Professional Documents
Culture Documents
DOI: http://dx.doi.org/10.32678/alqalam.v29i1.570
A. ILYAS ISMAIL
Fakultas Ihnu Dakwah clan Ihnu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Email: ilyasismail@hotmail.com
Abstract
Theologically, Islam is one and absolutely correct. However,
historicaffy, after being understood and translated into the real life, Islam
is not single, but various or plural that manifests at feast in three schools of
thoughts: Traditional Islam, Revivalist Islam (fundamentalism), and
Liberal Islam (Progressive). The group of Jaringan Islam Liberal (JIL)
represents the fast school of thoughts. Even though it is stiff young (ten
years), JIL becomes populer because it frequentfy proposes the new
thoughts that often evoke controversions in the community. The reformation
of thoughts proposed by JIL covers four areas: first, reformation in politics.
In this context, JIL gives a priority to the idea of secularism; Second,
reformation in socio-religion. Dealing with this, JIL proposes the concept
of pluralism; Third, reformation in individual freedom. In this case, JIL
gives a priority to the idea of liberalism both in thoughts and
actions;fourth, reformation in women. Regarding this, JIL proposes the
idea of gender equaliry. This reformation thought of JIL receives pro and
con in the community. On the one hand,some of them panne and fulminate
it; on the other hand, the other ones support and give appreciation. In such
situation, JIL grows as a thought and Islamic progressive movement in
Indonesia.ation, ]IL grows as a thought and Islamic progressive
movement in Indonesia.
Abstrak
Secara teologis, Islam adalah satu (tunggal) dan mutlak benar.
Namun, secara historis, setelah dipahami dan dite,jemahkan dalam realitas
kehidupan, Islam tidaklah tunggal melainkan beragam yang mewujud dan
Pengantar
Islam biasa dibedakan dalam arti teologis clan historis. Secara
teologis, seperti sering dikemukakan Harun Nasuti.on, Islam aclalah
tunggal clan bersifat mutlak benar. Namun secara historis, setelah
dipahami clan diamalkan dalam dimensi ruang clan waktu, Islam ticlak
tunggal, tetapi beragam, yang mengejawantah dalam berbagai aliran
pemikiran (school of thoughts) mulai clari yang paling tradisional
(ortocloks) hingga yang paling liberal.
Dalam kaitan ini, John L. Esposito membaca pola pemikiran
Islam ke clalam empat kategori, yaitu pola pemikiran sekular,
konservatif, neo tradisionalis (neo funclamentalis) clan reformis
(neomoclernis). 1 Sementara, Charles Khurzman mengklasifikasi aliran
pemikiran Islam ke clalam tiga kelompok, yaitu Islam tradisional
(Traditional Islam), Islam funclamentalis atau radikalis (Fundamentalis
Islam), clan Islam liberal (Liberal Islam). Ketiganya, menurut
Khurzman, sating berlawanan satu sama lain.
ALQALAM 68 Vol. 36, No. 1 (Januari-Juni 2019)
Di Indonesia, kelompok Islam liberal bergabung dalam
kelompok yang menamakan diri, Jaringan Islam Llberal OIL).
Kelompok ini lahir sebagai respon atas munculnya Islam orotodok
atau konservatif, clan juga Islam radikal, yang mulai mendominasi
ruang publik di Indonesia sejak penghujung abad yang lalu. Dengan
sokongan dari 28 kontributor domestik clan Intemasional, tokoh
tokoh muda seperti Luthfi Assaukanie (Paramadina), Ulil Abshar
Abdalla (Lakpesdam NU) clan Ahmad Saha! Qumal Kalam) disebut
sebut sebagai pelopor clan pengelola periode awal JIL2.
Memasuki usianya yang kesepuluh, JIL dengan program
programnya, telah banyak mewamai pemahaman clan penafsiran
Islam Indonesia kontemporer. Tentu saja perjuangan itu bukannya
tanpa hambatan clan perlawanan. Seperti telah dijelaskan di muka,
JIL sebagai corong penafsiran Islam bercorak progresif berhadapan
dengan sejumlah organisasi, ormas baik dari kelompok muslim
radikal-fundamental maupun tokoh-tokoh ulama konservatif
ortodoks. Singkat kata, kemunculan JIL dalam kancah pemikiran
Islam di Indonesia telah menjadi semacam kontroversi publik.
Seperti halnya perlawanan dari kelompok fundamental clan
konservatif tersebut, dukungan moral clan material terhadap gerakan
ini juga berdatangan dari banyak pihak, baik dalam maupun luar
negeri. Dalam perkembangan berikutnya, eksistensi JIL di Indonesia
menjadi suatu fenomena yang menarik untuk diteliti oleh banyak
kalangan, baik dari dalam maupun intemasional.
Tidak kurang sejumlah artikel clan disertasi ditulis sebagai
bentuk analisa atas gerakan Islam progresif ini. Sebut saja artikel
bertema "The Rise of Liberal Islam: Network in Indonesia" yang ditulis
oleh Muhammad Ali, seorang dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang menjalani studi doktoralnya di Universitas Hawaii Amerika
Serikat. Artikel setebal 26 halaman ini membahas tentang fenomena
kebangkitan Islam liberal di Indonesia dengan spesifikasi bahasan
JIL. Ada lagi tulisan bertajuk "Developing Islamic Argument far Change
Through Liberal Islam" yang disusun oleh Virginia M. Hooker, Guru
Besar Studi Asia di Australian National University (ANU). Tulisan
setebal tidak kurang dari 29 halaman ini merupakan kumpulan
tulisan dari jumal studi Asia Tenggara yang digarapnya bersama
Amin Saikal. Dari disertasi, ada tulisan dari Nicolaus Teguh Budi
Catatan Akhir:
1 Jhon L. Esposito, Islam The Straight Path, (New York: Oxford University
29.
3 Ali Said Damanik, Fenomena Partai Keadilan: Transformasi 20 Tahun Gerakan
Report 2008 on Religious and BeliefPluralism in Indonesia, Oakarta: The Wahid Institute
and TIFA, 2008).
7 Ibid.
8 Luthfi Assaukani, Islam and The Secular State In Indonesia, (Sin pore:
ga
Institute of Southeast Asian Studies, 2009), First Published, h. 201.
Beragama, dalam Luthfi Assaukanie, ed., Wcyah Islam Liberal di Indonesia, (Jakarta:
Jaringan Islam Liberal, 2002), h.136.
2; Budhy Munawar Rachman, Reorientasi Pembahantan Islam, h. 363.
26 Ibid, h. 359.
27 Ibid, h. 370.
28 Ibid, h. 350.
29 Ibid, h. 396. Lihat J uga Muhammad Iqbal, Recontruction of Religious Thougt in
Islam, tetjemahan Arab oleh 'Abbas Mahmud, (Damaskus: Dar al-Haitham, 2000),
Cet. Kedua, h. 147.
30 Budhy Munawar Rachman, Reorientasi Pembaharuan Islam, h. 431.
31 Ibid, h. 383.
32 Sinta Nuriyah Wahid, Islam Memihak Perempuan, dalam Abd Moqsith
Ghazali, ed., op.cit, h. 253. Mengenai wacana gender dan pembaruan hukum
keluarga Islam dan isu-isu feminisme dalam pandangan muslim progresif-moderat,
seputar kasus poligami, talak, nikah dan waris, baca Nashiruclin dan Sidik hasan,
Islam Progresif Indonesia: Telaah 81 A. Ilyas Ismail
Pemikiran dan Gerakan Jaringan
Islam Liberal (JIL)
Poros-Poros Ilahryyah: Perempuan Dalam Iipatan Pemikiran Mlij/im Liberal Versus
Tradisional, (Surabaya: Jaring Pena, 2009), Cet. Pertama, h. 44._"_Baca Juga Syafiq
Hasyim, Bebas Dari Patriarkhisme Islam, (Jakarta: Kata Kita, 2010), Cet.Pertama, h.
107-108. il. r::r_, :,;;
33 Lihat Ibid, h. 132-136.
34 Nasarudin Umar, Hijabisasi Perempuan dalam &tang PHP'/i� � Luthfi
,,_
Assaukanie ed., Wt!fah Islam Liberal di Intkmesia, h. 47. 8k' .r'. ;-;,,, .
35 Nurcholis Madjid, et. al., Fiqih Iintas Agama: Membangun,,M
a.ryarakat
Inklusif-Pluralis, (Jakarta: Paramadina, 2004), h. 254. Lihat juga Abd. Moqsith
Ghazali, Argumentasi Pluralisme Agama: Membangun Toleransi Berbasis alQur'an,
(Jakarta: Kata Kita, 2009), Cet. Kedua, h. 326.
36 Nasirudin clan Sidik Hasan, Poros-Poros Ilahryyah, h. 252.
37 Lihat Nong Darol Mahmada, ''Kritik Atas Jilbab," dalam Abd. Moqsith
Ghazali, Argumentasi Pluralisme Agama, h. 129. Lihat juga Saiful Amin Solihin,
"Menyorot Aurat clan Jilbab," ibid, h. 135. Lihat Juga Musdah Mulia, "Tidak Boleh
Ada Pemaksaan Jilbab," dalam Luthfi Assaukanie, Wt!Jah Islam Liberal, h. 129.
38 Lihat Husein Muhammad clan Nur Rofi'ah, "Perempuan Boleh
Mengimami Laki-Laki," dalam Abd. Moqsith Ghazali, Argumentasi Pluralisme
Agama, h. 279. Lihat juga Luthfi Assaukanie, Islam Benar versus Islam Sa/ah, (Jakarta:
Kata Kita, 2007), Cet. Pertama, h. 31.
39 Program Jaringan Islam Liberal, Di akses dari www.Islamlib.com pada
DAFTAR PUSTAKA