You are on page 1of 5

151

Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada


hhttps://akper-sandikarsa.e-journal.id/JIKSH
Vol 10, No, 2, Desember 2019, pp;151-155
p-ISSN: 2354-6093 dan e-ISSN: 2654-4563
DOI: 10.35816/jiskh.v10i2.133

LITERATURE REVIEW
Apoptosis Sel Hepatosit Sebagai Akibat Dari Metabolisme Alkohol
Apoptosis of Hepatocyte Cells as a Result of Alcohol Metabolism

Nabilah Amirah Salsabila


Jurusan Pendidikan Dokter Umum Universitas Lampung
Artikel info
Abstract. Alcohol, or what is called ethanol, is a psychoactive
Artikel history: substance that can cause dependence. The prevalence of disorders
Received; 30 November 2019 due to alcohol use is 0.8% and the prevalence of alcohol dependence
Revised; 05 Desember 2019 is 0.7% in men and women. In Lampung province, the percentage of
Accepted;13Desember 2019
alcohol use is quite high at 3.6% in Tanggamus district and 2% in
South Lampung district. Alcohol can damage organs through the
process of metabolism. The liver is an organ that has a large impact
on the effects of alcohol, because alcohol metabolism occurs in the
liver. One of its effects on the liver is apoptosis of hepatocyte cells in
which hepatocyte cells are a functional unit of the liver. The main
pathway for alcohol metabolism involves alcohol dehydrogenase
(ADH), an enzyme that catalyzes the change of alcohol into
acetaldehyde which is a reactive and highly toxic product. The
microsomal enzyme oxidizing (MEOS) pathway involves the
cytochrome P450 enzyme which can cause activation of reactive
oxygen species (ROS) so that it causes oxidative stress, and cytokine
release, such as tumor necrosis factor (TNF-α), which plays a role in
necrosis and inflammation of the liver. Apoptosis of hepatocyte cells
occurs because of a complex process of ethanol metabolism. The
occurrence of apoptosis of hepatocyte cells is to eliminate
hepatocyte cells that have been damaged by excessive alcohol
consumption into the body

Abstrak. Alkohol atau yang disebut dengan etanol, merupakan zat


psikoaktif yang bisa menyebabkan ketergantungan. Prevalensi
gangguan karena penggunaan alkohol adalah 0,8% dan prevalensi
ketergantungan alkohol adalah 0,7% pada pria maupun wanita. Di
provinsi Lampung, presentase penggunaan alkohol cukup tinggi
yaitu 3,6% pada kabupaten Tanggamus dan 2% pada kabupaten
Lampung Selatan. Alkohol dapat merusakan organ tubuh melalui
proses metabolismenya. Hepar adalah organ yang memiliki
dampak besar terhadap efek dari alkohol, karena metabolisme
alkohol terjadi di hepar. Salah satu dampaknya terhadap organ
hepar adalah terjadinya apoptosis sel hepatosit dimana sel
hepatosit merupakan unit fungsional dari organ hepar. Jalur utama
metabolisme alkohol melibatkan alkohol dehydrogenase (ADH),
merupakan enzim yang mengatalis perubahan alkohol menjadi
asetaldehid yang merupakan produk reaktif dan sangat beracun.

Nabilah Amirah Salsabila, Apoptosis of Hepatocyte Cells as a Result of Alcohol Metabolism, JIKSH Vol 10 No 2 Des 2019
152

Jalur microsomal enzyme oxidizing (MEOS) melibatkan enzim


sitokrom P450 yang dapat menyebabkan terjadinya aktivasi dari
reactive oxygen species (ROS) seingga menyebabkan terjadinya
stress oksidatif, dan pelepasn cytokine seperti, tumor necrosis factor
(TNF-α) yang berperan terhadap nekrosis dan inflamasi hati.
Apoptosis sel hepatosit terjadi karena proses metabolism etanol
yang kompleks. Terjadinya apoptosis sel hepatosit ini adalah
untuk mengeliminasi sel-sel hepatosit yang telah rusak oleh karena
konsumsi alkohol yang berlebihan masuk kedalam tubuh.
Keywords: Coresponden author:
Alcohol; Email: : nana.salsabilaamirah@gmail.com
Apoptosis;
Hepatosit;
artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi CC BY -4.0

PENDAHULUAN
Alkohol merupakan zat psikoaktif yang bisa menyebabkan ketergantungan (WHO, 2014).
Alkohol dalam jumlah rendah hingga sedang dapat mengurangi rasa cemas dan mendorong
perasaan sejahtera atau bahkan mengalami euphoria (Katzung BG, Masters SB, 2014) Menurut
data yang didapatkan dari Global Status Report on Alcohol And Health (2014), prevalensi
gangguan karena penggunaan alkohol adalah 0,8% dan prevalensi ketergantungan alkohol
adalah 0,7% pada pria maupun wanita (WHO, 2014). Di Provinsi Lampung, prevalensi konsumsi
minuman beralkohol didapatkan dengan cara melakukan wawancara dengan pertanyaan apakah
minum minuman berlkohol dalam 12 bulan terakhir pada usia 10 tahun ke atas. Jika penduduk
menjawab “ya”, kemudian ditanyakan pada 1 bulan terakhir mengenai frekuensi, jenis minuman,
dan rata rata satuan minuman standar yang dikonsumsi. Dari wawancara tersebut ternyata
didapatkan presentase tertinggi yang mengkonsumsi minuman beralkohol dalam 12 bulan
terakhir adalah kabupaten Tanggamus dengan presentase sebesar 3,6% sedangkan, penduduk
yang mengkonsumsi alkohol dalam 1 bulan terakhir tertinggi terdapat di kabupatan Lampung
Selatan yaitu dengan presentase 2% (RISKESDAS, 2018).
Jalur utama metabolisme alkohol melibatkan alkohol dehydrogenase (ADH), suatu famili
enzim sitosol yang mengatalis perubahan alkohol menjadi asetaldehida. Enzim enzim tersebut
sebagian besar ditemukan di organ hepar dan sebagian kecil ditemukan di organ lambung
maupun otak. Sebagai akhir dari proses metabolisme alkohol yaitu oksidasi alkohol
menghasilkan kelebihan ekivalen produksi di hepar, terutama sebagai Nikotinamida Adenosin
Dinukleotida Hidrogen (NADH) dimana kelebihan NADH dapat menyebabkan terjadinya
gangguan metablik seperti alkoholisme kronik, asidosis laktat, dan hipoglikemia ada keracunan
alcohol (Katzung BG, Masters SB, 2014). Konsumsi alkohol yang berlebihan akan menyebabkan
terjadinya keracunan alkohol. Gejala keracunan alkohol sangat bervariasi, mulai dari yang
bersifat ringan yaitu ataxia (sempoyongan) maupun yang bersifat berat seperti koma (Nugroho
CA, 2019). Selain itu, penghentian konsumsi alkohol secara mendadak pada seorang dengan
ketergantungan alkohol menyebabkan sindrom khas berupa agitasi motoric, ansietas, insomnia,
dan berkurangnya ambang kejang. Sindrom ini disebut juga dengan sindrom lucut alcohol.
Penyakit hepar merupakan yang tersering terjadi akibat penyalahgunaan alkohol. Sekitar 5-12%
peminum berat akan mengalami penyakit hepar berat dimulai dari alcoholic fatty liver,
merupakan suatu penyakit yang bersifat reversible kemudian bisa berkembang menjadi
hepatitis alkoholik dan akhirnya menjadi sirosis serta gagal hepar (Katzung BG, Masters SB,
2014). Penyebab utama terjadinya kerusakan hati adalah efek langsung alkohol terhadap hati,
yang meningkat pada saat malnutrisi seperti, defisiensi nutrisi, termasuk tiamin, asam folat,
piridoksin, niasin, asam askorbat, dan vitamin A, serta bisa menyebabkan terjadinya defisiensi
kalori hingga protein(Price SA, 2006) dan (Mescher AL, 2016).

Nabilah Amirah Salsabila, Apoptosis of Hepatocyte Cells as a Result of Alcohol Metabolism, JIKSH Vol 10 No 2 Des 2019
153

Hasil Dan Pembahasan


Hepar merupakan organ terbesar di tubuh yang terletak dalam saluran cerna tempat
penyerapan nutrient yang digunakan di bagian lain tubuh dengan berat sekitar 1,5 kg atau
sekitar 2% dari berat tubuh orang dewasa(Richard SS, 2012). Hepar memiliki fungsi yaitu: (1)
Memproses secara metabolis ketiga kategori utama nutrient yaitu karbohidrat, protein, dan
lemak. (2) Metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. (3) Mendetoksifikasi atau
menguraikan zat sisa tubuh dan hormone serta obat dan senyawa asing lain. (4) membentuk
protein plasma. (5) Menyimpan glikogen lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin. (6)
Mengaktifkan vitamin D, yang dilakukan bersama dengan ginjal. (7) Mengeluarkan bakteri dan
sel darah merah oleh makrofag jaringan (sel kuppfer).(8) Mengekskresikan kolesterol dan
bilirubin (Hall JE, 2010) dan (Sherwood L, 2015). Hepar memiliki facies diaphragmatica dan
facies visceralis (dorsokaudal) yang dibatasi oleh tepi kaudal hepar. Facies diaphragmatica
bersifat licin dan berbentuk kubah, sesuai dengan cekungan permukaan caudal diaphragma,
tetapi untuk sebagian besar terpisah dari diaphragma karena recessus suphrenicus cavitas
peritonealis (Moore KL, 2016). Hepar terbagi menjadi lobus hepatica dextra yang besar dan
lobus hepatica sinistra yang kecil dan masing masing berfungsi secara mandiri.(Richard SS,
2012) dan (Moore KL, 2016).
Lobus dextra terbagi menjadi lobus quadratus dan lobus caudatus oleh adanya vesica
biliaris, fisura untuk ligamentus teres hepatica, vena cava inferior, dan fisura untuk
ligamentum venosum. Penelitian menunjukkan bahwa pada kenyataannya labus quadratus dan
lobus caudatus merupakan bagian fungsional lobus hepatica sinistra. Jadi, cabang cabang
dextra dan sinistra arteri hepatica dan vena porta, serta ductus hepatica dextra dan sinistra
masing masing mengurus lobus dextra dan sinistra (Richard SS, 2012). Hepar tersusun atas
lobuli hepatis. Vena centralis pada masing-masing lobulus bermuara ke vena hepatica. Dalam
ruangan antara lobulus-lobulus terdapat canalis hepatica yang berisi cabang cabang arteri
hepatica, vena porta hepatica, dan sebuah cabang ductus choledochus (trias hepatica). Darah
arteri dan vena berjalan di antara sel-sel hepar melalui sinusoid dan dialirkan ke vena centralis
(Sloane E, 2004). Hepar terdiri atas lobus-lobus. Setiap lobus terbagi menjadi struktur-struktur
yang disebut lobulus dan merupakan unit mikroskopis dan fungsional organ. Setiap lobules
merupakan badan heksagonal yang terdiri atas lempeng-lempeng sel hati berbentuk kubus,
tersusun radial mengelilingi vena sentralis yang mengalirkan darah dari lobules (Price SA,
2006).
Sel sel yang terdapat di hepar antara lain: sel hepatosit, sel endotel, dan sel makrofag yang
disebut sebagai sel kupffer, dan sel ito (sel penimbun lemak). Sel hepatosit terdiri dari 70-80%
total sel yang ada di hepar dan memiliki peranan yang penting dalam proses hemostasis sel
(Szabo G, 2010). Sel hepatosit berderet secara radier dalam lobulus hepar dan membentuk
lapisan 1-2 sel serupa dengan susunan bata. Lempeng sel ini mengarah dari tepian lobulus ke
pusatnya dan beranatomosis secara bebas membentuk struktur seperti labirin dan busa. Celah
diantara lempeng-lempeng ini mengandung kapiler yang disebut sinusoid hepar (Mescher
AL, 2016). Sinusoid hepar adalah saluran darah yang melebar dan berliku-liku, dilapisi oleh
lapisan tidak utuh sel endotel berfenestra (Endotheliocytus fenestratum) yang juga
menunjukkan lamina basalis yang berpori dan tidak utuh (Eroschenko VP, 2013). Dari sudut
morfologi, hepar merupakan organ yang memiliki respons perbaikan terbatas terhadap
berbagai jejas, dimana pola kerusakan tetap sama meskipun etiologinya berbeda
( K u m a r V , C o t r a n R S , 2 0 0 7 ) . Baik itu kerusakan karena terdapat racun, infeksim
maupun kondisi lain yang bisa mempengaruhi hepar, organ hepar hanya memiliki lima respon
umum terhadap cedera yaitu (1) Peradangan. (2) Infiltrat/akumulsai sel. (3) Kematian sel. (4)
Fibrosis. (5) Regenerasi (Kemp WL, Burns DK, 2008).
Pentingnya melakukan identifikasi terhadap pola kerusakan jaringan hepar disebabkan
karena, jejas pada hepar menimbulkan pola yang memiliki karakteristik pada bagian-bagian
asinus hepar. Pola pola tersebut yaitu: (1) Kerusakan parenkim difus. Merupakan panasinar

Nabilah Amirah Salsabila, Apoptosis of Hepatocyte Cells as a Result of Alcohol Metabolism, JIKSH Vol 10 No 2 Des 2019
154

pada jejas hepar fulminant atau fokal lobular pada kerusakan hepatosit derajat rendah
yang terus-menerus. (2) Kerusakan periportal, misalnya peradangan saluran portal meluas ke
parenkim di sekitarnya. (3) Kerusakan di sekitar vena hepatic sentral/terminal. (4) Kerusakan
hepar yang telah kehilangan arsitektur normalnya, seperti pada sirosis (Kumar V, Cotran RS,
2007).
Metabolisme Alkohol
Alkohol, atau yang disebut juga dengan etanol, dapat merusak organ hepar melalui beberapa
cara yaitu: (1) Hepatosit mempunyai tiga jalan utama metabolism etanol. Alkohol
dehidrogenase membentuk asetalehid kemudian membentuk asetat, hingga hasil akhir
menyebabkan akumulasi trigliserida dalam hati, terganggunya pengeluaran lipoprotein oleh sel
hati dan bereaksinya asetaldehid membentuk reaksi kovalen dengan peroksidasi lipid dan
protein sel. (2) Induksi MEOS oleh alkoholisme kronik, secara bermakna mengganggu
metabolisme senyawa alami dan xenobiotic dalam hati, baik akut maupun kronik. (3) Oksidasi
etanol oleh katalase menghasilkan peroksida reaktif yang merusak membran sel dan protein
secara langsung. (4) Kombinasi efek etanol dan asetaldehid dapat merusak struktur dan
fungsi membran sel. (5) Ekspresi abnormal antigen sel dapat mendatangkan sel-sel radang
dengan dekstruksi hepatosit melalui sistem imun (Katzung BG, Masters SB, 2014).
Terdapat dua jenis efek etanol terhadap organ hepar yaitu secara langsung (direct) dan tidak
langsung (indirect) (Enomoto N, Ikejima K, 2000). Secara langsung, alkohol yang masuk
kedalam saluran intestinal akan menyebabkan terjadinya penurunan permeabilitas dinding sel
intestinal, sehingga akan menyebabkan bakteri gram negatif pada saluran cerna mengeluarkan
endotoxin. Melalui vena porta hepatica, endotoxin akan masuk kedalam hepar. Hal ini akan
menyebabkan aktivasi fungsi detoksifikasi dari hepar. Sel kupffer aktif dan akan
mengeluarkan sel cytokine seperti, TNF-α, IL-1, IL-6, dan IL-8. Sel-sel inflamasi ini akan
menyerang zat patogen dan sel hepatosit (Szabo G, 2010).
Metabolisme etanol merupakan penyebab terjadinya kerusakan organ hepar secara tidak
langsung (indirect) (Hoek JB, Cahill A, 2002). Metabolisme etanol melibatkan tiga jalur yaitu
Jalur alkohol dehidrogenase (ADH), disebut juga dengan jalur sitosol. Jalur ini melibatkan
alkohol dehidrogenase (ADH) dimana hasil akhirnya yaitu terbentuknya asetaldehid yang
merupakan produk reaktif dan sangat beracun. Aseltaldehid akan berikatan dengan peroksidasi
lipid dan protein sel. Asetat yang dihasilkan oleh asetaldehid akan menyebabkan akumulasi
trigliserida dalam hati, dan terganggunya pengeluaran lipoprotein oleh sel hati. Jalur yang
kedua adalah microsomal enzyme oxidizing system (MEOS) yang melibatkan enzim sitokrom
P450 (CYP2E1), 2E1, 1A2, dan 3A4. Jalur yang ketiga adalah katalase mitokondria yang akan
menghasilkan CO2 dan air untuk membentuk asetil-KoA (Katzung BG, Masters SB, 2014) dan
(Bruha R, Dvorak K, 2010).

Simpulan Dan Saran


Sel hepatosit merupakan unit fungsional dari organ hepar, sel ini berperan penting dalam
proses hemostasis sel. Pengaruh dari metabolisme etanol dapat menyebabkan apoptosis pada
sel hepatosit. Apoptosinya sel hepatosit karena proses metabolisme etanol merupakan efek
tidak langsung dari alkohol. Terdapat tiga mekanisme dari metabolisme etanol yaitu: (1)
Alcohol dehidrogenase (ADH) yang akan menghasilkan asetaldehid. Asetaldehid merupakan
produk reakti dan sangat beracun. Proses akhirnya akan menyebabkan akumulasi trigliserida
dan terganggunya pengeluaran lipoprotein oleh sel hati. (2) Microsomal enzyme oxidizing system
(MEOS). Jalur ini memiliki peran penting terhadap rusaknya organ hepar terutama sel hepatosit
dimana melibatkan enzim CYP2E1. Enzim ini akan mengeluarkan zat toksin termasuk reactive
oxygen species (ROS) yang akan menyebabkan terjadinya stress yang akan menyebabkan
terjadinya stress oksidatif dan aktifnya sel sel inflamasi seperti. TNF-α, IL-1, IL-6, dan IL-8. (3)

Nabilah Amirah Salsabila, Apoptosis of Hepatocyte Cells as a Result of Alcohol Metabolism, JIKSH Vol 10 No 2 Des 2019
155

Katalase mitokondria yang akan menghasilkan CO2 dan H2O untuk membentuk asetil-KoA.
Untuk mengeliminasi sel hepatosit yang rusak sehingga, terjadilah apoptosis sel hepatosit

Daftar Rujukan
Bruha R, Dvorak K, P. J. (2010). Alcoholic liver disease. World Journal of Hepatology, 4(3).
Enomoto N, Ikejima K, B. B. (2000). Role of kupffer cells and gut-derived endotoxins in alcoholic
liver injury. J Gastroenterology and Hepatology, 15, 20–25.
Eroschenko VP. (2013). Atlas histologi difiore dengan korelasi fungsional. Jakarta: EGC.
Hall JE, A. C. (2010). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-12. Jakarta: EGC.
Hoek JB, Cahill A, P. J. (2002). Alcohol and mitochondria: a dysfunctional relationship.
Gastroenterology, 122(7), 2049–2063.
Katzung BG, Masters SB, T. A. (2014). Farmakkologi dasar & klinik. Edisi ke-12. Jakarta: EGC.
Kemp WL, Burns DK, B. T. (2008). Pathology. USA: The McGraw Hill Companies.
Kumar V, Cotran RS, R. S. (2007). Buku Ajar Patologi. Edisi ke-7. Jakarta: EGC.
Mescher AL. (2016). Histologi dasar junqueira. Edisi ke-12. Jakarta: EGC.
Moore KL, A. A. (2016). Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates.
Nugroho CA. (2019). Pengaruh minuman beralkohol terhadap jumlah lapisan sel spermatogenik
dan berat vesikula seminalis mencit. Jurnal Ilmiah Widya Warta, 33(1), 56–60.
Price SA, W. L. (2006). Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6. Jakarta: EGC.
Richard SS. (2012). Anatomi klinis berdasarkan sistem. Jakarta: EGC.
RISKESDAS. (2018). Riset kesehatan dasar provinsi lampung. Jakarta: DEPKES RI.
Sherwood L. (2015). Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi ke-8. Jakarta: EGC.
Sloane E. (2004). Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC.
Szabo G, M. P. (2010). Focus on: alcohol and the liver. Alcohol Res Heal. 33(1–2), 87–96.
WHO. (2014). Global status report on alcohol and health–2014. World Health Organzation.

Nabilah Amirah Salsabila, Apoptosis of Hepatocyte Cells as a Result of Alcohol Metabolism, JIKSH Vol 10 No 2 Des 2019

You might also like