You are on page 1of 137

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA

PETANI IKAN HIAS AIR TAWAR DI KELURAHAN


CIPEDAK KECAMATAN JAGAKARSA KOTA MADYA
JAKARTA SELATAN

ANDI ANGGER SUTAWIJAYA

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012 M / 1433 H
ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA
PETANI IKAN HIAS AIR TAWAR DI KELURAHAN CIPEDAK
KECAMATAN JAGAKARSA KOTA MADYA JAKARTA
SELATAN

ANDI ANGGER SUTAWIJAYA


NIM : 106092003008

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012 M / 1433 H
SURAT PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR

HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, 19 Januari 2012

ANDI ANGGER SUTAWIJAYA


RINGKASAN

Andi Angger Sutawijaya, Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani


Ikan Hias Air Tawar di Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota Madya
Jakarta Selatan (Di bawah bimbingan Siti Rochaeni dan Achmad Tjachja
Nugraha)
Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan Indonesia yang
mempunyai peluang yang besar walaupun belum menjadi prioritas utama. Tujuan
ekspor ikan hias Indonesia sepuluh tahun lalu hanya ke Singapura, tetapi kini
sudah merambah ke enam puluh negara di dunia. Volume ekspor ikan hias pun
meningkat dari 0,09 persen menjadi 9 persen per tahun. Hampir seluruh jenis
ikan hias di ekspor, meskipun primadonanya hanya beberapa jenis saja. Salah satu
daerah penghasil ikan hias air tawar yang potensial adalah Provinsi DKI Jakarta
khusunya di Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa atau dikenal dengan
sebutan Ciganjur. Selain ikan hias air tawar, usaha perikanan yang terdapat di
daerah ini meliputi pembenihan ikan, dan budidaya ikan dalam keramba. Ditengah
besarnya pengembangan ikan hias air tawar di DKI Jakarta dan fenomena
kemiskinan dikalangan rumah tangga petani, maka menarik mengkaji dan
menganalisis tingkat kesejahteraan rumah tangga petani ikan hias air tawar yang
ada di Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota Madya Jakarta Selatan.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui tingkat kesejahteraan rumah
tangga petani ikan hias air tawar di Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota
Madya Jakarta Selatan. (2) Menganalisis Pengaruh indikator-indikator
kesejahteraan BPS bedasarkan SUSENAS 2005 terhadap tingkat kesejahteraan
rumah tangga petani ikan hias air tawar di Kelurahan Cipedak Kecamatan
Jagakarsa Kota Madya Jakarta Selatan.
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa
Kotamadya Jakarta Selatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data
primer dan data sekunder. Pengukuran tingkat kesejahteraan rumah tangga
menggunakan indikator Badan Pusat Statistik dalam SUSENAS berdasarkan
sebelas indikator yaitu pendapatan, pengeluaran, keadaan tempat tinggal, fasilitas
tempat tinggal, kesehatan anggota rumah tangga, kemudahan mendapatkan
pelayanan kesehatan, kemudahan memasukkan anak ke suatu jenjang pendidikan,
kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi, kehidupan beragama, rasa aman
dari tindak kejahatan dan kemudahan dalam melakukan olah raga. Setelah
diketahui tingkat kesejahteraan petani, maka akan dianalisis tentang seberapa
besar pengaruh antara indikator-indikator kesejahteraan tersebut terhadap tingkat
kesejahteraan rumah tangga petani dengan menggunakan alat analisis regresi
linear berganda.
Berdasarkan kriteria kemiskinan Direktorat Tata Guna Tanah, seluruh
rumah tangga petani ikan hias air tawar di Kecamatan Jagakarsa (100%) tergolong
tidak miskin karena pendapatan per kapita bernilai lebih dari Rp. 3.213.000,00
(diatas 200 persen dari pengeluaran total harga Sembilan bahan pokok) Rata-rata
pendapatan per kapita per tahun rumah tangga petani di desa Cipedak
dikategorikan tidak miskin karena nilai rata-rata pendapatan per kapita per tahun
sebesar Rp. 10.867.292,00. Dilain sisi berdasarkan konsep kemiskinan Sajogyo,
rumah tangga petani ikan hias air tawar di Kecamatan Jagakarsa seluruhnya
tergolong tidak miskin (100%) karena pengeluaran per kapita per tahun lebih
besar dari Rp. 2.500.000,00 (konsumsi diatas 320 kilogram beras). Pengeluaran
per kapita per tahun yang terkecil sebesar Rp. 3.158.500,00 atau setara dengan
389 kg beras dan pengeluaran per kapita per tahun yang terbesar sebesar
Rp.6.542.500,00 atau setara dengan 796 kg beras. Rata-rata pengeluaran per
kapita per tahun rumah tangga petani ikan hias adalah Rp.4.291.510,00 atau setara
dengan 529 kg beras. Indikator tingkat kesejahteraan menurut BPS hasil Susenas
2005 dapat dilihat dari beberapa kriteria, yakni kesejahteraan tinggi jika skor
berada pada nilai 27 – 35, kesejahteraan sedang jika skor berada pada nilai 19 –
26, dan kesejahteraan rendah jika skor berada pada nilai 11 – 18. Berdasarkan
hasil uji kriteria ini, terlihat bahwa seluruh rumah tangga petani (100 persen)
berada pada tingkat kesejahteraan tinggi.
Hasil perhitungan Regresi berganda didapat nilai Y= 22.175 + 1.092(X1)
+ 1.177(X2) + 1.079(X3). Sedangkan hasil uji t terlihat bila ada kenaikan fasilitas
tempat tinggal sebesar 1 satuan maka akan menambah kenaikan tingkat
kesejahteraan rumah tangga sebesar 1,092 satuan. Selanjutnya bila ada kenaikan
kesehatan anggota rumah tangga sebesar 1 satuan maka akan menambah kenaikan
tingkat kesejahteraan rumah tangga sebesar 1,177 satuan. Dan bila ada kenaikan
kemudahan menyekolahkan anak sebesar 1 satuan maka akan menambah
kenaikan tingkat kesejahteraan rumah tangga sebesar 1,079 satuan.
Pengujian secara simultan didapat nilai F hitung 36.357 dengan tingkat
signifikansi (0,000) jauh lebih kecil dari 0,01 (0,000 < 0,01) dan nilai f tabel
(3,43) dengan derajat kebebasan 18, maka dapat disimpulkan bahwa f hitung > f
tabel (36.357 > 3,43) ini berarti signifikan. Kesimpulannya dapat dikatakan bahwa
fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, dan kemudahan pendidikan
berpengaruh secara bersama-sama dan signifikan terhadap tingkat kesejahteraan
rumah tangga.
Sebaiknya petani ikan hias air tawar di Kelurahan Cipedak Kecamatan
Jagakarsa Kota Madya Jakarta Selatan mempertahankan usahatani ikan hias air
tawar karena dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani
ikan hias air tawar disana. Sebaikanya petani ikan hias air tawar di Kelurahan
Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota Madya Jakarta Selatan agar lebih
memaksimalkan fungsi kolam agar produksi ikan hias dapat lebih maksimal.
Curriculum Vitae

IDENTITAS DIRI
Nama : Andi Angger Sutawijaya
Alamat : Jln. Pahlawan No. 56 Rt.001 Rw.01 Cempaka Putih Ciputat
Timur Tangerang Selatan Banten 15412
Tempat dan Tanggal
Lahir : Jakarta, 07 Juni 1988
Status : Single
Nomor Telepon : Ph. 021-7413330
Hp. 0812 87870688 - 08990095903
e-mail : angger.sutawijaya@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL
1994 - 2000 : SDI Ruhul Amin
SMP M.H.
2000 - 2003 : Thamrin
2003 - 2006 : MAN 11 Jakarta
2006 - 2012 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI
2004 - 2005 : KIR MAN 11 Jakarta sebagai Kordinator Buletin dari Divisi
Penelitian dan Pengembangan
2007 - 2008 : Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian/Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah sebagai Mentri
Penelitian, Pengembangan dan Profesi
2008 - 2009 : Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian/Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah sebagai Presiden
BEM Jurusan
2006 - 2007 : Lembaga Semi Otonom Campus Intrepeneur Comunity
Fakultas Sain dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah sebagai
Staf Produksi
2007 - 2008 : Lembaga Semi Otonom Campus Intrepeneur Comunity
Fakultas Sain dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah sebagai
Staf HRD
2006 - 2008 : Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia sebagai
Kordinator Informasi dan Komunikasi
2009 - 2011 : Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia sebagai
Kordinator Kajian Strategis
2009 - 2011 : Perhimpunan Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi
Pertanian Indonesia (POPMASEPI) sebagai Pengurus
Wilayah II
2006 - 2010 : Buletin Ilalang sebagai Reporter

PENGALAMAN PELATIHAN
2006 -2007 : Training Organizasion Plat Form di Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah
2006 - 2007 : Pelatihan Bisnis dan Kewirausahaan di Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah
2007 - 2008 : Pelatihan Bisnis dan Kewirausahaan di Student Center
UIN Syarif Hidayatullah

KEAHLIAN YANG DIMILIKI


1. MS Office (MS Word, MS Excel, MS Access, MS PowerPoint).
2. Corel Draw
3. Photo shop
4. Internet
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmat-Nya, penulisan skripsi yang berjudul ”ANALISIS TINGKAT
KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI IKAN HIAS AIR
TAWAR DI KELURAHAN CIPEDAK KECAMATAN JAGAKARSA
KOTA MADYA JAKARTA SELATAN” dapat diselesaikan dengan baik.
Shalawat dan salam Penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW beserta keluarganya, para sahabat, dan kepada kita semua yang
mengharapkan safa’atnya di hari kiamat nanti.

Pada penulisan ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik secara moril dan
materiil sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untaian terima kasih
yang dalam Penulis tunjukkan kepada:

1. Dr. Syopiansyah Jaya Putra M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Acep Muhib, MM dan Rizki Adi Puspita Sari, SP, MM selaku Ketua
dan Sekretaris Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ir. Siti Rochaeni, M.Si dan Achmad Tjachja Nugraha selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan saran dan dukungan kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
4. Dr.Ir. Edmon Daris, MS dan Dr. Yon Girie Mulyono, M.Si sebagai dosen
penguji yang telah mengoreksi dan memberikan banyak masukan sehingga
menjadikan skripsi ini menjadi lebih baik.
5. Bapak Irwan, selaku pendamping lapangan (Ketua Kelompok Tani) yang
telah memberikan masukan selama melakukan penelitian.
6. Segenap pimpinan dan karyawan Balai Benih Induk (BBI) Ciganjur UPT.
Balai Budidaya Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan DKI Jakarta
beserta para petani ikan hias air tawar yang telah mengijinkan dan
membantu memberikan informasi-informasi yang sangat berguna dalam
penyusunan skripsi ini.
7. Orang tua (Andi Burhanuddin dan Siti Rahmalia) dan adik (Andi
Wulandari Harnum) yang telah memberikan dukungan dan semangat
kepada Penulis serta do’a yang selalu dipanjatkan kepada-Nya.
8. Rofikoh yang telah mencurahkan semangat, dukungan dan motivasi yang
tiada henti kepada Penulis.
9. Teman-teman Agribisnis 2006 untuk segala dukungan dan semangatnya.
10. Dosen-dosen Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
yang telah memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik
dari sistematika, bahasa, maupun dari segi materi. Atas dasar ini, penulis
mengharapkan komentar, saran, dan kritik dari pembaca agar dapat
menjadikannya lebih baik. Semoga skripsi ini dapat membuka cakrawala yang
lebih luas bagi pembaca dan semoga bermanfaat untuk kita semua.

Jakarta, 19 Januari 2012

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................... i

DAFTAR TABEL ........................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1


1.2 Permasalahan Penelitian............................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
1.5 Ruang Lingkup ............................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 8

2.1 Landasan Teori .............................................................................................. 8


2.1.1 Usahatani ............................................................................................... 9
2.1.2 Pendapatan Usahatani ........................................................................... 9
2.1.3 Pendapatan Rumah Tangga ................................................................... 11
2.1.4 Pengeluaran Rumah Tangga ................................................................. 12
2.1.5 Kemiskinan.................................................................................. ....... 14
2.1.6 Kesejahteraan ............................................. ........................................ 16

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................................ 21


2.3 Alur Pemikiran .............................................................................................. 23
2.4 Batasan dan Definisi Operasional ................................................................. 27

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................................... 30

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 30


3.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................................. 30
3.3 Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 31\
3.4 Metode Penentuan Sampel ........................................................................... 31
3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ......................................................... 32

i
3.5.1 Analisis Pendapatan Rumah Tangga ................................................... 33
3.5.2 Analisis Pengeluaran Rumah Tangga ................................................. 34
3.5.3 Analisis Tingkat Kesejahteraan........................................................... 34
3.5.4 Uji Hipotesis ....................................................................................... 35

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................................... 39

4.1 Letak dan Lokasi .......................................................................................... 39


4.2 Pertanahan dan Daerah Rawan Banjir ......................................................... 40
4.3 Dasar Hukum ............................................................................................... 41
4.4 Data Kependudukan ..................................................................................... 41
4.5 Sarana dan Prasarana ................................................................................... 42
4.5.1 Lembaga Pemerintahan ........................................................................ 42
4.5.2 Sarana Pendidikan ............................................................................... 43
4.5.3 Sarana Kesehatan ................................................................................. 43
4.5.4 Sarana Keagamaan ............................................................................... 44
4.5.5 Sarana Keamanan................................................................................. 44
4.5.6 Sarana Kebudayaan .............................................................................. 45
4.5.7 Sarana dan Prasarana Umum ............................................................... 47

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 48

5.1.1 Karakteristik Responden ............................................................................ 48


5.1.2 Keragaan Usaha Perikanan Responden ....................................................... 49
5.1.2.1 Lahan .................................................................................................. 50
5.1.2.2 Permodalan......................................................................................... 51
5.1.2.3 Tenaga Kerja ...................................................................................... 51
5.1.2.4 Jenis Ikan yang Diusahakan ............................................................... 52
5.1.2.5 Peralatan yang Digunakan ................................................................. 52
5.1.2.6 Pakan .................................................................................................. 53
5.1.2.7 Penyakit Ikan ...................................................................................... 54
5.1.2.8 Pemasaran Ikan Hias .......................................................................... 54
5.1.3 Analisi Pendapatan Usaha Ikan Hias Air Tawar........................................ 55
511.3.1 Penerimaan Usaha Ikan Hias Air Tawar............................... ............. 55
5.1.3.2 Pengeluaran Usaha Ikan Hias Air Tawar ........................................... 55
5.1.3.3 Pendapatan Usaha Ikan HiasAir Tawar .............................................. 56
5.1.4 Pendapatan Rumah Tangga Petani Ikan Hias Air Tawar ............................. 56
5.1.4.1 Pendapatan Rumah Tangga Petani dari Usaha Ikan Konsumsi .......... 58
5.1.4.2 Pendapatan Petani dari Usaha Non Ikan Hias dan
Non Ikan Konsumsi ............................................................................. 58

ii
5.1.5 Pengeluaran Rumah Tangga Petani Ikan Hias Air Tawar ........................... 58
5.1.5.1 Pengeluaran untuk Kebutuhan Pangan................................................. 59
5.1.5.2 Pengeluaran untuk Kebutuhan non Pangan.......................................... 59

5.1.6 Pendapatan dan Pengeluaran per Kapita per Tahun .................................... 60


5.1.6.1 Pendapatan per Kapita per Tahun............................... ......................... 60
5.1.6.2 Pengeluaran per Kapita per Tahun ....................................................... 60
5.1.7 Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Ikan Hias Air
Tawar Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2005 ....................................... 61
5.1.7.1 Indikator Pendapatan Rumah Tangga Petani ...................................... 61
5.1.7.2 Indikator Pengeluaran Rumah Tangga Petani ..................................... 63
5.1.7.3 Indikator Keadaan Tempat Tinggal .................................................... 64
5.1.7.4 Indikator Fasilitas Tempat Tinggal ..................................................... 67
5.1.7.5 Indikator Kesehatan ............................................................................ 70
5.1.7.6 Indikator Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan ................ 71
5.1.7.7Indikator Kemudahan Memasukkan Anak ke
Jenjang Pendidikan.............................................................................. 73
5.1. 7.8 Indikator Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi ............... 74
5.1.7.9 Indikator Kehidupan Beragama .......................................................... 76
5.1.7.10 Indikator Rasa Aman dari Gangguan Kejahatan ............................... 76
5.1.7.11 Indikator Kemudahan dalam Melakukan Olahraga .......................... 77
5.1.7.12 Tingkat Kesejahteraan Menurut BPS Hasil SUSENAS 2005........... 78

5.1.8Pengaruh Indikator-indikator Kesejahteraan BPS Bedasarkan


SUSENAS 2005 Terhadap Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga
Petani Ikan Hias Air Tawar .......................................................................... 79
5.2 Pembahasan ................................................................................................. 85

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 87

6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 90


6.2 Saran ............................................................................................................. 90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Luas wilayah Kecamatan Jagakarsa tahun 2011 ................................................. 40

Tabel 2. Jumlah penduduk Kecamatan Jagakarsa dalam bulan Desember 2008 .............. 42

Tabel 3. Jumlah RT dan RW di Kecamatan Jagakarsa tahun 2011 .................................. 43

Tabel 4. Sarana pendidikan di Kecamatan Jagakarsa tahun 2011..................................... 43

Tabel 5. Sarana kesehatan di Kecamatan Jagakarsa tahun 2011....................................... 44

Tabel 6. Sarana keagamaan di Kecamtan Jagakarsa tahun 2011 ...................................... 45

Tabel 7. Kesenian dan kebudayaan di wilayah Kecamatan Jagakarsa tahun 2011 ........... 46

Tabel 8. Sarana dan prasarana umum di Kecamatan Jagakarsa tahun 2011 ..................... 47

Tabel 9 Jumlah anggota keluarga responden tahun 2011 ................................................ 48

Tabel 10. Analisis pendapatan usaha ikan hias air tawar petani ikan hias air tawar
di Kelurahan Cipedak tahun 2011 ............................................................... ...... 55

Tabel 11. Pendapatan rumah tangga petani ikan hias air tawar di Kelurahan
Cipedak tahun 2011............................................................................................. 57

Tabel 12. Pengeluaran rumah tangga petani ikan hias air tawar di Kelurahan
Cipedak tahun 2011............................................................................................. 59
Tabel 13. Pendapatan dan pengeluaran per kapita per tahun anggota rumah tangga
petani ikan hias air tawar di Kelurahan Cipedak tahun 2011............................. 60

Tabel 14. Indikator keadaan tempat tinggal petani ikan hias air tawar di
Kelurahan Cipedak tahun 2011 ........................................................................... 66
Tabel 15. Indikator keadaan tempat tinggal petani ikan hias air tawar di
Kelurahan Cipedak tahun 2011 ........................................................................... 69
Tabel 16. Indikator kesehatan anggota keluarga petani ikan hias air tawar di

Kelurahan Cipedak tahun 2011 ........................................................................... 71

Tabel 17. Indikator kesehatan kemudahan medapatkan pelayanan kesehatan dari


tenaga medis/paramedis di Kelurahan Cipedak tahun 2011 ............................... 72

Tabel 18. Indikator kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi di

iv
Kelurahan Cipedak tahun 2011 ........................................................................... 75
Tabel 19. Indikator kehidupan beragama di Kelurahan Cipedak tahun 2011 ..................... 76

Tabel 20. Indikator rasa aman dari gangguan kejahatan di Kelurahan Cipedak
tahun 2011 ........................................................................................................... 77

Tabel 21. Indikator kemudahan dalam melakukan olahraga di Kelurahan Cipedak


tahun 2011 ........................................................................................................... 77
Tabel 22. Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani di Kelurahan Cipedak
berdasarkan indikator SUSENAS 2005 tahun 2011 ........................................... 79

Tabel 23. Hasil uji regresi pengaruh variabel fasilitas tempat tinggal, kesehatan
keluarga, kemudahan pendidikan terhadap tingkat kesejahteraan rumah
tangga petani ikan hias air tawar di kelurahan cipedak tahun 2011 .................... 79

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Presentase Penduduk Miskin ........................................................................ 3


Gambar 2. Alur Pemikiran ............................................................................................. 26

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Ikan


Hias Air Tawar Di Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota
Madya Jakarta Selatan Tahun 2011 .............................................................. 94
Lampiran 2. Indikator Tingkat Kesejahteraan menurut BPS hasil SUSENAS 2005
yang dimodifikasi disertai variabel dan skornya ........................................... 98
Lampiran 3. Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Petani Ikan Hias Air Tawar Di
Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota Madya Jakarta Selatan
Tahun 2011 ................................................................................................... 101
Lampiran 4. Hasil Pengeluaran Rumah Tangga Petani Ikan Hias Air Tawar Di
Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota Madya Jakarta Selatan
Tahun 2011 ................................................................................................... 103
Lampiran 5. Indikator Keadaan Tempat Tinggal Petani Ikan Hias Air Tawar Di
Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota Madya Jakarta Selatan
Tahun 2011 ................................................................................................... 105
Lampiran 6. Indikator Fasilitas Tempat Tinggal Petani Ikan Hias Air Tawar Di
Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota Madya Jakarta Selatan
Tahun 2011 ................................................................................................... 107
Lampiran 7. Indikator Kesehatan Anggota Rumah Tangga, Kehidupan Beragama,
Rasa Aman dari Kejahatan, dan Kemudahan Melakukan Olahraga ............. 109

Lampiran 8. Indikator Kemudahan Rumah Tangga Petani Ikan Hias Air Tawar Di
Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota Madya Jakarta Selatan
Mendapatkan Pelayanan Kesehatan dari Tenaga Medis Tahun 2011 ........... 110
Lampiran 9. Indikator Kemudahan Rumah Tangga Petani Ikan Hias Air Tawar Di
Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota Madya Jakarta Selatan
Memasukkan Anak ke Suatu Jenjang Pendidikan Tahun 2011 .................... 111

Lampiran 10. Indikator Kemudahan Rumah Tangga Petani Ikan Hias Air Tawar
Mendapatkan Fasilitas Transportasi Di Kelurahan Cipedak Kecamatan
Jagakarsa Kota Madya Jakarta Selatan Tahun 2011 .................................... 112

Lampiran 11. Indikator Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Ikan Hias Air
Tawar Di Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota Madya
Jakarta Selatan Tahun 2011 .......................................................................... 113

Lampiran 12. Harga Kebutuhan Pokok di Tempat Penelitian Saat Penelitian Di


Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota Madya Jakarta Selatan
Tahun 2011 ................................................................................................... 114

vii
Lampiran 13. Foto-foto Petani Ikan Hias Air Tawar Di Kelurahan Cipedak
Kecamatan Jagakarsa Kota Madya Jakarta Selatan Tahun 2011 .................. 115

Lampiran 14. Peta Kecamatan Jagakarsa Kota Madya Jakarta Selatan Tahun 2011 .......... 116

Lampiran 15. Identitas Responden Petani Ikan Hias Air Tawar Di Kelurahan
Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota Madya Jakarta Selatan Tahun
2011) ............................................................................................................. 117

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah Negara agraris yang banyak bergantung pada aktivitas

dan hasil pertanian. Berdasarkan bidang usaha, sektor pertanian dibagi atas sub

sektor tanaman pangan/palawija, hortikultura, peternakan, mixed farming,

perikanan, perkebunan dan jasa pertanian. Dilihat dari jumlah tenaga kerja yang

terlibat, sektor pertanian paling dominan dalam menciptakan kesempatan kerja

pada tahun 2002, kesempatan kerja yang di ciptakan di sektor pertanian sebanyak

40,63 juta orang atau 44,34 persen.

Sektor perikanan adalah salah satu sektor yang sedang dapat perhatian

yang cukup besar, sektor ini diharapkan bisa menjadi sumber devisa bagi Negara,

misalnya melalui bisnis ikan hias, baik ikan hias air tawar maupun ikan hias air

laut. Tujuan pembangunan sektor perikanan dalam arti luas antara lain untuk

meningkatkan kesejahteraan terutama bagi para petani ikan dan nelayan, melalui

pembangunan komoditas prioritas yang memiliki nilai ekonomis tinggi, baik

dalam pasar domestik maupun ekspor. Selama ini ekspor perikanan kurang lebih

90 persen didominasi oleh udang, tuna dan cakalang. Oleh sebab itu perlu

dilakukan terobosan-terobosan untuk pengembangan alternative lain yang juga

mempunya prospek tinggi.

Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan Indonesia yang

mempunyai peluang yang besar walaupun belum menjadi prioritas utama. Tujuan

ekspor ikan hias Indonesia sepuluh tahun lalu hanya ke Singapura, tetapi kini

1
sudah merambah ke enam puluh negara di dunia. Volume ekspor ikan hias pun

meningkat dari 0,09 persen menjadi 9 persen per tahun. Hampir seluruh jenis

ikan hias di ekspor, meskipun primadonanya hanya beberapa jenis saja (Raharjo

dan Untung, 2000).

Salah satu daerah penghasil ikan hias air tawar yang potensial adalah

Provinsi DKI Jakarta khusunya di Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota

Madya Jakarta Selatan atau dikenal dengan sebutan Ciganjur. Selain ikan hias air

tawar, usaha perikanan yang terdapat di daerah ini meliputi pembenihan ikan, dan

budidaya ikan dalam keramba.

Pada tahun 2010 lahan yang diusahakan untuk budidaya ikan hias air tawar

di Cipedak Jagakarsa Jakarta Selatan seluas 10 ha dimana 2,6 ha diperuntukkan

sebagai kegiatan taman usaha perikanan yang dikelola oleh petani ikan hias,

sedangkan 7,4 ha dikelola oleh Balai Benih Induk (BBI)/UPT Balai Budidaya

Perikanan.

DKI Jakarta sendiri mempunyai prospek pengembangan produksi ikan

hias yang cukup besar. Berdasarkan data Dinas Perikanan DKI Jakarta, produksi

ikan hias pada tahun 1998 adalah 29.879.630 ekor, sedangkan pada tahun 2001

adalah sebesar 67.922.237 ekor. Peningkatan produksi dari tahun 1998 – 2001

rata-rata 45,4 persen per tahun.

Prospek pengembangan produksi ikan hias di DKI Jakarta yang cukup

besar tersebut, selanjutnya akan meningkatkan pengembangan ekspor ikan hias di

DKI Jakarta. Ekspor ikan hias di DKI Jakarta terus meningkat pada periode tahun

2
1995 – 2001 dengan perkembangan rata-rata 13,2 persen per tahun (Dinas

Perikanan DKI Jakarta, 2002).

Rumah tangga petani masih berada pada tingkat kemiskinan, menurut

angka kemiskinan dari total penduduk miskin 36 juta jiwa pada tahun 2004,

diantaranya sekitar 21 juta jiwa bekerja di sektor pertanian dan pedesaan

(Sugiarto, 2008:1). Hal ini menjadi pernyataan bahwa petani belum mencapai

tingkat kesejahteraan. Sulit sebenarnya mendefinisikan dengan tepat apa itu yang

dimaksud kesejahteraan sosial. Konsep ini memiliki aspek subyektif juga

obyektif, ia juga dapat didefinisikan baik dengan istilah kualitatif deskriptif atau

menggunakan ukuran-ukuran empiris (Midgley, 2005:19).

Berdasarkan data bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan

Maret 2010 sebesar 31,02 juta orang (13,33 persen). Dibandingkan dengan

penduduk miskin pada bulan Maret 2009 yang berjumlah 32,53 juta (14,15

persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 1,51 juta.

20,00

15,00

10,00

5,00

0,00 kota desa kota+desa

Gambar 1. Persentase penduduk miskin di Indonesia periode Maret 2009 s.d Maret 2010
Sumber: Badan Pusat Statistik (2010)

3
Semakin menurunnya jumlah penduduk miskin tidak berarti berpengaruh

secara signifikan pada sektor pertanian. Pasalnya, petani masih menjadi mayoritas

penduduk miskin di Indonesia. Permasalahan yang kompleks tentang petani di

pedesaan masih seputar lahan, permodalan, pemasaran dan ketergantungan

masukan dari luar seperti pupuk, bibit dan obat, disamping permasalahan iklim

dan teknologi.

Ditengah besarnya pengembangan ikan hias air tawar di DKI Jakarta dan

fenomena kemiskinan dikalangan rumah tangga petani, maka mendorong penulis

untuk mengkaji dan menganalisis tingkat kesejahteraan rumah tangga petani ikan

hias air tawar yang ada di Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota Madya

Jakarta Selatan untuk melihat samapi sejauh mana sektor budidaya ikan hias air

tawar dapat membantu meningkatkan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani.

Maka penelitian ini mengangkat judul :

“Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Ikan Hias Air

Tawar di Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota Madya Jakarta

Selatan”.

1.2 Perumusan Masalah

Pada Rencana Kebijakan Operasional Direktorat Jendral Perikanan

disebutkan bahwa pembangunan perikanan dalam pelita VI diharapkan dapat

meningkatkan kontribusinya dalam menghasilkan devisa Negara. Kenyataan yang

ada sekarang, masih banyak petani dan nelayan yang hidup dibawah garis

kemiskinan.

4
Pada tahun 2001 terdapat 3,2 juta rumah tangga yang bekerja di sektor

perikanan. Jika satu rumah tangga rata-rata beranggotakan 5 orang, maka terdapat

16 juta orang yang berhubungan dengan sector perikanan secara langsung. Sekitar

70 persen dari jumlah tersebut masih tergolong miskin, hal ini terkait dengan

tingkat pendapatan yang diterima dari mata pencaharian yang dilakukan. ( Dahuri,

2001)

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana sektor perikanan

mampu menunjang laju pertumbuhan perekonomian nasional melalui sumbangan

devisanya, sedangkan sektor perikanan sendiri belum mampu meningkatkan

tingkat kehidupan para petani dan nelayan yang terdapat didalamnya ke tingkat

ekonomi yang lebih baik.

Dari uraian diatas, permasalahan yang dilihat dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat kesejahteraan rumah tangga petani ikan hias air tawar

di Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota Madya Jakarta Selatan,

dilihat dari total pendapatan rumah tangga, pengeluaran rumah tangga dan

indikator kesejahteraan BPS bedasarkan SUSENAS 2005?

2. Seberapa besar pengaruh indikator-indikator kesejahteraan BPS

bedasarkan SUSENAS 2005 terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga

petani ikan hias air tawar di Kelurahan Kelurahan Cipedak Kecamatan

Jagakarsa Kota Madya Jakarta Selatan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

5
1. Mengetahui tingkat kesejahteraan rumah tangga petani ikan hias air tawar

di Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota Madya Jakarta Selatan.

2. Menganalisis Pengaruh indikator-indikator kesejahteraan BPS bedasarkan

SUSENAS 2005 terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga petani ikan

hias air tawar di Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota Madya

Jakarta Selatan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti merupakan media latihan untuk meningkatkan kemampuan

menganalisis permasalahan – permasalahan di bidang pertanian sub sektor

perikanan khususnya ikan hias air tawar.

2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan penambahan

wawasan dan sebagai media informasi bagi mahasiswa untuk penelitian

lebih lanjut.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Petani yang diteliti di Kelurahan Cipedak merupakan kumpulan petani

yang melakukan budidaya ikan hias air tawar dan anggota kelompok tani. Tingkat

kesejahteraan suatu rumah tangga dapat dilihat dengan jelas melalui besarnya

pendapatan yang diterima oleh rumah tangga yang bersangkutan dan besar

pengeluarannya. Pengeluaran rata-rata per kapita per tahun adalah rata-rata biaya

yang dikeluarkan rumah tangga selama setahun untuk konsumsi semua anggota

keluarga dibagi dengan banyaknya anggota rumah tangga. Determinan utama dari

tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk adalah daya beli. Apabila daya beli

6
menurun maka kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup menurun

sehingga tingkat kesejahteraan juga akan menurun.

Sebagai tolok ukur tingkat kesejahteraan rumah tangga petani dihitung

dengan konsep kriteria BPS 2005 dalam SUSENAS yang telah dimodifikasi.

Pendapatan rumah tangga, Pengeluaran rumah tangga, Keadaan tempat tinggal,

Fasilitas tempat tinggal, Kesehatan anggota rumah tangga, Kemudahan

mendapatkan pelayanan kesehatan dan medis, Kemudahan memasukkan anak ke

suatu jenjang pendidikan, Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi,

Kehidupan beragama, Perasaan aman dari tingkat kejahatan, Kemudahan dalam

melakukan olahraga. Setelah diketahui tingkat kesejahteraan petani, maka akan

dianalisis tentang seberapa besar pengaruh antara indikator-indikator

kesejahteraan tersebut terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga petani dengan

menggunakan alat analisis regresi linear berganda.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Usahatani

Usahatani merupakan seluruh organisasi alam, tenaga kerja, modal, dan

manajemen yang ditujukan pada produksi di lapangan pertanian (Soeharjo dan

Patong, 1973). Organisasi ini berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh

seseorang atau sekelompok orang. Pada umumnya karakteristik usahatani di

Indonesia adalah berlahan sempit, modal yang relative kecil, tingkat pengetahuan

petani terbatas, kurang dinamis sehingga berakibat pada rendahnya pendapatan

dari hasil usahatani (Soekartawi et al, 1986).

Usahatani adalah himpunan dari sumber – sumber alam yang terdapat di

tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian, seperti tanah dan air,

perbaikan – perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari,

bangunan – bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya (Mosher,

1971). Usahatani terdiri atas manusia petani (bersama keluarganya), tanah

(bersama dengan fasilitas yang ada diatasnya seperti bangunan – bangunan,

saluran air), dan tanaman atau hewan ternak. Istilah usahatani lebih tepat

digunakan pada pertanian rakyat karena mencakup pengertian yang lebih luas,

yaitu mulai dari bentuk yang paling sederhana sampai bentuk yang paling modern

(Soeharjo dan Patong, 1973)

8
Beberapa faktor yang mempengaruhi tipe usahatani, yaitu (1) faktor alam

yang terdiri dari iklim, tanah dan topografi; (2) faktor ekonomi; (3) faktor budaya

yang terdiri dari adat, kepercayaan, perkembangan pendidikan dan perkembangan

taraf hidup; serta (4) faktor kebijakanan penguasa atau pemerintah. Secara lebih

jelas diuraikan bahwa faktor ekonomi yang mempengaruhi usahatani terdiri dari

adanya persaingan antar cabang usahatani, adanya siklus kelebihan dan

kekurangan produksi, nilai lahan, tersedianya modal dan tersedianya tenaga kerja

(Tjakrawiralaksana diacu dalam Siti Alfiah, 2002)

Motif petani melakukan usahatani selain berusaha memaksimumkan

keuntungan juga bertujuan untuk memperoleh posisi atau status sosial dan

memenuhi kebutuhan pangan. Selain itu, juga untuk memenuhi kebutuhan rumah

tangga dengan cara menjamin sumber – sumber tunai untuk membeli barang dan

jasa yang tidak dapat diproduksi sendiri dan mengakumulasikan tabungan guna

investasi ruah tangga untuk keperluan usahatani maupun non usahatani yang

berkaitan dengan kesejahteraannya (Sumaryanto, 2004).

2.1.2 Pendapatan Usahatani

Menurut Gittinger (1986) analisis pendapatan usaha pertanian pada

umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usaha pertanian.

Tujuannya adalah memperbaikan pengelolaan usaha pertanian.

Analisis pendapatan bertujuan untuk menggambarkan keadaan sekarang

suatu kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan yang akan dating dari

perencanaan atau tindakan. Analisis pendapatan memberikan bantuan untuk

mengukur apakah kegiatan usaha berhasil atau tidak. Menurut Soeharjo diacu

9
dalam Siti Alfiah (2002), suatu usaha dikatakan berhasil apabila situasi

pendapatannya memenuhi syarat – syarat berikut:

1. Cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi, termasuk biaya

angkutan dan administrasi yang mungkin melekat pada pembelian tersebut.

2. Cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan, termasuk pembayaran

sewa dan pembayaran dana depresiasi (penyusutan modal).

3. Cukup untuk membayara upah tenaga kerja yang dibayar atau bentuk – bentuk

lainnya untuk tenaga kerja yang tidak diupah.

Analisis pendapatan usaha memerlukan dua keterangan pokok yaitu

keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama jangka waktu yang

ditetapkan. Penerimaan adalah hasil perkalian dari jumlah produksi total dengan

harga satuan, sedangkan pengeluaran atau biaya adalah nilai penggunaan sarana

produksi atau input dan lain – lain (Tjakrawiralaksana diacu dalam Siti Alfiah,

2002).

Penerimaan usahatani mencakup banyak hal, tidak saja penerimaan yang

diperoleh langsung dari hasil penjualan produksi, tetapi juga termasuk penerimaan

– penerimaan yang berasal dari hasil menyewakan atau menjual benda – benda

modal yang kelebihan atau tidak terpakai lagi, menyewakan tenaga ternak dan

penambahan nilai inventaris. Masih ada penerimaan lain yang sering lupa

diperhitungkan, yaitu penerimaan dalam bentuk fasilitas yang diterima petani dan

keluarganya dari usahataninya sendiri dan penerimaan dalam bentuk hadiah dan

subsidi pemerintah (Tjakraiwiralaksana diacu dalam Siti Alfiyah, 2002)

10
2.1.3 Pendapatan Rumah Tangga

Menurut Mangkuprawira diacu dalam Siti Alfiyah (2002), ukuran

pendapatan yang digunakan untuk tingkat kesejahteraan keluarga adalah

pendapatan keluarga yang diperoleh dari bekerja. Tipe anggota keluarga berusia

kerja di rumah tangga akan terdorong bekerja untuk kesejahteraan keluarganya.

Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa anggota keluarga seperti istri dan anak –

anak adalah penyumbang dalam berbagai kegiatan baik dalam pekerjaan rumah

tangga maupun mencari nafkah.

Menurut Biro Pusat Stastik (1993b), pendapatan dan penerimaan keluarga

adalah seluruh pendapatan dan penerimaan yang diterima oleh seluruh anggota

rumah tangga ekonomi. Pendapatan itu sendiri terdiri dari:

1. Pendapatan dari upah/gaji yang mencakup upah/gaji yang diterima oleh

seluruh anggota rumah tangga ekonomi yang bekerja sebagai buruh sebagai

imbalan atas pekerjaan yang dilakukan untuk suatu

perusahaan/majikan/instansi tersebut baik uang maupun barang dan jasa.

2. Pendapatan dari hasil usaha seluruh anggota rumah tangga yang berupa

pendapatan kotor, yaitu selisih nilai jual barang dan jasa yang diproduksi

dengan biaya produksinya.

3. Pendapatan lainnya, yaitu pendapatan diluar upah/gaji yang menyangkut usaha

lain dari (a) perkiraan sewa rumah milik sendiri; (b) bunga, deviden, royalty,

paten, sewa/kontrak, lahan, rumah, gedung, bangunan, peralatan dan

sebagainya; (c) buah hasil usaha (hasil usaha sampingan); (d) penerimaan dan

11
klaim asuransi jiwa; (e) kiriman dari family/pihak lain secara rutin, ikutan

dinas, beasiswa dan sebagainya.

Menurut Hardjanto (1996), dalam perhitungan pendapatan pada usahatani

ikan air tawar ada kemungkina terjadi perbedaan besar pendapatan antara petani

ikan yang satu dengan yang lainnya. Penyebabnya ada dua faktor yaitu modal dan

jenis ikan yang diusahakan. Faktor modal diwakili oleh jumlah kolam yang

dimiliki, karena komponen terbesar yang digunakan adalah pengadaan kolam.

Semakin banyak jumlah kolam yang dimiliki memungkinkan petani untuk

memproduksi ikan dalam jumlah banyak dan sebaliknya dengan jumlah kolam

yang lebih sedikit, petani ikan hanya dapat memproduksi ikan yang lebih sedikit.

Jenis ikan yang diusahakan juga mempengaruhi pendapatan, karena setiap jenis

ikan mempunyai harga dan tingkat pasar yang berbeda-beda.

2.1.4 Pengeluaran Rumah Tangga

Menurut Biro Pusat Statistik (1995a), secara garis besar pengeluaran

rumah tangga dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu pengeluaran untuk

makanan dan pengeluaran bukan makanan (non makanan). Di Negara yang

sedang berkembang, persentase pengeluaran untuk makanan masih merupakan

bagian terbesar dari pengeluaran rumah tangga. Biasanya pengeluaran tersebut

lebih besar 50% dari seluruh pengeluaran. Sebaliknya, dinegara yang sudah maju

ekonominya, pengeluaran untuk barang dan jasa merupakan pengeluaran rumah

tangga. Pengeluaran tersebut mencakup pengeluaran untuk perawatan untuk

perawatan kesehatan, peningkatan pendidikan, rekreasi, olahraga dan sebagainya

(Biro Pusat Statistik, 1993a).

12
Pengeluaran untuk makanan, minuman dan jasa-jasa digunakan

pendekatan konsep konsumsi yaitu nilai/kuantitas semua barang/jasa yang benar-

benar dikonsumsi oleh rumah tangga atau keluarga selama penelitian. Sedangkan

untuk pengeluaran non makanan seperti perumahan, sandang, barang/jasa

digunakan pendekatan konsep penyerahan, yaitu nilai/kuantitas semua barang

yang telah dibawa dari luar kota ke dalam rumah tangga selama referensi waktu

penelitian.

Pengeluaran ini mencakup berbagai pengeluaran untuk pajak, iuran,

tabungan, premi asuransi, pembayaran hutang, pengeluran untuk pesta maupun

biaya keagamaan dan sebagainya. Dari kedua pengeluaran tersebut, maka

pengeluaran konsumsilah yang paling penting dan banyak berpengaruh dalam

melihat kemampuan daya beli rumah tangga sehubungan dengan kebutuhan

minimunya.

Menurut Biro Pusat Statistik (1993b), pengeluaran keluarga dibedakan

menjadi dua, yaitu:

1. konsumsi makanan, minuman dan tembakau, terdiri dari kelompok padi-

padian, ikan, daging, telur dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan,

buah-buahan, minyak dan lemak, bahan minuman, bumbu-bumbuan,

konsumsi lainnya serta minuman jadi.

2. Konsumsi untuk barang-barang non makanan terdiri dari perumahan,

bahan bakar, penerangan dan air, barang dan jasa, pakaian, alas kaki, serta

barang-barang tahan lama.

13
2.1.5 Kemiskinan

Masalah kemiskinan identik dengan keterbatasan dalam pemilihan dan

penguasaan sumberdaya fisik dan non fisik, dengan kata lain bahwa kemiskinan

dicirikan oleh rendahnya tingkat kesejahteraan (Mangkuprawira,1993). Penduduk

miskin pada tahun 2004 secara absolut terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Bali,

yaitu lebih dari setengah penduduk miskin Indonesia atau 20,71 juta jiwa. Sisanya

tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan pulau lainnya antara 1,30

sampai 7,88 juta jiwa (BPS, 2004).

BAPPENAS (2004) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana

seseorang atau sekelompok orang, laki – laki dan perempuan, tidak mampu

memenuhi hak – hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan

kehinpan yang bermartabat. Hak – hak dasar masyarakat desa antara lain,

terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air

bersih, pertahanan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari

perlakuan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam

kehidupan sosial-politik. Baik bagi perempuan maupun laki – laki. Untuk

mewujudkan hak – hak dasar masyarakat miskin ini, BAPPENAS menggunakan

beberapa pendekatan untama antara lain, pendekatan kebutuhan, pendekatan

pendapatan, kemampuan dasar dan pendekatan objektif dan subjektif.

Menurut kartasasmita (1996), keadaan kemiskinan umunya diukur dengan

tingkat pendapatan, dan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi kemiskinan

absolut dan kemiskinan relatif. Seseorang dikatakan miskin secara absolut apabila

tingkat pendapatannya lebih rendah daripada garis kemiskinan absolut atau

14
dengan kata lain jumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

hidup minimum yang dicerminkan oleh garis kemiskinan absolut. Kemiskinan

absolut umunya disandingkan dengan kemiskinan relatif. Kemiskinan relatif

adalah keadaan perbandingan antara kelompok pendapatan dalam masyarakat,

yaitu antara kelompok yang mungkin tidak miskin karena mempunyai tingkat

pendapatan yang lebih tinggi daripada garis kemiskinan dan kelompok masyarakat

yang lebih kaya.

Pengukuran kemiskinan absolut membutuhkan pengetahuan untuk

menentukan tingkat kebutuhan minimum. Oleh karena itu, harus diketahuidengan

rinci apa saja yang termasuk kebutuhan dasar dari individu atau rumah tangga.

PBB menyebutkan terdapat 12 kompenen kebutuhan dasar, yaitu: (1) kesehatan;

(2) makanan dan gizi; (3) pendidikan; (4) kondisi pekerjaan; (5) situasi

kesemoatan kerja; (6) komsumsi dan tabungan; (7) pengangkutan; (8) perumahan;

(9) sandang; (10) rekreasi; (11) jaminan sosial; (12) kebebasan (Guharja dalam

Maharani, 2006)

Berdasarkan pengertian kemiskinan diatas, maka untuk mengetahui

seseorang atau rumah tangga miskin diperlukan beberapa faktor – faktor yang

mempengaruhi kemiskinan itu sendiri. Secara umum tingkat kemiskinan di suatu

Negara sangat ditentukan oleh tingkat pemerataan pendapatan nasional. Jika

semakin besar ketimpangan pendapatan per kapita maka akan semakin besar pula

tingkat kemiskinan. Di sisi yang lain untuk setiap tingkat pemerataan, makin

rendah pendapatan per kapita akan semakin tinggi tingkat kemiskinan.

15
2.1.6 Kesejahteraan

Menurut UU No.16 tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan

Sosial, kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan sosial material maupun

spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman batin

yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk mengadakan usaha

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-

baiknya bagi diri sendiri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi

hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

Biro Pusat Statistik (1991) menyatakan bahwa kesejahteraan bersifat

subyektif, sehingga ukuran kesejahteraan bagi setiap individu atau keluarga

berbeda satu sama lain. Namun, pada prinsipnya kesejahteraan berkaitan erat

dengan kebutuhan dasar. Apabila kebutuhan dasar bagi individu atau keluarga

dapat dipenuhi, maka dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan dari individu atau

keluarga tersebut sudah tercapai. Kebutuhan dasar erat kaitannya dengan

kemiskinan, apabila kebutuhan dasar belum terpenuhi oleh individu atau keluarga

maka dikatakan bahwa individu atau keluarga tersebut berada dibawah garis

kemiskinan.

Menurut Sawidak (1985), kesejahteraan merupakan sejumlah kepuasan

yang diperoleh seseorang dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima,

namun tingkatan dari kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat

relatif, karena tergantung dari besarnya kepuasan yang diperoleh dari hasil

mengkonsumsi pendapatan tersebut.

16
Undang – undang No.10 tahun 1992 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera pasal 1 ayat 1 menyatakan

bahwa keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas

perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup baik spiritual maupun

material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan

yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota keluarga dengan masyarakat dan

lingkungan.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (2002) mengemukakan

bahwa keberadaan keluarga sejahtera diklasifikasikan dalam lima tingkatan,

disertai dengan karakteristiknya masing – masing. Kelima tingkatan itu adalah :

1. Keluarga Pra Sejahtera, yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya (basic needs) secara minimal, seperti kebutuhan

melaksanakan agama, pangan, sandang, papan dan kesehatan.

2. Keluarga Sejahtera Tahap I, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi

keseluruhan kebutuhan dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi

keseluruhan kebutuhan sosial psikologinya (socio psychological) seperti

kebutuhan pendidikan, Keluarga Berenca, interaksi dalam keluarga, interaksi

dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.

3. Keluarga Sejahtera Tahap II, yaitu keluarga – keluarga yang disamping telah

dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah memenuhi seluruh kebutuhan

sosial psikologinya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan

kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi

17
4. Keluarga Sejahtera Tahap III, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi

seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan

pengembangannya namun belum dapat memberikan sumbangan dalam bentuk

materil untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta berperan serta secara

aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan –

yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan, dan sebagainya.

5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus, yaitu keluarga – keluarga yang telah dapat

memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis

maupun yang bersifat pengembangan serta telah dapat pula memberikan

sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Sajogyo (1984) mengemukakan bahwa konsepsi tentang kesejahteraan

masyarakat atau keluarga, diidentifikasikan sebagai penjabaran “Delapan Jalur

Pemerataan” dalam Trilogi Pembangunan sejak Repelita III, yang meliputi

peluang berusaha dan peluang bekerja sebagai jalur pembuka dari satu mata rantai

yang menentukan berturut – turut jalur tingkat pendapatan (pengusaha, buruh

beserta rumah tangga tanggungannya), serta tingkat pendidikan dan kesehatan

yang pelayanannya terjangkau.

Sayogyo diacu dalam Andi Irmayani (2007) mengungkapkan konsep

kemiskinan berdasarkan konsumsi beras per kapita per tahun yang diukur dengan

nilai beras setempat pada tahun tersebut untuk daerah pedesaan, yaitu:

1. Tidak miskin, apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih besar dari nilai

tukar 320 kg beras

18
2. Miskin, apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar

240 kg – 320 kg beras

3. Miskin, apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar

180 kg - 240 kg beras

4. Miskin, apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar

180 kg beras

Direktorat Tata Guna Tanah diacu dalam Andi Irmayani (2007)

mengklasifikasikan tingkat kemiskinan berdasarkan nilai konsumsi total sembilan

bahan pokok dalam setahun yang dinilai dengan harga setempat. Kebutuhan hidup

minimum yang dipergunakan sebagai tolak ukur yaitu 100 kg beras, 15 kg ikan

asin, 6 kg gula pasir, 6 kg minyak goreng, 9 kg garam, 60 liter minyak tanah, 20

batang sabun, 4 meter tekstil kasar, dan 2 meter batik kasar.

Kriteria yang kemiskinan digunakan oleh Direktorat Tata Guna Tanah

adalah sebagai berikut:

1. Miskin sekali, apabila pengeluaran per kapita per tahun dibawah 75% dari

nilai total 9 bahan pokok

2. Miskin, apabila pengeluaran per kapita per tahun antara 75 – 125% dari nilai

total 9 bahan pokok

3. Hampir miskin, apabila pengeluaran per kapita per tahun antara 125 – 200%

dari nilai total 9 bahan pokok

4. Tidak miskin, apabila pengeluaran per kapitta per tahun lebih besar dari 200%

dari nilai total 9 bahan pokok.

19
Kesejahteraan rakyat mempunyai aspek yang sangat kompleks dan tidak

memungkinkan untuk menyajikan data yang mampu mengukur semua aspek

kesejahteraan. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan

indikator kesejahteraan Republik Indonesia yang digunakan Biro Pusat Statistik

dalam SUSENAS 2005. Indikator tersebut adalah:

1. Pendapatan keluarga

2. Konsumsi rumah tangga

3. Keadaan tempat tinggal

4. Fasilitas tempat tinggal

5. Kesehatan anggota rumah tangga

6. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dan medis

7. Kemudahan memasukkan anak ke suatu jenjang pendidikan

8. Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi

9. Kehidupan beragama

10. Perasaan aman dari tingkat kejahatan

11. Kemudahan dalam melakukan olahraga

Tingkat kesejahteraan sosial diukur dengan pendekatan pengeluaran rumah

tangga yang didasarkan pada pola pengeluaran untuk pangan, barang dan jasa,

rekreasi, bahan bakar dan perlengkapan rumah tangga. Pendekatan pengamatan

dilakukan terhadap kondisi perumahan, kesehatan, pendidikan dan pola

pengeluaran rumah tangga. Penilaian terhadap kondisi perumahan didasarkan

pada jenis dinding rumah, jenis lantai, jenis atap serta status kepemilikan.

Pendekatan untuk menilai kondisi kesehatan berdasarkan kondisi sanitasi

20
perumahan serta kondisi perlengkapan air minum, air mandi, cuci dan kakus (Biro

Pusat Statistik, 2005)

2.2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Alfiyah (2002) melakukan penelitian Analisis Tingkat Kesejahteraan

Keluarga Petani Ikan Hias Air Tawar di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan keluarga petani ikan

hias, tingkat pengeluaran keluarga dan sekaligus menganalisis tingkat

kesejahteraan keluarga petani dengan menggunakan kriteria kemiskinan dari

Sayogyo, kriteria kemiskinan dari Direktorat Tata Guna Tanah dan indikator

kesejahteraan dari Biro Pusat Statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar keluarga petani ikan hias tergolong tidak miskin. Berdasarkan

kriteria kemiskinan dari Direktorat Tata Guna Tanah tidak ada responden yang

tergolong miskin, tetapi terdapat 35% responden yang tergolong hampir miskin.

Dilihat dari indikator kesejahteraan dari Biro Pusat Statistik, sebanyak 72,5%

responden tergolong tingkat kesejahteraan tinggi dan 27,5% responden termasuk

tingkat kesejahteraan sedang.

Febinanto (2011) melakukan penelitian Penerapan Agroekologi dalam

Mensejahterakan Rumah Tangga Petani. Penelitian ini dilaksanakan di desa

Cidokom, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Untuk mengetahui tingkat

kesejahteraan rumah tangga petani digunakan indikator kesejahteraan menurut

kriteria BPS dalam SUSENAS 2005, sedangkan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh pendapatan petani, pengeluaran petani, keadaan tempat tinggal petani,

21
fasilitas tempat tinggal petani, kesehatan keluarga petani, kemudahan petani

mendapat pelayanan kesehatan, kemudahan petani menyekolahkan anak, dan

kemudahan petani mendapatkan fasilitas transportasi terhadap kesejahteraan

Rumah Tangga digunakan uji Regresi Linear Berganda. Untuk mengetahui derajat

kepekaan variabel dependen terhadap perubahan variabel independen digunakan

Elastisitas. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan responden, kegiatan

usahatani yang dilakukan oleh petani di desa Cidokom menggunakan model

agroekologi, yaitu penerapan pertanian selaras dengan alam yang mengarah pada

organic dengan mengintegrasikan sumber daya dan pengetahuan lokal untuk

mendapatkan hasil usaha tani yang baik secara sosial, ekonomi dan lingkungan.

Berdasarkan delapan indikator BPS 2005, rumah tangga petani yang termasuk

kategori kesejahteraan tinggi sebanyak 22 rumah tangga (73,33%) dan sisanya

sebanyak 8 rumah tangga (26,67%) termasuk kategori kesejahteraan sedang.

Berdasarkan criteria garis kemiskinan Sajogyo, sebagian besar rumah tangga

petani (66,67%) termasuk kategori tidak miskin. Sedangkan berdasarkan criteria

garis kemiskinan dari Direktorat Tata Guna Tanah, sebagian besar rumah tangga

petani (66,67%) termasuk kategori tidak miskin. Berdasarkan dari hasil

perhitungan Regresi berganda didapat nilai Y=-6.870 + 1.568(X1) + 0.536(X2) +

0.316(X3) + 0.095(X4) + 1.336(X5) + 0.164(X6) + 0.808(X7) + 0.219(X8)

sedangkan hasil uji t terlihat bahwa bila ada kenaikan pendapatan sebesar 1 satuan

maka akan mempengaruhi kenaikan kesejahteraan rumah tangga sebesar 1,568

satuan dan bila ada kenaikan kesehatan keluarga sebesar 1 satuan maka akan

mempengaruhi kenaikan tingkat kesejahteraan rumah tangga sebesar 1,336 satuan.

22
Selain itu, keenam variabel bebas lainnya bila ada kenaikan 1 satuan berpengaruh

terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga dibawah 1 satuan. Untuk pengujian

secara simultan (uji F) diperoleh nilai F hitunga dalah 9.687 dengan tingkat

probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,01 dan F tabel (3,51) dengan derajat

kebebasan 21, maka dapat disimpulkan bahwa F hitung > F tabel ini berarti

signifikan. Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pendapatan petani, pengeluaran

petani, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota

keluarga, kemudahan pelayanan kesehatan, kemudahan menyekolahkan anak dan

kemudahan mendapat fasilitas transportasi secara bersamaan terhadap tingkat

kesejahteraan rumah tangga petani. Hasil penghitungan elastisitas, variabel (X)

yaitu pendapatan, pengeluaran, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal,

kesehatan anggota keluarga, pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan , dan

transportasi dinyatakan bersifat inelastis (<1). Dengan demikian semua kebijakan

terhadap variabel bebas tersebut tidak responsive dalam meningkatkan

kesejahteraan (Y).

2.3 Alur Pemikiran

Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani ikan hias air tawar di

Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa, Kota Madya Jakarta Selatan ditentukan

berdasarkan metode skoring dari sebelas indikator kesejahteraan rakyat (Biro

Pusat Statistik, 2005). Dari sebelas indikator tersebut yang memerlukan data

kuantitatif adalah tingkat pendapatan dan konsumsi rumah tangga.

23
Pendapatan keluarga dilihat dari tiga sumber yaitu pendapatan dari usaha

perikanan ikan hias, pendapatan non ikan hias (ikan konsumsi) dan pendapatan

dari usaha non perikanan. Untuk mengetahui pendapatan dari usaha perikanan

ikan hias itu sendiri, dilakukan pengkajian terhadap penerimaan dan biaya yang

dikeluarkan dalam usaha ikan hias tersebut. Penerimaan adalah nilai total

penjualan ikan hias, sedangkan biaya adalah total biaya tetap dan biaya variabel.

Selisih antara penerimaan usaha dengan total biaya merupakan pendapatan usaha

ikan hias.

Sumber pendapatan keluarga dari usaha perikanan ikan hias dan usaha

perikanan non ikan hias (ikan konsumsi) akan menghasilkan pendapatan dari

usaha perikanan. Penjumlahan antara pendapatan usaha perikanan dengan

pendapatan usaha non perikanan merupakan total pendapatan rumah tangga petani

ikan hias secara keseluruhan.

Pengeluaran keluarga secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga,

yaitu pengeluaran untuk kebutuhan pangan, non pangan dan investasi. Ketiga

pengeluaran tersebut merupakan total pengeluaran keluarga. Setelah besarnya

pendapatan dan pengeluaran keluarga petani ikan hias diketahui, maka dapat

dihitung besarnya pendapatan per kapita per tahun dan pengeluaran per kapita per

tahun dengan cara membagi pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani

ikan hias dengan jumlah anggota rumha tangga petani ikan hias. Besarnya

pendapatan dan pengeluaran per kapita per tahun ditambah dengan indikator

lainnya yang termasuk didalamnya kondisi sosial ekonomi petani tersebut yang

dijadikan dasar untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga petani ikan

24
hias air tawar yaitu berdasarkan criteria Biro Pusat Statistik pada SUSENAS

2005.

Kriteria kemiskinan dari Sayogyo dan kriteria kemiskinan dari Direktorat

Tata Guna Tanah digunakan untuk memodifikasi 11 indikator yang digunakan

dalam SUSENAS 2005, yaitu dengan memasukkan kriteria kemiskinan Direktorat

Tata Guna Tanah pada indikator pertama (pendapatan rumah tangga) dan

memasukkan kriteria kemiskinan Sayogyo pada indikator kedua (pengeluaran

rumah tangga). Alasan indikator pertama dan kedua dimodifikasi adalah karena

kondisi perekonomian Indonesia yang belum stabil, yaitu harga-harga kebutuhan

hidup sangan berfluktuasi dan berbeda-beda disebagian daerah, sehingga untuk

memperoleh hasil yang mendekati kenyataan digunakan kriteria Biro Pusat

Statistik yang dimodifikasi.

Nilai kesejahteraan rumah tangga petani setelah didapatkan hasilnya lalu

dihitung nilai pengaruh indikator tingkat kesejahteraan terhadap tingkat

kesejahteraan rumah tangga dengan menggunakan penghitungan regresi linear

berganda. Secara skematik dapat dilihat pada gambar 2.

25
Rumah Tangga Petani

Pendapatan Pengeluaran

Usaha ikan hias Usaha ikan Usaha lain Pangan Non pangan Investasi
konsumsi

Pendapatan usaha Pendapatan usaha


ikan hias dan ikan non ikan hias dan
konsumsi non ikan konsumsi

Pendapatan RT Pengeluaran RT

Kriteria kemiskinan Kriteria kemiskinan


Direktorat Tata Guna Tanah Sayogyo

IndiKator kemiskinan dari BPS 2005

Tingkat kesejahteraan rumah tangga


petani ikan hias
Analisis Regresi
Uji t
Uji F
Pengaruh indikator-indikator kesejahteraan
terhadap tingakat kesejahteraan petani
ikan hias

Gambar 2. Skema Alur Pemikiran

26
2.4 Batasan dan Definisi Operasional

1. Rumah tangga menurut Badan Pusat Statistik (2005) adalah sekelompok orang

yang mendiami sebagian atau keseluruhan bangunan dimana biasanya anggota

keluarga tinggal di rumah tersebut dan makan dari satu dapur.

2. Karakteristik petani adalah ciri, sifat atau faktor personal yang melekat pada

seseorang. Karakteristik yang diamati untuk petani di Kelurahan Cipedak

adalah Umur, tingkat pendidikan, pengalaman usaha, jumlah anggota rumah

tangga dan luas kolam.

3. Rumah tangga petani ikan hias air tawar adalah pengertian rumah tangga

sebagaimana yang dijelaskan menurut Badan Pusat Statistik (2005), dmana

pekerjaan utama kepala rumah tangga adalah sebagai petani ikan hias air

tawar.

4. Tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dihitung

berdasarkan SUSENAS 2005 yang diukur berdasarkan 11 indikator dan

Masing-masing indikator tersebut diberi skor yang kemudian dibagi menjadi

tiga klasifikasi. Klasifikasi ditentukan dengan cara mengurangkan nilai

tertinggi dengan nilai terendah. Klasifikasi tersebut dibedakan menjadi tiga,

yaitu kesejahteraan tinggi (27-35), kesejahteraan sedang (19-26) dan

kesejahteraan rendah (11-18).

5. Pendapatan rumah tangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh rumah

tangga petani yang berasal dari usaha tani ikan hias air tawar, usaha ikan

konsumsi, maupun usaha non perikanan selama satu tahun yang dinyatakan

dalam rupiah per tahun.

27
6. Pengeluaran rumah tangga yang dimaksud adalah biaya yang dikeluarkan

untuk kebutuhan hidup dalam jangka waktu satu tahun yang terdiri dari

pengeluaran untuk pangan, pengeluaran untuk non pangan dan investasi yang

dinyatakan dalam rupiah per tahun.

7. Keadaan tempat tinggal merupakan kondisi tempat tinggal yang digunakan

petani dan anggota rumah tangganya. Penggolongan didapat dengan cara

mengurangkan jumlah nilai tertinggi dengan jumlah nilai terendah keadaan

tempat tinggal responden, kemudian dibagi dengan kelas (tiga kelas), yaitu

permanen, semi permanen, dan non permanen. Keadaan tempat tinggal ini

dimiliki oleh petani.

8. Fasilitas tempat tinggal merupakan kelengkapan peralatan rumah tangga yang

dimiliki petani. Penggolongan didapat dengan cara mengurangkan jumlah nilai

tertinggi fasilitas tempat tinggal dengan jumlah nilai terendah responden

petani, kemudian dibagi dengan jumlah kelas (tiga kelas), yaitu lengkap,

sedang, dan kurang lengkap. Fasilitas tempat tinggal ini merupakan fasilitas

yang dimiliki petani.

9. Kesehatan anggota rumah tangga adalah kondisi kesehatan anggota rumah

tangga petani selama satu tahun dengan kategori baik (<25 persen sering sakit)

nilai skor 3, cukup (25-50) nilai skor 2 dan kurang (>50 persen sering sakit)

nilai skor 1. Petani dan keluarga yang menerapkan akan dilihat tingkat

kesehatannya, apakah sering sakit atau tidak.

10. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan adalah petani mendapat

kemudahan dalam memperoleh pelayanan dan fasilitas kesehatan yang

28
disediakan oleh kelurahan. Penggolongan didapat dengan cara mengurangkan

jumlah nilai tertinggi kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dengan

jumlah nilai terendah, kemudian dibagi dengan jumlah kelas (3 kelas), yaitu

mudah, sedang, dan sulit. Indikator ini akan melihat sejauh mana petani dapat

mengakses pelayanan kesehatan yang ada di wilayah tersebut.

11. Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan adalah orang tua

mendapatkan kemudahan ketika memasukkan anaknya ke sekolah.

Penggolongan didapat dengan cara mengurangkan nilai tertinggi kemudahan

memasukkan anak ke jenjang pendidikan dengan jumlah nilai terendah,

kemudian dibagi dengan jumlah kelas (3 kelas), yaitu mudah, sedang dan sulit.

Indikator ini akan melihat sejauh mana kemudahan petani dalam memasukkan

anaknya ke jenjang pendidikan di sekolah.

12. Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi adalah menyangkut

kemudahan petani dalam memanfaatkan fasilitas transportasi yang ada di desa.

Penggolongan didapat dengan cara mengurangkan nilai tertinggi kemudahan

mendapatkan fasilitas transportasi dengan jumlah terendah, kemudian dibagi

dengan jumlah kelas (3 kelas), yaitu mudah, sedang, dan sulit.

13. Kehidupan beragama adalah menyangkut tingkat toleransi kehidupan

beragama di tempat penelitian.

14. Rasa aman dari tingkat kejahatan adalah seberapa sering petani mengalami

tindak kejahatan di wilayah penelitian dan Kemudahan melakukan olahraga

adalah kemudahan mengakses fasilitas olahraga serta seberapa sering petani

melakukan olahraga di wilayah penelitian.

29
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai analisis tingkat kesejahteraan rumah tangga petani

dilaksanakan di Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta

Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

pertimbangan bahwa Kelurahan Cipedak merupakan salah satu sentra penyedia

ikan hias untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.

Penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu mulai bulan Juli sampai

Agustus tahun 2011. Waktu tersebut digunakan untuk memperoleh data dan

keterangan dari para petani dan instansi terkait.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan

melalui wawancara langsung dengan petani responden yang dipilih di Kelurahan

Cipedak dengan berpedoman pada daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah

disiapkan sebelumnya. Data primer meliputi karakteristik petani (umur, jumlah

anggota rumah tangga, tingkat pendidikan, pengalaman usaha dan luas lahan,

pendapatan rumah tangga, pengeluaran rumah tangga, keadaan dan fasilitas

tempat tinggal, kesehatan anggota rumah tangga, kemudahan mendapatkan

fasilitas di lingkungan tempat tinggal (fasilitas kesehatan, pendidikan,

transportasi, dan olahraga), kehidupan beragama, serta rasa aman dari gangguan

30
kejahatan. Data sekunder merupakan data penunjang yang diperoleh dari lembaga

atau instansi terkait yang berada di daerah penelitian meliputi dokumen atau arsip

serta laporan tahunan.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui:

1. Observasi, dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap objek

yang diteliti.

2. Wawancara dan Penyebaran Kuesioner, dilakukan langsung melalui

wawancara dan penyebaran kuesioner kepada petani ikan hias air tawar

sebagai responden terpilih untuk memperoleh informasi.

3. Studi pustaka, untuk memperoleh landasan teoritis dan data penunjang

yang berkaitan dengan materi pengkajian atau penelitian.

3.4 Metode Penentuan Sampel

Penentuan sampel responden petani dalam penelitian ini digunakan

metode sensus yaitu metode pengambilan sampel yang dilakukan dengan

menjadikan seluruh petani ikan hias air tawar yang berada di komplek budidaya

ikan hias air tawar Ciganjur Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagarsa Kota Madya

Jakarta Selatan.

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang

mudah dipahami. Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah dan

dianalisis dengan analisis skor dan deskriptif melalui proses :

31
1. Editing, yaitu pengecekan atau perbaikan terhadap data-data yang telah

dikumpulkan melalui pengisian kuesioner

2. Coding, yaitu pemberian kode tertentu terhadap jawaban responden untuk

memudahkan analisis data

3. Tabulasi, yaitu memasukkan data ke dalam table-tabel

4. Analisis, yaitu kegiatan menganalisis yang terdiri dari pengelompokan,

penyusunan dan manipulasi data sehingga mudah dibaca.

Untuk menganalisis usahatani dilakukan pencatatan terhadap seluruh

penerimaan dan pengeluaran usahatani dalam satu tahun. Data pengeluaran biaya

dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu biaya tunai dan biaya yang

diperhitungkan. Kemudian dilakukan perhitungan pendapatan atas biaya tunai

atau pendapatan kotor dan perhitungan pendapatan usahatani atas biaya total atau

pendapatan bersih. Secara sistematik, pendapatan usahatani ikan hias air tawar

dapat dirumuskan sebagai berikut :

π tunai = Tr − Bt

π total = TR − TC

keterangan : 𝜋 = Pendapatan (rupiah/tahun)

TR = Nilai produksi (hasil kali jumlah fisik dalam satu tahun dengan

harga )

Bt = Biaya total (rupiah/tahun)

Bd = Biaya yang diperhitungkan (rupiah/tahun)

Untuk data karakteristik petani akan diolah dengan menggunakan tabulasi,

program komputer Microsoft Excel dan SPSS 17.0, sebagai uji statistik. Uji

32
statistik yang digunakan adalah uji statistik regresi linear berganda. Hal ini untuk

melihat adanya hubungan antara variabel-variabel dengan skala ordinal.

3.5.1 Analisis Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan rumah tangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh

rumah tangga petani yang berasal dari usaha pertanian serta usahatani non

pertanian selama satu tahun yang dinyatakan dalam rupiah per tahun (BPS, 2005).

Pendapatan rumah tangga dirumuskan sebagai berikut :

Rt = R1 + R2 + R3

Keterangan : Rt = Total pendapatan rumah tangga petani (rupiah per tahun)

R1 = Pendapatan rumah tangga dari usaha perikanan ikan hias

(rupiah per tahun)

R2 = Pendapatan dari usaha non perikanan ikan hias (rupiah per

tahun)

R3 = Pendapatan dari usaha non perikanan (rupiah per tahun)

3.5.2 Analisis Pengeluaran Rumah Tangga

Pengeluaran rumah tangga yang dimaksud adalah biaya yang dikeluarkan

untuk kebutuhan hidup dalam jangka waktu satu tahun yang terdiri dari

pengeluaran untuk pangan dan pengeluaran untuk bukan pangan yang dinyatakan

dalam rupiah per tahun (BPS, 2005). Total pengeluaran rumah tangga dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Ct = C1 +C2

Keterangan : Ct = Total pengeluaran rumah tangga (rupiah per tahun)

C1 = Pengeluaran untuk makanan (rupiah per tahun)

33
C2 = Pengeluaran untuk non makanan (rupiah per tahun)

C2 = Ca + Cb + Cc + Cd + Ce + Cf + Cg

Ca = Pengeluaran untuk perumahan, bahan bakar, penerangan, dan

komunikasi

Cb = Pengeluaran untuk pakaian dan alas kaki

Cc = Pengeluaran untuk aneka barang dan jasa

Cd = Pengeluaran untuk kesehatan

Ce = Pengeluaran untuk pendidikan

Cf = Pengeluaran untuk barang tahan lama

Cg = Pengeluaran untuk rekreasi dan keperluan social

3.5.3 Analisis Tingkat Kesejahteraan

Pengukuran tingkat kesejahteraan rumah tangga menggunakan indikator

Badan Pusat Statistik dalam SUSENAS berdasarkan sebelas indikator yaitu

pendapatan, pengeluaran, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal,

kesehatan anggota rumah tangga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan,

kemudahan memasukkan anak ke suatu jenjang pendidikan, kemudahan

mendapatkan fasilitas transportasi, kehidupan beragama, rasa aman dari tindak

kejahatan dan kemudahan dalam melakukan olah raga. Tingkat kesejahteraan

secara umum merupakan kombinasi dari 11 indikator kesejahteraan.

Skor tingkat klasifikasi pada 11 indikator kesejahteraan tersebut

ditentukan berdasarkan pedoman penentuan skor dari Badan Pusat Statistik (1994)

dengan menggunakan criteria kemiskinan Sajogyo dan Direktorat Jenderal Tata

Guna Tanah. Pengukuran tingkat kesejahteraan dari Badan Pusat Statistik (2005)

34
diklasifikasikan dengan cara mengurangkan jumlah skor tertinggi dengan jumlah

skor terendah , kemudian hasilnya dibagi dengan jumlah klasifikasi tingkat

kesejahteraan sebanyak tiga klasifikasi. Jumlah skor tertinggi dari sebelas

indikator kesejahteraan adalah 35 dikurangi 11 dibagi 3 sama dengan 8 sehingga

dapat diperoleh hasil kelompok tingkat kesejahteraan sebagai berikut :

1. Tingkat kesejahteraan tinggi, jika mencapai skor = 27 – 35

2. Tingkat kesejahteraan sedang, jika mencapai skor = 19 – 26

3. Tingkat kesejahteraan rendah, jika mencapai skor = 11 – 18

3.5.4 Uji Kualitas Data

Uji kualitas data dengan uji validitas yang digunakan untuk mengetahui

seberapa baik ketepatan dan kecermatan suatu instrument untuk mengukur konsep

yang seharusnya diukur. Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya

suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan atau pernyataan

pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur pada kuesioner

tersebut. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan pearson correlation,

dinyatakan valid jika nilai signifikansi yang dihasilkan lebih kecil dari 0,05

(Riduwan, 2007:353).

Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner

yang merupakan indikator dari variabel, uji reliabilitas menunjuk pada suatu

pengertian bahwa sesuatu instrument dapat dipercaya untuk digunakan sebagai

alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah dianggap baik. Instrument

yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih

35
jawaban-jawaban tertentu. Reliebel artinya dapat dipercaya juga dapat diandalkan.

Sehingga beberapa kali diulang pun hasilnya akan tetap sama (konsisten).

Untuk melakukan pengujian terhadap butir-butir pertanyaan dapat

dikatakan reliebel maka penulis menggunakan one shot method, dengan uji

statistik Cronbach Alpha. Menurut Riduwan (2007:353) suatu konstruk atau

variabel dikatakan reliabilitas jika memberikan nilai Cronbach Alpha lebih besar

dari 0,60. Rumus reliabilitas ini dapat diselesaikan dengan menggunakan software

SPSS 17.0.

3.5.5 Uji Hipotesis

Uji statistik yang digunakan analisis regresi linier berganda dengan

pengertiannya adalah regresi dimana variabel terikatnya (Y)

dihubungkan/dijelaskan lebih dari satu variabel, mungkin dua, tiga, dan

seterusnya variabel bebas (X1,X2,X3,…Xn) namun masih menunjukkan diagram

hubungan linear (Hasan, 2008:263).

Analisis regresi berganda dilakukan untuk menguji hipotesa pertama,

kedua, ketiga dan seterusnya, yaitu untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

variabel-variabel fasilitas tempat tinggal (X1), kesehatan anggota keluarga (X2),

kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan (X3), terhadap

kesejahteraan rumah tangga (Y).

Persamaan regresi linear berganda pada penelitian ini adalah:

Y = a+b1X1+b2X2+b3X3 +e

Dimana :

Y = Tingkat kesejahteraan rumah tangga

36
a = nilai Y, apabila X1 = X2 = 0

X1 = Fasilitas tempat tinggal petani

X2 = Kesehatan anggota keluarga petani

X3 = Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan

Pengujian hipotesis dilakukan melalui :

a. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi menunjukkan suatu proporsi dari varian yang dapat

diterangkan oleh persamaan regresi terhadap varian total. Koefisien

determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi

adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai koefisien determinasi lebih besar

dari 0,5 menunjukkan variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat

b. Uji Statistik F

Uji F untuk mengetahui apakah regresi berganda berikut perhitungan

koefisien regresinya menunjukkan ada pengaruh signifikansi atau tidak.

Maka terlebih dahulu perlu dilakukan pengujian dengan menggunakan

analisis Fhitung (Riduwan, 2007:132), pengujian ini dilakukan untuk

mengetahui pengaruh variabel bebas (X) secara bersamaan (simultan)

terhadap variabel terikat (Y) dimana analisis dengan menggunakan uji

Fhitung tersebut melakukan pengujian parameter secara serentak. Menurut

Riduwan (2007: 132) pengujian ini adalah:

Ho: b1=b2=b3=b4=b5= (semua variabel X tidak mempengaruhi Y)

Hi: bi ≠ 0 (sekurangnya ada satu variabel X yang mempengaruhi Y)

37
Rumus Uji F adalah :

F = JKK × k (n - i)
JKG × k – 1

Nilai F hitung yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai F table

dengan rumus :

F hitung = r2(n – m – 1)

m. (1 – r2)

Keterangan :

n : Jumlah responden
m : jumlah variabel bebas
Kaidah pengujian signifikansi :

Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak artinya signifikansi dan

Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima artinya tidak signifikan

dengan taraf signifikansi : 𝛼 = 0,01 atau 𝛼 = 0,05

c. Uji Statistik t

Uji statistik t dilakukan dengan memperbandingkan t hitung dengan t tabel

guna mengetahui seberapa jauh masing-masing variabel bebas (fasilitas

tempat tinggal, kesehatan anggota rumah tangga, kemudahan memasukkan

anak ke jenjang pendidikan) mempengaruhi tingkat kesejahteraan rumah

tangga petani di Cipedak (Riduwan, 2007:133)

Rumus perhitungan Uji t adalah :

𝝅-𝝁∩
t hitung = S
𝒏

38
Keterangan :

t hitung : Nilai yang dihitung dan menunjukkan standar deviasi dari


distribusi t (table t)
𝜋 : Rata-rata nilai yang diperoleh dari hasil pengumpulan data
𝜇o : Nilai yang dihipotesiskan
n : Jumlah sampel penelitian
Nilai t hitung yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel.

Pengambilan keputusan untuk uji t adalah :

t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima, artinya variabel X tidak berpengaruh

nyata terhadap variabel Y

t hitung ≥ t tabel maka Ho ditolak, artinya variabel X berpengaruh nyata

terhadap variabel Y.

39
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Lokasi

Kecamatan Jagakarsa adalah satu dari sepuluh kecamatan dalam wilayah

Kotamadya Jakarta Selatan. Secara geografis, kecamatan Jagakarsa terletak pada

bagian selatan Provinsi Jawa Barat. Pembentukan wilayah administratif

kecamatan didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 1990 tanggal

18 Desember 1990, tentang pembentukan Kecamatan dalam wilayah daerah

Khusus Ibukota Jakarta. Luas wilayah Kecamatan Jagakarsa meliputi 2.502.500

Ha yang terbagi habis dalam 6 kelurahan awal:

Tabel 1. Luas wilayah Kecamatan Jagakarsa tahun 2011

No Kelurahan Luas
1. Ciganjur 3.376 Ha
2. Sr Sawah 6.747 Ha
3. Jagakarsa: 4.850 Ha
4. Lenteng Agung: 2.277 Ha
5. Tanjung Barat: 3.800 Ha
6. Cipedak: 3.975 Ha
Sumber : Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan tahun 2011

Kecamatan Jagakarsa dibatasi oleh beberapa wilayah, yaitu:

Sebelah utara : Berbatasan dengan Jl. Margasatwa, Jl Sagu, Jl, Joe, Jl

T.B.Simatupang dan Jl. Poltangan.

Sebelah selatan : Berbatasan dengan Pilar Batas (Desa Pondok Cina,

Kukusan, Tanah Baru Kotamadya Depok, Gandul (Kec.

Sawangan, Bogor).

Sebelah timur : Kali Ciliwung

40
Sebelah barat : Kali Krukut

Sesuai dengan Planalogi dan berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang

(RUTR) dan Rencana Bagian Wilayah Kota (RBWK) Tahun 1985-2010, wilayah

kecamatan Jagakarsa ditetapkan sebagai wilayah penyangga dan resapan air

dengan Koefisiensi Dasar Bangunan (KDB) rendah rata-rata 20%. Beriklim sejuk

antara 25°C s/d 27°C dengan curah hujan rata-rata 2000 m³ dan terletak pada

ketinggian 52 m di atas permukaan laut.

4.2 Pertanahan dan Daerah Rawan Banjir

Terhitung sejak tanggal 1 November 1999 untuk sementara Camat

Jagakarsa tidak lagi melaksanakan tugas di bidang PPAT (Proses Pelayanan

Administrasi Tanah) namun pelayanan di bidang pertanahan tetap dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya, khususnya menyangkut legalitas surat tanah warga dan

penyelesaian.

4.3 Dasar Hukum

Dasar hukum wilayah dan pembuatan: UU No 32 Th 2004 (Pemerintah

Daerah). UU No 29 Th 2007: Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pergub No 2 Th 2006:

Petunjuk Pelaksanaan Pelaporan Kotamadya/Kabupaten Kecamatan dan

Kelurahan di Provinsi DKI Jakarta.Kepgub No 44 th 2002: Organisasi dan Tata

Kerja Pemerintahan Kecamatan di Prov.DKI Jakarta.

Berdasarkan UU No.29 Thn 2007, tentang Pemerintahan Provinsi Daerah

Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia

Pasal 26 Ayat 9 disebutkan bahwa: “Pemerintah Daerah Provinsi Daerah khusus

41
Ibukota Jakarta mendelegasikan sebagian kewenangan dan urusan pemerintahan

kepada Pemerintah Kota Administrasi/Kabupaten Administrasi, Kecamatan dan

Kelurahan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat”.

4.4 Data Kependudukan

Jumlah penduduk Kecamatan Jagakarsa dalam bulan Desember 2008

berjumlah 227.081 jiwa dengan perincian sebagai berikut :

Tabel 2. Jumlah penduduk Kecamatan Jagakarsa dalam bulan Desember 2008

No Kewarganegaran Laki-laki Perempuan Total


1 WNI 117.914 jiwa 109.154 jiwa 227.068 jiwa
2 WNA 8 jiwa 5 jiwa 13 jiwa.
Sumber : Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan tahun 2011

Sedangkan Setiap bulan laporan kependudukan Kecamatan ini dikirimkan

kebagian administrasi, Setko Administrasi Jakarta Selatan dengan tembusan

kepada tiap Lurah. laporan. Data mobilitas penduduk Kecamatan Jagakarsa adalah

lahir: 134 jiwa, mati: 78 jiwa, datang: 389 jiwa, pindah: 245 jiwa.

4.5 Sarana dan Prasarana

4.5.1 Lembaga Pemerintahan

Jumlah Dewan Kelurahan (DEKEL) sesuai dengan jumlah Rukun Warga

yang ada di tiap-tiap kelurahan yaitu sebanyak 54 orang anggota. Total jumlah

RT/RW di wilayah Kecamatan Jagakarsa adalah sebanyak 538 RT dan 54 RW.

42
Tabel 3. Jumlah RT dan RW di Kecamatan Jagakarsa tahun 2011

No Kelurahan Jumlah RT Jumlah RW


1 Kelurahan Ciganjur 62 RT 6 RW
2 Kelurahan Sr. Sawah 156 RT 19 RW
3 Kelurahan Jagakarsa 80 RT 7 RW
4 Kelurahan Lt. Agung 114 RT 10 RW
5 Kelurahan Tj. Barat 66 RT 6 RW
6 Kelurahan Cipendak 60 RT 6 RW
Sumber : Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan tahun 2011

Bentuk pembinaan RT/RW adalah berupa peningkatan pengetahuan para

pengurus berdasarkan Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 695 Tahun 1989

tentang Pembinaan Organisasi masyarakat.

4.5.2 Sarana Pendidikan

Gambaran sarana pendidikan di Kecamatan Jagakarsa sampai dengan

bulan Desember 2008 dapat dilihat di tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Sarana pendidikan di Kecamatan Jagakarsa tahun 2011

SD MI SMP MTS SMA PT


Kelurahan SLB TK
N S N S N S N S N S N S
Kelurahan Ciganjur - 13 6 2 - - - 1 - - 1 1 - -
Kelurahan Sr. Sawah 1 14 16 3 1 2 2 8 1 1 1 10 - 2
Kelurahan Jagakarsa 1 12 14 2 1 4 3 2 1 1 2 10 - 2
Kelurahan Lt. Agung 1 8 12 2 - 2 2 2 1 1 - 4 - 1
Kelurahan Tj. Barat - 10 8 6 - 2 1 4 1 1 - 4 - 1
Kelurahan Cipendak - 2 6 2 - 1 2 1 1 1 1 1 - 1
Total 3 59 56 17 2 11 10 17 5 5 5 30 - 7
Sumber : Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan tahun 2011

Ket : N : Sekolah Negeri. S : Sekolah Swasta

43
4.5.3 Sarana Kesehatan

Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Jagakarsa dapat tergambar di tabel 5

berikut ini :

Tabel 5. Sarana kesehatan di Kecamatan Jagakarsa tahun 2011

No Sarana Kesehatan Jumlah


1 Puskesmas 8
2 Rumah Bersalin 8
3 Klinik 9
4 Klinik Bersama 10
5 Apotek 33
6 Dokter Praktek 27
7 Bidan Praktek 14
8 Posyandu 169
9 Rumah Sakit -
Sumber : Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan tahun 2011

Belum terdapat adanya Rumah Sakit, maka kebanyakan warga pergi ke

wilayah Jakarta Selatan atau Depok yang lebih banyak RS. Kecamatan Jagakarsa

kini banyak memiliki prasarana-prasarana baru yang dibangun oleh swasta.

Sedangkan pada fasilitas pemerintah pada sensus terakhir tahun 2007 tidak

banyak mengalami pembangunan baru, kebanyakan hanya berupa pemulihan

fasilitas lama.

4.5.4 Sarana Keagamaan

Jumlah Sarana Ke-Agamaan di Kecamatan Jagakarsa dapat tergambar di

tabel 6 berikut ini :

44
Tabel 6. Sarana keagamaan di Kecamtan Jagakarsa tahun 2011

No Kelurahan Mesjid Mushola Gereja Pura Wihara


1 Kelurahan Ciganjur 12 28 - - -
2 Kelurahan Sr. Sawah 23 39 3 1 -
3 Kelurahan Jagakarsa 17 30 - - -
4 Kelurahan Lt. Agung 20 32 1 - -
5 Kelurahan Tj. Barat 17 19 3 - -
6 Kelurahan Cipendak 11 25 - - -
7 Total 100 173 7 1 -
Sumber : Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan tahun 2011

4.5.5 Sarana Keamanan

Jumlah anggota Banpol dan anggota LINMAS yang tercatat di wilayah

kecamatan Jagakarsa sebanyak 159 orang. Kecamatan Jagakarsa telah membentuk

Pos Penanggulangan NARKOBA sampai pada tingkat kelurahan dan sebagian

telah sampai pada tingkat RW.

a. Kec. Jagakarsa : Jl. Sirsak No.2 Jagakarsa

b. Kel. Ciganjur : Jl. Kerinci Rt 08/06

c. Kel. Tj. Barat : Jl. Poltangan Rt 02/04

d. Kel. Cipedak : Jl. Moh Kahfi I Rt 07/01

e. Kel. Jagakarsa : Jl. Gandarisa Rw 02

f. Kel. Srengseng Sawah : Jl.R Depok-Ps.Minggu Rt.01/03

g. Kel. Lt. Agung : Jl. Agung Raya I Rt 09/02

4.5.6 Sarana Kebudayaan

Masyarakat Kecamatan Jagakarsa yang sebagian besar merupakan warga

asli Betawi memiliki warisan kebudayaan dari generasi terdahulu, kebudayaan

45
tersebut tetap dilestarikan. Jenis kebudayaan dan kesenian yang terdapat di

wilayah Kecamatan Jagakara adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Kesenian dan kebudayaan di wilayah Kecamatan Jagakarsa tahun 2011

No Jenis Kesenian Ciganjur Sr.Sawah Jagakarsa Lt. Agung Tj. Barat Cipedak
1 Tari 4 1 1 - 3 2
2 Tanjidor - - 1 - - -
3 Topeng 2 - - - - 1
4 Wayang Kulit 1 - 1 - - -
5 Orkes Melayu 2 2 3 1 1 4
6 Rebana 7 11 1 10 11 6
Qasidah
7 Vocal Group - 2 3 1 1 1
8 Gambang - - - - - 2
Kromong
9 Band - 1 1 - 1 1
10 Orkes Gambus 2 - 1 - - -
11 Reog Ponorogo - 1 - - - -
12 Seni Lukis - - 2 - - -
13 Reog Dog Dog - - 1 - - -
Jumlah 18 18 15 12 17 17
Sumber : Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan tahun 2011

Terdapat 2 objek wisata di Kec. Jagakarsa yaitu Setu Babakan dan Setu

Mangga Bolong. Keduanya terletak di Kel. Srengseng Sawah. Setu Babakan

sebagai objek wisata Perkampungan Budaya Betawi direncanakan diperluas

lahannya dan direncanakan pengelolaan sistem tata airnya oleh Sudin PU Tata Air

Kodya Jakarta Selatan.

4.5.7 Sarana dan Prasarana Umum

Kondisi sarana dan prasarana umum di wilayah Kecamatan Jagakarsa

masih banyak yang perlu perbaikan maupun pembangunan baru. Hal ini setiap

tahun telah diusulkan ke tingkat kotamadya melalui hasil forum kelurahan

46
maupun melalui usulan-usulan masyarakat dan lurah secara insedentil. Adapun

sarana dan prasarana umum yang ada saat ini menurut data dari Kecamatan tahun

2008. Seperti yang tergambar di tabel 8 berikut ini :

Tabel 8. Sarana dan prasarana umum di Kecamatan Jagakarsa tahun 2011

No Sarana dan Prasarana Luas / banyak


1 Jalan Arteri/Kolektor luas 18.520 m2
2 Jalan Lokal luas 425.100 m2
3 Jembatan Arteri 5
4 Jembatan Lokal 15
5 Halte bus 29
6 JPO 3
7 Taman kota 20
8 Lampu PJU 47
9 LPS 22
10 SPBU 11
11 Pasar 1
Sumber : Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan tahun 2011

47
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Karakteristik Responden

Responden di lokasi penelitian. Umurnya berkisar antara 30 - 75 Tahun,

dengan pengalaman usaha antara 8 - 63 Tahun. Jumlah anggota keluarga yang

dimiliki antara 2 - 7 Orang. Berdasarkan jumlah anggota rumah tangga yang

dimiliki, responden dapat dibagi menjadi 3 kelompok. Pembagian kelompok

responden dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. jumlah anggota rumah tangga responden tahun 2011

Jumlah Anggota Jumlah Responden Persentase


No
Keluarga (orang) (%)
1 1–3 5 17
2 4–6 24 80
3 > 6 1 3
Jumlah 30 100
Sumber: data primer yang diolah 2011

Keadaan tempat tinggal responden rata-rata sudah bagus, dengan dinding

tembok, atap genteng, lantai plester, ubin atau keramik, dan status kepemilikan

adalah milik sendiri. Sedangkan fasilitas rumah yang ada sebagian besar memiliki

televise dengan sumber penerangan listrik, sumber air dari sumur, bahan bakar

gas. Untuk fasilitas MCK, semua rumah tangga telah memilikinya sendiri dan

terdapat di dalam rumah.

Tingakat kesehatan rumah tangga responden tergolong baik (kurang dari

25% sering sakit), jarak dengan klinik terdekat kurang dari 3 km, dengan biaya

48
pengobatan yang cukup terjangkau. Pelayanan berobat cukup baik untuk

mendapatkan pelayanan konsultasi Keluarga Berencana (KB) cukup mudah.

Tingkat kemudahan memasukkan anak ke suatu jenjang pendidikan

tergolong mudah, dengan biaya pendidikan yang terjangkau dan prosedur

penerimaan siswa termasuk mudah. Sedangkan jarak yang harus ditempuh ke

sekolaj tidak begitu jauh dan berhubungan dengan fasilitas transportasi yang

cukup memadai.

Kehidupan sosial masyarakat cukup rukun dan aman, jarang terjadi tindak

kejahatan pencurian, perampokan, penganiayaan ataupun tindak kejahatan yang

lainnya. Masyarakat juga bebas menjalankan ibadah tanpa adanya gangguan atau

ancaman. Hal ini didukung dengan maraknya kegiatan keagamaan di lokasi

penelitian.

5.1.2 Keragaan Usaha Perikanan Responden

Usaha perikanan yang dilakukan di wilayah Kelurahan Cipedak dibedakan

menjadi 2 kelompok, yaitu usaha budidaya ikan konsumsi dan usaha budidaya

ikan hias air tawar. Kegiatan yang dilakukan oleh petani ikan hias air tawar

sebagian besar membudidaya ikan hias dari mulai pembenihan sampai

pembesaran ikan hingga ukuran mencapai yang diminta oleh pasar. Walaupun

demikian ada beberapa petani yang memang memperoleh pendapatan hanya dari

hasil pembenihan ikan saja yang mana benih ikan tersebut biasanya dipasarkan ke

petani sekitar yang memang melakukan pembesaran ikan hias air tawar.

Para petani ikan memelihara ikan dengan berbagai ukuran mulai dari

burayak, ukuran S, M sampai ukuran L. Para petani memang sudah dapat

49
memenuhi ukuran yang telah ditetapkan oleh pasar sehingga pasar pun siap

menampung hasil budidaya yang dilakukan oleh para petani di wilayah Kelurahan

Cimpedak.

5.1.2.1 Lahan

Usaha budidaya ikan hias air tawar ini memerlukan adanya lahan untuk

membuat kolam baik untuk kolam semen maupun kolam tanah (empang).petani

ikan hias di Kelurahan Cipedak semuanya menempati lahan yang di sewakan oleh

Dinas Pertanian dan Kelautan Prov. DKI Jakarta dengan biaya sewa yang sangat

terjangkau yakni Rp.500.000,00 per 1000 m2 per tahun.

Tiap responden memiliki jumlah kolam yang bervariasi antara 3 sampai 35

Buah kolam. Luas kolam rata-rata adalah berapa 3x4 Meter. Berdasarkan jumlah

kolam yang dimiliki oleh responden dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

a. Responden dengan jumlah kolam yang sedikit (≤ 20 kolam) sebanyak 10

Orang.

b. Responden dengan jumlah kolam yang banyak (≥ 20 kolam) sebanyak 20

Orang.

Sebagian petani ikan hias air tawar memiliki kolam permanen yang terbuat

dari batu bata, pasir dan semen. Di tengah kolam tersebut terdapat saluran

pembuangan berupa pipa atau paralon yang berfungsi untuk menjaga ketinggian

air dalam kolam tetap sesuai dengan kebutuhan ikan dan berfungsi untuk

membuang air pada saat kolam dikuras atau dibersihkan. Kolam-kolam itu

dipergunakan sesuai dengan fungsinya yaitu untuk pemijahan, pembesaran dan

penampungan ikan.

50
5.1.2.2 Permodalan

Permodalan yang digunakan untuk budidaya ikan hias air tawar pada

umumnya adalah modal sendiri. Dengan jumlah modal yang dimiliki petani

memulai usaha dengan skala yang kecil. Setelah mendapatkan keuntungan yang

cukup untuk mengembangkan usahanya, maka petani secara bertahap

memanfaatkan lahannya yang masih kosong untuk membuat kolam ikan lagi

sebatas kemampuan permodalannya.

Selain modal sendiri, petani ikan ada juga yang pernah mendapatkan

bantuan permodalan dari Dinas Perikanan namun kadang terjadi kemacetan dalam

proses pengembalian.

Besarnya modal yang digunakan oleh tiap petani sangat bervariasi, seperti

terlihat pada lampiran 2. Pada lampiran tersebut dapat terlihat modal usaha yang

terkecil sebesar Rp.5.290.000,00 per tahun Sedangkan modal yang terbesar adalah

sebesar Rp. 430.000,00 per tahun. Rata-rata modal usaha yang digunakan adalah

sebesar Rp,13.230.167,00 per tahun.

5.1.2.3 Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha budidaya ikan hias air tawar ini

kebanyakan adalah dari keluarganya sendiri. Hal ini disebabkan skala usahanya

masih memungkinkan untuk dikerjakan sendiri. Selain itu dengan memanfaatkan

tenaga kerja dari keluarganya sendiri berarti menghemat biaya produksi.

Petani yang jumlah anggota keluarganya terbatas atau petani yang

memiliki usaha dengan skala yang besar, biasanya memperkerjakan tenaga kerja

51
dari luar keluarga. Pemanfaatan tenaga kerja ini biasanya diperlukan baik pada

saat persiapan lahan, pemeliharaan maupun pada saat pemanenan.

5.1.2.4 Jenis Ikan yang Diusahakan

Kegiatan perikanan yang dilakukan oleh sebagian besar petani ikan hias

dikelurahan Cipedak adalah usaha pembenihan. Petani memperoleh benih ikan

dari sesama petani atau dari memijahkan sendiri, kemudian memeliharanya

sampai ukuran S atau M. sebagian juga melakukan usaha pembesaran sampai

ukuran layak jual.

Berdasarkan jenis ikan yang dibudidayakan, responden dibedakan menjadi

2 kelompok yaitu :

a. Petani yang hanya membudidayakan ikan hias air tawar saja sebanyak 15

petani.

b. Petani yang selain membudidayakan ikan hias air tawar juga

membudidayakan ikan konsumsi sebanyak 15 Petani.

Jenis ikan hias air tawar yang dibudidayakan sangat bervariasi diantaranya

Ikan Mas Koki, Ikan Manfish, Ikan Cupang, Ikan Oskar, Ikan Koi, Ikan Platis,

Ikan Gurame Hias. Sedangkan untuk jenis ikan konsumsi para petani

membudidayakan ikan lele, gurame, nila dan patin.

5.1.2.5 Peralatan yang Digunakan

Peralatan yang digunakan untuk menunjang kegiatan budidaya ikan hias

air tawar oleh petani ikan di Wilayah Ciganjur antara lain :

a. Aquarium, tetapi hanya sebagian kecil petani yang memiliki sarana ini

untuk memelihara ikan.

52
b. Pompa Listrik, digunakan sebagai alat untuk mengisi air kolam.

c. Serokan, digunakan untuk menangkap ikan dan untuk mengambil pakan

ikan alami yang berupa kutu air, jentik nyamuk dan cacing sutera.

d. Ember plastic, digunakan untuk penyortiran ikan.

e. Bak fiber, digunakan sebagai tempat pemijahan awal atau pemeliharan

benih (burayak)

f. Toples, digunakan sebagai pemeliharaan ikan khusus untuk ikan cupang

g. Tabung oksigen, digunakan sebagai penyimpan oksigen yang berguna

untuk mempertahankan ikan agar tetap hidup dalam pengemasan untuk

didistribusikan ke pasar atau konsumen langsung.

5.1.2.6 Pakan Ikan

Sebagian besar para petani memberikan pakan alami kepada ikan

peliharaannya. Pakan yang berupa kutu air atau jentik-jentik nyamuk biasanya

diperoleh dengan cara mencari di selokan, parit atau di sungai. Sedangkan pakan

alami berupa cacing sutera biasanya diperoleh dengan cara membeli dari

pedagang cacing sutera tetapi ada juga sebagian kecil petani yang mencarinya

sendiri ke sungai. Cara memperoleh pakan alami yang lain adalah dengan cara

menumbuhkan plankton baik dengan berupa phytoplankton maupun zooplankton.

Selain pakan alami, petani juga memberikan pakan buatan berupa pelet.

Pakan buatan ini jarang diberikan jika pakan alami sudah tercukupi. Pemberian

pakan buatan juga lebih banyak diberikan pada ikan yang telah berukuran besar.

53
5.1.2.7 Penyakit Ikan

Masalah yang sering dihadapi oleh para petani ikan hias adalah adanya

penyakit ikan. Penyakit ikan ini muncul karena perawatan yang kurang memadai

pada saat pemeliharaan, misalnya pemilihan bibit yang kurang tahan terhadap

hama atau penyakit, keterlambatan penggantian air kolam, atau kurang adanya

upaya pencegahan terhadap penyakit yang mungkin timbul.

Beberapa penyakit yang sering menyerang ikan hias adalah white spot,

jamur dan kutu. Penanganan terhadap ikan yang terkena penyakit bisa dilakukan

dengan cara pemberian methilin blue, PK atau tetrasiklin, atau dengan cara

mencapun obat-obatan ke dalam pakan ikan. Namun, hanya sedikit petani yang

mengupayakan kesembuhan terhadap ikan-ikannya yang sakit kebanyakan hanya

di pisahkan ke tempat karantina sampai ikan tersebut mati, kecuali untuk ikan-

ikan yang nilai ekonomisnya tinggi seperti cupang dan mas koki kualitas kontes.

Hal ini dilakukan petani untuk alasan penghematan biaya produksi.

5.1.2.8 Pemasaran Ikan Hias

Pemasaran ikan hias di Wilayah kelurahan Cipedak sudah cukup baik

petani dapat menjual ikan-ikannya kepada tukang ikan hias yang tersebar baik

disekitar wilayah Ciganjur maupun wilayah lainnya, ada pula konsumen yang

datang langsung untuk membeli ikan hias dengan alasan akan mendapatkan harga

yang lebih murah dibandingkan konsumen membelinya di tukang ikan hias dan

juga bisa mendapatkan ikan dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan

kualitas yang ada di tukang ikan hias.

54
5.1.3 Analisis Pendapatan Usaha Ikan Hias Air Tawar

Analisis pendapatan usaha ikan hias air tawar di kelurahan Cipedak

meliputi penerimaan usaha ikan hias air tawar, pengeluaran usaha ikan hias air

tawar, pendapatan usaha ikan hias air tawar. Dapat dilihat pada tabel 10 berikut

ini:

Tabel 10. Analisis pendapatan usaha ikan hias air tawar petani ikan hias air tawar
di Kelurahan Cipedak tahun 2011

Jumlah Jumlah Rata-rata


Penerimaan Penerimaan Penerimaan per
No Uraian
Usaha Terkecil Usaha Terbesar Tahun
per Tahun per Tahun
penerimaan
1 usaha ikan Rp. 7.455.000,00 Rp. 73.930.000,00 Rp. 38.477.340,00
hias air tawar
pengeluaran
2 usaha ikan Rp.5.290.000,00 Rp.25.430.000,00 Rp,13.230.167,00
hias air tawar
pendapatan
3 usaha ikan Rp. 20.330.000,00 Rp. 73.930.000,00 Rp. 48.309.167,00
hias air tawar
Sumber: data primer yang diolah 2011

5.1.3.1 Penerimaan Usaha Ikan Hias Air Tawar

Penerimaan usaha ikan hias di kelurahan Cipedak diperoleh dari hasil

penjualan ikan sebagai hasil produksi. Besarnya jumlah penerimaan usaha tiap-

tiap responden sangat bervariasi seperti terlihat pada tabel 8. Pada tabel tersebut

dapat dilihat bahwa jumlah penerimaan usaha yang terkecil sebesar Rp.

7.455.000,00 per tahun dan penerimaan terbesar Rp. 73.930.000,00 per tahun.

Rata-rata penerimaan usaha ikan hias adalah sebesar Rp. 38.477.340,00 per tahun.

55
5.1.3.2 Pengeluaran Usaha Ikan Hias Air Tawar

Pengeluaran usaha ikan hias adalah penjumlahan dari biaya tetap dan

biaya variable. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan kolam dan peralatan

seperti pompa listrik dan peralatan lainnya yang digunakan. Biaya variable terdiri

dari biaya pengadaan bibit, pakan, obat-obatan, listrik, pemeliharaan kolam,

perlengkapan dan upah tenaga kerja.

Besarnya biaya tetap dan biaya variable serta total biaya pada usaha ikan

hias dapat dilihat pada tabel 8. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa total biaya

biaya terkecil adalah sebesar Rp.5.290.000,00 per tahun dan total biaya terbesar

sebesar Rp.25.430.000,00 per tahun dengan rata-rata total biaya sebesar

Rp,13.230.167,00 per tahun.

5.1.3.3 Pendapatan Usaha Ikan Hias Air Tawar

Pendapatan usaha ikan hias air tawar diperoleh dengan mengurangkan

total penerimaan usaha dengan total biaya usaha. Tabel 8 dapat dilihat pendapatan

terkecil yang diperoleh petani adalah sebesar Rp. 20.330.000,00 per tahun dan

pendapatan terbesar yang diperoleh petani adalah sebesar Rp. 73.930.000,00 per

tahun. Rata-rata pendapatan usaha ikan hias air tawar sebesar Rp. 48.309.167,00

per tahun

5.1.4 Pendapatan Rumah Tangga Petani Ikan Hias Air Tawar

Pendapatan rumah tangga petani ikan hias yang dianalisis disini dihitung

dari pendapatan usaha ikan hias, pendapatan usaha non ikan hias dan pendapatan

usaha non perikanan. Pendapatan selain usaha ikan hias juga diperhitungkan untuk

mengetahui total pendapatan rumah tangga petani.

56
Tabel 11. Pendapatan rumah tangga petani ikan hias air tawar di Kelurahan
Cipedak tahun 2011

Pendapatan Pendapatan Rata-rata


No Uraian Terkecil per Terbesar per Pendaptan per
Tahun Tahun Tahun
Pendapatan rumah
1 tangga petani ikan Rp. 26.330.000,00 Rp. 73.930.000,00 Rp. 48.309.167,00
hias
Pendapatan rumah
2 tangga petani dari Rp.4.000.000,00 Rp.35.000.000,00 Rp. 7.744.500,00
usaha ikan konsumsi
Pendapatan Petani
dari Usaha Non Ikan
3 Rp.2.500.000,00 Rp.6.000.000,00 Rp. 486.670,00.
Hias dan Non Ikan
Konsumsi
Sumber: data primer yang diolah 2011

Pada tabel 11 dapat dilihat bahwa besarnya total pendapatan rumah tangga

petani yang terkecil adalah sebesar Rp. 26.330.000,00 per tahun dan pendapatan

terbesar adalah Rp. 73.930.000,00 per tahun. Rata-rata besarnya pendapatan usaha

sebulan adalah sebesar Rp. 48.309.167,00 per tahun.

5.1.4.1 Pendapatan Rumah Tangga Petani dari Usaha Ikan Konsumsi

Pendapatan rumah tangga petani dari usaha ikan konsumsi dimaksudkan

adalah budidaya perikanan selain ikan hias (ikan konsumsi). Pada tabel 11 dapat

dilihat bahwa pendapatan rumah tangga dari usaha ikan konsumsi yang terbesar

adalah Rp.35.000.000,00 per tahun dan terkecil Rp.4.000.000,00 per tahun. Rata-

rata pendapatan usaha ikan konsumsi adalah sebesar Rp. 7.744.500,00 per tahun.

57
5.1.4.2 Pendapatan Petani dari Usaha Non Ikan Hias dan Non Ikan
Konsumsi

Sumber pendapatan petani tidak hanya tergantung dari usaha perikanan

saja tetapi juga berasal dari usaha non perikanan, seperti mengojek dan pegawai

swasta. Pada tabel 9 dapat dilihat pendapatan usaha non perikanan yang terkecil

adalah sebesar Rp.2.500.000,00 per tahun, dan yang terbesar sebesar

Rp.6.000.000,00 per tahun. Rata-rata pendapatan usaha non perikanan selama

setahun sebesar Rp. 486.670,00.

Dari semua usaha non perikana yang dijalankan oleh para petani ikan,

usaha yang terbanak adalah sopir ojek antar jemput anak sekolah yang kebetulan

terdapat komplek di sebelah lokasi perikanan Ciganjur. Selain itu usaha yang

lainnya ialah sebagai pegawai swasta yakni sebagai SPG di berbagai Mall di

wilayah Depok.

5.1.5 Pengeluaran Rumah Tangga Petani Ikan Hias Air Tawar

Total pengeluaran rumah tangga petani ikan hias air tawar dapat dilihat

pada tabel 10. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa pengeluaran rumah tangga

yang terkecil adalah Rp.12.041.000,00 per tahun dan yang terbesar Rp.

30.154.000,00 per tahun. Rata-rata pengeluaran rumah tangga petani adalah

sebesar Rp.18.328.100,00 per tahun.

58
Tabel 12. Pengeluaran rumah tangga petani ikan hias air tawar di Kelurahan
Cipedak tahun 2011

Rata-rata
Pengeluaran Pengeluaran
No Uraian Pengeluaran per
Terkecil per Tahun Terbesar per Tahun
Tahun
Pengeluaran rumah
1 tangga petani ikan Rp.12.041.000,00 Rp. 30.154.000,00 Rp.18.328.100,00
hias air tawar
Pengeluaran untuk
2 Rp. 2.870.000,00 Rp. 10.774.000,00 Rp. 6.316.700,00.
Kebutuhan Pangan
Pengeluaran untuk
3 Kebutuhan non Rp. 2.630.000,00 Rp. 8.180.000,00 Rp. 4.544.100,00.
Pangan
Sumber: data primer yang diolah 2011

5.1.5.1 Pengeluaran untuk Kebutuhan Pangan

Pengeluaran rumah tangga petani ikan hias untuk kebutuhan pangan antara

lain pengeluaran untuk beras, sayur mayor, lauk pauk, buah-buahan, bumbu

dapur, teh, kopi, gula, garam dan rokok. Pengeluaran untuk kebutuhan pangan

yang terkecil adalah Rp. 2.870.000,00 per tahun dan yang terbesar adalah Rp.

10.774.000,00 per tahun. Rata-rata pengeluaran rumah tangga petani untuk

pangan per tahun adalah Rp. 6.316.700,00.

5.1.5.2 Pengeluaran untuk Kebutuhan non Pangan

Pengeluaran rumah tangga petani ikan hias untuk kebutuhan non pangan

terdiri dari biaya untuk pakaian, perlengkapan rumah tangga, kesehatan,

transportasi dan lain-lain. Besarnya pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan

non pangan dapat dilihat pada lampiran 4, yaitu pengeluaran yang terkecil adalah

sebesar Rp. 2.630.000,00 per tahun dan yang terbesar Rp. 8.180.000,00 per tahun.

59
Rata-rata pengeluaran rumah tangga petani untuk kebutuhan non pangan sebesar

Rp. 4.544.100,00.

5.1.6 Pendapatan dan Pengeluaran per Kapita per Tahun

Pendapatan dan pengeluaran per kapita pertahun dari anggota rumah

tangga petani ikan hias air tawar di kelurahan Cipedak dapat dilihat pada tabel. 13

berikut ini:

Tabel 13. Pendapatan dan pengeluaran per kapita per tahun anggota rumah tangga
petani ikan hias air tawar di Kelurahan Cipedak tahun 2011

No Uraian Terkecil Terbesar Rata-rata


Pendapatan per
1 Rp. 6.031.000,00 Rp. 16.426.700,00 Rp.10.867.292,00
kapita per tahun
pengeluaran per
2 Rp. 3.158.500,00 Rp.6.542.500,00 Rp.4.291.510,00.
kapita pertahun
Sumber: data primer yang diolah 2011

5.1.6.1 Pendapatan per Kapita per Tahun

Pendapatan per kapita per tahun adalah hasil bagi dari total pendapatan

rumah tangga dalam setahun dengan jumlah anggota rumah tangga. Rata-rata

jumlah anggota ruah tangga petani ikan hias di kelurahan cipedak adalah 4 orang.

Pada tabel 11 dapat dilihat bahwa besarnya pendapatan per kapita per tahun yang

terkecil adalah sebesar Rp. 6.031.000,00 dan yang terbesar sebesar Rp.

16.426.700,00. Rata-rata pendapatan per kapita per tahun adalah sebesar

Rp.10.867.292,00.

5.1.6.2 Pengeluaran per Kapita per Tahun

Pengeluaran per kapita per tahun adalah hasil bagi antara total pengeluaran

rumah tangga selama setahun dengan jumlah anggota rumah tangga. Pengeluaran

60
per kapita per tahun rumha tangga petani ikan hias di Kelurahan Cipedak dapat

dilihat di tabel 11, yaitu besarnya pengeluaran per kapita per tahun yang terkecil

sebesar Rp. 3.158.500,00 dan pengeluaran per kapita per tahun yang terbesar

sebesar Rp.6.542.500,00. Rata-rata besarnya pengeluaran per kapita per tahun

rumah tangga petani ikan hias adalah Rp.4.291.510,00.

5.1.7 Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Ikan Hias Air Tawar
Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2005

Tingkat kesejahteraan pada penelitian ini diukur berdasarkan kriteria yang

digunakan oleh Badan Pusat Statistik dalam Susenas 2005 yaitu sebelas indikator

kesejahteraan yang terdiri dari pendapatan rumah tangga, pengeluran rumah

tangga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota

keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis,

kemudahan memasukkan anak ke dalam jenjang pendidikan, kemudahan

mendapatkan fasilitas transportasi, kehidupan beragama, rasa aman dari tindakan

kejahatan dan kemudahan dalam melakukan olahraga.

Selain kriteria kesejahteraan dari Badan Pusat Statistik pada Susenas 2005

digunakan juga kriteria kemiskinan dari Sayogyo dan kriteria kemiskinan dari

Direktorat Tata Guna Tanah untuk dimodifikasi dengan 11 indikator yang

digunakan pada Susenas 2005.

5.1.7.1 Indikator Pendapatan Rumah Tangga Petani

Tingkat pendapatan rumah tangga petani dapat diukur dengan

menggunakan kriteria Direktorat Tata Guna Tanah. Kriteria Tata Guna Tanah

dalam mengukur tingkat kesejahteraan keluarga menggunakan pendekatan

61
pendapatan keluarga dalam membeli Sembilan bahan pokok yang disetarakan

dengan pendapatan per kapita per tahun dari masing-masing keluarga.

Sembilan bahan pokok yang telah ditetapkan oleh Direktorat Tata Guna

Tanah antara lain 100 kg beras, 15 kg ikan asin, 6 kg minyak goring, 60 liter

minyak tanah, 6 kg gula pasir, 9 kg garam, 20 batang sabun, 4 meter kain kasar 4

meter batik kasar. Harga yang ditetapkan merupakan harga yang berlaku pada saat

dilakukan penelitian (lihat lampiran 13).

Klasifikasi tingkat kesejahteraan menurut Direktorat Tata Guna Tanah

berdasarkan pada kebutuhan Sembilan pokok antara lain :

(1) Tidak Miskin, jika pendapatan per kapita per tahun bernilai lebih dari Rp.

3.213.000,00 (diatas 200 persen dari pengeluaran total harga Sembilan

bahan pokok).

(2) Miskin, jika pendapatan per kapita per tahun bernilai antara Rp.

2.008.125,00 – Rp. 3.213.000,00 (125 – 200 persen dari pengeluaran total

harga Sembilan bahan pokok)

(3) Miskin sekali, jika pendapatan per kapita per tahun bernilai antara Rp.

1.204.875,00 – Rp. 2.008.125,00 (75 – 125 persen dari pengeluaran total

harga Sembilan bahan pokok).

(4) Paling miskin, jika pendapatan per kapita per tahun bernilai kurang dari

Rp. 1.204.875,00 (dibawah 75 persen dari pengeluaran total harga

Sembilan bahan pokok).

Rata-rata pendapatan per kapita per tahun rumah tangga petani di

Kelurahan Cipedak dikategorikan tidak miskin karena nilai rata-rata pendapatan

62
per kapita per tahun sebesar Rp. 10.867.292,00. Berdasarkan kriteria kemiskinan

Direktorat Tata Guna Tanah, seluruh rumah tangga petani ikan hias air tawar di

Kecamatan Jagakarsa (100%) tergolong tidak miskin karena pendapatan per

kapita bernilai lebih dari Rp. 3.213.000,00 (diatas 200 persen dari pengeluaran

total harga Sembilan bahan pokok).

Nilai pendapatan per kapita per tahun yang besar disebabkan karena

penerimaan dari usaha pertanian yang besar. Responden yang memiliki

pendapatan per kapita per tahun terbesar memiliki penerimaan sebesar Rp.

29.280.000,00 dan memiliki tiga orang anggota rumah tangga. Pendapatan per

kapita per tahun yang terkecil dimiliki oleh responden yang memiliki jumlah

anggota rumah tangga sebanyak lima orang dengan penerimaan sebesar

Rp.23.055.000,00 per tahun.

5.1.7.2 Indikator Pengeluaran Rumah Tangga Petani

Tingkat pengeluaran rumah tangga petani ikan hias air tawar dapat diukur

dengan menggunakan konsep kemiskinan menurut Sajogyo yang menggunakan

beras sebagai dasar penggolongan tingkat kemiskinan. Konsep ini menyetarakan

pengeluaran per kapita per tahun dengan konsumsi beras setempat.

Rata-rata harga beras pada saat dilakukan penelitian adalah Rp.8100,00

per kilogram. Harga beras tersebut dikalikan sejumlah beras yang dikonsumsi

masyarakat pedesaan dengan pendapatan per kapita berdasarkan konsep Sajogyo

dan disetarakan pengeluaran per kapita per tahun rumah tangga petani.

63
Konsep kemiskinan Sajogyo mempunyai empat kriteria yaitu :

(1) Tidak miskin, apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih besar dari

Rp. 2.500.000,00 (konsumsi diatas 320 kilogram beras)

(2) Miskin, apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih kecil dari Rp.

1.944.000,00 – Rp. 2.500.000,00 (konsumsi dibawah 320 kilogram beras)

(3) Miskin sekali, apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih kecil dari

Rp.1.458.000,00 – Rp. 1.944.000,00 (konsumsi dibawah 240 kilogram

beras)

(4) Paling miskin, apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih kecil dari

Rp.1.458.000,00 (konsumsi dibawah 180 kilogram beras)

Dari hasil penelitian, rumah tangga petani ikan hias air tawar di

Kecamatan Jagakarsa seluruhnya tergolong tidak miskin (100%) karena

pengeluaran per kapita per tahun lebih besar dari Rp. 2.500.000,00 (konsumsi

diatas 320 kilogram beras). Pengeluaran per kapita per tahun yang terkecil

sebesar Rp. 3.158.500,00 atau setara dengan 389 kg beras dan pengeluaran per

kapita per tahun yang terbesar sebesar Rp.6.542.500,00 atau setara dengan 796 kg

beras. Rata-rata pengeluaran per kapita per tahun rumah tangga petani ikan hias

adalah Rp.4.291.510,00 atau setara dengan 529 kg beras. Jumlah pengeluaran

(untuk makanan atau untuk non makanan) sangat dipengaruhi oleh besarnya

pendapatan yang dimiliki.

64
5.1.7.3 Indikator Keadaan Tempat Tinggal

Kondisi dan keadaan rumah atau tempat tinggal yang ditempati dapat

dijadikan salah satu indikator untuk menunjukkan keadaan sosial ekonomi rumah

tangga seseorang. Keadaan tempat tinggal dapat memberikan gambaran mengenai

tingkat kesejahteraan rumah tangga, karena tempat tinggal merupakan salah satu

kebutuhan pokok disamping kebutuhan pangan, sandang, pendidikan dan

kesehatan. Penilaian tempat tinggal dibagi menjadi tiga kategori yaitu permanen

(skor 3), semi permanen (skor 2) dan non permanen (skor 1). Kriteria penilaian

didasarkan pada penilaian secara visual antara lain penilaian terhadap atap, bilik,

status kepemilikan, lantai dan luas lantai, dimana masing-masing kriteria ini

memiliki skor (lihat tabel 14).

65
Tabel 14. Indikator keadaan tempat tinggal petani ikan hias air tawar di Kelurahan
Cipedak tahun 2011

No. Keadaan Tempat Tinggal Skor Jumlah RT Presentase


Petani (%)
1. Atap
a) Genteng 5 16 53
b) Asbes 4 14 47
c) Seng 3 - -
d) Sirap 2 - -
e) Daun 1 - -
Jumlah 30 100
2. Bilik
a) Tembok 5 23 77
b) Setengah Tembok 4 7 23
c) Kayu 3 - -
d) Bambu Kayu 2 - -
e) Bambu 1 - -
Jumlah 30 100
3. Status
a) Milik Sendiri 3 - -
b) Sewa 2 30 100
c) Numpang 1 - -
Jumlah 30 100
4. Lantai
a) Porselin 5 16 53
b) Ubin 4 8 27
c) Plester 3 6 20
d) Papan 2 - -
e) Tanah 1 - -
Jumlah 30 100,00
5. Luas Lantai
a) ≥ 100 m2 3 19 63
b) 50 – 100 m2 2 11 37
c) < 100 m2 1 - -
Jumlah 30 100,00
Kriteria
Permanen (total skor 15 – 21) 3 30 100
Semi Permanen (total skor 10 2 - -
-14)
Non Permanen (total skor 5 - 1 - -
9)
Total 30 100,00
Sumber : data primer yang diolah (2011)

66
Tabel 14 menggambarkan keadaan tempat tinggal petani, dimana petani

ikan hias air tawar yang menjadi responden sudah menggunakan atap dari genteng

sebanyak 16 keluarga (53 persen) dan 14 keluarga menggunakan atap dari asbes.

Bilik tempat tinggal petani yang menggunakan tembok sebanyak 23 keluarga (77

persen), dan 7 keluarga menggunakan bilik setengah tembok (23 persen).

Status kepemilikan rumah berdasarkan tabel 14 yaitu seluruh petani ikan

hias air tawar (100 persen) berstatus menyewa dengan orang lain. Lantai rumah

tangga sebanyak 16 keluarga (53 persen) porselin, 8 keluarga (27 persen)

menggunakan ubin, dan 6 keluarga (20 persen) menggunakan plester. Luas lantai

yang dimiliki petani yaitu sebanyak 19 keluarga (63 persen) memiliki luas lantai

≥ 100m2, dan sisanya 11 keluarga (37 persen) memiliki luas lantai antara 50-100

m2. Jadi berdasarkan tabel 12 terlihat bahwa seluruh petani ikan hias air tawar di

Kecamatan Jagakarsa sudah memiliki tempat tinggal permanen (skor 15-21) yaitu

sebanyak 30 keluarga (100 persen).

5.1.7.4 Indikator Fasilitas Tempat Tinggal

Kondisi dan kualitas keadaan rumah yang ditempati keluarga juga

merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan keadaan sosial ekonomi

keluarga. Kriteria penilaian fasilitas tempat tinggal antara lain luas pekarangan,

sarana hiburan dan alat pendingin, penerangan, bahan bakar, sumber air dan

ketersediaan MCK.

Berdasarkan tabel 13, terlihat bahwa pekarangan rumah yang dimiliki oleh

seluruh rumah tangga petani ikan hias air tawar di Kelurahan Cipedak tergolong

luas ( > 100 m2) yaitu sebanyak 30 orang (100 persen). Alat hiburan yang dimiliki

67
oleh rumah tangga petani sebagian besar yaitu berupa televisi. Rumah tangga

petani yang memiliki alat hiburan berupa video sebanyak 14 keluarga (47 persen),

dan televisi sebanyak 16 keluarga (53 persen). Hal ini menunjukkan bahwa

penduduk Kecamatan Jagakarsa sudah banyak yang mampu dalam menyediakan

sarana hiburan di rumah.

Fasilitas pendingin yang umum digunakan oleh rumah tangga petani

adalah lemari es yaitu sebanyak 25 rumah tangga (83 persen), dan sisanya

sebanyak 5 rumah tangga (17 persen) menggunakan kipas angin sebagai fasilitas

pendingin. Sumber penerangan yang digunakan oleh rumah tangga petani

keseluruhan menggunakan listrik sebanyak 30 rumah tangga (100 persen).

Seluruh rumah tangga petani pun telah menggunakan bahan bakar berupa gas

yaitu sebanyak 30 rumah tangga (100 persen). Bahan bakar gas banyak dipakai

karena mudah didapat di warung dan adanya kompor gas subsidi dari pemerintah.

68
Tabel 15. Indikator keadaan tempat tinggal petani ikan hias air tawar di Kelurahan
Cipedak tahun 2011

Jumlah RT Presentase
No. Keadaan Tempat Tinggal Skor
Petani (%)
1. Pekarangan
a) Luas (>100m2) 3 - -
b) Cukup (50-100m2) 2 - -
c) Sempit (<50m2) 1 30 100%
2 Hiburan
a) Video 4 15 50%
b) TV 3 15 50%
c) Tape Recorder 2 - -
d) Radio 1 - -
3 Pendingin
a) AC 4 - -
b) Lemari Es 3 25 83%
c) Kipas Angin 2 5 17%
d) Alam 1 - -
4 Sumber Penerangan
a) Listrik 3 30 100%
b) Petromak 2 - -
c) Lampu Tempel 1 - -
5 Bahan Bakar
a) Gas 3 30 100%
b) Minyak Tanah 2 - -
c) Kayu Bakar 1 - -
6 Sumber Air
a) PAM 6 - -
b) Sumur Bor 5 30 100%
c) Sumur 4 - -
d) Mata Air 3 - -
e) Air Hujan 2 - -
f) Sungai 1 - -
7 MCK
a) Kamar Mandi sendiri 4 30 100%
b) Kamar Mandi Umum 3 - -
c) Sungai 2 - -
d) Kebun 1 - -
Sumber : data primer yang diolah (2011)

Sumber air yang dimanfaatkan oleh rumah tangga petani ikan hias air

tawar di Kelurahan Cipedak seluruhnya diambil dari sumur yaitu 30 rumah tangga

69
(100 persen). Seluruh rumah tangga petani sudah mempunyai MCK sendiri

sebanyak 30 rumah tangga (100 persen). Jadi berdasarkan tabel 15 terlihat bahwa

seluruh rumah tangga petani ikan hias air tawar di Keluruhan Cipedak Kecamatan

Jagakarsa memiliki fasilitas tempat tinggal yang termasuk dalam kategori lengkap

(21 – 27 skor) sebanyak 30 keluarga. Fasilitas tempat tinggal yang Lengkap,

disebabkan karena pendapatan yang diperoleh petani memang sudah mencukupi

untuk kebutuhan makan dan pendidikan sehingga selebihnya mereka

menggunakannya untuk fasilitas tempat tinggal agar nyaman bagi seluruh anggota

keluarga.

5.1.7.5 Indikator Kesehatan

Kesehatan anggota rumah tangga dapat dilihat dari beberapa kriteria, yaitu

bagus (skor 3) jika dari seluruh anggota rumah tangga dalam satu bulan kurang

dari 25 persen sering sakit, cukup bagus (skor 2) jika dari seluruh anggota rumah

tangga dalam satu bulan antara 25 persen sampai 50 persen sering sakit dan

kurang bagus (skor 1) jika dari seluruh anggota rumah tangga dalam satu bulan

lebih dari 50 persen sering sakit. Berdasarkan tabel 16 terlihat bahwa sebagian

besar anggota keluarga petani ikan hias air tawar di Kelurahan Cipedak sebanyak

26 rumah tangga petani (87 persen) kesehatan anggota rumah tangga tergolong

bagus dan sisanya sebanyak 4 rumah tangga petani (13 persen) kesehatan anggota

rumah tangga tergolong cukup. Untuk lebih jelas lihat tabel berikut ini :

70
Tabel 16. Indikator kesehatan anggota keluarga petani ikan hias air tawar di
Kelurahan Cipedak tahun 2011

Kesehatan Anggota Jumlah RT Presentase


No Skor Akhir
Rumah Tangga Petani (%)
Bagus (< 25 % anggota 3 26 87
1
keluarga sering sakit)
Cukup (25 – 50 % anggota 2 4 13
2
keluarga sering sakit)
Kurang (> 50 % anggota 1 - -
3
keluarga sering sakit)
Total 30 100
Sumber : data primer diolah (2011)

5.1.7.6 Indikator Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan tabel 17 terlihat bahwa kemudahan mendapatkan pelayanan

kesehatan dari tenaga medis/paramedis dapat diukur dengan indikator jarak ke

rumah sakit terdekat, jarak ke tempat pelayanan kesehatan terdekat, biaya berobat,

penanganan berobat, alat kontrasepsi dan konsultasi KB. Skor indikator ini adalah

mudah (14 - 18), cukup (10 – 13) dan sulit (6 – 9).

Berdasarkan jarak antara rumah dengan rumah sakit dan tempat pelayanan

kesehatan terdekat yaitu seluruh rumah petani ikan sekitar berjarak 0,01-3 km s

(100 persen) dari rumah sakit terdekat. Jarak antara rumah petani dengan tempat

pelayanan kesehatan terdekat juga sekitar 0,01-3 km s (100 persen) sehingga hal

tersebut memiliki arti bahwa ketersediaan tempat berobat di Kelurahan Cipedak

masih cukup terjangkau oleh masyarakat.

Sebagian besar rumah tangga petani yaitu 20 rumah tangga (67 persen)

menyatakan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk pelayanan kesehatan cukup

terjangkau, 1 rumah tangga (3 persen) terjangkau dan sisanya 9 rumah tangga (30

persen) sulit terjangkau. Sedangkan penanganan berobat yang dirasakan oleh

71
rumah tangga petani yaitu sebagian besar sebanyak 28 rumah tangga (93 persen)

menyatakan cukup, dan sisanya 2 rumah tangga (7 persen) menyatakan baik.

Tabel 17. Indikator kesehatan kemudahan medapatkan pelayanan kesehatan dari


tenaga medis/paramedis di Kelurahan Cipedak tahun 2011

Skor Jumlah RT Presentase


No. Keadaan Tempat Tinggal
Petani (%)
1 Jarak RS Terdekat
a) 0 km 4 - -
b) 0,01 – 3 km 3 30 100%
c) > 3 km 2 - -
d) Missing 1 - -
2 Jarak ke Poliklinik
a) 0 km 4 - -
b) 0,01 – 2 km 3 30 100%
c) > 2 km 2 - -
d) Missing 1 - -
3 Biaya Berobat
a) Terjangkau 3 1 3%
b) Cukup Terjangkau 2 20 67%
c) Sulit Terjangkau 1 9 30%
4 Penanganan Berobat
a) Baik 3 2 7%
b) Cukup 2 28 93%
c) Jelek 1 - -
5 Alat kontrasepsi
a) Mudah didapat 3 6 20%
b) Cukup mudah 2 11 37%
c) Sulit 1 13 43%
6 Konsultasi KB
a) Mudah didapat 3 5 17%
b) Cukup mudah 2 11 37%
c) Sulit 1 14 46%
Sumber : data primer diolah (2011)

Masalah Keluarga Berencana (KB) rumah tangga petani baik mengenai

cara mendapatkan alat kontrasepsi yaitu sebanyak 6 rumah tangga (2 persen)

menyatakan mudah didapat, 11 rumah tangga (37 persen) menyatakan cukup dan

sisanya 13 rumah tangga (43 persen) menyatakan sulit. Sedangkan dengan

72
konsultasi KB, bahwa sebanyak 5 rumah tangga (16 persen) menyatakan mudah,

11 rumah tangga (37 persen) menyatakan cukup dan 14 rumah tangga (47 persen)

menyatakan sulit. Alat KB dapat diperoleh di tempat-tempat pelayanan kesehatan

terdekat karena tempat tersebut sudah dilengkapi dengan alat-alat KB yang

diperlukan.

Jadi berdasarkan tabel 17 menunjukkan bahwa rumah tangga petani yang

menyatakan cukup mudah mendapatkan pelayanan kesehatan adalah 19 rumah

tangga (63 persen) dan yang menyatakan sulit sebanyak 11 rumah tangga (37

persen).

5.1.7.7 Indikator Kemudahan Memasukkan Anak ke Jenjang Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan

negara karena dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia sebagai

penggerak pembangunan. Tingkat kesejahteraan rumah tangga dalam bidang

pendidikan dapat dianalisis dengan indikator kemudahan memasukkan anak ke

jenjang pendidikan yang dapat dilihat dari tiga faktor yaitu biaya sekolah, jarak ke

sekolah dari rumah masing-masing rumah tangga dan prosedur penerimaan. Skor

akhir yang diberikan adalah tiga untuk kriteria mudah (skor 7 – 10), dua untuk

kriteria cukup ( skor 5 – 6), dan satu untuk kriteria sulit (skor 3 – 4).

Petani ikan hias air tawar di Kelurahan Cipedak sebagian besar masih

memiliki tanggungan keluarga yang masih sekolah. Berdasarkan lampiran 9

terlihat bahwa seluruh keluarga petani ikan (100 persen) menyatakan biaya

pendidikan terjangkau. Sebagian besar rumah tangga petani yaitu sebanyak 26

keluarga (87 persen) jarak antara sekolah dengan rumah 0,01 – 3 km dan sisanya

73
sebanyak 4 keluarga (13 persen) memiliki jarak antara sekolah dengan rumah

sejauh lebih dari 3 km. Hal itu berarti letak sekolah berada di sekitar desa

sehingga dapat ditempuh dengan satu kali naik angkutan umum. Sebagian besar

petani yaitu sebanyak 25 rumah tangga (83 persen) menyatakan bahwa prosedur

penerimaan murid baru tergolong mudah dan sisanya 5 rumah tangga (17 persen)

menyatakan cukup mudah.

Dari lampiran 9 terlihat bahwa sebanyak 21 rumah tangga (70 persen)

menyatakan mudah memasukkan anak ke jenjang pendidikan, sedangkan 9 rumah

tangga (30 persen) menyatakan cukup mudah memasukkan anak ke jenjang

pendidikan. Kemudahan dalam bidang pendidikan memiliki keterkaitan dengan

tingkat pendapatan, dimana semakin tinggi tingkat pendapatan petani maka

semakin mudah membayar biaya pendidikan serta kemudahan mencapai jenjang

pendidikan yang lebih tinggi.

5.1.7.8 Indikator Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi

Tersedianya sarana transportasi di desa sangat penting untuk menunjang

kegiatan masyarakat sehari-hari, khususnya kegiatan yang berhubungan dengan

perekonomian. Kemudahan mendapatkan sarana transportasi menjadi salah satu

kriteria dalam menganalisis tingkat kesejateraan masyarakat. Indikator

kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi dan kepemilikan kendaraan.

74
Tabel 18. Indikator kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi di Kelurahan
Cipedak tahun 2011

Kemudahan Fasilitas Jumlah RT Presentase


No. Skor
Transportasi Petani (%)
1. Ongkos dan Biaya
a) Terjangkau 3 30 100
b) Cukup terjangkau 2 - -
c) Sulit terjangkau 1 - -
Jumlah 30 100
2. Fasilitas Kendaraan
a) Tersedia 3 30 100
b) Cukup tersedia 2 - -
c) Sulit tersedia 1 - -
Jumlah 30 100
3. Kepemilikan
a) Milik sendiri 3 30 100
b) Sewa 2 - -
c) Ongkos 1 - -
Jumlah 30 100
Kriteria Skor Jumlah RT Presentase
total Petani (%)
Mudah (total skor 6 – 7) 3 30 100
Cukup (total skor 4 -5) 2 - -
Sulit (total skor 2 -3) 1 - -
Total 30 100
Sumber : data primer yang diolah (2011)

Pada tabel 18 terlihat bahwa seluruh keluarga petani menyatakan dari segi

ongkos/biaya yang dikeluarkan untuk fasilitas transportasi dapat dapat terjangkau

(100 persen). Begitu juga fasilitas kendaraan yang ada di Kelurahan Cipedak,

seluruh rumah tangga petani mempunyai kendaraan sendiri (100 persen) yang

sebagian besar berupa sepeda motor. Kepemilikan fasilitas transportasi tersebut

juga seluruhnya yaitu milik sendiri (100 persen). Kendaraan pribadi yang banyak

dimiliki masyarakat Kelurahan Cipedak adalah sepeda motor dimana petani

mengatakan bahwa alasan lebih memilih sepeda motor adalah untuk mendapatkan

kelancaran dalam berkendaraan (terhindar macet) karena daerah Kelurahan

75
Cipedak sudah mulai dipadati penduduk dan kendaraan. Dengan demikian dalam

kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi, seluruh rumah tangga petani (100

persen) menyatakan mudah dalam mendapatkan fasilitas transportasi.

5.1.7.9 Indikator Kehidupan Beragama

Indikator kehidupan beragama di wilayah Kelurahan Cipedak dapat dilihat

dari beberapa kriteria, yaitu toleransi tinggi (skor 3), toleransi cukup (skor 2) dan

toleransi kurang (skor 1). Berdasarkan tabel 19 terlihat bahwa seluruh pendapat

petani ikan hias air tawar di Kelurahan Cipedak mengatakan bahwa tingkat

toleransi beragama terbilang tinggi (100 persen). Hal tersebut terlihat bahwa

memang terdapat tempat peribadatan bagi setiap umat beragama yakni baik

masjid, musholla, gereja bahkan pure.

Tabel 19. Indikator kehidupan beragama di Kelurahan Cipedak tahun 2011

Jumlah RT Presentase
No Kehidupan Beragama Skor Akhir
Petani (%)
1 Toleransi tinggi 3 30 100
2 Toleransi cukup 2 - -
3 Toleransi kurang 1 - -
Total 30 100
Sumber : data primer yang diolah (2011)

5.1.7.10 Indikator Rasa Aman dari Gangguan Kejahatan

Indikator rasa aman dari gangguan kejahatan di wilayah Kelurahan

Cipedak dapat dilihat dari beberapa kriteria, yaitu aman (skor 3) jika tidak pernah

mengalami kejahatan, cukup aman (skor 2) jika pernah mengalami kejahatan dan

kurang aman (skor 1) jika sering mengalami kejahatan. Berdasarkan tabel 18

terlihat bahwa seluruh pendapat petani ikan hias air tawar di Kelurahan Cipedak

mengatakan cukup aman (100 persen). Hal tersebut terlihat bahwa mereka pernah

76
mengalami kejahatan terutama kejahatan pada usaha budidaya ikan mereka. Salah

satu contoh tindak kejahatan yang pernah petani alami yaitu ikan yang dicuri, ikan

diracuni, dan lain sebagainya.

Tabel 20. Indikator rasa aman dari gangguan kejahatan di Kelurahan Cipedak
tahun 2011

Rasa Aman dari Jumlah RT Presentase


No Skor Akhir
Gangguan Kejahatan Petani (%)
Aman (tidak pernah 3 - -
1
mengalami kejahatan)
Cukup aman (pernah 2 30 100
2
mengalami kejahatan)
Kurang aman (sering 1 - -
3
mengalami kejahatan)
Total 30 100
Sumber : data primer yang diolah (2011)

5.1.7.11 Indikator Kemudahan dalam Melakukan Olahraga

Indikator kemudahan dalam melakukan olahraga bari anggota petani ikan

hias air tawar di Kelurahan Cipedak dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 21. Indikator kemudahan dalam melakukan olahraga di Kelurahan Cipedak


tahun 2011

Kemudahan dalam Skor Jumlah RT Presentase


No
Melakukan Olahraga Akhir Petani (%)
Sering melakukan 3 - -
1
olahraga
Cukup sering 2 5 17
2
melakukan olahraga
Kurang melakukan 1 25 83
3
olahraga
Total 30 100
Sumber : data primer yang diolah (2011)

Indikator kemudahan dalam melakukan olahraga di wilayah Kelurahan

Cipedak dapat dilihat dari beberapa kriteria, yaitu mudah (skor 3) jika sering

melakukan olahraga, cukup (skor 2) jika cukup sering melakukan olahraga dan

77
kurang (skor 1) jika kurang melakukan olahraga. Berdasarkan tabel 13 terlihat

bahwa sebagian besar petani ikan hias air tawar di Kelurahan Cipedak sebanyak

25 rumah tangga (83 persen) mengatakan bahwa mereka kurang melakukan

olahraga dan sisanya sebanyak 5 rumah tangga (17 persen) menyatakan mereka

cukup sering melakukan olahraga. Hal tersebut terlihat bahwa sulit mendapatkan

arena untuk olahraga karena wilayah telah padat oleh penduduk.

5.1.7.12 Tingkat Kesejahteraan Menurut BPS Hasil SUSENAS 2005

Tingkat kesejahteraan pada penelitian ini diukur berdasarkan kriteria yang

digunakan oleh Badan Pusat Statistik dalam Susenas 2005 yaitu sebelas indikator

kesejahteraan yang terdiri dari pendapatan rumah tangga, pengeluran rumah

tangga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota

keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis,

kemudahan memasukkan anak ke dalam jenjang pendidikan, kemudahan

mendapatkan fasilitas transportasi, kehidupan beragama, rasa aman dari tindakan

kejahatan dan kemudahan dalam melakukan olahraga.

Indikator tingkat kesejahteraan menurut BPS hasil Susenas 2005 dapat

dilihat dari beberapa kriteria, yakni kesejahteraan tinggi jika skor berada pada

nilai 27 – 35, kesejahteraan sedang jika skor berada pada nilai 19 – 26, dan

kesejahteraan rendah jika skor berada pada nilai 11 – 18. Berdasarkan tabel 22,

terlihat bahwa seluruh rumah tangga petani (100 persen) berada pada tingkat

kesejahteraan tinggi.

78
Tabel 22. Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani di Kelurahan Cipedak
berdasarkan indikator SUSENAS 2005 tahun 2011

Jumlah RT Presentase
No Tingkat Kesejahteraan
Petani (%)
Tingkat Kesejahteraan 30 100
1
Tinggi
Tingkat Kesejahteraan - -
2
Sedang
Tingkat Kesejahteraan - -
3
Rendah
Total 30 100
Sumber : data primer yang diolah (2011)

5.1.8 Pengaruh Indikator-indikator Kesejahteraan BPS Bedasarkan


SUSENAS 2005 Terhadap Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga
Petani Ikan Hias Air Tawar
Tabel 21 menunjukkan nilai R sebesar 0,899 atau 89,9%. Hal ini berarti

bahwa hubungan atau korelasi antara variabel independen yaitu pendapatan,

pengeluaran, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan keluarga,

pelayanan kesehatan, kemudahan pendidikan, kemudahan transportasi, kehidupan

beragama, aman dari kejahatan, dan mudah melakukan olahraga dengan variabel

dependen yaitu kesejahteraan rumah tangga adalah kuat karena nilai korelasinya

mendekati angka 1 (Suharyadi dan Purwanto, 2009:152). Nilai Adjust R Square

sebesar 0,785 atau 78,5%, ini menunjukkan bahwa variabel kesejahteraan rumah

tangga yang dapat dijelaskan oleh variabel pendapatan, pengeluaran, keadaan

tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan keluarga, pelayanan kesehatan,

kemudahan pendidikan, kemudahan transportasi, kehidupan beragama, aman dari

kejahatan, dan mudah melakukan olahraga adalah 78,5%, sedangkan sisanya

79
sebesar 0,215 atau 2,15% (1-0,215) dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak

disertakan dalam model penelitian ini.

Tabel 23. Hasil uji regresi pengaruh variabel fasilitas tempat tinggal, kesehatan
keluarga, kemudahan pendidikan terhadap tingkat kesejahteraan
rumah tangga petani ikan hias air tawar di kelurahan cipedak tahun
2011

Taraf
Variabel Pendugaan t Hitung t Tabel R Square F
signifikansi
Fasilitas Tempat
Tinggal 1.092 0.001 3,619 2,779
(X1)
Kesehatan
Anggota
1.177 0.000 5,349 2,779
Keluarga 80,8 0.000
(X2)
Kemudahan
Menyekolahkan
1.079 0.000 6,855 2,779
Anak
(X3)

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh

masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen

yang diuji pada beberapa tingkat signifikansi. Dalam hal ini mengacu pada satu

tingkat signifikansi yaitu 0,05. Berdasarkan tabel 23, diperoleh persamaan sebagai

berikut :

Y= 22.175 + 1.092(X1) + 1.177(X2) + 1.079(X3)

Dimana :

Y : Kesejahteraan rumah tangga petani


X1 : Fasilitas tempat tinggal petani
X2 : Kesehatan keluarga petani
X3 : Kemudahan petani menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan

80
Dari persamaan tersebut dapat diartikan bahwa nilai 22.175 menyatakan

bahwa jika tidak ada faktor yaitu fasilitas tempat tinggal, kesehatan keluarga,

kemudahan pendidikan, maka nilai kesejahteraan sebesar 22.175.

Hasil uji persamaan statistik t pada tingkat kesejahteraan hanya

menunjukkan pengaruh terhadap 3 variabel independen yaitu fasilitas tempat

tinggal, kesehatan anggota keluarga petani dan kemudahan anggota keluarga

petani mendapatkan pendidikan. Sehingga hasil uji hipotesis hanya akan

menerangkan pengaruh 3 variabel independen tersebut terhadap tingkat

kesejahteraan petani di Kelurahan Cipedak.

Koefisien regresi pada variabel fasilitas tempat tinggal (X1) sebesar 1,092

terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga dapat diasumsikan, bila ada kenaikan

fasilitas tempat tinggal sebesar 1 satuan maka akan menambah kenaikan tingkat

kesejahteraan rumah tangga sebesar 1,092 satuan.

Berdasarkan pada koefisien diatas dapat disimpulkan uji signifikansi untuk

variabel (X1) fasilitas tempat tinggal pada tingkat kesalahan 1 persen dengan

derajat kebebasa 26, nilai t hitung > t tabel atau 3,619 > 2,779, maka fasilitas

tempat tinggal berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga.

Kemudian hasil uji statistik t pada tabel 23, memperlihatkan bahwa variabel

fasilitas tempat tinggal mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,001 lebih besar

dari nilai alpa 0,01 (0,001 > 0,01). Hal ini berarti menerima Ha sehingga dapat

dikatakan bahwa fasilitas tempat tinggal berpengaruh secara signifikan terhadap

tingkat kesejahteraan rumah tangga petani.

81
Menurut hasil pengamatan dan analisis dari peneliti di lokasi penelitian,

fasilitas tempat tinggal berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan rumah

tangga karena fasilitas yang dimiliki responden sebagian besar untuk memenuhi

kebutuhan dan kenyamanan bagi tiap-tiap anggota petani, yaitu hampir mayoritas

memiliki fasilitas tempat tinggal yang mewah seperti kulkas, TV, video dan

barang mewah lainnya. Jadi rumah tangga petani memang dikatakan sejahtera

karena mereka telah memiliki fasilitas tempat tinggal yang baik sehingga bisa

dikatakan fasilitas tempat tinggal berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan

rumah tangga petani ikan hias air tawar di Kelurahan Cipedak.

Koefisien regresi pada variabel kesehatan anggota keluarga (X2) sebesar

1,177 terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga dapat diasumsikan, bila ada

kenaikan kesehatan anggota rumah tangga sebesar 1 satuan maka akan menambah

kenaikan tingkat kesejahteraan rumah tangga sebesar 1,177 satuan.

Berdasarkan pada koefisien diatas dapat disimpulkan uji signifikansi untuk

variabel (X2) kesehatan anggota rumah tangga pada tingkat kesalahan 1 persen

dengan derajat kebebasa 26, dengan nilai t hitung 5,349 ternyata nilai t hitung > t

tabel atau 5,349 > 2,779. Jadi, pada tingkat kesalahan 1 persen kesehatan anggota

rumah tangga petani ikan hias air tawar berpengaruh terhadap tingkat

kesejahteraan rumah tangga petani ikan hias air tawar di Kelurahan Cipedak.

Kemudian hasil uji statistik t pada tabel 23, memperlihatkan bahwa variabel

kesehatan anggota keluarga mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,000, bila

nilai probabilitasnya 0,01 signifikansi lebih kecil dari alpa atau 0,000 < 0,01,

82
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya kesehatan anggota rumah tangga

berpengaruh terhadap kesejahteraan rumah tangga petani di Kelurahan Cipedak.

Tingkat pengaruh kesehatan anggota keluarga terhadap kesejahteraan

berada pada taraf kepercayaan 99 persen, artinya kesehatan menjadi faktor yang

diperhitungkan dalam meningkatkan kesejahteraan rumah tangga. Hal ini karena

jika salah satu anggota keluarga ada yang sakit maka akan ada pengeluaran

tambahan untuk biaya berobat dan mempengaruhi pendapatan yang mereka

terima. Selain itu bila ada yang sakit di dalam keluarga akan menghambat

keluarga tersebut untuk bekerja dan mempengaruhi juga pada tingkat pendapatan

yang petani terima.

Koefisien regresi pada variabel kemudahan menyekolahkan anak (X3)

sebesar 1,079 terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga petani ikan hias air

tawar di Kelurahan Cipedak. maka, bila ada kenaikan kemudahan menyekolahkan

anak sebesar 1 satuan maka akan menambah kenaikan tingkat kesejahteraan

rumah tangga sebesar 1,079 satuan.

Berdasarkan koefisien diatas dapat disimpulkan uji signifikansi untuk

variabel (X3) kemudahan menyekolahkan anak pada tingkat kesalahan 1 persen

dengan derajat kebebasa 26, dengan nilai t hitung 6,855 ternyata nilai t hitung > t

tabel atau 6,855 > 2,779, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya pada tingkat

kesalahan 1 persen, kemudahan menyekolahkan anak berpengaruh terhadap

tingkat kesejahteraan rumah tangga. Kemudian hasil uji statistik t pada tabel 23,

memperlihatkan bahwa variabel kemudahan menyekolahkan anak mempunyai

tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai alpa 0,01 maka signifikansi

83
lebih kecil dari alpa atau 0,000 < 0,01 Artinya kemudahan menyekolahkan anak

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel kesejahteraan rumah tangga.

Kemudahan menyekolahkan anak ke jenjang pendidikan dapat menjadi

ukuran kemampuan responden dalam membiayai anak-anaknya sekolah dan dapat

terlihat sejauh mana tingkat kesejahteraannya. Hal ini karena biaya sekolah dan

prosedur memasukkan anak ke jenjang pendidikan masih relatif mahal. Meskipun

ada program dari pemerintah untuk biaya sekolah namun tetap saja ada biaya-

biaya lain yang wajib dibayar oleh orang tua. Dapat dikatakan bahwa rumah

tangga yang dengan mudah menyekolahkan anaknya ke jenjang pendidikan maka

dapat dikategorikan tingkat kesejahteraannya cukup tinggi.

Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap

variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,01. Pada tabel 23 berikut

ini disajikan hasil uji statistik F.

Berdasarkan tabel 23 terlihat nilai F hitung adalah 36.357 dengan tingkat

signifikansi (0,000) jauh lebih kecil dari 0,01 (0,000 < 0,01) dan nilai f tabel

(3,43) dengan derajat kebebasan 18, maka dapat disimpulkan bahwa f hitung > f

tabel (36.357 > 3,43) ini berarti signifikan. Kesimpulannya dapat dikatakan bahwa

fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, dan kemudahan pendidikan

berpengaruh secara bersama-sama dan signifikan terhadap tingkat kesejahteraan

rumah tangga.

84
5.2 Pembahasan

Petani ikan hias air tawar di Kelurahan Cimpedak Kecamatan Jagakarsa

Kota Madya Jakarta Selatanmasih mengalami kendala dalam hal permodalan.

Petani ikan hias yang memiliki modal terbatas tidak bisa mengembangkan

usahanya, bahkan cenderung hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok saja. Jika

kebutuhan sehari-hari sudah mendesak, petani akan segera menjual ikan

peliharaannya meskipun ukurannya belum memadai, sehingga harga ditentukan

oleh pedagang.

Petani ikan hias air tawar yang memiliki modal cukup, selain melakukan

usaha pembibitan dan pembesaran juga merangkap sebagai pedagang. Para

pedagang ini akan menampung ikan-ikan hias yang ukurannya belum layak jual,

membesarkan kembali sampai ukuran tertentu yang sesuai degan permintaan

pasar. Selain itu bagi petani ikan hias air tawar yang modalnya besar bisa

menerapkan budidaya dengan system intensif, sehingga ikan-ikan peliharaannya

lebih terkontrol.

Pembayaran dari para pedagang kepada petani sering tersendat-sendat atau

kadang dicicil seadanya dulu. Bagi petani ikan hias air tawar yang bermodal kecil

hal ini merupakan hambatan usaha, karena pembayaran yang sedikit demi sedikit

biasanya menyebabkan uang langsung terpakai untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari sehingga pada saat akan memulai usaha lagi petani mengalami

kesulitan modal.

Variasi jenis ikan yang dibudidayakan juga mempengaruhi tingkat

pendapatan petani. Pasar ikan hias berbeda dengan pasar ikan konsumsi, dimana

85
pada pasar ikan hias ada semacam “trend” yang sewaktu-waktu dapat berubah.

Petani ikan yang hanya membudidayakan satu jenis ikan saja, jika ternyata jenis

ikan yang dipelihara tidak diminati konsumen, maka harga jual juga rendah.

Sementara petani yang mengusahakan ikan lebih dari satu jenis, resiko

kebangkrutan lebih kecil.

Pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari usaha ikan hias ternyata

memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap total pendapatan rumah tangga.

Factor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha ikan hias adalah

modal, luas lahan, jenis ikan yang diusahakkan, pengalaman usaha dan keberanian

mengambil resiko. Makin besar modal yang dimiliki, maka makin besar skala

usaha yang dikembangkan oleh petani dan makin luas lahan yang diusahakan.

Semakin luas lahan yang diusahakan berarti semakin banyak ikan yang

dibudidayakan dan makin besar pula penerimaan petani dari usaha tersebut. Selain

itu semakin lama pengalaman usaha dari petani, menyebabkan petani lebih

berpengalaman dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan

usaha baik masalah pengelolaan lahan maupun pengelolaan keuangan.

Besar kecilnya pendapatan rumah tangga selain dipengaruhi oleh

pendapatan usaha ikan hias juga dipengaruhi pendapatan usaha non ikan hias,

pendapatan usaha non ikan hias dan non ikan konsumsi dan banyaknya anggota

rumah tangga yang bekerja. Makin banyak anggota rumah tangga yang bekerja.,

berarti makin besar pendapatan rumah tangga yang diperoleh, sebaliknya jika

anggota rumah tangga yang bekerja sedikit maka sumber pendapatan rumah

tangga juga terbatas.

86
Pengeluaran rumha tangga untuk kebutuhan pangan sebesar 35,5% dari

total pengeluaran rumah tangga, pengeluaran untuk kebutuhan non pangan

sebesar 24,1% dari total pengeluaran rumah tangga dan pengeluaran untuk

investasi sebesar 40.4% Hasil penelitian menunjukan bahwa di Kelurahan

Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota Madya Jakarta Selatan tidak terdapat lagi

petani ikan hias iar tawar yang hidup di bawah garis kemiskinan. Dilihat dari

kriteria kemiskinan Sayogyo, kcriteria kemiskinan Direktorat tata guna yang

kesemuanya menunjukkan tingkat kesejahteraan yang cukup baik.

Kriteria kemiskinan baik dari Sayogyo maupun dari Direktorat Tata Guna

Tanah ukur dengan tingkat pengeluaran per kapita per tahun. Pendekatan

pengeluaran per kapita per tahun dilakukan karena lebih menggambarkan

keadaan pendapatan yang sesungguhnya. Responden biasanya malu jika ditanya

berapa pendapatannya, atau curiga dengan maksud pertanyaan dari penelitian

sehingga data pengeluaranlah yang dijadikan tolak ukur.

Kriteria kesejahteraan yang digunakan Biro Pusat Statistik pada

SUSENAS 2005, mengukur tingkat kesejahteraan petani ikan hias air tawar tidak

dari pendaptan dan pengeluaran saja tetapi masih ada indikator lain yang

digunakan yang mencakup pengaman terhadap kondisi tempat tinggal, fasilitas

tempat tinggal dan kondisi sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan sehari-

hari. Jadi selain rendahnya tingkat pendaptan atau pengeluaran, rendahnya tingkat

kesejahteraan juga disebabkan kondisi ketersediaan sarana dan prasarana

ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang kurang memadai, dan yang paling utama

adalah sarana dan prasarana transportasi yang kurang tersedia.

87
Sarana dan prasarana transportasi di Kelurahan Cipedak kondisinya cukup

memadai, baik dilihat dari jumlah sarana angkutan, waktu operasi dan kondisi

jalanyang sudah cukup baik. Biaya transportasi, cukup terjangkau oleh warga

masyarkat setempat. Sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Kelurahan

Cipedak terdapat satu puskesmas. Kondisi kesehatan responden tergolong

sedang yang mana rata-rata <25% anggota rumah tangga yang sering sakit

pelayanan yang didapat dari puskesmas biasanya berupa pengobatan terhadap

warga yang sakit maupun konsultasi Keluarga Berencana (KB) dan penyaluran

alat kntrasepsi.

Prasarana peribadatan di tempat responden jumlahnya lebih dari cukup.

Jumlah masjid rata-rata 17 buah dan mushala rata-rata sebanyak 25 buah tiap

kelurahan. Baik responden maupun masyarakat pada umumnya di kelurahan

responden, hanya memeluk satu agama saja, dan tidak pernah ada masalah yang

berhubungan dengan agama. Warga masyarakat memperoleh kebebasan dalam

menjalankan ibadah dan aktifitas keagamaan lainnya.

Fasilitas pendidikan yang ada di lokasi penelitian sudah cukup baik,

diaman tersebar sekolah mulai dari jenjang TK, SD, SMA, bahkan hingga

perguruan tinggi. untuk biaya pendidikan rata-rata cukup terjangkau oleh rumah

tangga.

Kondisi keamanan di kelurahan responden cukup baik. Banyaknya pos

kamling dan kesadaran warga untuk menjalankan kewajiban ronda atau jaga

bergilir, serta kesadaran masyarakat untuk menjalankan program 5K (keamanan,

kebersihan, ketertiban, keindahan dan kekeluargaan) menyebabkan kelurahan

88
tersebut cukup aman dan jarang terjadi tindak kejahatan baik pencurian,

perampokan atau tindak pidana lainnya.

Fasilitas olah raga yang ada di lokasi penelitian, biasanya hanya

dimanfaatkan oleh warga yang masih muda-muda. Fasilitas olah raga yang ada

berupa lapangan lapangan bola volley, lapangan bulu tangkis dan tenis meja.

Responden yang berumur 25 tahun ke atas jarang melakukan olah raga, karena

keterbatasan waktu dan juga tenaga.

Pada penelitian ini, alat ukur yang digunakan adalah sebelas indikator

kesejahteraan yang digunakan pada Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)

2005 yang telah dimodifikasi. Dengan alat ukur yang terlalu kuantitatif ini,

banyak aspek-aspek kualitatif dari tingkat kesejahteraan yang tidak teramati. Hal

ini menyebabkan gambaran tingkat kesejahteraan keluarga petani ikan hias air

tawar di lokasi penelitian kurang begitu jelas.

Aspek social ekonomi yang tidak teraamati, disebabkan oleh alat ukur

yang dikeluarkan oleh instansi yang berbeda msalnya indikator kesejahteraan

yang digunakan oleh Biro Pusat Statistik pada tiap SUSENAS, indikator

kesejahteraan yang dikeluarkan oleh Bank Dunia dan indikator dari instansi atau

badan pemerintah lainnya.

89
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Berdasarkan 11 indikator BPS 2005, rumah tangga petani ikan hias air

tawar yang termasuk kategori kesejahteraan tinggi sebanyak 30 rumah

tangga (100%). Berdasarkan kriteria garis kemiskinan Sajogyo, seluruh

rumah tangga petani (100%) juga termasuk kategori tidak miskin. Dan

berdasarkan kriteria garis kemiskinan dari Tata Guna Tanah, seluruh

rumah tangga petani (100%) juga termasuk kategori tidak miskin.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel fasilitas tempat tingga,

kesehatan anggota keluarga dan kemudahan menyekolahkan anak terhadap

tingat kesejahteraan rumah tangga petani ikan hias air tawar di Kelurahan

Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota Madya Jakarta Selatan.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran

yang sekiranya bermanfaat bagi petanikan hias air tawar di Kelurahan Cipedak

Kecamatan Jagakarsa Kota Madya Jakarta Selatan. yaitu:

1. Sebaiknya petani ikan hias air tawar di Kelurahan Cipedak Kecamatan

Jagakarsa Kota Madya Jakarta Selatan mempertahankan usahatani ikan

90
hias air tawar karena dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan rumah

tangga petani ikan hias air tawar disana.

2. Sebaikanya petani ikan hias air tawar di Kelurahan Cipedak Kecamatan

Jagakarsa Kota Madya Jakarta Selatan agar lebih memaksimalkan fungsi

kolam agar produksi ikan hias dapat lebih maksimal.

91
DAFTAR PUSTAKA

Aniri, Noorma Bunga.2008. Analisis Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Tingkat


Kesejahteraan Keluarga Pembudidaya dan Non Pembudidaya Ikan Di
Kabupaten Bogor.Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumber Daya
Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Alfiyah, Siti. 2002. Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Ikan
Hias Air Tawar Di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Skripsi.
Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Arsyad, Lincolin. Memahami Masalah kemiskinan di Indonesia: Suatu Pengantar

Badan Pusat Statistik.2010. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi.


Badan Pusat Statistik. 2003. Indikator Kesejahteraan Rumah Tangga 2002. BPS.
Jakarta

2003. Statistik Kesejahteraan Rumah Tangga 2003. BPS.


Jakarta

2004. Indikator Kesejahteraan Rumah Tangga 2004. BPS.


Jakarta

2004. Statistik Kesejahteraan Rumah Tangga 2003. BPS.


Jakarta

2004. Data dan Informasi Kemiskinan 2004. BPS. Jakarta

2005. Indikator Kesejahteraan Rumah Tangga 2004. BPS.


Jakarta

2005. Statistik Kesejahteraan Rumah Tangga 2005. BPS.


Jakarta

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2002. Penanggulangan


Kemiskinan. BKKBN. Jakarta

Irmayani, Andi. 2007. Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Ikan
Hias Air Tawar Di Desa Purwasari Kecamatan Dramaga Kabupaten
Bogor Jawa Barat. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis.
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

92
Maharani. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Transmigrasi di Unit
Permukiman Transmigrasi Propinsi Lampung. (Program Studi
Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya Alam Fakultas Pertanian IPB,
2006)

Midgley, James. Pembangunan Sosial: Perspektif Pembangunan dalam


Mensejahterakan Sosial (Jakarta: Ditperta Islam Depag RI, 2005)

Mubyarto. Pengantar Ekonomi Pertanian. (Jakarta, LP3ES,1986)

Munir, Misbahul. Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Terhadap Tingkat


Kesejahteraan Rumah Tangga Petani. Program Studi Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian IPB.2008
Noertjahjo, JA. Dari Ladang Sampai Kabinet, Menggugat Nasib Petani. (Jakarta:
Kompas, 2005)
Purwantini, Tri Bastuti dan Ariani, Mewa. Pola Pengeluaran dan Konsumsi
Pangan pada Rumah Tangga Petani Padi. ( Jakarta: Pusat Analisis
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Departemen Pertanian. 2008)
Rianse, Usman dan Abdi. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi : Teori dan
Aplikasinya. ( Bandung: Alfabeta.2009).
Riduwan, Pengantar Statistika Untuk Penelitian Bisnis.(Jakarta, Alfabeta, 2007)
Rochaeni, Siti.2005. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Ekonomi
Rumah Tangga Petani Di Kelurahan Setugede Kota Bogor. Fakultas
Pertanian Universitas Pattimura dan Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian. Bagor

Salam, Syamsir dan Fadhilah Amir. Sosiologi Pedesaan.( Jakarta: Lembaga


Penelitian UIN Syarif Hidayatullah.2008)
Singarimbun, Masri. Metode Penelitian Survei (Jakarta: LP3ES, 1989)

Sudantoko, Djoko dan Hamdani. Dasar-dasar Pengantar Ekonomi Pembangunan


(Jakarta: PP. Mardi Mulyo, 2009)

Sugiarto. 2008. Analisis Tingkat Kesejahteraan Petani Menurut Pola Pendapatan


dan Pengeluaran Di Pedesaan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian. Bogor.

Suharyadi dan Purwanto.2009. Statistika: untuk Ekonomi dan Keuangan Modern.


(Salemba Empat, Jakarta)
Suprayitno, Eko.2008. Ekonomi Mikro Perspektif Islam.(UIN Malang Press,
Malang)

93
Lampiran 1. Kuesioner Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga
Petani Ikan Hias Air Tawar Di Kelurahan Cipedak Kecamatan
Jagakarsa Kota Madya Jakarta Selatan, Tahun 2011
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi
“Analisis Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Ikan
Hias Air Tawar Di Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa
Kota Madya Jakarta Selatan” oleh Andi Angger Sutawijaya
(106092003008), mahasiswa Program Studi Agribisnis,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

KUESIONER

A. Karakteristik Responden
1. Nama : ………………………
2. Jenis Kelamin: …………….L/P
3. Umur: ………………………tahun
4. Pendidikan Formal Terakhir :
a) Tidak sekolah c) SLTP e) Perguruan Tinggi :
……….
b) SD d) SMU
5. Pendidikan non formal (sebutkan nama dan lamanya)
a. ……………………………………. Lamanya: …………. Tahun
6. Status Pernikahan: 1. Menikah 2. Belum Menikah
7. Jumlah tanggungan keluarga
Status Bekerja Bekerja luar Tidak bekerja Penghasilan
dalam usaha tani (orang) (Rp/ bulan)
usaha tani (orang )
(orang)

Istri

Anak (1-15
tahun)

Dewasa (> 15
tahun)

Total

94
8. Lama pengalaman berusahatani:……………………… tahun
9. Status kepemilikkan lahan : a. Milik sendiri b. Milik Orang lain
10. Luas kolam yang dimiliki: ………………………… m2 dibagi dalam
………..kolam
B. Analisis Usahatani
Input atau Sarana Produksi yang Digunakan

Usaha Perikanan
No Jenis Input Harga
Jumlah Nilai Total (Rp)
Satuan(Rp)

1. Benih

2. Pakan

3. Obat – Obatan
a. Methilyn Blue
b. Tetrasiklin
c. PK
d. ……….
4 Tenaga Kerja*
Wanita
- Persiapan
kolam
- Panen
Pria
- Persiapan
kolam
- Panen
7. Transportasi

8. Perlengkapan
- Aquarium
- Pompa Listrik
- Ember plastic
- Serokan
9. Total

*tenaga kerja satuan orang.(HOK)

95
C. Pendapatan Rumah Tangga
Jumlah (Rp)
Sumber Pendapatan
Perbulan Pertahun
I. Pendapatan Usaha Perikanan
1. Usaha Ikan Hias
2. Usaha Ikan Konsumsi
Total pendapatan Usaha Perikanan
II. Pendapatan non Usaha Perikanan
1. ………………………….
2. ………………………….
3. ………………………….
Total pendapatan

D. Pengeluaran Rumah Tangga


Jumlah (Rp) Rata – rata per
Jenis Pengeluaran
Hari Minggu Bulan tahun (Rp)
I. Pengeluaran pangan
1. Beras
2. Ikan
3. Daging
4. Telur dan susu
5. Sayur-sayuran, tahu dan tempe
6. Minyak goring
7. Buah-buahan
8. Gula
9. Teh dan Kopi
10. Rokok
11.
12.
Total pengeluaran pangan
II. Pengeluaran bukan pangan
1. Perumaha, penerangan &
komunikasi
2. Pakaian dan alas kaki
3. Aneka peralatan Rumah Tangga
4. Barang elektronik
5. Rekreasi dan keperluan social
6.
7.
8.
Total pengeluaran bukan pangan
III. Pengeluaran Investasi

96
1. Pendidikan
2. Kesehatan
3. Sarana produksi
Total Pengeluaran Investasi
Total pengeluaran

97
Lampiran 2. Indikator Tingkat Kesejahteraan menurut BPS hasil SUSENAS
2005 yang dimodifikasi disertai variabel dan skornya

No Variabel Kesejahteraan Kriteria Skor


1. Pendapatan Keluarga - Tidak miskin 4
Tolak ukur yang digunakan adalah (>200%)
kriteria konsep Kemiskinan menurut - Hampir miskin 3
Direktorat Tata Guna Tanah, yang (125%-200%)
didasarkan pada kebutuhan 9 bahan 2
pokok per kapita per tahun. - Miskin 1
(75%-125%)
- Miskin sekali
(<75%)
2. Pengeluaran keluarga - Tidak miskin 4
Tolak ukur yang digunakan adalah (>320 kg beras)
konsep garis kemiskinan menurut - Miskin 3
Sajogyo yang menyetarakan pendapatan (240-3200 kg beras)
per kapita per tahun dengan konsumsi - Miskin sekali 2
beras per kapita per tahun. (180-240 kg beras)
- Paling miskin 1
(<180 kg beras)

3. Keadaan Tempat Tinggal - Permanen 3


1. Atap : Genteng (5)/ asbes (4)/ seng (skor 15-21)
(3)/ sirap (2)/ daun (1) - Semi permanen 2
2. Bilik : Tembok (5)/ setengah tembok (skor 10-14)
(4)/ kayu (3)/ Bambu kayu (2)/ - Non permanen 1
bamboo (1) (skor 5-9)
3. Status : Milik sendiri (3)/ sewa (2)/
numpang (1)
4. Lantai : Porselin (5)/ ubin (4)/ plester
(3)/ papan (2)/ tanah (1)
5. Luas lantai : >100 m2 (3)/ 50-100 m2
(2)/ <50 m2 (1)
4. Fasilitas Tempat Tinggal - Lengkap 3
1. Pekarangan : Luas (>100 m2) (3)/ (skor 21-27)
cukup (50-100 m2) (2)/ sempit (<50 - Cukup 2
m2) (1) (skor 14-20)
2. Hiburan : Video (4)/ TV (3)/ tape - Kurang 1
recorder (2)/ radio (1) (skor 7-13)
3. Pendingin : AC (4)/ lemari es (3)/
kipas angin (2)/ alam (1)
4. Sumber penerangan : listrik (3)/
petromak (2)/ lampu temple (1)
5. Bahan bakar : gas (3)/ Minyak tanah
(2)/ kayu arang (1)

98
6. Sumber air : PAM (6)/ sumur bor (5)/
sumur (4)/ mata air (3)/ air hujan (2)/
sungai (1)
7. MCK : Kamar mandi sendiri (4)/
kamar mandi umum (3)/ sungai (2)/
kebun (1)
5. Kesehatan Anggota Keluarga - Baik 3
Tolak ukur dalam penelitian kesehatan (<25% anggota
anggota keluarga berdasarkan persentase keluarga sering sakit)
anggota keluarga mengalami sakit dalam - Cukup 2
sebulan (25-50% anggota
keluarga sering sakit)
- Kurang 1
(>50% anggota
keluarga sering sakit)
6. Kemudahan Mendapatkan Pelayanan - Mudah 3
kesehatan dari Tenaga (skor 8-10)
Medis/Paramedis - Cukup 2
(termasuk di dalamnya kemudahan (skor 13-17)
pelayanan keluarga berencana dan obat- - Sulit 1
obatan) (Skor 8-12)
1. Jarak RS terdekat : (0 km) (4)/
(0,01-3 km) (3)/ (>3 km) (2)/
missing (1)
2. Jarak ke poliklinik : (0) (4)/
(0,01-2 km) (3)/ (>2 km) (2)/
missing (1)
3. Biaya berobat : Terjangkau (3)/
cukup terjangkau (2)/ sulit
terjangkau (1)
4. Penanganan berobat : Baik (3)/
cukup (2)/ jelek (1)
5. Alat kontrasepsi : Mudah didapat
(3)/ cukup mudah (2)/ sulit (1)
6. Konsultasi KB : Mudah didapat
(3)/ cukup mudah (2)/ sulit (1)
7. Kemudahan Menyekolahkan Anak ke - Mudah 3
Suatu Jenjang Pendidikan (skor 8-10)
1. Biaya sekolah : Terjangkau (3)/ - Cukup 2
cukup terjangkau (2)/ sulit (skor 6-7)
terjangkau (1) - Sulit 1
2. Jarak ke Sekolah : (0 km) (4)/ (skor 4-5)
(0,01-3 km) (3)/ (>3 km) (2)
3. Prosedur penerimaan : Mudah
(3)/ cukup (2)/ sulit (1)

99
8. Kemudahan mendapatkan Fasilitas - Mudah 3
Transportasi (pengangkutan) (skor 7-9)
1. Ongkos dan biaya : Terjangkau - Cukup 2
(3)/ cukup terjangkau (2)/ Sulit (skor 5-6)
terjangkau (1) - Sulit 1
2. Fasilitas kendaraan : Tersedia (skor 3-4)
(3)/ cukup tersedia (2)/ sulit
tersedia (1)
3. Kepemilikan : sendiri (3)/ sewa
(2)/ ongkos (1)
9. Kehidupan Beragama - Toleransi tinggi 3
Tolak ukur dalam penilaian kehidupan 2
- Toleransi cukup
beragama diperoleh dari kerukunan atar 1
agama - Toleransi kurang
10 Rasa aman dari ganguan kejahatan - Aman (tidak pernah 3
Tolak ukur dari penilaian indikator rasa mengalami kejahatan )
aman dari gangguan kejahatan diperoleh - Cukup aman (pernah 2
dari pernah tidaknya mengalami mengalami kejahatan)
kejahatan di daerah tersebut - Kurang aman (sering 1
mengalami kejahatan)
11. Kemudahan dalam melakukan - Mudah (sering 3
olahraga melakukan olahraga)
Tolak ukur penilaian indikator ini - Cukup (cukup sering 2
diperoleh dari seringnya melakukan melakukan olahraga)
aktifitas olahraga dalam satu minggu - Kurang( kurang 1
melakukan olahraga)

100
Lampiran 3. Tingkat pendapatan Rumah Tangga Petani Ikan Hias Air Tawar Di Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa
Kota Madya Jakarta Selatan, Tahun 2011

Nomor Pendapatan (Rp/tahun) Total Jumlah Pendapatan Kriteria


Respon Ikan Hias Ikan Non Pendapatan Anggota Per Kapita
den Konsumsi Perikanan (Rp/tahun) RT Per tahun
(orang)
1 32.000.000 17.555.000 - 49.555.000 5 9.911.000 Tidak miskin
2 20.330.000 - 6.000.000 26.330.000 3 8.777.000 Tidak miskin
3 38.530.000 - - 38.530.000 5 7.706.000 Tidak miskin
4 44.750.000 - - 44.750.000 6 7.458.400 Tidak miskin
5 7.455.000 20.000.000 2.500.000 29.955.000 4 7.488.750 Tidak miskin
6 54.500.000 - - 54.500.000 4 13.625.000 Tidak miskin
7 17.750.000 10.000.000 3.000.000 30.750.000 4 7.687.500 Tidak miskin
8 29.280.000 20.000.000 - 49.280.000 3 16.426.700 Tidak miskin
9 35.100.000 - - 35.100.000 5 7.020.000 Tidak miskin
10 23.055.000 4.000.000 3.100.000 30.155.000 5 6.031.000 Tidak miskin
11 53.010.000 - - 53.010.000 4 13.252.500 Tidak miskin
12 57.800.000 - - 57.800.000 4 14.450.000 Tidak miskin
13 23.470.000 28.000.000 - 51.470.000 4 12.687.500 Tidak miskin
14 62.770.000 - - 62.770.000 4 15.692.500 Tidak miskin
15 58.570.000 - - 58.570.000 5 11.714.000 Tidak miskin
16 64.150.000 - - 64.150.000 5 12.830.000 Tidak miskin
17 72.000.000 5.000.000 - 65.330.000 5 13.066.000 Tidak miskin
18 20.000.000 22.990.000 - 52.990.000 4 13.247.500 Tidak miskin
19 38.250.000 - - 38.250.000 6 6.370.000 Tidak miskin
20 45.000.000 4.970.000 - 49.970.000 7 7.138.500 Tidak miskin

101
21 61.850.000 9.000.000 - 70.850.000 5 14.170.000 Tidak miskin
22 32.190.000 17.000.000 - 50.850.000 4 12.712.500 Tidak miskin
23 30.230.000 - - 30.230.000 3 10.076.700 Tidak miskin
24 38.690.000 35.000.000 - 73.690.000 5 14.738.000 Tidak miskin
25 73.930.000 - - 73.930.000 6 12.321.700 Tidak miskin
26 41.690.000 - - 41.690.000 5 8.338.000 Tidak miskin
27 30.000.000 14.370.000 - 45.370.000 4 11.342.500 Tidak miskin
28 49.830.000 - - 49.830.000 4 12.457.500 Tidak miskin
29 31.750.000 7.740.000 - 39.490.000 4 9.872.500 Tidak miskin
30 13.000.000 16.710.000 - 29.710.000 4 7.427.500 Tidak miskin
Jumla 1.154.320.000 232.335.000 14.600.000 1.449.275.000 141 326.018.75
h 0
Rata- 38.477.340 7.744.500 486.670 48.309.167 4 10.867.292 Tidak miskin
rata
Keterangan:

Tidak miskin : pendapatan > Rp. 3.213.000,


Miskin : pendapatan Rp. 2.008.125,Rp. 3.213.000,
Miskin sekali : pendapatan Rp. . 1.204.875, - Rp. 2.008.125,
Paling miskin : pendapatan < Rp. 1.204.875,

102
Lampiran 4. Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Petani Ikan Hias Air Tawar Di Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa
Kota Madya Jakarta Selatan, Tahun 2011

Nama Pengeluaran (Rp/tahun) Total Jumlah Pengeluaran Kriteria


Responden Pangan Non Pangan investasi Pengeluaran Anggota Per Kapita
(Rp/tahun) RT Per tahun
(orang)
1 6.370.000 5.570.000 9.500.000 21.440.000 5 4.288.000 Tidak Miskin
2 2.870.000 2.880.000 5.500.000 11.250.000 2 5.625.000 Tidak Miskin
3 7.920.000 8.180.000 7.200.000 23.300.000 5 4.660.000 Tidak Miskin
4 8.380.000 5.344.000 9.000.000 22.742.000 6 3.790.400 Tidak Miskin
5 4.870.000 3.890.000 9.500.000 18.260.000 4 5.565.000 Tidak Miskin
6 4.634.000 3.600.000 4.400.000 12.634.000 4 3.158.500 Tidak Miskin
7 5.637.000 3.678.000 3.500.000 12.815.000 4 3.203.750 Tidak Miskin
8 4.832.000 2.630.000 6.500.000 13.962.000 3 4.564.000 Tidak Miskin
9 7.398.000 4.659.000 5.800.000 17.857.000 5 3.571.400 Tidak Miskin
10 6.990.000 5.400.000 6.500.000 18.890.000 5 3.778.000 Tidak Miskin
11 5.204.000 4.250.000 6.600.000 16.054.000 4 4.013.500 Tidak Miskin
12 5.450.000 3.400.000 6.000.000 14.850.000 4 3.712.500 Tidak Miskin
13 6.750.000 5.250.000 8.500.000 20.500.000 4 5.125.000 Tidak Miskin
14 5.829.000 4.098.000 6.200.000 16.127.000 4 4.031.750 Tidak Miskin
15 7.097.000 4.650.000 7.300.000 19.047.000 5 3.809.400 Tidak Miskin
16 4.070.000 3.010.000 7.900.000 14.980.000 3 4.993.400 Tidak Miskin
17 8.282.000 5.050.000 5.500.000 18.832.000 5 3.766.400 Tidak Miskin
18 4.980.000 3.990.000 17.200.000 26.170.000 4 6.542.500 Tidak Miskin
19 8.600.000 6.500.000 8.400.000 23.500.000 6 3.916.700 Tidak Miskin

103
20 10.774.000 6.580.000 12.800.000 30.154.000 7 4.307.700 Tidak Miskin
21 4.161.000 2.980.000 4.900.000 12.041.000 3 4.013.700 Tidak Miskin
22 7.890.000 6.000.000 7.600.000 21.490.000 4 5.372.500 Tidak Miskin
23 5.600.000 3.980.000 7.800.000 17.380.000 3 5.793.400 Tidak Miskin
24 5.920.000 4.500.000 8.200.000 18.620.000 5 3.724.000 Tidak Miskin
25 9.300.000 8.120.000 8.000.000 25.420.000 6 4.236.700 Tidak Miskin
26 7.400.000 3.600.000 13.000.000 24.000.000 5 4.800.000 Tidak Miskin
27 5.800.000 3.500.000 5.100.000 14.400.000 4 3.600.000 Tidak Miskin
28 5.700.000 3.810.000 5.800.000 15.310.000 4 3.827.500 Tidak Miskin
29 5.800.000 3.600.000 5.200.000 14.600.000 4 3.650.000 Tidak Miskin
30 4.994.000 3.624.000 4.600.000 13.218.000 4 3.3045.000 Tidak Miskin
Jumlah 189.502.000 136.323.000 224.000.0 549.843.000 145 128.745.200
00
Rata-rata 6.316.700 4.544.100 7.466.700 18.328.100 4 4.291.510 Tidak Miskin

Keterangan :
Tidak miskin : pengeluaran > Rp. 2.500.000//tahun
Miskin : pengeluaran < Rp.1.944.000 – Rp. 2.500.000/tahun
Miskin sekali : pengeluaran < Rp. 1458.000 – Rp. 1.944.000/tahun
Paling miskin : pengeluaran < Rp.1458.000/tahun

104
Lampiran 5. Indikator Keadaan Tempat Tinggal Petani Ikan Hias Air
Tawar Di Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota
Madya Jakarta Selatan, Tahun 2011

No Atap Bilik Status Lantai Luas Total Skor


Lantai
1 5 5 2 4 3 19 3
2 4 5 2 3 2 16 3
3 5 5 2 5 3 20 3
4 4 5 2 3 2 16 3
5 4 4 2 3 3 16 3
6 4 5 2 4 3 18 3
7 4 4 2 3 3 16 3
8 5 5 2 5 3 20 3
9 4 5 2 4 3 18 3
10 5 5 2 5 3 20 3
11 5 5 2 4 3 19 3
12 5 4 2 5 3 19 3
13 5 4 2 5 3 19 3
14 5 5 2 4 3 19 3
15 5 5 2 5 3 20 3
16 4 5 2 4 3 18 3
17 4 5 2 3 3 17 3
18 5 5 2 5 2 19 3
19 5 4 2 5 2 18 3
20 5 5 2 5 2 19 3
21 5 5 2 4 2 18 3
22 4 5 2 3 3 17 3
23 5 5 2 5 2 19 3
24 4 5 2 5 3 19 3
25 5 4 2 5 2 18 3
26 5 4 2 5 3 19 3
27 4 5 2 5 3 19 3
28 4 5 2 4 2 17 3
29 4 5 2 5 2 18 3
30 4 5 2 5 2 18 3

105
Lampiran 6. Indikator Fasilitas Tempat Tinggal Petani Ikan Hias Air Tawar Di Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa
Kota Madya Jakarta Selatan, Tahun 2011

No Pekarangan Hiburan Pendingin Penerangan Bahan Sumber MCK Total Skor


Bakar Air
1 1 4 3 3 3 4 4 22 3
2 1 3 3 3 3 4 4 21 3
3 1 4 3 3 3 4 4 22 3
4 1 4 3 3 3 4 4 22 3
5 1 3 3 3 3 4 4 21 3
6 1 3 3 3 3 4 4 21 3
7 1 4 3 3 3 4 4 22 3
8 1 4 2 3 3 4 4 21 3
9 1 4 3 3 3 4 4 22 3
10 1 4 3 3 3 4 4 22 3
11 1 4 3 3 3 4 4 22 3
12 1 3 3 3 3 4 4 21 3
13 1 3 3 3 3 4 4 21 3
14 1 4 3 3 3 4 4 22 3
15 1 4 3 3 3 4 4 22 3
16 1 4 2 3 3 4 4 21 3
17 1 4 3 3 3 4 4 22 3
18 1 3 3 3 3 4 4 21 3
19 1 4 2 3 3 4 4 21 3
20 1 3 3 3 3 4 4 21 3
21 1 3 2 3 3 4 4 20 2
22 1 3 3 3 3 4 4 21 3

106
23 1 4 3 3 3 4 4 22 3
24 1 3 3 3 3 4 4 21 3
25 1 3 3 3 3 4 4 21 3
26 1 3 3 3 3 4 4 21 3
27 1 4 3 3 3 4 4 22 3
28 1 3 2 3 3 4 4 20 2
29 1 3 3 3 3 4 4 21 3
30 1 3 3 3 3 4 4 21 3

107
Lampiran 7. Indikatro Kesehatan Anggota Rumah Tangga, Kehidupan
Beragama, Rasa Aman Dari Kejahatan, dan Kemudahan
Melakukan Olahraga

No Indikator 5 Indikator 9 Indikator 10 Indikator 11


1 3 3 2 2
2 3 3 2 1
3 3 3 2 1
4 2 3 2 1
5 3 3 2 1
6 3 3 2 1
7 3 3 2 1
8 3 3 2 1
9 3 3 2 1
10 3 3 2 2
11 3 3 2 1
12 3 3 2 1
13 2 3 2 1
14 3 3 2 1
15 3 3 2 1
16 3 3 2 1
17 3 3 2 1
18 3 3 2 1
19 3 3 2 1
20 2 3 2 1
21 3 3 2 1
22 3 3 2 2
23 3 3 2 2
24 3 3 2 2
25 3 3 2 1
26 3 3 2 1
27 3 3 2 1
28 2 3 2 1
29 3 3 2 1
30 3 3 2 1

109
Lampiran 8.Indikator Kemudahan Petani Ikan Hias Air Tawar Di
Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota Madya Jakarta
Selatan, Tahun 2011Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Dari
Tenaga Medis

No A B C D E F G Total Skor
1 3 3 3 2 2 2 15 2/C 3
2 3 3 2 2 2 3 15 2/C 3
3 3 3 1 2 1 1 11 1/S 3
4 3 3 1 2 2 2 13 2/C 3
5 3 3 2 2 1 1 12 2/C 3
6 3 3 2 2 2 1 13 2/C 3
7 3 3 2 2 1 2 13 2/C 3
8 3 3 1 2 1 1 11 1/S 3
9 3 3 1 2 1 1 11 1/S 3
10 3 3 1 2 1 1 11 1/S 3
11 3 3 1 2 1 1 11 1/S 3
12 3 3 1 2 1 1 11 1/S 3
13 3 3 2 2 1 1 12 1/S 3
14 3 3 2 2 1 1 12 1/S 3
15 3 3 2 2 2 1 13 2/C 3
16 3 3 2 2 1 1 12 1/S 3
17 3 3 2 2 1 1 12 1/S 3
18 3 3 2 2 2 2 14 2/C 3
19 3 3 1 2 2 2 13 2/C 3
20 3 3 1 2 2 2 13 2/C 3
21 3 3 2 2 2 2 14 2/C 3
22 3 3 2 2 3 3 16 2/C 3
23 3 3 2 2 3 3 16 2/C 3
24 3 3 2 2 3 3 16 2/C 3
25 3 3 2 2 1 1 12 1/S 3
26 3 3 2 2 2 2 14 2/C 3
27 3 3 2 3 3 2 16 2/C 3
28 3 3 2 3 3 2 16 2/C 3
29 3 3 2 2 3 3 16 2/C 3
30 3 3 2 2 2 2 14 2/C 3

110
Lampiran 9. Indikator Kemudahan Petani Ikan Hias Air Tawar Di
Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota Madya
Jakarta SelatanMemasukkan Anak Ke Suatu Jenjang
Pendidikan, Tahun 2011

No Biaya Sekolah Jarak Sekolah Prosedur Total Skor


Penerimaan
1 3 2 3 8 3
2 3 2 3 8 3
3 3 2 2 7 2
4 3 2 3 8 3
5 3 1 3 7 2
6 3 1 3 7 2
7 3 2 3 8 3
8 3 2 3 8 3
9 3 2 2 7 2
10 3 2 3 8 3
11 3 2 3 8 3
12 3 2 2 7 2
13 3 2 3 8 3
14 3 2 3 8 3
15 3 2 3 8 3
16 3 2 3 8 3
17 3 2 3 8 3
18 3 2 2 7 2
19 3 2 3 8 3
20 3 2 3 8 3
21 3 2 3 8 3
22 3 1 3 7 2
23 3 2 3 8 3
24 3 2 3 8 3
25 3 2 2 7 2
26 3 2 3 8 3
27 3 2 3 8 3
28 3 1 3 7 2
29 3 2 3 8 3
30 3 2 3 8 3

111
Lampiran 10. Indikator Kemudahan Petani Ikan Hias Air Tawar
Mendapatkan Fasilitas Transportasi Di Kelurahan
Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota Madya Jakarta
Selatan, Tahun 2011

No Ongkos/Biaya Fasilitas Kendaraan Status Kepemilikan Total Skor


1 3 3 3 9 3
2 3 3 3 9 3
3 3 3 3 9 3
4 3 3 3 9 3
5 3 3 3 9 3
6 3 3 3 9 3
7 3 3 3 9 3
8 3 3 3 9 3
9 3 3 3 9 3
10 3 3 3 9 3
11 3 3 3 9 3
12 3 3 3 9 3
13 3 3 3 9 3
14 3 3 3 9 3
15 3 3 3 9 3
16 3 3 3 9 3
17 3 3 3 9 3
18 3 3 3 9 3
19 3 3 3 9 3
20 3 3 3 9 3
21 3 3 3 9 3
22 3 3 3 9 3
23 3 3 3 9 3
24 3 3 3 9 3
25 3 3 3 9 3
26 3 3 3 9 3
27 3 3 3 9 3
28 3 3 3 9 3
29 3 3 3 9 3
30 3 3 3 9 3

112
Lampiran 11. Indikator Tingkat Kesejahteraan Rumah tangga Petani Ikan
Hias Air Tawar Di Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa
Kota Madya Jakarta Selatan, Tahun 2011

Nomor Indikator Tingkat Kesejahteraan Jumlah Kriteria


Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 33 KT
2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 1 32 KT
3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 2 1 31 KT
4 4 4 3 3 2 3 3 3 3 2 1 31 KT
5 4 4 3 3 3 3 2 3 3 2 1 31 KT
6 4 4 3 3 3 3 2 3 3 2 1 31 KT
7 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 1 32 KT
8 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 1 32 KT
9 4 4 3 3 3 3 2 3 3 2 1 31 KT
10 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 33 KT
11 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 1 32 KT
12 4 4 3 3 3 3 2 3 3 2 1 31 KT
13 4 4 3 3 2 3 3 3 3 2 1 31 KT
14 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 1 32 KT
15 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 1 32 KT
16 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 1 32 KT
17 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 1 32 KT
18 4 4 3 3 3 3 2 3 3 2 1 31 KT
19 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 1 32 KT
20 4 4 3 3 2 3 3 3 3 2 1 31 KT
21 4 4 3 2 3 3 3 3 3 2 1 31 KT
22 4 4 3 3 3 3 2 3 3 2 2 32 KT
23 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 33 KT
24 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 33 KT
25 4 4 3 3 3 3 2 3 3 2 1 31 KT
26 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 1 32 KT
27 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 1 32 KT
28 4 4 3 2 2 3 2 3 3 2 1 29 KT
29 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 1 32 KT
30 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 1 32 KT
Jumlah 120 120 90 88 86 90 81 90 90 60 35 950
Rata-rata 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 1 32 KT
Keterangan :
KT = Kesejahteraan Tinggi
KS = Kesejahteraan Sedang
KR = Kesejahteraan Rendah
1. Tingkat kesejahteraan tinggi, jika mencapai skor = 27 – 35
2. Tingkat kesejahteraan sedang, jika mencapai skor = 19 – 26
3. Tingkat kesejahteraan rendah, jika mencapai skor = 11 – 18

113
Lampiran 12. Harga Kebutuhan Pokok di Tempat Penelitian Saat Penelitian
Di Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota Madya
Jakarta Selatan, Tahun 2011

No Kebutuhan Harga Satuan Kuantitas Total


1 Beras 8.100 100 Kg 810.000
2 Ikan Asin 12.500 15 Kg 187.500
3 Gula Pasir 9.000 6 Kg 54.000
4 Minyak Goreng 10.000 8 Kg 80.000
5 Garam 2.500 10 Kg 25.000
6 Minyak Tanah 5.000 60 Liter 300.000
7 Sabun 2.500 20 Batang 50.000
8 Tekstil Kasar 15.000 4 Meter 60.000
9 Batik Kasar 20.000 2 Meter 40.000
Total 1.606.500

114
Lampiran 13. Foto-foto Petani Ikan Hias Air Tawar Di Kelurahan Cipedak
Kecamatan Jagakarsa Kota Madya Jakarta Selatan, Tahun
2011

115
Lampiran 14. Peta Kecamatan Jagakarsa Kota Madya Jakarta Selatan,
Tahun 2011

116
Lampiran 15. Identitas Responden (Petani Ikan Hias Air Tawar Di Kelurahan Cipedak Kecamatan Jagakarsa Kota Madya
Jakarta Selatan, Tahun 2011)

Jenis Luas
Umur Jumlah Pengalaman
No Nama kelami Tingkat pendidikan lahan Dibagi dalam kolam
(tahun) tanggungan (tahun)
n (m2)
 Kolam tanah = 3 buah
1 A. Irwansyah L 38 D3 5 17 1000
 Bak semen = 30 buah
 Kolam tanah = 3 buah
2 H. Ahmad Sufyan L 58 S1 Apoteker 3 36 800
 Bak semen = 12 buah
 Kolam tanah = 3 buah
3 Abdullah L 37 SLTA 5 19 1000
 Bak semen = 15 buah
 Kolam tanah = 2 buah
4 Sunandi H.M L 46 S1 Agama 6 24 500
 Bak semen = 15 buah
 Kolam tanah = 3 buah
5 Muftihadi L 46 S1 Pendidikan 4 24 1000
 Bak semen = 25 buah
Eko Sulasno  Kolam tanah = 2 buah
6 P 31 SMK 4 13 500
(Sumiati)  Bak semen = tidak ada
Agus Widodo  Kolam tanah = 2 buah
7 P 36 S1 4 14 1000
(Lusianah M)  Bak semen = tidak ada
 Kolam tanah = 3 buah
8 Ali Wahyudi L 35 SLTA 3 17 1000
 Bak semen = 20 buah
 Kolam tanah = 2 buah
Ramdhani
9 P 33 SLTA 5 15 1000  Bak semen = 20 buah
(Hafikah)

 Kolam tanah = 3 buah
10 Ita Supandi L 30 D3 5 9 1000
 Bak semen = 20 buah
 Kolam tanah = tidak ada
11 Mas’ud L 44 SLTA 4 26 1000
 Bak semen = 18 buah
12 A. Nurzaman L 42 SLTA 4 24 1000  Kolam tanah = 3 buah

117
 Bak semen = 12 buah
 Kolam tanah = 3 buah
13 Iwan Kurniawan L 39 SLTA 4 21 1000
 Bak semen = 24 buah
 Kolam tanah = 6 buah
14 Achmad Mitjang L 70 SD 4 58 700
 Bak semen = 11 buah
 Kolam tanah = 1 buah
15 Sumantri L 32 SD 5 20 500
 Bak semen = 15 buah
 Kolam tanah = 3 buah
16 Abdul Rahman L 69 SR 3 57 1000
 Bak semen = 27 buah
 Kolam tanah = 4 buah
17 Marulloh L 33 SLTA 5 15 1000
 Bak semen = tidak ada
 Kolam tanah = 1 buah
18 M. Soheh L 67 SD 4 55 1000
 Bak semen = 75 buah
 Kolam tanah = 2 buah
19 Lilik Siswoko L 42 SLTA 6 24 500
 Bak semen = 20 buah
 Kolam tanah = 4 buah
20 M. Dayat L 75 SD 7 63 1000
 Bak semen = 40 buah
 Kolam tanah = 3 buah
21 Batawati Soeharno L 46 S1 3 24 500
 Bak semen = 7 buah
 Kolam tanah = 1 buah
22 Djamaluddin L 33 S1 4 11 500
 Bak semen = 20 buah
 Kolam tanah = 3 buah
23 Romdoni L 41 S1 3 19 1000
 Bak semen = 30 buah
 Kolam tanah = 1 buah
24 Saipunnizar L 30 S1 5 8 500
 Bak semen = 20 buah
 Kolam tanah = tidak ada
25 Fathul Khozim L 31 SLTA 6 13 500
 Bak semen = 15 buah
 Kolam tanah = 1 buah
26 Imron L 41 SLTA 5 23 1000
 Bak semen = 105 buah
27 Sariman L 53 SD 4 41 500  Kolam tanah = 2 buah
118
 Bak semen = 7 buah
 Kolam tanah = 3 buah
28 Ahmad Wildan L 44 D3 4 23 500
 Bak semen = 10 buah
 Kolam tanah = 4 buah
29 Boedy Loegiyantoro L 51 SLTA 4 33 1000
 Bak semen = 5 buah
 Kolam tanah = 2 buah
30 Ahmad Sanif (Purwati) P 37 SLTA 4 19 900
 Bak semen = 2 buah

119
120

You might also like