You are on page 1of 5

‫‪Malu kepada Allah‬‬

‫‪-‬غفر هللا له ولواديه– ‪Oleh: Abu Athif, Lc.‬‬

‫‪Khutbah pertama:‬‬

‫َّاس أ ح ِ‬
‫ص ُد حوِر الن ِ‬ ‫ب الحعالَ ِمْي الَّ ِذي أَنحزَل الح ُقرآ َن احلع ِظيم تِب يا اًن لِ ُك ِل َشي ٍء وه ادى ور حْحةا لِحلمؤِمنِ ِ ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫السالَ ُم َعلَى‬
‫الصالَةُ َو َّ‬
‫ْي‪َ .‬و َّ‬
‫َْجَع ح َ‬ ‫ْي َوش َفاءا ل َما ِِف ُ‬ ‫ح َ ُ ََ َ ُ ح ح َ‬ ‫ا حْلَ حم ُد هلل َر َ ح َ ح َ ح َ ح َ ح َ‬
‫ان إِ ََل ي وِم ِ‬ ‫ِ‬
‫اه ِرين‪ ،‬و َعلَى أَصحابِِه غُ ِر الحمي ِام حْي و َعلَى ُك ٍل م ِن اتَّبِعهم ِبِِحس ٍ‬ ‫ِِ ِ ِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫الديح ِن‪.‬‬ ‫َح‬ ‫َ َُ ح ح َ‬ ‫ََ َ َ‬ ‫حَ‬ ‫ْي نَبِيِنَا ُُمَ َّمد َو َعلَى آله َوأ حَهله الطَّيِبِ ح َ‬
‫ْي الطَّ ح َ َ‬ ‫أَ حشَرف احألَنحبِيَاء َوال ُحمحر َسل ح َ‬

‫عِبَ َاد هللاِ! أ حُو ِصحي ُك حم َونَ حف ِس حي بِتَ حق َوى هللاِ فَ َق حد فَ َاز ال ُحمتَّ ُق حو َن‪ .‬قَ َ‬
‫ال هللاُ ﷻ ِِف ُحُم َك ِم التَّ حن ِزيح ِل‪:‬‬

‫اَّللَ َح َّق تُ َقاتِِه َوََل َتَُوتُ َّن إََِّل َوأَنحتُ حم ُم حسلِ ُمو َن۝﴾‬
‫آمنُوا اتَّ ُقوا َّ‬
‫ين َ‬
‫ِ‬
‫﴿َي أَيُّ َها الَّذ َ‬
‫َ‬

‫اَّللَ الَّ ِذي تَ َساءَلُو َن بِ ِه َو حاأل حَر َح َام إِ َّن‬ ‫اح َدةٍ َو َخلَ َق ِمحن َها َزحو َج َها َوبَ َّ‬
‫ث ِمحن ُه َما ِر َج ااَل َكثِ اريا َونِ َساءا َواتَّ ُقوا َّ‬ ‫سوِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َّاس اتَّ ُقوا َربَّ ُك ُم الَّذي َخلَ َق ُك حم م حن نَ حف ٍ َ‬
‫﴿َي أَيُّ َها الن ُ‬
‫َ‬
‫ِ‬
‫اَّللَ َكا َن َعلَحي ُك حم َرقيباا۝﴾‬ ‫َّ‬

‫يما۝﴾‬ ‫ِ‬ ‫صلِ حح لَ ُك حم أ حَع َمالَ ُك حم َويَ حغ ِفحر لَ ُك حم ذُنُوبَ ُك حم َوَم حن يُ ِط ِع َّ‬
‫اَّللَ َوَر ُسولَهُ فَ َق حد فَ َاز فَ حوازا َعظ ا‬ ‫اَّللَ َوقُولُوا قَ حواَل َس ِد ا‬
‫يدا۝ يُ ح‬ ‫آمنُوا اتَّ ُقوا َّ‬
‫ين َ‬
‫ِ‬
‫﴿َي أَيُّ َها الَّذ َ‬
‫َ‬

‫ث كِتاب هللاِ‪ ،‬وخري ا حْل حد ِي ه حدي النِ ِ ٍ‬


‫أ ََّما ب ع ُد‪ ،‬فَإِ َّن أَص َد َق ح ِ ِ‬
‫َّب ُُمَ َّمد ﷺ‪َ ،‬وإِ َّن َشَّر حاألُ ُم حوِر ُحُم َد ََث ُُتَا‪ ،‬فَإِ َّن ُك َّل ُحُم َدثٍَة بِ حد َعةٌ‪َ ،‬وُك َّل بِ حد َع ٍة َ‬
‫ضالَلَةٌ‪َ ،‬وُك َّل‬ ‫َ َ حَ َ َ ُ‬ ‫اْلَديح َ ُ‬ ‫ح‬ ‫َح‬
‫ٍ‬
‫ضالَلَة ِِف النَّا ِر‪.‬‬
‫َ‬

‫‪.‬ﷻ ‪Saudaraku kaum muslimin. Sidang jum’at yang dirahmati oleh Allah‬‬

‫‪Pernahkah kita bertaubat kemudian maksiat lagi? Sadarkah kita bahwa di saat itu iman kita‬‬
‫‪sedang menurun dan dalam kondisi yang tidak baik? Mengapa hal itu terjadi? Tahukah kita ada‬‬
‫‪benteng kuat yang akan bisa membendung kita dari kemaksiatan? Benteng tersebut adalah rasa‬‬
‫‪malu kita kepada Allah.‬‬

‫‪Rasa malu merupakan bagian iman yang tidak bisa dilepaskan. Sebagaimana yang ditegaskan‬‬
‫‪ dalam sabdanya:‬ﷺ ‪oleh Nabi Muhammad‬‬

‫اَّلل‪َ ،‬و حأد ًَنها َإماطةُ‬ ‫ض ٌع َو ِستُّو َن‪ُ -‬ش حعبةا‪ ،‬فَأَفح َ‬
‫ضلُها حقو ُل ‪َ:‬ل إلهَ َّإَل َّ‬ ‫وسب عُو َن – حأو‪ :‬بِ ح‬ ‫ال ‪:‬اإلميَا ُن بِ ح‬
‫ض ٌع ح‬ ‫اَّلل ﷺ قَ َ‬‫رسول َّ‬
‫أن َ‬ ‫وعن أَيب ُهريرة –رضي هللا عنه‪َّ -‬‬
‫متفق عَلَيح ِه)‪.‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫األَذَى عن الطَِّر ِيق‪ ،‬واْلياءُ ُش حعبَةٌ م َن اإلميَان ( ٌ‬

‫‪ bersabda:‬ﷺ ‪Artinya: Dan dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhoinya- bahwa Rasulullah‬‬
‫‪“Iman ada tujuh puluh sekian cabang atau enam puluh sekian cabang, maka yang paling‬‬
‫‪utama darinya adalah ucapan “Tiada Tuhan selain Allah”, dan yang paling rendah darinya‬‬
‫‪menyingkirkan halangan dari jalan, dan rasa malu sebagian dari iman”. [muttafaq ‘alaih/‬‬
‫‪telah disepakati keshahihannya].‬‬
Beliau ‫ ﷺ‬juga bersabda:

)‫ وابن حبان‬،‫ َوا حلََفاءُ ِِف النَّا ِر" (رواه الرتمذي وأْحد‬، ‫ َوالحبَ َذاءُ ِم َن ا حلََف ِاء‬، ‫ َواحِإل حميَا ُن ِِف الَن َِّة‬، ‫ان‬
ِ َ‫"اْلياء ِمن احِإلحمي‬
َ ُ ََ

Artinya: “Malu adalah bagian dari iman, dan orang beriman berada di surga. Sementara
perkataan keji bagian dari berpaling (dari iman), dan orang yang berpaling (dari Iman)
berada di neraka”. [HR. Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Hibban].

Esensi dari akhlaq malu adalah menjauhkan diri dari keburukan dan kekejian. Oleh sebab itulah
malu menjadi bagian iman. Karena dia menjadi bukti ketaatan kepada Allah ‫ ﷻ‬dan rasul-Nya.
Bukan dikatakan sebagai sifat malu saat menjauh dan meninggalkan kebaikan dan kebenaran.
Sesungguhnya kondisi yang demikian menunjukkan lemahnya iman dan hilangnya malu.

Saat sikap malu terkikis dari peradaban manusia maka hal itu pertanda bahwa kehidupan
manusia jauh dari iman dan berada di ambang kehancuran. Tidakkah kita perhatikan dari
perjalanan peradaban manusia yang dibinasakan oleh Allah ‫ ﷻ‬dari kehancuran kaum Nabi
Luth, kaum Tsamud, kaum ‘Ad dan yang lainnya?! Sebab kehancuran mereka adalah hilangnya
sikap malu kepada Allah. Dan ketika rasa malu hilang dari peradaban mereka maka hilang pula
keimanannya. Abdullah bin ‘Abbas pernah berkata:

َ ‫ فَإِ َذا نُز‬،‫"اْلَيَاءُ َواحِإلحميَا ُن ِِف قَ حرٍن‬


َ ُ‫ تَبِ َعه‬،ُ‫ِع اْلَيَاء‬
"‫اآلخُر‬

Artinya: “Rasa malu dan Iman berada dalam satu tanduk. Jika tercabut rasa malu maka diikuti
oleh lainnya (yaitu Iman). [Jami’ al ‘Ulum wa al Hikam, Ibnu Rajab al Hanbali, hal 267]

Dengan menjaga sikap malu berarti menjaga kebaikan bagi semua. Nabi Muhammad ‫ﷺ‬
bersabda:

ِ ِ
ٌ ( ‫اْلياءُ َل ََيحيت َّإَل ِبَحٍري‬: ‫اَّلل ﷺ‬
.)ِ‫متفق عَلَيحه‬ َّ ‫رسول‬
ُ ‫ال‬
َ َ‫ ق‬:‫ال‬
َ َ‫اَّلل عنهما ق‬
َّ ‫ص حْي رضي‬
َ ‫وعن ع حمران بن ُح‬

Artinya: Dari Imran bin Hushain –semoga Allah meridhoi keduanya- berkata: Rasulullah ‫ﷺ‬
telah bersabda: “Rasa malu tidaklah mendatangkan kecuali hanya kebaikan”. [muttafaq
‘alaih/disepakati keshahihannya].

Lalu bagaimana kita harus bersikap malu kepada Allah ‫ ? ﷻ‬sikap malu yang sebenarnya adalah
seperti apa yang disabdakan oleh baginda Nabi Muhammad ‫ﷺ‬:

: ‫ال‬ َّ ‫ ََي َر ُس حو َل‬: ‫ قُلحنَا‬، ‫حق اْلَيَ ِاء‬


َ َ‫ ق‬، ِ‫اَّللِ َّإًن لَنَ حستَ ححيِ حي َوا حْلَ حم ُد َِّلل‬ َّ ‫ا حستَ ححيُوا ِم َن‬: ‫ قَا َل َر ُس حو ُل هللاِ ﷺ‬:‫ قَا َل‬-‫َع حن َعحب ِد هللاِ بح ِن َم حسعُ حوٍد –رضي هللا عنه‬
َّ ِ‫اَّلل‬
‫ َوَم َن أََر َاد اآل ِخَرةَ َترَك‬، ‫ت َوالبِلَى‬ َ ‫ َولحتَ حذ ُك ِر الح َم حو‬، ‫ َوَما َح َوى‬، ‫ظ الحبَطح َن‬ َّ ‫اَّللِ َح َّق ا حْلَيَ ِاء أَ حن َحت َفظ‬
َ ‫الرأح‬
َ ‫ َوَحت َف‬، ‫ َوَما َو َعى‬، ‫س‬ َّ ‫ ولَكِ َّن احَِل حستِ ححيَاءَ ِم َن‬، ‫س ذَ َاك‬
َ ‫لَحي‬
)‫اَّللِ َح َّق ا حْلَيَ ِاء (رواه الرتمذي وأْحد‬َّ ‫ ِم َن‬: ‫ك فَ َق حد ا حستَ ححيَا يَ حع ِن‬ ِ ُّ َ‫ِزيحنَة‬
َ ‫ فَ َم حن فَ َع َل ذل‬، ‫الدنحيَا‬
Artinya: Dari Abdullah bin Mas’ud –semoga Allah meridhoinya- berkata: Rasulullah ‫ ﷺ‬telah
bersabda: “Malu lah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya rasa malu!” Kami (para
sahabat) berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami malu –dan segala puji bagi Allah-.
Beliau bersabda: “Bukan demikian, akan tetapi rasa malu kepada Allah dengan sebenar-
benarnya rasa malu adalah engkau menjaga kepala dan apa saja yang terkandung dalam
pikirannya, engkau menjaga perut dan apa saja yang ada di dalamnya, dan hendaklah engkau
mengingat kematian dan siksa akhirat, dan barang siapa yang menginginkan akhirat
hendaklah dia meninggalkan perhiasan dunia. Maka barang siapa yang melakukan itu semua
sungguh dia telah bersikap malu kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu”. [HR.
Tirmidzi dan Ahmad].

Saudaraku kaum muslimin yang semoga senantiasa mendapatkan limpahan taufiq dan hidayat
dari Allah ‫ﷻ‬.

Dari hadits tersebut kita bisa memahami bahwa malu kepada Allah harus meliputi empat unsur
penting:

1. Menjaga kepala dan apa saja yang terkandung dalam pikirannya dan perhatiannya.
Maksudnya adalah menjaga seluruh anggota kepala dari kemaksiatan dan
memastikan untuk berada dalam ketaatan kepada Allah.
Kepala tidaklah bersujud kecuali hanya kepada-Nya. Tidaklah berpikir negative dan
selalu berpikir positif. Tidaklah menggunakan mata, telinga, lisan, hidung dan apa yang
ada di kepala kecuali hanya dalam ketaatan kepada Allah ‫ﷻ‬.
2. Menjaga perut dan apa saja yang ada di dalamnya. Maksudnya menjaga perut dan
anggota tubuh yang ada di sekitarnya seperti tangan, kaki dan lainnya dari perkara
haram. Termasuk dalam hal ini adalah menjaga kondisi bathin dari penyakit hati
seperti sombong, kufur, syirik, hasad, bakhil dan lainnya.
3. Mengingat kematian dan siksa akhirat. Maksudnya senantiasa focus menggapai
kematian yang indah. Dengan memilih sebab-sebab kematian yang dicintai dan
diridhoi oleh Allah ‫ﷻ‬. Di saat yang bersamaan, rasa malunya membawa dirinya untuk
takut terhadap ancaman siksa neraka. Dirinya malu saat menghadap kepada Allah
dengan membawa dosa-dosa yang mengakibatkan dirinya masuk ke dalam neraka.
4. Mengharapkan akhirat dan meninggalkan perhiasan dunia. Maksudnya adalah focus
menggapai kemuliaan di akhirat serta tidak disibukkan dengan urusan perhiasan dunia
yang cenderung melenakan dan melalaikan. Dengan tidak melupakan bagian dari
dunia yang digunakan secara optimal untuk kepentingan akhirat.

Semoga Allah menganugerahkan kepada kita akhlaq malu dan keteguhan iman di zaman penuh
fitnah seperti sekarang ini.

ٍ ‫َستَ حغ ِفر هللاَ ِل َولَ ُك حم ِم حن ُك ِل ذَنح‬


،‫ب َو َخ ِطحي ئَ ٍة َوُم حوبِ َق ٍة‬ ِ ِ ِ ِ ِ َ ‫ َونَ َف َع ِن َوإِ ََّي ُك حم ِِبَا فِحي ِه ِم َن اح‬،‫َب َرَك هللاُ ِل َولَ ُك حم بِلح ُقحرآ ِن الح َع ِظحي ِم‬
‫ح‬ ُ ‫ أَقُ حو ُل قَ حوِل َه َذا َوأ ح‬،‫آلَيت َوالذ حكر ا حْلَكحيم‬ ‫ح‬ ‫ح‬
ِ َّ ‫ إنَّهُ ُه َو الحغَ ُف حوُر‬،ُ‫استَ غح ِفُرحوه‬
‫الرححي ِم‬ ِ ‫فَ ح‬
Khutbah kedua:

‫ص ِل َعلَى ُُمَ َّم ٍد‬ َّ ‫ أَ حش َه ُد أَ حن َلَّ إِلَهَ إََِّل هللا َوأَ حش َه ُد أ‬.‫ك َولَهُ ا حْلَ حم ُد َوُه َو َعلَى ُك ِل َش حي ٍء قَ ِديح ٌر‬
َ ‫ اللَّ ُه َّم‬.‫َن ُُمَ َّم ادا َر ُس حو ُل هللا‬ َ ‫اْلَ حم ُد هلل َو حح َدهُ َلَ َش ِريح‬
ُ ‫ لَهُ ال ُحملح‬،ُ‫ك لَه‬ ‫ح‬
.‫َص َحابِ ِه َوَم حن َس َار عَلَى ََنح ِج ِه إِ ََل يَ حوِم ال ِحقيَ َام ِة‬ ِِ
‫َوعَلَى آله َوأ ح‬

.‫ فَ َق حد فَ َاز ال ُحمتَّ ُق حو َن‬،ِ‫عِبَ َاد هللاِ ! أ حُو ِصحي ُك حم َونَ حف ِس حي بِتَ حق َوى هللا‬

﴾‫اَّللَ َح َّق تُ َقاتِِه َوََل َتَُوتُ َّن إََِّل َوأَنحتُ حم ُم حسلِ ُمو َن۝‬
َّ ‫آمنُوا اتَّ ُقوا‬
َ ‫ين‬
ِ
َ ‫﴿َي أَيُّ َها الَّذ‬
َ

Saudaraku kaum muslimin yang semoga senantiasa mendapatkan limpahan taufiq dan hidayah
dari Allah ‫ﷻ‬.

Melihat perkembangan zaman akhir-akhir ini kita dapatkan betapa kemaksiatan dijajakan
dengan vulgar. Budaya permisif sudah menyebar di tengah masyarakat. Perilaku menyimpang
dianggap bukan hal yang tabu, alih-alih untuk dicela justru yang terjadi malah dilindungi
dengan dalih kreatifitas seni.

Mulai dari ajang berani pamer aurat hingga aksi maling teriak maling, tersajikan di semua
media informasi. Para ulama dan orang-orang sholih yang menyuarakan kebenaran dianggap
sebagai perusak bangsa, sementara para perusak akhlaq dan moral dianggap sebagai pemersatu
bangsa. Wahai kaum muslimin!! Tidak sadarkah kita bahwa hari-hari ini kita dalam peradaban
yang sangat buruk?! Ini semua berawal dari terkikisnya rasa malu dari peradaban kita.

Salman al Farisi –‫ض هللا عنه‬


‫ر ي‬- pernah berkata: “Sesungguhnya Allah jika berkehendak ingin
membinasakan hamba-Nya nisacaya Dia cabut dari dirinya rasa malu. Jika telah tercabut rasa
malu maka tidaklah engkau menemuinya kecuali dirinya dimurkai dan dibenci. Jika telah
dimurkai dan dibenci niscaya akan tercabut darinya sikap amanah, dan engkau tidak
mendapatinya kecuali sifat khianat dan suka menuduh orang lain berkhianat. Jika dirinya telah
khianat dan suka menuduh orang lain berkhianat niscaya akan tercabut darinya rasa kasih
sayang. Maka engkau tidak mendapatinya kecuali orang yang bersifat keras lagi kasar. Jika
telah bersikap keras dan kasar maka akan tercabut dari lehernya ikatan iman. Jika iman telah
tercabut darinya niscaya tidak engkau mendapatinya kecuali dia adalah setan yang
terlaknati”. [Jami’ al ‘Ulum wa al Hikam, hal 267].

Saudaraku kaum muslimin! Saatnya kita bergerak untuk menjaga peradaban manusia dengan
mengkampanyekan “jaga rasa malu”.

Semoga Allah menganugerahkan kepada kita akhlaq malu dan keteguhan iman hingga akhir
hayat kita nanti.
‫أعوذ بهلل من الشيطان الرجيم‪ .‬بسم هللا الرْحن الرحيم‬

‫اص حوا ِب َّ‬ ‫اإلنحسا َن لَ ِفي خس ٍر۝ إََِّل الَّ ِذين آمنُوا وع ِملُوا َّ ِ ِ‬
‫﴿ َوال َحع ح ِ ِ ِ‬
‫لص حِب۝﴾‬ ‫اص حوا ِب حْلَ ِق َوتَ َو َ‬
‫الصاْلَات َوتَ َو َ‬ ‫َ َ ََ‬ ‫ُح‬ ‫صر۝ إ َّن ح َ‬

‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫اَل‪ ﴿:‬إِ َّن َّ‬ ‫َن هللا أَمر أَمرا ب َدأَ بِنَ حف ِس ِه‪ ،‬وثَ ََّّن ِِبَالَئِ َكتِ ِه‪ ،‬وثَلَّ َ ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َّب ََي أَيُّ َها الَّذ َ‬
‫ين‬ ‫صلُّو َن َعلَى النِ ِ‬
‫اَّللَ َوَم َالئ َكتَهُ يُ َ‬ ‫ال تَبَ َارَك َوتَ َع َ‬
‫ث قَ َ‬ ‫ث ِبحملُحؤمن ح َ‬
‫ْي َححي ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ا حعلَ ُم حوا عبَ َاد هللا‪ ...‬أ َّ َ َ َ ح ا َ‬
‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫يما۝﴾‬ ‫صلُّوا َعلَحيه َو َسل ُموا تَ حسل ا‬
‫آمنُوا َ‬
‫َ‬

‫ْحي ٌد ََِمي ٌد‪ ،‬وبرَك علَى ُُم َّم ٍد وعلَى ِ ٍ‬


‫آل إِب ر ِاهيم إِن َ ِ‬
‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ ٍ‬ ‫ٍ‬
‫ت َعلَى‬
‫آل ُُمَ َّمد َك َما َب َرحك َ‬ ‫َّك َ ح ح َ َ َ َ َ َ َ‬ ‫صلَّحي َ‬
‫ت َعلَى إبح َراهحي َم َو َعلَى ح َ ح َ‬ ‫ص ِل َعلَى ُُمَ َّمد َو َعلَى آل ُُمَ َّمد َك َما َ‬‫اللَّ ُه َّم َ‬
‫ْححي ٌد ََِمحي ٌد‪.‬‬
‫َّك َِ‬ ‫إِب ر ِاهيم وعلَى ِ ِ‬
‫آل إِبح َراهحي َم إِن َ‬ ‫حَ ح َ َ َ‬

‫ات حاألَحي ِاء ِمحن هم و حاألَمو ِ‬


‫ات والحمسلِ ِمْي والحمسلِم ِ‬
‫ِ ِ‬ ‫ِ ِ ِِ‬ ‫ك َو َع ِظحي ِم ُس حلطَانِ َ‬
‫اْلَ حم ُد َك َما يَحن بَغِ حي ِلَالَ ِل َو حج ِه َ‬
‫ات‬‫حَ ُ ح َ ح َ‬ ‫ك‪ ،‬اللَّ ُه َّم ا حغفحر ل حل ُم حؤمن ح َ‬
‫ْي َوال ُحم حؤمنَ َ ُ ح ح َ َ ُ ح َ‬ ‫ك ح‬ ‫اللَّ ُه َّم َيَ َربَّنَا لَ َ‬
‫ات‪.‬‬‫َّك ََِسيع قَ ِريب َُِميب الدَّعو ِ‬ ‫ِ‬
‫إن َ ح ٌ ح ٌ ح ُ َ َ‬

‫َصلِ حح لَنَا ُدنحيَا ًَن الَِّ حِت فِحي َها َم َع ُ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ب عم ٍل ي ب لِغُنَا بِ ِه حبَّك‪ .‬اللَّه َّم أ ِ‬
‫اشنَا‪،‬‬ ‫َصل حح لَنَا ديحنَ نَا الَّذ حي ُه َو ع ح‬
‫ص َمةُ أ حَم ِرًَن‪َ ،‬وأ ح‬ ‫ُ َ ُ ح‬ ‫ك َو ُح َّ َ َ َُ‬ ‫ب َم حن ُُِيبُّ َ‬‫ك َو ُح َّ‬ ‫ك ُحبَّ َ‬ ‫اللَّ ُه َّم إِ ًَّن نَ حسأَلُ َ‬
‫ت َرا َحةا لَنَا ِم حن ُك ِل َش ٍر‪.‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫وأ ِ‬
‫اج َع ِل ا حْلَيَاةَ ِزََي َدةا لَنَا ِِف ُك ِل َخ حٍري‪َ ،‬و ح‬
‫اج َع ِل ال َحم حو َ‬ ‫اد ًَن‪َ ،‬و ح‬ ‫َصل حح لَنَا آخَرتَنَا الَِّ حِت إِلَحيه َم َع ُ‬ ‫َ ح‬

‫َّجاةَ ِم َن النَّا ِر‪.‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ك‪ ،‬و َّ ِ‬ ‫ات ر حْحتِ َ ِ ِ ِ‬ ‫اللَّه َّم إِ ًَّن نَسأَلُ َ ِ ِ‬
‫الس َال َمةَ م حن ُك ِل إِ حٍْث‪َ ،‬والحغَنيح َمةَ م حن ُك ِل بِ ٍر‪َ ،‬والح َف حوَز ِب حلَنَّة‪َ ،‬والن َ‬ ‫ك َوعََزائ َم َمغحفَرت َ َ‬ ‫ك ُم حوجبَ َ َ‬ ‫ح‬ ‫ُ‬

‫ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫ب الدُّنحيَا‪َ ،‬وَمتِ حعنَا‬ ‫ْي ما ُُتَ ِو ُن بِ ِه علَي نَا م ِ‬
‫صائ َ‬
‫َح َ َ‬ ‫ك َما تُبَلغُنَا ِِبَا َجنَّتَ َ‬
‫ك‪َ ،‬وم َن الحيَق ح ِ َ‬ ‫اعتِ َ‬ ‫صيَّتِ َ ِ‬
‫ك‪َ ،‬وم حن طَ َ‬
‫ك ما َتُو ُل بِ ِه ب ي نَ نَا وبْي مع ِ‬
‫َح َ َ ح َ َ ح‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اللَّ ُه َّم اقحس حم لَنَا م حن َخ حشيَت َ َ ح‬
‫ِ‬
‫صحي بَ تَنَا ِِف ِديحنِنَا‪َ ،‬وََل ََتح َع ِل‬
‫ث ِمنَّا‪ ،‬واجعل ََثحرًَن علَى من ظَلَمنَا‪ ،‬وانحصرًَن علَى من عادا ًَن‪ ،‬وَلَ ََتحعل م ِ‬
‫َ ح َ ح َ َ َ ح َ َ ُح َ َ ح َ َ َ َ ح ُ‬ ‫اج َعلحهُ ال َحوا ِر َ‬ ‫ِ‬
‫صا ِرًَن َوقُ َّوتنَا َما أ ح‬
‫َحيَ حي تَ نَا‪َ ،‬و ح‬
‫ِِب ح ِ‬
‫ََسَاعنَا َوأَبح َ‬
‫الدُّنحيَا أَ حك ََب َِهنَا‪َ ،‬وََل َمحب لَ َغ ِع حل ِمنَا‪َ ،‬وََل تُ َسلِ حط َعلَحي نَا َم حن ََل يَحر َْحُنَا‪.‬‬

‫اْلم ُد هللِ ر ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ب‬ ‫َ‬ ‫َص َحابِه َو َسلَّ َم‪َ .‬وآخُر َد حع َو َاًن أَن حَ ح‬
‫صلَّى هللا عَلَى نَبِيِنَا ُُمَ َّمد َوعَلَى آله َوأ ح‬ ‫َربَّنَا آتنَا ِِف الدُّنحيَا َح َسنَةا َوِِف حاآلخَرةِ َح َسنَةا َوقنَا عَ َذ َ‬
‫اب النَّا ِر‪َ .‬و َ‬
‫ْي‪.‬‬ ‫ِ‬
‫ال َحعالَم ح َ‬

You might also like