You are on page 1of 10

AKTIFITAS DAKWAH KH AHMAD RIFA’I ARIEF

MELALUI PONDOK PESANTREN LATANSA


LEBAK GEDONG LEBAK BANTEN
(Study Biografi terhadap K.H A.Rifa’i Arief di desa Banjaririgasi
Kec.Lebakgedong Lebak-Banten)

Mumun Munasaroh dan Weny Widyawati Bastaman


Jurusan Pendidikan Sejarah STKIP Setia Budhi Rangkasbitung
Email: Munasaroh70@ gmail.com dan Wenywb99@gmail.com

Abstract
Activities undertaken by KH. Ahmad Rifa'I Arief is more clearly seen as one of the parts of
da'wah, spreading the call of Islam and continuing the struggle of the Prophet in building Islam that
is Rahmatan Lil Alamin, and he is a figure who has built a modern educational institution in
Banten with a different system, and helped build the quality of Indonesian people to be useful for
both parents and the environment. From the description above, it can be formulated. What form of
propaganda activities carried out by KH Ahmad Rifai Arief during his lifetime? Its activities in the
field of da'wah are divided into three forms namely Da'wah bil-hal, Da'wah bi-verbal and Da'wah
bil-Qolam.
This research uses historical methodology and collects data with library research studies,
field observations and interviews. Data collection by means of Documentation Studies strategies used
by collecting data through books, mass media, scientific work and through online media.
The ideas and concepts of KH Ahmad Rifa'I Arief's thinking about education are very good and
the thoughts of KH Ahmad Rifa'I Arief are actualized through the construction of the La Tansa
Islamic Boarding School, Lebakgedong, Lebak, Banten. Because the pesantren learning process is a
combination of religious knowledge and science and technology, so the output can also be absorbed in
various sectors. Although at that time many obstacles and obstacles that hit him and his whole life
he did solely because of worship in the way of God. Therefore the author feels the need to raise the
character of the propaganda namely KH Ahmad Rifa'i Arief Da'wah Activities Through LA
Tansa Lebakgedong Islamic Boarding School, Lebak, Banten.

Keywords: Da'wah, Kh Ahmad Rifa'i Arief, Latansa Islamic Boarding School

Abstrak
Aktivitas yang dilakukan KH. Ahmad Rifa’I Arief terlihat secara lebih jelas
merupakan salah satu bagian dari dakwah, menyebarkan seruan Islam dan meneruskan
perjuangan Nabi dalam membangun Islam yang Rahmatan Lil Alamin, dan beliau adalah sosok
seorang yang telah membangun lembaga pendidikan modern di Banten dengan sistem yang
berbeda,dan turut membangun kualitas manusia Indonesia agar menjadi berguna bagi kedua orang
tua dan lingkungan sekitar. Dari uraian diatas dapat dirumuskan. Bagaimana bentuk Aktifitas
dakwah yang dilakukan KH Ahmad Rifai Arief Semasa hidupnya? Aktivitasnya dalam bidang
dakwah dibagi menjadi tiga bentuk yaitu Dakwah bil-hal, Dakwah bi-lisan dan Dakwah bil-
Qolam.
Penelitian ini dengan menggunakan metodelogi Historis dan mengumpulkan data dengan
penelitian Studi Kepustakaan, observasi lapangan dan wawancara. Pengumpulan data dengan cara
Studi Dokumentasi strategi yang digunakan dengan cara mengumpulkan data-data melalui buku-
buku, media massa, karya ilmiah dan melalui media online.
Gagasan dan Konsep pemikiran KH Ahmad Rifa’I Arief mengenai pendidikan sangat
baik dan pemikiran KH Ahmad Rifa’I Arief diaktualisasikan melalui pembangunan Pondok

Tsaqofah; Jurnal Agama dan Budaya 113


Pesantren La Tansa, Lebakgedong, Lebak, Banten. Karena dalam proses pembelajaran pesantren
merupakan perpaduan antara ilmu agama dan IPTEK, sehingga out put nya pun mampu diserap
diberbagai sektor. Walaupun pada saat itu banyak hambatan dan rintangan yang menerpa dirinya
dan seluruh hidupnya ia lakukan semata-mata karena ibadah dijalan Allah. Maka dari itu
penulis merasa perlu mengangkat tokoh dakwah tersebut yakni Aktivitas Dakwah KH Ahmad
Rifa’i Arief Melalui Pondok Pesantren LA Tansa Lebakgedong, Lebak, Banten.

Kata Kunci: Dakwah, Kh Ahmad Rifa’i Arief, Pondok Pesantren Latansa


Pendahuluan
Perintah dalam melaksanakan dakwah islamiyah yang merupakan tugas
sebagai manusia muslim tercantum dalam kitab suci Al-Qur'an, surat al-Imran ayat
104:
ْ‫ك ْ ُه ُْم ْالْ ُم ْفلِ ُحو َْن‬ ِْ ‫اْلَِْْي ْ َو ََيْ ُم ُرو َْن ْ ِِبلْ َم ْع ُر‬
َْ ِ‫وف ْ َويَْن َه ْو َْن ْ َع ِْن ْالْ ُمْن َك ِْر ْ َوأُولَئ‬ ْ ْ‫ل‬َْ ِ‫َولْتَ ُك ْْن ْ ِمْن ُك ْْم ْأ َُّمةْ ْيَ ْد ُعو َْن ْإ‬
)١٠٤(
Artinya:
"Dan hendaklah ada diantara kalian kamu segolongan umat yang menyeru pada
kebajikan, menyuruh kepada ma'ruf dan mencegah pada yang munkar, mereka itulah
orang-orang yang beruntung". (ali-Imran" 104). Alquranul karim Departemen Agama
RI Alquran Tajwid dan terjemahan nya,(Jakarta Syaamil cipta Media 2006)
Untuk mempermudahkan dakwah Islam dibentuk suatu organisasi atau
lembaga yang merupakan sebuah kekuatan umat yang disusun dalam satu kesatuan
berupa bentuk persatuan mental dan spiritual serta fisik material di bawah komandan
pimpinan sehingga dapat melakasanakan tugas lebih mudah, terarah dan jelas
motifasinya serta jelas arah dan tujuannya sehingga dapat mengetahui tahapan-
tahapan yang harus dilaluinya.
Salah satu bentuk lembaga untuk mempermudah dalam dakwah maupun
pendidikan yaitu dengan melalui didirikannya sebuah lembaga berupa pondok
pesantren. Sebagaimana kita tahu bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan
tradisional Islam untuk mempelajari, memahamai, mendalami, menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai
pedoman perilaku sehari-hari. Dengan adanya pesantren, kita dapat mengetahui
peran, fungsi dan kontribusi pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam dan
dakwah Islam.
Kata ud’u yang diterjemahkan dengan ajakan adalah fi’il amr. Menurut aturan
ushul fiqh, setiap fi’il amrmenjadi perintah wajib yang harus dipatuhi atau lain-lainnya
dengan demikian melakukan dakwah Islamiyah itu adalah wajib, karena tidak ada
dalam hal ini dalil-dalil lain yang memalingkan kepada sunah atau ibadah (boleh
dikerjakan atau boleh tidak) Wajib itu ada dua jenis, yakni wajib aini dan wajib kifa’i.
wajib aini maksudnya setiap orang Islam dewasa tidakada uzur wajib mengerjakannya,
baik laki-laki maupun perempuan, seperti sholatlima waktu, puasa di bulan
Ramadhan dan lainnya. Sedangkan wajib kifai artinya harus ada seorang di dalam satu
tempat atau kelompok yang mengerjakannya, agar mereka lepas dari perintah itu.
Kalau tidak maka mereka berdosa semuanya seperti sholat jenazah, menyuruh ma’ruf
(berbuat baik), melarang munkar (berbuat jahat) dan lain-lainya. Adapun jenis wajib
yang dimaksud di dalam dakwah Islamiyah ini pada asalnya adalah wajib kifa’I tetapi
harus diingat tentang pertanggungan jawabannya.

114 Vol. 17 No. 2 Desember 2019


Islam selalu berusaha untuk membuka bagi segenap manusia pintu
pengetahuan selebar-lebarnya sebelum Islam mengajak mereka menjadi kaum yang
beriman. Sehingga, mereka akan menjadi mukmin dengan penuh kesadaran.
Para da’i adalah ahli waris para Nabi apabila mereka telah menunaikan
kewajiban akan memperoleh pahala serta balasan yang baik dari Allah sesuai
keikhlasan mereka dalam berdakwah, seperti dalam surat Al-Maidah ayat 67:
ِْ ‫كْ ِم َْنْالن‬
ْ‫َّاس‬ ِ ‫اّللْي ع‬
َْ ‫ص ُم‬ ْ َ َُّْ ‫تْ ِر َسالَتَْهُْ َو‬ َْ ‫ولْبَلِِّ ْغْ َماْأُنْ ِزَْلْإِلَْي‬
َْ ِِّ‫كْ ِم ْْنْ َرب‬
َْ ‫كْ َوإِ ْنْ َْلْْتَ ْف َع ْْلْفَ َماْبَلَّ ْغ‬ ُْ ‫الر ُس‬
َّ ْ‫َْيْأَيُّ َها‬
)٦٧(ْ‫ين‬ َْ ‫اّللَْالْيَ ْه ِْديْالْ َق ْوَْمْالْ َكافِ ِر‬
َّْ ْ‫إِ َّْن‬
“Artinya:
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika
tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” (Al-Maidah:67)
Kegiatan dakwah pada intinya bertujuan agar manusia mendapatkan
kebahagiaan, baik di dunia maupun akhirat. Kegiatan ini merupakan sesuatu yang
sudah dilakukan sepanjang kehidupan manusiayang tidak sempurna, sehingga selalu
membutuhkan petunjuk yang maha sempurna dalam menjalankan kehidupannya.
Judul penelitian ini mengenai “Aktifitas Dakwah KH.Ahmad Rifa’i Arief melalui
Pondok Pesantren La Tansa”, dengan dasar pemikiran bahwa.
Pertama, apa yang dilakukan KH. Ahmad Rifa’i Arief terlihat secara lebih jelas
merupakan salah satu bagian dari dakwah, menyebarkan seruan Islam dan
meneruskan perjuangan Nabi dalam membangun Islam yang Rahmatan Lil Alamin,
dan beliau adalah sosok seorang yang telah membangun lembaga pendidikan modern
di Banten dengan system yang berbeda, dan turut membangun kualitas manusia
Indonesia agar menjadi berguna bagi kedua orang tua dan lingkungan sekitar.
Kedua, gagasan KH Ahmad Rifa’i Arief tentang kemodernan pondok
pesantren yang mana didalamnya santri putra dan putri dicampur dalam satu ruang
kelas. Dan menganut metode pendidikan dan pengajaran dengan metode yang
berbeda dengan pesantren lainnya yang memisahkan santri putra dan putri dalam satu
kelas.
Ketiga,aspek kepemimpinan KH Ahmad Rifa’i Arief yang secara intensif
didampingi oleh ayahandanya, yaitu KH Qashad Mansyur, terpampang dengan sangat
jelas ketika saat-saat awal pendirian Pondok Pesantren La Tansa, termasuk soal
bagaiman pesantren ini dipertahankan dan dikembangkan. Upaya jalan tengah yang
kreatif dalam menahkodai Pondok Pesantren La Tansa saat-saat tantangan politis dan
kultural menerjang pesantren ini.
Keempat,Perjalanan Pondok Pesantren La Tansa yang dibangun diatas dasar
kekuatan pemikiran yang maju yang disertai Istiqomah dan perjuangan yang tak kenal
lelah oleh KH Ahmad Rifa’iArief dalam mengembangkan pesantren agar dapat
menjadi wadah dalam berdakwah.
Penulis membatasi pembahasan skripsi ini pada aktifitas dakwah KH. Ahmad
Rifa’i Arief melalui Pondok Pesantren La Tansa (mulai tahun berdiri 1991, sampai
dengan tahun wafat 1997), agar penulisan skripsi ini dapat terfokus maka penulis
membatasi pembatasan skripsi ini pada hal sebagai berikut:
1. Bagaimana biografi KH Ahmad Rifa’i Arif ?
2. Bagaiman bentuk-bentuk aktifitas dakwah KH Ahmad Rifa’i Arief melalalui
Pondok Pesantren La Tansa ?
3. Bagaimana sejarah pondok pesantren La-Tansa ?

Tsaqofah; Jurnal Agama dan Budaya 115


Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di pondok pesantren La tansa, Lebak gedong,
Lebak, Banten sebagai objek penelitian sekaligus tempat berdakwah KH. Ahmad
Rifa”i Arief, serta pondok pesantren Daar El Qolam sebagai cikal bakal berdirinya
pondok Pesantren La Tansa sekaligus tempat tinggal para narasumber yang dapat
digali informasi tentang perjalanan dakwah KH. Ahmad Rifai Arief.
1. Heuristik
Heuristik adalah tahap untuk mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber-
sumber berbagai data agar dapat mengetahui segala bentuk peristiwa atau
kejadian sejarah masa lampau yang relevan dalam tahapan ini penulis mengkaji
beberapa sumber yang berhubungan dengan aktifitas dakwah KH Ahmad Rifai
Arief melalui pondok pesantren La-Tansa yang diperoleh. Diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Teknik Observasi
Dalam tahapan observasi ini penulis terjun langsung ke lapangan untuk meneliti
keadaan masyarakat yang ada di lingkungan dakwah KH. Ahmad Rifai Arief,
sehingga dengan hasil penelitian langsung ini dapat menidentifikasi gambaran
serta keadaan masyarakat tersebut beserta perkembangan yang terjadi secara jelas.
b. Teknik wawancara
Penulis menggunakan teknik wawancara sebagai sumber data dari masyarakat
yang berada di lingkungan dakwah KH. Ahmad Rifai Arief . dalam hal ini peneliti
mewawancara keluarga beserta orang terdekat dengan KH. Ahmad Rifai Arief.
c. Teknik study kepustakaan
Pada tahapan ini pula penulis mendatangi beberapa perpustakaan, diantaranya
adalah perpustakaan STKIP Rangkasbitung, Perpustakaan Pondok pesantren La
Tansa Mashiro dan perpustakaan Daar el Qolam, Gintung, Balaraja, Tangerang.
2. Kritik
Yaitu tahapan penyeleksian dan melakukan pengujian terhadap sumber-
sumber yang didapat. Diantaranya mengenai aktivitas KH. Ahmad Rifai Arief
menurut sumber lisan masyarakat, sumber informasi dari keluarga juga sumber
dari media lain, sehingga keaslian dari sumber tersebut diyakini keasliannya.
3. Interpretasi
Dari data-data tersebut diinterpretasikan atau ditafsirkan sehingga data-data yang
terkumpul dapat mengungkap kebenaran suatu peristiwa yang telah terjadi di
masa lampau. Pada bagian ini penulis menganalisis materi mengenai aktivitas
dakwah KH. Ahmad Rifai Arief berdasarkan sumber data yang telah diperoleh.
4. Histografi
Historiografi merupakan tahap terakhir dari kegiatan penelitian untuk
penulisan sejarah. Menulis kisah sejarah adalah menyampaikan suatu pikiran
melalui interpretasi sejarah berdasarkan fakta hasil penelitian. Sesudah
menentukan judul, mengumpulkan bahan-bahan atau sumber serta melakukan
kritik dan seleksi, maka mulailah menuliskan kisah sejarah.

Hasil Temuan dan Pembahasan


1. Profil KH Ahmad Rifa’i Arief
Ahmad Rifa’i Arief adalah sulung dari H.Qasad Mansyur bin Markai Mansyur
dan Hj. Hindun Masthufah binti Rubama. Ia lahir pada tanggal 30 Desember 1942.
Ayahnya merupakan seorang guru agama pada Madrasah Ibtidaiyah Masyariqul

116 Vol. 17 No. 2 Desember 2019


Anwar, yang terletak dikampung Pasir Gintung, Balaraja. Oleh sebab itulah Rifa’i
dibesarkan dalam lingkungan yang taat dan sarat dengan nilai-nilai agama.
KH Ahmad Rifa’i Arief adalah salah seorang ulama dan kyai muda di Banten.
Seorang tokoh yang berfikiran maju, kiprahnya dalam membangun pondok pesantren
dikagumi banyak orang, adalah jejak langkahnya dalam hal membangun pondasi,
sistem pengajaran, dan kurikulum yang memiliki visi ke depan. Tanpa menapikan
ulama terdahulu.
2. Riwayat Pendidikan
Perjalanan pendidikan Rifa’i dimulai dengan pendidikan peringkat dasar yang
disebut “Sekolah Rakyat (SR)” di kampung Sumur Bandung, Balaraja Tangerang. Di
sekolah tersebut Rifa’i hanya belajar tiga tahun, dikarnakan ayahnya memindahkan
pendidikannya ke Madrasah Masyariqul Anwar di Caringin, yang juga merupakan
tempat ayahnya belajar.
Setelah tamat Madrasah Masyariqul Anwar pada tahun 1958, ayahnya
menghendaki Rifa’i belajar pada pondok pesantren tradisional. Oleh sebab itu Qasad
Mansur memilih “Pondok Modern Darussalam Gontor”, Ponorogo, Jawa Timur,
salah satu pondok modern yang terkenal. Pondok ini mempunyai sistem klasikal,
disamping mempelajari ilmu-ilmu agama jugamengajarkan pengetahuan umum dan
bahasa asing seperti Bahasa Arab dan Bahasa Inggris.
Selama tujuh tahun menjadi santri Gontor pada tahun 1958 sampai dengan
1965, Rifa’i dilantik menjadi sekertaris Kiainya yaitu KH. Imam Zarkasyi. Tugas yang
dipikulnya cukup berat seperti menjadwalkan kegiatan pimpinan, membuat konsep-
konsep kebijakan pondok, menyunting bahan-bahan ceramah pimpinan, dan lain
sebagainya. Pekerjaan-pekerjaan itulah yang justru menambah wawasan dan
pengalaman Rifa’i dan karenanya iasemakin mendapat kepercayaan
Keputusannya untuk keluar dari Gontor dan menyambung pengajiannya
dikarnakan keinginan ayahnya agar kelak ia membina insitusi pendidikan yang lebih
tinggi dari yang telah dibangun oleh ayahnya. Setelah kembali dari pondok tempat ia
belajar kitab kuning, Rifa’i tidak langsung mendirikan pondok pesantren, Rifa’i
meneruskan pelajarannya ke “Akademi Bahasa Asing: (ABA) di Bandung, dan
melanjutkan kuliah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Serang, Banten.

3. Sejarah Singkat Pendirian Pondok Pesantren.


Perjalanan pendidikan Rifa’i Arief seperti yang telah diuraikan di atas, seakan-
akan menunjukkan persiapan beliau sebelum mendirikan sebuah pondok pesantren
sebagaimana yang dinginkan ayahnya. Sepertinya, wujud ketidakpuasan dan ia masih
berasa kurang ke atas ilmu yang telah ia dapatkan.
Pada hari Jumat 19 Desember1967, Qasad Mansyur bersama beberapa tokoh
masyarakat kampung Gintung yang juga merupakan guru pada madrasah “Masyariqul
Anwar” seperti Ahmad Syanwani, Sukarta, Johar, dan juga Rifa’i sendiri
membincangkan rencana pendirian pondok pesantren. Mereka membahas sistem dan
metode pembelajaran dan pengajarannya kelak setelah didirikan. Dalam pertemuan
itu disepakati bahwa Pondok Gontor sebagai contoh dan model lembaga pendidikan
yang akan didirikan.
Pada kenyataannya institusi pendidikan tersebut menggunakan sistem madrasi
dengan nama “Madrasah al-Mua`llimîn al-Islamiyah” (MMI), yang digabungkan
dengan sistem pondok pesantren yang diberi nama Daar al-Qalam. Namun dengan
transliterasi kata yang mereka buat sendiri, nama pondok tersebut pun menjadi
tertulis Daar el-Qolam.

Tsaqofah; Jurnal Agama dan Budaya 117


Sebulan kemudian, atau tepatnya pada hari Sabtu 20 Januari1968, bertepatan
dengan tanggal 9 Syawwal 1338, dimulailah proses belajar mengajar. Pada peringkat
awal murid-murid di MMI Daar el-Qolam berjumlah 22 orang. Mereka adalah adik-
adik Rifa’i dan beberapa masyarakat sekitar kampung Gintung yang telah
menyelesaikan pendidikan dasarnya di Madrasah Masyariqul Anwar (MMA). Adapun
tempat belajar mereka ialah bekas dapur neneknya, Hj. Pengki, yang telah direnovasi.

4. Tantangan yang dihadapi


Sistem yang diterapkan di pondok pesantren Daar el-Qolam yang baru saja
didirikan oleh beliau mengundang reaksi negatif dari masyarakat di kampungnya.
Mereka menentang sistem yang dibuat Rifa’i bahkan menganggapnya sebagai mimpi
belaka. Mewajibkan santri-santrinya berbahasa Indonesia dan meninggalkan bahasa
Sunda, dipandang sebagai mimpi memindahkan Jakarta ke kampung Gintung.
Adapun bahasa Arab menurut mereka mimpi yang tidak akan terwujud karena
hendak memindahkan Makkah. Saat pengajaran bahasa Inggris dilakukan di
pesantren, maka cercaan yang datang lebih keras lagi yaitu mengikuti bahasa orang
kafir dan dengan sendirinya Rifa’i juga termasuk kafir. Mereka yang menuduh,
memahami haditsNabi Muhammad SAW secara keliru yaitu : “Barang siapa yang
mengikuti sesuatu kaum maka ia termasuk ke dalamnya”.
Dengan kesungguhan dan kesabaran beliau, tantangan yang datang bertubi-
tubi itu berlalu begitu saja. Kesungguhan dan kesabaran Rifa’i dalam mendidik mulai
menampakkan hasilnya. Pada akhir tahun 1970-an Masehi semakin ramai santri yang
datang dari berbagai tempat, tidak hanya masyarakat Gintung dan sekitarnya tetapi
juga dari Jakarta, Bandung, Karawang, dan Bekasi meski memang kebanyakan berasal
dari daerah Banten seperti Pandeglang, Serang, Rangkasbitung dan Cilegon. Rifa’i
juga rajin menjalin komunikasi dan membuka jaringan kepada tokoh-tokoh
masyarakat serta meminta nasihat dari guru-gurunya. Terutama berkunjung ke
Gontor menemui gurunya, Kiyai Imam Zarkasyi atau pergi ke Serang untuk sekedar
bertemu dan meminta pandangan kepada ulama di sana seperti Kiyai Haji Abdul
Wahab Afif diterima di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Serang, Banten padahal
secara formal Gontor tidak mengeluarkan ijazah yang dapat memungkinkan santri-
santrinya melanjutkan pelajaran pada peringkat yang lebih tinggi seperti di IAIN.
Masalah ini juga dialami oleh adik-adiknya yaitu Huwaenah dan Syahiduddin, yang
merupakan adalah alumni pertama pondok pesantren Daar el-Qolam pada tahun
1975.
Ahmad Rifa’i sangat menganggumi ketokohan Kiyai Mohammad Natsir,
seorang yang tidak asing lagi terutama dalam dunia politik, bahkan beliau pernah
menjadi Perdana Menteri Indonesia setelah partai yang dipimpinnya (Masyumi)
memenangkan pemilihan umum pada tahun 1955 M. Pada akhir hayatnya beliau
meninggalkan dunia politik dan memfokuskan dirinya kepada dunia dakwah dan
pendidikan Islam.
Melihat kesungguhan Rifa’i dalam mengelola pondok pesantren, Pak Natsir
melalui ‘RMI’“Rabîthah Maretâhid al-Islâmiyah (RMI)”. Melalui organisasi inilah para
kiyai membantu Rifa’i untuk mendapatkan bantuan dari Kerajaan Arab Saudi. Melalui
tangan Pak Natsir itulah pada tahun 1983 M., pondok Daar el-Qolam yang diasuh
Rifa’i mendapat bantuan dana sebesar Rp. 64.000.000. Bantuan dana tersebut
digunakan untuk membangun asrama santri yang setelah selesai pembinaanya
dinamakan dengan “Gedung Saudi“. Setelah itu semakin tampak jelas perkembangan
pondoknya. Santri-santri berdatangan dari pelbagai wilayah di Indonesia tidak hanya

118 Vol. 17 No. 2 Desember 2019


sebatas pulau Jawa saja, tetapi juga dari Sumatera seperti Lampung, Palembang,
Jambi, Bengkulu, Medan dan bahkan dari Nanggro Aceh Darussalam (NAD). Selain
mereka ada juga santrinya yang berasal dari Malaysia dan Thailand.

5. Pendirian Pondok Pesantren La Tansa


Pada tahun 1989 M. beliau mulai melakukan ekspansi pondoknya. Ia
membuka sebuah tempat di pedalaman Banten sebelah selatan. Dipilihnya lokasi
yang sangat indah, di antara pegunungan dan air yang mengalir deras nan jernih. Ia
membuka lahan itu dan memberinya nama Parakansantri yang artinya perkampungan
santri. Di sinilah ia mendirikan pondoknya yang kedua yang diberi nama “La Tansa”
yang maksudnya “fokuskan akhirat tetapi jangan melupakan dunia“.
Upaya pendirian pondok pesantren La Tansa oleh K.H Ahmad Rifa’i Arief
dicanangkan pada tanggal 1 Muharrom 1408H, disaksikan oleh segenap tokoh
masyarakat sekitar Cipanas dan segenap keluarga besar pondok pesantren Daar El
Qolam. Pada waktu itu diberi nama pondok pesantren Asy Syifa. Yang artinya
penyembuhan. Dasar pemikirannya adalah bahwa pondok pesantren yang ke dua ini
akan menjadi solusi dari berbagai persoalan yang dihadapioleh beliau di pondok
pesantren pertamanya.
Pada perjalanan berikutnya K.H Ahmad Rifa’i Arief berfikir keras untuk
mencari nama yang tepat beliau melakukan shalat istikharah dan berdo’a. Akhirnya
sampai pada kesimpulan bahwa namanya harus diganti dengan “La Tansa” yang
diambil dari filosofi Al Qur’an surat Al Qosos ayat 77 dan mashiro yang diambil dari
surat Al Maidah ayat 18. Dari sisnilah munculnya nama yayasan La Tansa Mahiro
dengan pondok pesantrennya yang dinamai La Tansa.
Pada tahun 1991 pondok pesantren La Tansa mulai membuka penerimaan
santri baru sebagai awal dimulainya proses pendidikan dan pengajaran di pondok
pesantrenLa Tansa. Dengan jumlah santri perdana sebanyak 182 orang, semuanya
laki-laki, yangterdiri dari kelas satu sebanyak empat belas berjumlah 13 orang, dan 50
orang santri pondok pesantren Daar El Qolam kelas empat (1 SMA) yang dengan
sengaja atas izin orang tua dan walinya, dipindahkan untuk membimbing santri baru
pondok pesanttren La Tansa.

6. Bentuk-Bentuk Aktifitas Dakwah K.H Ahmad Rifa’iarief


Aktifitas dakwah K.H Ahmad Rifa’i Arief dilakukan dengan berbagai macam
aktifitas; seperti Dakwah bil lisan.Dakwah yang dilakukan melalui lisan, seperti
ceramah. Dakwah bil Qolam, dakwah yang dilakukan dengan kegiatan tulis-menulis,
seperti melalui menulis buku atau kitab-kitab. Dakwah bil hal, dakwah yang dilakukan
melalui berbagai kegiatan yang langsung menyentuh kepada masyarakat ataupun
santri, seperti kegiatan bakti sosial, memperingati hari besar Islam, mendirikan
pondok pesantren, mendirikan masjid dan mushola disekitar pesantren, memberikan
santunan kepada anak-anak yang kurang mampu, memberangkatkan para guru ke
tanah suci Makkah Al-Mukarromah, dan lain-lain.
Berbagai macam aktifitas dakwah KH Ahmad Rifa’i Arief yakni dalam bentuk
lisan, Dakwah bil-lisan, yang berceramah langsung menyentuh para santri, dan
undangan-undangan dari masyarakat. Dakwah bil hal dakwah yang dilakukan melalui
berbagai kegiatan sosial.

Tsaqofah; Jurnal Agama dan Budaya 119


a. Dakwah Bil-Lisan

Dalam bentuk lisan (bil-lisan), selama menjadi guru dan pimpinan Pondok
Pesantren Daar El-Qolam, ia gemar berceramah yakni dengan berceramah didepan
para santrinya sesuai dengan Al-Qur’an dan hadits. Ia sering mengumpulkan santri-
santrinya dimasjid ataupun digedung pertemuan dan memberikan pengarahan kepada
mereka.
Dapat dikatakan bahwa bahwa kegiatan ini cukup berhasil dalam rangka
melaksanakan dakwah Islamiyah yang dilakukan oleh K.H Ahmad Rifa’I Arief
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta
mempererat Ukhuwah Islamiyah. Pengajian Rutin
Dengan diadakan pengajian rutin menurut Ustz Enah Huwaenah,
KH.Ahmad Rifai’ Arief mempunyai tujuan untuk meningkatkan keagamaan, untuk
mendidik generasi muslim yang mampu berdakwah dan mengembangkan dunia
dakwah Kedua Mendidik generasi muslim yang tanggap terhadap setiap perubahan
dan kebutuhan masyarakat terhadap aktifitas dakwah

b. Dakwah Bil-Qalam
Adapun dakwah yang dilakukan KH.Ahmad Rifai’Arief dengan menerbitkan
buku-buku keagamaan yang berkaitan dengan dakwahnya di Pondok Pesantren Daar
El-Qolam. Seperti:

c. Al-Tafsir Al-Yasir
Buku ini menjelaskan tentang pengenalan awal kepada santri tentang
bagaimana menerapkan metode tafsir. Sistematikanya, dengan cara menyebutkan ayat
al-Qur’an, membahas kosa kata yang sulit dengan sininimnya atau mendefinisikannya.
Kemudian membahas tafsirnya( bayan) dengan bahasa Arab yang sederhana mudah
difahami santri.

d. Al-Qowaid Al –Asasiyah fi Al-Ilmi Al-Aharfi


Buku ini ditulis untuk santri kelas tiga sampai kelas enam atau kelas tiga
madrasah tsanawiyah sampai dengan kelas tiga madrasah aliyah Pondok Pesantren
Daa el-qolam. Buku ini merupakan kumpulan ta’rif (definisi) dan kaedah ilmu sharaf,
disertakan pula sekelumit sejarahnya dan dilengkapi dengan contoh tashrif baik secara
bahasa ataupun istilah.

e. Taysir Al-Ma’sur fi Fiqhi Al-Mawarits.


Buku ini ditulis untuk santri kelas tiga madrasah tsanawiyah pondok
pesantren La Tansa. Merupakan pengenalan awal kaedah-kaedah syar’iyah dan
fiqhiyah tentang pembagian harta warisan. Pembahasan disertai dengan dasar-dasar
hukumnya ( Al-Qur’an dan Hadits), diperjelas dengan teknik operasionalnya dan
dilengkapi dengan contoh-contoh kasusnya.

f. Pedoman Khutbatul Arsy


Sejarah pesantren secara umum, Motto Pondok, Panca Jiwa Pondok, cara
berorganisasi dan cara hidup di Pondok, agar santri tidaksalah niat dan salah sasaran.

120 Vol. 17 No. 2 Desember 2019


g. Dakwah Bil-Hal
Dakwah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan yang langsung menyentuh
kepada masyarakat sekitar pesantren sebagai objek dakwah sebagaiman yang telah di
jelaskan di atas, adapun cara dakwah Bil-Haal yang telah dilakukan oleh K.H. Ahmad
Rifai Arief adalah sebagai berikut:
Dakwah K.H Ahmad Rifa’i Arief melalui sistem, sistem kependidikan dan
sistem kepengajaran, itu ada unsur pendidikan Islamnya, contonya dalam bidang
pengajaran beliau mendidik santrinya untuk berpidato, berpidato itu isinya jelas untuk
dakwah Islamiyah. Beliau mendidik mental dan pemantapan isi materinya, serta
penanaman jiwa keiklasan itu bagian dari dakwah..
Dari hasil penelitian, penulis dapat menyimpulkan bahwa kegiatan dakwah
KH. Ahmad Rifa’i Arief Melalui Pondok Pesantren La Tansa. Selama ini dapat
dikatakan berhasil. Keberhasilan seperti ini tentunya juga karena tidak lepas dari
dukungan Kedua orang tua beliau serta para keluarga dan masyarakat sekitar.

Kesimpulan
Kesimpulandarianalisis Aktifitas dakwak KH Ahmad Rifai Arief Melalui
Pondok Pesantren La Tansa adalah sebagai berikut:
1. KH. Ahmad Rifai Arief merupakan sosok pejuang dakwah yang telah sukses
memberikan perubahan wajah pendidikan pesantren di daerah Lebak.
2. Akifitas yang telah dilakukan oleh KH Ahmad Rifai Arief sudah sesuai dengan
apa yang diharapkan pada sebuah lembaga pondok pesantren dan pengembangan
di masyarakat
3. Dalam mengembangkan dakwahnya, KH. Ahmad Rifai Arief telah berhasil
membudayakan kehidupan Islami, dan budaya tersebut terus berjalan dan dapat
dirasakan hasilnya sampai sekarang, dan KH. Ahmad Rifai Arief juga berhasil
menjadikan anak-anak didik serta masyarakat semangat dalam mengikuti program
belajar, baik formal maupun non formal berupa keterampilan-keterampilan yang
sesuai dengan minat dan bakat anak didik di pondok pesantren La Tansa.
Keberhasilan lainnya bahwa KH. Ahmad Rifai Arief telah berhasil menjadikan
siswa-siswa (santri-santri) nya mampu bersaing dengan lembaga pendidikan yang
berada di luar daerah. Terbukti dengan deretan prestasi pondok pesantren La
Tansa, baik di tingkat kabupaten, Propinsi, Nasional bahkan Internasional

DAFTAR PUSTAKA
A’la, Abdul, Pembaharuan Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren, Mei 2006.
Ahmad, Amrullah, Dakwah Islam dan Transformasi Sosial Budaya. Yogyakarta:
PLPM, 1995.
Ahmad, Amrullah, Dakwah Islamiyah dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: PL2PM,
1983.
Al Barby, M.Dahlan, Kamus Ilmiah Popular. Yogyakarta: ARLOKA ,1994.
Anshari, Endang S., Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam. Jakarta: PT Usaha
Enterpise, 1976.
As-Segaf, Husein, Pembangunan dan Dakwah Bil-Haal. Jakarta: Mimbar Ulama, no
159, April 1991.

Tsaqofah; Jurnal Agama dan Budaya 121


Hafidhuddin, Didin, Dakwah Aktual. Jakarta : Gema Islami, 1998, cet ke-1.
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Lembaga Studi Islam dan
Kemasyarakatan LKIS, 1999.

Ismail, Ilyas, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekontruksi Pemikiran Dakwah


Harakah.
Latif, Nasruddin, Teori dan Praktik Dakwah Islamiyah. Jakarta: Firma Dara, tt.
Madjid, Nurcholish, Islam Doktrin dan Peradaban; Sebuah Telaah Kritis tentang
Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan. Jakarta:Yayasan Wakaf
Paramadina, 2000.
Mahmud, Ali Abdul Halim, Dakwah Fardiyah; Metode Membentuk Pribadi Muslim,
Yasin, As’ad, trj. Jakarta: Gema Insani Press, cet.ke-1, 1995.
Mas’udi, Masdar F, Direktori Pesantren. Jakarta: P3M, 1980.
Mozaik Pesantren, Pasang Surut Pesantren di Panggung Sejarah. November 2005.
Nafis, Muhammad Wahyuni,“Pesantren Daar El Qolam menjawab Tantangan
Zaman”. Gintung Jayanti tanggerang: Daar el-qolam Press.
Natsir, Muhammad, Fiqhud Da’wah; Jejak Risalah dan Dasar-dasar Dakwah.
Surakarta:Yayasan kesejahteraan Pemuda Islam, Cet.ke-7,1987.
Rafiudin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah. Jakarta: Pustaka
Setia, 1997.
Raharjo, M. Dawan, “Perkembangan Masyarakat dalam Perspektif Pesantren”Dalam
Pergulatan Dunia, 1985.
Rifa’i Moh. dan Rosihin Abdul Ghani, Alquran dan Terjemahan. Semarang:
CV.Wicaksana.
Rosyad, Drs. H Soleh, M.M. “Kiprah kiyai entrepreneur” Penerbit LPPM La Tansa
Mashiro Rangkasbitung.
Saidjo, Marwan, Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia. Jakarta: Dharma Bhakti,
1982.
Sasono, Adi, Solusi Islam atas Problematika Umat Ekonomi;Pendidikan dan
Dakwah.Jakarta: Gema Insani Press, 1998.
Shihab, M.Qurash, Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1998, cet. Ke-6
Sudirman, Problematika Dakwah di Indonesia. Jakarta: Pustaka Dakwah Islamiyah
Indonesia, 1972.
Ziemek, Manfred, Pesantren Perubahan Sosial. Jakarta: P3M, 1986.

122 Vol. 17 No. 2 Desember 2019

You might also like