You are on page 1of 19

Tasharruf : Journal of Islamic Economics and Business | Page : 11 -29

Vol. 03 No. 01 Mei 2022 | e-ISSN/p-ISSN : 2962-8407/2962-1836

Peran Lembaga Keuangan Syariah dalam Industri Halal


Sudut Pandang Maqosid Syariah

Saiful Bakhri1, Kasuwi Saiban2, Misbahul Munir3


1
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Indonesia dan Sekolah Tinggi Agama
Islam Salahuddin Pasuruan, Indonesia
1
Email : Saifulb223@gmail.com
2
Universitas Merdeka Malang, Indonesia
2
Email : kasuwi.saiban@gmail.com
3
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Indonesia
3
Email : kasuwi.saiban@gmail.com

Submit : 11/02/2022 | Review : 11/03/2022 s.d 11/04/2022 | Publish : 09/05/2022

Abstract
This paper explores the contribution of Islamic financial institutions in the halal industry from the
point of view of maqashid sharia. Financial transaction activities are aimed at achieving mashlahah
or economic prosperity for each person and citizen. However, the implementation of this mashlahah
as the conceptual framework of sharia maqashid requires criticism that can contribute instantly to
sharia business activities. The formulation of each Islamic banking and financial product is
inseparable from the study of ushul fiqh and sharia maqashid. Linked to Islamic banking products,
ushul fiqh with a maqashid sharia perspective shares philosophical perspectives and rational
thoughts about contracts in each Islamic banking product. With the Maqashid Syariah approach,
Islamic banking and financial products can grow well and can respond to rapidly changing business
progress. This research uses content analysis by conducting a literature review on the theme. This
paper formulates that Islamic financial institutions are driven by spirituality and ethical values
derived from maqashid al-syari'ah

Keyword : Islamic Financial Institutions, Maqashid Sharia

Pendahuluan

Islam adalah agama terbesar kedua di dunia. Pada tahun 2016, jumlah
penganut agama Islam di dunia diperkirakan mencapai 1.5 milyar orang atau
sekitar 25 persen dari jumlah penduduk dunia. Dari jumlah tersebut, sekitar 1.1
milyar tinggal di empat puluh lima negara yang berpenduduk mayoritas muslim
dan sekitar 400 juta lainnya tinggal di 149 negara sebagai minoritas(Hassan,
2006). Bahkan pada 2030 diperkirakan akan meningkat menjadi 26%, dan pada
Saiful Bakhri, Kasuwi Saiban, Misbahul Munir

2050 diperkirakan jumlah populasi umat muslim didunia akan meningkat jauh
lebih cepat daripada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan(Global Muslim
Travel Index, 2021).

Umat muslim dalam menjalankan seluruh aktivitas kehidupan harus sesuai


dengan tuntunan yang terdapat dalam Al Quran, Sunnah, daan Ijma ulama.
Keseluruhan aktivitas tersebut meliputi bagaimana manusia bermuamalah,
beinteraksi, melakukan kegiatan ekonomi, berpakaian, makan, minum, tingkah
laku semuanya harus sesuai dengan ajaran Islam. Disisi lain Umat Islam di era
globalisasi saat ini menghadapi tantangan untuk tetap berpegang teguh pada
tuntunan yang disyariatkan dalam Islam. Era globalisasi membuat negara-negara
didunia menjadi borderless. Budaya dari luar negara bisa saja diserap begitupun
sebaliknya.

Fenomena perkembangan ekonomi global menunjukkan ekonomi syariah


telah menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang dibutuhkan dan menjadi
perhatian di berbagai negara di dunia, baik negara dengan mayoritas penduduk
yang Muslim maupun non Muslim. Hal ini menjadi sebuah pendukung dan kondisi
positif bagi negara Indonesia karena didukung oleh mayoritas penduduknya yang
beragama Muslim. Indonesia sebagai negara dengan populasi penduduk beragama
Islam terbesar di dunia sebaiknya menjadikan industri halal sebagai lokomotif
pembangunan ekonomi(Rehman, 2020).

Menurut Gillani, Ijaz, & Khan industri halal mengalami perkembangan


yang pesat dalam beberapa tahun ini. Gaya hidup halal yang identik dengan umat
Muslim tersebar hingga ke berbagai negara, bahkan ke negara-negara dengan
penduduk Muslim minoritas. Halal menjadi indikator universal untuk jaminan
kualitas produk

dan standar hidup. Halal biasanya hanya dikaitkan dengan hal-hal terkait
kebendaan saja. Namun demikian, dalam Islam halal mencakup perbuatan dan
pekerjaan atau biasa disebut dengan Muamalah(Thomson Reuters &
DinarStandard, 2016). Hal ini yang menjadi dampak positif dan dapat
membangkitkan gerakan industri halal, tidak hanya pada satu bidang industri saja

12 | Vol. 03 No. 01 Mei 2022


Peran Lembaga Keuangan Syariah dalam Industri Halal
Sudut Pandang Maqosid Syariah

akan tetapi untuk seluruh bidang kehidupan umat Muslim. Industri halal menjadi
suatu kebutuhan dan berperan dalam memajukan perekonomian umat secara
berkelanjutan. Tentunya kesadaran atas pentingnya industri halal ini tidak hanya
untuk kepentingan satu pihak namun seluruh pihak harus memperjuangkan
eksistensi industri halal.

Industri halal mengalami perkembangan pesat pada beberapa sektor antara


lain: makanan halal, keuangan, travel, fashion, kosmetik dan obat-obatan, media
dan hiburan, serta sektor lain seperti healthcare dan pendidikan. Laporan State of
The Global Islamic Economy 2016/2017 oleh Thomson Reuters menunjukkan
total pendapatan yang diperoleh masing-masing sektor mulai dari tahun 2015
hingga tahun

2021 mengalami peningkatan yang signifikan(Thomson Reuters, 2021)


Perbankan syariah merupakan bagian dari sistem keuangan Islam yang
paling maju pesat. Hal ini dibuktikan dengan 80% asset dari industri keuangan
syariah gloal adalah dari perbankan syariah. Keuangan syariah secara global
memiliki market share hanya sekitar 1 persen. Sedangkan sektor riil (fesyen, obat-
obatan dan kosmetik) masing-masing 12 persen. Kemudian untuk makanan
mencapai 17 sampai 18 persen. Industri perbankan syariah di Indonesia memiliki
market share yang masih 5% dari total industri keuangan Indonesia. Dan industri
pariwisata halal sebanyak 11% dari pasriwisata biasa. Perbedaan market share
yang besar antara industri perbankan syariah dan industri sektor riil (yang dapat
dijadikan industri halal) merupakan bentuk permasalahan yang dihadapi Indonesia
saat ini. Perbankan syariah seharusnya melihat peluang pengembangan industri
halal ini untuk sama-sama dikembangkan dan berjalan seiringan(DinarStandard &
Salaam Gateway, 2019).
Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik menyatakan Indonesia
merupakan negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Dengan
jumlah penduduk Indonesia mencapai 237,6 juta jiwa dengan populasi umat
Muslim mencapai 207 jiwa atau sekitar 87 persen. Dengan jumlah penduduk
muslim terbanyak di dunia, Indonesia memiliki potensi pasar yang besar bagi
industri halal dunia. Berdasarkan data BPS, terdapat sekitar 57 juta Usaha Mikro

Vol. 03 No. 01 Mei 2022 | 13


Saiful Bakhri, Kasuwi Saiban, Misbahul Munir

Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia dan yang telah memiliki sertifikat
halal jumlahnya masih sangat sedikit. Berdasarkan data Majelis Ulama Indonesia
(MUI) selaku lembaga yang berwenang mengeluarkan sertifikasi halal, pada
periode 2014-2015 telah terbit sertifikat halal nasional untuk 6.231 perusahaan dan
UMKM. Sedangkan untuk perusahaan yang berasal dari luar negeri, MUI telah
menerbitkan sertifikat halal untuk 683 perusahaan yang artinya masih ada jutaan
UMKM yang belum melaksanakan sertifikasi halal. Oleh karena itu, pemerintah
harus mampu memaksimalkan penerbitan sertifikat halal untuk UMKM guna
meningkatkan pendapatan industri halal di Indonesia terutama dari sektor jasa
keuangan dan produk lainnya.
Peran dari pemerintah terkait peningkatan sektor industri halal tidak hanya
dititikberatkan pada hasil keputusan atau undang-undang saja, terdapat langkah
dan strategi yang dapat dilakukan mulai dini yaitu dengan keterkaitan pihak
industri-industri dan pelaku-pelaku usaha sehingga dapat mengembangkan
industri halal ini. Peran tersebut tidak terlepas dari peran industri jasa keuangan
syariah yaitu perbankan syariah(Andri Rivai, 2020). Peran perbankan syariah
sangat penting karena perbankan syariah secara langsung berkontribusi di pasar
keuangan syariah yang mewajibkan industrinya dan operasionalnya secara halal
dan sesuai syariah. Selain itu perbankan syariah juga memiliki hubungan langsung
dengan para mitranya yaitu para nasabah dimana nasabah adalah sebagai pelaku
usaha atau pengusaha yang bergerak langsung pada sektor riil dengan berbagai
bisnis yang dijalankan. Hal tersebut merupakan situasi yang sangat baik dan sangat
membantu dalam perkembangan industri halal.
Kontribusi langsung yang dapat diperankan oleh perbankan syariah adalah
dengan memberikan instruksi kepada para nasabahnya untuk dapat mendapatkan
sertifikasi halal dari Lembaga halal, misalnya apabila terdapat nasabah yang
sedang dalam pengajuan pembiayaan ke bank syariah maka nasabah tersebut dapat
mendaftarkan bisnisnya tesrebut pada Lembaga sertifikasi Majelis Ulama
Indonesia (MUI). Hal ini tentu saja menjadi kebijakan yang dapat dipandang dari
dua sisi yaitu sisi positif dan sisi negatif. Apabila dilihat dari sisi positif tentu dapat
meningkatkan jumlah usaha yang didaftarkan pada Lembaga halal, apabila
dipandang dari sisi negatif maka akan dapat memberatkan bagi nasabah.

14 | Vol. 03 No. 01 Mei 2022


Peran Lembaga Keuangan Syariah dalam Industri Halal
Sudut Pandang Maqosid Syariah

Hasil dan Diskusi

Pengertian Lembaga Keuangan


Lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang kegiatan usahanya
berkaitan dengan bidang keuangan. Kegiatan usaha lembaga keuangan dapat
berupa menghimpun dana dengan menawarkan berbagai skema, menyalurkan dana
dengan berbagai skema atau melakukan kegiatan menghimpun dana dan
menyalurkan dana sekaligus, dimana kegiatan usaha lembaga keuangan
diperuntukkan bagi investasi perusahaan, kegiatan konsumsi, dan kegiatan
distribusi barang dan jasa(Munawir & Maskupah, 2021). Fungsi-fungsi lembaga
keuangan termasuk lembaga keuangan syariah dapat digambarkan sebagai
berikut(Bakhri, n.d.)
1. The Policy Role (lembaga keuangan sebagai kebijakan)
Lembaga keuangan memiliki kewajiban melayani dan membantu
pemerintah dalam hal pengaturan kebijakan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi dan tujuan sosial ekonomi lainnya.
2. The Guarantor Role (lembaga keuangan sebagai penjamin)
Letters of credit adalah jaminan dari lembaga keuangan untuk transaksi
impor barang dan jasa yang dilakukan oleh nasabah.
3. The Payment Role (lembaga keuangan sebagai pembayar)
Produk dari lembaga keuangan berupa cek, bilyet giro, kartu kredit, kartu
debit, dan lainnya dapat digunakan oleh konsumen dalam melakukan
pembayaran barang dan jasa.
4. The Intermediation Role (lembaga keuangan sebagai perantara)
Pembiayaan yang dilakukan oleh sektor bisnis untuk pembangunan gedung,
perlengkapan, dan barang-barang modal lainnya adalah hasil dari
penyaluran dana (tabungan) yang dihimpun dari masyarakat sebagai fungsi
dari lembaga keuangan.
5. The Agency Role (Lembaga keuangan sebagai wakil)
Lembaga keuangan bisa bertindak sebagai wakil nasabah dalam hal
pengelolaan maupun usaha perlindungi terhadapa kekayaan dan sekuritas
yang dimiliki.

Vol. 03 No. 01 Mei 2022 | 15


Saiful Bakhri, Kasuwi Saiban, Misbahul Munir

Lembaga Keuangan merupakan lembaga perantara dari pihak yang


memiliki kelebihan dana (surplus of funds) untuk disalurkan kepada pihak yang
kekurangan dana (lack of funds) sehingga memiliki fungsi sebagai perantara
keuangan masyarakat (financial intermediary)(Handayani, 2017). Pada prinsipnya,
sistem keuangan yang berlaku di Indonesia dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis
yaitu sistem keuangan perbankan dan sistem lembaga keuangan bukan bank.
Lembaga keuangan yang menyalurkan dana ke masyarakat berbentuk pinjaman
atau berbentuk lainnya dan melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dan
memberikan jasa lalu lintas pembayaran sesuai dengan peraturan perundangan
adalah definisi dari lembaga keuangan yang termasuk dalam sistem keuangan
perbankan. Yang termasuk dalam kategori ini adalah Bank Umum dan Bank
Perkreditan Rakyat karena lembaga keuangan ini dapat menerima simpanan dari
masyarakat dan disebut sebagai depository financial institutions. Sedangkan
lembaga keuangan bukan bank yang tidak diperkenankan menghimpun dana secara
langsung dari masyarakat atau menghimpun simpanan disebut non depository
financial institutions(Annisaa et al., 2019).
Lembaga Keuangan Bank (LKB)
Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam dunia
usaha. Menurut hukum perbankan yang berlaku saat ini, Indonesia adalah negara
yang menganut konsep perbankan nasional dengan sistem ganda (dual banking
system), artinya bahwa ada perbankan konvensional yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan sistem “bunga”, dan ada juga perbankan yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah(Komarudin & Hidayatullah,
2021).
1. Bank
Usaha pemberian pinjaman yang dilakukan oleh para banker Italia dengan
duduk di bangku-bangku di halaman pasar pada zaman pertengahan adalah
sejarah terminologi kata “bank” berarti bangku tempat duduk. Dalam
perkembangannya, bank dapat melaksanakan beberapa jasa keuangan yang
beraneka ragam sebagai suatu jenis pranata finasial, diantaranya
mengedarkan dan mengawasi mata uang, memberikan pinjaman dengan

16 | Vol. 03 No. 01 Mei 2022


Peran Lembaga Keuangan Syariah dalam Industri Halal
Sudut Pandang Maqosid Syariah

membiayai usaha-usaha perusahaan dan juga bertindak sebagai tempat


penyimpanan untuk benda berharga.
2. Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang dalam pelaksanaan kegiatan usahanya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dengan cara konvensional
dan atau berdasarkan prinsip syariah. Usaha Kegiatan usaha bank umum
yaitu melakukan penghimpunan dana dari masyarakat berbentuk tabungan
(biasa dan berjangka), giro, deposito, sertifikat deposito, dan atau bentuk
lainnya yang sama dengan itu
3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Perbankan Indonesia memang memiliki peranan yang sangat penting di
negeri ini, karena pentingnya peranan yang strategis ini maka dalam
menjalankan fungsinya, perbankan akan menjalankan asas dan prinsip
dengan hati-hati. Fungsi utama perbankan Indonesia sendiri adalah sebagai
penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Selain itu perbankan Indonesia
juga menjalankan fungsinya untuk menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-
hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, serta peningkatan
taraf hidup rakyat yang lebih baik(Umam, 2020)
Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB)
Lembaga keuangan bukan bank yang disebut juga dengan non depository
financial institutions merupakan lembaga keuangan selain bank yang kegiatan
usahanya tidak diperbolehkan untuk menghimpun dana secara langsung dari
masyarakat dalam bentuk tabungan. Lembaga pembiayaan adalah lembaga
keuangan bukan bank yang berdasarkan Pasal 1 Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 definisinya adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal. Berikut ini
jenis lembaga pembiayaan yang ada
1. Perusahaan Pembiayaan yang meliputi:
a. Leasing atau yang disebut juga dengan sewa guna usaha adalah
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik
sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna

Vol. 03 No. 01 Mei 2022 | 17


Saiful Bakhri, Kasuwi Saiban, Misbahul Munir

usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh penyewa
guna usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran
secara angsuran.
b. Credit card atau yang disebut juga kartu kredit adalah kegiatan
pembiayaan untuk pembelian barang dan atau jasa dengan
menggunakan kartu kredit.
c. Factoring atau yang disebut juga anjak piutang adalah kegiatan
pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek
suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut.
d. Consumer finance atau yang disebut juga pembiayaan konsumen adalah
kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan
konsumen dengan pembayaran angsuran.
2. Perusahaan Modal Ventura
adalah badan usaha yang kegiatan usahanya dalam hal
pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima
bantuan pembiayaan (investee company) berbentuk penyertaan saham,
pembelian obligasi, dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian hasil
usaha untuk jangka waktu tertentu
3. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur
Kegiatan usaha perusahaan pembiayaan infrastruktur meliputi :
a. Direct lending, yaitu pemberian pinjaman langsung untuk pembiayaan
infrastruktur
b. Refinancing, yaitu pemberian pinjaman atas infrastruktur yang telah
dibiayai pihak lain
c. Subordinated loans, yaitu pemberian pinjaman subordinasi yang
berkaitan dengan pembiayaan infrastruktur.
4. Koperasi Syariah
Berdasarkan KepMen KUKM RI No 91 tahun 2004 pada pasal 1 mengenai
tentang pengertian Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah koperasi
yang bergerak dengan pola bagi hasil syariah di bidang pembiayaan,
investasi dan simpanan(Nur Asnawi & Nina Dwi Setyaningsih, 2021)
5. Baitul Maal wa Tamwil (BMT)

18 | Vol. 03 No. 01 Mei 2022


Peran Lembaga Keuangan Syariah dalam Industri Halal
Sudut Pandang Maqosid Syariah

Baitul Maal wa Tamwil merupakan lembaga bukan perbankan yang sifatnya


informal yang bergerak dalam bidang ekonomi atau keuangan syariah
dimana lembaga keuangan ini dibentuk oleh Kelompok Swadaya
Masyarakat yang menjadikan Baitul Maal wa Tamwil berbeda dari lembaga
keuangan perbankan dan lembaga keuangan formal lainnya. Berdasarkan
definisi tersebut maka dapat ditarik benang merah bahwa lembaga keuangan
yang menerapkan pola syariah itu adalah hasil pengembangan dari lembaga
baitul maal yang ada dan berkembang pada masa kehidupan Rasulullah
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam dan juga pada masa
pemerintahan Khulafaur Rasyidin. Jadi dapat disimpulkan bahwa eksistensi
Baitul Maal wa Tamwil sebagai lembaga keuangan yang menerapkan pola
syariah yang bergerak dalam aspek investasi produktif seperti halnya
dengan bank, Baitul Maal wa Tamwil juga sebagai lembaga yang bisa
dipercaya untuk dapat menyalurkan dan mendayagunakan dana zakat, infaq,
dan shodaqoh
Prospek Industri Halal Di Indonesia
Diperoleh data dari Global Islamic Economy Report tahun 2016-2017,
Indonesia berada pada posisi 10 produsen industri halal secara global. Secara
keseluruhan total pengeluaran dunia dalam industri halal mencapai US$ 2,97
triliun(Azam & ABDULLAH, 2020). Sebesar US$ 1,9 triliun atau setara dengan
Rp 25.270 triliun merupakan sumbangan dari sektor makanan. Menurut Peneliti
Bidang Ekonomi Islam, optimalisasi pengelolaan industri halal di dalam negeri
mampu meningkatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN)(Mujahidin, 2020). Berdasarkan data yang ada, industri makanan halal
memiliki pasar yang sangat besar. Berdasarkan data BPS, Indonesia memiliki
penduduk muslim terbesar di dunia. Hal ini merupakan potensi ekonomi yang
sangat besar. Sektor industri makanan halal merupakan potensi yang besar
untuk dikembangkan. Rata-rata sektor industri diproyeksikan tumbuh sekitar
delapan persen. Dianalogikan jika Indonesia dapat menguasai 10 persen dari
potensi industri makanan halal dunia yang mencapai Rp 25.270 triliun,
dipastikan penerimaan hanya dari industri makanan halal mencapai Rp 2.527
triliun. Dengan demikian peningkatan sumber penerimaan negara akan semakin

Vol. 03 No. 01 Mei 2022 | 19


Saiful Bakhri, Kasuwi Saiban, Misbahul Munir

tinggi.
Perkembangan pasar halal membutuhkan peningkatan efisiensi dalam
pasar untuk dapat mengimbangi pertumbuhan tersebut. Salah satu pendekatan
yang dapat digunakan adalah manajemen rantai persediaan (Supply Chain
Management/SCM). SCM dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
produktifitas dan profitabilitas dari pasar halal(Noordin et al., 2014). Koordinasi
yang stratejik dan sistemik dari fungsi-fungsi bisnis dalam sebuah perusahaan
merupakan kunci keberhasilan penerapan SCM dalam perusahaan. SCM yang
bersifat tradisional dapat didefinisikan sebagai proses pengkonversian bahan
mentah menjadi barang jadi untuk selanjutnya didistribusikan sampai dengan
konsumen akhir(Manzouri et al., 2014). Dalam perkembangan industri yang
semakin pesat, terutama perkembangan industri halal, SCM yang bersifat
tradisional dirasa tidak cukup mengakomodasi kebutuhan pasar. Oleh karena
itu, SCM berkembang sesuai dengan kebutuhan industri menjadi halal supply
chain(Khan et al., 2022).
Halal supply chain dapat didefinisikan sebagai integrasi proses dan
aktivitas bisnis dari bahan baku sampai dengan konsumen akhir (from farm to
plate)(Omar & Jaafar, 2011).Jadi perbedaan antara SCM dan halal supply chain
adalah tujuannya. Supply chain management (SCM) diterapkan di perusahaan
supaya perusahaan dapat mengurangi biaya produksi. Di sisi lain halal supply
chain digunakan perusahaan dengan tujuan menjaga dan mempertahankan
kehalalan produk(Hameeda et al., 2016). Kehalalan produk yang tetap terjaga
(halal integrity) akan menjadi salah satu keunggulan kompetitif bagi produsen
untuk dapat bersaing dengan produsen lain di industri yang sama. Berikut ini
adalah contoh gambar halal supply chain untuk dapat menjaga kehalalan
produk. Hanya spesies halal yang boleh dikembangbiakkan dan spesies halal
tersebut tidak mengkonsumsi pakan yang haram(Soon et al., 2017).
Kontribusi Perbankan Syariah Pada Industri Halal di Indonesia
Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini bertumpu pada sektor finansial.
Pertumbuhan ekonomi melalui sektor riil saat ini masih menjadi pekerjaan rumah
yang besar bagi pemerintah. Padahal pertumbuhan ekonomi melalui sektor
finansial tidak terlalu memiliki fondasi yang kuat apabila sektor riil nya

20 | Vol. 03 No. 01 Mei 2022


Peran Lembaga Keuangan Syariah dalam Industri Halal
Sudut Pandang Maqosid Syariah

ditelantarkan. Sektor finansial juga tidak terlalu menghasilkan dampak yang dapat
dirasakan langsung bagi masyarakat luas. Selain itu, jika Indonesia ingin mencapai
pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan, maka sektor riil harus segera menjadi
perhatian utama.
Perbankan syariah sebagai lembaga financial memiliki peran yang sangat
penting terhadap perkembangan pada sektor riil terutama pada industri halal,
beberapa strategi yang dapat diterapkan diantaranya adalah:
a) Kerjasama Dengan Perusahaan Yang Akan Mengeluarkan Produk Dengan
Labelisasi Halal
Dalam hal ini diharapkan dukungan pemerintah untuk mengeluarkan aturan
tersebut, misalnya dalam bentuk Undang-undang, surat edaran atau fatwa
bahwa ada kewajiban setiap perusahaan yang bergerak di bidang industri halal
maka secara keuangan harus bekerjasama dengan perbankan syariah. Misalnya
jika perusahaan A akan membuat labelisasi halal pada produknya maka
perusahaan A tersebut telah memiliki sedikit dana yang telah dititipkan pada
salah satu bank syariah, atau telah bekerjasam melalui pembiayaaan pada bank
syariah. Hal ini tentu juga akan meningkatkan industri keuangan syariah di
Indonesia. Ada bentuk timbal balik antara industri halal riil dan perbankan
syariah.
b) Kerjasama perbankan syariah dengan pariwisata halal di Indonesia
Yaitu diskon-diskon di tempat wisata, kuliner, fesyen yang menggunakan
kartu debet atau kredit bank syariah tersebut. Jumlah turis yang melakukan
perjalanan pada tahun 2016 telah mencapai 1235 juta orang atau meningkat
4% dari tahun sebelumnya, dan diprediksi pada tahun 2030 jumlah turis secara
global akan mencapai 1800 juta orang(Rifai, 2017). Tourism (pariwisata)
adalah salah satu sektor industri yang paling cepat pertumbuhannya pada
ekonomi dunia saat ini. Perkembangan pariwisata akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi baik langsung maupun tidak langsung(Rifai, 2017).
Pengeluaran umat muslim secara global dibidang travel mencapai USD 140
miliar pada tahun 2013 (tidak termasuk haji dan umroh). Dan diperkirakan
akan meningkat USD 238 miliar pada tahun 2019(Global Muslim Travel
Index, 2021).

Vol. 03 No. 01 Mei 2022 | 21


Saiful Bakhri, Kasuwi Saiban, Misbahul Munir

Beberapa provinsi di Indonesia seperti Lombok dan Sumatra Barat telah


mendapat pengakuan dunia sebagai salah satu destinasi halal terbaik di Dunia,
sehingga potensi turis mancanegara yang ingin berlibur memilih tempat
tersebut akan lebih besar. Hal tersebut akan menambah devisa Negara. Peran
yang dapat dilakukan oleh perbankan syariah adalah dengan memberikan
pembiayaan kepada masyarakat di sekitar pusat wisata halal tersebut untuk
mengembangkan lagi bisnis pariwisata. Perbnakan syariah juga bisa
memberikan penyuluhan kepada warga setempat dan memberi dukunagan
untuk membuat kegiatan rutin tahunan yang dapat menarik wisatawan.
Perbankan syariah juga dapat menjadikan pariwisata halal sebagai sebagai
lahan invetsasi jangka panjang dengan memberika kemudahan kepada
nasabah-nasabah terutama dalam penggunaaan kartu debit syariah dan Sharia
Card guna mempermudah transaksi di tempat-tempat pariwisata. Kerjasama
ini dapat meningkatakan keinginan naasabah untuk menabung pada perbankan
syariah dan pada akhirnya diharapkan dapat meninkatkan market share
perbankan syariah di Indonesia.
c) Kerjasama perbankan syariah dengan industri fesyen halal di Indonesia
Pengeluaran umat muslim pada pakaian dan sepatu mencapai USD 266
miliar pada 2013, dan Indonesia berada pada peringkat ketiga yaitu mencapai
USD 18.8 miliar. Dinar standard memperkirakan konsumsi umat muslim
terhadap e commerce produk fesyen mencapai USD 4.8 miliar pada tahun
2013(Dinar Standard, 2018). Dengan maraknya belanja online saat ini
seharusnya bank dapat menjalin kerjasama dengan situs belanja online untuk
menyediakan layanan payment. Karena jika dilihat di lapangan bank syariah
belum menyediakan layanan ini. Terkait busana muslim Indonesia memiliki
potensi luar biasa, satu diantaranya, Indonesia merupakan satu dari lima besar
negara anggota Organisasi Kerjasama negara Islam (OKI) sebagai pengeskpor
busana muslim terbesar selain Bangladesh, Turki, Maroko dan Pakistan(Riaz
& Chaudry, 2018). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa potensi fesyen
halal sangat besar di masa yang akan datang. Mimpi menjadikan Indonesia
sebagai ikon fesyen muslim dunia bukanlah tanpa tantangan. Euis Saedah,
Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah Kementerian Perindustrian,

22 | Vol. 03 No. 01 Mei 2022


Peran Lembaga Keuangan Syariah dalam Industri Halal
Sudut Pandang Maqosid Syariah

mengungkapkan,―Bukannya tak mungkin Indonesia mampu menjadi pusat


mode busana muslim, karena Indonesia memiliki sumber daya yang kompeten,
sampai bahan baku fesyen yang unik dan beragam.
hal yang dapat dilakukan oleh perbankan syariah dalam industry fesyen ini
misalnya memberikan pembiayaan/modal dengan menggunakan akad
mudharabah. Para pengusaha fesyen halal seharusnya diberi kemudahan dalam
mengakses dana perbankan untuk mengembangkan bisnis mereka. Pengadaan
bahan baku untuk mengekspor dan impor dibutuhkan berbagai fasilitas seperti
letter of credit, saat ini hanya sebagian bank syariah saja yang memberikan
fasilitas L/C tersebut, seperti PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Diharapkan
jumlah perbankan syariah yang memberikan fasilitas ekspor impor juga
meningkat. Hal lain yang dapat dilakukan oleh perbankan syariah dalam
mengembangkan industri fesyen halal adalah dengan memberikan sponsorship
bagi event-event fesyen seperti Jakarta Fesyen Week, atau bahkan
menciptakan even Halal Fesyen Week sendiri, yang tujuannnya untuk
mengembangkan industri fesyen halal di Indonesia(“Contemp. Manag. Sci.
Issues Halal Ind.,” 2019). Dengan adanaya Halal Fesyen Week, maka
perhatian dunia akan terfokus ke Indonesia. Dan Diharapkan Indonesia dapat
menjadi kiblat fesyen dunia. Jika Milan, London, Paris dan NewYork menjadi
kota fesyen dunia barat, maka Indonesia diharapkan dapat menjadi Negara
yang menjadi pusat fesyen halal dunia.
d) Peningkatan Teknologi
Jika dibandingkan dengan perbankan konvensional, perbankan syariah
terbilang kurang maju karena pemanfaatan teknologi yang masih minim.
Teknologi yang syariah itu harus diakui ketinggalan daripada bank
konvensional. Masyarakat lebih menyukai perbankan konvensional karena
perbankan konvensional mempermudah nasabah dengan teknologinya.
Misalnya, perbankan konvensional menawarkan layanan internet banking dan
kartu bank bisa digunakan untuk pembayaran di merchant-merchant. "Bank
syariah belum bisa, perbankan syariah seharusnya bisa meningkatkan kualitas
teknologinya, sehingga bisa bersaing dengan perbankan konvensional Inovasi
harus dilakukan oleh lembaga keuangan syariah khususnya perbankan syariah.

Vol. 03 No. 01 Mei 2022 | 23


Saiful Bakhri, Kasuwi Saiban, Misbahul Munir

Di Era digital masyarakat lebih mementingkan segala sesuatu yang praktis.


Dengan teknologi canggih segala sesuatu akan menjadi praktis. Pasar
indonesia saat ini yang terbesar adalah kaum muda yang dekat dengan gadget,
sehingga untuk merangkul golongan tersebut harus dengan sesuatu yang
canggih pula(Lin, 2011).
e) Meningkatkan Market share perbankan syariah
Menurut Otoritas Jasa Keuangan Market share bank syariah meningkat jika
dibandingkan dari tahun sebelumnya, pada tahun 2016 market share di
Indonesia sebesar 4,86% sedangkan tahun sebelumnya sebesar 4,46%.
Sedangkan Malaysia telah mencapai 25% dari total industri perbankan mereka.
Peran pemerintah sangat penting dalam meningkatkan market share karena
contohnya saja negara malaysia mampu mencapai market share yang tinggi
berkaitan dengan hukum yang berlaku di negara tersebut. Negara malaysia
menganut hukum comman law sedangkan indonesia menganut hukum civil
law. Yang berarti jika jika Perbankan syariah akan mengeluarkan produk baru
maka harus ada undang-undangnya terlebih dahulu, sedangkan Malaysia jika
akan mengeluarkan produk baru cukup dengan kesepakatan para pihak
jalankan saja selama tidak melanggar aturan-aturan yang sudah ditetapkan.
Sehingga kreatifitas praktisi perbankan syariah terbatasi.
f) Mengejar Keterlambatan
Perbankan syariah dapat membantu sektor riil dalam mengejar
keterlambatan. Yaitu ikut terlibat langsung dari sisi finansial terhadap
perkembangan halal industri, misalnya dengan memberikan pembiayaan dana
yang cepat dan ringan. Cara mengejar keterlambatan lainnya yang dilakukan
pemerintah telah dilakukan oleh KNKS dengan pencanangan Indonesia
menjadi Negara yang tidak hanya focus pada industri keuangan syariah namun
juga pada industri halalnya.Selanjutnya dengan Membentuk Tim Percepatan
Halal yang melibatkan praktisi perbankan syariah
g) Perbankan Syariah Diharapkan Mempunyai Syariah Card
Perkembangan industri Sharia Card sehausnya ditingkat lagi karena dapat
memberikan kemudahan terutama pada sector industri halal maupun fesyen
halal. Kemudahan yang paling utama karena Sharia Card bisa berkerja sama

24 | Vol. 03 No. 01 Mei 2022


Peran Lembaga Keuangan Syariah dalam Industri Halal
Sudut Pandang Maqosid Syariah

dengan Mastercard untuk memebrikan diskon dan kemudahan pada merchant


berupa butik butik yang menyediakan busana muslim, maupun resort yang
menyediakan fasilitas pariwisata halal.
Peran Perbankan Syariah Dalam Mendorong Industri Halal Secara
Berkelanjutan Dan Inklusif
Untuk dapat memaksimalkan pengembangan industri halal seperti
makanan halal di Indonesia, perlu adanya peran aktif dari institusi keuangan,
khususnya perbankan syariah. Peran perbankan syariah sangat penting dalam
halal integrity(Van der Cruijsen et al., 2021). Perbankan syariah dapat
mengoptimalkan di setiap proses halal value chain yang terbagi dalam tiga
tahapan yaitu pengendalian halal, logistik halal dan halal verification. Berikut
ini merupakan penjabaran dari peran perbankan syariah sebagai upaya
peningkatan industri makanan halal di Indonesia.
Sertifikasi halal di Indonesia saat ini, masih mengalami berbagai
kendala. Tarik ulur antara pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan
pemerintah dalam hal ini departemen Kementerian Agama tentang pihak yang
lebih berhak untuk memberikan sertifikat halal masih terus berlangsung. Di
Malaysia, pihak yang bertanggung jawab terkait pemberian sertifikat halal
diberikan kepada pemerintah sehingga semua hal terkait dengan sertifikasi halal
terpusat di pemerintah. Selain terkait lembaga pemberi sertifikat halal,
penyebab masih sedikitnya produk atau perusahaan yang memiliki sertifikat
halal MUI adalah karena ketidaktahuan para pelaku usaha mengenai prosedur
untuk mendapatkan sertifikat halal. Terlebih lagi banyak bisnis yang belum
dikelola secara serius padahal memiliki prospek yang bagus di masa depan
sehingga akan kesulitan pada saat pengajuan sertifikasi halal.
Panjangnya prosedur yang harus dilalui dan banyaknya dokumen yang
harus dimiliki untuk dapat memperoleh sertifikat halal, menyebabkan para
pengusaha tidak terlalu antusias dengan sertifikasi halal. Seperti kebanyakan
negara dengan penduduk muslim yang besar, badan sertifikasi halal kurang
optimal karena adanya anggapan bahwa setiap produk makanan yang
diproduksi di negara tersebut adalah halal sehingga sertifikasi halal tidak terlalu
diperlukan(Hameeda et al., 2016). Dalam kondisi ini, perbankan syariah

Vol. 03 No. 01 Mei 2022 | 25


Saiful Bakhri, Kasuwi Saiban, Misbahul Munir

memiliki peran strategis mengembangkan industri halal melalui pemberdayaan


pada bisnis yang dikelola oleh pengusaha yang mengajukan pembiayaan di
perbankan syariah. Peran perbankan syariah sangat aktif dan mendorong
eksistensi dan memperluas bisnis-bisnis ke dalam sertifikasi halal kemudian hal
ini juga dapat mendorong para masyarakat Indonesia yang semakin sadar dan
mementingkan penggunaan produk-produk dari para pengusaha yang sudah
terdapat sertifikasi halalnya.
Tantangan yang dihadapi oleh industri halal ini dapat dijembatani oleh
perbankan syariah. Pembinaan terhadap perusahaan penyedia jasa pelayanan
halal logistic tentang pentingnya menjaga kehalalan produk harus dilakukan.
Target awal yang harus dicapai adalah penyaluran produk dari mitra bisnis yang
berada di bawah binaan bank syariah tersebut. Dengan demikian integritas
kehalalan produk dapat dijamin karena seluruh proses produksi dan distribusi
produk sampai dengan konsumen akhir berada dalam pengawasan bank syariah.
Strategi yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan edukasi terkait
dengan produk halal perlu dilakukan. Masyarakat harus diberikan pemahaman
bahwa mengkonsumsi produk berlabel halal itu penting karena label halal pada
produk misalnya seperti pada makanan menjadi jaminan kehalalan produk.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mensosialisasikan gaya
hidup halal. Memberikan pemahaman bahwa halal merupakan kebutuhan tidak
hanya sekedar kewajiban yang harus dipenuhi. Peran yang dapat dimainkan oleh
bank syariah dalam hal ini adalah mempromosikan sektor bisnis yang halal yang
berada di bawah binaannya. Bank syariah dapat mengalokasikan dana
Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mempromosikan produk-produk
dari mitra mereka. Sarana promosi yang dapat digunakan bermacam-macam,
misalnya dengan mengadakan bazar atau festival kuliner untuk produk halal.
Selain bazar dan festival kuliner, promosi gaya hidup halal juga dapat dilakukan
dengan acara talkshow maupun seminar. Konten acaranya bisa bermacam-
macam, misalnya tentang pentingnya menggunakan produk halal, manfaat
produk halal, serta cara untuk melakukan penelusuran produk halal, bank
syariah juga mewajibkan para calon-calon nasabahnya untuk mendaftarkan
bisnis yang dikelola tersebut pada lembaga halal. Dengan demikian peran bank

26 | Vol. 03 No. 01 Mei 2022


Peran Lembaga Keuangan Syariah dalam Industri Halal
Sudut Pandang Maqosid Syariah

syariah tidak berhenti pada proses produksi saja, namun juga pemasaran produk.

Kesimpulan
Jika perbankan syariah memiliki peran yang besar pada industri halal di
Indonesia tidak hanya perbankan syariah yang akan maju, namun juga
perekonomian Indonesia secara keseluruhan akan ikut maju. Ada empat sektor
besar yang merupakan peluang besar dalam mengembangkan industri halal yaitu,
industri makanan, industri farmasi, industri fesyen dan industri pariwisata.
Perbankan syariah dapat memiliki peran dalam mengembangkan keempat sektor
tersebut, diantaranya Kerjasama dengan perusahaan yang akan mengeluarkan
produk dengan labelisasi halal untuk secara keuangan menggunakan perbankan
syariah, perbankan syariah dapat mengembangkan kartu debit syariah dan sharia
card untuk mempermudah turis mengakses kemudaan tempat wisata syariah,
perbnakan syariah dapat memberikan pembiayaan bagi pengusaha dibidang
pariwisata syariah, fesyen maupun produk farmasi untuk mengembangkan bisnis
mereka yang pada akhirnya turut meningkatkan industri halal di Indonesia.

Referensi

Andri Rivai. (2020). Produk Jasa Pada Bank Syariah Dan Aplikasinya. WARAQAT :
Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 5(1). https://doi.org/10.51590/waraqat.v5i1.101

Annisaa, A., Ismail, N., & Hidayat, I. N. (2019). Sejarah Hukum Perbankan Syariah
di Indonesia. Ijtihad Jurnal Hukum Dan Ekonomi Islam, 13(2).

Azam, M. S. E., & ABDULLAH, M. A. (2020). Global Halal Industry: Realities


And Opportunities. International Journal of Islamic Business Ethics, 5(1).
https://doi.org/10.30659/ijibe.5.1.47-59

Bakhri, S. (n.d.). Metamorfosis Layanan Produk Lembaga Keuangan Mikro


Syariah | Tasharruf : Jurnal Kajian Ekonomi dan Bisnis Syariah.

Contemporary Management and Science Issues in the Halal Industry. (2019). In


Contemporary Management and Science Issues in the Halal Industry.
https://doi.org/10.1007/978-981-13-2677-6

Dinar Standard, T. R. and. (2018). State of the Global Islamic Economy Report
2018/19. Dubai International Financial Centre.

DinarStandard & Salaam Gateway. (2019). State of The Global Islamic Economy
Report 2019/20: Driving the Islamic Economy Revolution 4.0. In
DinarStandard.

Vol. 03 No. 01 Mei 2022 | 27


Saiful Bakhri, Kasuwi Saiban, Misbahul Munir

Global Muslim Travel Index. (2021). Global Muslim Travel Index 2021.
Mastercard-CrescentRating, July.

Hameeda, S., Gillani, B., Mahmood, M., & Khan, S. (2016). Role of islamic
financial institutions in promotion of Pakistan halal food industry. Islamic
Banking and Finance Review, 3(1).

Handayani, H. Y. dan D. L. (2017). Strategi Perbankan Syariah Dalam Menyokong


Indonesia Menjadi Trend Setter Industri Halal. Baabu Al-Ilmi, 2(1), 16–35.

Hassan, R. (2006). Globalisation’s challenge to the Islamic ummah. In Asian


Journal of Social Science (Vol. 34, Issue 2).
https://doi.org/10.1163/156853106777371184

Kesehatan, F., Universitas, M., Jakarta, M., & Selatan, T. (n.d.). Kajian Literatur
pada Makanan dalam Perspektif Islam dan Kesehatan. 178–198.

Khan, M. I., Khan, S., & Haleem, A. (2022). Analysing barriers towards
management of Halal supply chain: a BWM approach. Journal of Islamic
Marketing, 13(1). https://doi.org/10.1108/JIMA-09-2018-0178

Komarudin, P., & Hidayatullah, M. S. (2021). Alur Legislasi dan Transformasi


Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia. MIZAN Journal of Islamic Law, 5(1).

Lin, H. F. (2011). An empirical investigation of mobile banking adoption: The


effect of innovation attributes and knowledge-based trust. International
Journal of Information Management, 31(3).
https://doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2010.07.006

Manzouri, M., Ab-Rahman, M. N., Zain, C. R. C. M., & Jamsari, E. A. (2014).


Increasing production and eliminating waste through lean tools and techniques
for Halal food companies. Sustainability (Switzerland), 6(12).
https://doi.org/10.3390/su6129179

Mujahidin, M. (2020). The Potential Of Halal Industry In Indonesia To Support


Economic Growth. Al-Kharaj: Journal of Islamic Economic and Business,
2(1). https://doi.org/10.24256/kharaj.v2i1.1433

Munawir, & Maskupah. (2021). Upaya Bank Syariah Indonesia (BSI) Cabang
Sambas Dalam Meningkatkan Literasi Keuangan Masyarakat Tentang
Perbankan Syariah dan Minat Menabung …. Cross-Border: Jurnal Kajian
Perbatasan Antarnegara, Diplomasi Dan Hubunngan Internasional, 4(1).

Noordin, N., Noor, N. L. M., & Samicho, Z. (2014). Strategic Approach to Halal
Certification System: An Ecosystem Perspective. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 121. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.01.1110

Nur Asnawi, & Nina Dwi Setyaningsih. (2021). Meningkatkan Perekonomian


Masyarakat Melalui Koperasi Syariah: Pendekatan Participatory Action
Research. Khidmatuna: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1).

28 | Vol. 03 No. 01 Mei 2022


Peran Lembaga Keuangan Syariah dalam Industri Halal
Sudut Pandang Maqosid Syariah

https://doi.org/10.51339/khidmatuna.v2i1.199

Omar, E. N., & Jaafar, H. S. (2011). Halal supply chain in the food industry - A
conceptual model. ISBEIA 2011 - 2011 IEEE Symposium on Business,
Engineering and Industrial Applications.
https://doi.org/10.1109/ISBEIA.2011.6088842

Rehman, A. (2020). Halal tourism: guidelines for Oman. International Journal of


Islamic Marketing and Branding, 5(1).
https://doi.org/10.1504/ijimb.2020.109060

Riaz, M. N., & Chaudry, M. M. (2018). Handbook of Halal Food Production. In


Handbook of Halal Food Production. https://doi.org/10.1201/9781315119564

Rifai, T. (2017). Annual Report World Tourism Organization 2016. In World


Tourism Organization (UNWTO), Madrid, Spain.

Soon, J. M., Chandia, M., & Regenstein, J. Mac. (2017). Halal integrity in the food
supply chain. British Food Journal, 119(1). https://doi.org/10.1108/BFJ-04-
2016-0150

Thomson Reuters, D. S. (2021). State of the Global Islamic Economy Report


2020/21. In Dubai International Financial Centre.

Thomson Reuters, & DinarStandard. (2016). S[1] Thomson Reuters and


DinarStandard, “State of The Global Islamic Economy Report 2016-2017,”
Thomson Reuters and DinarStandard, pp. 4–214, 2016.tate of The Global
Islamic Economy Report 2016-2017. Thomson Reuters and DinarStandard.

Umam, K. (2020). Sejarah Pembangunan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia.


Veritas et Justitia, 6(2). https://doi.org/10.25123/vej.3629

Van der Cruijsen, C., de Haan, J., & Roerink, R. (2021). Financial knowledge and
trust in financial institutions. Journal of Consumer Affairs, 55(2).
https://doi.org/10.1111/joca.12363

Vol. 03 No. 01 Mei 2022 | 29

You might also like