You are on page 1of 17

Jurnal De�is

Edisi 12 Volume XII

Jurnal De�is Edisi 12, Volume XII, Januari-Juni 2023

Penulis Naskah
Irfan So�i

Alamat Koresponden

Direktorat Jenderal Perimbangan


Keuangan, Kementerian Keuangan

Sumber Foto
Adhi Kurniawan | @adhimagni�ico

Optimalisasi Pemungutan Pajak Daerah Melalui Kerja Sama dengan Pihak Ketiga

ABSTRAK
Local taxes are a type of locally-generated revenue that need to be optimized for revenue by local
governments. The regional tax ratio in 2020 is only 1.2 percent, down from the previous 1.4 percent.
One way to increase regional tax revenue is through tax collection cooperation with third parties.
The purpose of this study is to �ind out the implementation of regional tax collection cooperation
with third parties and to �ind out the obstacles in implementing regional tax collection cooperation
with third parties. The method used in this study is a quantitative approach using a questionnaire
and Forum Group Discussion samples. The results of the study show that cooperation in collecting
regional taxes with third parties is carried out by the Regional Government with banks and PT.
Indonesian post. Furthermore, these �inancial institutions collaborate with marketplaces such as
Tokopedia, Bukalapak, Indomaret, Alfamart, Gopay, Link aja, and Qris. With the existence of
cooperation in collecting regional taxes, there was an increase in Regional Tax revenues at 79.4
percent responden who had implemented cooperation. Some of the obstacles encountered by several
regions include not accommodating all �intech as payment methods, data exchange is not optimal,
regions provide data to the center but the central government has dif�iculty providing data to local
governments, inadequate facilities and infrastructure in carrying out regional tax collection.

Pajak Daerah merupakan salah satu jenis pendapatan asli daerah (PAD) yang perlu dioptimalkan
penerimaannya oleh pemerintah daerah. Rasio pajak daerah pada tahun 2020 hanya sebesar 1,2
persen atau turun dari sebelumnya 1,4 persen. Salah satu cara untuk menaikan penerimaan Pajak
Daerah yaitu melalui kerja sama pemungutan pajak dengan Pihak Ketiga. Tujuan dari penelitian
ini yaitu untuk mengetahui pelaksanaan kerja sama pemungutan pajak daerah dengan pihak
ketiga dan untuk mengetahui kendala dalam pelaksanaan kerja sama pemungutan pajak daerah
dengan pihak ketiga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif
dengan menggunakan sampel yang dilakukan secara kuisioner dan FGD. Hasil Penelitian
menunjukkan bahwa kerja sama pemungutan pajak daerah dengan pihak ketiga dilakukan oleh
Optimalisasi Pemungutan Pajak Daerah Melalui Kerja Sama dengan Pihak Ketiga
Irfan So�i

Pemerintah Daerah dengan perbankan serta PT. Pos Indonesia. Selanjutnya pihak lembaga
keuangan tersebut menjalin kerjasama dengan pihak marketplace seperti Tokopedia, Bukalapak,
Indomaret, Alfamart, Gopay, Link aja, dan Qris. Dengan adanya kerja sama dalam pemungutan
pajak daerah, terjadi kenaikan pendapatan Pajak Daerah pada 79,4 persen responden yang telah
melaksanakan kerja sama. Beberapa kendala yang ditemui oleh beberapa daerah diantaranya
belum mengakomodir semua �intech sebagai metode pembayaran, pertukaran data tidak
maksimal, daerah memberi data ke pusat tapi pemerintah pusat sulit memberikan data ke pemda,
sarana dan prasarana yang belum memadai dalam melaksanakan pemungutan pajak daerah.

Kata kunci: pajak daerah, kerja sama, pihak ketiga.

2
Jurnal De�is
Edisi 12 Volume XII
1. PENDAHULUAN keterbatasan yang dimiliki dan untuk
mengatasi keterbatasan tersebut salah satu
1.1. Latar Belakang caranya dengan melakukan kerja sama.
Pajak Daerah merupakan salah satu Menurut hasil kajian dari Putra (2014)
jenis pendapatan asli daerah (PAD) yang terkait identi�ikasi pelaksanaan kerja sama
perlu dioptimalkan penerimaannya oleh daerah, dimana kerja sama daerah
pemerintah daerah, karena berdasarkan data merupakan upaya untuk pengelolaan potensi
dari Direktorat Jenderal Perimbangan daerah guna mencapai kesejahteraan
Keuangan, Kementerian Keuangan terkait masyarakat, selama ini daerah dalam
rasio pajak daerah (local tax ratio) pada memanfaatkan potensi dan sumber daya
tahun 2020 hanya sebesar 1,2. Angka yang dimiliki belum dapat terkelola secara
tersebut menurun jika dibandingkan dengan maksimal jika dilakukan secara sendiri oleh
angka rasio pajak daerah pada 3 tahun pemerintah daerah. Kapasitas pemerintah
sebelumnya yaitu tahun 2017 sampai dengan daerah, bentukan organisasi yang ada,
tahun 2019 yang mencapai angka 1,42. kemampuan manajemen dan kebijakan
Penurunan rasio pajak sebagai akibat dari Pemerintah Daerah menjadi dimensi yang
adanya pandemi covid-19 yang mana sangat penting guna penciptaan kerja sama
berdampak kepada perekonomian di daerah daerah. Penguatan peran perangkat daerah
salah saatunya menyebabkan turunnya yang mengelola kerja sama daerah menjadi
penerimaan daerah dari PAD. upaya memecahkan permasalahan.
Gambar 1: Rasio Pajak Daerah Kerja sama senantiasa
menempatkan pihak-pihak yang
berinteraksi itu pada posisi yang seimbang,
serasi, dan selaras (Pamudji, 1985).
Kesamaan posisi dalam penyelenggaraan
kerja sama daerah bermakna memiliki
kedudukan dan kepentingan yang sama
sehingga dapat keterpaduan dan semangat
yang sama dalam mendukung pelaksanaan
kerja sama dalam usaha peningkatan
kesejahteraan di daerah. Terdapat beberapa
faktor yang akan mempengaruhi suatu kerja
sama yaitu dalam Oran (1992) : 1)
transparansi; 2) kekokohan dan keluasan; 3)
Sumber: DJPK, Kemenkeu perubahaan aturan; 4) kapasitas
pemerintahan; 5) distribusi kekuasaan; 6)
Namun demikian, melihat angka tiga tingkat ketergantungan; dan 7) ide
tahun sebelumnya yang stagnan di angka intelektual. Ketujuh faktor tesebut akan
1,42 maka menjadi suatu permasalahan yang membangun kerja sama untuk menjadi lebih
perlu diatasi untuk dapat meningkatkan local e�isien, selain itu kerja sama juga
tax ratio. Salah satu upaya atau cara untuk membutukan suatu kelembangaan dan tata
meningkatkan local tax ratio adalah melalui laksana dalam pengelolaan kerja sama
kerja sama dalam rangka mendukung daerah. Kebutuhan akan kerja sama di daerah
pemungutan pajak daerah baik dengan menjadi sangat penting meningat
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah keterbatasan serta sumber daya yang
lainnya maupun dengan pihak ketiga. dimiliki.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor Saat ini banyak daerah yang sudah
28 Tahun 2018 tentang Kerja Sama Daerah melakukan kerja sama dalam pemungutan
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor pajak daerah, khususnya dengan pihak ketiga
22 Tahun 2020 tentang Tata Cara Kerja Sama dalam hal ini denga pihak perbankan,
Daerah dengan Daerah Lain dan Kerja Sama marketplace, serta PLN. Kita lihat
Daerah dengan Pihak Ketiga, Pemerintah keberhasilan kota batu dimana mampu
Daerah dapat melakukan kerja sama baik menaikan penerimaan dari PBB P2 tiga kali
dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga. lipat dengan melakukan kerja sama dengan
Kerja sama menurut Kamus Besar Bank Jatim terkait pembayaran pajak (Baok,
Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kegiatan dkk., 2020). Oleh sebab itu, dalam rangka
atau usaha yang dilakukan oleh beberapa memberikan masukan rumusan muatan
orang (lembaga, pemerintah dan sebagainya) pengaturan dalam Rancangan Peraturan
untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama Pemerintah turunan dari Undang-Undang 1
dilakukan karena terdapat keterbatasan- Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan
Pemerintah Pusat dengan Pemerintahan
3
Optimalisasi Pemungutan Pajak Daerah Melalui Kerja Sama dengan Pihak Ketiga
Irfan So�i

Daerah khususnya terkait Pajak Daerah dan optimalisasi adalah sebuah proses
Retribusi Daerah maka penulis melakukan menemukan praktik terbaik yang dilakukan
kajian kerja sama pemungutan pajak daerah untuk mencapai hasil yang maksimal dan
dengan pihak ketiga. Kajian ini bertujuan ideal dengan memanfaatkan sumber daya
untuk mendapatkan masukan terkait dengan yang ada sebaik mungkin. Secara sederhana
pelaksanaan kerjasama daerah dalam rangka arti optimaliasi adalah serangkaian proses
pemungutan pajak daerah dan sekaligus untuk mengoptimalkan apa yang sudah.
untuk meningatkan pemahaman yang lebih Tidak hanya dalam dunia bisnis, optimalisasi
baik mengenai mekanisme kerja sama juga sering digunakan dalam bidang lainnya,
pemungutan pajak daerah baik oleh daerah salah satunya adalah pemerintahan.
provinsi/kabupaten/kota dengan pihak
ketiga serta kendala-kendala dalam kerja Menurut Machfud Sidik (2021)
sama pemungutan. optimalisasi adalah kegiatan untuk
meningkatkan dan mengoptimalkan.
1.2. Rumusan Masalah Sedangkan menurut Poerwadarminta (2003)
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau
Berdasarkan latar belakang tersebut, KBBI, optimalisasi merupakan suatu hasil
rumusan masalah dalam kajian ini adalah yang dicapai sesuai keinginan, sehingga
sebagai berikut: optimalisasi adalah pencapaian hasil sesuai
dengan harapan secara efektif dan e�isien.
1. Bagaimana pelaksanaan kerja sama
pemungutan pajak daerah dengan pihak Tujuan dari dilakukan kegiatan
ketiga? optimalisasi adalah sebagai berikut:
2. Bagaimana kendala dalam pelaksanaan a. Memperoleh hasil lebih baik.
kerja sama pemungutan pajak daerah
dengan pihak ketiga? b. Tidak perlu menambah modal atau dana.
c. Menghemat waktu.
d. Memanfaatkan sumber daya alam dan
1.3. Tujuan Kajian sumber daya manusia yang sudah ada.
Tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai e. Mempercepat selesainya pekerjaan.
berikut :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan kerja
sama pemungutan pajak daerah dengan 2.2. Pemungutan Pajak Daerah
pihak ketiga?
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor
2. Untuk mengetahui kendala dalam 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan
pelaksanaan kerja sama pemungutan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
pajak daerah dengan pihak ketiga. Daerah, Pajak Daerah adalah kontribusi wajib
kepada Daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa
1.4. Kontribusi Terhadap Organisasi berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk keperluan Daerah bagi
memberikan masukan terutama kepada sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak
pimpinan Kementerian Keuangan khususnya Daerah terdiri dari Pajak Provinsi dan Pajak
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kabupaten/Kota.
dalam pengambilan kebijakan terkait
pengelolaan Pajak Daerah. Pajak yang dipungut oleh pemerintah
provinsi terdiri atas:
a. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB);
2. LANDASAN TEORITIS b. Bea Balik Nomor Kendaraan Bermotor
(BBNKB);
2.1. Optimalisasi c. Pajak Alat Berat (PAB);
d. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Optimalisasi biasanya dilakukan agar (PBBKB);
suatu pekerjaan menjadi maksimal dan e. Pajak Air Permukaan (PAP);
e�isien. Untuk mencapai tujuan itu, para f. Pajak Rokok; dan
pelaku pekerjaan itu akan mengambil g. Opsen Pajak Mineral Bukan Logam dan
langkah-langkah yang strategis dan Batuan (MBLB).
menguntungkan. Secara umum, pengertian
4
Jurnal De�is
Edisi 12 Volume XII
Sedangkan Pajak yang dipungut oleh melakukan kerja sama daerah dalam
pemerintah kabupaten/kota terdiri atas: meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Kemampuan daerah dalam melihat dan
a. Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan dan memanfaatkan sumber daya dan potensi
Pedesaan (PBB-P2); yang dimiliki menjadi salah satu hal yang
b. Bea Balik Perolehan Ha katas Tanah dan sangat vital dalam mendukung
Bangunan (BPHTB); penyelenggaraan kerja sama daerah.
c. Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT); Pemerintah daerah sendiri harus
d. Pajak Reklame; memiliki pengetahuan yang memadai dalam
e. Pajak Air Tanah (PAT); menggali potensi daerah dan menggali
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan sektor-sektor yang dapat memberikan
(MBLB); peningkatan kesejahteraan kepada
g. Pajak Sarang Burung Walet; masyarakat sehingga dapat berupaya untuk
h. Opsen PKB; dan memanfaatkan potensi dan sumber daya
i. Opsen BBNKB. tersebut.
Pengertian Pemungutan menurut Kerja sama yang dilakukan oleh
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2016 Pemerintah Daerah berdasarkan Pasal 363
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Ayat (2) Undang-Undang tersebut diatas
Pemungutan Pajak Daerah adalah suatu dapat dilakukan dengan:
rangkaian kegiatan mulai dari
penghimpunan data objek dan subjek Pajak, a. Daerah lain;
penentuan besarnya Pajak yang terutang b. pihak ketiga; dan/atau
sampai kegiatan Penagihan Pajak kepada
Wajib Pajak serta pengawasan c. lembaga atau pemerintah daerah di luar
penyetorannya. Sistem pemungutan pajak negeri sesuai dengan ketentuan
daerah ada dua yaitu self assessment system peraturan perundang-undangan.
dan of�icial assessment system. Kerja Sama Daerah Dengan Pihak
Self assessment system merupakan Ketiga, dalam Peraturan Pemerintah Nomor
aturan pajak yang membebankan ketentuan 28 Tahun 2018 adalah usaha bersama yang
dari besarnya pajak yang harus dibayarkan dilakukan oleh daerah dengan pihak ketiga
melalui Wajib Pajak secara pribadi yang dalam rangka penyelenggaraan urusan yang
bersangkutan. Wajib Pajak diharuskan untuk menjadi daerah untuk masyarakat dan
melakukan perhitungan, pelaporan, dan publik. Pihak ketiga yang dapat menjadi
pembayaran pajak sesuai dengan ketentuan mitra dalam kerja sama terdiri atas:
besarnya pajak tersebut ke Badan a. perseorangan;
Pendapatan Daerah setempat maupun
melalui sistem online. Sedangkan of�icial b. badan usaha yang berbadan hukum
assessment system membebankan wewenang sesuai dengan ketentuan peraturan
dalam penentuan besarnya Wajib Pajak perundang-undangan; dan
terutang kepada pihak perpajakan yang c. organisasl baik yang berbadan hukum
menjadi pemungut Wajib Pajak kepada maupun tidak berbadan hukum sesuai
seorang Wajib Pajak. Dalam hal ini, Wajib dengan ketentuan peraturan perundang-
Pajak akan diberikan surat ketetapan pajak undangan.
yang berisi nilai pajak terutang dan Wajib
Pajak harus membayarkan pajak yang Kerja sama yang dilakukan Pemerintah
terutang tersebut sesuai dengan besaran Daerah dengan pihak ketiga meliputi:
pajak yang ada dalam surat ketetapan pajak. a. kerja sama dalam penyediaan pelayanan
Jadi, Wajib Pajak tidak perlu untuk publik;
menghitung kembali besarnya pajak
terutang, tetapi hanya perlu untuk b. kerja sama dalam pengelolaan aset untuk
membayarkan nilai pajak terutang tersebut. meningkatkan nilai tambah yang
memberikan pendapatan bagi Daerah;
c. kerja sama investasi; dan
2.3. Kerja Sama Daerah
d. kerja sama lainnya yang tidak
Penyelenggaraan pemerintahan bertentangan dengan ketentuan
daerah sesuai dengan Undang-Undang 23 peraturan perundang-undangan.
tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Pasal 363 membuka peluang pada
pemeritah daerah untuk melakukan 2.4. Digitalisasi Daerah
5
Optimalisasi Pemungutan Pajak Daerah Melalui Kerja Sama dengan Pihak Ketiga
Irfan So�i

Program digitalisasi daerah melalui 2.5. Kerangka Pikir


Satgas Percepatan dan Perluasan Digitalisasi
Daerah (P2DD) telah mendorong kenaikan Adannya permasalahan belum
Pendapatan Asli Daerah (PAD) hingga 11,41 optimalnya penerimaan Pajak Daerah
persen. Kementerian Kominfo pun ikut terlihat masih kecilnya rasio pajak daerah
mendukung target 65 persen Pemda melek utamanya permasalahan terkait administrasi
digital pada 2023 dengan membangun Pusat pajak daerah. Oleh sebab itu Pemerintah
Data Nasional (PDN). Kenaikan PAD tersebut Daerah perlu melakukan terobosan-
terjadi atas keberhasilan elektroni�ikasi dan terobosan salah satunya dengan melakukan
digitalisasi transaksi di Pemerintah Daerah. kerja sama pemungutan pajak daerah dengan
pihak ketiga. Kerja sama ini merupakan
Pemda harus melek digital serta upaya yang dilakukan oleh Pemerintah
membawa pengaruh bagi penerimaan Daerah selain kerja sama yang dilakukan
Daerah khususnya untuk penerimaan Pajak dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah dan Retribusi Daerah. Kerja sama Daerah lainnya.
perlu dilakukan dengan pihak-pihak tertentu
yang mampu memberikan layanan digital Kerja sama dengan pihak ketiga bisa
kepada Wajib Pajak atau Wajib Retribusi dilakukan dalam proses pemungutan pajak
untuk membayar kewajibannya. Salah satu daerah seperti pembayaran pajak daerah
melalui Quick Response Code Indonesian dengan kerja sama pihak perbankan. Dengan
Standard (QRIS) melalui android untuk adanya kerja sama tersebut diharapkan
pembayarannya yang layanannya disediakan dapat meningkatkan pendapatan Daerah dari
oleh Perbankan. Pajak Daerah dengan tetap melihat potensi
yang dimiliki. Peningkatan penerimaan akan
mampu meningkatkan tax ratio daerah.

Gambar 2: Kerangka Pikir

Sumber: penulis diolah

2.6. Penelitian Sebelumnya kebijakan pemerintah pusat dan kebijakan


pemerintah daerah yang ada di sekitar
Penelitian terkait dilakukan oleh Kabupaten Bekasi. Kedua, sinkronisasi dalam
Damayanti (2015) dengan judul Efektivitas penyusunan peraturan daerah untuk
Hukum Pelaksanaan Kerjasama Antara mengurangi hambatan birokrasi dalam
Satuan Kerja Perangkat Daerah Dengan Pihak kegiatan pembangunan infrastruktur dan
Ketiga (Studi di Pemerintah Kota Tarakan). investasi. Ketiga, menghindari dan
Pihak Ketiga dalam hal ini adalah Lembaga mengeliminasi potensi euforia otonomi
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPM daerah diantaranya kegiatan yang bersifat
Kelurahan). Hasil penelitian menunjukkan kontraproduktif karena persaingan yang
bahwa Faktor yang mempengaruhi tidak sehat antar daerah), Keempat adalah
Efektivitas Hukum Pelaksanaan Kerjasama pembangunan kemitraan antar daerah,
antara Satuan Kerja Perangkat Daerah pemerintah kabupaten dengan pemerintah
dengan Pihak Ketiga adalah Faktor hukum, provinsi, pemerintah pusat, dunia usaha,
Faktor Hukum yang dimaksud adalah dengan serta dengan lembaga non pemerintah
adanya Peraturan Walikota yang mengatur (NGO). Berbagai permasalahan tersebut
terkait kerja sama tersebut. dapat diatasi dengan berbagai pertimbangan
adanya peraturan daerah yang mengatur
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh tetang kerjasama daerah di Kabupaten
Ekasari (2018) terkait Tinjauan Model Bekasi, studi banding antara pemerintah
Kerjasama Daerah Di Kabupaten Bekasi. Hasil Kabupaten Bekasi dengan pemerintah daerah
penelitian menunjukkan bahwa Kerjasama lainnya yang telah berhasil menjalin
Daerah di Kabupaten Bekasi mencakup kerjasama dengan pihak asing, dukungan
berbagai permasalahan pertama, sinergi politis dan adanya rencana sistematis yang
dalam pelaksanaan pembangunan mengatur tentang target, capaian dan sasaran
pemerintah Kabupaten Bekasi dengan kerjasama daerah.
6
Jurnal De�is
Edisi 12 Volume XII
3. METODE PENELITIAN prosedur penelitian yang akan menghasilkan
data kualitatif berupa kata-kata, tertulis
Metode yang digunakan dalam atau lisan dari orang-orang dan suatu
penelitian ini menggunakan pendekatan proses yang diamati. Menggali informasi
kuantitatif. Metode kuantitatif menurut pelaksanaan kerja sama daerah dari
Sugiyono (2013), dapat diartikan sebagai informan terdiri dari birokrat dan para
metode penelitian yang berlandaskan pada pemangku kepentingan pelaksanaan kerja
�ilsafat positivisme, digunakan untuk sama daerah. Data yang dihasilkan dari
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengunakan teknik pencarian data tersebut
teknik pengambilan sampel pada umumnya terdiri dari data primer dan data sekunder
dilakukan secara random, pengumpulan data untuk itu digunakan teknik analisis data
menggunakan instrumen penelitian, analisis deskriptif. Sedangkan Miles & Huberman
data bersifat kuantitatif atau statistik dengan (1992) menyatakan bahwa, data kualitatif
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah merupakan sumber dari eskripsi yang luas
ditetapkan. dan berlandasan kokoh, serta memuat
penjelasan tentang proses-proses yang
Teknik pengumpulan data dilakukan terjadi dalam lingkup sektoral.
dengan menggunakan tiga cara, yaitu
pertama melalui survei dengan kuisioner.
Data Survei penelitian dilaksanakan mulai
dari tanggal 17 Februari sampai dengan 28 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Maret 2022 dengan sampel 97 daerah, terdiri
dari 13 daerah provinsi, 53 daerah Kerja sama pemungutan pajak daerah
kabupaten, dan 31 daerah kota. Kriteria telah dilakukan oleh sebagian besar
untuk daerah sampel yaitu daerah yang responden yaitu sebanyak 38 daerah atau 86
sudah melakukan kerja sama maupun belum persen dengan jenis kerja sama terbanyak
melakukan kerja sama dalam pemungutan dilakukan daerah dengan pihak ketiga
pajak daerah, keterwakilan tingkat dimana terdapat 29 daerah. Selanjutnya pada
administrasi pemerintah dalam hal ini tempat kedua terdapat kerja sama dengan
provinsi, kabupaten, kota, dan keterwakilan Pemerintah Pusat dengan 20 daerah, dan
wilayah atau geogra�is meliputi Jawa, hanya terdapat 1 daerah yang melakukan
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali Nusa kerja sama dengan daerah lain yaitu Provinsi
Tenggara, dan Maluku Papua. Terdapat 41 Daerah Istimewa Yogyakarta dengan
responden yang mengisi kuisioner dengan kabupaten/kota se-provinsi. Kerja sama
rincian 5 daerah provinsi, 23 daerah dengan pihak ketiga dilakukan dengan pihak
kabupaten, dan 13 daerah kota dengan perbankan, kantor pos, indomaret, alfamart
tingkat partisipasi sebesar 42,27 persen. untuk sistem pembayaran pajak, dengan PLN
Keterbatasan dalam kajian ini yaitu tidak untuk pemungutan dan penyetoran Pajak
semua responden menjawab pertanyaan Penerangan Jalan (PPJ), serta market place
opsional dan terdapat beberapa jawaban (tokopedia, bukalapak, gopay, link aja, qris)
yang tidak sesuai dengan pertanyaan untuk pembayaran pajak.
sehingga perlu dilakukan kon�irmasi. Kerja sama pemungutan Pajak Daerah
Pengumpulan data kedua dilakukan dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk
dengan diskusi terbatas dalam Focus Group semua atau sebagian jenis Pajak Daerah
Discussion (FGD) dengan mengundang untuk pembayaran pajak. Misalnya kerja
sebagian daerah sampel yang mengisi sama dengan Indomaret, Alfamart dan
kuisioner melalui daring serta dilakukan FGD Market Place untuk pembayaran PBB P2 atau
secara luring untuk pendalaman dengan Pajak Kendaraan Bermontor (PKB). Selain
Badan Pelayanan Pajak Daerah Kabupaten kerja sama dengan pihak ketiga dilakukan
Sidoarjo. Pengumpulan data ketiga dengan dalam penyelenggaraan sistem pembayaran
studi literatur dengan menganalisis beberapa yang dilakukan oleh 27 responden, terdapat
peraturan dan dokumen yang terkait dengan pertukaran/pemanfaatan data/informasi
pelaksanaan kerja sama daerah. sebanyak 14 responden. Lingkup kerja sama
lainnya yaitu pendataan/pengumpulan data/
Sifat data yang diambil yaitu data informasi perpajakan, knowledge sharing/
kuantitatif dan data kualitatif, dimana peningkatan kapasitas SDM dll, seperti dalam
menurut Bogdan dan Taylor dalam Meleong gambar gra�ik berikut ini:
(2017) metode kualitatif merupakan

Gambar 3: Lingkup Kerjasama Dengan Pihak Ketiga

7
Optimalisasi Pemungutan Pajak Daerah Melalui Kerja Sama dengan Pihak Ketiga
Irfan So�i

Sumber: hasil kuisioner diolah

Berdasarkan hasil kuisioner, diperoleh Hasil kuisioner juga menunjukkan


data bahwa hampir sebagian besar bahwa terdapat 3 (tiga) alasan besar yang
Pemerintah Daerah melakukan kerja sama mendasari Pemerintah Daerah untuk
dari pihak ketiga setelah adanya penawaran melakukan kerja sama dalam rangka
dari pihak ketiga yaitu sebanyak 21 daerah optimalisasi pemungutan Pajak Daerah
responden. Namun demikian terdapat dua antara lain untuk meningkatkan PAD,
Pemerintah Daerah yang mengajukan memudahkan proses pemungutan dan
permintaan penawaran kerjasama selain terakhir adanya keterbatasan SDM yang
menerima penawaran kerja sama yaitu dimiliki oleh daerah. Responden dari Kota
Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan dan Bukit Tinggi menyampaikan bahwa
Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Selain Pemerintah Daerah melakukan kerja sama
itu, belum terdapat responden yang dilatarbelakangi oleh adanya keterbatasan
melakukan pemilihan pihak ketiga melalui anggaran yang dimiliki daerah.
mekanisme pengadaan barang dan jasa.

Gambar 4: Alasan Pemerintah Daerah Melakukan Kerja Sama Pemungutan Pajak Daerah

Sumber: hasil kuisioner diolah

Selain itu, terdapat alasan lain yang melakukan kerja sama dengan Pemerintah
mendasari Pemerintah Daerah melakukan Daerah akan mendapatkan peningkatan
kerja sama yaitu adanya keterbatasan sarana pengguna layanan atau pelanggan, selain itu
serta prasarana dan anggaran, memudahkan akan memperoleh data/informasi dan
pembayaran dengan memperluas basis diperolehnya fee atau biaya administrasi yang
penerimaan, pencegahan penyalahgunaan dibebankan kepada pelanggan.
wewenang oleh petugas. Selanjutnya ada
peningkatan akuntabilitas pengelolaan pajak Walaupun terdapat keterbatasan
daerah, serta mengikuti keberhasilan dari anggaran beberapa Pemerintah Daerah
daerah lain, mengikuti ketentuan peraturan dalam pemungutan pajak daerah, namun jika
perundang-undangan, memudahkan wajik dilihat dari e�isiensi pemungutan pajak
pajak yang tinggal jauh dari jangkauan bank daerah sangat baik, utamanya unit
persepsi. Sedangkan untuk pihak ketiga yang pendapatan daerah yang sudah terpisah dan
8
Jurnal De�is
Edisi 12 Volume XII
daerah yang perekonomian daerahnya cukup pengukuran e�isiensi pemungutan Pajak
baik sehingga penerimaan Pajak Daerahnya Daerah adalah sangat e�isien (E < 60%),
besar. Rasio pemungutan pajak atau e�isiensi e�isien (60% < E < 80%), cukup e�isien (80%
diperoleh dari pembagian antara belanja < E < 90%), kurang e�isien (90% < E < 100%),
OPD pemungut pajak dengan realisasi pajak dan tidak e�isien (E > 100%).
daerah. E�isiensi dikatakan lebih baik apabila
perbandingan biaya dengan realisasi yang Berikut ini besaran rasio pemungutan
telah dicapai nilainya semakin kecil (Halim, pajak atau efesiensi pemungutan pajak
2007). Menurut Keputusan Menteri Dalam daerah dari beberapa daerah:
Negeri Nomor 13 Tahun 2006, kriteria
Tabel 1: Rasio Pemungutan Pajak Daerah

Belanja OPD
Pajak Daerah 2021 Rasio
Daerah Instansi 2021 Keterangan
(Rupiah) Pemungutan
(rupiah)
Kota Yogyakarta BPKAD 44,110,457,575 372,462,884,357 11.84% Efisien
Kota Pekalongan BPKAD 27,788,618,417 87,382,426,252 31.80% Efisien
Kota Metro BPKAD 41,788,215,813 33,105,926,632 126.23% Tidak Efisien
Kab. Landak BPPRD 4,681,085,304 28,760,736,294 16.28% Efisien
Kab. Barru Bapenda 4,481,779,097 20,295,192,486 22.08% Efisien
Kab. Lampung Tengah Bapenda 40,352,565,986 100,691,283,459 40.08% Efisien
Kab. Rokan Hilir Bapenda 14,944,357,801 56,732,890,308 26.34% Efisien
Efisien
Provinsi Jawa Barat Bapenda 392,184,236,610 18,847,183,713,165 2.08%
Provinsi Sulawesi Tengah Bapenda 70,885,506,753 1,494,014,931,911 4.74% Efisien
Provinsi Sumatera Barat Bapenda 62,769,800,674 2,060,852,029,361 3.05% Efisien
Sumber: LAKIP dan DJPK

Berdasarkan tabel diatas sebagian Pelayanan Pajak Daerah Kabupaten Sidoarjo,


besar Pemerintah Daerah e�isen dalam bahwa kerja sama dengan pihak ketiga
pemungutan pajak daerah, kecuali untuk langsung dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Kota Metro dimana belanja OPD dalam hal ini dengan pihak perbankan dalam sistem
masih bergabung dengan bagian keuangan pembayaran. Selanjutnya pihak marketplace
sehingga besar jumlahnya sedangkan yang ingin ikut serta dalam menerima
penerimaan pajaknya kecil. Sedangkan untuk pembayaran pajak daerah maka dapat
Pemerintah Daerah yang bagian melakukan kerjasama dengan pihak bank
pendapatannya merupakan OPD tersendiri, yang telah melakukan kerja sama dengan
rasio pemungutan pajaknya jauh lebih baik Pemerintah Daerah. Dengan demikian, tidak
dengan angka persentase kecil. ada kerja sama langsung Pemerintah Daerah
dengan pihak marketplace.
Jika terdapat pembayaran kepada
pihak ketiga oleh Pemerintah Daerah dalam Dalam pelaksanaannya pihak
rangka kerja sama pemungutan pajak daerah, Pemerintah Daerah dianjurkan bisa
mekanisme pembayaran dilakukan melalui melakukan kerja sama dengan lembaga
belanja daerah. Sebagian besar Pemerintah keuangan seperti yang termuat dalam Surat
Daerah tidak terdapat pembayaran atas kerja Edaran dari Kementerian Dalam Negeri
sama tersebut karena biaya dibebankan Nomor 910/1866/ SJ tahun 2016 terkait
kepada pelanggan. Biaya yang dikeluarkan Implementasi Transaksi Non Tunai. Selain
oleh Pemerintah Daerah dibayarkan dalam itu, pihak ketiga tersebut menarik tambahan
bentuk honor tim serta pembayaran nominal biaya dari proses pelaksanaan pembayaran
tertentu seperti yang disampaikan oleh oleh wajib pajak/retribusi daerah.
responden dari Provinsi Banten dan Kota Pemerintah Daerah dalam prakteknya
Binjai. Pengeluaran lain yang dikeluarkan kesulitan, utamanya saat menerima
oleh Pemerintah Daerah yaitu berupa biaya rekapitulasi laporan yang diterima dari
rapat koordinasi dalam rangka optimalisasi market place (misalnya gofood) dimana
pemungutan pajak daerah. pengenaan Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
yang tidak jelas.
Berdasarkan hasil kon�irmasi melalui
dalam diskusi saat site visit dengan Badan Seluruh responden yang melaksanakan
9
Optimalisasi Pemungutan Pajak Daerah Melalui Kerja Sama dengan Pihak Ketiga
Irfan So�i

kerja sama pemungutan pajak daerah telah dengan setelah dilakukan pemungutan
membuat naskah perjanjian atau beragam (10 daerah yang menyampaikan
Memorandum of Understanding (MoU). data). Kenaikan persentase tertinggi dialami
Muatan dalam MoU beragam namun hampir oleh Kabupaten Enrekang dengan persentase
sama setiap daerah, antara lain memuat kenaikan sebesar 61,30 persen, sedangkan
maksud tujuan, ruang lingkup, hak dan terkecil terjadi di Kota Yogyakarta dengan
kewajiban para pihak, kerahasiaan, kenaikan sebesar 8,54 persen. Namun dari
pelaksanaan, pembiayaan, jangka waktu segi jumlah nominal kenaikan Kota
perjanjian, penyelesaian perselisihan, Yogyakarta ada di atas dari Kabupaten
keadaan kahar, sanksi, serta monitoring, Enrekang.
evaluasi, dan pelaporan. Responden dari
Provinsi Jambi menyampaikan bahwa dalam Dari kedua daerah tersebut memiliki
MoU memuat juga terkait jaminan. MoU yang karakteristik yang berbeda. Karakteristik
merupakan kesepakatan kedua belah pihak Kabupaten Enrekang di Provinsi Sulawesi
yang melakukan kerja sama seharusnya Selatan yang merupakan daerah pertanian
dibahas bersama yang memiliki kedudukan dapat kita lihat dari data BPS tahun 2020
seimbang sehingga salah satu pihak tidak dimana sektor yang paling dominan adalah
dirugikan. pertanian, kehutanan dan perikanan
sehingga penerimaan daerah lebih banyak
Berdasarkan hasil pendalaman melalui diterima dari Pajak PBB P2. Untuk
Focus Group Discussion (FGD) secara daring, mengoptimalkan penerimaan dilakukan
Kota Bukti Tinggi menyampaikan bahwa kerja sama dengan petugas pada setiap
terkait perjanjian dengan pihak ketiga (PT. lingkungan/kelurahan/desa untuk menarik
PLN) dimana naskah perjanjiannya disiapkan pajak. Berbeda halnya dengan Kota
oleh pihak PT. PLN dan pihak Pemerintah Yogyakarta yang mengandalkan dari sektor
Daerah tidak diberikan kesempatan untuk jasa, komonikasi dan informasi serta industri
merubah muatan isi perjanjian. Begitu juga pengolahan yang perlu digitalisasi dalam
terjadi saat melakukan perjanjian kerja sama proses pembayaran pajak dengan
dengan pihak Badan Pertanahan Nasional memanfatkan platform pembayaran yang
(BPN), pihak Pemerintah Daerah tidak bisa ada.
menambahkan terkait informasi data yang
diinginkan atau dibutuhkan karena hanya Walaupun demikian, tidak semua
menerima apa yang disampaikan oleh pihak kenaikan penerimaan pajak tersebut
BPN. disebabkan oleh adanya kerja sama
pemungutan pajak daerah seperti yang
Salah satu tujuan dilakukan disampaikan oleh perwakilan Provinsi
pemungutan pajak daerah yaitu untuk Daerah Istimewa Yogyakarta saat Fokus
meningkatkan penerimaan daerah. Sebagai Group Discussion (FGD), dimana kenaikan
besar responden atau sebanyak 27 penerima PAD yang berasal dari Pajak
responden dari 34 responden yang Kendaraan Bermotor (PKB) tidak dapat
menjawab atau sebesar 79,41 persen dilihat secara spesi�ik. Namun terdapat
menyampaikan bahwa terdapat kenaikan faktor-faktor lain yang menyebabkan
pendapatan. Kenaikan pendapatan dari penerimaan pendapatan dari pajak daerah
sebelum dilakukan kerja sama pemungutan naik.
Tabel 2: Data Penerimaan Pajak Daerah Responden (dalam rupiah)

Sumber: hasil kuisioner diolah


10
Jurnal De�is
Edisi 12 Volume XII

Selain peningkatan penerimaan pajak Selanjutnya pihak lembaga keuangan


daerah, pemanfaatan akan data perpajakan tersebut menjalin kerjasama dengan pihak
merupakan tujuan lain dari dilaksanakannya marketplace seperti Tokopedia, Bukalapak,
kerja sama. Dari 34 daerah responden, Indomaret, Alfamart, Gopay, Link aja, dan
sebanyak 24 daerah atau 70,58 persen Qris.
memberikan data perpajakan dalam Dengan adanya kerja sama dalam
pelaksanaan kerja sama tersebut, dan hanya pemungutan pajak daerah, terjadi kenaikan
10 daerah yang tidak memberikan data pendapatan Pajak Daerah hal ini terjadi pada
perpajakan. Dengan adanya data tersebut 27 dari 35 daerah responden atau 79,4
sedikit banyak akan dapat membantu �iskus persen yang telah melaksanakan kerja sama
untuk memperbaiki database pajak daerah, pemungutan pajak daerah. Dalam
yang pada akhirnya dapat membantu pelaksanaan kerja sama dalam pemungutan
meningkatkan penerimaan pajak daerah. pajak daerah, ada beberapa kendala yang
Database memiliki arti penting bagi petugas ditemui oleh beberapa daerah diantaranya
pajak agar dapat mengumpulkan, belum mengakomodir semua �intech sebagai
mengorganisir dan menganalisa data setiap metode pembayaran, pertukaran data tidak
wajib pajak. maksimal, daerah memberi data ke pusat tapi
Pelaksanaan kerja sama secara pemerintah pusat sulit memberikan data ke
keseluruhan tidak ada kendala, hal ini bisa pemda, sarana dan prasarana yang belum
dilihat dimana 64,7 persen responden memadai dalam melaksanakan pemungutan
menjawab tidak ada kendala. Namun pajak daerah, kendala jaringan TI (internet)
demikian kendala tetap ada dimana hanya khususnya dalam veri�ikasi dan validasi
terdapat 12 dari 34 daerah responden yang pembayaran pajak secara non tunai, dan
menyampaikan terdapat kendala. Kendala ketidakjelasan alamat atau keberadaan Wajib
tersebut antara lain: Pajak untuk dilakukan penagihan/
pemungutan sehubungan dengan Piutang
1. Belum mengakomodir semua jenis �intech Pajak.
sebagai metode pembayaran.
Oleh sebab itu perlu dilakukan
2. Pertukaran data tidak maksimal, pengaturan yang jelas terkait pemungutan
Pemerintah Daerah memberi data ke pajak daerah khususnya dengan pemanfaatan
pusat tapi pemerintah pusat sulit data yang melibatkan pihak ketiga utamanya
memberikan data ke Pemerintah Daerah. dengan market place. Selain itu perlu adanya
3. Sarana dan prasarana yang belum pengaturan yang jelas terkait fee/biaya yang
memadai dalam melaksanakan dibebankan kepada pelanggan agar tidak
pemungutan pajak daerah. menambah beban bagi Wajib Pajak. Semua
pihak ketiga dalam hal ini market place yang
4. Kendala jaringan Teknologi Informasi memberikan pelayanan pembelian makanan
(internet) khususnya dalam veri�ikasi secara online tidak melakukan perjanjian
dan validasi pembayaran pajak daerah dengan Pemerintah Daerah karena
secara non tunai. perjanjiannya dengan Lembaga Keuangan
5. Ketidakjelasan alamat atau keberadaan tempat pembayaran pajak daerah, untuk itu
Wajib Pajak untuk dilakukan penagihan/ sebaiknya pemerintah daerah lebih aktif
pemungutan sehubungan dengan Piutang untuk menjalin komunikasi terutama terkait
Pajak Daerah. pertukaran data yang diperlukan.

5. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


Berdasarkan hasil pembahasan diatas, 1. Buku dan Jurnal
kerjasama dalam rangka pemungutan pajak
daerah sudah dilaksanakan oleh hampir Baok, R.T.L., Sasongko, T., Rifa’I, M. (2020).
seluruh responden dimana berdasarkan hasil Strategi Peningkatan Penerimaan Pajak
survei menunjukkan sebanyak 38 daerah dari Bumi Dan Bangunan (Pbb) Di Kota Batu.
44 daerah atau 86 persen telah Jurnal Unitri Volume 10 Nomor 1.
melaksanakan kerja sama pemungutan pajak
daerah dengan jenis kerja sama terbanyak Damayanti, F. A. (2015). efektivitas hukum
dilakukan dengan Pihak Ketiga yaitu pelaksanaan kerjasama antara satuan
sebanyak 29 daerah. Kerjasama dengan pihak kerja perangkat daerah dengan pihak
ketiga dilakukan oleh Pemerintah Daerah ketiga (Studi di Pemerintah Kota
dengan perbankan serta PT. Pos Indonesia. Tarakan). Artikel Ilmiah Universitas
11
Optimalisasi Pemungutan Pajak Daerah Melalui Kerja Sama dengan Pihak Ketiga
Irfan So�i

Brawijaya Malang, 1–18. Sidik, M. (2021). Optimalisasi Pajak Daerah


Ekasari, A. C. (2018). tinjauan model dan Retribusi Daerah dalam Rangka
kerjasama daerah di kabupaten bekasi. Meningkatkan Kemampuan Keuangan
Jurnal Ilmiah Magister Ilmu Administrasi Daerah.
(JIMIA), 1, 102–122. Sugiyono. (2013). Metodelogi Penelitian
Halim, A. (2007). Akuntansi Keuangan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
Daerah. Jakarta: Salemba Empat. Bandung : Alfabeta.
Meleong, L. J. (2017). Metodologi Penelitian
Kualitatif (Edisi Revi). PT. Remaja
Rosdakarya. 2. Peraturan Perundang-undangan

Miles, M., & Huberman, M. A. (1992). Analisis


Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Data Kualitatif (terjemahan). Depok : tentang Pemerintahan Daerah.
Universitas Indonesia.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022
Oran, R. Y. (1992). Arctic Politics: Conflict And tentang Hubungan Keuangan antara
Cooperation In The Circumpolar North. Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
National Academy Press Washington, Daerah.
D.C.
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2016
Pamudji, M. (1985). Perbandingan tentang Ketentuan Umum dan Tata
Pemerintahan. Jakarta: PT. Bima Aksara. Cara Pemungutan Pajak Daerah.
Poerwadarminta, W. J. S. (2003). Kamus Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2018
Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai tentang Kerja Sama Daerah.
Pustaka.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22
Putra, I. (2014). Identifikasi Pelaksanaan Tahun 2020 tentang Tata Cara Kerja
Kerja Sama Daerah. Jurnal Bina Praja, Sama Daerah dengan Daerah Lain dan
06(02), 157–166. https://doi.org/ Kerja Sama Daerah dengan Pihak
10.21787/jbp.06.2014.157-166 Ketiga.

12
Jurnal De�is
Edisi 12 Volume XII

13
Lampiran

Kuesioner
Kajian Kerja Sama Optimalisasi Pemungutan Pajak Daerah

Latar Belakang

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka optimalisasi Penerimaan Asli Daerah
dari Pajak Daerah yaitu dengan melakukan kerja sama pemungutan pajak. Kerja sama dilakukan dengan
Pemerintah, Pemerintah Daerah lainnya dan/atau pihak ketiga. Kajian ini dilakukan dalam rangka memberikan
masukan untuk kebijakan pengelolaan Pajak Daerah, untuk itu dimohon Bapak/Ibu dapat mengisi beberapa
pertanyaan dalam kuesioner ini.
Data diri responden hanya digunakan untuk tujuan penelitian dan akan dijaga kerahasiannya. Apabila terdapat
pertanyaan dalam pengisian kuesioner ini dapat menghubungi narahubung: Irfan So�i (tlpn/wa:
081906311297)

Data Diri Responden


Nama : ………………………………………………………………………………
Daerah : ………………………………………………………………………………
Instansi : ………………………………………………………………………………
Jabatan : ………………………………………………………………………………
No. Telp (Kantor) : ………………………………………………………………………………
Email : ………………………………………………………………………………

Daftar Pertanyaan:
1. Apakah saat ini Pemda Bapak/Ibu telah melakukan kerja sama Pemungutan Pajak Daerah?
a. Ya
b. Tidak
2. Jika jawaban Bapak/Ibu “Ya”, kerja sama Pemungutan Pajak Daerah dilakukan dengan ……… (boleh dipilih
lebih dari satu)
a. Pemerintah Pusat
b. Pemerintah Daerah Lainnya.
c. Pihak Ketiga.
3. Jika jawaban “tidak”, mohon dijelaskan alasannya?
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
4. Jika jawaban Bapak/Ibu terdapat kerja sama Pemungutan Pajak Daerah dengan pihak ketiga bisa
disebutkan dengan pihak mana saja kerja sama dilakukan? (bisa diisi lebih dari satu)
a. Perbankan
b. Tokopedia
c. Blibli
d. Ovo
e. Bukalapak
f. …………………………………
5. Kerjasama tersebut dilakukan dalam rangka pemungutan pajak daerah apa saja (sebutkan jenis pajak
daerah yang dikerjasamakan)?
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
6. Dalam hal Pemda melakukan kerja sama dengan pihak ketiga, apa saja lingkup kerja sama yang
dilaksanakan? (boleh diisi lebih dari satu)
a. Pertukaran/pemanfaatan data/informasi
b. Pendataan/Pengumpulan data/informasi perpajakan
c. Knowledge sharing/peningkatan kapasitas SDM
d. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran
e. Lainnya ……………………………………………………………………………………
7. Bagaimana mekanisme/cara pemilihan Pihak Ketiga?
a. Mengikuti mekanisme pengadaan barang/jasa pemerintah

14
b. Menindaklanjuti penawaran kerja sama dari pihak ketiga
c. Lainnya ……………………………………………………………………………………
8. Apakah alasan Pemda Bapak/Ibu untuk melakukan kerja sama Pemungutan Pajak Daerah? (boleh diisi
lebih dari satu)
a. Untuk meningkatkan penerimaan asli daerah dari Pajak Daerah
b. Untuk mengikuti atau meniru keberhasilan Pemda lain
c. Untuk memudahkan pemungutan
d. Keterbatasan Sumber Daya Manusia
e. Alasan lain, …………………………………………………………………………………. (mohon disebutkan)
9. Apa manfaat yang diperoleh oleh pihak ketiga dari kerja sama tersebut?
a. Finansial, dalam bentuk:
• Fee/biaya administrasi yang dibebankan kepada pengguna layanan/pelanggan
• Fee/biaya administrasi/biaya pemungutan yang dibebankan kepada dari Pemda
• Lainnya …………………………………………………………………………………
b. Non Finansial, dalam bentuk:
• Peningkatan Kapasitas SDM
• Mendorong peningkatan pengguna layanan/pelanggan
• Memperoleh data/informasi
• Lainnya …………………………………………………………………………………
10. Dalam hal terdapat pembayaran Pemda kepada pihak ketiga, bagaimana mekanisme pembayarannya?
a. Melalui mekanisme belanja daerah
b. Melalui Mekanisme bagi hasil pembayaran
c. Lainnya …………………………………………………………………………………
11. Apakah dalam pelaksanaan kerja sama tersebut dibuatkan Naskah Perjanjian Kerja Sama atau MOU?
a. Ya
b. Tidak
12. Jika “Ya”, apa saja yang biasanya termuat dalam Naskah Perjanjian Kerja Sama tersebut?
a. …………………………………………………………………………………………………
b. …………………………………………………………………………………………………
13. Apakah terdapat biaya yang dikeluarkan oleh Pemda dalam pelaksanaan kerja sama dengan
Pemerintah/Pemerintah Daerah Lainnya/Pihak Ketiga dalam Pemungutan Pajak Daerah?
a. Ya
b. Tidak
14. Jika “Ya”, mohon dapat disebutkan dalam bentuk apa?
a. Honor Tim
b. Pembayaran nominal tertentu sesuai dengan yang disepakati dalam perjanjian
c. Lainnya………………………………………………………………………………….
15. Apakah terdapat kenaikan penerimaan Pajak Daerah setelah dilaksanakan kerja sama Pemungutan Pajak
Daerah?
a. Ya
b. Tidak
Jika “Ya”, mohon dapat disebutkan nama jenis pajak, dan jumlah pajaknya (dapat diisi pada lembar kertas
lain apabila bagian jawaban dibawah ini tidak mencukupi)
Jumlah Penerimaan Sebelum Jumlah Penerimaan Setelah
No Nama Jenis Pajak Daerah
Kerja Sama Kerja Sama

16. Apakah dalam pelaksanaan kerjasama tersebut, Pemda memberikan data perpajakan?
a. Ya
b. Tidak
17. Apakah Pemda terdapat kendala pada saat pelaksanaan kerja sama Pemungutan Pajak Daerah?
a. Ya
b. Tidak
Jika “Ya”, mohon dapat diuraikan kendalanya (dapat diisi pada lembar kertas lain apabila bagian jawaban
dibawah ini tidak mencukupi)
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
18. Dengan adanya penyusunan konsep RPP tentang PDRD yang diantaranya mengatur kerja sama
optimalisasi pemungutan Pajak Daerah, Apa yang Pemda Bapak/Ibu harapkan?

15
Optimalisasi Pemungutan Pajak Daerah Melalui Kerja Sama dengan Pihak Ketiga
Irfan So�i

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
19. Mohon dapat diberikan saran/masukan/pendapat Pemda Bapak/Ibu terkait hal-hal pokok yang perlu
diatur dalam pengaturan regulasi tersebut?
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

---Akhir dari Kuesioner, Terima Kasih---

16

16
Jurnal De�is
Edisi 12 Volume XII

17

You might also like