You are on page 1of 7

JURNAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

ISSN 2540-8739 (print) | ISSN 2540-8747 (online)


http://ppm.ejournal.id

Vol. 5, No. 3, 2020 DOI: 10.30653/002.202053.368

Pelatihan Penggunaan Media 3 Dimensi dalam


Pembelajaran Biologi bagi Siswa Tunagrahita di
Kota Tasikmalaya
Purwati Kuswarini Suprapto1, Diki Muhamad Chaidir2
1, 2 Universitas Siliwangi, Indonesia

ABSTRACT
TRAINING ON 3-DIMENSIONAL MEDIA USAGE IN BIOLOGICAL LEARNING FOR
MENTALLY RETARDATION STUDENTS IN TASIKMALAYA. All students have the
right to get knowledge that is beneficial in facing various challenges in a community life,
no matter how many students. Biological learning done for students of disabled sought to
bridge the limitations and barriers that children have and develop the potential of children
in order to carry out opportunities for broader life. Through a 3-dimensional media-based
learning is expected to provide understanding and skills for students who later can have
creative thinking skills. In addition to the 3-dimensional media is also expected to be found
several children who have potential in terms of art especially fine art. Based on the results
of observations and trainings that have been done, the students are happy and have their
own interest in learning to use the 3-dimensional media, but to further develop the
thinking skills of students need Continuous effort. The use of 3-dimensional media can also
be the basis in the training of manufacturing various products such as in the manufacture
of cakes and also some artwork that has its own economic value.

Keywords: 3-Dimensional Media, Creativity, Mentally Retardation.


Received: Revised: Accepted: Available online:
15.12.2019 24.06.2020 04.08.2020 31.08.2020

Suggested citation:
Suprapto, P. K., & Chaidir, D. M. (2020). Pelatihan penggunaan media 3 dimensi dalam
pembelajaran biologi bagi siswa tunagrahita di Kota Tasikmalaya. Jurnal Pengabdian Pada
Masyarakat, 5(3), 790-796. https://doi.org/10.30653/002.202053.368

Open Access | URL: http://ppm.ejournal.id/index.php/pengabdian/article/view/368

2Corresponding Author: Universitas Siliwangi. Jl. Siliwangi No.24, Kahuripan, Kec. Tawang, Tasikmalaya, Jawa
Barat 46115, Indonesia. Email: dikimc@unsil.ac.id

790
JURNAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT, 5(3), 2020, pp. 790-796 | 791

PENDAHULUAN

Pada dasarnya setiap anak memiliki karakteristik, potensi serta kelebihan yang
berbeda-beda satu sama lain untuk dikembangkan. Anak dengan kebutuhan khusus
merupakan salah satu contoh perbedaan karakteristik pada anak umunya. Perbedaan
tersebut harus tetap diapresiasi dengan baik oleh individu yang berada di lingkungan
anak tersebut. Penerimaan yang baik dari lingkungan merupakan salah satu hak yang
harus diterimanya. Akan tetapi tidak semua pihak-pihak tersebut menyadari bahwa
penerimaan dan dukungan untuk mereka akan berpengaruh terhadap kondisi psikis
dan perkembangan anak tersebut. Dampak lingkungan sosial bagi perkembangan
mental atau psikologi anak harus benar-benar disadari oleh semua pihak terkait.
Sekolah yang notabene sebagai salah satu lingkungan yang bernuansa pendidikan
harus menerapkan prinsip-prinsip kesamaan hak bagi semua siswanya tak terkecuali
bagi siswa ABK yang pada dasarnya memiliki kebutuhan berbeda dengan anak lainya.
Anak berkebutuhan khusus pada umumnya tumbuh dan berkembang dengan
modal fisik yang wajar, karenanya mereka lebih cenderung pemalu, merasa rendah diri,
defensif atau mungkin agresif. Menurut Kauffman & Hallahan (2005) dalam Bendi
Delphie (2006) tipe-tipe kebutuhan khusus yang selama ini menyita perhatian orangtua
dan guru adalah (1) tunagrahita (mental retardation) atau anak dengan hambatan
perkembangan (child with development impairment), (2) kesulitan Belajar (learning
disabilities) atau anak yang berprestasi rendah, (3) hiperaktif (Attention Deficit Disorder
with Hyperactive ), (4) tunalaras (Emotional and behavioral disorder), (5) tunarungu wicara
(communication disorder and deafness), (6) tunanetra atau anak dengan hambatan
penglihatan (Partially seing and legally blind), (7) autistik, (8) tunadaksa (physical
handicapped), dan (9) anak berbakat (giftedness and special talents).
Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus diupayakan dapat menjembatani
keterbatasan dan hambatan yang dimiliki oleh anak dan mengembangkan potensi anak
agar dapat melaksanakan kesempatan hidup yang lebih luas. Hal tersebut perlu
dilalukan dengan melibatkan berbagai aspek diantaranya dengan memberikan layanan
pendidikan, bimbingan serta latihan dari guru maupun orang tua untuk memahami
kebutuhan dan potensi anak agar dapat berkembang secara maksimal sesuai
kekhususannya (Nugroho, 2017).
Anak berkebutuhan khusus terdapat di berbagai sekolah yang ada di kota
Tasikmalaya, yang paling tua adalah SLB Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya yang
berlokasi di pusat kota sehingga memiliki cukup banyak siswa, bahkan jumlah siswa
yang terdapat di sekolah tersebut merupakan peringkat ke 3 jumlah siswa terbanyak di
Jawa Barat. Setiap kelas pada sekolah tersebut mempunyai jenjang yang berbeda SD,
SMP dan SMA, serta masing-masing terdiri dari SLB-A untuk siswa tunanetra, SLB-B
untuk siswa tunarungu dan SLB-C untuk siswa tunagrahita dan SLB-D untuk siswa
tunadaksa. Untuk setiap kelas biasanya dipegang oleh satu guru yang jumlah siswanya
sekitar 5-7 orang. Selain itu terdapat juga SLB Negeri Tamansari yang berada di Kota
Tasikmalaya, meskipun terbilang masih baru berdiri, sekolah tersebut sudah memiliki
kelas pada jenjang yang sama seperti SLB Yayasan Bahagia, meskipun jumlah siswanya
belum banyak. Meskipun ada beberapa siswa yang berprestasi di kedua sekolah
tersebut, akan tetapi para guru lebih banyak mengeluhkan tentang lulusan yang masih
beberapa diantaranya belum bisa diterima di masyarakat dan bekerja seperti pada
792 | Purwati Kuswarini Suprapto, Diki Muhamad Chaidir

masyarakat umunya dikarenakan beberapa anak berkebutuhan khusus masih belum


memiliki kemampuan yang cukup untuk melakukan sebuah pekerjaan. Selain itu
tantangan dalam mengajarkan anak tunagrahita, dikarenakan karakteristik anak
tunagrahita yang lemah dalam berpikir abstrak dan terbatas dalam perkembangan
kognitifnya, serta mengalami berbagai hambatan dalam upaya memenuhi kebutuhan-
kebutuhan di masa yang akan datang sehingga diperlukan suatu pembelajaran tertentu
(Suryani, 2018) (Sari, 2017)
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi anak
berkebutuhan khusus adalah dengan menggunakan media 3 dimensi. Bagi anak-anak
kemampuan tentang 3 dimensi merupakan kemampuan telah dimiliki sejak dini.
Mereka mengenal wajah ayah ibunya, semula dalam 3dimensi, mengenal botol
minumanya dalam bentuk 3dimensi (Tabrani, 2009). Jadi kemampuan 3D merupakan
dasar yang telah dimiliki sejak lahir.
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa media 3 dimensi dapat
mengembangkan imajinasi seseorang, imajinasi abstrak menjadi konkrit. Proses mental
ini sangat penting dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan penalaran (Suprapto,
2012) serta kecerdasan ruang dan kreativitas (Suprapto, 2018). Kemampuan kognitif dan
kecerdasan ruang sangat diperlukan bagi seseorang (Lazear, 2004), khususnya yang
berkebutuhan khusus, untuk melatih mereka agar bisa hidup mandiri. Kecerdasan
ruang juga dapat meningkatkan berpikir kreatif. Kreatif artinya dapat melahirkan ide-
ide baru, inovasi dalam segala hal. Hal ini memungkinkan bagi seseorang khususnya
bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Program permainan memungkinkan koneksi dengan banyak jenis mekanisme
kognitif, seperti persepsi, emosi, afeksi, imajinasi, memori, dan komunikasi antara lain
memfokuskan mereka pada transformasi informasi dalam pengetahuan melalui
pembelajaran yang menyenangkan (Minsk, 1986, Fraga 2006).
Melalui media pembelajaran berbasis 3 dimensi diharapkan dapat memberikan
pemahaman dan keterampilan bagi anak berkebutuhan khusus yang memiliki berbagai
manfaat yang dapat dirasakan untuk kehidupan sehari-hari di masyakarat, dengan
media 3 dimensi juga diharapkan ditemukan beberapa anak yang memiliki potensi
dalam hal seni terutama seni rupa, maupun potensi dalam pengenalan dan
pengembangan diri sendiri hingga dapat menerapkan dalam berbagai aspek
kehidupannya di masa yang akan datang.

METODE

Untuk mencapai tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat tentang pelatihan


penggunaan media 3 dimensi bagi anak berkebutuhan khusus di kota Tasikmalaya,
media yang dilakukan adalah dengan cara partisifpatif, demontrasi, pembinaan dan
brainstorming. Pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan CBSA (cara
belajar siswa aktif) dimana pembelajaran yang dilakukan didampangi oleh guru
sehingga siswa lebih memahami konsep yang diajarkan dengan menggunakan media 3
dimensi. Prosesnya dengan menyiapkan lembar kerja siswa, memberikan informasi
tentang kegiatan yang dilakukan, memberikan pelayanan dan bantuan khsusu bagi
siswa yang membutuhkan bantuan terutama yang lamban, menyampaikan pernyataan
JURNAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT, 5(3), 2020, pp. 790-796 | 793

yang bersifat bantuan, menyalurkan bakat dan minat siswa tentang media 3 dimensi
dan mengamati setiap aktivitas yang dilakukan oleh anak berkebutuhan khusus.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pengabdian pada masyarakat tentang pelatihan penggunaan media 3


dimensi bagi anak berkebutuhan khusus di kota Tasikmalaya ini telah dilaksanakan
sejak bulan Juni 2019 . Adapun kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut :
1) Melakukan diskusi persiapan akan diadakannya kegiatan pengabdian IbM pada
kepala sekolah dan guru kelas di SLB Negeri Kota Tasikmalaya
2) Meninjau kembali para siswa yang akan diberikan pelatihan, karena di SLB Negeri
Kota Tasikmalaya terdapat berbagai kriteria anak berkebutuhan khusus,
diantaranya tuna rungu, tuna netra, tuna grahita, dan tuna daksa. Setelah itu
melakukan kepastian yang hanya dilatih adalah siswa tuna grahita.
3) Melaksanakan kegiatan pelatihan dilakukan hanya kepada siswa tuna grahita pada
jenjang SMA, hal tersebut didasarkan hasil observasi, diskusi dan rekomendasi dari
guru kelas.
4) Materi dasar pertama yang diberikan mengenai dasar-dasar bangun ruang 3
dimensi, seperti bentuk bola, kubus, balok, kerucut dan lainnya.
5) Pelatihan yang dilakukan dibantu oleh 5 orang mahasiswa yang didampingi oleh
tim pengabdian dan diikuti juga oleh guru kelas. Dalam penyampaian materi
kepada siswa tuna grahita menggunakan media 3 dimensi yang digunakan berupa
play-doh dan bangun ruang yang terbuat dari kayu.
6) Materi kedua yang diberikan merupakan materi yang dihubungkan dengan materi
pelajaran biologi bagi siswa, terutama mengenai ekosistem. Para siswa tuna grahita
dilatih dalam membuat berbagai bentuk hewan serta diberikan berbagai contoh
mainan berbentuk hewan.
7) Setelah itu dilakukan wawancara langsung kepada siswa mengenai tanggapan
penggunaan media 3 dimensi yang diberikan kepadanya. Wawancara juga
dilakukan terhadap guru kelas untuk mengetahui tanggapan mereka mengenai
rangkaian pelatihan penggunaan media 3 dimensi yang telah dilakukan.

Gambar 1. Para siswa SLB yang sedang berlatih menggunakan media 3 dimensi
794 | Purwati Kuswarini Suprapto, Diki Muhamad Chaidir

Pembelajaran dengan menggunakan media 3 dimensi jarang diberikan oleh guru


kepada para siswa SLB, hal tersebut dikarenakan sumber belajar yang terbatas serta
lebih banyak pembelajaran yang melatih keterampilan siswa dalam bidang lain yang
lebih berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Padahal penggunaan media 3 dimensi
ini sangat penting dalam merangsang kreatifitas para siswa SLB agar dapat melatih
juga keterampilan hidup di masa yang akan datang. Tentu saja dalam meningkatkan
keterampilan para siswa perlu dilakukan pembelajaran yang terus berulang agar hal
yang didapatkan bisa lebih maksimal.
Dalam instrument yang diberikan kepada para siswa, beberapa masih kesulitan
dalam menentukan bentuk bangun ruang, seperti kubus, balok, bola dan sebagainya.
Beberapa siswa diantaranya masih sulit menyebutkan berbagai perbedaan berbagai
bentuk bangun ruang, sehingga para guru yang mendampingi memberikan berbagai
petunjuk bentuk bangun ruang yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga
para siswa mampu membedakan berbagai bentuk bangun ruang tersebut.
Pada pertemuan kedua pada saat pembelajaran dengan mengaiktan pada mata
pelajaran Biologi. Para siswa dilatih dalam mengenali kembali berbagai objek yang
berkaitan dengan biologi seperti hewan dan tumbuhan. Para siswa tersebut dilatih
dengan membuat gambar berbagai makhluk hidup setelah itu mencobanya dengan
menggunakan media 3 dimensi yaitu play doh dan mainan hewan serta tumbuhan.
Para siswa merasa sangat senang dengan belajaran menggunakan media 3 dimensi.

Gambar 2. Pelatihan penggunaan media 3 dimensi yang dikaitkan dengan aspek mata
pelajaran Biologi
Pelatihan penggunaan media 3 dimensi ini diharapkan dapat terus dilakukan oleh
guru kedepannya. Agar dapat merangsang kreativitas para siswa. Selain itu juga
dengan pembelajaran menggunakan media 3 dimensi ini jika terus dilakukan
kedepannya para siswa dapat lebih mendapatkan banyak informasi, pengenalan dan
Pengembangan potensi diri yang dimilikinya. Hingga para siswa dapat menerapkan
kreativitasnya pada aplikasi lainya, misalnya dalam berwirausaha. Dikarenakan tidak
semua materi kewirausahaan cocok dengan semua karakteristik anak berkebutuhan
khusus (Syamsi, 2010). Sehingga dengan kreativitas yang cukup dapat membuka
peluang bagi para anak berkebutuhan khusus dalam menghadapi berbagai tantanga
kehidupan kedepannya. Meskipun banyak peluang diberbagai bidang karir pekerjaan
di sekotor swasta maupun negeri, akan tetapi kecenderungan berwirausaha
JURNAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT, 5(3), 2020, pp. 790-796 | 795

merupakan peluang karir di masa depan yang harus disiapkan sejak dini (Purwanta et
al, 2016).
Tidak hanya di sekolah, dukungan bagi anak berkebutuhan khusus ini juga harus
dilakukan di rumah terutama oleh orang tua. Selain itu dukungan dari masyarakat
sekitar juga dianggap penting agar anak berkebutuhan tersebut dapat berbaur dengan
masyarakat seperti biasa. Sehingga pada akhirnya bagi anak berkebutuhan khusus
terutama anak tunagrahita dapat mencapai target kemandiriannya yang harus
disesuaikan dengan potensi yang dimilikinya, sehingga dapat dikatakan mandiri pada
anak tunagahita sama dengan pencapaian anak normal pada umumnya, dimana
kemampuan yang aktual dengan potensi yang dimiliki olehnya (Astuti, 2018).

SIMPULAN

Kegiatan pengabdian pada masyarakat tentang pelatihan penggunaan media 3


dimensi bagi anak berkebutuhan khusus di kota Tasikmalaya telah dapat dijalankan
dengan baik dan tanpa halangan yang berarti. Dengan kerjasama tim pengabdian yang
baik dan peran serta aktif dari mahasiswa yang dilibatkan, guru kelas dan para siswa
tuna grahita di SLB Negeri Kota Tasikmalaya dalam kegiatan pengabdian ini maka
semuanya telah berjalan sesuai yang diharapkan dan harapannya dapat memberikan
manfaat bagi mitra pengabdian masyarakat dalam mengembangkan berbagai potensi
yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus di kota Tasikmalaya.
Berdasarkan hasil diskusi dengan mahasiswa yang terlibat, para guru dan kepala
sekolah. Pelatihan dengan menggunakan media 3 dimensi akan terus dilakukan oleh
guru terutama pada materi pembelajaran tertentu. Selain itu perlu dilakukan pelatihan
lainya yang dapat melatih siswa agar dapat hidup mandiri dan mempunyai
kemampuan khusus agar dapat bekerja seperti masyarakat umumnya, karena sampai
saat ini masih banyak masyarakat yang menganggap sebelah mata terhadap anak
berkebutuhan khusus. Kerja sama juga perlu dilakukan terutama dimulai dari UMKM
yang terdapat di sekitar sekolah agar para anak berkebutuhan khusus juga mempunyai
kesempatan dalam membuktikan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya.

Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada LPPM-PMP (Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Pada Masyarakat – Penjamin Mutu Pendidikan) Universitas Siliwangi,
karena kegiatan pengabdian pada masyarakat ini didanai dengan kegiatan Ipteks bagi
bina masyarakat. Penulis juga memgucapkan terima juga kepada Kepala Sekolah dan
para guru SLB Negeri Kota Tasikmalaya yang telah menginzinkan dan memberi
masukan terhadap kebutuhan anak berkebutuhan khusus. Para mahasiswa dari
program studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya yang ikut
membantu kegiatan ini yaitu Ambar, Aji Riyanto, Irma dan Narendra.
796 | Purwati Kuswarini Suprapto, Diki Muhamad Chaidir

REFERENSI

Astuti, P. (2018). Dukungan orang tua dalam meningkatkan kemandirian anak


tunagrahita sedang di Sekolah Dasar SLB C Ruhui Rahayu Samarinda. Jurnal
PSIKOBORNEO, 6(1), 146-158.
Delphie, B. (2006). Pendidikan anak berkebutuhan khusus. Jakarta: Rineka Cipta.
Fraga, T (2006). Interactive 3D computer graphics in a game. In 12 international conference
geometry and Graphics (pp. 1-6). University of Brasilia. 6-10 Agustus 2016, Salvador
Brasil.
Lazear, D., (2004), Higher order thinking, The multiple intellegences way. Chicago: Zephy
Press.
Minsky, M., (1986), The society of mind. New York: Touchstone.
Nugroho, K.P.A., Dary, & Sijabat, R. (2018). Gaya hidup yang memengaruhi kesehatan
anak berkebutuhan khusus di SLB Negeri Salatiga. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, 2(2), 102-117.
Purwanta, E., Hermanto, H., & Harahap, F. (2016). Analisis kebutuhan untuk
berwirausaha pada siswa berkebutuhan khusus. Cakrawala Pendidikan, 35(3), 339-348
Sari, S. F. M., Binahayati, B., & Taftazani, B. M. (2017). Pendidikan bagi anak tuna
grahita (Studi kasus tunagrahita sedang di SLB N Purwakarta). Jurnal Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat, 4(2), 217-222.
Suprapto, P. K., Bin Ahmad, M. Z., Chaidir, D. M., Ardiansyah, R., & Diella, D. (2018).
Spatial intelligence and students’ achievement to support creativity on visuospatial-
based learning. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 7(2), 224-231.
Suprapto, P. K. (2012). Pengembangan program perkuliahan anatomi tumbuhan
berbasis visuospasial melalui representasi mikroskopis sistem jaringan tumbuhan
untuk meningkatkan penalaran dan penguasaan konsep calon guru biologi (Tesis,
Universitas Pendidikan Indonesia).
Suryani, N., & Mumpuniarti, M. (2018). Kekuatan kognitif siswa tunagrahita ringan
terhadap kegiatan pembelajaran keterampilan budidaya hortikultura.
PEMBELAJAR: Jurnal Ilmu Pendidikan, Keguruan, dan Pembelajaran, 2(2), 101-109.
Syamsi, I. (2010). Membuka peluang berwirausaha untuk pemberdayaan anak
berkebutuhan khusus. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 16(7), 90-103.
Tabrani, P. (2009). Bahasa rupa, Cetakan ke 2. Bandung: Penerbit Kelir.

Copyright and License

This is an open access article distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution 4.0 International License, which permits unrestricted use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original work is properly cited.
© 2020 Purwati Kuswarini Suprapto, Diki Muhamad Chaidir.

Published by LP3M of Universitas Mathla’ul Anwar Banten in collaboration with the Asosiasi Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat (AJPKM)

You might also like