Professional Documents
Culture Documents
Praktikum III Crustacea (Amdes) Selesai
Praktikum III Crustacea (Amdes) Selesai
FILUM CRUSTACEA
OLEH:
1
Amdes Mahmudah dan 2Siti Nur Syafika Binti Ardi
1
Jurusan Budidaya Perairan, Btn Puri Tawang Alun, amdesmahmuda@gmail.com
2
Jurusan Budidaya Perairan, Jln. Lalombaku, Btn Alam Salsabila 2,
snsyafika@gmail.com
ABSTRAK
Avertebrata air merupakan organisme yang tidak mempunyai tulang belakang dan
sebagian atau seluruhnya habitatnya di perairan, salah satu filum di dalam avertebrata
yaitu Crustacea adalah hewan bercangkang yang banyak terdapat di air tawar dan air
laut. Crustacea atau udang - udangan adalah suatu kelompok besar dari artropoda,
terdiri dari kurang lebih 52.000 spesies yang terdeskripsikan. Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Sabtu, 17 Desember 2022 Pukul 10.00-12.00 WITA di
Laboratorium Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Halu Oleo, Kendari. Tujuan praktikum avertebrata ini yaitu
untuk mengetahui struktur morfologi dan anatomi organisme pada filum crustacea.
Metode pengamatan yang dilakukan dengan mengamati secara langsung struktur
morfologi dan membelah organisme untuk di amati struktur anatomi pada organisme
tersebut. Metode pengamatan dilakukan yaitu mengambil bahan dan meletakkannya
di baki, kemudian bahan tersebut diletakan di kertas laminating untuk diamati
morfologi dan anatominya, setelah diamati foto menggunakan kamera. Hasil
pengamatan pada struktur morfologi Kepiting Bakau (S. serrata) terdapat mata,
antena, capit, propondus, capus, merus, karapaks, kaki renang dan kaki jalan.
Sedangkan struktur anatominya terdapat heart, kidney, brain, testis, claws. Struktur
morfologi pada Kepiting Rajungan (P. pelagicus) terdapat mata, antenna, capit,
propondus, capus, merus, karapaks, kaki jalan dan kaki renang. Sedangkan pada
struktur anatominya terdapat hearth,. brain, kidney, testis, dan claw. Struktur
morfologi pada Udang Windu (Penaeus monodon) terdapat mata, antenna, antenulla,
kaki renang, kaki jalan, telson, rostrum dan karapaks. Sedangkan pada struktur
anatominya terdapat lambung, jantung, usus dan otak. Hasil pengamatan secara
morfologi pada organisme Lobster Batik (Panulirus longipes), memiliki mata
mejemuk, antena, antenulla, cephalotoraks, perut, kaki jalan, kaki renang dan telson.
Anatominya terduiri dari perut, mata, otak, dan usus.
Kata Kunci : Anatomi, Antena, Crustacea, Karapaks, Morfologi, Telson.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Avertebrata air adalah hewan air yang tidak mempunyai tulang belakang.
Avertebrata air mempunyai bentuk yang beragam dan dapat di jumpai mulai dari
yang berukuran mikro meter sampai yang berukuran meter. Dari lingkungan
hidupnya ada yang di darat, laut maupun payau, bahkan di daerah ekstrim seperti
danau garam. Avertebrata air terbagi menjadi tujuh filum salah satu diantaranya yaitu
filum crustacea (Haris, 2016).
Filum crustacea pada umumnya merupakan organisme aquatik, Crustacea
berasal dari bahasa Latin, yaitu crusta yang berarti cangkang yang keras. pembagian
tubuh terdiri dari kepala, dada, dan perut. Bagian kepala dan dada menyatu yang
disebut cephalothorax. Di bagian kepala terdapat sepasang antenula, sepasang
mandibula, dan dua pasang maksila. Crustasea adalah hewan dengan kaki beruas-
ruas, berukuku dan bersegmen. (Setiawan et al., 2019).
Crustasea mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi sebagaian besar
Malacostraca di manfaatkan manusia sebagai makanan yang kaya protein hewani,
contohnya udang, kepiting, dan lobster. Kelas Entomostraca juga di manfaatkan
manusia sebagai pakan ikan untuk industry perikanan. (Prananta, 2017).
Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu komoditas perikanan
yang memiliki potensi sebagai penyangga kehidupan masyarakat terutama bagi
nelayan sekala kecil (small scale fisheries). Kepiting bakau (Scylla serrata) termasuk
sumberdaya perikanan pantai yang mempunyai nilai ekonomis penting dan
mempunyai harga yang mahal. Jenis kepiting bakau (Scylla serrate) ini disenangi
masyarakat karena bernilai gizi tinggi dan mengandung berbagai nutrien penting
(Oktamalia et al., 2017).
Kepiting Rajungan (Portunus pelagicus) adalah kelompok kepiting dari
famili Portunidae yang merupakan bagian Crustace dari kelas Malacostraca dan
ordo Decapoda. Decapoda telah banyak menjadi obyek penelitian karena mempunyai
nilai ekonomis sangat tinggi dan memiliki keragaman jenis yang cukup besar.
Sebaran Kepiting Rajungan (Portunus pelagicus) meliputi perairan pantai tropis di
sepanjang Samudera Hindia bagian barat, timur Samudera Pasifik dan Indo-Pasifik
barat (Ernawati et al., 2014). Kepiting Rajungan (Portunus pelagicus) memiliki
habitat di daerah tepi pantai dan pesisir serta hidup pada substrat yang berpasir dan
berlumpur, sehingga menyebabkan Kepiting Rajungan (Portunus pelagicus) banyak
dimanfaatkan secara langsung oleh nelayan karena dekat dengan tepi pantai dan
memiliki nilai ekonomis tinggi (Sara et al., 2016).
Udang windu (Panaeus monodon) termasuk kedalam ordo decapoda, famili
penaeidae, genus penaeus, spesies Penaeus monodon. P. monodon terdiri dari dua
bagian yaitu bagian kepala yang dilindungi oleh cangkang kepala. Bagian depan
merincing dan melengkung membentuk huruf “S” yang disebut rostum. Pada bagian
rostum terdapat 7 gerigi, bagian kepala lainnya yaitu mempunyai sepasang mata
majemuk bertangkai, sepasang sirip kepala, 5 pasang kaki jalan, sepasang alat
pembantu rahang, sepasang antena dan 2 pasang antenula (Harahap et al., 2017).
Lobster Batik (Panulirus longipes) merupakan salah satu spesies ekonomis
penting dan menjadi komoditas ekspor. Lobster Batik (Panulirus longipes)
merupakan salah satu target tangkapan utama nelayan, karena harga jual lobster Batik
(Panulirus longipes) yang sangat tinggi. Tingginya intensitas penangkapan dan
banyaknya jumlah nelayan lobster Batik (Panulirus longipes) menyebabkan kurang
adanya pengelolaan terhadap ketersediaan stok lobster Batik (Panulirus longipes) di
perairan. Kurangnya pengendalian intensitas penangkapan juga menyebabkan ukuran
rata - rata lobster Batik (Panulirus longipes) yang tertangkap semakin kecil. Ukuran
yang semakin kecil menyebabkan nilai ekonomis lobster Batik (Panulirus longipes)
semakin rendah. Kurangnya informasi mengenai musim puncak penangkapan lobster
Batik (Panulirus longipes) juga menyebabkan usaha penangkapan pada bulan – bulan
tertentu mengalami penurunan produksi. Melihat kondisi tersebut maka diperlukan
studi mengenai aspek biologi lobster Batik (Panulirus longipes) terutama pada
pertumbuhan, laju mortalitas, dan pola rekrutmen lobster Batik (Panulirus longipes)
tersebut (Bakhtiar et al., 2013).
Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan praktikum mengenai
filum Crustacea, agar lebih menambah pengetahuan tentang morfologi maupun
anatomi organisme dari filum Crustacea.
Tujuan pada praktikum ini adalah untuk mengetahui filum Crustacea secara
morfologi dan anatomi filum Crustacea.
Manfaat pada praktikum filum Crustacea adalah sebagai bahan masukan
untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta jenis-jenis mengenai filum
Crustacea.
II. METODE PRAKTIKUM
Alat yang digunakan dalam praktikum filum Crustacea yaitu pisau bedah
(Scalpel) yang digunakan untuk membedah objek pengamatan, mistar digunakan
untuk mengukur panjang objek yang di amati, baki (Dissecting-pan) untuk
menyimpan organisme yang diamati, pinset untuk menjepit organisme, kamera untuk
memotret organisme yang diamati, kertas laminating sebagai alas meletakkan objek,
toples sebagai wadah untuk organisme, kertas HVS sebagai alat tulis.
Bahan yang digunakan berupa tisu untuk membersihkan alat dan
organisme yang digunakan sebagai objek pengamatan adalah Kepiting Bakau (Scylla
serrata), Kepiting Rajungan (Portunus pelagicus), Udang Windu (Penaeus
monodon), Lobster Batik (Panulirus longipes).
C. Metode Pengamatan
Metode pengamatan yang dilakukan pada pratikum ini yaitu menyiapkan alat
dan bahan, meletakan organisme diatas kertas laminating kemudian
didokumentasikan, diamati bentuk morfologinya dan digambar, kemudian dilakukan
pembedahan untuk mengamati anatominya, selanjutnya membuat laporan sementara
terakhir membersihkan dan merapikan alat dan bahan.
III. HASIL DAN PENGAMATAN
A. Hasil
A. Simpulan
B. Saran
Saran saya pada praktikum selanjutnya agar lebih baik lagi dan asisten
membimbing praktikan dengan baik begitu pula dengan praktikan agar lebi tenang
dan tidak terlalu ribut didalam laboratorium agar tetap kondusif dan praktikum bisa
berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, A., Sentosa., & Syam, A. R. 2011. Sebaran temporal faktor kondisi kepiting
bakau (scylla serrata) di perairan pantai mayangan,kabupaten subang, jawa
barat. Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.). vol.13 (1): 35-43.
Aulia, D. 2018. Budidaya Udang Vaname. Amafrad press. Kota Agung.
Bakhtiar, M. N., Solichin, A., & Saputra, W. S. 2013. Pertutumbuhan dan Laju
Mortalitas Lobster Batu Hijau (Panulirus homarus) di Perairan Cilacap Jawa
Tengah. Diponegoro Journal Of Maquares. Vol 2 (4):1-10.
Ernawati, T., Boer, M., & Yonvitner. 2014. Biologi Populasi Rajungan (Portunus
pelagicus) di Perairan Sekitar Pati Jawa Tengah. Jurnal Bawal. Vol. 6(1):31-
40
Harahap, R, F., Kardhinata, H, E., dan Mutia, H. 2017. Inventarisasi Jenis Udang Di
Perairan Kampung Nipah Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai
Sumatera Utara. Jurnal Biolink. Vo. 3(2): 92-102.
Husin, A. 2022. Penentuan Kadar Logam Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu) pada Ikan
Belanak dan Kepiting Rajungan Di Perairan Benoa Kabupaten Badung Secara
Spektroskopi Serapan Atom (SSA). Skripsi. Malang.
Maharani, G., Sunarti., Triastuti, J., & Juniastuti, T. 2018. Kerusakan dan Jumlah
Hemosit. Udang Windu (Penaeus monodon) Yang Mengalami Zoothamniosis.
Vol.1(1):26.
Oktamalia., Aprianto, E., & Hartono, D. 2018. Potensi Kepiting Bakau (Scyllas spp)
pada Ekosistem Mangrove di Kota Bengkulu.
Pranata, B., Vera, S., & Suhaemi. 2017. Aspek Biologi Dan Pemetaan Daerah
Penangkapan Lobster Daerah Penangkapan Lobster (Panulirus Spp) Di
Perairan Kampung Akudiomi Distrik Yaur Kabupaten Nabire. Jurnal
Sumberdaya Akuatik Indopasifik. Vol 1(1) .
Pratiwi, B. W., Nuraini, T. A. R., & Widya, N. 2021. Kajian Morfometri Rajungan
(Portunus pelagicus) Linnaeus 1758 (crustacea:portunidae) Pada Dua Fase
Bulan yang Berbeda di Perairan Desa Tunggul Sari Rembang. Journal Of
Merine Research. vol 10(1):109-116.
Purwanti, A, & Yusuf, M. 2014. Evaluasi Proses Pengolahan Limba Kulit Udang
Untuk Meningkatkan Mutu Kitosan yang Dihasilkan. Jurnal Teknologi. Vol 7
(1):83-90.
Sara, L., Muskita, W. H., Astuti, O., & Safilu. 2016. The reproductive biology oblue
swimming crab Portunus pelagicus in Southeast Sulawesi Waters, Indonesia.
AACL Bioflux. 9(5):1101-1112.
Setiawan, J., & Fujianor, M. 2019. Keanekaragaman Jenis Arthropoda Permukaan
Tanah di Desa Banua Rantau Kecamatan Banua Lawas. Jurnal Pendidikan
Hayati. Vol 5(1).
Utina, R. 2013. Deskripsi Perbedaan Jumlah Individu Kepiting Bakau Scylla Serrata
dan Uca sp. Serta Hubungannya dengan Faktor Lingkungan Pada Ekosistem
Mangrove Di Desa Bulalo Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara.
Laporan Hasil Penelitian. Gorontalo.