Kebakaran


Smoke Detector Alarm kebakaran
3. HIDRAN ATAU SISTEM PIPA TEGAK
PADA SAAT MENEMUKAN KOBARAN API,
TEKAN ALARM KEBAKARAN
ATAU HUBUNGI OPERATOR
JIKA MEMUNGKINKAN, PADAMKAN DENGAN
PERALATAN YANG TERSEDIA
(APAR DAN HIDRAN KEBAKARAN)
SEGERA TINGGALKAN RUANGAN .
JANGAN PIKIRKAN BARANG.
KESELAMATAN JIWA ANDA LEBIH PENTING.
INGAT !!!
PADA SAAT MENUJU
KELUAR, JANGAN SEKALI-KALI
MENGGUNAKAN LIFT
JIKA TERKURUNG DALAM RUANGAN ATAU TERPERANGKAP DALAM ASAP:

• HUBUNGI OPERATOR
DENGAN TELEPON
• BERI TANDA YANG
MENARIK PERHATIAN,
BERTERIAK SAMBIL
MELAMBAIKAN KAIN DARI
JENDELA, DLL.
• BERNAFASLAH PENDEK-
PENDEK SAMBIL
MERANGKAK
MENYELAMATKAN DIRI
PETUNJUK BAGI PENGHUNI BANGUNAN/GEDUNG

• KENALI/PERHATIKAN SARANA JALAN


KELUAR (EXIT) DAN PINTU DARURAT

• HAFALKAN (LETAKKAN DIMEJA ANDA)


NOMOR-NOMOR TELEPON PENTING
YANG HARUS DIHUBUNGI BILA TERJADI
KEBAKARAN
• KENALI DIMANA LETAK ALAT PEMADAM
API DAN BAGAIMANA CARA
PENGGUNAAN ALAT PEMADAM API
TERSEBUT
• TEMUKAN LETAK TOMBOL ALARM DAN
PASTIKAN ANDA DAPAT
MENGAKTIFKANNYA
TITIK
BERKUMPUL……….????
?
CARA PENGGUNAAAN
APAR
ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)
DEFINISI :
• ADALAH ALAT PEMADAM
KEBAKARAN YANG DAPAT DIBAWA &
DIOPERASIKAN OLEH SATU ORANG
SERTA BERDIRI SENDIRI YANG
DIPERUNTUKKAN UNTUK API RINGAN

Untuk Mengoperasikan APAR Ingat T-A-T-S


Tarik Pin Arahkan Tekan Pengatup Semprotkan

Pegangan
Pin Pengunci Nozzle Bawah
PROSEDUR PENGGUNAAN APAR
BENCANA ALAM
SUMBER BENCANA
ALAM

• Gempa bumi
• Banjir /
Tsunami
• Gunung
meletus
• Tanah longsor

MANUSIA
• Human error
• Penebangan Hutan
• Sabotase, Pemogokan, Peperangan
• Membuang sampah di sungai
• Membakar sampah/ hutan sembarangan
FISIK DAN MATERIAL :

 Korban jiwa (mati atau menderita)


 Korban harta benda dan sarana / materiil untuk
kehidupan masyarakat atau sarana produksi bagi
kegiatan industri
NON MATERIL :
 Terganggunya struktur kegiatan rutin ,
produksi bagi suatu industri atau kegiatan
sosial bagi masyarakat.
 Terganggunya kondisi ekonomi.
 MENGURANGI DAMPAK BAHAYA.
 MENYIAPKAN LANGKAH-LANGKAH
PENYELAMATAN UNTUK MELINDUNGI MANUSIA
DAN HARTA BENDA.
 TANGGAP SAAT MENGHADAPI EMERGENCY DAN
MENYEDIAKAN FASILITAS YANG DI-PERLUKAN.
 MENERAPKAN SISTEM PEMULIHAN AGAR
KOMUNITAS MENJADI NORMAL SETELAH
TERJADI BENCANA.
GEMPA BUMI
• JANGAN PANIK.
• SEBAIKNYA BERLINDUNG DI BAGIAN YANG KUAT
SEPERTI BAWAH MEJA, LEMARI.
• JAUHI BANGUNAN YANG TINGGI, TEMPAT
PENYIMPANAN ZAT KIMIA, KACA.
• PERHATIKAN BAHAYA LAIN SEPERTI KEBAKARAN
AKIBAT KEBOCORAN GAS, TERSENGAT LISTRIK.
• JANGAN GUNAKAN LIFT.
• HUBUNGI PEMADAM KEBAKARAN, DLL.
PENINGKATAN MUTU DAN
KESELAMATAN PASIEN

Ferry Adref. S.Kep.Ns.M.Kep


1. Kepemimpinan dan perencanaan

Rancangan proses klinik &


2. manajemen

FOKUS AREA
Pemilihan indikator & pengumpulan
DALAM BAB 3. data
PMKP

Validasi dan analisis dari indikator


4. penilaian

Mencapai dan mempertahankan


5. peningkatan

Komisi Akreditasi Rumah Sakit


KONSEP PENINGKATAN MUTU
DALAM STANDAR AKREDITASI RS

PENGUKURAN MUTU

PENINGKATAN
MUTU RS

STANDARISASI

Komisi Akreditasi Rumah Sakit


Meningkatkan mutu
secara keseluruhan
TUJUAN
dng terus menerus
PENINGKATAN
mengurangi risiko
MUTU &
terhadap pasien & staf
KESELAMATAN
baik dalam proses klinis
PASIEN
maupun lingkungan
fisik

4
 suatu cara utk mengukur
mutu dari suatu kegiatan
 merupakan variabel yg
digunakan utk menilai
perubahan
pemilihan indikator-luwi 28 juli2015 5
Pemilihan indikator & pengumpulan data
(PMKP 3.1, 3.2, 3.3)

11 Indikator
Area Klinik 9 Indikator 6 Indikator
(IAK) Area Sasaran
5 Indikator Manajemen Keselamatan
International (IAM) Pasien (ISKP)
Library (IIL)

Data dikumpulkan
Komisi Akreditasi Rumah Sakit
INDIKATOR AREA KLINIK
AREA INDIKATOR PIC
Asesmen Pasien Pengkajian awal medis pasien rawat inap Instalasi Rawat Inap
kurang dari 1x24 jam
Layanan Laboratorium Waktu tunggu hasil pemeriksaan CBC < 30 Instalasi Laboratorium Klinik
menit
Layanan Radiologi Kejadian kegagalan pelayanan rongseng Instalasi Radiologi
karena foto tidak bisa dibaca
Prosedur bedah Pelayanan pasien operasi elektif, tertunda Instalasi Kamar Operasi
operasi > 1 jam dari yang dijadwalkan
Penggunaan antibiotic dan obat lainnya Ketepatan waktu pemberian antibiotic per Instalasi Kamar Operasi
operasi (min 1 jam sebelum diiris)
Kesalahan obat dan kejadian nyaris cedera Tidak ada insiden penulisan etiket pada obat Instalasi Framasi
pasien di instalasi farmasi
Penggunaan anestesi dan sedasi Pengkajian Pra-anastesi pada pasien yang Instalasi Rawat Inap
akan dilakukan oprasi elektif dilaksanakan 6-
12 jam sebelum oprasi
Penggunaan darah dan produk darah Angka reaksi tranfusi darah di ruangan rawat Instalasi Rawat Inap
inap
Ketersediaan isi dan penggunaan rekam Kelengkapan pengembalian rekam medik Instalasi Rekam Medik
medic 1x24 jam
Pencegahan dan pengendalian Komite PPI
pengawasan serta pelaporan infeksi Angka kejadian phlebitis
Penelitian Klinis Kelengkapan informasi untuk mendapatkan Diklat
persetujuan pasien pada setiap penelitian
klinis
INDIKATOR AREA MANAJEMEN
AREA INDIKATOR PIC
Ketersediaan obat sesuai formolarium Tersedianya obat esensial dalam Instalasi Farmasi
rumah sakit pelayanan diruangan rawat
Pelaporan aktifitas yang diwajibkan Laporan kejadian KTD sentinel ke KPRS Komite KPRS
oleh peraturan dan UU < 2x24 jam
Manajemen risiko Pengadaan bahan berbahaya dan Kesling
beracun
Manajemen penggunaan sumber daya Pelatihan karyawan minimal 20 jam Diklat
pertahun
Harapan, kepuasan pasien dan Tingkat kepuasan pasien rawat inap, Rawat jalan, Rawat inap, IGD
keluarga rawat jalan dan unit gawat darurat
Harapan dan kepuasan staf Ketepatan kenaikan pangkat jabatan Kepegawaian
fungsional
Demografi dan diagnosis klinis pasien Tren 10 besar diagnosis terbanyak dan Instalasi Rekam Medik
demografinya

Manajemen keuangan Kecepatan waktu pemberian informasi Ruang rawat


tagihan pasien rawat inap <2 jam
INDIKATOR AREA SKP

AREA INDIKATOR PIC


Mengidentifikasi pasien dengan benar Kepatuhan pemasangan gelang Sub komite SKP
identifikasi pasien

Peningkatan komunikasi yang efektif Verifikasi ketepatan prosedur TBaK saat Sub komite SKP
menerima instruksi verbal melalui
telepon

Peningkatan keamanan obat yang Obat-obat high alert elektrolit pekat di Sub komite SKP
perluh di waspadai ruangan IGD

Kepastian tempat lokasi, tepat Kelengkapan pengisian format chek list Sub komite SKP
prosedur, tepat pasien oprasi keselamatan pasien oprasi

Pengurangan resiko infeksi terkait Kepatuhan hand higiene (cuci tangan ) Sub komite SKP
pelayanan kesehatan untuk petugas

Mengurangi risiko jatuh Insiden pasien jatuh selama perawatan Sub komite SKP
rawat inap dirumah sakit
TERIMA KASIH
OLEH
DIKLAT RSUD dr. H. CHASAN BOESOIRIE
TERNATE
PENGERTIAN

ebersihan tangan suatu


prosedur tindakan
membersihkan tangan
dengan menggunakan
sabun / antiseptik dibawah
air mengalir atau dengan
menggunakan handrub
berbasis alkohol
Tujuan kebersihan tangan
Untuk menghilangkan
kotoran/bahan organik dan
membunuh mikroorganisme
yang terkontaminasi di tangan
yang diperoleh karena:
- Kontak dengan pasien
terinfeksi/kolonisasi
- kontak dengan permukaan
lingkungan

4-3
Handsrub antiseptik

4-4
Teknik kebersihan tangan
• Sebelum melakukan kebersihan tangan
Pastikan perhiasan cincin, termasuk cincin
kawin, gelang, arloji, tidak dipakai.
• Penelitian: kulit dibawah perhiasan
kolonisasi yang berat, sulit
dibersihkan/dekontaminasi
• Memakai perhiasan akan sulit saat memakai
sarung tangan.
5 Momen indikasi cuci tangan
KONSEP TRANSMISI MIKROBA
BERDASARKAN AREA
HEALTH-CARE AREA

ZONA PASIEN
Critical site with
infectious risk
for the patient

Critical site
with body fluid
exposure risk
ZONA PASIEN DAN KONTAK YANG TERJADI

2
3

1
4/5
H Sax, University Hospitals, Geneva 2006
OLEH
DIKLAT RSUD dr. H. CHASAN BOESOIRIE
TERNATE
ALAT PELINDUNG DIRI

Defenisi :
APD adalah pakaian khusus atau peralatan
yang dipakai petugas untuk memproteksi
diri dari bahaya phisikal, chemical,
biologis/bahan infeksius(OSHA, CDC)

5-16
Jenis Alat Pelindung :

 Gloves/Sarung tangan → proteksi tangan


 Gown/Aprons → proteksi kulit dan atau
pakaian
 Respirator → proteksi saluran nafas dari
agen infeksi airborne/udara
 Google/Kaca mata → proteksi mata
 Face Protection (masker, face shield, visor) →
proteksi wajah, mulut, hidung dan mata
 Head coverings/Topi → proteksi kepala
 Sepatu/Boot → proteksi kaki
PEMILIHAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI
Kaca
Jenis Tindakan Sarung tangan Masker Gaun/celemek mata/penut Topi
up wajah
Tidak, kecuali kulit tidak
Memandikan pasien Tidak Tidak Tidak Tidak
utuh
Vulva /Penis Hygiene Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Menolong BAB Ya Ya Tidak Tidak Tidak
Menolong BAK Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Oral Hygiene Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Pengisapan lendir Ya Ya Tidak Tidak Tidak
Mengambil darah vena Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Perawatan luka mayor Ya /steril Ya Tidak Tidak Tidak
Perawatan luka minor Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Perawatan luka infeksius Ya / steril Ya Tidak Tidak Tidak
Mengukur TTV Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Melakukan penyuntikan Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Pemasangan CVC line Ya (Steril) Ya Ya Ya Ya
Intubasi Ya Ya Tidak Tidak Tidak
Memasang Infuse Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Memasang Dawer Catheter Ya ( Streril ) Tidak Tidak Tidak Tidak
Melap meja, monitor, syring pump Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
di pasien
Membersihka peralatan habis Ya ( Sarung Tangan Rumah Ya Ya Ya Tidak
pakai Tangga)
Transportasi pasien Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
sitirohani_17@yahoo.com
CARA MENGGUNAKAN APD LENGKAP
• Menggunakan baju Kerja Lapangan /
Baju OK dan
• Menggunakan shoes cover sebagai
1 lapisan pertama

• Lakukan kebersihan tangan


2

• Kenakan sarung tangan pertama (


sarung tangan biasa)
3
• Menggunakan apron
cover all tetapi bagian
4 kepala tidak ditutup dulu

• Menggunakan sepatu
boot
5

• Menggunakan masker
N95
6
• Menggunakan kacamata
pelindung (goggle)
7

• Menutup Cover all bagian


kepala
8 • Menggunakan Face Shield

• Kenakan sarung tangan


kedua (Menutup sampai
9 kebatas siku)
CARA MELEPASKAN APD LENGKAP
1. Desinfeksi sarung tangan lapisan luar dengan
handrub alkohol
2. Desinfeksi sepatu boot menggunakan sikat
panjang

3. Melepaskan sarung tangan bagian


luar (Masukkan ditempat sampah
infeksius / Kuning)

4. Melepaskan visor
(Masukkan dalam wadah /
ember yang disediakan)
Melepas sepatu boot dengan cara
menginjak bagian tumit
sepatu.(Masukkan dalam wadah / ember
yang disediakan)

Membuka apron cover all (Masukkan


ditempat sampah infeksius / Kuning)

Disinfektan sarung tangan


bagian dalam
Lepaskan kaca mata pelindung /
goggle (Masukkan dalam wadah /
ember yang disediakan)
Lepaskan masker N95 (Masukkan
ditempat sampah infeksius / Kuning)

Disinfektan sarung tangan


Lepaskan sarung tangan bagian
dalam / pertama (Masukkan
ditempat sampah infeksius / Kuning)

Lakukan kebersihan tangan


(hand hygiene)

Lakukan kebersihan diri (Mandi)


SPILL KIT
• Spill kit adalah satu set peralatan yang dipakai
oleh petugas untuk melindungi dirinya dari
saat membersihkan bahan-bahan yang
infeksius seperti darah, cairan tubuh, sekret
pasien.
• Pembersihan tumpahan darah/ cairan tubuh
adalah proses kegiatan yang dilakukan untuk
membersihkan darah atau cairan tubuh
dilantai sehingga lantai tetap bersih.
PERSIAPAN ALAT
YELLO TAPE

APRON

TEMPAT BENDA
MASKER
TAJAM

KACA MATA TISSUE


PENYERAP
MOBCAP
SEROK CIKRAK
SARUNG
TANGAN
KANTONG WIPPER GLASS
INFEKSIUS
KLORIN
BUBUK
LARUTAN
CLORIN
• Petugas mengambil 1 set spill kit dan papan tanda
peringatan lantai basah
1

• Pasang papan tanda peringatan Yellow Tape sekitar area


tumpahan darah atau cairan tubuh
2

• Petugas membuka set spill kit dan memakai APD dengan


urutan gaun pelindung, masker, kaca mata mobcap hair
3 dan sarung tangan Buka dan siapkan plastic kuning
• Taburkan bubuk klorin pada tumpahan darah /
cairan tubuh
4

• Tutup tumpahan darah / cairan tubuh dengan


kain atau kertas penyerap
5

• Bersihkan tumpahan darah / cairan tubuh


dengan kain atau bahan yang bias menyerap
6 cairan tubuh menggunakan serok cikrak / sapu
• Selesai pembersihan buang kain atau bahan
yang bias menyerap cairan tubuh kedalam
7 plastic kuning

• Ikat plastic kuning yang berisi alat dan


barang yang sudah terkontaminasi.
8

• Semprotkan cairan natrium hypoklorit 0,5%


kebekas daerah tumpahan
9
• Bersihkan kembali menggunakan bahan
penyerap.
10

• Selesai pembersihan buang kain atau


bahan yang bias menyerap cairan tubuh
11 kedalam plastic kuning

• Bereskan peralatan (kotak spill kit dan


kacamata)
12 • Buang plastic kuning ke sampah medis
• Lepaskan APD dengan urutan sarung tangan, (kaca
mata masukkan kembali kekotak), gaun pelindung
13 masker topi dan buang di sampah medis

• Bersihkan kacamata dan kotak spill kit


14

• Kembalikan kotak spill kit ditempat


penyimpanannya
15 • Cuci tangan
DOKUMENTASI KEGIATAN
ORIENTASI DAN PELATIHAN MKP, PPI K3 DAN BLS BAGI PEGAWAI MAGANG DAN
PEGAWAI BARU BLUD DI RSUD Dr. H. CHASAN BOESOIRIE TERNATE
TANGGAL: 04 – 05 JULI 2022
MAKANAN DAN SNAC

You might also like