Professional Documents
Culture Documents
Kutbah Jumat Malu Kepada Allah
Kutbah Jumat Malu Kepada Allah
Khutbah pertama:
َّاس أ ح ِ
ص ُد حوِر الن ِ ب الحعالَ ِمْي الَّ ِذي أَنحزَل الح ُقرآ َن احلع ِظيم تِب يا اًن لِ ُك ِل َشي ٍء وه ادى ور حْحةا لِحلمؤِمنِ ِ ِ ِ ِ
السالَ ُم َعلَى
الصالَةُ َو َّ
ْيَ .و َّ
َْجَع ح َ ْي َوش َفاءا ل َما ِِف ُ ح َ ُ ََ َ ُ ح ح َ ا حْلَ حم ُد هلل َر َ ح َ ح َ ح َ ح َ ح َ
ان إِ ََل ي وِم ِ ِ
اه ِرين ،و َعلَى أَصحابِِه غُ ِر الحمي ِام حْي و َعلَى ُك ٍل م ِن اتَّبِعهم ِبِِحس ٍ ِِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ
الديح ِن. َح َ َُ ح ح َ ََ َ َ حَ ْي نَبِيِنَا ُُمَ َّمد َو َعلَى آله َوأ حَهله الطَّيِبِ ح َ
ْي الطَّ ح َ َ أَ حشَرف احألَنحبِيَاء َوال ُحمحر َسل ح َ
عِبَ َاد هللاِ! أ حُو ِصحي ُك حم َونَ حف ِس حي بِتَ حق َوى هللاِ فَ َق حد فَ َاز ال ُحمتَّ ُق حو َن .قَ َ
ال هللاُ ﷻ ِِف ُحُم َك ِم التَّ حن ِزيح ِل:
اَّللَ َح َّق تُ َقاتِِه َوََل َتَُوتُ َّن إََِّل َوأَنحتُ حم ُم حسلِ ُمو َن﴾
آمنُوا اتَّ ُقوا َّ
ين َ
ِ
﴿َي أَيُّ َها الَّذ َ
َ
اَّللَ الَّ ِذي تَ َساءَلُو َن بِ ِه َو حاأل حَر َح َام إِ َّن اح َدةٍ َو َخلَ َق ِمحن َها َزحو َج َها َوبَ َّ
ث ِمحن ُه َما ِر َج ااَل َكثِ اريا َونِ َساءا َواتَّ ُقوا َّ سوِ ِ ِ
َّاس اتَّ ُقوا َربَّ ُك ُم الَّذي َخلَ َق ُك حم م حن نَ حف ٍ َ
﴿َي أَيُّ َها الن ُ
َ
ِ
اَّللَ َكا َن َعلَحي ُك حم َرقيباا﴾ َّ
يما﴾ ِ صلِ حح لَ ُك حم أ حَع َمالَ ُك حم َويَ حغ ِفحر لَ ُك حم ذُنُوبَ ُك حم َوَم حن يُ ِط ِع َّ
اَّللَ َوَر ُسولَهُ فَ َق حد فَ َاز فَ حوازا َعظ ا اَّللَ َوقُولُوا قَ حواَل َس ِد ا
يدا يُ ح آمنُوا اتَّ ُقوا َّ
ين َ
ِ
﴿َي أَيُّ َها الَّذ َ
َ
.ﷻ Saudaraku kaum muslimin. Sidang jum’at yang dirahmati oleh Allah
Pernahkah kita bertaubat kemudian maksiat lagi? Sadarkah kita bahwa di saat itu iman kita
sedang menurun dan dalam kondisi yang tidak baik? Mengapa hal itu terjadi? Tahukah kita ada
benteng kuat yang akan bisa membendung kita dari kemaksiatan? Benteng tersebut adalah rasa
malu kita kepada Allah.
Rasa malu merupakan bagian iman yang tidak bisa dilepaskan. Sebagaimana yang ditegaskan
dalam sabdanya:ﷺ oleh Nabi Muhammad
اَّللَ ،و حأد ًَنها َإماطةُ ض ٌع َو ِستُّو َنُ -ش حعبةا ،فَأَفح َ
ضلُها حقو ُل َ:ل إلهَ َّإَل َّ وسب عُو َن – حأو :بِ ح ال :اإلميَا ُن بِ ح
ض ٌع ح اَّلل ﷺ قَ َرسول َّ
أن َ وعن أَيب ُهريرة –رضي هللا عنهَّ -
متفق عَلَيح ِه). ِ ِ
األَذَى عن الطَِّر ِيق ،واْلياءُ ُش حعبَةٌ م َن اإلميَان ( ٌ
bersabda:ﷺ Artinya: Dan dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhoinya- bahwa Rasulullah
“Iman ada tujuh puluh sekian cabang atau enam puluh sekian cabang, maka yang paling
utama darinya adalah ucapan “Tiada Tuhan selain Allah”, dan yang paling rendah darinya
menyingkirkan halangan dari jalan, dan rasa malu sebagian dari iman”. [muttafaq ‘alaih/
telah disepakati keshahihannya].
Beliau ﷺjuga bersabda:
) وابن حبان، َوا حلََفاءُ ِِف النَّا ِر" (رواه الرتمذي وأْحد، َوالحبَ َذاءُ ِم َن ا حلََف ِاء، َواحِإل حميَا ُن ِِف الَن َِّة، ان
ِ َ"اْلياء ِمن احِإلحمي
َ ُ ََ
Artinya: “Malu adalah bagian dari iman, dan orang beriman berada di surga. Sementara
perkataan keji bagian dari berpaling (dari iman), dan orang yang berpaling (dari Iman)
berada di neraka”. [HR. Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Hibban].
Esensi dari akhlaq malu adalah menjauhkan diri dari keburukan dan kekejian. Oleh sebab itulah
malu menjadi bagian iman. Karena dia menjadi bukti ketaatan kepada Allah ﷻdan rasul-Nya.
Bukan dikatakan sebagai sifat malu saat menjauh dan meninggalkan kebaikan dan kebenaran.
Sesungguhnya kondisi yang demikian menunjukkan lemahnya iman dan hilangnya malu.
Saat sikap malu terkikis dari peradaban manusia maka hal itu pertanda bahwa kehidupan
manusia jauh dari iman dan berada di ambang kehancuran. Tidakkah kita perhatikan dari
perjalanan peradaban manusia yang dibinasakan oleh Allah ﷻdari kehancuran kaum Nabi
Luth, kaum Tsamud, kaum ‘Ad dan yang lainnya?! Sebab kehancuran mereka adalah hilangnya
sikap malu kepada Allah. Dan ketika rasa malu hilang dari peradaban mereka maka hilang pula
keimanannya. Abdullah bin ‘Abbas pernah berkata:
Artinya: “Rasa malu dan Iman berada dalam satu tanduk. Jika tercabut rasa malu maka diikuti
oleh lainnya (yaitu Iman). [Jami’ al ‘Ulum wa al Hikam, Ibnu Rajab al Hanbali, hal 267]
Dengan menjaga sikap malu berarti menjaga kebaikan bagi semua. Nabi Muhammad ﷺ
bersabda:
ِ ِ
ٌ ( اْلياءُ َل ََيحيت َّإَل ِبَحٍري: اَّلل ﷺ
.)ِمتفق عَلَيحه َّ رسول
ُ ال
َ َ ق:ال
َ َاَّلل عنهما ق
َّ ص حْي رضي
َ وعن ع حمران بن ُح
Artinya: Dari Imran bin Hushain –semoga Allah meridhoi keduanya- berkata: Rasulullah ﷺ
telah bersabda: “Rasa malu tidaklah mendatangkan kecuali hanya kebaikan”. [muttafaq
‘alaih/disepakati keshahihannya].
Lalu bagaimana kita harus bersikap malu kepada Allah ? ﷻsikap malu yang sebenarnya adalah
seperti apa yang disabdakan oleh baginda Nabi Muhammad ﷺ:
Saudaraku kaum muslimin yang semoga senantiasa mendapatkan limpahan taufiq dan hidayat
dari Allah ﷻ.
Dari hadits tersebut kita bisa memahami bahwa malu kepada Allah harus meliputi empat unsur
penting:
1. Menjaga kepala dan apa saja yang terkandung dalam pikirannya dan perhatiannya.
Maksudnya adalah menjaga seluruh anggota kepala dari kemaksiatan dan
memastikan untuk berada dalam ketaatan kepada Allah.
Kepala tidaklah bersujud kecuali hanya kepada-Nya. Tidaklah berpikir negative dan
selalu berpikir positif. Tidaklah menggunakan mata, telinga, lisan, hidung dan apa yang
ada di kepala kecuali hanya dalam ketaatan kepada Allah ﷻ.
2. Menjaga perut dan apa saja yang ada di dalamnya. Maksudnya menjaga perut dan
anggota tubuh yang ada di sekitarnya seperti tangan, kaki dan lainnya dari perkara
haram. Termasuk dalam hal ini adalah menjaga kondisi bathin dari penyakit hati
seperti sombong, kufur, syirik, hasad, bakhil dan lainnya.
3. Mengingat kematian dan siksa akhirat. Maksudnya senantiasa focus menggapai
kematian yang indah. Dengan memilih sebab-sebab kematian yang dicintai dan
diridhoi oleh Allah ﷻ. Di saat yang bersamaan, rasa malunya membawa dirinya untuk
takut terhadap ancaman siksa neraka. Dirinya malu saat menghadap kepada Allah
dengan membawa dosa-dosa yang mengakibatkan dirinya masuk ke dalam neraka.
4. Mengharapkan akhirat dan meninggalkan perhiasan dunia. Maksudnya adalah focus
menggapai kemuliaan di akhirat serta tidak disibukkan dengan urusan perhiasan dunia
yang cenderung melenakan dan melalaikan. Dengan tidak melupakan bagian dari
dunia yang digunakan secara optimal untuk kepentingan akhirat.
Semoga Allah menganugerahkan kepada kita akhlaq malu dan keteguhan iman di zaman penuh
fitnah seperti sekarang ini.
ص ِل َعلَى ُُمَ َّم ٍد َّ أَ حش َه ُد أَ حن َلَّ إِلَهَ إََِّل هللا َوأَ حش َه ُد أ.ك َولَهُ ا حْلَ حم ُد َوُه َو َعلَى ُك ِل َش حي ٍء قَ ِديح ٌر
َ اللَّ ُه َّم.َن ُُمَ َّم ادا َر ُس حو ُل هللا َ اْلَ حم ُد هلل َو حح َدهُ َلَ َش ِريح
ُ لَهُ ال ُحملح،ُك لَه ح
.َص َحابِ ِه َوَم حن َس َار عَلَى ََنح ِج ِه إِ ََل يَ حوِم ال ِحقيَ َام ِة ِِ
َوعَلَى آله َوأ ح
. فَ َق حد فَ َاز ال ُحمتَّ ُق حو َن،ِعِبَ َاد هللاِ ! أ حُو ِصحي ُك حم َونَ حف ِس حي بِتَ حق َوى هللا
﴾اَّللَ َح َّق تُ َقاتِِه َوََل َتَُوتُ َّن إََِّل َوأَنحتُ حم ُم حسلِ ُمو َن
َّ آمنُوا اتَّ ُقوا
َ ين
ِ
َ ﴿َي أَيُّ َها الَّذ
َ
Saudaraku kaum muslimin yang semoga senantiasa mendapatkan limpahan taufiq dan hidayah
dari Allah ﷻ.
Melihat perkembangan zaman akhir-akhir ini kita dapatkan betapa kemaksiatan dijajakan
dengan vulgar. Budaya permisif sudah menyebar di tengah masyarakat. Perilaku menyimpang
dianggap bukan hal yang tabu, alih-alih untuk dicela justru yang terjadi malah dilindungi
dengan dalih kreatifitas seni.
Mulai dari ajang berani pamer aurat hingga aksi maling teriak maling, tersajikan di semua
media informasi. Para ulama dan orang-orang sholih yang menyuarakan kebenaran dianggap
sebagai perusak bangsa, sementara para perusak akhlaq dan moral dianggap sebagai pemersatu
bangsa. Wahai kaum muslimin!! Tidak sadarkah kita bahwa hari-hari ini kita dalam peradaban
yang sangat buruk?! Ini semua berawal dari terkikisnya rasa malu dari peradaban kita.
Saudaraku kaum muslimin! Saatnya kita bergerak untuk menjaga peradaban manusia dengan
mengkampanyekan “jaga rasa malu”.
Semoga Allah menganugerahkan kepada kita akhlaq malu dan keteguhan iman hingga akhir
hayat kita nanti.
أعوذ بهلل من الشيطان الرجيم .بسم هللا الرْحن الرحيم
اص حوا ِب َّ اإلنحسا َن لَ ِفي خس ٍر إََِّل الَّ ِذين آمنُوا وع ِملُوا َّ ِ ِ
﴿ َوال َحع ح ِ ِ ِ
لص حِب﴾ اص حوا ِب حْلَ ِق َوتَ َو َ
الصاْلَات َوتَ َو َ َ َ ََ ُح صر إ َّن ح َ
ِ ِ اَل ﴿:إِ َّن َّ َن هللا أَمر أَمرا ب َدأَ بِنَ حف ِس ِه ،وثَ ََّّن ِِبَالَئِ َكتِ ِه ،وثَلَّ َ ِ ِ ِ ِ
َّب ََي أَيُّ َها الَّذ َ
ين صلُّو َن َعلَى النِ ِ
اَّللَ َوَم َالئ َكتَهُ يُ َ ال تَبَ َارَك َوتَ َع َ
ث قَ َ ث ِبحملُحؤمن ح َ
ْي َححي ُ َ َ ا حعلَ ُم حوا عبَ َاد هللا ...أ َّ َ َ َ ح ا َ
ِ ِ ِ
يما﴾ صلُّوا َعلَحيه َو َسل ُموا تَ حسل ا
آمنُوا َ
َ
َصلِ حح لَنَا ُدنحيَا ًَن الَِّ حِت فِحي َها َم َع ُ ِ ِ ِ ب عم ٍل ي ب لِغُنَا بِ ِه حبَّك .اللَّه َّم أ ِ
اشنَا، َصل حح لَنَا ديحنَ نَا الَّذ حي ُه َو ع ح
ص َمةُ أ حَم ِرًَنَ ،وأ ح ُ َ ُ ح ك َو ُح َّ َ َ َُ ب َم حن ُُِيبُّ َك َو ُح َّ ك ُحبَّ َ اللَّ ُه َّم إِ ًَّن نَ حسأَلُ َ
ت َرا َحةا لَنَا ِم حن ُك ِل َش ٍر. ِ ِ وأ ِ
اج َع ِل ا حْلَيَاةَ ِزََي َدةا لَنَا ِِف ُك ِل َخ حٍريَ ،و ح
اج َع ِل ال َحم حو َ اد ًَنَ ،و ح َصل حح لَنَا آخَرتَنَا الَِّ حِت إِلَحيه َم َع ُ َ ح
َّجاةَ ِم َن النَّا ِر. ِ ِ ِ ك ،و َّ ِ ات ر حْحتِ َ ِ ِ ِ اللَّه َّم إِ ًَّن نَسأَلُ َ ِ ِ
الس َال َمةَ م حن ُك ِل إِ حٍْثَ ،والحغَنيح َمةَ م حن ُك ِل بِ ٍرَ ،والح َف حوَز ِب حلَنَّةَ ،والن َ ك َوعََزائ َم َمغحفَرت َ َ ك ُم حوجبَ َ َ ح ُ
ِ ِ ِ
ب الدُّنحيَاَ ،وَمتِ حعنَا ْي ما ُُتَ ِو ُن بِ ِه علَي نَا م ِ
صائ َ
َح َ َ ك َما تُبَلغُنَا ِِبَا َجنَّتَ َ
كَ ،وم َن الحيَق ح ِ َ اعتِ َ صيَّتِ َ ِ
كَ ،وم حن طَ َ
ك ما َتُو ُل بِ ِه ب ي نَ نَا وبْي مع ِ
َح َ َ ح َ َ ح
ِ ِ
اللَّ ُه َّم اقحس حم لَنَا م حن َخ حشيَت َ َ ح
ِ
صحي بَ تَنَا ِِف ِديحنِنَاَ ،وََل ََتح َع ِل
ث ِمنَّا ،واجعل ََثحرًَن علَى من ظَلَمنَا ،وانحصرًَن علَى من عادا ًَن ،وَلَ ََتحعل م ِ
َ ح َ ح َ َ َ ح َ َ ُح َ َ ح َ َ َ َ ح ُ اج َعلحهُ ال َحوا ِر َ ِ
صا ِرًَن َوقُ َّوتنَا َما أ ح
َحيَ حي تَ نَاَ ،و ح
ِِب ح ِ
ََسَاعنَا َوأَبح َ
الدُّنحيَا أَ حك ََب َِهنَاَ ،وََل َمحب لَ َغ ِع حل ِمنَاَ ،وََل تُ َسلِ حط َعلَحي نَا َم حن ََل يَحر َْحُنَا.
اْلم ُد هللِ ر ِ ِ ِ ِ ِِ ٍ ِ ِ ِ
ب َ َص َحابِه َو َسلَّ َمَ .وآخُر َد حع َو َاًن أَن حَ ح
صلَّى هللا عَلَى نَبِيِنَا ُُمَ َّمد َوعَلَى آله َوأ ح َربَّنَا آتنَا ِِف الدُّنحيَا َح َسنَةا َوِِف حاآلخَرةِ َح َسنَةا َوقنَا عَ َذ َ
اب النَّا ِرَ .و َ
ْي. ِ
ال َحعالَم ح َ