You are on page 1of 10

EduMa Vol. 5 No.

2 Desember 2016
ISSN 2086 – 3918 42

Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Creative Problem


Solving

Windi Hadianti Tarlina1


Ekasatya Aldila Afriansyah2
Pendidikan Matematika, STKIP Garut1,2
Jl. Pahlawan No. 32 Sukagalih Garut
e_satya@yahoo.com

Abstract
Creative thinking ability is the one of important things in mathematics lesson. In developing such creative
thinking ability, teachers must be good at giving ideas and issues which are relatively different from before, so
that we can find something new. The authors formulate the problem: Do the creative thinking abilities of
students who received Creative Problem Solving learning better than students who received conventional
learning?Quasi-experimental research with experimental design (Nonequivalent group pretest-posttest design)
aims to determine students' achievement of creative thinking abilities through Creative Problem Solving. The
benefits of this research are expected to improve the students' creative thinking ability through CPS further in
SMPN 2 South Tarogong. The instrument used in this study is a written test form with a description of the
subject lines and angles. The population was all students of class VIII SMPN 2 South Tarogong; the sample of
the selected class is VII-D and VII-E class. From the analysis of data normality test results of initial tests,
obtained a score in the experimental class was not normal, so the test followed by Mann Whitney test, the gain
was normalized. These results indicate that: (1) The improvement of students’ creative thinking ability who
received Creative Problem Solving learning better than students who received conventional learning, (2) The
improvement of students’ creative thinking ability who received Creative Problem Solving learning included
into the high category, (3) The students’ attitude of the experiment class on the subjects of mathematics and
Creative Problem Solving learning was dominated by a positive attitude.

Keywords: Creative thinking ability, Creative Problem Solving, conventional, experimental methods.

PENDAHULUAN berhasil dalam belajarnya sehingga siswa


dapat memperoleh prestasi yang memuaskan.
Pendidikan merupakan salah satu hal
penting, khususnya pendidikan matematika, Untuk mengembangkan kemampuan berpikir
karena pendidikan matematika mempunyai kreatif siswa, kegiatan pembelajaran
potensi besar dalam menyiapkan sumber daya hendaknya harus menciptakan suasana
manusia untuk menghadapi era belajar yang demokratis sehingga dapat
industrialisasi dan globalisasi. Potensi ini merangsang siswa untuk aktif (berpikir
dapat terwujud jika pendidikan matematika kreatif). Setiap anak perlu diberi kebebasan
mampu melahirkan peserta didik yang cakap untuk menentukan pilihan sesuai dengan
dalam matematika dan berhasil kemampuan yang dimiliki dan kemauan yang
menumbuhkan kemampuan berfikir logis, diinginkannya agar anak dapat
bersifat kritis, kreatif, inisiatif dan adaptif mengembangkan pemikiran dan
terhadap perubahan dan perkembangan. kemampuannya.
Namun masalah yang dihadapi dunia
pendidikan kita saat ini adalah masalah Mengingat bahwa matematika merupakan
lemahnya proses pembelajaran. pelajaran yang hingga kini masih dianggap
sulit oleh sebagian besar siswa, serta
Dalam proses belajar mengajar, kemampuan kurangnya berpikir kreatif siswa. Sehingga
berpikir kreatif penting bagi siswa untuk mata pelajaran matematika perlu
dapat menyelesaikan masalah matematika mendapatkan perhatian, apalagi matematika
yang dihadapi. Kemampuan berpikir kreatif merupakan mata pelajaran yang dipelajari
perlu ditingkatkan untuk menjadikan siswa siswa mulai dari jenjang pendidikan dasar
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016
ISSN 2086 – 3918 43

hingga perguruan tinggi, selain itu Hasil dari penelitian ini diharapkan
matematika juga sangat berpengaruh pada bermafaat bagi:
ilmu-ilmu yang lain. Matematika merupakan
salah satu materi yang banyak memuat 1. Peneliti
rumus-rumus yang harus dianalisa secara
Penelitian ini berguna sebagai sarana untuk
baik oleh setiap siswa, namun setiap individu
mendapatkan gambaran kemampuan berpikir
mempunyai keterbatasan kemampuan yang
kreatif siswa yang mendapatkan
berbeda-beda dalam memahami serta dalam
pembelajaran Creative Problem Solving.
menganalisis secara baik unsur-unsur yang
ada didalam rumus-rumus matematika 2. Siswa
tersebut.
a. Dapat meningkatkan kemampuan
Berdasarkan hasil observasi dapat berpikir kreatif siswa melalui model
diidentifikasi bahwa masih banyak siswa yang pembelajaran Creative Problem
mengalami kesulitan dalam mengerjakan Solving dan pembelajaran
soal-soal matematika. Ini dapat dilihat seperti konvensional
masih sering diadakannya remedial untuk
mencapai target ketuntasan materi. Selain itu b. Untuk menumbuhkan dan
dapat dilihat juga dari banyaknya siswa yang mengembangkan minat dan motivasi
mengerjakan soal hanya berdasarkan contoh- siswa dalam mempelajari matematika.
contoh soal yang diberikan.maka, ketika
c. Untuk meningkatkan prestasi belajar
diberikan soal yang berbeda, siswa merasa
siswa dalam pelajaran matematika.
kesulitan untuk mengerjakannya karena
siswa terfokus pada penghafalan rumus- 3. Guru
rumus yang ada sehingga siswa sering lupa
dan tidak mampu menyelesaikan soal-soal a. Dapat dijadikan salah satu model
yang lebih bervariasi. pembelajaran alternatif dalam
pengajaran matematika.
Berdasarkan latar belakang masalah yang
telah dikemukakan, masalah dalam penelitian b. Guru diharapkan dapat meningkatkan
ini dirumuskan kedalam beberapa pertanyaan kualitas mengajarnya, sehingga dapat
sebagai berikut: menghasilkan murid-murid yang lebih
berkualitas di kemudian hari.
1. Apakah kualitas peningkatan
kemampuan berpikir kreatif siswa 4. Calon Pendidik
yang mendapatkan pembelajaran
Creative Problem Solving (CPS) lebih a. Memberikan wawasan mengenai
baik dari siswa yang mendapatkan model pembelajaran Creative Problem
pembelajaran konvensional? Solving dalam pembelajaran
matematika.
2. Bagaimana peningkatan kemampuan
berpikir kreatif siswa yang b. Memperoleh gambaran mengenai
mendapatkan model pembelajaran model-model pembelajaran
Creative Problem Solving (CPS) ? matematika yang mendorong siswa
mampu memecahkan masalah
3. Bagaimana sikap siswa terhadap matematika guna memberikan
model pembelajaran Creative Problem kontribusi pengetahuan terhadap diri
Solving (CPS)? calon pendidik.

Adapun manfaat yang dapat diambil dari Berdasarkan rumusan masalah di atas
hasil penelitian ini adalah : penulis merumuskan hipotesis sebagai
berikut : Peningkatan kemampuan berpikir
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016
ISSN 2086 – 3918 44

kreatif siswa yang mendapatkan model CPS bertugas untuk mengarahkan upaya
pembelajaran Creative Problem Solving lebih pemecahan masalah secara kreatif dan
baik daripada siswa yang mendapatkan model menyediakan materi pelajaran atau topik
diskusi yang dapat merangsang siswa
pembelajaran konvensional.
untuk berpikir kreatif dalam memecahkan
masalah (Huda,2013:298).Sintak proses
KAJIAN PUSTAKA CPS berdasarkan kriteria OFPISA model
Obsorn-Parnes (Huda,2013:298).dapat
a. Pengertian Berpikir dilihat sebagai berikut.
Definisi yang sesuai untuk kemahiran Langkah 1 : Objective Finding
berpikir masih diperdebatkan. Karena Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok.
masih banyak orang yang mempunyai Siswa mendiskusikan situasi
pendapat masing-masing. Walaupun permasalahan yang diajukan guru dan
demiukian, secara umum banyak para membrainstorming sejumlah tujuan atau
tokoh yang setuju bahwa berpikir dapat sasaran yang bisa digunakan untuk kerja
dikaitkan dengan proses menggunakan kreatif mereka. Sepanjang proses ini, siswa
pemikiran untuk membuat keputusan dan diharapkan bisa membuat suatu konsensus
menyelesaikan masalah. tentang sasaran yang hendak dicapai oleh
kelompoknya.
b. Berpikir Kreatif Langkah 2 : Fact Finding
Berpikir kreatif adalah berpikir analogis Siswa membrainsorming semua fakta yang
dan metaporis. Para psikolog (dalam mungkin berkaitan dengan sasaran
Rakhmat, 2008:76) ada lima tahap berpikir tersebut. Guru mendaftar setiap perspektif
kreatif,yaitu: yang dihasilkan oleh siswa. Guru memberi
waktu kepada siswa untuk berefleksi
1) Orientasi: Masalah dirumuskan dan tentang fakta-fakta apa saja yang menurut
aspek-aspek masalah diidentifikasi mereka paling relevan dengan sasaran dan
2) Preparasi: Pikiran berusaha solusi permasalahan.
mengumpulkan sebanyak mungkin Langkah 3 : Problem Finding
informasi yang relevan dengan Salah satu aspek terpenting dari
masalah kreativitas adalah mendefinisikan kembali
3) Inkubasi: Pikiran beristirahat perihal permasalahan agar siswa bisa lebih
sebentar,ketika berbagai pemecahan dekat dengan masalah sehingga
berhadapan dengan jalan buntu. Pada mengemukakannya untuk menemukan
tahap ini, proses pemecahan masalah solusi yang lebih jelas.Salah satu teknik
berlangsung terus dalam jiwa bawah yang yang bisa digunakan adalah
sadar kita. membraintorming beragam cara yang
4) Iluminasi: Masa inkubasi berakhir mungkin dilakukan untuk semakin
ketika pemikir memperoleh semacam memperjelas sebuah masalah.
ilham, serangkaian insight yang Langkah 4 : Idea Finding
memecahkan masalah. Pada langkah ini, gagasan-gagasan siswa
5) Verifikasi: Tahap terakhir untuk didaftar agar bisa melihat kemungkinan
menguji dan secara kritis menilai menjadi solusi atas situasi
pemecahan masalah yang diajukan permasalahan.Ini merupakan langkah
pada tahap keempat. brainstorming yang sangat penting. Setiap
usaha siswa harus diapresiasi sedemikian
c. Model pembelajaran Creative Problem rupa dalam penulisan setiap gagasan,
Solving (CPS) tidak peduli seberapa relevan gagasan
Obsorn (1953/1979) yang pertama kali tersebut akan menjadi solusi. Setelah
memperkenalkan struktur Creative gagasan-gagasan terkumpul, cobalah
Problem Solving (CPS) sebagai metode meluangkan beberapa saat untuk
untuk menyelesaikan masalah secara menyortir mana gagasan yang potensial
kreatif. Menurut Obsorn, hampir semua dan tidak potensial sebagai solusi.
upaya pemecahan masalah selalu Tekniknya adalah evaluasi cepat atas
melibatkan keenam karakteristik tersebut. gagasan-gagasan tersebut untuk
Dalam konteks pembelajaran, CPS juga menghasilkan hasil sortir gagasan yang
melibatkan keenam tahap tersebut untuk sekiranya bisa menjadi pertimbangan
dapat dilakukan oleh siswa. Guru dalam solusi lebih lanjut.
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016
ISSN 2086 – 3918 45

Langkah 5 : Solution Finding eksperimental, yaitu dengan cara


Pada tahap ini,gagasan-gagasan yang memberikan perlakuan pada dua kelas yang
memiliki potensi terbesar dievaluasi berbeda.
bersama. Salah satu caranya adalah engan
membrainstorming kriteria-kriteria yang a. Populasi dan Sampel
dapat menentukan seperti apa solusi yang Penelitian dilakukan pada siswa SMPN 2
terbaik itu seharusnya. Kriteria ini Tarogong Kidul. Populasi dalam penelitian
dievaluasi hingga ia menghasilkan ini adalah siswa kelas VII.
penilaian yang final atas gagasan yang Sampel pada penilitian ini terdiri dari dua
pantas menjadi solusi atas situasi kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas
permasalahan. kontrol. Kelas VII-D untuk kelas
Langkah 6: Acceptence Finding eksperimen dan kelas VII-E untuk kelas
Pada tahap ini, siswa mulai kontrol.
mempertimbangkan isu-isu nyata dengan
cara berpikir yang sudah mulai berubah. b. Desain Penelitian
Siswa diharapkan sudah memiliki cara Pada penelitian ini, pembelajaran CPS dan
baru untuk menyelesaikan berbagai pembelajaran konvensional merupakan
masalah secara kreatif. Gagasan-gagasan variabel bebas dan kemampuan berpikir
mereka diharapkan sudah bisa digunakan kreatif siswa merupakan variabel terikat.
tidak hanya untuk menyelesaikan Desain yang dilakukan dalam penelitian
masalah,tetapi juga untuk mencapai ini adalah Nonequivalent group pretest-
kesuksesan. posttest design. Adapun desain
penelitiannya sebagai berikut:
Adapun kelebihan Creative Problem
Solving yaitu : O X O
1) Melatih siswa untuk mendesain suatu O X O
penemuan Keterangan :
2) Berpikir dan bertindak kreatif O :Pretest/Postest
3) Memecahkan masalah yang dihadapi X :Pembelajaran dengan pendekatan
secara realistis Creative Problem Solving
4) Mengindentifikasi dan melakukan
penyelidikan c. Instrumen Penelitian
5) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil Instrumen yang digunakan dalam
pengamatan penelitian ini adalah tes kemampuan
6) Merangsang perkembangan kemajuan berpikir kreatifk yang terdiri dari tes awal
berpikir kreatif siswa untuk (pre-test) dan tes akhir (post-test). Tes
menyelesaikan masalah yang dihadapi awal digunakan mengukur kemampuan
dengan tepat. awal siswa kedua kelas dan dijadikan
7) Dapat membuat pendidikan sekolah sebagai tolak ukur peningkatan
lebih relevan dengan kehidupan kemampuan berpikir kreatif sebelum
Sedangkan kekurangan Creative Problem mendapatkan pengajaran dengan model
Solving yaitu : yang akan diterapkan. Sedangkan tes
1) Beberapa pokok bahasan sangat sulit akhir dilaksanakan setelah diberi
untuk menerapkan metode perlakuan, dan digunakan untuk
pembelajaran ini. Misalnya mengatahui peningkatan kemampuan
keterbatasan alat-alat laboratorium berpikir kreatif yang telah dilakukan siswa
menyulitkan siswa untuk melihat dan selama penelitian.
mengamati serta menyimpulkan Tipe tes yang digunakan dalam penelitian
kejadian atau konsep tersebut ini adalah tipe uraian sebanyak 5 butir
2) Memerlukan alokasi waktu yang lebih soal. Sebelum tes diberikan kepada siswa
panjang dibandingkan dengan metode kelas eksperimen dan kelas kontrol,
pembelajaran yang lain. terlebih dahulu diujicobakan kepada siswa
yang telah mempelajari materi operasi
hitung bentuk aljabar. Uji coba instrumen
METODOLOGI dilakukan pada kelas VIII-D. Setelah data
hasil uji coba diperoleh, kemudian
Metode yang digunakan penulis dalam dianalisis untuk mengetahui validitas dan
penelitian ini adalah metode kuasi reliabilitasnya. Setelah itu setiap butir soal
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016
ISSN 2086 – 3918 46

dianalisis untuk mengetahui tingkat Setelah memberikan LKS yang berisi


kesukaran dan daya pembedanya. permaslahan tentang materi garis dan
perbandingan segmen garis, semua
kelompok mulai mengidentifikasi dan
menyelidiki masalah yang terdapat dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN LKS secara berdiskusi. Pada saat semua
kelompok berdiskusi, guru memberikan
a. Deskripsi Hasil Tes bimbingan kepada peserta didik dalam
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di menyelesaikan masalah yang terdapat di
SMP Negeri 2 Tarogong Kidul dan untuk LKS dan peserta didik juga bisa bertanya
sampel yang diambil sebagai kelas kepada guru apabila ada yang kurag
penelitian yaitu kelas VII-D sebagai kelas dimengerti. Peserta didik juga dibebaskan
Eksperimen da kelas VII-E sebagai kelas untuk mengungkapan pendapat tentang
kontrol. Dalam penelitian ini kelas berbagai macam strategi penyelesaian
eksperimen dan kelas kontrol tersebut masalah, tidak ada sanggahan dalam
diberikan pembelajaran mengenai pokok mengungkapkan ide gagasan satu sama
bahsan Garis dan Sudut. Sebelum lain. Selanjutnya setiap kelompok
perlakuan diberikan kepada kelas mendiskusikan pendapat strategi atau
eksperimen, kedua kelas yaitu kelas strategi mana yang cocok untuk
eksperimen dan kels kontrol terlebih menyelesaikan masalah. Setelah semua
dahulu diberikan tes awal yang bertujuan kelompok menyetujui strategi mana yang
untuk mengetahui kemampuan awal siswa cocok dengan materi tersebut, kemudian
yaitu kemampuan berpikir kreatif.Setelah peserta didik menentukan strategi mana
data dianalisis, diperoleh hasil normalitas yang dapat diambil untuk menyelkesaikan
data kelas eksperimen dan kelas kontrol masalah kemudian menerapkannya
mengahasilkan data yang berdistribusi sampai menemukan penyelesaian dari
tidak normal, maka langkah selanjutnya permasalahan tersebut
melakukan pengujian yaitu Mann Setelah itu, guru memberikan apresiasi
Whitney. Setelah di analisis pengujian kepada setiap anggota kelompok yang
Mann Whitney, hasil yang dapat bekerja sungguh-sungguh atau peserta
disimpilkan dari tes awal yaitu tidak didik yang sudah dapat menyelesaikan
terdapat perbedaan kemampuan awal yang soal. Kemudian salah satu kelompok
signifikan antara siswa yang mendapatkan mempresentasikan atau menyajikan hasil
pembelajaran melalui pendekatan Creative diskusi kelompoknya, sedangkan kelompok
Problem Solving dan siswa yang yang lain menanggapinya dan mengajukan
mendapatkan model pembelajaran pertanyaan apabila kurang dimengerti
konvensional. supaya siswa yang lain saling terlibat satu
Dari penelitian ini, penulis menyusun sama lain dalam proses pembelajarannya.
empat RPP untuk kelas eksperimen dan Setelah persentasi selesai, guru
untuk kelas kontrol, dengan proses memberikan konfirmasi terhadap hasil
pembelajaran dilakukan selama empat kali eksplorasi dan elaborasi peserta didik dan
pertemuan, untuk penjelasannya sebagai juga memberi motivasi kepada peserta
berikut: didik yang kurang atau belum aktif.
Pada pertemuan pertama, materi yang Kemudian secara bersama-sama membuat
dibahas yaitu Garis dan Perbandingan kesimpulan tentang hasil dari presentasi
segmen garis. Untuk kelas eksperimen, untuk menunjukan bahwa indikator dari
siswa terlebih dahulu dijelaskan terlebih materi pembelajaran yang diberikan benar-
dahulu mengenai pendekatan benar dipahami.
pembelajaran yang akan digunakan dalam Peneliti menemukan beberapa kendala
proses pembelajaran yang akan digunakan saat pembelajaran berlangsung,
dalam proses pembelajaran dan indikator diantaranya: ketika siswa mengerjakan
apa saja yang ingin dicapai, kemudian LKS pada pertemuan pertama, mereka
siswa dibagi kelompok dengan setiap tampak bingung dalam mengerjakannya
kelompok beranggota empat sampai lima karena mereka belum terbiasa menjawab
orang. Kemudian, guru memberikan soal-soal dengan penyelesaian lebih dari
permaslahan berbentuk soal yang terdapat satu, kemudian terdapat beberapa siswa
pada LKS tentang garis dan perbandingan yang belum terbiasa dengan soal cerita
segmen garis yang sebelumnya sudah sehingga belum mampu menganalisis soal
diberikan kepada setiap kelompok.
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016
ISSN 2086 – 3918 47

dengan baik, serta kurang aktifnya siswa berkumpul dengan kelompoknya.


dalam proses pembelajaran. Selain itu, Untuk mengatasi hal tersebut guru
karena untuk mengerjakan LKS memberikan bimbingan, dan arahan
membutuhkan waktu yang cukup lama mengenai pembelajaran melalui
oleh, maka pada saat persentasi hanya pendekatan Creative Problem Solving
beberapa kelompok saja yang yang sedang berlangsung
mempresentasikan hasil diskusi 2) Peserta didik belum terbiasa
kelompoknya. Hal ini mungkin disebabkan menyelesaikan soal-soal yang terdapat
siswa belum beradaptasi dengan proses dalam LKS.Untuk mengatasi hal
pembelajaran yang sedang berlangsung tersebut guru membimbing siswa
dan petunjuk atau perintah serta soal yang serta memberikan arahan dalam
diberikan dalam LKS kurang aktif dalam menyelesaikan masalah tersebut.
pebelajaran. 3) Peserta didik belum terbiasa
Pada pertemuan kedua, ketiga dan mengerjakan soal atau memecahkan
keempat materi yang dibahas yaitu sudut, masalah dengan berpikir kreatif,
menggambar dan memberi nama sudut, karena peserta didik terbiasa
jenis-jenis sudut, hubungan antar sudut, menjawab soal dengan cara yang
hubungan antar sudut jika dua garis hanya diajarkan atau dicantumkan
sejajar dipotong oleh garis lain, melukis dibuku. Sedangkan dalam
sudut dan membagi sudut. Untuk kelas pembelajaran ini, peserta didik
eksperimen, proses pada pembelajaran dituntut untuk lebih berpikir kreatif.
sama dengan pertemuan pertama, namun
pada pertemuan kedua, ketiga dan 1) Pelaksanaan Pembelajaran
keempat guru lebih memberikan Matematika Dengan Menggunakan
bimbingan dan arahan mengenai Pembelajaran Konvensional
pendekatan pembelajaran yang digunakan Untuk kelas kontrol, pada proses
dan perintah dalam LKS. pembelajarannya untuk setiap pertemuan
Pada setiap pertemuan siswa selalu tidak ditemukan peningkatan yang
mengalami peningkatan dalam proses signifikan, karena pada kelas kontrol yang
belajarnya. Hal ini ditunjukan pada mendapatkan model pembelajaran
pertemuan kedua, ketiga dan keempat, konvensional mereka terpaku dengan
siswa terlihat lebih berani mengemukakan informasi yang didapat dari guru. Pada
pendapat kepada teman yang lain dalam saat mengerjakan suatu permasalahan
kelompoknya, ide-ide baru bermunculan maupun soal-soal latihan yang
dan menjadi perdebatan yang membuat dimodifikasi (tidak sesuai dengan contoh),
suasana kelas menjadi lebih ada beberapa siswa kelas kontrol yang
ramai.Sehingga sebagian peserta didik belum bisa mengerjakannya, dan hanya
merasa bingung dengan adanya ide-ide sebagian saja yang bertanya kepada teman
baru yang dikemukakan oleh peserta didik atau bertanya kepada guru. Selain itu,
lain. Tetapi walaupun seperti itu, secara siswa kelas kontrol kurang aktif dalam
bersama-sama dapat menemukan proses pembelajarannya maupun
kesimnpulan dari semua ide yang mengeluarkan pendapatnya walaupun
dikemukakan. sudah diberi motivasi.
Faktor yang ditemukan penulis yang Faktor yang ditemukan penulis yang
menghambat berlangsungnya pelaksanaan mengambat berlangsungnya pelaksasaan
pembelajaran dengan menggunakan pebelajaran dengan menggunakan model
pendekatan Creative problem Solving, pembelajaran konvensional, diantaranya:
diantaranya: a) Pada proses pembelajaran
1) Kondisi Peserta dididk yang belum konvensional, kebanyakan peserta
terbiasa dan paham dengan didik hanya diam dan sesekali
pembelajaran melalui pendekatan memperhatikan.guru sehingga guru
Creative Problem Solving, sehingga yang banyak berperan yang
pada saat pertemuan pertama menyebabkan kurang aktifnya siswa
pembelajaran siswa kurang aktif, terlibat langsung dalam proses
belum bisa bekerjasama secara pembelajaran.Ketika guru
optimal dengan anggota kelompoknya menjelaskan tentang materi yang
dan membutuhkan waktu yang cukup sedang dipelajari, memberikan contoh,
lama untuk menunggu siswa tetapi respon peserta didik kurang
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016
ISSN 2086 – 3918 48

begitu bagus. Bahkan peserta didik dapat diambil kesimpulan : Peningkatan


cenderung diam. kemampuan berpikir kreatif siswa melalui
b) Kurangnya potensi yang tergali, pendekatan Creative Problem Solving lebih
karena pada saat pembelajaran, baik daripada siswa yang mendapatkan
sebagian banyak dari mereka masih model pembelajaran konvensional.
senang senang dengan dunianya Berdasarkan Uji Gain Ternormalisasi
sendiri. dapat dilihat peningkatan kemampuan
c) Kurangnya minat siswa terhadap berpikir kreatif siswa yang mendapatkan
mata pelajaran matematika, sehingga pembelajaran CPS dengan pembelajaran
menyebabkan siswa bersikap pasif. konvensional. Rata-rata Gain
d) Peserta didik sangat susah sekali ternormalisasi dari kelas CPS adalah 0,88
beradaptasi dengan pembelajaran termasuk kategori tinggi, sedangkan untuk
yang difokuskan untuk lebih berpikir rata-rata Gain ternormalisasi dari kelas
kreatif. Peserta didik hanya bisa konvensional adalah 0,51 termasuk
memecahkan suatu permasalahan kategori sedang.
dengan langkah atau pengerjaan yang Setelah proses pembelajaran selesai, baik
seperti biasa atau belum bisa kelas CPS dan konvensional diberikan
memberikan penyelesaian yang angket tentang sikap siswa terhadap
diharapkan oleh guru. pelajaran matematika. Untuk kelas CPS
Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan frekuensi relatif 76% termasuk
sampai materi yang diharapkan tercapai, kategori baik, sehingga dapat disimpulkan
selanjutnya siswa diberikan tes akhir sikap siswa terhadap pelajaran
dengan tujuan untuk mengetahui matematika dengan pembelajaran CPS
peningkatan kelas eksperimen setelah berinterpretasi baik.. Dengan demikian,
dilakukannya perlakukan. Berdasarkan pembelajaran ini dapat mengubah sikap
hasil analisis terhadap tes akhir, dapat siswa dalam belajar matematika ke arah
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang lebih baik.
kemampuan berpikir kreatif siswa yang
signifikan antara siswa kelas Creative 3) Kelebihan dan Kelemahan
problem Solving dan kelas konvensional. Pembelajaran Creative Problem
Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran Solving, diantaranya:
melalui pendektan Creative Problem a) Kelebihan Pembelajaran CPS
Solving dapat meningkatkan kemampuan (1) Melatih siswa untuk mendesain suatu
berpikir kreatif siswa. penemuan
(2) Berpikir dan bertindak kreatif
2) Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif (3) Memecahkan maslah yang dihadapi
Siswa Setelah Penerapan secara realistis
Pembelajaran CPS dan konvensional (4) Mengindentifikasi dan melakukan
Berdasarkan data hasil pretest diperoleh penyelidikan
bahwa untuk kelas CPS dan Konvensional (5) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil
tidak berdistribusi tidak pengamatan
normal.Dilanjutkan dengan menggunakan (6) Merangsang perkembangan kemajuan
Uji Mann Whitney maka diperoleh 𝑍ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 berpikir kreatif siswa untuk
berada di daerah penerimaan Ho, maka Ha menyelesaikan masalah yang dihadapi
ditolak dengan menggunakan taraf dengan tepat.
signifikan 5%. Dengan demikian, dapat b) Kelemahan Pembelajaran
diambil kesimpulan : Tidak terdapat konvensional
perbedaan kemampuan awal yang sigifikan (1) Memerlukan alokasi waktu yang lebih
antara siswa kelas Creative Problem panjang dibandingkan dengan metode
Solving dan kelas konvensional . pembelajaran yang lain
Karena kelas CPS dan konvensional (2) Mengemukakan masalah yang
mempunyai kemampuan awal yang langsung dapat dipahamai siswa
berbeda, maka langkah selanjutnya sangat sulit sehingga banyak siswa
dilakukan uji Gain Ternormalisasi dari yang mengalami kesulitan bagaimana
masing-masing kelas tersebut, diperoleh merespon permasalahan yang
𝑍ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 berada di daerah penolakan Ho, diberikan.
maka Ha diterima dengan menggunakan (3) Karena jawaban bersifat bebas, siswa
taraf signifikan 5%. Dengan demikian dengan kemampuan tinggi bisa
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016
ISSN 2086 – 3918 49

merasa ragu atau mencemaskan pada lampiran D. Adapun rekapitulasi hasil


jawaban mereka. perhitungan Uji Mann Whitney data hasil tes
(4) Mungkin ada sebagian siswa yang awal disajikan pada tabel berikut:
merasa bahwa kegiatan belajar
mereka tidak menyenangkan karena Tabel 3
kesulitan yang mereka hadapi. Tabel hasil Uji Mann Whitney Tes Awal
Kelas N 𝑧ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑧𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Keteranga
b. Analisis Data n
CPS
1) Analisis Tes Awal Konvensiona 6 1,074 1,96 Ho
l 5 9 Diterima
a) Uji Normalitas

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas Dari Tabel 3 diperoleh nilai zhitung sebesar
data tes awal seperti yang diuraikan pada 1,0749 dan ztabel sebesar 1,96, karena zhitung
lampiran D (Uji Liliefors) maka diketahui dari hasil perhitungan berada diluar daerah
data sebagai berikut: penerimaaan Ha maka, Ho diterima.

Tabel 1 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa


Deskripsi Hasil Data Tes Awal data dari hasil tes awal menunjukan tidak
Simpangan terdapat perbedaan kemampuan awal yang
Kelompok Rata-rata
baku sigifikan antara siswa kelas Creative Problem
Creative Solving dan kelas konvensional. Karena tidak
Problem 10,48 2,14 terdapat perbedaan pada tes awal maka
Solving selanjutnya pada pengolahan data tes akhir
Konvensional 11,72 3,54 dengan menggunakan pengujian analisis
indeks Gain.

Berdasarkan data dari Tabel 1 diatas, 2) Analisis Gain ternormalisasi


selanjutnya dilakukan uji normalitas data tes
Karena data hasil tes awal menunjukan Ha
awal dengan Uji Liliefors, sehingga diperoleh
ditolak, maka dalam analisis data tes akhir
hasil pada tabel berikut:
dilakukan pengujian analisis data indeks
Tabel 2 gain. Adapun hasil dari pengujiannya adalah
Hasil Uji Normalitas Tes Awal dengan Uji sebagai berikut:
Liliefors
Tabel 4
Kelas Lmaks Ltabel keterangan
Deskripsi Data Tes Akhir Menggunakan Gain
0,271 0,154 Berdistribus Ternormalisasi
CPS 5 2 i tidak
Kelas Jumlah Rata- Simpangan
normal
siswa rata baku
0,203 0,159 Berdistribus
Konvensiona Creative 33 0,889 0,11
0 1 i tidak
l Problem
normal
Solving
Konvensional 32 0,99 0,31
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa kelas CPS
mempunyai nilai Lmaks > Ltabel data tersebut
Dari tabel 4 terlihat bahwa data Gain
tidak berdistribusi normal, sedangkan pada
ternormalisasi yang diperoleh kelas CPS yaitu
kelas konvcensional mempunyai Lmaks >Ltabel
: jumlah siswa sebanyak 31 dengan skor Gain
maka data tersebut tidak berdistribusi
terbesar 1,00 dan skor Gain terkecil maka
normal. Karena kedua data tidak
diperoleh rata-rata Gain ternormalisasi 0,889
berdistribusi normal maka dilanjutkan
dan simpangan baku 0,11, sedangkan kelas
pengujian hipotesis dengan Uji Mann
konvensional data Gain ternormalisasi yang
Whitney.
diperoleh yaitu : jumlah siswa sebanyak 32
b) Uji Mann Whitney dengan skor Gain terbesar 1,00 dan skor Gain
terkecil 0,00 maka diperoleh rata-rata Gain
Pengujian hipotesis data tes awal dengan ternormalisasi 0,99 dan simpangan baku 0,31.
menggunakan rumus statistik dapat dilihat Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016
ISSN 2086 – 3918 50

kriteria peningkatan kelas CPS dan kelas selanjutnya langsung menggunakan Uji Mann
yang mendapatkan pembelajaran Whitney.
konvensional tergolong sedang, dengan
persentase sebagai berikut: b) Uji Mann Whitney

Tabel 5 Pengujian hipotesis data indeks Gain


Persentase Gain Ternormalisasi Kelas CPS ternormalisasi dengan menggunakan rumus
Kategori fi Pesentase statistik dapat dilihat pada lampiran D.
Sedang 2 94% Adapun rekapitulasi hasil perhitungan Uji
Mann Whitney data indeks Gain
Tinggi 31 6%
ternormalisasi disajikan pada tabel berikut:
Tabel 6
Persentase Gain Ternormalisasi Kelas Tabel 8
Konvensional Hasil Uji Mann Whitney Data Indeks Gain
Kategori fi Pesentase Ternormalisasi
Rendah 6 19% Kelas N 𝑧ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑧𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Keteranga
Sedang 11 34% n
Tinggi 10 31% CPS
TTP 5 11% Konvensiona 6 3,734 1,96 Ho Ditolak
l 5
Berdasarkan tabel 5 diperoleh kesimpulan
bahwa peningkatan kelas konvensional
termasuk kedalam ketegori sedang dengan Dari Tabel 8 diperoleh zhitung sebesar 3,734 dan
jumlah 32 siswa 34% termasuk kategori ztabel sebesar 1,96, karena zhitung dari hasil
sedang dan 31% termasuk kategori tinggi. perhitungan berada diluar daerah
penerimaaan Ho maka, Ha diterima.
Berdasarkan tabel 6 diperoleh kesimpulan
bahwa peningkatan kelas Creative Problem Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Solving termasuk kedalam ketegori tinggi data dari hasil analisis indeks Gain
dengan jumlah 33 siswa 6% termasuk ternormalisasi menunjukan Peningkatan
kategori sedang dan 94% termasuk kategori kemampuan berpikir kreatif siswa melalui
tinggi pendekatan Creative Problem Solving lebih
baik daripada siswa yang mendapatkan model
a) Uji Normalitas Gain Ternormalisasi
pembelajaran konvensional.
Dari hasil data tes awal dan tes akhir dari
kelas eksperimen-1 dan kelas eksperimen-2 KESIMPULAN
diperoleh indeks gain yang didapat dari
selisih skor tes akhir dan skor tes awal dibagi Berdasarkan hasil analisis data dan
selisih skor ideal dengan skor tes awal. Tahap pembahasan bahwa hipotesis nol (Ho) ditolak
analisis yang dilakukan sama pada dengan atau hipotesis (Ha) diterima, maka dapat
pengujian statistik sebelumnya yaitu
disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan
melakukan uji normalitas pada data indeks
gain ternormalisasi menggunakan Uji berpikir kreatif siswa melalui Creative
Liliefors seperti yang terdapat pada lampiran Problem Solving (CPS), dapat dikemukakan
D. diperoleh data sebagai berikut: kesimpulan sebagai berikut:

Tabel 7 1. Peningkatan kemampuan berpikir


Hasil Perhitungan Uji Normalitas Indeks kreatif siswa yang mendapatkan
Gain Ternormalisasi pembelajaran CPS lebih baik
Kelas Lmaks Ltabel keterangan dibandingkan dengan siswa yang
0,1587 0,1566 Berdistribusi mendapatkan pembelajaran
PBL konvensional.
tidak normal
2. Terdapat Peningkatan kemampuan
berpikir kreatif siswa yang
Dari tabel 7 terlihat bahwa sebaran data mendapatkan pembelajaran CPS dan
indeks Gain ternormalisasi kelas eksperimen termasuk kedalam kategori Tinggi.
tidak berdistribusi normal, maka untuk data 3. Sikap siswa kelas eksperimen
indeks Gain kelas kontrol tidak dilakukan uji terhadap mata pelajaran matematika
normalitas, maka untuk pengujian hipotesis
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016
ISSN 2086 – 3918 51

dan pembelajaran CPS didominasi :http://tatagyes.files.wordpress.com/2007/


oleh sikap positif. 10/tatag_jurnal_unej.pdf.[7 januari]

Ruseffendi, E. T. (1991). Penghantar Kepada


Membantu Guru Mengembangkan
DAFTAR PUSTAKA Potensinya dalam Pengajaran
matematika Untuk Meningkatkan CBSA.
Arlinah. (2004). Berpikir kritis dan kreatif. Bandung: Tarsito
[online]. Tersedia
:http://www.educ.upm.edu.my/~gm/berfik Rusman. (2011). Model – Model Pembelajaran
ir.htm. [6 Januari 2015] dengan Siswa yang Pembelajarannya
Menggunakan Model Konvensional.
Bintangku, (2009). Ciri-ciri kemampuan Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
berpikir kreatif. [online], Tersedia: Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: Tidak
http://eko13.wordpress.com/2008/03/16/ci Diterbitkan
ri-ciri-dan-faktor-yang-mempengaruhi-
kreatifitas/ . [6 Januari 2015] Saidah, S . A. (2007). Efektifitas penerapan
teknik Problem Solving terhadap
Budiningsih, C. A. (2005). Belajar dan Peningkatran Prestasi Belajar
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Matematika . (Skripsi) STKIP – Garut :
Tidak Diterbitkan.
Dewi, P. E. (2008). Pengaruh Penerapan
Model Pembelajaran Creative Problem Sundayana, R. (2014). Komputasi Data
Solving dalam Penalaran Matematika Statistika . Garut: STKIP Garut Press.
terhadap Kemampuan Penalaran Adaptif
Matematika Siswa. Skripsi UPI-Bandung Sundayana, R. (2013). Media Pembelajaran
: Tidak diterbitkan. Matematika. Bandung: Alfabeta.

Huda, M. (2013). Model Pengajaran dan Surya,Y. (2008). Pelatihan Guru banda Aceh.
Pembelajaran. Yogyakarta. Pustaka [online]. Tersedia :
Pelajar http://www.yohanessurya.com/activities.p
hp?pid=203&id=47. [8 januari 2015]
Heriawan, Darmajari dan Senjay, (2012).
Metodologi Pembelajaran. Banten : LP3G Zainurie. (2007). Cara Seseorang Memperoleh
(Lembaga Pembinaan dan Pengetahuan dan Implikasinya dalam
Pengembangan Profesi Guru). Pembelajaran Matematika. [online] .
Tersedia :
Leeva. (2011). Creative Problem Solving. http://zainurie.wordpress.com/2007/10/26
[online]. Tersedia. /cara-seseorang-memperoleh-
http://leevanews.com/260/model- pengetahuan-dan-implikasinya-dalam-
pembelajran-creative-problem-solving- pembelajaran-matematika. [8 Januari
cps. [8 januari] 2015].

Prawiro, M (2008) . Membangun Manusia


Indonesia. Surat Kabar. [online].
Tersedia:
http://www.gemari.or.id/file/edisi85/gema
ria8526.pdf. [9 Januari 2015]

Rakhmat, J. (2008). Psikologi Komunikasi.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Siswono, T.Y.E.(2007). Desain Tugas untuk


Mengidentifikasi Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa dalam Matematika.
[online]. Tersedia

You might also like