Professional Documents
Culture Documents
Kapita Selekta Fakultas Farmasi
Kapita Selekta Fakultas Farmasi
Disusun oleh:
Anggota Kelompok 10
Kelas A
1. Ega Arandika (2021130059)
2. Dhavina Fitriani (2021130060)
3. Danti Nafis Damayanti (2021130061)
4. Adnan Hasyim Mubarok (2021130063)
5. Eka Wahyuni Nursafrina (2021130064)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2023
Abstrak
Pharmaceutical technical personnel (TTK) are health workers who have a role
in seeking regulation of medical devices and PKRT (Household Health
Supplies) plays an important role in services and supervision to achieve the
goals of an institution. Medical devices are tools, instruments, and components
produced to meet the needs of the community in order to cure, diagnose
diseases, and prevent diseases that can interfere with the activities of lowering
the immunity of the human body. Meanwhile, PKRT (Household Health
Supplies) is a product that contains ingredients used as anti-microorganisms,
household sanitation and public facilities. The method used in this paper is a
descriptive method that highlights the side of the description in providing more
understanding to the reader related to the topic discussed. Medical device
regulation and PKRT described in accordance with Permenkes No. 1191 /
MENKES / PER / VIII / 2010 concerning the Distribution of Medical Devices
explains that regulatory standards that meet the requirements and quality in
terms of safety and usefulness in question are in accordance with the
Indonesian Pharmacopoeia, Indonesian National Standards. In achieving
appropriate quality, a quality management basis is needed for Good
Household Health Supplies (CPPKRTB) which is arranged in such a way as to
include a quality system and quality assurance. The main indicators in quality
assurance require documentation that will be accompanied by its inclusion.
The main types of documentation are instructions in the form of SOPs and
reports as records.
II. Definisi-definisi
a. Alat Kesehatan merupakan instrumen, aparatus, mesin dan/atau
implan yang tidak mengandung obat. Alat Kesehatan digunakan
sebagai alat untuk mencegah hingga merawat serta memulihkan
kesehatan pada manusia
b. Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga atau disingkat PKRT
merupakan alat, bahan, atau campuran bahan yang memiliki tujuan
untuk menjaga dan merawat kesehatan manusia dalam rumah
tangga dan tempat-tempat umum
c. Rekondisi atau Remanufacturing merupakan suatu kegiatan untuk
memproduksi Alkes yang bukan baru dengan syarat produksi
sesuai dengan standar awal
d. Bahan baku merupakan bahan atau komponen awal untuk
keperluan produksi
e. Produksi merupakan kegiatan yang menghasilkan, mengolah,
menyiapkan dan/atau mengubah bentuk PKRT dan/atau Alkes
f. Pembuatan merupakan semua rangkaian kegiatan yang mencakup
proses penyiapan bahan baku serta mengemas, mengelola dan
menjaga mutu
g. Sertifikat Produksi merupakan sertifikat yang diberikan kepada
pabrik yang telah memiliki cara pembuatan yang baik dalam
memproduksi Alkes dan PKRT. Sertifikat Produksi diberikan oleh
Menteri Kesehatan
h. Izin Edar adalah suatu izin untuk mengedarkan Alkes ataupun
PKRT yang telah diproduksi suatu pabrik yang ingin mengedarkan
ke seluruh wilayah Republik Indonesia dengan menilai mutu,
keamanan dan juga manfaat
i. Perusahaan rumah tangga merupakan perusahan yang
memproduksi PKRT dan juga Alkes yang punya fasilitas sederhana
sehingga tidak membahayakan bagi pasien, konsumen, maupun
pekerja hingga lingkungan
j. Penanggung Jawab teknis merupakan tenaga kesehatan/tenaga
lain yang punya pengalaman dan juga pendidikan dalam
memproduksi PKRT dan alat kesehatan
k. Mutu adalah ciri dan karakteristik dari sebuah produk untuk
mendukung kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang
diberikan
l. Pedoman mutu adalah suatu dokumen yang berisi kebijakan mutu
dan juga tanggung jawab dari sebuah organisasi
m. Kebijakan Mutu adalah sebuah arahan menyeluruh untuk
organisasi yang memiliki hubungan dengan mutu, ditetapkan oleh
pimpinan organisasi
n. Sasaran Mutu adalah suatu yang dituju dan juga dicari yang punya
kaitan dengan mutu
III. Maksud/Tujuan
1. Mengetahui peran Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) dalam
lingkup Alat Kesehatan dan PKRT
2. Mengetahui fungsi Alat Kesehatan dan PKRT
3. Mengetahui sistem Regulasi Alat Kesehatan
4. Mengetahui syarat kualitas dan mutu Alat Kesehatan.
1.3 PEMBAHASAN
Alat kesehatan memiliki peran yang sangat penting dalam memenuhi
kebutuhan kesehatan, keperawatan, diagnosis penyakit dan pencegahan
penyakit. Contohnya termometer, inhaler, tensimeter, stetoskop, dan
sebagainya. Dalam bidang farmasi PKRT (Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga) juga mempunyai peran yang sama pentingnya, PKRT memiliki
fungsi sebagai perawatan, pemeliharaan kesehatan serta sebagai
pengendali mikroorganisme di kehidupan sehari-hari dalam lingkup rumah
tangga. Contohnya, hand sanitizer, cairan pembersih lantai, pelembut
pakaian dan sebagainya. Regulasi Produk kesehatan juga harus
memenuhi mutu standar dan syarat mutu dalam aspek keamanan serta
manfaat yang sudah ditentukan dalam Farmakope Indonesia, Standar
Nasional Indonesia, Pedoman Penilaian Alat Kesehatan atau standar lain
yang diatur oleh direktur jenderal. Peran tenaga teknis kefarmasian sangat
penting dalam menangani permasalahan dan gangguan kesehatan pada
masyarakat yang mengakibatkan terjadinya penurunan efektivitas dan
menimbulkan kerugian sehingga dibutuhkan pelayanan terbaik dalam
menciptakan peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Pada
manajemen mutu cara pembuatan perbekalan kesehatan rumah tangga
yang (CPPKRTB) Industri yang memproduksi PKRT harus sesuai dengan
penggunaannya yang tertera dalam registrasi (izin edar) yang tidak
menimbulkan resiko dalam penggunaannya seperti menggunakan bahan
yang tidak aman, kualitas yang rendah dan tidak dilakukan pengujian
sampel. Dalam regulasi alat kesehatan dan PKRT dibutuhkan peran
tenaga teknis kefarmasian untuk memastikan produk - produk kesehatan
aman, efektif dan berkualitas untuk beredar. Dalam memproduksi alat
kesehatan dibutuhkan sertifikasi yang diberikan oleh Kementerian
Kesehatan kepada pabrik yang telah melaksanakan cara pembuatan yang
baik untuk memproduksi alat kesehatan dan PKRT.
Berdasarkan risiko penggunaannya alat kesehatan di klasifikasikan ke
dalam beberapa kelompok yaitu Kelas A, ialah alat kesehatan yang
menimbulkan risiko rendah terhadap individu. Contohnya : Film viewer,
instrumen bedah, sarung tangan bedah, dan oxygen mask. Kelas B, ialah
alat kesehatan yang menimbulkan risiko rendah-sedang terhadap individu.
Contohnya: Blood pressure cuff dan steam sterilizer. Kelas C, adalah alat
kesehatan yang menimbulkan risiko sedang-tinggi terhadap individu.
Contohnya meliputi: Patient monitor dan X-ray. Serta, Kelas D ialah alat
kesehatan yang menimbulkan risiko tinggi terhadap individu. Contoh Stent
jantung dan pacemaker. Sementara, berdasarkan risiko penggunaan dari
PKRT dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu: Kelas 1 (Low risk) ialah
golongan PKRT yang tidak menimbulkan akibat yang berarti seperti iritasi
karsinogenik. contohnya: kapas dan tissue. Kelas II (medium risk): ialah
golongan PKRT yang dapat menimbulkan akibat seperti iritasi, namun
tidak menimbulkan masalah yang serius seperti karsinogenik. Contohnya
deterjen dan alkohol. Kelas III (high risk) ialah golongan PKRT yang
mengandung pestisida dan dapat menimbulkan dan dapat menyebabkan
masalah yang serius seperti karsinogenik. Contohnya Baygon (obat
nyamuk bakar), penolak serangga.
Dalam memproduksi alat kesehatan atau perbekalan kesehatan rumah
tangga, dibutuhkan sertifikasi produksi yang diberikan oleh Menteri
Kesehatan kepada pabrik yang telah melaksanakan cara pembuatan yang
baik. Sertifikat Produksi alat kesehatan diklasifikasikan kedalam 3 kelas,
yaitu: Kelas A, adalah sertifikat yang diberikan kepada industri yang telah
menerapkan CPAKB secara menyeluruh dan kemudian diizinkan untuk
memproduksi alkes kelas I, kelas IIa, kelas IIb, dan kelas III; Kelas B, yaitu
sertifikat yang diberikan kepada industri yang dianggap telah layak dalam
memproduksi alkes kelas I, kelas IIa, dan kelas IIb sesuai CPAKB. Kelas
C, yaitu sertifikat yang diberikan kepada industri yang dianggap telah layak
memproduksi alat kesehatan kelas I dan IIa tertentu sesuai CPAKB.
Sementara pada sertifikat produksi PKRT diklasifikasikan dalam 3 kelas,
yaitu: Sertifikat Produksi PKRT kelas A, adalah sertifikat yang diberikan
kepada industri yang telah menerapkan CPPKRTB secara menyeluruh
dan kemudian diizinkan untuk memproduksi PKRT kelas I, kelas II dan
kelas III. Sertifikat Produksi PKRT kelas B, adalah sertifikat yang diberikan
kepada industri yang dianggap telah memproduksi PKRT kelas I dan kelas
II, sesuai dengan CPPKRTB. Sertifikat Produksi PKRT kelas C, adalah
sertifikat yang diberikan kepada industri yang dianggap telah layak
memproduksi PKRT kelas I dan kelas II tertentu, sesuai dengan
CPPKRTB.
Pengawasan kualitas dan mutu pada alat kesehatan dan PKRT yang
dilakukan oleh Jenderal, Kepala Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota
yaitu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang sudah memenuhi
persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan, menghindari
penggunaan alat kesehatan yang tidak tepat, menjamin kesiapan
persyaratan mutu yang akan diperjualbelikan. Pengawasan mutu alat
kesehatan dan PKRT juga dapat dilakukan oleh pemerintah dengan
melakukan pengecekan terhadap CDAKB (Cara Distribusi Alat Kesehatan
yang Baik), pengecekan terhadap sarana dan prasarana yang digunakan,
melakukan uji terhadap sampel, melakukan pengawasan sediaan di
pasaran.
1.4 KESIMPULAN
Dalam menjamin kualitas serta mutu suatu Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, peran seorang Tenaga Teknis
Kefarmasian sangatlah dibutuhkan, untuk menangani permasalahan
kesehatan yang terjadi pada masyarakat. TTK memiliki tanggung jawab
untuk menghasilkan produk Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga yang memiliki manfaat, aman, dan juga efektif serta
menghasilkan kualitas yang baik untuk beredar di masyarakat. Dalam
proses produksi dibutuhkan sertifikat yang dikeluarkan oleh Kementrian
Kesehatan kepada pabrik tempat produksi. Demi tercapainya suatu
produksi yang memiliki sertifikasi maka peran TTK menjadi kunci.
Pengalaman serta pengetahuan yang baik pada bidangnya dapat
meningkatkan mutu dalam memproduksi suatu Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
1.5 DAFTAR PUSTAKA
I. Kementerian Kesehatan. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1189 tentang Produksi Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
II. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan
III. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2023 tentang
Kesehatan
IV. Bria, I, E. 2014. Hubungan Peran Tenaga Kesehatan dalam
Memberikan Konseling KB dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi pada
Wanita Pasangan Usia Subur Di Puskesmas Rafae Kabupaten Belu
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Fakultas Keperawatan: Universitas
Airlangga.