You are on page 1of 10

Accelerat ing t he world's research.

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas


Dalam dengan Terapi Hipnotis Lima
Jari Terhadap Kecemasan Pre
Operatif
Jek A M I D O S Pardede
Jurnal Kesehatan Jiwa

Cite this paper Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Aromat erapi
Bimo Gant eng

PENGARUH PENGGUNAAN SMS DAN T ELPON PENGINGAT T ERHADAP KEPAT UHAN PASIEN MINUM OBA…
Domianus Namuwali

BAB II T INJAUAN PUSTAKA kecemasan pre operasi


Lunglung Kocak
Jurnal Kesehatan Jiwa, 2018 Vol 1 No 10

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dengan Terapi


Hipnotis Lima Jari Terhadap Kecemasan Pre Operatif

Jek Amidos Pardede1


Selamat Febry Andrea Sitepu2
Masri Saragih3

Program Studi Ners, Universitas Sari Mutiara Indonesia


Correspondence: *jekpardedemi@rocketmail.com

ABSTRAK
Pre operatif merupakan tahapan awal untuk mempersiapkan pasien semaksimal mungkin, lebih
dari dua pertiga pasien yang menunggu operasi mengalami kecemasan. Akibat dari kecemasan
pasien pre operasi yang sangat hebat maka ada kemungkinan operasi tidak bisa dilaksanakan.
Cara mengatasi kecemasan yaitu dengan cara tehnik relaksasi nafas dalam dan terapi hipnotis
lima jari. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh teknik relaksasi nafas dalam dengan
terapi hipnotis lima jari terhadap kecemasan pasien pre operatif di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane
Kota TebingTinggi. Penelitian ini menggunakan quasy experiment dengan rancangan One-
Group pre and post test design. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 40 pasien per bulan
dengan sampel pada penelitian ini sebanyak 31 responden dan teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah Purposive Sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner.
Berdasarkan hasil peneltian tingkat kecemasan responden sebelum dilakukan teknik relaksasi
nafas dalam dengan terapi hipnotis lima jari, cemas ringan (16,1%), cemas sedang (61,3%), dan
cemas berat (22,6%). Setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam dengan terapi hipnotis lima
jari, cemas ringan (83,9%) dan cemas sedang (16,1%). Uji yang digunakan pada penelitian ini
dengan menggunakan uji wilcoxon. Hasil uji wilcoxon dengan nilai z = -4,107. Ada pengaruh
teknik relaksasi nafas dalam dengan terapi hipnotis lima jari dan ada pengaruh signifikan teknik
relaksasi nafas dalam dengan terapi hipnotis lima jari terhadap kecemasan pasien pre operatif di
RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi dengan nilai p value = 0,000 (p <0,1).
Penelitian ini dapat digunakan oleh pasien pre operatif dalam mengatasi kecemasan yang
dialami.

Kata Kunci : Teknik relaksasi nafas dalam, terapi hipnotis lima jari, kecemasan, pre operatif.
Jurnal Kesehatan Jiwa, 2018 Vol 1 No 10

PENDAHULUAN
Pre operatif merupakan tahapan awal untuk mempersiapkan pasien semaksimal mungkin agar bisa di
operasi dengan baik, pemulihan dengan cepat serta terbebas dari komplikasi pasca operatif. Kesuksesan
tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Tindakan pembedahan
merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan
reaksi stres fisiologis maupun psikologis. Tindakan pembedahan sarat dengan ketegangan. Pasien yang
akan mengalami pembedahan umumnya disertai. Menurut Hulu & Pardede (2016). Kecemasan pada
masa pre operatif karena beranggapan tindakan operasi merupakan hal yang menakutkan.

Menurut Efendy (2008, dalam Gea 2014) dalam keadaan cemas, tubuh akan memproduksi hormon
kortisol secara berlebihan yang akan berakibat meningkatkan tekanan darah, dada sesak, serta emosi
tidak stabil. Akibat dari kecemasan pasien pre operasi yang sangat hebat maka ada kemungkinan operasi
tidak bisa dilaksanakan, karena pada pasien yang mengalami kecemasan sebelum operasi akan muncul
kelainan seperti tekanan darah yang meningkatsehingga apabila tetap dilakukan operasi akan
mengakibatkan kesulitan dalam menghentikan perdarahan, dan bahkan setelah operasi pun akan
mengganggu proses penyembuhan. Pada tahun 2011 terdapat 50 dari 700 pasien yang batal dioperasi
dikarenakan faktor psikologis yakni kecemasan diInstalasi Bedah Sentral, BLU RSU Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado (Sasube, 2012 dalam Budikasi et al, 2015).

Lebih dari dua pertiga pasien yang menunggu operasi mengalami kecemasan. Tingkat kecemasan
pada masing-masing pasien tergantung pada pengalaman yang dipengaruhi oleh beberapa banyak faktor.
Beberapa tingkat kecemasan terjadi sebagai reaksi alami yang tidak dapat diperkirakan, terutama pada
pasien pre operatif, khususnya pada pasien yang untuk pertama kali mengalami operasi. Kecemasan pre
operasi yang berlebihan dapat menimbulkan respon patofisiologis yang meliputi takikardia, hipertensi,
aritmia, dan nyeri hebat dapat menetap hingga periode post operasi (Ariati, 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Apriansyah, et al (2014) di Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang tentang hubungan antara tingkat kecemasan pasien pre operatif dengan derajat nyeri post
operatif menunjukan responden pre operatif yang mengalami kecemasan kategori sedang dan berat
berjumlah 23 responden (50%) dari total 46 responden yang diteliti sedangkan responden yang
mengalami kecemasan kategori ringan dengan keluhan nyeri berjumlah 10 responden (21,7%).

Salah satucara mengatasi kecemasan yaitu dengan cara tehnik relaksasi nafas dalam dan hipnotis lima
jari.Beberapa manfaat dari tehnik nafas dalamadalah manfaat psikologis meredakan stres merupakan
salah satu cara untuk membuat tubuh rileks dengan berkonsentrasi pada pernafasan. Bernafas dalam
dapat membantu mengurangi keparahan dan frekuensi ketegangan sakit kepala yang berhubungan
dengan stres, memperlambat denyut jantung, tekanan darah rendah dan mengurangi kelelahan. Dari data
yang diperoleh dari catatan medik, pasien yang di operasi mayor mulai bulan Januari – Desember 2015
berjumlah 483 pasien dengan 5 penyakit terbanyak yang dioperasi seperti neoplasma uterus, batu saluran
kencing, sectio, appendiksitis dan hernia.Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis pada 10 orang
pasien dimana mengatakan 6 orang pasien mengatakan cemas dan takut saat akan menghadapi operasi
dan hasil observasi 4 orang pasien tangan gemetar, sulit berfikir dan akral dingin pasien hal ini
mempengaruhi pasien yang akan menghadapi operasi.Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada Pengaruh Tehnik Relaksasi Nafas
Dalam Dengan Terapi Hipnotis Lima Jari Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operatif.
Jurnal Kesehatan Jiwa, 2018 Vol 1 No 10

Tujuan umum dari penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui pengaruh tehnik relaksasi nafas
dalam dengan terapi hipnotis lima jari terhadap kecemasan pasien pre operatif. Manfaat penelitian ini
diharapkan bagi perawat di ruang rawat bedah dapat memberikan teknik relaksasi nafas dalam dengan
terapi hipnotis lima jari pada pasien pre operatif yang mengalami kecemasan.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah quasi eksperiment with pre test and post test withone group yang bertujuan
untuk mengetahui pengaruh tehnik relaksasi nafas dalam dan hipnotis lima jari terhadap perubahan
kecemasan pasien pre operatif. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien pre operatif mayor di RSUD
Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi yang diperkirakan berjumlah 40 pasien per bulan dengan 5
penyakit terbanyak yang dioperasi seperti neoplasma uterus, batu saluran kencing, sectio, appendiksitis
dan hernia.Adapun pengambilan sampel dalam penelitian adalah pasien pre operatif mayor. Dari jumlah
rata-rata pasien yang di operasi perbulan sebanyak 40 orang, teknik pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah purposive sampling yang metode penetapan sampel dengan memilih
beberapa sampel tertentu yang dinilai sesuai dengan tujuan penelitian dalam sebuah populasi.

Kriteria sampel pada penelitian ini adalah seluruh pasien pre operatif yang memenuhi kriteria inklusi
sebagai berikut :Pasien yang belum pernah memiliki pengalaman operasi sebelumnya, Pasien yang akan
melakukan operasi jenis mayor. Pasien dapat berkomunikasi dengan baik satu hari sebelum operasi
Dalam banyak keadaan peneliti telah mengantisipasi kemungkinan subjek terpilih yang drop out, loss to
followup, atau subjek yang tidak taat. Bila dari awal telah ditetapkan bahwa kelompok subjek tersebut
tidak akan dianalisis, maka perlu dilakukan koreksi terhadap besar sampel yang dihitung, dengan
menambahkan jumlah subjek agar besar sampel tetap terpenuhi. Uji statistic yang digunakan uji Wilxocon
dengan nilai p < 0,1 = p< 0,1

HASIL PENELITIAN

Tabel 1
Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden

Karakteristik n %
Responden
Usia
18 – 32 Tahun 13 6,5
33 – 47 Tahun 10 32,3
48 – 60 Tahun 8 61,3
Jenis Kelamin
Laki-laki 11 61,3
Perempuan 20 38,7

Pendidikan
SD 6 19,4
SMP 11 35,5
SMA 10 32,3
S1 4 12,9
Suku
Batak Toba 7 22,6
Jurnal Kesehatan Jiwa, 2018 Vol 1 No 10

Simalungun 14 45,2
Jawa 10 32,3
Pekerjaan
Ibu rumah tangga 3 9,7
Petani 9 29,0
Wiraswasta 9 29,0
PNS 3 9,7
Lain Lain 7 22,6
Status pernikahan
Belum menikah 9 22,6
Menikah 17 67,7
Janda/duda 5 9,7
Pembiayaan
Asuransi 15 48,4
Umum 16 51,6

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat berdasarkan kelompok umur responden mayoritas berada pada
rentang umur 18 – 32 tahun sebanyak 61,3%, pada jenis kelamin responden mayoritas perempuan
sebanyak 64,5%, pada tingkat pendidikan responden mayoritasberada pada tingkat SMP sebanyak
35,5%, suku responden mayoritas berada pada suku simalungun 45,2, pekerjaan responden mayoritas
petani yakni masing-masing 35,5%, pada status pernikahan responden mayoritas menikah yang
berjumlah 54,8% dan status pembiayaan responden mayoritas asuransi yakni 54,8 %

Tabel 2
Persentase Frekuensi dan Persentase Kecemasan Pasien Pre Operatif
Sebelum Diberikan Intervensi

Kecemasan pasien pre n %


operatif
Ringan 5 16,1
Sedang 19 61,3
Berat 7 22,6

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa kecemasan pasien pre operatif mayoritas sedang yaitu
61,3%.

Tabel 3
Distribusi Frekuensi dan Presentase Kecemasan Pasien Pre Operatif
Setelah Diberikan Intervensi

Kecemasan pasien pre n %


operatif
Ringan 26 83,9
Sedang 5 16,1
Jurnal Kesehatan Jiwa, 2018 Vol 1 No 10

Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa kecemasan pasien pre operatif setelah diberikan
teknik nafas dalam dengan hipnotis lima jari mayoritas ringan yaitu 83,9%.

Tabel 4
Kecemasan Pasien Pre Operatif Sebelum dan Setelah Diberikan Teknik Relaksasi Nafas Dalam dengan
Terapi Hipnotis Lima Jari

Kecemasan
Responden Ringan Sedang Berat P value Z

n % n % n % 0,000 -4,107
Sebelum 5 16,1 19 61,3 7 22,6
Setelah 2 83,9 5 16,1 0 0
6

Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa setelah diberikan teknik nafas dalam dengan terapi
hipnotis lima jari, 22,6% responden pada kecemasan berat berubah menjadi kecemasan sedang 16,1%,
61,3% responden pada kecemasan sedang berubah menjadi kecemasan ringan 83,9%. Hasil uji
wilcoxon, ada pengaruh signifikan teknik relaksasi nafas dalam dengan terapi hipnotis lima jari terhadap
kecemasan pasien pre operatif di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi dengan nilai p value
= 0,000 (p <0,1).

PEMBAHASAN
Kecemasan Sebelum Diberikan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dengan Terapi Hipnotis Lima Jari
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil ukur kecemasan responden sebelum diberikan
teknik relaksasi nafas dalam dengan terapi hipnotis lima jari dengan menggunakan kuesioner, mayoritas
kecemasan sedang yaitu 61,3%. Respon paling umum pada pasien pre-operatif salah satunya adalah
respon psikologi (kecemasan), secara mental penderita yang akan menghadapi pembedahan harus
dipersiapkan karena selalu ada rasa cemas dan takut terhadap penyuntikan, nyeri luka, anesthesia,
bahkan terdapat kemungkinan cacat atau mati (Apriansyah, Romadani, dan Andrianovita, 2014).

Kecemasan merupakan suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang


menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa
tidak aman. Perasaan yang tidak menyenangkan umumnya menimbulkan gejala-gejala fisiologis
(seperti gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-lain) dan gejala psikologis (seperti
panik, tegang, bingung, tak dapat berkonsentrasi, dan sebagainya). Menurut Smeltzer (2006, dalam
Maryunani, 2014 ) menambahkan, ada beberapa hal hal yang menyebabkan kecemasan yaitu yang
berasal dari faktor eksternal (lingkungan , takut dengan operasi , takut dengan anestesi) dan faktor
internal (umur, jenis kelamin, pengetahuan, pendidikan, dan pekerjaan). Berdasarkan kateristik
responden pada penelitian ini, usia responden mayoritas > 31 tahun (61,3%). Usia responden
merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan. Menurut Kaplan dan Sadock (2007, dalam
Fetty, 2013), kecemasan dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa. Sebagian
besar kecemasan terjadi pada umur 21 – 45 tahun. Jenis Kelamin responden mayoritas perempuan
64,5 %.
Jurnal Kesehatan Jiwa, 2018 Vol 1 No 10

Menurut Prasetyo (2010), kecemasan dapat dialami oleh setiap individu dan dan wanita yang
mengalami kecemasan dua kali lipat dari pria. Tingkat pendidikan responden pada penelitian ini
mayoritas SMP 35,5%. Jadi, rata-rata responden pada penelitian ini sudah dapat mengerti dan mudah
menanggapi informasi yang disampaikan peneliti. Menurut Stuart & Sundeen (2006, dalam Fetty, 2013),
pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat
pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan semakin mudah dalam menangkap informasi
yang disampaikan.

Menurut asumsi peneliti, rata-rata individu yang akan menjalani operasi atau pembedahan
mengalami kecemasan, baik cemas ringan, cemas sedang, hingga cemas berat tergantung respon
individu itu sendiri. Pasien pre operatif mayoritas mengalami kecemasan sedang, kecemasan yang
dialami pasien pre operatif sesuai dengan pernyataan yang ada, dimana kebanyakan responden
merasa khawatir berlebihan, disertai rasa takut dan tampak gelisah karena akan dioperasi. Hal ini
merupakan hal yang sering terjadi bagi setiap individu yang akan menjalani operasi karena mempunyai
persepsi bahwa operasi adalah hal yang mengancam dan menakutkan.

Kecemasan Setelah Diberikan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dengan Terapi Hipnotis Lima Jari
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil ukur kecemasan responden setelah diberikan teknik
relaksasi nafas dalam dengan terapi hipnotis lima jari dengan menggunakan kuesioner, mayoritas
kecemasan ringan yaitu 83,9%. Relaksasi nafas dalam merupakan kebebasan mental dan fisik dari
ketegangan dan stress, karena dapat mengubah persepsi kognitif dan motivasi afektif pasien. Teknik
relaksasi membuat pasien dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik
dan emosi pada nyeri. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam sangat
efektif dalam menurunkan kecemasan dan nyeri pasca operasi (Brunner &Suddart, 2001 dalam Gea,
2014).

Penelitian Gea (2014), menunjukkan bahwa Sebelum di berikannya relaksasi nafas dalam rata-
rata tingkat kecemasan responden berada pada kategori cemas sedang dengan persentase 70 %,
setelah diberikannya relaksasi nafas dalam rata-rata tingkat kecemasan responden berada pada
kategori cemas ringan dengan persentase 70 %. Hasil uji statistik menunjukan nilai p-value pada
penelitian adalah 0. 000 lebih kecil dari nilai alpha (0.05), artinya ada pengaruh yang signifikan antara
pemberian relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi.

Rangsangan imajinasi berupa hal-hal yang disukai akan membuat rileks kemudian rangsangan
tersebut dijalankan ke batang otak menuju sensor thalamus untuk diformat. Sebagian kecil rangsangan
itu ditransmisikan ke amiglada dan hipokampus sekitarnya dan sebagian besar lagi dikirim ke korteks
serebri. Di korteks serebri terjadi proses asosiasi pengindraan, di hipotalamus hal-hal yang disukai
dianggap sebagai siyal penting oleh hipokampus sehingga diproses menjadi memori. Ketika terdapat
rangsangan berupa bayangan tentang hal-hal yang disukai tersebut, memori yang telah tersimpan akan
muncul kembali dan menimbulkan suatu persepsi. Dari hipokampus rangsangan yang telah mempunyai
makna dikirim ke amiglada yang akan membentuk pola respon perilaku yang sesuai dengan makna
rangsangan yang diterima (Guyton and Hall, 2007 dalam Ariati 2012).

Penelitian Loriana (2009, dalam Ariati 2012), menunjukkan bahwa tingkat kecemasan pasien
pre operasi Apendiktomi berada pada tingkat kecemasan ringan sampai sedang. Tingkat kecemasan
pre operasi dengan cemas ringan sebanyak 50% dan cemas sedang 50% dan setelah dilakukan terapi
Jurnal Kesehatan Jiwa, 2018 Vol 1 No 10

hipnotis lima jari tingkat kecemasan dengan cemas ringan sebanyak 70% dan cemas sedang sebanyak
10%. Menurut asumsi peneliti, setelah diberikan teknik relaksasi nafas dalam dengan hipnotis lima jari,
kecemasan responden mengalami perubahan dari mayoritas cemas sedang menjadi mayoritas cemas
ringan. Teknik relaksasi nafas dalam dengan terapi hipnotis lima jari dapat menghilangkan ketegangan
otot-otot tubuh maupun pikiran dengan bayangan yang menyenangkan dan dapat dinikmati sehingga
memberikan rasa nyaman kepada responden. Dengan demikian, teknik relaksasi nafas dalam
denganterapi hipnotis lima jari mampu menurunkan kecemasan responden

Kecemasan Sebelum Dan Sesudah Diberikan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dengan Terapi
Hipnotis Lima Jari Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operatif
Hasil uji wilcoxon, ada pengaruh signifikan teknik relaksasi nafas dalam dengan terapi hipnotis
lima jari terhadap kecemasan pasien pre operatif di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi
dengan nilai p value = 0,000 (p <0,1). Dari hasil penelitian ini bahwa setelah diberikan teknik relaksasi
nafas dalam dengan terapi hipnotis lima jari, 22,6% responden pada kecemasan berat berubah menjadi
kecemasan sedang 16,1%, 61,3% responden pada kecemasan sedang berubah menjadi kecemasan
ringan 83,9%.

Dengan melakukan nafas dalam secaraperlahan, tubuh akan menjadi lebih rileks. Perasaan
rileks akan diteruskan ke hipotalamus untuk menghasilkan Corticotropin Releasing Factor (CRF) dan
selanjutnya merangsang kelenjar pituitary untuk meningkatkan produksi Proopioidmelanocortin (POMC)
sehingga produksi enkephalin oleh medulla adrenal meningkat dan juga menghasilkan endorphin
neurotransmitter yang membuat rileks (Guyton and Hall, 2007 dalam Ariati 2012). Penelitian Gea
(2014), menunjukkan bahwa Sebelum di berikannya relaksasi nafas dalam rata-rata tingkat kecemasan
responden berada pada kategori cemas sedang dengan persentase 70 %, setelah diberikannya
relaksasi nafas dalam rata-rata tingkat kecemasan responden berada pada kategori cemas ringan
dengan persentase 70 %. Hasil uji statistik menunjukan nilai p-value pada penelitian adalah 0,000 lebih
kecil dari nilai alpha (0,05), artinya ada pengaruh yang signifikan antara pemberian relaksasi nafas
dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi.

Terapi hipnotis lima jarimerupakan suatu cara relaksasi yang menggunakan kekuatan pikiran.
Teknik ini dimulai dengan proses relaksasi pada umunya yaitu meminta kepada klien untuk perlahan-
lahan menutup matanya dan menarik napas dalam dan perlahan untuk menimbulkan relaksasi.
Kemudian pasien didorong untuk relaksasi mengosongkan pikiran, sehingga pikiran-pikiran yang
sedang dipikirkan untuk sementara dihilangkan dan pasien dapat fokus terhadap bayangan yang
mereka pikirkan, dan mulailah pasien untuk memenuhi pikiran dengan bayangan yang menyenangkan
dan dapat dinikmati (Smeltzer and Bare, 2002 dalam Ariati 2012). Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Banon, Dalami dan Noorkasiani (2014), tentang pengaruh terapi hipnotis
lima jari terhadap penurunan kecemasan pasien hipertensi yang mendapatkan hasil bahwa ada
pengaruh terapi hipnotis lima jari terhadap perubahan kecemasan pada pasien hipertensi dengan nilai
p-value0,019 (<0,05). Penelitian Ariati (2012) menunjukkan hasil yang sama tentang pengaruh teknik
hipnotis lima jari terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi apendiktomi di RSU
Sawerigading Palopo yang mendapatkan hasil bahwa ada pengaruh teknik hipnotis lima jari terhadap
penurunan tingkat kecemasan dengan nilai p value 0,001 (<0,05).

Asumsi peneliti, teknik relaksasi nafas dalam dengan terapi hipnotis lima jari sangat membantu
menurunkan kecemasan pada responden yang akan menjalani tindakan operasi. Namun, beberapa
Jurnal Kesehatan Jiwa, 2018 Vol 1 No 10

faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan terapi ini adalah umur dan kesiapan responden untuk
menerima informasi yang disampaikan.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian mengenai pengaruh teknik relaksasi nafas dalam dengan terapi hipnotis
lima jari terhadap kecemasan pasien pre operatif dapat disimpulkan: Sebelum dilakukan teknik relaksasi
nafas dalam dengan terapi hipnotis lima jari pada pasien pre operatif mayoritas kecemasan sedang,
Setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam dengan terapi hipnotis lima jari pada pasien pre operatif
mayoritas kecemasan ringan. Dan ada pengaruh yang signifikan teknik relaksasi nafas dalam dengan
terapi hipnotis lima jari terhadap kecemasan pasien pre operatif dengan nilai p value = 0,000 (p< 0,1)
dengan nilai z = -4,107 yang berarti kuat pengaruh teknik relaksasi nafas dalam dengan terapi hipnotis
lima jari.

DAFTAR PUSTAKA
Apriansyah, A., Romadoni, S., & Andrianovita, D. (2015). Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Pre-
Operasi dengan Derajat Nyeri Pada Pasien Post Sectio Caesarea di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang Tahun 2014. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, 2(1), 1-7.

Ariati, D. (2012). Pengaruh teknik relaksasi lima jari terhadap penurunan tingkat kecemasan pada
pasien preoperasi apendiktomi di rumah sakit umum sawerigading palopo. Skripsi dipublikan.

Astuti, H.T. (2015). Pengaruh pemberian terapi relaksasi progresif terhadap tingkat kecemasan pasien
pre operasi di RSU pku Muhammadiyah Bantul. Skripsi dipublikan

Banon, E., & Dalami, E. (2014). Noorkasiani. Efektivitas Terapi Hipnotis Lima Jari Untuk Menurunkan
Tingkat Ansietas Pasien Hipertensi.

Budikasi, F. I. E., Mulyadi, N., & Malara, R. (2015). Hubungan Pemberian Informed Consent Dengan
Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi Kategori Status Fisik I-ii Emergency American Society
of Anesthesiologists (Asa) Di Instalasi Gawat Darurat Rsup Prof. Dr. RD Kandou Manado.
Jurnal Keperawatan, 3(2).

Fetty, I (2013). Hubungan Pemberian Informasi Perawat Dengan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi
Mastektomi Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013. Skripsi. Universitas Sari Mutiara
Indonesia Medan.

Gea. N.K. (2014). Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien
Pre Operasi di RSUD Kota Bekasi.SkripsiJakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra
Indonesia

Gulo, R. S., & Pardede, J. A. (2019). Stres Kerja Dengan Self Care Perawat Di Rumah Sakit Umum Sari
Mutiara Medan. Jurnal Keperawatan Jiwa, 2(3).

Hulu, E. K., & Pardede, J. A. (2016). Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre
Operatif Di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan. Jurnal Keperawatan, 2(1).
Jurnal Kesehatan Jiwa, 2018 Vol 1 No 10

Maryunani, A. (2014). Asuhan Keperawatan Perioperatif-Pre Operasi. Jakarta. Trans Info Media.

Pardede, J. A. (2017). The Implementation of Family Tasks with The Frequency of Recurrence of Social
Isolation Patients. Mental Health, 4(2).

Prasetyono. (2007). Asuhan Keperawatan Pre dan Post Operasi. Jakarta : Salemba Medika

Wau, E. T., Pardede, J. A., & Simamora, M. (2018). Tingkat Stres Berhubungan dengan Kejadian
Gastritis pada Remaja. Mental Health, 4(2).

You might also like