Professional Documents
Culture Documents
(The Relation Between Knowledge Of Nurse About Early Mobilization With Early
Mobilization Action At Patient of Post Operation)
ABSTRACT
Early Mobilization is an effort to maintain independent more early by guiding the
patient to maintain physiological function, however they are many afraid to move after
surgery, though early mobilization is uppermost factor in quickening to cure of post
surgery and can prevent surgical complication. Knowledge and execution in giving nursing
mobilization upbringing very early needed in processing dignification and prevention of
complication after surgery. This research aim to know that there is relation between
knowledge of nursing about early mobilization with early mobilization action at patient
post operation or not. The desain research is used correlation method cross sectional
approach, the population of this research is laboring nursing in Dahlia Room Hospital of
HVA Toeloengredjo Pare that here amount 13 responden have saturate sampling
technique so that obtained 13 sample responden. The result of research knowledge of nurse
about early mobilization almost knowledgeable entirely goodness (77%), while execution
of early mobilization action at post operation patient almost precisely (77%). Pursuant to
statistical test of Spearman'S Rank obtained coefficient correlation coefficient of r = 0,595
and in signifikan level p = 0,032. The result of relation degree have known by there are
relation which is substansial between level knowledge of nursing about early mobilization
with execution of early mobilization action at patient of post operation for that. The nurse
expected to skill in early mobilization become more precise again.
dini karena hal tersebut ternyata tidak mengalami suatu komplikasi yang
mempercepat kepulihan fungsional tidak diinginkan (Ichanner’s, 2009).
penderita, tanpa berakibat buruk terhadap Adalah tugas bersama, antara
jantungnya. Para ahli penyakit paru, dokter, terapis dan perawat, untuk
kecuali untuk keadaan–keadaan serius, mencegah terjadinya komplikasi yang
tidak pernah lagi memprogram “banyak amat merugikan tersebut. Dengan
istirahat” kepada penderita TBC paru, kemajuan teknologi dewasa ini, kurang
karena ternyata penderita yang aktif lebih 50% dari semua keadaan cacat
(ambulasi) menunjukkan perbaikan yang sekunder (Cacat akibat immobilisasi atau
lebih cepat, yang dibuktikan dari x-foto pembatasan sabagai bagian dari
parunya. Malah untuk penderita hepatitis pengobatan penderita atau akibat kelalaian
infeksiosa muda, dilaporkan oleh Resphar perawatan) dapat dicegah. Pencegahan
dan Freebern (1969) yang diprogram keadaan cacat bukan hal yang baru dan
ambulasi dan melakukan latihan berat merupakan tanggung jawab dari semua
lebih dini, tidak menunjukkan komplikasi petugas dibidang kesehatan, bahkan juga
yang merugikan (Thamrin Syam, 1999, mereka yang bertugas diluar bidang
hal: 27) kesehatan (Thamrin Syam, 1999, hal: 6)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Perawat merupakan ujung tombak dalam
Steven Y. Wei M.D, dan kawan–kawan pelayanan kesehatan kepada klien. Peran
pada tahun 2001 tentang perlakuan pasien perawat sangat penting dan menentukan
dengan melakukan mobilisasi dan tidak untuk peningkatan mutu pelayanan
melakukan mobilisasi post operasi fraktur kesehatan di rumah sakit. Pelayanan
kalkaneus, didapatkan dua kelompok keperawatan merupakan 40-60%
pasien yaitu group A sebanyak 18 orang, pelayanan di rumah sakit (Ichanner’s,
16 orang melakukan mobilisasi dini 2009). Mobilisasi dini yang dapat
setelah pembedahan dan group B dilaksanakan oleh perawat meliputi ROM
sebanyak 10 orang, 8 orang tidak (Range Of Motion), napas dalam dan juga
melakukan mobilisasi dini setelah batuk efektif yang penting untuk
pembedahan. Ternyata mobilisasi dini mengaktifkan kembali fungsi
salah satunya berpengaruh terhadap masa nueromuskular dan mengeluarkan sekret
pulih pasien dan masa rawat inap, ini dan lendir (Unej, 2009)
dibuktikan dengan rata–rata lama rawat Bagaimanakah Hubungan Tingkat
inap untuk group A yaitu 8,2 hari setelah Pengetahuan Perawat Tentang Mobilisasi
pembedahan dan group B 38,7 hari setelah Dini Dengan Pelaksanaan Tindakan
pembedahan (Steven, 2001) Mobilisasi Dini Pada Pasien Post Operasi
Mobilisasi sangat penting dalam Di Ruang Dahlia Rumah Sakit HVA
percepatan hari rawat dan mengurangi Toeloengredjo Pare
resiko-resiko karena tirah baring lama Penelitian ini bertujuan untuk
seperti terjadinya dekubitus, kekakuan mengetahui hubungan tingkat
atau penegangan otot-otot di seluruh pengetahuan perawat tentang mobilisasi
tubuh dan sirkulasi darah dan pernapasan dini dengan pelaksanaan tindakan
terganggu, juga adanya gangguan mobilisasi dini pada pasien post operasi.
peristaltik maupun berkemih. Sering kali
dengan keluhan nyeri di daerah operasi Metode Penelitian
klien tidak mau melakukan mobilisasi Desain penelitian yang digunakan
ataupun dengan alasan takut jahitan lepas dalam penelitian ini adalah korelasi cross
klien tidak berani merubah posisi. sectional. Populasi dalam penelitian ini
Disinilah peran perawat sebagai edukator adalah seluruh perawat ruang dahlia
dan motivator kepada klien sehingga klien Rumah Sakit HVA Toeloengredjo Pare
yang berjumlah 13 orang. Dalam
(wikipedia, 2009) Pengetahuan dan mobilisasi dini. Hal ini dipengaruhi oleh
pengalaman dalam bekerja dapat membuat pengetahuan dan pengalaman yang baik
seseorang menjadi terampil karena
tindakan tersebut sering dilakukan secara Saran
berulang dan secara terus menerus 1. Bagi Profesi Keperawatan
(Sembel, 2007). Dengan mempunyai Diharapkan dapat mempertahankan
pengetahuan seseorang akan semakin pelaksanaan tindakan mobilisasi dini post
mampu dalam menangani dan operasi dan bila perlu ditingkatkan dengan
memecahkan suatu permasalahan yang berkolaborasi bersama tenaga kesehatan
kompleks, dimana seseorang tersebut akan lainnya.
mencoba mempraktekkan materi yang 2. Bagi Peneliti Selanjutnya
telah diterima. Dengan sering mengulangi Penelitian ini dijadikan sebagai bahan
secara teratur dan konsisten dapat timbul untuk penelitian selanjutnya tentang faktor
suatu keterampilan baru yang menjadikan – faktor apa yang mempengaruhi perawat
seseorang itu terampil. Sehingga semakin dalam memobilisasi pasien post operasi.
banyak seseorang mempunyai 3. Bagi Responden atau perawat
pengetahuan serta sering dilatih secara Perlu lebih meningkatkan lagi
berulang dan terus menerus akan keterampilannya secara optimal dalam
menjadikan pelaksanaan tindakan yang merawat pasien post operasi agar dapat
tepat. memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif kepada pasien.
Kesimpulan
1. Tingkat Pengetahuan Perawat Daftar Pustaka
tentang Mobilisasi Dini Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur
Tingkat pengetahuan perawat tentang Penelitian Suatu Pendekatan
mobilisasi dini hampir seluruh responden Praktek Edisi 4. Jakarta : PT.
(77%) berpengetahuan baik, hal ini Rineka Cipta
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, usia,
dan pengalaman. Bruner, Sudarth. 2005. Buku Ajar Medical
2. Pelaksanaan Tindakan Mobilisasi Bedah Volume I. Jakarta : EGC.
Dini Pada Pasien Post Operasi
Pelaksanaan tindakan mobilisasi dini Eka Kusmawan. 2008. Pentingnya
pada pasien post operasi oleh perawat Bergerak Pasca Operasi.
yang berkerja di Ruang Dahlia Rumah (http://www.spesialisbedah.com,
Sakit Toeloengredjo Pare hampir diakses 20 Januari 2009).
seluruhnya tepat (77%), hal ini disebabkan
oleh keterampilan yang dimiliki perawat Fefendi. 2008. Peran Perawat
dalam memobiliasi pasien (http://www.indonesiannursing.com,
3. Keterkaitan antara pengetahuan diakses 24 Januari 2009).
dengan tindakan mobilisasi dini
pada pasien post operasi Hamid, Thamrinsyam. 1999. Ilmu
Menunjukkan bahwa terdapat Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
hubungan antara pengetahuan perawat (physiatry) Edisi I. Surabaya : FK.
tentang mobilisasi dini dengan tingkat Unair Press.
signifikasi p value = 0,032 (< 0,05) maka
Ho ditolak dan nilai koefisien korelasi r = Hasan, Iqbal. 2008. Analisis Data
0,595 sehingga menunjukan arah Penelitian dengan Statistik. Jakarta :
hubungan yang substansial antara tingkat PT. Bumi Aksara.
pengetahuan perawat tentang mobilisasi
dini dengan pelaksanaan tindakan
Hidayat, Alimul Aziz. 2008. Riset Sulaiman, Wahid. 2005. Statistik Non-
Keperawatan dan Tehnik Penulisan Parametrik Contoh Kasus Dan
Ilmiah Edisi 2. Jakarta : Salemba Pemecahannya Dengan SPSS.
Medika Yogyakarta: Andi Offset.
Abstract
Action operate or surgery represent is the difficult experience for every patient.
Ugly possibilities might possibly be happened to endanger for patient. Psikososial problem
specially feeling fear and worry always experienced of each and everyone to surgery.
Anxiety is one of natural emotion symptom by everybody in life. This research represent
purposive to know the difference level of the anxiety at patient of pre and post operate.
This research is Comparatif research. The population in pre and post operate with the
amount sample much 62 responder (31 patient of pre and 31 of patient of post operate),
using technique of Purposive Sampling, with the variable mount the anxiety at patient of
pre operate and mount the anxiety at patient of post operate. Method of data collecting
used by kuesioner HARS scale. Result from the research is the value r = 0,170, its meaning
there is difference mount the anxiety at patient of pre and post operate. Expected from this
research become the input for medical energy to more to paying attention to condition of
psychology moment patient will experience the operation and remain to watch it until its
condition return like from the beginning.
Dari tabel 2 diatas dapat ditunjukkan Dari tabel 5 diatas ditunjukkan bahwa
bahwa hampir sebagian responden (44%) lebih dari sebagian responden (52%)
bekerja tani dan (37%) bekerja swasta, mengalami cemas berat. Hampir sebagian
sebagian kecil responden (11%) bekerja responden (29%) mengalami cemas
PNS dan (8%) sebagai pelajar. ringan. Sebagian kecil responden (19%)
mengalami cemas sedang.
Tabel 3 Distribusi frekuensi riwayat
operasi responden di Ruang Tabel 6 Distribusi frekuensi responden
Seruni RSUD Pare tahun 2009 tingkat kecemasan pada pasien
Distribusi Frekuensi Prosentase post op di Ruang Seruni RSUD
Belum 48 77 Pare tahun 2009
pernah Distribusi Frekuensi Prosentase
Pernah 14 23 Cemas ringan 11 35
Jumlah 62 100 Cemas sedang 14 46
Sumber : Hasil tabulasi kuesioner 11 Juni – 25 Cemas berat 6 19
Juli 2009 Jumlah 31 100
Dari tabel 3 diatas dapat ditunjukkan Sumber : Hasil tabulasi kuesioner 11 Juni – 25
sebagian besar responden (77%) belum Juli 2009
pernah operasi dan sebagian kecil Dari tabel 6 diatas ditunjukkan bahwa
responden (23%) pernah operasi. hampir sebagian responden (46%)
mengalami cemas sedang dan (35%)
Tabel 4 Distribusi frekuensi operasi yang mengalami cemas ringan. Sebagian kecil
pernah dilakukan responden di responden (19%) mengalami cemas berat.
Ruang Seruni RSUD Pare tahun
2009 Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada
Distribusi Frekuensi Prosentase Pasien Pre dan Post Op
Satu 11 79 Dari hasil perhitungan Uji Jumlah –
Dua 3 21 Jenjang Wilcoxon (Wilcoxon Rank Sum
Tiga - - Test) didapatkan hasil R = 170. Untuk n 1 =
Empat - -
n 2 = 31 dari tabel nilai R diperoleh R 0,01 =
Jumlah 14 100
Sumber : Hasil tabulasi kuesioner 11 Juni – 25 402 dan R 0,05 = 433. Pada α = 0,01
Juli 2009
ternyata R = 170 < R 0,01 = 402 dimana Ho
Dari tabel 4 diatas dapat ditunjukkan
sebagian besar (79%) pernah operasi satu ditolak yang artinya, ada perbedaan
kali dan sebagian kecil responden (21%) tingkat kecemasan pada pasien pre dan
pernah operasi dua kali. post operasi.
atau rasa takut yang tidak jelas, dan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Post
diperoleh dari keadaan yang menimbulkan Operasi
frustasi, biasanya ditandai dengan Menurut teori, pengalaman seseorang
perasaan gelisah dan khawatir terhadap akan dapat mempengaruhi respon tubuh
sesuatu hal yang terkait dengan keadaan yang dimiliki (A. Aziz, 2004). Semakin
atau situasi. Menurut Stevens P.J.M banyak stressor dan pengalaman yang
(1999), ada beberapa faktor yang dialami dan mampu menghadapi, maka
mempengaruhi terhadap penyakit yaitu semakin baik dalam mengatasinya
berasal dari pribadi (keturunan, sehingga kemampuan adaptifnya akan
pendidikan, umur, lingkungan sosial, semakin baik pula. Kemampuan seseorang
finansial) dan berasal dari sosial kultural untuk belajar dari suatu peristiwa,
serta yang terakhir sifat yang diakibatkan sehingga sesorang tersebut memperoleh
oleh sakit. pengalaman, dimana individu yang
Menurut pandangan perilaku, memperoleh pengalaman lebih banyak
kecemasan merupakan produk frustasi daripada orang lain akan dapat
yaitu segala sesuatu yang mengganggu mempengaruhi proses belajar termasuk
kemampuan individu atau seseorang untuk didalamnya memperhatikan dan
mencapai tujuan yang diinginkan. memahami.
Pengalaman pertama untuk operasi Ancaman terhadap intergritas fisik
mungkin sangat berpengaruh pada seseorang merupakan ketidakmampuan
kejiwaan atau keadaan psikologis fisiologis yang akan terjadi atau
seseorang. Hal ini dapat menjadi satu menurunnya kemampuan untuk
pemicu terjadinya kecemasan yang dalam melakukan aktifitas hidup sehari hari.
hal ini dapat mengakibatkan pasien Ancaman terhadap sistem diri seseorang
kurang dapat mengontrol diri yang dapat membahayakan identitas, harga diri
berakibat pada keadaan psikologisnya, dan fungsi sosial yang terintergrasi
seperti terganggunya kemampuan individu seseorang. Pengalaman seseorang akan
dalam pengontrolan diri atau individu dapat mempengaruhi respon tubuh yang
merasa pesimis akan kesuksesan operasi dimiliki (A. Aziz, 2004). Semakin banyak
yang akan dilaksanakannya dan merasa itu stressor dan pengalaman yang dialami dan
sia – sia. mampu menghadapi, maka semakin baik
Berdasarkan hasil dari penelitian yang pula dalam mengatasinya, sehingga
diperoleh dari responden, dapat ditarik kemampuan adaptifnya akan semakin baik
kesimpulan bahwa pengalaman pertama pula. Dan dari penelitian yang telah
menjalani operasi sangat berpengaruh dilakukan didapatkan tingkat kecemasan
terhadap kejiwaan atau keadaan psikologis yang dialami oleh pasien post operasi
seseorang yang berakibat pada tingkat merupakan tingkat kecemasan sedang.
kecemasan seseorang atau individu
tertentu. Dari total responden yang Perbedaan Tingkat Kecemaan Pada
berjumlah 62 orang didapatkan sebagian Pasien Pre dan Post Op
besar responden (77%) atau 48 orang baru Dari hasil penelitian yang dilakukan,
pertama kali ini menjalani operasi. Hal ini telah diporoleh hasil bahwa adanya
ternyata sangat berpengaruh pada keadaan perbedaan tingkat kecemasan pada pasien
psikologiss pasien yang akhirnya menuju pre dan post operasi. Tingkat kecemasan
pada tingkat kecemasan. Pada penelitian pasien pada fase pre dan post operasi
ini, didapatkan kecemasan pada pasien pre berbeda dalam tingkat kecemasannya,
operasi cenderung tergolong kecemasan mengingat pengalaman pertama menjalani
berat. operasi bisa saja membuat pasien merasa
dirinya terancam. Sangatlah mungkin jika
keadaan ini menjadi salah satu pemicu
(Early detection for the growth of child in 4-6 years old in TK RA AMDADIYAH Doko Kecamatan
Ngasem Kediri with using PEDS method)
Abstract
In early age which in usually a golden age and a criticak period child, it is required to do an
early detection proposed whether there is development disorder there. The purpose of this study to
determine early detection for the growth of child in 4-6 years old in TK RA AMDADIYAH Doko
sub distrrict Ngasem Kediri with using PEDS methode. Design method in this research is
description with using quota sampling and the population 67 people. The sample of which 40
respondents. The variabel is a early detection for the growth of child in 4-6 years old in TK RA
AMDADIYAH Doko Kecamatan Ngasem Kediri with using PEDS method. The result of this
study to disturb growth for resptif language (15%) , Behavior (10%) don’t to disturb (10%) ,
government (7,5%) , delicate motorik (5%), couse motorik (5%) , ekspresif language (5%). The
included of this study the child in criticac disturb for growth aspect can because exterion factor :
prenatal factor , brought factor , braith prenatal , factor this study date for drawing 4.4 of most
(65%) responded can’t information to do early detection for the child because growth child
concluded for parent jaster.
Pembahasan
Global / Kognitif
Sebagian kecil (20%) anak di TK RA
Bahasa
AMDADIYAH di curigai mengalami
Ekspresif gangguan dalam bahasa reseptif dan
Bahasa Reseptif bahasa ekspresif.
Bahasa di pengaruhi oleh status sosial
Motorik Halus
ekonomi keluarga. Beberapa studi tentang
10% 5% 5% Motorik Kasar hubungan antara perkembangan bahasa
17.5% 20%
dengan status sosial ekonomi menunjukan
5% Perilaku bahwa anak yang berasal dari keluarga
7.5%
15% 10% 5% miskin mengalami keterlambatan dalam
Emosi Sosial
perkembangan bahasa di bandingkan
Kemandiriian dengan anak yang berasal dari keluarga
yang lebih baik. (Syamsu Yusuf, 2008)
Sekolah
Kondisi seperti di atas terjadi di
Tidak ada sebabkan oleh perbedaan kecerdasan atau
kecurigaan kesempatan belajar, sebagian besar (75%)
orang tua berpendidikan SMA, sebagian
Sumber : Hasil Kuesioner Agustus 2011 kecil (15%) berpendidikan SMP, (5%)
Dari diagram diatas di ketahui dari 40 berpendidikan perguruan tinggi, (2,5%)
responden berdasarkan hasil penelitiian berpendidikan SD dan (2,5%) tidak
sebagian kecil anak 2(5%) di curigai sekolah.Berdasarkan data di atas dapat
mengalami penyimpangan perkembangan menunjukan bahwa pendidikan atau
global kognitif 2(5%), bahasa ekspresif, kesempatan belajar orang tua sangat
2(5%) motorik halus, 2(5%) motorik kasar mempengaruhi dalam proses
, 3 (7,5%) kemandirian, 4 (10%) perilaku , perkembangan anak. Kemungkinan cara
4(10%) tidak adakecurigaan dalam aspek memperhatikan perkembangan antara
perkembangan, 6(15%) emosi sosial, orang tua yang satu dengan yang lain
7(17,5%) sekolah, 8 (20%) bahasa reseptif berbeda di sebabkan karena pengalaman
. pendidikan yang mereka peroleh juga
Berdasarkan hasil penelitian di atas berbeda.
anak yang di curigai mengalami gangguan Dari hasil penelitian sebagian besar
perkembangan untuk segera di tindak (67,5%) anak di TK RA AMDADIYAH
lanjuti sesuai kecurigaan gangguan yang berjenis kelamin perempuan dan hampir
dialami oleh anak tersebut. Kecurigaan setengah Respon (32,5%) berjenis
gangguan dari aspek bahasa di tindak kelamin Laki-laki. Jenis kelamin juga
lanjuti untuk di lakukan rujukan tes sangat mempengaruhi bahasa anak sebab
pendengaran tes bahasa dan bicara. Dari telah di jelaskan pada tahun pertama usia
aspek sekolah untuk di lakukan evaluasi anak, tidak ada perbedaan dalam
intelegensi dan pendidikan. Dari aspek vokalisasi antara pria dan wanita. Namun
emosi sosial segera untuk di lakukan mulai usia dua tahun anak wanita
skrining emosi atau tingkah laku dan rujuk menunjukan perkembangan yang lebih
atas indikasi. Dan dari 40 responden 23 cepat dari anak pria.(Syamsu Yusuf,
anak perlu sekrining lanjutan,10 anak 2008)
dirujuk, 3 lakukan konseling dan 4 Sebab hormon dan produktfitas anak
diketahui tidak ada kecurigaan perempuan pada usia dua tahun lebih
perkembangan. cepat mengalami perkembangan dan itu
sangat mempengaruhi dalam
perkembangan bahasa anak, baik dari
bahasa ekspresif atau bahasa reseptif.
sosial dengan teman sebaya memiliki arti setiap tindakan sehari-harinya merupakan
yang sangat penting bagi perkembangan suatu sifat yang selalu di harapkan oleh
anak. Salah satu fungsi kelompok teman para orang tua. Meskipun demikian
sebaya adalah menyediakan sumber kemandirian bukanlah salah satu hal yang
informasi dan perbandingan tentang dunia akan terbentuk dengan sendirinya dalam
di luar keluarga. Anak yang cenderung jiwa anak-anak. Kemandirian bukanlah
pendiam, menyendiri akan sulit untuk hal yang terjadi secara instan, melaikan
menerima hal-hal yang baru dan di curigai hasil dari satu proses yang membutuhkan
mengalami gangguan dalam emosi waktu. Untuk memperoleh kemandirian
sosial.Selain itu bisa juga di sebabkan yang matang dalam aspek berfikir maupun
karena faktor dari keluarga missal berbuat tentunya penanaman kemandirian
pengasuhan secara otoriter dimana anak tersebut membutuhkan waktu yang tidak
akan tumbuh sifat curiga pada orang lain sebentar.Kemandirian harus di tanamkan
dan hal itu sangat menggangu dalam sejak usia diini, sehingga akan melekat
perkembangan anak sebab anak akan erat dalam kehidupan kelak. Anak usia 4-
merasa canggung berhubungan dengan 6 tahun yang cenderung kurang mandiri
teman sebaya , tidak bahagia pada diri bisa di sebabkan karena tidak di biasakan
sendiri dan canggung menyesuaikan diri terlibat pada kegiatan positif misalnya
dengan lingkungan baru. (Desmita, 2008 ) gotong royong bersama keluaarga
Pada gambar 4 menunjukan sebagian membersihkan rumah setiap satu minggu
kecil (10%) anak di curigai mengalami sekali, kurangnya di beri kesempatan
gangguan perkembangan perilaku. dalam memutuskan sesuatu selalu di
Misalnya anak cenderung keras kepala, arahkan dan tidak di biasakan untuk
ceroboh, dn hiperaktif. Tingkah laku bertanggung jawab terhadap dirinya, tidak
seperti ini dapat timbul apabila anak hidup di ajarkan kepedulian dan hendaknya anak
dalam lingkungan yang tidak kondusif di biasakan unruk berdiskusi mengasah
dalam perkembangannya.Seperti dalam kemampuan anak-anak dalam berfikir dan
lingkungan keluarga yang tidak berfungsi memecahkan masalah. Dengan cara
misalnya keluarga broken home , seoerti ini anak akan terbiasa mandiri dan
hubungan antara anggota keluarga kurang bisa bertanggung jawab atas dirinya
harmonis, kurang memperhatikan nilai- sendiri.
nilai agama, dan orang tua cenderung Berdasarkan uraaian dan penjelasan
keras atau kurang memberikan curahan di atas perkembangan anak sangat erat
kasih sayang kepada anak.(Syamsu Yusuf, hubunganya dengan peran oraang tua.
2008) Pengetahuan yang baik tentang
Oleh karena kelainan perilaku dan perkembangan anak juga harus di miliki
kepribadian itu berkembang pada oleh orang tua. Berdasarkan pada diagram
umumnya di sebabkan oleh faktor menunjukan sebagian besar responden
lingkungan yang kurang baik. Maka (65%) belum pernah mendapatkan
sebagai upaya pencegahan hendaknya informasi tentang deteksi dini
pihak keluarga, sekolah senantiasa bekerja perkembangan anak, dan hampir setengah
sama untuk menciptakan iklim lingkungan responden (35%)sudah pernah
yang menfasilitasi atau member mendapatkan informasi mengenai deteksi
kemudahan pada anak untuk dini perkembangan anak. Mungkin bagi
mengembangkan potensi atau tugas-tugas orang tua yang belum mendapatkan
perkembangan secara optimal. informasi tentang deteksi dini
Pada gambar 4. menunjukan sebagian perkembangan anak bisa di peroleh dari
kecil (5%) anak di curigai mengalami media elektronik misal televisi dan bisa
gangguan kemandirian. Kemandirian juga di peroleh dari pelayanan kesehatan
dalam aspek berfikir maupun dalam dalam terdekat misal dari Rumah Sakit,
puskesmas atau klinik yang ada di sekitar Satryo, Sigit (2007). Praskrining
rumah. Sebab informasi tentang deteksi Perkembangan PEDS. Ikatan
dini perkembangan anak di butuhkan Dokter Anak Indonesia
orang tua untuk melihat dan mengetahui
setiap tahap perkembangan anak. Dan Soetjiningsih (1995). Tumbuh
mengetahui sejak dini jika anak kembang Anak. Jakarta : EGC
mengalami gangguan dalam
perkembangan. Suherman (2000). Perkembangan
Anak. Jakarta : EGC
Daftar Pustaka
Arikunto,S (2007). Prosedur Yusuf, Syamsu ( 2005). Psikologi
Penelitian Suatu Pendekatan Perkembangan Anak dan
Praktek : PT. Rineka cipta Remaja. Jakarta : Rosda.
Motivasi Ibu Tentang Toilet Training Pada Anak Usia I-3 Tahun
Di Wilayah Kerja Posyandu Dahlia Puskesmas Campurejo Kota Kediri
(Mother Of Toilet Training Motivation In Children Ages 1-3 Years In The Working Area
Of Posyandu Dahlia Puskesmas Campurejo Kediri)
Abstract
Toilet Training on child constitutes an effort to see child to be able to controls deep
poo and pee. So required by task for toilet training. Toilet Training is very important for
the child's independence and psychological. So desperately needed readiness Mother, How
the implementation and the role of mother in teaching Children Toilet Training. The
purpose of this study was to determine maternal motivation in making toilet training in
children aged 1-3 years in the working area of Dahlia IHC Health Center Campurejo
Kediri.The design of this study using a descriptive design,this research in the working area
of Dahlia IHC Health Center Campurejo Kediri.Its research subject is all Mother that have
age child 1-3 years in IHC Dahlia June Dahlia 2011 as much 25 respondents (Total
sampling). Collecting data with questionnaires and interviews. Its research variable is
motivate mother in does toilet training. Data processing utilizes kualitatif's scale passes
through editing, coding, tabulating, and scoring. so research measure is divided as tall
motivation, motivation be and low motivation.Result respondenting to figure 6 respondents
(24%) having motivation less, 5 respondents (20%) having motivation be and a
considerable part which is 14 respondents (56%) having tall motivation.So gets to be
concluded by tall mother motivation to do toilet training caused total families deep child
which more than one more make to have more experience ripe,mother work a large part
housewife so mother time to do toilet training more intensive.The advice given is expected
given the huge benefits to the mother and child about toilet training. Mother ought to
applies toilet training on child and toilet training my mother taught to children early on.
dan sebagian kecil memiliki kesiapan tidak hanya Ibu tapi juga bapak nya yang
kurang dalam toilet training 3 melonggarkan waktu dalam menjalani
responden(12%). toilet training). (Wawancara tanggal 14
Data melalui wawancara yang Juni 2011)
dilakukan oleh peneliti dengan pertanyaan a) Cara Pelaksanaan Toilet Training
“Mengapa Anak dilatih toilet training?” pada anak usia 1-3 Tahun di
dan “Siapa yang mengajari toilet training Posyandu Dahlia Kelurahan Lirboyo
pada anak?” Wilayah Kerja Puskesmas Campurejo
Beraneka ragam jawaban yang Juni 2011
diperoleh peneliti kepada responden yang
dikutip peneliti,responden pertama
mengatakan:
Tepat
“Anak dilatih mandiri dan agar tidak 28%
ngompol an dan biasanya yang melatih 48%
saya sendiri,bapak,dan neneknya Cuku
p
pokoknya semua keluarga membantu 24%
”.(Wawancara tanggal 13 Juni 2011) Kuran
g
Responden kedua mengatakan:
“Supaya anak terbiasa BAB dan BAK Gambar .2 Berdasarkan Cara
di kamar mandi dan latihane dengan saya pelaksanaan Toilet Training
sendiri”. (Wawancara tanggal 13 Juni pada Anak Usia 1-3 Tahun di
2011) Posyandu Dahlia
menggugah agar timbul keinginan dan oleh ibu dalam pelaksanaan toilet training
kemauannya untuk melakukan sesuatu, baik dengan cara sederhana ataupun rumit.
sehingga dapat memperoleh hasil atau Hal itu merupakan bentuk upaya ibu
mencapai tujuan tertentu. dalam mendukung Keberhasilan anak
Kesiapan merupakan tolak ukur dalam toilet training. Sehingga walaupun
dalam pencapaian suatu tujuan dengan anak mengalami kesulitan dalam
keinginan dan ketersediaan diri untuk pelaksanaan toilet training ibu terus
melakukan sesuatu karena dengan menerus memacu untuk melaksanakan
kesiapan akan mempengaruhi hasil dalam toilet training kepada anaknya.
pencapaian tujuan. Begitu pula dengan Teori penetapan tujuan
toilet training kesiapaan ibu sangat mengemukakan bahwa penetapan suatu
dibutuhkan dalam menentukan tujuan tidak hanya berpengaruh terhadap
keberhasilan toilet training. Kesiapan ibu pekerjaan saja tetapi juga mempengaruhi
dapat dilihat dari kemauan ibu dalam orang tersebut untuk mencari cara efektif
meluangkan waktu dan kerjasama dengan dalam mengerjakaanya. (Edwin Locke
si anak untuk menjalani toilet training. dalam mangkunegara,2005)
Keanekaragaman cara yang dilakukan
2. Cara pelaksanaan Toilet Training ibu dalam melakukan toilet training pada
pada usia 1-3 tahun di Wilayah anak yang didapat melalui hasil
Kerja Posyandu Dahlia Puskesmas wawancara pada setiap responden
Campurejo Kota Kediri memiliki cara yang berbeda-beda dalam
Berdasarkan penelitian didapatkan melakukan toilet training. Walaupun 40%
cara pelaksanaan toilet training pada anak berpendidikan SMA dari 25 responden
usia 1-3 tahun di Posyandu Dahlia tidak mempengaruhi dalam cara ibu untuk
Wilayah Kerja Puskesmas Campurejo mengajarkan toilet training. Hal ini
hampir setengah responden memiliki cara disebabkan kemampuan responden untuk
yang tepat dalam cara pelaksanaan toilet mengetahui keunikan sifat dan fisik anak
training 12 responden (48%). Selain itu menjalankan cara toilet training pada
didukung dari hasil wawancara pada setiap anak berbeda-beda. Sehingga di
beberapa responden menyatakan cara butuhkan kerja keras dan usaha yang tepat
melatih BAB dan BAK waktu yang sesuai baik melalui cara modifikasi yang
saat bangun dan sebelum tidur. menyenangkan, keefektifan waktu dan
Motivasi berhubungan erat dengan keintensifan cara pelaksanaan. Sehingga
tingkah laku seseorang dan dapat dalam toilet training anak tidak
diklasifikasikan sebagai berikut: (1) mengalami krisis ketakutan dan
seseorang senang terhadap sesuatu apabila kecemasan. karena kemampuan ibu
ia dapat mempertahankan rasa senangnya memberikan cara yang tepat dapat
maka akan termotivasi melakukan membantu anak mencapai keberhasilan
kegiatan, dan (2) apabila seseorang toilet training tanpa melewatkan hal yang
merasa yakin mampu menghadapi menyenangkan pada anak menjalani toilet
tantangan maka biasanya orang tersebut training.
terdorong melakukan kegiatan tersebut Menurut Mc. Clelland
(Wahosumijo,1997). mengemukakan terdapat 3 motivasi sosial
Peneliti berpendapat tingkah laku yang akan mempengaruhi perilaku
merupakan salah satu rangkaian manusia, salah satunya adalah kebutuhan
perwujutan cara untuk melakukan untuk berprestasi dimana seseorang yang
kegiatan, sehingga mendorong munculnya lebih dominan kebutuhan prestasinya,
ide dan kreativitas ibu untuk menghadapi umumnya sangat peduli terhadap kualitas
anak dalam menjalani toilet training. kerjanya. Sehingga mereka cenderung
Keanekaragaman cara yang dilakukan mengambil tanggung jawab dan senang
menjalani toilet training curahan kasih mendampingi dan membujuk anak dalam
sayang dan perhatian tetap diberikan oleh menjalani proses toilet training. Dengan
ibu akan menambah rasa percaya diri anak kesadaran dari dalam diri untuk ikut
dan anak akan terus belajar untuk proaktif dalam melatih anak untuk
keberhasilan toilet training, hal yang berkemih akan mempercepat tujuan
senada juga dapat terjadi bila Ibu tercapainya toilet training.
memberikan hukuman saat anak Lingkungan memberi stimulus pada
mengalami kesalahan dalam toilet individu untuk berbuat sehingga dapat
training, semakin sering anak dihukum mempengaruhi perilaku manusia (Ngalim
akan menjadikan anak depresi dan anak Purwanto, 1991). Menurut Nursalam
akan cenderung ragu–ragu dalam (2003) faktor lingkungan mempengaruhi
menjalani toilet training yang berdampak peran penting dalam motivasi. Faktor
kegagalan dalam toilet training . lingkungan meliputi komunikasi dan
Faktor lain yang dapat mendukung penghargaan terhadap usaha-usaha yang
peranan Ibu dalam toilet training adalah telah dilaksanakan.
kecukupan waktu dan kesempatan. Hal itu Dilihat dari tempat penelitian peneliti
di dukung oleh pekerjaan Ibu yang berpendapat letak wilayah kerja posyandu
sebagian besar sebagai IRT sebanyak 60% Dahlia yang berada di Lingkungan
dari 25 responden. Pondok Pesantren Lirboyo menjadi kan
Job Characterstic model menjelaskan pengaruh lingkungan menjadi andil besar
bahwa motivasi yang tinggi dapat diraih dalam cara pelaksanaan toilet training
melalui karakteristik dari pekerjaan itu dikarenakan letak masjid, adanya ulama
sendiri, yang terdiri dari komponen dan anjuran dalam menanamkan kesucian
identitas tugas, signifikasi tugas, variasi menjadi hal yang dianut dan dipatuhi oleh
keahlian, otonomi, dan umpan balik. warga sekitar. Selain itu keberhasilan
(Judge et all,2001) setiap ibu dapat mendorong ibu yang lain
Ibu rumah tangga memiliki peranan untuk mencapai keberhasilan yang sama
lebih besar dalam melatih anak dalam dengan berbagi pengalaman dan cerita
toilet training, dikarenakan lebih memiliki melalui interaksi mereka dalam
kesempatan dalam memberikan pola asuh masyarakat.
dan kelonggaran waktu untuk
mendampingi anak dalam BAB dan BAK Kesimpulan
secara teratur. Waktu dan kesempatan 1. Kesiapan Ibu tentang Toilet Training
dalam menemani dan mengajari anak pada anak usia 1-3 tahun di Wilayah
dengan perhatian intensif sangat Kerja Posyandu Dahlia Puskesmas
dibutuhkan anak untuk kerutinan Campurejo Kota Kediri.
menjalani toilet training. Berdasarkan pada gambar 4.7
Menurut Sunaryo (2004) memotivasi Menunjukkan Kesiapan ibu dalam
dengan bujukan atau memberikan hadiah melakukan toilet training pada anak usia
agar melakukan sesuatu sesuai harapan 1-3 Tahun di posyandu Dahlia sebagian
yang memberikan motivasi, selanjutnya besar memiliki kesiapan tinggi dalam
memotivasi dengan identifikasi dengan toilet training 15 responden (60%),
menanamkan kesadaran sehingga individu hampir setengah memiliki kesiapan cukup
berbuat sesuatu karena adanya keinginan dalam toilet training 7 responden (28%)
yang timbul dari dalam dirinya sendiri dan sebagian kecil memiliki kesiapan
dalam mencapai sesuatu. kurang dalam toilet training 3 responden
Motivasi sangat mempengaruhi (12%).
peranan Ibu dikarenakan dengan motivasi
tinggi akan menanamkan rasa kesadaran
bagi Ibu untuk berbuat sesuatu dalam
2. Cara Pelaksanaan Ibu Tentang Toilet tahun dan mengajarkan toilet training
Training pada anak usia 1-3 tahun di pada anak sejak dini.
Wilayah Kerja Posyandu Dahlia 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Puskesmas Campurejo Kota Kediri. Untuk memperoleh informasi yang
Berdasarkan pada gambar 4.8 jelas tentang motivasi ibu terhadap toilet
menunjukkan Cara Pelaksanaan toilet training pada anak usia 1-3 tahun di
training pada anak usia 1-3 tahun di wilayah kerja Posyandu Dahlia Puskesmas
Posyandu Dahlia hampir setengah Campurejo Kota Kediri. Sehingga
responden memiliki ketepatan tinggi motivasi untuk menambah wawasan
dalam cara pelaksanaan toilet training 12 keperawatan serta penerapan ilmu yang
responden (48%), hampir setengah didapat peneliti. Dan diharapkan
memiliki ketepatan kurang dalam cara melakukan penelitan selanjutnya yang
pelaksanaan toilet training 7 responden lebih mendalam terkait dengan motivasi
(28%), dan sebagian kecil memiliki ibu tentang toilet training.
kesiapan cukup 6 responden (24%). 4. Bagi Tempat Penelitian
3. Peranan Ibu dalam Toilet Training Dari hasil penelitian diharapkan
pada anak usia 1-3 tahun di Wilayah Posyandu memberikan penyuluhan akan
Kerja Posyandu Dahlia Puskesmas cara dan pentingnya toilet training
Campurejo Kota Kediri. dilakukan pada anak sejak dini untuk
Berdasarkan Pada gambar 4.9 memberikan informasi mengenai toilet
menunjukkan Peranan Ibu dalam toilet training yang lebih efektif.
training pada anak usia 1-3 tahun di
Posyandu Dahlia hampir setengahnya Daftar Pustaka
memiliki peranan yang baik dalam toilet Alimul, A. 2005. Pengantar Ilmu
training 11 responden (44%), hampir Keperawatan Anak 1. Jakarta:
setengahnya memiliki peranan kurang Salemba Medika.
dalam toilet training 8 responden (32%),
dan sebagian kecil memiliki peranan Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur
cukup dalam toilet training 6 responden Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta.
(24%).
Moersintowati, B. 2002. Tumbuh
A. Saran Kembang Anak Dan Remaja.
Berdasarkan hasil kesimpulan maka Jakarta:Sagung Seto.
peneliti memberi saran sebagai berikut:
1. Bagi Instansi Kesehatan Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan
Dari hasil penelitian ini diharapkan Metodelogi Ilmu Keperawatan.
bisa dipakai sebagai tambahan informasi Jakarta: Salemba Medika.
dan pertimbangan bagi instansi kesehatan,
untuk meningkatkan pengetahuan petugas Notoatmodjo, Sukidjo. 2005. Metodelogi
kesehatan dalam memberikan informasi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka
berupa penyuluhan untuk menerapkan dan Cipto.
meningkatkan motivasi ibu tentang toilet
training pada anak 1-3 tahun. Pariani, S, Nursalam. 2001. Riset
2. Bagi Responden Keperawatan Dan Teknik Penulisan
Mengingat begitu besarnya manfaat Karya Ilmiah. Jakarta: Salemba
bagi Ibu dan Anak mengenai toilet Medika.
training, maka diharapkan agar Ibu
menerapkan dan perwujudan nyata untuk Soetjiningsih, 1998. Tumbuh Kembang
melakukan toilet training pada anak 1-3 Anak. Jakarta:EGC.
Jurnal Ilmu Kesehatan berupa hasil penelitian , konsep-konsep pemikiran atau ide kreatif
dan inovatif yang bermanfaat untuk menunjang kemajuan ilmu, pendidikan dan praktek
keperawatan professional. Naskah hasil penelitian hendaknya disusun menurut sistematika
sebagai berikut :
1. Judul, menggambarkan isi pokok tulisan secara ringkas dan jelas, ditulis dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris. Judul artikel dicetak dengan huruf besar di tengah-tengah
menggunakan font 12 Times New Roman.
2. Nama penulis, tanpa gelar. Jumlah penulis yang tertera dalam artikel minimal 1 orang, jika
penulis terdiri 4 orang atau lebih, yang dicantumkan di bawah judul artikel.
3. Abstrak, ditulis dalam bahasa Inggris dan merupakan intisari seluruh tulisan, meliputi
:masalah, tujuan, metode, hasildansimpulan (IMRAD: Introduction, Method, Result, dan
Discussion). Abstrak ditulis dengan kalimat penuh. Di bawah abstrak disertakan 3-5 kata-
kata kunci (keywords)
4. Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah sertatujuan penelitian dan
harapan untuk waktu yang akan datang.
5. Bahan dan Metode, berisi penjelasan tentang bahan-bahan dana lat-alat yang digunakan,
waktu tempat, teknik dan rancangan percobaan.
6. Hasil, dikemukakan dengan jelas dalam bentuk narasi dan data yang dimasukkan berkaitan
dengan tujuan penelitian.
7. Pembahasan, menerangkan arti hasil penelitian yang meliputi: fakta, teori dan opini.
8. Simpulan dan saran, berupa keseimpulan hasil penelitian dalam bentuk narasi yang
mengacu pada tujuan penelitian. Saran berisi saran yang dapat diberikan oleh penulis
berdasarkan hasil penelitian.
Naskah yang dikirim keredaksi hendaknya diketik dalam CD, disertai cetakan pada
kertas HVS dengan salah satu program pengolah data MS Word, ukuran A4 (210X297
mm) denganjarak 1 spasi, font 11 Times New Romans, batas kertas 3 cm dari tepi kiri
2,5 cm dan tepi bawah, kanan dan atas.