Professional Documents
Culture Documents
1 Anatomi Dan Fsiologi Sistem Pencernaan
1 Anatomi Dan Fsiologi Sistem Pencernaan
SISTEM PENCERNAAN
a. Tahap Orofaring
a. Tahap Orofaring
b. Tahap Esofagus
b. Tahap Esofagus
Korpus dan fundus relatif sedikit tonus pada dinding ototnya dapat
menonjol keluar dengan progresif menampung makanan makin
banyak sampai hampir 1 liter.
Pada bagian fundus mensekresi pepsinogen yg
berfungsi utk mencerna protein mjd
polipeptida.
Sel parietalnya mensekresi HCl (asam
hidroklorida) yg membantu dlm proteksi
terhadap mikroorganisme.
Faktor intrinsiknya membantu absorbsi
cobalamin dalam usus halus.
Mukus disekresi oleh kelenjar di dalam area
kardiak & pylorus.
Lamanya makanan tinggal dlm lambung
tergantung komposisi makanan, tp rata2
makanan tinggal di lambung + 3 – 4 jam,
kemudian secara berangsur dikeluarkan sbg
massa setengah cair (bubur) yg disebut kimus.
Mekanisme Pencernaan
makanan
• Fungsi penyimpanan lambung
– Reflek vagal tonus berkurang akan
menambah ruang sehingga makanan
lebih banyak bisa masuk
– Penonjolan lambung kearah luar secara
progresif memungkinkan volumenya
jadi bertambah
– Volume : 1 liter
Mekanisme Pencernaan
makanan
• Pencampuran dan propulsi:
– Gelombang campur tiap 20 detik
– Pengaturan gelombang listrik dasar akan
menimbulkan gerakan mendorong isi lambung
kearah antrum.
– Makanan yang sudah bercampur dengan
sekresi lambung disebut CHYME
– Kontraksi lapar : kontraksi ritmit yang terjadi
pada lambung jika lambung dibiarkan kosong
dalam jangka waktu lama
Mekanisme Pencernaan
makanan
• Pengosongan lambung
– Peran pilorus
• Tertutup lemah air/ciran lewat
• Peran peristaltik antrum
• Pompa pilorus
– Atur pengosongan :
• Sinyal saraf
• Hormon gastrin
Mekanisme Pencernaan
makanan
• Pengosongan lambung
– Faktor lambung yang berpengaruh :
• Volume makanan di lambung
• Hormon gastrin percepat pengosongan lambung
– Faktor duodenum
• Hambat pengosongan lambung
• Reflek enterogastrik :
– Regangangan dudenum yang meningkat
– Iritasi dudenum
– Keasaman-osmolalitas chyme yang berlebihan
– Pemecahan bahan makanan yang tidak sempurna
Pengaturan Sekresi Lambung
• Fase Intestinal
Fase ini dimulai dari gerakan pengosongan
lambung (kimus) ke duodenum. Dalam makanan
ada protein yang sebagian dicerna oleh
duodenum ini melibatkan pelepasan gastrin
usus.
Pengaturan Sekresi Lambung
• Fase Gastrik
Fase ini dimulai saat makanan mencapai antrum pilorus. Distensi
antrum juga menyebabkan terjadinya rangsangan mekanis dari
reseptor reseptor pada dinding lambung . impuls tersebut berjalan
menuju medula melalui eferen vagus dan kembali ke lambung
melalui eferen vagus; impuls ini merangsang pelepasan hormon
gastrin dan juga secara tidak langsung merangsang kelenjar kelenjar
lambung.
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas
jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan
berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus
seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada
derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum
digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum
melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
2. jejenum
Reflek defekasi
Serabut sensoris rektum diragsang (regangan) bagian sakral medula
spinalis kembali ke kolon desenden, sigmoid rektum dan anus (serabut
parasimpatis dalam nervi erigentes) peristaltik dari fleksura lienalis ke
anus.
Reflek lain :
Bernapas dalam
Penutupan glotis
Kontraksi otot-otot abdomen
Pengaturan lain
Sebelum timbul defekasi, kesadaran mengambil alih pengaturan vounter sfingter ani eksternus
Sehingga memungkinkan menghambat kontraksi sfingter ani eksternus defekasi
Atau menyebabkan kontraksi sfingter ani eksternus tidak timbul defekasi