You are on page 1of 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008


tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit menyatakan bahwa Rumah Sakit
sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat
kesehatan masyarakat. Oleh karena itu Rumah Sakit dituntut untuk memberikan
pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau
seluruh lapisan masyarakat. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan
perorangan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam
mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaran pelayanan kesehatan di
rumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks.

Sarana pelayanan kesehatan di Rumah Sakit digunakan untuk melakukan


pekerjaan kefarmasian yang dilaksanakan oleh tenaga kefarmasian yang terdiri atas
Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian (PP Nomor 51, 2009). Tenaga kesehatan
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (UU Nomor
36, 2009). Kegiatan pelayanan kesehatan memiliki standar pelayanan yang menjadi tolok
ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian adalah suatu
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien (Permenkes RI Nomor 72, 2016).

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang
menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik,
yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Pelayanan kesehatan farmasi di rumah
sakit tidak terlepas dari adanya peran apoteker.

Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan


pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan. Medication error adalah kejadian
yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga
kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah. Oleh sebab itu, apoteker dalam menjalankan
praktek harus sesuai standar yang ada untuk menghindari terjadinya hal tersebut.
Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam
menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional (Permenkes RI,
2021).

Pelayanan farmasi di rumah sakit terlibat sebuah kegiatan praktek Kefarmasian


yang merupakan kegiatan yang dilakukan oleh tenaga farmasi dalam menjalankan
pelayanan farmasi yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat
atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan
obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam rangka menerapkan praktek farmasi klinik di Rumah Sakit, maka


mahasiswa calon Apoteker perlu diberi pembekalan dalam bentuk Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit. Sebagai tenaga kesehatan profesional, maka calon
Apoteker perlu memahami dan mengenal peran Apoteker di Rumah Sakit, khususnya
pada instalasi farmasi terkait pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP, dan
pelayanan farmasi klinik. Hal ini penting sebagai bekal bagi lulusan Program Studi
Pendidikan Profesi Apoteker (PSPA) apabila bekerja di Rumah Sakit. Melihat pentingnya
peranan Apoteker di bidang farmasi klinik di Rumah Sakit, maka Program Studi
Pendidikan Profesi Apoteker (PSPA) Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau bekerja sama
dengan Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah Malang untuk
menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dimulai pada tanggal 04
Desember 2023 sampai 30 Januari 2024.

1.2. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker


Tujuan dari pelaksanaan PKPA di Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah
Malang adalah:
1.2.1. Meningkatkan pemahaman sebagai calon Apoteker mengenai peran, fungsi, posisi
dan tanggung jawab Apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
1.2.2. Menumbuhkan sikap yang mampu berkomunikasi, memberikan informasi dan
edukasi farmasi dan alat kesehatan.
1.2.3. Membekali calon Apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di Rumah Sakit.
1.2.4. Memberi kesempatan kepada calon Apoteker untuk melihat dan mempelajari
kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktek farmasi
di Rumah Sakit.
1.2.5. Mempersiapkan calon Apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi
yang profesional.
1.2.6. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di Rumah
Sakit.

1.3. Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker


Manfaat dari pelaksanaan PKPA di Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah
Malang adalah:

1.3.1. Mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab Apoteker dalam menjalankan
pekerjaan kefarmasian di Rumah Sakit.

1.3.2. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di Rumah Sakit.

1.3.3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di Rumah Sakit.

1.3.4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi Apoteker yang profesional.

1.3.5. Mengetahui perbandingan antara teori yang diperoleh selama perkuliahan dengan
kenyataan yang diperoleh di lapangan.

1.3.6. Mendapatkan kesempatan mengaplikasikan teori farmasi klinik.

You might also like