You are on page 1of 8

STUDI EKSPERIMENTAL PADA SOLAR EMULATOR BERDASARKAN

SUDUT PANEL SURYA TERHADAP DAYA KELUARAN SEL SURYA 10 WP


TIPE POLYCRYSTALLINE

Muhammad Rezanul Iqbal*, Hendry Sakke Tira**, Abdul Natsir***


*Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mataram
**Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Mataram
***Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mataram

Jln. Majapahit No. 62 Mataram Nusa Tenggara Barat Kode Pos : 83125
Telp. (0370) 636087; 636126; ext 128 Fax (0370) 636087

ABSTRACT
Energy is a very important requirement for humans being. One of the energy that is often
used is the sun or solar energy. In Indonesia, the utilization of solar energy as a renewable energy
is important due to its abundant availability. One of the efforts made in the utilization of solar
energy is using solar cell technology or solar panel. Solar cell technology is a technology that
converts solar energy into electrical energy.
This research discusses the simulation of a solar cell by using Solar Emulator, a type of
polycrystalline solar cells with an output power up to 10 WP. The research has an objective to get
the influence of the solar panel angle by knowing the voltage and current optimal based on data
of solar irradiance from 17 March until 25 March 2016. Variations used are solar panel angles.
The research method is carried out with turned solar emulator, adjusted the solar incidence angle
and elevation angles. The iradiance of halogen lamp was ajusted with a data set based on that
irradiance. Output voltage and current were obtained by illuminating solar cell by light bulbs.
The results showed that the angle of optimal solar panels based on the data Output
Power/Maximum Power Point (Pmpp) obtained at panel angle of 10° compared than those of the
panel angle of 20° and 30° because of the utilization of the largest solar radiation intensity is
usually effective at a time 10:30 to 14:30 WITA. Value of Pmpp maximum for panel angle 10°
based on this research is 0,60 Watt.

Keywords: Solar cell, Solar Emulator, Polycrystalline, Angle of solar cells, Solar irradiance

Energi merupakan kebutuhan yang bisa dimanfaatkan sebagai pengganti energi


sangat penting bagi manusia. Kebutuhan konvensional yang saat ini sudah mulai
akan energi di dunia naik setiap tahunnya menipis.
seiring berkembangnya teknologi saat ini. Pada akhir Desember 2014, untuk
PLN (Perusahaan Listrik Negara) sebagai pembangkit listrik yang menggunakan
penyedia listrik di Indonesia, kewalahan energi baru terbarukan totalnya sebesar
dalam memenuhi kebutuhan listrik dalam 4109,09 MW (10,46%) termasuk
negeri karena kebutuhan energi tersebut diantaranya adalah PLT Surya sebesar 8,73
dan semakin mahalnya bahan bakar MW (0,02%). (PT. PLN (Persero), 2015).
minyak. Bahkan, untuk mengatasi masalah Jika melihat angka diatas, kapasitas
tersebut, PLN harus melakukan terpasang untuk PLTS hanya sekitar 8,73
pemadaman bergilir di beberapa daerah. MW (0,02%) masih sangat kecil sekali.
Hal itu disebakan karena kondisi geografis di Dampak dari efisiensi teknologi sel
Indonesia yang berbeda dari negara-negara surya yang rendah ini, berpengaruh pada
lain yaitu negara kepulauan dengan daerah hasil daya keluaran listrik pada panel surya
terpencil yang banyak sehingga penyebaran Untuk itu perlu upaya untuk mengoptimalkan
distribusi BBM sulit dan rumit. daya keluaran listrik modul surya agar
Indonesia adalah sebuah negara efisiensinya meningkat juga. Dengan
yang terletak di garis ekuator/katulistiwa mengubah sudut pada panel yang tepat,
dengan iklim tropis. Sebagai negara maka jumlah intensitas cahaya yang jatuh
kepulauan, sumber daya yang ada di pada area permukaan modul surya akan
Indonesia sangatlah melimpah contohnya lebih banyak, dimana hal ini menyebabkan
adalah sumber daya energi terbarukan daya keluaran listrik yang dihasilkan akan
seperti energi air, panas bumi, angin, lebih besar. Jadi dengan adanya
cahaya matahari, dan sebagainya, sehingga peningkatan daya keluaran listrik yang

1
dihasilkan, maka nilai efisiensinya juga akan METODE PENELITIAN
meningkat.
Dapat disimpulkan bahwa
pemerintah kemungkinan belum bersedia
menerapkan teknologi sel surya sebagai
pembangkit listrik nasional karena efisiensi
yang didapat masih rendah dan biaya yang
dikeluarkan tidak bisa dikatakan sedikit
meskipun mudah dalam pemeliharaan, serta
cara penempatan panel surya yang belum
optimal, maka dari itu penelitian ini dilakukan
untuk mengoptimalkan penggunaan sel
surya dengan cara simulasi dengan Solar
Emulator berdasarkan sudut panel surya
dan sudut elevasi untuk mengetahui daya
keluaran yang optimal.

SEL SURYA
Pada saat sel surya terkena cahaya,
maka sel surya akan menerima energi dari
foton ke elektron yang bergerak bebas pada
lapisan tipe-n, sehingga dengan adanya
pemberian energi dari foton tersebut, maka
elektron bebas pada lapisan tipe-n memiliki
energi tambahan untuk pindah ke lapisan
tipe-p, sehingga pada lapisan tipe-n bersifat
lebih positif dari lapisan tipe-p, karena ada
beberapa jumlah proton yang lebih besar
dari pada jumlah elektron. Lalu elektron
bebas tersebut masuk ke dalam lapisan tipe-
p, elektron akan memasuki hole yang ada
pada lapisan tipe-p sehingga lapisan tipe-p
ini akan bersifat lebih negatif, karena ada Gambar 2. Diagram alir penelitian.
beberapa atom yang memiliki jumlah proton
lebih sedikit dari jumlah elektronnya. Jika
lapisan tipe-p dan tipe-n dihubungkan ALAT DAN BAHAN
dengan beban, maka akan mengalir arus
dari lapisan tipe-n menuju tipe-p. (Sidopekso
& Febtiwiyanti, 2010)

Gambar 3. Solar emulator.

Keterangan :
Gambar 1. Diagram dari potongan sel surya 1. Solar Emulator yang sudah tersedia
(PV sel). panel surya Bp Solar SX-310J tipe
Sumber: (Strong, 1987) Polycrystalline dengan spesifikasi seperti
berikut:
a. Dimensi panel = 42,49 x 27,28 x 5
cm
b. Sel per modul = 36 sel
c. Daya output = 10 WP

2
d. Max Power Voltage (Vmpp)= 16,8 V
e. Max Power Current (Impp) = 0,59 A
f. Open Circuit Voltage (Voc) = 21 V
g. Short Circuit Current (Isc) = 0,65 A

Gambar 7. Sudut elevasi.

Gambar 4. Panel surya Bp Solar SX-310J.


d. Panel angle (sudut panel).

a. Lampu halogen 500 Watt dengan


dimmer (pengatur intensitas radiasi
cahaya lampu halogen 500 Watt).

Gambar 5. Dimmer.
Gambar 8. Sudut panel.

b. Sun angle (sudut matahari).


2. Phyranometer digunakan untuk
mengetahui nilai intensitas radiasi
matahari langsung dan lampu halogen
500 W.
3. Komputer yang sudah terpasang
software hoboware untuk membaca nilai
intensitas radiasi menggunakan
phyranometer.
4. Luxmeter digunakan untuk mengetahui
nilai intensitas radiasi lampu halogen 500
W.
5. Multimeter digital digunakan untuk
mendapatkan nilai tegangan dan arus
yang keluar dari panel.
6. Variabel resistor.
Gambar 6. Sudut matahari. 7. Kabel jumper digunakan untuk
menghubungkan pin keluaran panel
surya ke multimeter digital.
c. Elevation angle (sudut elevasi) adalah
sudut yang menggambarkan matahari
dari terbit hingga terbenam.

3
PROSEDUR PENELITIAN 3. Menaruh luxmeter sejajar dengan
A. Tahap pesiapan panel surya.
1. Mencari nilai intensitas radiasi 4. Menghubungkan kabel jumper pin
matahari menggunakan keluaran panel ke multimeter digital,
phyranometer. untuk kabel jumper negatif langsung
2. Mencari nilai intensitas radiasi dihubungkan ke pin com multimeter,
maksimum rata-rata lampu halogen sedangkan kabel jumper positif
500 Watt dengan menggunakan dihubungkan dulu ke variabel
phyranometer dan luxmeter dengan resistor baru dihubungkan lagi ke
cara mengatur sudut elevasi multimeter digital.
matahari pada 90°, sudut panel
pada 0°, dan sudut matahari atau
sudut datang surya pada 0°, agar
lampu halogen 500 Watt tegak lurus
dengan panel surya lalu
dibandingkan hasilnya dengan
intensitas radiasi matahari
maksimum. Hasil perbandingan Gambar 9. Diagram skematik untuk
ditampilkan pada Tabel 1. sebagai membaca tegangan titik daya
berikut: maksimum (𝑉𝑀𝑃𝑃 ).

Tabel 1. Hasil perbandingan intensitas


radiasi matahari dengan lampu halogen.
Konversi Intensitas Konversi Intensitas
Intensitas Radiasi
No Radiasi Lampu Radiasi Lampu
Matahari (W/m2)
Halogen (W/m2) Halogen (Lux)
1 100 25.15 1311.87
2 200 50.29 2623.74
3 300 75.44 3935.61 Gambar 10. Diagram skematik
4 400 100.58 5247.48 untuk membaca arus titik daya
5 500 125.73 6559.35 maksimum (𝐼𝑀𝑃𝑃 ).
6 600 150.88 7871.22
7 700 176.02 9183.09
8 800 201.17 10494.96 C. Tahap pengambilan data
9 900 226.31 11806.83 1. Mengatur sudut datang surya
10 1000 251.46 13126.00 sesuai hasil perhitungan rumus.
2. Mengatur sudut elevasi lampu
Setelah itu menghitung rata-rata halogen sebagai pengganti
nilai intensitas radiasi matahari matahari.
setiap 40 menit mulai dari jam 08.00 3. Mengatur dimmer cahaya lampu
WITA s/d 15.20 WITA, lalu halogen 500 Watt pada solar
interpolasi dengan menggunakan emulator lalu mengukur nilai
Tabel 1. untuk mendapatkan nilai intensitas radiasi lampu
intensitas radiasi lampu halogen. menggunakan luxmeter. Nilai
3. Mengitung sudut datang surya. toleransi luxmeter sebesar ±20 lux.
Tujuan perhitungan sudut datang 4. Mengatur sudut panel surya pada
surya adalah untuk mengetahui sudut 10°.
seberapa besar sudut datang 5. Mengambil data arus dan tegangan
matahari pada tanggal tertentu. yang dihasilkan menggunakan
multimeter digital.
B. Tahap set up peralatan 6. Mengulangi tahap pengambilan
1. Menghubungkan kabel steker solar data arus dan tegangan untuk
emulator ke stop kontak PLN untuk variasi sudut panel 20° dan 30°.
bisa menghidupkan lampu halogen 7. Mendinginkan panel surya selama
500 Watt. 1 menit.
2. Set sudut elevasi pada 90°, sudut 8. Kembali ke tahap pengambilan
panel pada 0°, dan sudut matahari data nomor 1 s/d 7 untuk variasi
atau sudut datang surya pada 0°, sudut elevasi matahari yang
agar lampu halogen 500 Watt tegak berbeda.
lurus dengan panel surya.

4
PEMBAHASAN Perubahan nilai tegangan titik daya
1. Hubungan Sudut Elevasi Terhadap maksimum dan arus titik daya maksimum
Tegangan Titik Daya Maksimum pada setiap sudut elevasi mengalami
(𝑽𝑴𝑷𝑷 ) dan Arus Titik Daya kenaikan sampai nilai tertinggi setelah itu
Maksimum (𝑰𝑴𝑷𝑷 ) mengalami penurunan yang disebabkan
oleh perbedaan nilai intensitas radiasi lampu
16,00 250,00
halogen akibat sudut elevasi yang diterima
oleh panel surya. Nilai-nilai tegangan titik
14,00
200,00 daya maksimum dan arus titik daya

Intensitas Radiasi (W/m2)


12,00
maksimum tertinggi yang terjadi pada
10,00 150,00 masing-masing sudut panel disebabkan
Vmpp (V)

8,00 oleh posisi sudut lampu halogen yang bisa


100,00
6,00 dikatakan tegak lurus terhadap bidang panel
4,00 surya meskipun sudut datang surya tidak
50,00
2,00 membuat lampu dengan panel surya tegak
0,00 0,00 lurus namun sudut elevasi yang membuat
panel terlihat tegak lurus dengan lampu.
Sudut tegak lurus akibat sudut elevasi pada
setiap panel 10°, 20°, dan 30° berbeda-beda
yaitu pada sudut panel 10° akan dikatakan
Sudut elevasi (°) tegak lurus pada sudut elevasi 80°, sudut
panel 20° pada sudut elevasi 70°, dan sudut
Sudut panel 10 panel surya 30° pada sudut elevasi 60°. Jika
Sudut panel 20 melihat grafik intensitas radiasi lampu
Sudut panel 30
halogen, nilai intensitas radiasi tertinggi
terjadi pada sudut elevasi 90°. Hal tersebut
Intensitas Radiasi Lampu Halogen
dikarenakan matahari bergerak dari terbit
Gambar 11. Grafik hubungan sudut elevasi hingga mencapai sudut tegak lurus cahaya
terhadap 𝑉𝑀𝑃𝑃 untuk setiap sudut panel. matahari dengan permukaan bumi pada jam
(Tanggal : 19 Maret 2016) 12.00 WITA (sudut elevasi 90°) sehingga
intensitas radiasi matahari mencapai nilai
tertinggi setelah itu mulai menurun setelah
0,05 250,00
0,05
melewati jam 12.00 WITA pada saat cuaca
cerah. Meskipun nilai intensitas radiasi yang
Intensitas Radiasi (W/m2)

0,04 200,00
0,04 diterima setiap sudut panel pada saat tegak
0,03 150,00 lurus sudut elevasi lebih rendah daripada
Impp (A)

0,03
0,02 100,00
nilai intensitas radiasi tertinggi (sudut elevasi
0,02 90°), namun nilai tegangan titik daya
0,01 50,00 tertinggi dan arus titik daya tertinggi yang
0,01
dihasilkan oleh panel surya akan lebih tinggi.
0,00 0,00
Hal itu dikarenakan semakin besar sudut
panel surya maka luasan yang menerima
cahaya akan lebih banyak sehingga energi
foton yang dimanfaatkan oleh sel surya akan
semakin banyak. Intensitas radiasi
Sudut elevasi (°)
memberikan pengaruh yang penting baik
Sudut panel 10
pada 𝐼𝑀𝑃𝑃 maupun 𝑉𝑀𝑃𝑃 (Putranto, 2016).
Besar kecilnya 𝐼𝑀𝑃𝑃 pada suatu modul surya
Sudut panel 20
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
Sudut panel 30
antara lain tingkat radiasi cahaya matahari,
Intensitas Radiasi Lampu Halogen temperatur sel surya, jumlah foton, sifat
optikal (penyerapan dan pemantulan) dari
Gambar 12. Grafik hubungan sudut elevasi
sel surya dan keadaan cuaca (Adityawan,
terhadap 𝐼𝑀𝑃𝑃 untuk setiap sudut panel.
2010).
(Tanggal : 19 Maret 2016)
Kecilnya nilai tegangan titik daya
Tegangan titik daya maksimum dan
maksimum dan arus titik daya maksimum
arus titik daya maksimum adalah nilai
yang tersebut juga disebabkan oleh
tegangan dan arus yang didapat akibat
penggunaan energi cahaya lampu halogen
intensitas radiasi dengan resistansi 300
yang berbeda dengan energi cahaya
ohm.

5
matahari karena nilai intensitas radiasi akibat sudut elevasi yang naik sampai sudut
cahaya matahari lebih besar daripada tegak lurus elevasi dengan setiap sudut
intensitas radiasi cahaya lampu halogen. panel. Semakin tinggi 𝑉𝑀𝑃𝑃 dan 𝐼𝑀𝑃𝑃 yang
Resistansi sebesar 300 ohm juga dihasilkan oleh suatu modul surya, maka
mempengaruhi besarnya nilai arus dan semakin tinggi pula 𝑃𝑀𝑃𝑃 yang dihasilkan.
tegangan. Rumus dasar tegangan adalah Hal ini juga dijelaskan pada penelitian
𝑉
𝑉 = 𝐼 × 𝑅 dan arus adalah 𝐼 = . Artinya Putranto (2016) Semakin tinggi 𝑉𝑀𝑃𝑃 dan
𝑅
tegangan berbanding lurus dengan 𝐼𝑀𝑃𝑃 maka 𝑃𝑀𝑃𝑃 akan mengalami kenaikan.
resistansi (hambatan) sedangkan arus Karena nilai daya titik maksimum
berbanding terbalik dengan resistansi. berbanding lurus dengan tegangan titik daya
maksimum dan arus titik daya maksimum.
2. Hubungan Sudut Elevasi Terhadap Penelitian ini memberikan bukti
Daya Titik Maksimum (𝑷𝑴𝑷𝑷 ) perbedaan intensitas radiasi lampu halogen
akibat sudut elevasi menyebabkan daya titik
maksimum yang dihasilkan oleh panel surya
0,80 250,00
berbeda-beda pada setiap sudut panel
0,70 surya. Nilai 𝑃𝑀𝑃𝑃 pada sudut panel 30° lebih
200,00

Intensitas Radiasi (W/m2)


0,60 besar dibandingkan dengan sudut panel 10°
0,50 150,00 dan 20° di sudut elevasi 30° (08.00-08.40
Pmpp (W)

0,40 WITA) karena nilai 𝑉𝑀𝑃𝑃 dan 𝐼𝑀𝑃𝑃 pada sudut


0,30 100,00 panel 30° di sudut elevasi 30° lebih besar
0,20
dibandingkan dengan sudut panel 10° dan
50,00 20°, namun di sudut elevasi -50° (14.41-15-
0,10
20 WITA) nilai 𝑃𝑀𝑃𝑃 pada sudut panel 10°
0,00 0,00
lebih besar dibandingkan dengan sudut
panel 20° dan 30°. Jika membandingkan
sudut elevasi 30° dan -50°, pada sudut
elevasi 30° diibaratkan lampu halogen
berada pada posisi Timur sedangkan sudut
Sudut elevasi (°)
elevasi -50° diibaratkan lampu halogen
Sudut panel 10
berada pada posisi Barat. Sudut panel 10°,
20°, dan 30° memiliki nilai positif yang
Sudut panel 20
artinya sudut panel berada pada posisi
Sudut panel 30
Timur. Artinya jika lampu halogen berada
Intensitas Radiasi Lampu Halogen pada posisi Timur, maka sudut panel 30
memiliki nilai yang lebih besar daripada
Gambar 13. Grafik hubungan sudut elevasi sudut panel 10 dan 20, lalu jika lampu
terhadap daya titik maksimum untuk setiap halogen berada pada posisi Barat, sudut
sudut panel. panel 10 yang memiliki nilai yang lebih besar
(Tanggal : 19 Maret 2016) daripada sudut panel 20° dan 30°. Hal
tersebut dikarenakan jumlah energi yang
Daya maksimum dipengaruhi oleh dimanfaatkan oleh panel surya lebih banyak
tegangan titik daya maksimum (𝑉𝑀𝑃𝑃 ) dan menyebabkan nilai 𝑃𝑀𝑃𝑃 lebih besar pada
arus titik daya maksimum (𝐼𝑀𝑃𝑃 ) yang saat lampu halogen berada pada posisi
didapat dari hasil pengambilan data. Daya Timur daripada di posisi Barat. Peningkatan
maksimum yang dihasilkan panel surya intensitas radiasi memiliki pengaruh yang
pada saat diberi beban berupa resistansi signifikan terhadap daya keluaran panel
sebesar 300 ohm dapat dihasilkan dengan surya (Tanesab, 2007).
cara mengalikan 𝑉𝑀𝑃𝑃 dan 𝐼𝑀𝑃𝑃 . Pada dasarnya pemanfaatan
Sama halnya dengan 𝑉𝑀𝑃𝑃 dan 𝐼𝑀𝑃𝑃 intensitas radiasi matahari efektif yaitu pada
nilai 𝑃𝑀𝑃𝑃 setiap sudut panel surya 10°, 20°, waktu 10.30 WITA (sudut elevasi matahari
dan 30° juga berada pada nilai tertinggi pada 60°) sampai 14.30 WITA (sudut elevasi
tegak lurus akibat sudut elevasi lampu matahari -60°) ketika cuaca cerah.
halogen dengan panel surya. Kenaikan lalu Berdasarkan nilai daya titik maksimum
penurunan nilai 𝑃𝑀𝑃𝑃 juga sama dengan nilai (𝑃𝑀𝑃𝑃 ) yang didapat dari hasil perhitungan
𝑉𝑀𝑃𝑃 dan 𝐼𝑀𝑃𝑃 . Hal ini dikarenakan nilai disimpulkan bahwa penggunaan sudut
tegangan titik daya maksimum dan arus titik panel optimum adalah pada sudut panel 10°.
daya maksimum akan semakin besar jika
intensitas radiasi lampu halogen bertambah

6
3. Hubungan Sudut Elevasi Terhadap adalah apabila daya keluarannya/titik daya
Efisiensi Panel Surya maksimum turun maka dengan sendirinnya
Pada bagian ini akan dibahas efisiensinya juga akan turun, namun hal
mengenai hubungan sudut elevasi terhadap tersebut hanya terjadi pada sudut panel 10°
efisiensi. Tujuan dari perbandingan ini sedangkan pada sudut panel 20° dan 30°
adalah untuk mencari perbedaan efisiensi tidak terjadi. Hal tersebut dikarenakan posisi
sudut panel 10°, 20°, dan 30° pada sudut panel yang diibaratkan mengadap ke
intensitas radiasi lampu halogen tertentu arah Timur sehingga nilai daya output yang
akibat sudut elevasi. dibangkitkan oleh panel surya akan semakin
besar ketika sudut panel semakin besar.
6,00 250,00
Apabila nilai daya outputnya membesar
akibat perubahan sudut panel sedangkan
5,00 nilai daya inputnya tetap maka efisiensi akan

Intensitas Radiasi (W/m2)


200,00

4,00
naik sehingga pada sudut 20° dan 30°
150,00 memiliki kecenderungan mengalami
ƞ (%)

3,00 penurunan efisiensi pada setiap sudut


100,00 elevasi.
2,00
Besarnya kecilnya nilai efisiensi
50,00
1,00 juga terjadi karena dipengaruhi oleh
0,00 0,00
perubahan sudut elevasi dan besarnya
intensitas yang diterima panel. Setiap sudut
elevasi mempengaruhi nilai intensitas
radiasi yang dihasilkan oleh lampu halogen
sehingga daya input yang dihasilkan
Sudut elevasi (°)
berbeda, luas bidang yang terkena
intensitas radiasi lampu halogen berbeda
Sudut panel 10 pada setiap sudut panel 10°, 20°, dan 30°
Sudut panel 20
akibat sudut elevasi.
Sudut panel 30
KESIMPULAN
Intensitas Radiasi Lampu Halogen
Berdasarkan hasil dan pembahasan
Gambar 14. Grafik hubungan sudut elevasi maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
terhadap efisiensi untuk setiap sudut panel. sebagai berikut:
(Tanggal : 19 Maret 2016) 1. Sudut elevasi, sudut panel surya, dan
intensitas radiasi lampu halogen
Efisiensi merupakan perbandingan berpengaruh besar terhadap daya
daya yang dibangkitkan/titik daya keluaran berupa tegangan dan arus
maksimum (𝑃𝑀𝑃𝑃 ) akibat tegangan dan arus pada panel surya.
dengan daya input akibat intensitas radiasi 2. Nilai tegangan titik daya maksimum dan
lampu halogen. Nilai efisiensi berbanding arus titik daya maksimum mengalami
lurus dengan titik daya maksimum dan kenaikan setelah itu penurunan
berbanding terbalik dengan daya input. disebabkan karena intensitas radiasi
Nilai efisiensi pada sudut panel 10° lampu halogen akibat sudut elevasi.
mengalami kenaikan dari sudut elevasi 30° tertinggi pada masing-masing sudut
(08.00-08.40 WITA) sampai nilai efisiensi panel disebabkan oleh posisi sudut
maksimum terjadi pada sudut elevasi 70° lampu halogen akibat sudut elevasi
(10.41-11.20 WITA) lalu nilai efisiensi turun yang bisa dikatakan tegak lurus
sampai sudut elevasi -50° (14.41-15.20 terhadap bidang panel surya.
WITA). Sedangkan pada sudut panel 20°, 3. Semakin tinggi 𝑉𝑀𝑃𝑃 dan 𝐼𝑀𝑃𝑃 yang
nilai efisiensi mengalami penurunan dari dihasilkan ketika intensitas radiasi
sudut elevasi 30° sampai sudut elevasi 60° lampu halogen akibat sudut elevasi
(10.01-10.40 WITA) lalu nilai mengalami yang diterima panel surya, maka
kenaikan sedikit pada sudut elevasi 70° semakin tinggi pula 𝑃𝑀𝑃𝑃 yang
(10.41-11.20 WITA) selanjutnya nilai dihasilkan.
mengalami penurunan kembali sampai 4. Besarnya kecilnya nilai efisiensi terjadi
sudut elevasi -50°. Selanjutnya pada sudut karena dipengaruhi oleh perubahan
panel 30° nilai efisiensi mengalami sudut elevasi dan besarnya intensitas
penurunan pada setiap sudut elevasi. yang diterima panel.
Pernyataan Rizali, M., & Irwandy (2015)

7
5. Pemanfaatan intensitas radiasi Terhadap Daya Pada Kondisi
matahari efektif yaitu pada waktu 10.30 Eksperimental Dan Daya,
WITA (sudut elevasi 60°) sampai 14.30 Proceeding Seminar Nasional
WITA (sudut elevasi -60°) ketika cuaca Tahunan Teknik Mssin XIV (SNTTM
cerah sehingga daya keluaran (Pmpp) XIV).
yang didapatkan optimal. Dapat Sidopekso, S., & Febtiwiyanti, A. E., (2010),
disimpulkan bahwa penggunaan sudut Studi Peningkatan Output Modul
panel optimum adalah pada sudut Surya Dengan Menggunakan
panel 10° ketika memposisikan ke arah Reflektor, Berkala Fisika Vol. 12,
Timur dengan nilai Pmpp tertinggi No. 3, 101 - 104.
sebesar 0,60 Watt. Sidopekso, S., Nasbey, H., & Wibowo, A.,
(2011), Pengukuran I-V Dengam
SARAN Menggunakan Sun Simulator
Berdasarkan penelitian yang telah Sederhana. Jurnal Ilmiah Elite
dilakukan, maka saran-saran yang dapat Elektro, Vol. 2, No. 2, 79-82.
disampaikan adalah sebagai berikut: Strong, S. J., (1987), The Solar Electric
1. Untuk penelitian selanjutnya bisa House, A Design Manual for Home-
menggunakan pengaruh suhu pada Scale Photovoltaic Power Systems,
panel surya. Pennsylvania: Rodale Press.
2. Untuk pengukuran intensitas radiasi Twidell, J., & Weir, T., (2006), Renewable
lampu halogen, penempatan alat Energy Resources, USA: Taylor &
ukur harus pas agar data yang Francis.
didapatkan lebih akurat.
3. Pada pengambilan data nilai
tegangan dan arus, jangan terlalu
dekat dengan solar emulator karena
bisa membuat nilai yang keluar tidak
stabil

DAFTAR PUSTAKA
Adityawan, E., (2010), Studi Karakteristik
Pencatuan Solar Cell Terhadap
Kapasitas Sistem Penyimpanan
Energi Baterai, Depok: Fakultas
Teknik, Departemen Teknik Elektro,
Universitas Indonesia.
Anonim, (2012), Materi Pelatihan Teknologi
Energi Surya (TES), Mataram:
Fakultas Teknik, Universitas
Mataram.
Asrul, Demak, R. K., & Hatib, R., (2016),
Komparasi Energi Surya Dengan
Lampu Halogen Terhadap Efisiensi
Modul Photovoltaic Tipe
Multicristalline. Jurnal Mekanikal,
Vol.7 No.1, 625-633.
Himran, S., (2005), Energi Surya, Makassar:
CV Bintang Lamumpatue.
PT. PLN (Persero), (2015), Statistik PLN
2014, Jakarta: Sekretariat
Perusahaan PT. PLN (Persero).
Putranto, T., (2016), Analisa Penggunaan
Solar Reflector Dan Variasi
Kecepatan Angin Terhadap Unjuk
Kerja Modul Surya Fotovoltaik (PV)
Polycrystalline, Mataram: Fakultas
Teknik, Universitas Mataram.
Rizali, M., & Irwandy, (2015), Pengaruh
Temperatur Permukaan Sel Surya

You might also like