Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Foot and Mouth Disease (FMD) atau lebih dikenal dengan Penyakit Mulut
dan Kuku (PMK) merupakan penyakit hewan menular bersifat akut yang
disebabkan oleh virus tipe A dari famili Picornaviridae genus Aphthovirus. PMK
menyerang hewan berkuku genap seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba.
Penyakit ini menyebar dengan cepat mengikuti arus transportasi daging dan
ternak terinfeksi (DinasKPP, 2022). Hewan yang terinfeksi virus ini umumnya
akan menunjukkan gejala-gejala seperti demam dan munculnya lepuh, bisul
serta koreng pada mulut, lidah, hidung, kaki dan puting. Ternak yang terinfeksi
biasanya mengalami depresi, enggan bergerak, cairan hidung dan air liur
berlebihan dan hilang nafsu makan. Akibatnya terjadi penurunan pada produksi
susu, berat badan dan pertumbuhannya (Dishanpangternak, 2022).
Indonesia pernah mengalami beberapa kali wabah PMK sejak penyakit ini
pertama kali masuk pada tahun 1887 melalui impor sapi dari Belanda. Wabah
PMK terakhir terjadi di Pulau Jawa pada tahun 1983 yang kemudian dapat
diberantas melalui program vaksinasi massal. Indonesia dinyatakan sebagai
negara bebas PMK pada tahun 1986 melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian
No. 260/1986 dan kemudian diakui oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia
(OIE) pada tahun 1990 dengan Resolusi No. XI (FoodReview, 2022).
Pada April 2022 penyakit mulut dan kuku merebak lagi di beberapa
wilayah Indonesia, berawal dari laporan Dinas Peternakan Jawa Timur yang
menyatakan ditemukannya kasus penyakit mulut dan kuku di Gresik, Jawa
Timur (Khusniani, 2022). Wabah penyakit ini kini telah menyebar ke 16 provinsi
di Indonesia per 22 Mei 2022, dari sebelumnya 15 provinsi. Kementerian
Pertanian (Kementan) mencatat telah ada 82 kabupaten dengan 5,45 juta ekor
hewan yang terkena PMK atau mencapai 39,4 persen dari total hewan ternak
nasional pada akhir 2021 (Gunawan, 2022).
Penyakit ini tidak menular pada manusia atau tidak bersifat zoonosis.
Namun, virus PMK ini bisa menempel pada pakaian manusia, sehingga manusia
menjadi salah satu jalur penularan virus ini terhadap hewan ternak. Cara
penularan lainnya dapat melalui kontak langsung antara hewan yang tertular
dengan hewan rentan, melalui kendaraan dan benda-benda yang terkontaminasi
virus, serta dapat ditularkan melalui udara. Mengingat banyaknya cara virus
PMK menyebar menuntut kewaspadaan untuk terhindar dari tertularnya virus
PMK ini, maka diperlukan pendeteksian PMK sedini mungkin dalam upaya
1
2
pengendalian dan penanggulangan PMK serta pengaturan lalu lintas ternak dan
pencegahan penyebaran penyakit antar wilayah.
Ada dua strategi yang bisa diterapkan, yang pertama adalah biosecurity.
Biosecurity ini adalah strategi yang paling penting dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Prosesnya yaitu ketika sudah ada deklarasi wabah di suatu
daerah maka wilayah tersebut harus ditutup. Kemudian dilakukan pembersihan
dan desinfeksi seperti penguburan dan pembakaran barang-barang yang kiranya
terkontaminasi dari hewan yang terinfeksi. Binatang yang ditemukan terjangkit
harus segera diisolasi dengan masa inkubasi 14 hari. Strategi kedua adalah
secara medis melalui pengobatan atau vaksinasi (Wansus, 2022).
Untuk memudahkan proses deteksi gejala awal penyakit PMK pada sapi
dapat dilakukan dengan penanaman model deteksi dengan format tflite ke dalam
aplikasi android sehingga aplikasi yang dibuat tidak memerlukan koneksi
internet sama sekali, namun jika data pada aplikasi tersebut harus di update ke
data yang lebih baru karena aplikasi tidak dapat mengunduh data dari server
online. Untuk mendapatkan data pendeteksian selalu yang terbaru, maka aplikasi
juga akan dikembangkan menggunakan REST API. Sehingga aplikasi
pendeteksian gejala awal PMK pada sapi ini dapat dijalankan secara offline
maupun online.
1.3 Tujuan