You are on page 1of 12

Journal of Volume 4, Issue 1, Juni 2023 (60-100)

Political Sphere (JPS) ISSN 2746-1955(Print), ISSN 2746-1947(Online)

ANTROPOSENTRISME PADA KEGIATAN EKSPLORASI


PERTAMBANGAN ILEGAL DI KAWASAN HUTAN PROVINSI ACEH
Novita Sari1, Siti Hardiyanti2, Nurul Fajri 3
1,2 Ilmu Politik, 3 Sosiologi, FISIP, USK

( corresponding author: novitasari028@usk.ac.id)

Abstract

The purpose of this study is to find out how anthropocentrism manifests in illegal mining exploration
activities in the forest area of Aceh Province. The anthropocentrism studied is related to environmental
ethics in carrying out mining exploration activities. The research used in this study uses a library research
approach using data sources in the form of books, articles, websites, newspapers and reports. In the
results of this study it was found that there is a real form of anthropocentrism in illegal mining activities
carried out at several points such as in Pidie, Central Aceh, Aceh Jaya, West Aceh, Nagan Raya and
South Aceh districts. This is evidenced by human actions that continue to extract natural resources
without regard to the impacts, the fatality of mining exploration is also carried out in protected forest
areas. Illegal mining occurs because of a lack of supervision from related parties, the negligence of those
who manage it and the lack of licensing facilitation. the factor of unscrupulous persons carrying out illegal
mining activities is to make ends meet and improve the economic standard. Mining makes business land
for the eyes of its goods so that it has an impact on the destruction of forest ecosystems, environmental
pollution, disease outbreaks and natural disasters, around 2,000 hectares of forest land has been
damaged by this illegal mining. So this research is important to do to describe that there are
anthropocentrism actions in legal mining exploration that can threaten environmental damage for the
benefit of human business.

Keywords: Anthropocentrism, Illegal Mining, Natural Resources, Forest Ecosystems.

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana wujud antroposentrisme pada kegiatan
eksplorasi pertambangan ilegal di kawasan hutan Provinsi Aceh. Antroposentrisme yang diteliti
berhubungan dengan etika lingkungan dalam melakukan kegiatan eksplorasi pertambangan. Penelitian
yang digunakan pada penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kepustakaan (library research)
dengan menggunakan sumber data berupa buku, artikel, website, surat kabar serta laporan. Pada hasil
penelitian ini ditemukan bahwa adanya wujud nyata antroposentrisme pada kegiatan pertambangan
illegal yang dilakukan di beberapa titik seperti di kabupaten pidie, aceh tengah, aceh jaya, aceh barat,
nagan raya dan aceh selatan. Hal tersebut dibuktikan dengan tindakan manusia yang terus mengeruk
sumber daya alam tanpa memperhatikan dampak yang ditimbulkan, fatalnya ekplorasi pertambangan
juga dilakukan di kawasan hutan lindung. Pertambangan illegal terjadi karena kurangnya pengawasan
dari pihak terkait, pembiaran dari pihak yang berwenang serta kurangnya fasilitasi perizinan. faktor para
oknum melakukan kegiatan pertambangan ilegal adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta
meningkatkan taraf ekonomi. Pertambangan dijadikan lahan bisnis untuk mata pencahariannya sehingga
berdampak pada rusaknya ekosistem hutan, pencemaran lingkungan, wabah penyakit serta bencana
alam, sekitar 2.000 hektare lahan hutan yang telah rusak akibat pertambangan illegal tersebut. Sehingga
penelitian ini penting dilakukan untuk mendeskripsikan bahwa adanya tindakan Antroposentrisme pada
eksplorasi pertambangan ilegal yang dapat mengancam pada kerusakan lingkungan demi kepentingan
bisnis manusia.

Kata Kunci: Antroposentrisme, Pertambangan Ilegal, Sumber Daya Alam, Ekosistem Hutan.

59 | Journal Of Political Sphere, 2023, Vol 4


Journal of Volume 4, Issue 1, Juni 2023 (11-20)
Political Sphere (JPS) ISSN 2746-1955(Print), ISSN 2746-1947 (Online)

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya dengan hasil sumber daya alam (SDA).
Sumber daya alam yang sangat melimpah memberikan investasi dana yang cukup besar untuk
Negara Indonesia tersendiri. Kegiatan penambangan yang dilakukan sangat menguntungkan
bagi Negara, hasil penambangan sebagai penyumbang devisa yang sangat tinggi untuk Negara.
Salah satu hasil dari bidang penambangan yang dilakukan adalah penambangan emas. Dalam
kurun waktu tahun 2021 negara Indonesia berhasil memproduksi emas sebesar 22.91 Ton
dengan penjualan hasil tambang emas mencapai angka 16.8 Ton. Provinsi Aceh menduduki
posisi ketiga yang menghasilkan emas cukup tinggi setelah Papua, dan Nusa Tenggara Barat
kemudian di ikuti oleh Daerah Sumatera Utara, Sulawesi, Jawa Barat dan Riau
(https://www.kompas, diakses 05 april 2023).
Indonesia menyimpan cukup banyak cadangan mineral baik di daratan maupun di lautan,
sektor pertambangan juga sangat memberikan kontribusi yang nyata terhadap penerimaan
Negara yang berupa pemerimaan Negara bukan pajak yang berhasil menyumbang di bidang
sektor nonmigas sekitar 70%. Secara prinsipnya hasil dari sektor pertambangan digunakan serta
difokuskan terhadap kesejahteraan masyarakat hal tersebut telah diatur dalam UUD Tahun 1954
Pasal 33 Ayat 3, sehingga yang diharapkan dapat menekannya angka kemiskinan di Negara
Indonesia (Dedi Supriyanto, 2021:1).
Dilihat dari sisi sejarah adanya pertambangan dimulai dengan adanya produk hukum
Belanda di tahun 1899, berdasarkan aturan tersebut terdapat kontrak kerja yang dilakukan
antara pemerintah Hindia Belanda dengan pihak swasta, berdasarkan dari aturan tersebut
menjadi cikal bakal lahirnya kontrak karya bagi hasil yang diberlakukan setelah kemerdekaan
(Fenty U. Puluhulawa, 2012:8). Hasil dari pertambangan sangat memberikan pendapatan yang
cukup fantastis terhadap penerimaan Negara terhitung sejak tahun 1988-1977, pada tahun 1988
hasil pertambangan berhasil menyumbang sebesar Rp 154 Miliar sedangkan pada tahun 1997
mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu Rp 1.499 Miliar, hal tersebut terjadi karena
adanya peningkatan produksi di bidang usaha pertambangan mineral dan batubara, adanya
kenaikan harga bahan tambang di pasar international,serta adanya kebijakan yang dilakukan
oleh pemerintah di bidang perpajakan (https://desdm.bantenprov.go.id, diakses 10 april 2023).
Berdasarkan hal tersebut pemerintah sampai saat ini bekerjasama dengan perusahaan yang
bergerak di bidang pertambangan terus melakukan pertambangan secara ilegal demi
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya karena Indonesia memiliki potensi cadangan mineral
yang cukup banyak tersimpan dalam perut bumi. Akan tetapi yang menjadi masalah saat ini

60 | Journal Of Political Sphere, 2023, Vol 4


Journal of Volume 4, Issue 1, Juni 2023 (11-20)
Political Sphere (JPS) ISSN 2746-1955(Print), ISSN 2746-1947 (Online)

adalah penambangan yang dilakukan secara Ilegal yang pada dasarnya sangat merugikan rakyat,
lingkungan serta Negara. Seperti halnya pertambangan ilegal yang terjadi di Provinsi Aceh,
pertambangan ilegal di Aceh terjadi di beberapa titik Kabupaten/kota seperti Kabupaten Pidie,
Aceh Tengah, Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, dan Aceh Selatan. Walhi mencatat akhir
tahun 2021 sebanyak 2.000 hektar hutan di Aceh rusak akibat dari pertambangan Ilegal.
Dampak paling utama dari pertambangan ilegal adalah terjadi kerusakan dari sisi bencana
ekologis seperti banjir, krisis air bersih dan pencemaran lingkungan
(https://www.cnnindonesia.com , diakses 12 april 2023).
Pada hakikatnya hutan harus dilindungi dan dijaga karena hutan sebagai paru-paru dunia
dan hutan telah banyak memberikan manfaat bagi keberlangusungan hidupnya manusia (Agus
Wiyanto, 2022:1). Tapi realitanya hutan dirusak dan dijadikan lahan bisnis oleh manusia yang
tidak bertanggungjawab, sehingga berpotensi terhadap pencemaran serta kerusakan lingkungan
dan juga sangat berdampak pada sektor lainnya. Hal tersebut terjadi keegoisan manusian yang
melihat alam sebagai pemuas akan kebutuhan hidupnya. Sehingga alasan dilakukan penelitian
ini adalah untuk mendiskripsikan serta membuktikan adanya tindakan Antroposentrisme pada
eksplorasi pertambangan illegal. Rumusan masalah yang akan di jawab pada peneltian ini bagaimana
bentuk tindakan Antroposentrisme pada eksplorasi pertambangan illegal? Serta bagaimana dampak dari
adanya eksplorasi pertambangan illegal tersebut?
Faktor terjadinya pertambangan secara ilegal sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik
dari kurangnya ketegasan pemerintah dalam melakukan pengawasan, minimnya pengetahuan
masyarakat akibat dari pertambangan illegal serta karena persoalan ekonomi sehingga terdesak
untuk melakukan hal yang demikian (Patmasari Nainggolon, 2018:878).
Pada penelitian ini Penulis fokus membahas tindakan manusia yang menjadikan alam
sebagai objek ekonomi atau mata pencaharian demi meningkatkan taraf hidupnya sehingga
mengabaikan etika lingkungan serta menimbulkan dampak yang cukup fatal terhadap kerusakan
lingkungan. berdasarkan kondisi tersebut alam menjadi tidak sehat akibat dari ekosistem alam
yang telah dirusak oleh tindakan manusia.

METODE PENELITIAN
Penelitian yag berjudul Antroposentrisme Pada Kegiatan Eksplorasi Pertambangan ilegal di
Kawasan Hutan Provinsi Aceh ini dilakukan dengan menggunakan penelitian studi kepustakaan
(library research) yang merupakan serangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan dengan
metode pengumpulan data melalui kepustakaan, membaca, mengkaji, memahami serta

61 | Journal Of Political Sphere, 2023, Vol 4


Journal of Volume 4, Issue 1, Juni 2023 (11-20)
Political Sphere (JPS) ISSN 2746-1955(Print), ISSN 2746-1947 (Online)

mengolah bahan penelitian sesuai dengan referensi yang dibutuhkan oleh peneliti (Zed Mestika,
2004:3). Data yang diperoleh pada riset kepustakaan melalui sumber perpustakaan yang
mendukung data penelitian. Idealnya pada library research juga perlu membatasi penelitian
berdasarkan koleksi bahan kepustakaan saja (Zed Mestika, 2004:2).
Sumber kajian pustakan diperoleh dari sumber yang akurat dan valid seperti jurnal
penelitian yang berhubungan dengan kasus penelitian yang sedang diteliti, buku referensi, surat
kabar/majalah, serta internet guna mendukung data data penelitian (Amruddin, 2022:51).
Berdasarkan dari sifatnya, penelitian ini termasuk pada penelitian deskriptif yang fokusnya
pada penjelasan secara sistematis sesuai dengan fakta dan data yang diperoleh melalui kajian
kepustakaan (Anwar Sanusi, 2016:13).
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari sumber data
sekunder yaitu dari buku yang berhubungan dengan penelitian yang peneliti lakukan, artikel
serta surat kabar, serta laporan yang sebelumnya telah dilakukan oleh orang lain/peneliti lain
(Saifuddin Anwar, 1998:91). kemudian sumber tersebut digunakan oleh peneliti pada penelitian
ini dengan cara membaca, menganalisis serta mencatat point penting yang diperoleh dari
sumber tersebut untuk mendukung penelitian yang sedang peneliti lakukan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Fenomena Pertambangan Ilegal di Kawasan Hutan Provinsi Aceh
Secara defenisi pertambangan ilegal merujuk pada tindakan/prilaku para penambang
yang melakukan penambangan tanpa adanya izin untuk pertambangan tersebut sehingga atas
prilaku tersebut di labelkan sebagai “penambang ilegal”. Pertambangan ilegal terjadi bukan
tanpa sebab, para prilaku yang terlibat dalam aksi pertambangan illegal melakukan hal tersebut
karena faktor ekonomi serta terjebak dalam lingkiran kemiskinan, para pelaku pertambangan
illegal tidak hanya dari kalangan rakyat biasa, akan tetapi turut terlibat juga para elit lokal
(Muhammad Hardi, 2015: 64).
Pertambangan illegal bukan lagi menjadi rahasia umum, telah banyak pertambangan
illegal terjadi di beberapa daerah salah satunya adalah daerah provinsi aceh. Dimulai pada tahun
1900 Aceh telah melakukan kegiatan pertambangan umum, daerah operasi minyak dan gas pada
saat itu adalah di bagian Utara dan Timur Aceh, kemudian juga terdapat di kabupaten Aceh
Barat. Di provinsi Aceh terdapat 15 lapisan batubara hingga kedalaman 100 meter.
Diperkirakan jumlah cadangan mineral yang tersimpan mencapai 500 juta ton, sedangkan
cadangan hipotesis tersimpan 1,7 miliar ton. Kekayaan sumber daya alam Aceh terdapat juga
62 | Journal Of Political Sphere, 2023, Vol 4
Journal of Volume 4, Issue 1, Juni 2023 (11-20)
Political Sphere (JPS) ISSN 2746-1955(Print), ISSN 2746-1947 (Online)

sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui untuk itu perlu kebijakan dan tindakan oleh
para pemangku kebijakan untuk mengelola sumber daya alam tersebut sehingga hasilnya dapat
mensejahterakan masyarakat.
Pertambangan secara legal seharusnya dilakukan oleh para pelaku usaha di tingkat
daerah atas peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah. Aturan mengenai pertambangan
telah diatur pada peraturan menteri ESDM Nomor 7 Tahun 2020 tentang tata cara pemberian
wilayah, perizinan, dan pelaporan pada kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara
tujuan dari aturan tersebut agar pengelolaannya tepat sasaran.
Akan tetapi realitanya saat ini banyak pelaku pertambangan yang tidak mendapatkan
izin atas pertambangan, karena kurangnya fasilitas perizinan, minimnya pengetahuan serta
kurangnya pengawasan sehingga akibat dari kejadian tersebut terdapat masalah serta kerugian
yang cukup memprihatinkan salah satunya adalah kerusakan di bidang ekologis (Arman Anwar,
144).
Kegiatan penambangan illegal di Aceh sendiri dilakukan di beberapa titik, yang meliputi
wilayah Kabupaten Pidie, Aceh Tengah, Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Selatan.
Penambangan illegal dilakukan dengan berbagai cara dan pola. M.Nur selaku Direktur Walhi
mengatakan bahwa penambangan illegal di lakukan di dua tempat dengan cara yang berbeda.
Penambangan illegal di wilayah pengunungan dilakukan dengan cara membuat lobang secara
vertikal dan horizontal sedangkan penambangan di wilayah sungai dilakukan dengan cara
mengeruk pasir atau bebatuan dengan menggunakan alat berat yang mendukung untuk
penambangan. Tujuan penambangan tersebut dilakukan untuk memperoleh emas yang ada
dalam perut bumi. Hingga saat ini menurut catatan dari Walhi sekitar 2.000 hektare hutan di
Aceh mengalami kerusakan parah akibat dari aktivitas penambangan illegal tersebut
(https://news.detik.com, diakses 21 april 2023).
Dapat dilihat pada kasus penambangan yang dilakukan di Kabupaten Pidie dalam
beberapa waktu terakhir. Kabupaten pidie merupakan salah satu kabupaten yang kaya akan
sumber daya alam seperti emas, tembaga, pasir besi, potensi kandungan emas yang dimiliki
oleh pidie khususnya kecamatan Tangse dan Geumpang mencapai 0,5 gr/ton, sehingga dengan
adanya kekayaan alam tersebut memicu terjadinya aktivitas penambangan illegal,
penambangan illegal yang terjadi di kabupaten pidie, kecamatan Geumpang kondisinya sangat
memprihatinkan, rata rata pelaku dari penambangan illegal adalah warga sekitar dan pendatang
dari luar provinsi Aceh (Muhammad Hardi, 2015:67)

63 | Journal Of Political Sphere, 2023, Vol 4


Journal of Volume 4, Issue 1, Juni 2023 (11-20)
Political Sphere (JPS) ISSN 2746-1955(Print), ISSN 2746-1947 (Online)

aktivitas penambangan emas illegal di Geumpang menduduki peringkat kedua setelah


Aceh Jaya. Penambangan emas illegal tersebut dilakukan di wilayah hutan, seharusnya hutan
adalah tempat hidupnya tumbuh tumbuhan serta tempat tinggal berbagai jenis hewan tapi dialih
fungsikan sebagai lahan bisnisnya manusia sehingga dapat mengancam keberadaan makhluk
hidup. Sebanyak 850 hektar lahan di kawasan hutan dialih fungsikan sebagai ladang pemburu
logam mulia dengan 297 titik pengelolaannya (https://beritakini.com, diakses 26 april 2023).
Dengan adanya pertambangan secara illegal sangat sering menimbulkan gesekan sosial berupa
tindakan kiminal, konflik atas penguasaan terhadap sumber daya alam bahkan juga sangat
berpotensi terjadinya kerusakan lingkungan secara permanen (Fenty U. Puluhulawa, 2014:2)
Demikian juga penambangan illegal yang terjadi di kabupaten Aceh Tengah, Aceh Jaya,
Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Selatan. Model atau cara penambangan yang dilakukan juga
sama dengan kabupaten pidie yaitu secara horizontal dan vertikal, alat berat yang digunakan
untuk penggalian juga sama hanya saja yang membedakan adalah lokasi penambangan saja.
Secara nyata aturan mengenai pertambangan telah diatur oleh pemerintah melalui
kebijakannya, seharusnya yang melakukan pertambangan secara legal adalah pihak swasta
sebagai mitra kerjanya pemerintah yang tersebar di setiap daerah karena pada akhirnya yang
diharapkan adalah pengelolaan yang tepat sasaran sehingga hasilnya dapat bermanfaat bagi
masyarakat dalam upaya pengentasan kemiskinan serta menimalisir terjadinya pengangguran
akan tetapi realitanya saat ini penambangan illegal masih terus terjadi khususnya di provinsi
Aceh dimana pelakunya sendiri adalah masyarakat sekitar dan juga para pendatang dari luar
provinsi Aceh, mereka melakukan tindakan tersebut karena terdesak persoalan ekonomi,
minimnya pengetahuan, serta sulitnya administrasi perizinan atas pertambangan sehingga
pilihan terakhir adalah dilakukan penambangan secara illegal tanpa memprihatikan dampak
yang ditimbulkan akibat dari penambangan illegal tersebut.
Antroposentrisme Sebagai Bentuk Tindakan Individu Dalam Mengekplorasi Lingkungan
Seharusnya bumi dan seisinya harus dijaga dan dirawat untuk keberlangsungan hidup
manusia tanpa harus di ganggu apalagi di ekploitasi secara massif untuk kepentingan ekonomi.
Persoalan lingkungan sangat berhubungan dengan moral atau etika manusia. Dimana pada
hakikatnya etika sebagai salah satu penyelamatan untuk tidak merusak lingkungan dan alam.
Seharusnya manusia yang seharusnya melindungi alam tanpa harus diekploitasi akan tetapi
realita yang terjadi saat ini manusia justru mengabaikan etika dan moral dalam berinteraksi
dengan lingkungan (Ahmad Sururi, 2014:97).
Realitanya, saat ini kerusakan lingkungan terus terjadi dimana mana akibat dari prilaku
64 | Journal Of Political Sphere, 2023, Vol 4
Journal of Volume 4, Issue 1, Juni 2023 (11-20)
Political Sphere (JPS) ISSN 2746-1955(Print), ISSN 2746-1947 (Online)

egosinya manusia, kondisi bumi saat ini sangat memprihatinkan, rusaknya alam sangat
berpengaruh pada terjadinya ketimpangan lingkungan sehingga fungsi alam tidak dapat
difungsikan lagi dengan baik, pencemaran lingkungan, banjir dan longsor merupakan dampak
dari prilaku ekploitatif manusia terhadap alam. Dalam konteks ini manusia secara terus
menerus melakukan tindakan ekploitatif demi meraup keuntungan materil dari bumi.
Antroposentrisme melihat prilaku manusia yang menghegemoni kekuasaannya untuk
mengeploitasi alam, tujuannya agar manusia dapat bertahan hidup dengan memanfaatkan hasil
alam, manusia bergantungan hidup dengan alam oleh karena itu alam sebagai modal utama
untuk keberlangsungan hidup manusia. motif ekonomi, peningkatan terhadap taraf hidup yang
lebih baik menjadi alasan utama manusia untuk melakukan ekploitasi terhadap alam sehingga
sama sekali tidak memikirkan dampak yang akan ditimbulkan dari prilaku tersebut.
Antroposentrisme hanya menitikberatkan pada keuntungan materil, dimana pengelolaan
terhadap makhluk hidup harus dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber daya alam agar
keberlangsungan hidup manusia lebih terjamin. Sedangkan alam mengalami resiko dari
tindakan tersebut. Berbeda dengan ekosentrisme yang memiliki perspektif bahwa seharusnya
lingkungan harus dijaga dan dirawat untuk keberlangsungan hidup makhluk hidup lainnya, pada
hakikatnya alam tidak selamanya dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia, untuk itu
ekosentrisme tidak membenarkan alam untuk diekploitasi melainkan harus dilindungi dan
dirawat.

Penyebab Terjadinya Pertambangan Ilegal di Kawasan Hutan Provinsi Aceh


Idealnya pengelolaan terhadap pertambangan telah diatur pada UUD 1945 Pasal 33 ayat 3
menyebutkan bahwa “bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat”. Konteks sumber daya
alam yang disebutkan adalah sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan yang tidak dapat
diperbaharui. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui kemudian dikerjakan oleh pihak
swasta sebagai mitra kerjanya pemerintah yang harus terlebih mengurus persyaratan
administrasi dan memperoleh IUP (Izin Usaha Pertambangan) untuk melakukan usaha
pertambangan sehingga pengelolaan hasil pertambangan tersebut dapat digunakan dan
dimanfaatkan untuk kemakmuran masyarakat (Munauwarah, 2016:133). Hasil pertambangan
yang dimiliki oleh setiap daerah wajib di setor kepada penerimaan Negara yang dikategorikan
sebagai “penerimaan Negara sumber daya alam” yang berasal dari sektor pertambangan.
Akan tetapi yang menjadi problema saat ini adalah maraknya terjadi kegiatan pertambangan
65 | Journal Of Political Sphere, 2023, Vol 4
Journal of Volume 4, Issue 1, Juni 2023 (11-20)
Political Sphere (JPS) ISSN 2746-1955(Print), ISSN 2746-1947 (Online)

tanpa izin (PETI) atau dengan kata lain pertambangan yang dilakukan secara ilegal maksudnya
adalah sumber daya alam yang dikelola dan dikerjakan oleh oknum yang tidak bertanggung
jawab sehingga banyaknya resiko yang ditimbulkan. Secara umum penyebab terjadinya
pertambangan illegal menurut Ahmad Redi, pakar hukum pertambangan karena adanya
pembiaran dari pihak yang berwenang, kurangnya pengawasan serta kurangnya fasilitasi
perizinan (https://www.ijintender.co.id, diakses: 21 april 2023).
Beberapa kasus seperti kasus pertambangan illegal yang terjadi di Aceh oknum yang terlibat
dalam pertambangan illegal adalah warga sekitar. Alasan utama warga terlibat dalam
pertambangan illegal adalah karena alasan ekonomi dan masyarakat telah mengantungkan mata
pencaharian utamanya di tempat pertambangan tersebut. Hasil pertambangan sangat
menjanjikan bagi masyarakat, sehingga kegiatan tersebut menjadi alternatif solusi untuk
memperbaiki kualitas hidupnya tanpa memikirkan resiko terhadap lingkungan. Minimnya
pengetahuan juga merupakan faktor terjadinya pertambangan ilegal, sehingga kerusakan
lingkungan menjadi hal yang diabaikan. padahal realitanya kondisi alam yang baik akan
membuat kualitas kehidupan juga menjadi baik karena terhindar dari pencemaran lingkungan.
Seringkali para pelaku pertambangan mengabaikan dampak dari pertambangan illegal,
apalagi melihat realita di lapangan lokasi pertambangan sangat dekat dengan pemukiman
penduduk, lahan yang digunakan untuk pertambangan menggunakan cara penggalian yang
dalam sehingga akibat dari hal tersebut meninggalkan lahan bekas dengan kondisi permukaan
lahan yang tidak merata dan dipenuhi dengan lobang (Rachmad Safa’at, 2017:152). Tentunya
hal tersebut sangat meresahkan masyarakat sekitar.
Aktivitas pertambangan illegal sangat menanganggu kehidupan masyarakat sekitar, selain
merusak hutan aktivitas tersebut juga mengotori aliran air sungai yang sebelumnya jernih
menjadi keruh bahkan berbau. Seperti yang terjadi pada masyarakat di kabupaten pidie,
masyarakat yang sehari sehari mengandalkan sungai sebagai mata pencaharian dan juga sumber
air bersih untuk di kosumsi merasa sangat dirugikan akibat dari aktivitas pertambangan illegal
tersebut. Alat berat yang digunakan untuk mengeruk hasil bumi sangat berpotensi merusak
hutan dan seisinya. Lahan produktif yang sebelumnya digunakan oleh masyarakat untuk
menanam pohon serta tumbuh tumbuhan yang bermanfaat juga ikut rusak akibat dari kegiatan
tersebut sehingga masyarakat mengecam keberadaan kegiatan pertambangan illegal dan
dipaksakan untuk dihentikan segera mungkin sebelum memperparah kerusakan lingkungan.
Penolakan terhadap pertambangan illegal tidak mungkin dilakukan sendiri oleh masyarakat
tanpa meminta bantuan dari pihak perangkat daerah dan pemangku kepentingan di wilayah
66 | Journal Of Political Sphere, 2023, Vol 4
Journal of Volume 4, Issue 1, Juni 2023 (11-20)
Political Sphere (JPS) ISSN 2746-1955(Print), ISSN 2746-1947 (Online)

sekitar yang berwenang dalam penghentian aktivitas pertambangan tersebut, sehingga perangkat
daerah yang tergabung dalam Forkopimda juga ikut terlibat, hasil akhirnya adalah Forkopimda
mengeluarkan maklumat berupa himbauan agar pemilik usaha atas pertambangan illegal
tersebut agar segera mungkin menghentikan aktivitasnya, kemudian kepada pemiliki alat berat
untuk tidak menyewakan alatnya untuk pertambangan tersebut, apabila himbauan tersebut tidak
dipatuhi maka akan dikenakan sanksi hukum (https://www.mongabay.co.id , diakses 21 april
2023).
Dampak Dari Aktivitas Pertambangan Ilegal
Pada hakikatnya aktivitas pertambangan tidak boleh menjadi penyebab kerugian bagi
lingkungan sekitar termasuk masyarakat dan ekosistem hutan yang hidup di lingkungan
tersebut karena ketika ekosistem dirusak atau diganggu maka akan berakibat fatal pada
kerusakan alam serta lingkungan hidup sehingga secara tidak langsung manusia juga yang
dirugikan dari aktivitas pertambangan tersebut (Nurul Listiyani, 2017:69).
Aktivitas pertambangan sangat berdampak serius terhadap kerusakan lingkungan dan
ekonomi masyarakat sekitar. Secara umum aktivitas tersebut dilakukan dengan menggunakan
alat berat/benda asing untuk mengekplrorasi alam demi mendapatkan hasil alam yang begitu
menjanjikan. Sehingga para oknum yang tidak bertanggungjawab melakukan pertambangan
illegal demi keuntungan ekonomi. Kerusakan yang paling fatal adalah kerusakan lingkungan.
Ekosistem hutan dirusak, Tanah, air, udara, laut ikut tercemar akibat dari aktivitas tersebut.
Karena ketika pertambangan illegal dilakukan di kawasan hutan maka secara tidak langsung
laut di lingkungan sekitar juga ikut tercemar dengan adanya larutan zat kimia, merkuri dan
sebagainya yang digunakan dalam proses pertambangan. Sehingga hal tersebut selain
merugikan lingkungan juga sangat merugikan kehidupan manusia.
Kondisi lingkungan dan kehidupan manusia sangat memiliki hubungan yang saling
berkaitan. Karena manusia membutuhkan air untuk keberlangsungan hidupnya seperti yang
terjadi di wilayah Kabupaten Pidie, masyarakat di wilayah tersebut sangat bergantung dengan
air bersih di sungai untuk kegiatan sehari hari serta untuk di kosumsi akan tetapi akibat adanya
penambangan illegal, air di sungai tidak dapat dimanfaatkan lagi karena sudah berbau dan
berkeruh sehingga mau tidak mau masyarakat harus mencari solusi lain untuk kebutuhan
hidupnya,belum lagi persoalan profesi masyarakat yang sehari harinya adalah nelayan, akibat
dari adanya penambangan illegal, masyarakat kehilangan mata pencahariannya karena
ekosistem di sungai tidak dapat bertahan hidup. Jadi selain berdampak di bidang lingkungan
juga sangat berdampak pada sisi ekonomi masyarakat yang sudah bergantungan hidup dengan
67 | Journal Of Political Sphere, 2023, Vol 4
Journal of Volume 4, Issue 1, Juni 2023 (11-20)
Political Sphere (JPS) ISSN 2746-1955(Print), ISSN 2746-1947 (Online)

hasil alam.
Dampak bagi kehidupan manusia yang lainnya dapat dilihat pada timbulnya berbagai jenis
penyakit akibat dari pencemaran udara, kemudian terjadinya konflik sosial dengan masyarakat
sekitar akibat lingkungan sekitarnya di rusak. Kasus pertambangan illegal yang terjadi di Aceh
dilakukan di kawasan hutan lindung padahal seharusnya hutan tersebut harus dilindungi agar
fungsi ekologinya tetap terjaga akan tetapi di ekplorasi oleh oknum yang tidak
bertanggungjawab demi kepentingan materil (Fachhruddin Azwari, 2021:117).

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah di bahas di atas, dapat disimpulkan bahwa
kegiatan penambangan illegal yang telah terjadi sebagai wujud dari antroposentrisme karena
telah mengabaikan etika lingkungan demi kepuasan individu. Secara idealnya bumi dan
seisinya harus di rawat dan dilindungi akan tetapi dihancurkan oleh keegoisan manusia.
Manusia menjadikan alam sebagai objek pemuas kebutuhan hidupnya maka secara tidak
langsung tindakan tersebut telah menganggu ekosistem alam. Hal tersebut dibuktikan dengan
adanya kegiatan penambangan ilegal yang terjadi di beberapa titik Kabupaten/Kota. Meliputi:
Kabupaten Pidie, Aceh Tengah, Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Selatan.
Setidaknya akibat dari kegiatan pertambangan illegal tersebut telah merusak sekitar
2.000 hektare lahan di kawasan hutan sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan ekosistem
hutan, kerusakan lingkungan bahkan kehilangan mata pencaharian warga sekitar. Bukan itu
saja, pertambangan illegal juga menganggu kehidupan warga sekitar. Berdasarkan kasus yang
terjadi di lapangan tambang illegal dilakukan di kawasan hutan lindung, kemudian tempat
pertambangan juga dilakukan sangat dekat dengan pemukiman warga sekitar, sehingga
dampaknya dirasakan langsung oleh masyarakat itu sendiri, masyarakat sekitar tidak
membiarkan kegiatan itu terus terjadi, masyarakat menuntut segera mungkin untuk
mengehentikan pertambangan illegal. Tindakan tegas dari perangkat setempat juga ikut
menghentikan kegiatan tersebut.
Secara logikanya alam tidak selamanya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya manusia,
untuk itu perlu adanya perlindungan untuk menjaga kelestarian alam serta ekosistemnya untuk
keberlangsungan hidup manusia, akan tetapi karena kehidupan manusia bergantung pada hasil
alam maka alam menjadi sasaran incaran sumber ekonomi masyarakat sehingga ekploitasi alam
dilakukan tanpa memikirkan kerusakan lingkungannya sehingga untuk menimalisir hal tersebut
68 | Journal Of Political Sphere, 2023, Vol 4
Journal of Volume 4, Issue 1, Juni 2023 (11-20)
Political Sphere (JPS) ISSN 2746-1955(Print), ISSN 2746-1947 (Online)

perlu adanya kesadaran manusia, kemudian sanksi yang tegas untuk mengehentikan kegiatan
yang merusak ekosistem alam.

DAFTAR PUSTAKA

Amruddin dkk. (2022). Metode Penelitian Kuantitatif. Jawa Tengah: Pradina Pustaka.
Anwar Sanusi. (2016). metodelogi Penelitian Bisnis, Jakarta: Salemba Empat
Agus Wiyanto. (2022). Hutan Manusia dan Dinamika Pengelolaannya. Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Arman Anwar. dkk. Pola Kerjasama Pemerintah Daerah dan Swasta di Bekas Tambang Emas
Ilegal, Jurnal Antikorupsi, 7 (1), 144.
Al Zuhri. (2015). Konflik Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) Di Desa Petapahan
Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi, Jom Fisip, 2 (2), 1.
Ahmad Sururi. (2014). Menggapai Pelestarian Lingkungan Hidup Indonesia: Studi
perbandingan etika islam dan etika ekofeminisme, Jurnal Fikrah, 2 (1), 97.
Dedi Supriyanto dkk. (2021). Grand Strategi Mineral dan Batubara “Arah
Pengembangan Hulu Hilir Mineral Utama dan Batubara Menuju Indonesia Maju.
Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Kementerian ESDM.
Dharma Kelana Putra dkk. (2020). Analisis Konflik PT Emas Mineral Murni Di Kabupaten
Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Tengah, Jurnal Society, 8 (2), 557.
Fachruddin Azwari, & Arini Rajab. (2021). Dampak Pertambangan Batu Bara Terhadap
Sosialdan Ekonomi Masyarakat di RT. 17, desa loa dari ulu, kecamatan loa janan,
kabupaten kutai kartanegara, Buletin Poltanessa, 22 (1), 117.
Fenty U. Puluhulawa. (2014). Problamtika Pertambangan Rakyat dan Solusi. Yogyakarta:
Deepublish.
Muhammad Hardi, & Mussadun. (2016). Pengendalian Tata Ruang Kawasan
Pertambangan Terhadap Kegiatan Pertambangan Emas Ilegal di Kabupaten Pidie,
Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, 12 (1), 64.
Munauwarah. (2016). Konflik Kepentingan Dalam Perebutan Lahan Pertambangan di
Kabupaten Luwu Timur Antara Masyarakat Adat To Karunsi’e dengan PT Vale
Indonesia, Jurnal The Politics, 2 (2). 133.
Nurul Listiyani. (2017). Dampak Pertambangan Terhadap Lingkungan Hidup di Kalimantan
Selatan dan Implikasinya Bagi Hak Hak Warga Negara, Jurnal Al’Adl, 9 (1), 69.
Petmasari Nainggolon. (2018). Resistensi Penambangan Ilegal: Studi Kasus Ekploitasi
Tambang Galian B (Emas) Di Desa Sayurmatua Kecamatan Nagan Juang
Kabupaten Mandailing Natal, Jurnal Buana, 2 (3), 878.
Rachmad Safa’at, & Indah Dwi Qurbani. (2017). Alternatif Penyelesaian Sengketa
Pertambangan, Studi Kasus di Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur, Jurnal
Konstitusi 4 (1), 152.
Saifuddin Anwar. (1998). Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pelajar Offset
Sarita Dana Satwika, & Anak Agung Ngurah Wirasila. (2020). Penegakan Hukum
Terhadap Penambangan Rakyat Liar, Jurnal Kertha Wicara, 9 (12), 2.
Verdinand Robertua Siahan. (2020). Politik Lingkungan Indonesia, Teori dan Kasus.
Jakarta: UKI Press.
Zed Mestika. (2004). Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta : Yayasan Bogor Indonesia.
(https://news.detik.com/berita/d-5808541/walhi-2000-hektare-hutan-aceh-rusak-akibat-

69 | Journal Of Political Sphere, 2023, Vol 4


Journal of Volume 4, Issue 1, Juni 2023 (11-20)
Political Sphere (JPS) ISSN 2746-1955(Print), ISSN 2746-1947 (Online)

tambang- emas-ilegal, diakses 21 april 2023).


(https://beritakini.co/news/tambang-emas-penyebab-utama-kerusakan-masif-hutan-
geumpang-pidie/index.html, diakses 21 april 2023).
(https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211112195048-20-720531/catatan-walhi-2000-
hektare- hutan-di-aceh-rusak-akibat-tambang-ilegal, diakses 12 april 2023).
(https://desdm.bantenprov.go.id/read/sejarah/19/Sejarah-Pertambangan.html, diakses 10
april 2023).
https://www.kompas.com/skola/read/2021/12/14/131412569/daerah-penghasil-emas-di-
indonesia diakses 05 april 2023).
(https://www.ijintender.co.id/artikel/tiga-hal -ini-jadi-penyebab-maraknya-pertambangan-
ilegal-di-daer ah#:~:text =Sejumlah% 20penyebab% 20tersebu t%2C%20d isebutkannya%
20sebagai ,Redi%2 0di%20Jakarta%2C% 20melalui%20keterangannya, diakses: 21 april
2023).
https://www.mongabay.co.id/2017/10/28/tambang-emas-ilegal-bertebaran-di-aceh-
bagaimana-dampaknya-terhadap-lingkungan/, diakses 21 april 2023).

70 | Journal Of Political Sphere, 2023, Vol 4

You might also like