You are on page 1of 11

Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi

Vol. 1, No.1, Oktober 2012 153

LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA CLIQUE


FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG KEKOHESIFAN ANTAR
ANGGOTANYA

Christiara Ully

Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta


Jalan Rawamangun Muka Jakarta Timur 13220, DKI Jakarta

E-mail: grey_lights@ymail.com

Abstract

This research aims to


cohesiveness among its member. The approach used in this research is a qualitative approach with
rade of junior high school early-
adolescence females. The data collection techniques were used are survey, semi-structured interviews, field
notes, and documentation. Data were analyzed by using qualitative data analysis techniques and data validity
checking techniques with data triangulation based on sources and methods. The results of this study indicate that
the formed background The Allay's clique is initially due to the intensity of frequent meetings. It supports their
verbal interactions, and then through the interaction they find their common similarities, such as like the same
type of food and music. They also like to do the same things. This clique cohesiveness built through intensive
interaction among its members. Interaction is also occurred by physical, non-verbal and emotionally, when the
five members spent much of their spare time together, both within and outside the school environment. The
members of the clique have the same goal, which is self-actualization. Clique cohesiveness is also influenced by
the structure, roles, norms, personal relationships among its members and sense of groupness that makes each
member is felt as a unity.

Keywords: Clique, Early Adolescence, Female Friendship, Group, Cohesiveness

Berbagai perubahan yang terjadi kerap


menimbulkan masalah bagi remaja, misalnya
perasaan tidak nyaman yang timbul akibat
perubahan bentuk tubuh secara signifikan. Remaja
1. Pendahuluan
membutuhkan teman sebaya untuk menjadi wadah
bertukar cerita dan pengalaman, terutama untuk
Setiap individu bertumbuh dan berkembang
berbagi hal-hal tertentu yang kurang nyaman untuk
seiring dengan berjalannya waktu dan pertambahan
didiskusikan dengan orang tua seperti masalah
usia. Salah satu fase yang akan dialami masing-
kencan, seksualitas, dan sebagainya.
masing individu adalah masa remaja. Masa remaja
Ketergantungan terhadap teman sebaya meningkat
merupakan transisi dari masa kanak-kanak menuju
pada remaja awal dan pertengahan dimana
masa dewasa. Pada masa ini oleh Stanley Hall
ketergantungan terhadap orang tua menurun
disebut sebagai period of great stress and strain,
(Bukowski dkk., 1996: 167). Dalam situasi seperti
storm and strife (Hall dalam Vishala, 2008: 113).
ini, remaja mulai memiliki keinginan untuk
Konsep Hall tentang remaja sebagai masa yang
membentuk atau bergabung dalam kelompok.
sarat idealisme, juga masa penuh goncangan yang
Istilah geng di Indonesia dipakai untuk
ditandai dengan konflik dan perubahan suasana hati
hampir seluruh bentuk hubungan kelompok atau
yang ekstrim dan fluktuatif. Seperti pada fase
grup sosial remaja dengan teman sebayanya. Dalam
kehidupan lainnya, untuk dapat melewati masa
kamus besar Bahasa Indonesia, geng didefinisikan
remaja yang penuh dengan tekanan, tegangan,
sebagai kelompok remaja yang terkenal karena
badai dan perselisihan, remaja harus mampu
kesamaan latar belakang sosial, sekolah, daerah,
melakukan penyesuaian (adjustment) dengan
dan sebagainya; geng juga dapat berarti
perubahan-perubahan yang terjadi.
gerombolan (Dependnas, 2001: 353). Berdasarkan
Remaja sebagai individu muda harus
definisi tersebut istilah geng identik dengan remaja,
menghadapi perubahan yang unik dan bervariasi.
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 154

dan saat ini kata geng sendiri mengalami perubahan geng mencakup beberapa elemen berikut (Lee,
denotasi sehingga sering dikaitkan dengan perilaku 2005: 219):
negatif seperti tindak kekerasan, pelecehan dan lain This refers to
sebagainya, baik terhadap anggota geng lain atau having some aspect of internal orderincluding
orang-orang yang berada di luar dari geng tersebut. participation in regular meetings, having leaders
Menjalin hubungan dengan teman sebaya dan or core gang members, and seeing themselves as a
menjadi bagian dari suatu kelompok merupakan group. A group of individuals who share a sense of
salah satu tugas perkembangan remaja. Bentuk identity This involves the use of symbols to create
hubungan teman sebaya pada masa remaja dapat a shared sense of identity. Gangs commonly use
dikategorikan ke dalam tiga jenis yaitu, crowd symbols such as a name, special clothing or colors,
(kerumunan), clique (klik), dan friendship and allegiance to a specified territory. Involvement
(persahabatan) (Santrock, 2003: 236). Crowd in criminal or antisocial activity This
merupakan bentuk yang terbesar, dan anggota dari characteristic is tautological by nature. Most
crowd bertemu karena minat yang sama dalam definitions include a reference to delinquent
suatu aktivitas. Clique merupakan kelompok activity, allowing a defining feature to be a possible
dengan jumlah yang lebih kecil, namun tingkat product
keakraban di antara anggota lebih besar dan kohesif Pengertian ini semakin mengaburkan
daripada crowd. Friendship memiliki ukuran yang perbedaan antara geng dan clique. Namun, geng
lebih kecil lagi dibandingkan clique, bersifat sangat pada umumnya memiliki keterlibatan dalam
personal dengan tingkat keakraban yang juga lebih tindakan kriminal atau aktivitas anti sosial. Clique
tinggi dibandingkan dua jenis hubungan sendiri adalah sebuah grup sosial kecil yang
sebelumnya. biasanya terdiri dari dua sampai dua belas orang
Di sisi lain, terdapat empat tipe close (rerata enam orang). Mereka terbentuk karena
friendship yang diidentifikasi menurut definisi dari kesamaan karakteristik antar anggota-anggotanya,
Richards dan Rice (1981: 217) dan Urberg dkk., termasuk usia, jenis kelamin, ras, status sosial, serta
(1998: 313) yaitu: isolates, dyads, liaisons, dan saling berbagi ketertarikan dan aktivitas (Davis
clique members. Pengertian dari masing-masing dalam Salkind, 2008: 149).
empat tipe close friendship tersebut antara lain Clique memegang peranan penting dalam
(Henrich dkk., 2000: 17 18): penyesuaian secara psikologis (Prinstein dalam
Salkind, 2002: 87). Self-esteem (harga diri),
were isolated from a larger friendship network in identitas diri, dan kompetensi interpersonal remaja
that they did not report any mutual close friendship merupakan beberapa aspek vital yang dapat
with the other members of the sample. Dyads were dipengaruhi sebagai timbal balik dari perasaan
defined as pairs of individuals who are were dihargai, diterima dan diakui sebagai bagian dari
engaged in an exclusive, mutual close friendship. suatu kelompok. Hasil penelitian korelasional
Liaisons were defined as individuals connected menunjukkan bahwa harga diri dapat memperbesar
through one or more mutual close friendship to a seorang remaja menjadi anggota suatu clique sama
larger school-based friendship network. Cliques seperti keanggotaan dari suatu clique akan
members were defined as individuals who belonged meningkatkan harga diri remaja (Santrock, 2003:
to a group in which each group member had at 238). Remaja dengan harga diri yang tinggi akan
least two mutual close friendhips with other merasa lebih nyaman dengan diri mereka sendiri
members of dan dapat mengembangkan konsep dan identitas
Ketika memikirkan hal lain apa yang diri yang positif. Identitas diri seorang remaja
mungkin terjadi dalam lingkaran kehidupan, dibangun melalui interaksi dengan teman sebaya
fenomena clique muncul pada remaja dan memiliki (Erikson dalam Warga, 1983: 76). Dalam masa
arti serta tujuan khusus (Freedson, 2012: 1). Bentuk pembentukan identitas diri, remaja dihadapkan
hubungan clique mungkin ditemukan pada fase pada peran-peran baru yang membawa mereka
kehidupan lainnya, namun lebih bersifat resesif pada jawaban atas pertanyaan siapa diri mereka dan
sehingga eksistensi clique diantara para remaja, apa makna eksistensi mereka dalam hidup yang
terutama pada masa remaja awal menjadi sebuah dijalani.
fenomena tersendiri dalam rentang kehidupan Sebuah hasil studi memaparkan bahwa
sepanjang hayat. Clique yang dalam Bahasa remaja, terutama pada remaja putri yang memiliki
Indonesia diartikan sebagai klik, merupakan close relationship seperti liaisons maupun menjadi
kelompok kecil orang tanpa struktur formal yang anggota clique memiliki kompetensi interpersonal
mempunyai pandangan atau kepentingan bersama yang lebih baik dibandingkan remaja yang hanya
(Dependnas, 2001: 575). Namun istilah clique memiliki dyads atau tidak memiliki ketiganya
kurang populer di kalangan masyarakat Indonesia (isolates) (Henrich dkk., 2000: 19 20).
yang lebih familiar dengan istilah geng, sehingga Kompetensi interpersonal atau yang sering juga
tidak terdapat batas perbedaan yang jelas antara disebut sebagai kecerdasan interpersonal
geng dan clique. Kebanyakan definisi mengenai merupakan kemampuan untuk berhubungan dengan
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 155

orang-orang yang ada disekitarnya, di luar dari diri dilakukan pada seluruh siswa kelas VIII yang
individu. Buhrmester mengadopsi istilah berjumlah 201 orang (110 orang remaja putra dan
kompetensi interpersonal berbeda dengan istilah 91 orang remaja putri), teridentifikasi setidaknya
yang lebih luas, seperti kompetensi sosial untuk terdapat sebelas clique remaja putra dan lima belas
menunjukkan kompetensi tersebut dalam close clique remaja putri.
interpersonal relationships seperti hubungan Di SMP Negeri 58 Jakarta Selatan eksistensi
dengan orang tua, teman dekat dan pasangan clique remaja putri lebih menonjol dibandingkan
(Bukowski dkk., 1996: 173). Salah satu kekuatan clique remaja putra. Dua clique remaja putri di
mereka (individu dengan kompetensi interpersonal kelas VIII yang paling dikenal adalah clique The
yang baik) adalah bahwa mereka berhubungan baik clique Kawicaditi. Keberadaan kedua
dengan orang lain dan baik dalam menyelesaikan clique ini menimbulkan kontroversi antara
perselisihan antar orang-orang (Lwin dkk., 2008: beberapa guru mata pelajaran dengan guru BK.
197). Menurut beberapa guru, kedua clique tersebut perlu
Pada sebuah hasil penelitian lain, Predictors dibubarkan karena mereka dianggap terlalu banyak
of Bullying and Victimization in Childhood and bermain dan kerap kali berbuat onar di dalam kelas
Adolescence: A Meta-analytic Investigation (Cook dan di lingkungan sekolah. Di sisi lain, guru BK
dkk., 2010: 71 72) yang membahas mengenai berpendapat bahwa keberadaan clique cukup
prediktor terhadap tiga status kelompok dalam penting khususnya bagi remaja di usia-usia SMP,
tindak kekerasan (bullies, pelaku kekerasan; terutama untuk mengembangkan dan mengasah
victims, korban kekerasan; dan bully victim, pelaku Kelompok-
sekaligus korban kekerasan) di kalangan anak-anak kelompok siswa ini lebih perlu dibina ketimbang
dan remaja usia sekolah menemukan bahwa, faktor dibubarkan
komunitas dan peer influence memberikan efek Secara personal, beberapa guru yang kontra
terbesar terhadap seseorang untuk menjadi pelaku dengan pendapat guru BK melakukan pendekatan
kekerasan. Kemudian peer status dan iklim sekolah kepada setiap anggota dalam clique untuk saling
menjadi prediktor terbesar terhadap seseorang menjauhi satu sama lain. Dalam kondisi seperti ini
untuk menjadi korban kekerasan. Selanjutnya, para remaja putri tersebut dihadapkan pada pilihan
prediktor terbesar terhadap seseorang untuk yang menimbulkan pertentangan batin dalam
menjadi pelaku sekaligus korban kekerasan adalah dirinya, pertentangan batin itu bias berupa konflik.
faktor peer status dan peer influence. Hill dan Clique Kawicaditi akhirnya bubar dan saat ini tidak
Holmbeck mengungkapkan bahwa pengaruh teman terlihat lagi bentuk kebersamaan mereka secara
sebaya lebih besar pada masa remaja awal signifikan di sekolah. Namun, pada clique The
dibandingkan pada remaja selanjutnya (Hill &
Holmbeck dalam Schickedanz dkk., 2001: 635). keluar dari clique tersebut, mereka tetap bersama-
Clique telah sering dianggap sebagai sama sehingga muncul pertanyaan hal-hal apa yang
peer pressure dan konformitas (Henrich melatarbelakangi terbentuknya clique
dkk., 2000: 15). Konformitas terhadap keinginan dan faktor-faktor apa saja yang membuat kelekatan
leader adalah harga yang harus dibayar oleh (kekohesifan) antar anggota clique sangat kuat.
anggota clique. Dengan memilih atau melakukan
kekerasan terhadap orang lain yang dianggap A. Hakikat Clique
terlihat maupun memiliki nilai berbeda, clique A. 1 Pengertian Clique
menjaga keeksklusifan dan ilusi dari rasa Hubungan di luar rumah menjadi semakin
superioritas mereka (Walker, 2008: 1). Peer penting ketika anak memasuki masa remaja (Davis
influence membuat seluruh anggota clique tampak dalam Salkind, 2008: 149). Kelompok dalam
seperti memiliki karakteristik yang homogen, hal remaja awal (early adolescence) telah
ini dipengaruhi oleh dua bentuk tekanan yaitu dideskripsikan ke dalam istilah clique (Kiesner
seleksi dan konformitas. Seleksi merupakan dkk., 2002: 196). Clique dalam Oxford Advanced
ketertarikan terhadap orang yang mirip dengan diri diartikan
mereka, dan konformitas sendiri merupakan sebagai sekelompok orang yang berkumpul karena
kekuatan dari peer influence (Henrich dkk., 2000: memiliki kesamaan dalam ketertarikan (khususnya
16). Di sekolah, mungkin terjadi dimana guru buku dan seni), setiap anggota mendukung anggota
memberi label kepada clique tertentu sebagai lainnya dan menghalangi orang lain masuk ke
clique dalam kelompok mereka (Hornby, 1987: 155).
dapat membiaskan persepsi guru terhadap tingkah Clique merupakan sebuah kelompok
laku siswa secara individual (Henrich dkk., 2000: persahabatan kecil dimana setiap anggotanya saling
23). berbagi latar belakang umum, tinggal dekat satu
Studi pendahuluan dilakukan di SMP Negeri sama lain, dan berbagi aktivitas. Clique adalah
58 Jakarta Selatan, sebagai salah satu sekolah yang kelompok teman sebaya yang terjalin erat
bersedia untuk bekerjasama dan dijadikan tempat berdasarkan ketertarikan tertentu, seperti musik,
penelitian. Berdasarkan studi pendahuluan yang olahraga, atau penampilan fisik (Schickedanz dkk.,
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 156

2001: 636 637). Setiap anggota clique lebih berfokus seputar aktivitas dan ketertarikan
berkemungkinan besar untuk bekerja sama dalam yang sama (Davis dalam Salkind, 2008: 149).
mengerjakan tugas-tugas akademik, berpartisipasi Khususnya pada early adolescence, sulit bagi
dalam aktivitas pendidikan dan ekstrakurikuler remaja putri untuk menjadi bagian dari clique
yang sama dan menghabiskan waktu luang remaja putra, dimana aktivitas remaja putra
bersama-sama (Hallinan & Smith, 1989: 898). didominasi oleh kegiatan atletik dan pengejaran
Kelompok kecil yang disebut sebagai clique aktivitas fisik lainnya; juga sulit bagi remaja
ini biasanya terdiri dari dua sampai dua belas putra untuk menjadi bagian dari clique remaja
orang rata-ratanya berjumlah lima atau enam putri, dimana aktivitas cenderung berpusar pada
orang yang umumnya memiliki jenis kelamin dan pakaian, dandan dan membahas tentang lawan
usia yang relatif sama. Clique merupakan latar jenis (Steinberg, 1999: 172).
sosial dimana para remaja nongkrong, berbicara 4) Remaja putra memiliki keinginan yang lebih
satu sama lain, dan membentuk persahabatan yang besar atas penerimaan dari kelompok, dan lebih
dekat (Steinberg, 1999: 163). Salah satu cara untuk memerhatikan status dibandingkan remaja putri,
melihat hubungan antar remaja adalah melalui yang lebih tertarik dalam kedekatan secara
clique, yang dapat dijelaskan dalam dua cara emosional kepada kelompok yang lebih kecil
(Davis dalam Salkind, 2008: 149): diantara sesamanya (Davis dalam Salkind, 2008:
1) Para peneliti menetapkan clique sebagai sebuah 149).
kelompok dari orang-orang yang saling
berinteraksi satu sama lain dengan cara yang A. 3 Perubahan Struktur Clique dari Waktu ke
lebih teratur (terus-menerus) dan intensif Waktu
dibandingkan interaksi dengan orang lain di luar Struktur dari clique berkembang secara pararel
kelompok, dalam latar yang sama. terhadap perkembangan identitas; selanjutnya,
2) Definisi yang lebih populer dari orang awam perubahan penting terlihat ketika remaja memasuki
yaitu, clique merupakan kelompok sosial dari masa dewasa (Davis dalam Salkind, 2008: 150):
orang-orang yang menunjukkan kesepakatan 1. Remaja Awal. Masa remaja awal menandai
kuat atas peer pressure di antara anggota- permulaan dari clique ketika individu muda
anggotanya dan juga eksklusif, berdasarkan pada mulai berpisah dari hubungan kekeluargaan, dan
perbedaan yang dangkal. hal tersebut menjadi kepentingan utama. Clique
awal ini terbentuk hampir seluruhnya dari
A. 2 Perbedaan Gender dalam Clique individu-individu dengan jenis kelamin yang
Clique merupakan kelompok persahabatan sama dan terbentuk karena kesamaan
yang penting khususnya pada remaja awal, namun ketertarikan dan aktivitas dibandingkan
beberapa peneliti mengindikasikan bahwa mungkin karakteristik demografi lainnya.
ada perbedaan terhadap arti dan fungsi atas clique 2. Remaja Pertengahan. Masa remaja pertengahan
untuk remaja putra dan putri (Henrich dkk., 2000: meliputi perubahan besar antara struktur dan
16). Perbedaan tersebut dijelaskan sebagai berikut: aktivitas clique, ketika remaja menjadi lebih
1) Remaja putri sepertinya secara keseluruhan tertarik pada lawan jenis, tetapi belum juga
berkemungkinan besar untuk menjadi anggota berpacaran. Ini merupakan waktu dimana clique
clique, dimana remaja putra lebih menjadi lebih terpisah berdasarkan demografi di
berkemungkinan besar untuk tidak menjadi luar jenis kelamin dan ketertarikan atau aktivitas
anggota. Remaja putri juga berkemungkinan umum. Clique mulai terintegrasi pada tempat
besar untuk membentuk clique di usia yang lebih yang sama dengan clique lawan jenis, tetapi
dini sekitar usia 11 tahun, sedangkan remaja anggotanya tidak berubah. Selanjutnya, saat
putra pada usia 13 atau 14 tahun (Davis dalam remaja menjadi tertarik pada hubungan pacaran,
Salkind, 2008: 150). clique mulai terbuka untuk berbaur antar jenis
2) Meskipun merupakan kelompok yang eksklusif, kelamin dan bahkan antar usia.
namun terdapat juga clique yang terbuka 3. Remaja Akhir. Ketika remaja memasuki masa
terhadap orang di luar clique (Steinberg, 1999: remaja akhir, hubungan pacaran mulai
163). Sehubungan dengan perbedaan gender, mengambil prioritas di antara anggota clique.
clique pada remaja putri lebih akrab dan juga Clique mulai menurun saat anggota-anggotanya
lebih eksklusif dibandingkan clique remaja putra menghilang dan digantikan dengan pasangan-
(Karweit & Hansell dalam Henrich dkk, 2000: pasangan remaja yang berpacaran. Pasangan-
17). pasangan ini membentuk loosely terkait clique,
3) Clique remaja putri lebih fokus pada aktivitas dimana terpisah dari aktivitas kelompok yang
lisan, termasuk gosip dan bertukar pikiran serta lebih besar dalam mendukung aktivitas
perasaan, juga lebih mudah disakiti oleh gosip individual. Sturuktur clique bentuk ini
dan komentar menyakitkan yang disebarkan berkembang ke dalam hubungan orang dewasa.
clique tersebut. Clique remaja putra secara khas
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 157

A. 4 Status dan Hirarki dalam Clique melihat bagaimana orang lain melihat mereka
a) Pengaturan Status (Davis dalam Salkind, 2008: melalui peer group, dan persepsi dari orang lain
150) telah ditemukan memiliki dampak yang besar
Clique memiliki status hirarki yang sangat terhadap bagaimana seseorang memandang diri
kuat didalamnya, termasuk setidaknya terdapat satu mereka sendiri (Davis dalam Salkind, 2008: 152).
pemimpin. Bagi pemimpin clique, ini dapat Kelompok teman sebaya berjenis kelamin sama
menjadi proses yang sulit, dimana telah membuat dapat membantu anak-anak mempelajari perilaku
orang memegang pandangan negatif terhadap yang sesuai dengan gendernya dan memasukkan
clique. Satu cara pemimpin mengatur statusnya peran gender ke dalam konsep diri mereka (Papalia
dengan secara berseling memuji dan mengkritik dkk., 2009: 511).
tiap anggota, yang membuat pemimpin tetap Remaja dalam clique yang bersaing secara
mendapatkan perhatian yang negatif terhadap berlebihan melihat seluruh jaringan sosial dengan
dirinya. Pemimpin juga dapat merubah cara clique cara ini, sehingga bertingkah seperti sedang
memandang aktivitas, nilai-nilai, dan juga opini menandingi orang lain. Dengan harga diri, remaja
terhadap suatu hal untuk membuat anggotanya dapat dengan mudah mengembangkan sudut
tidak yakin dimana mereka harus berdiri dalam pandang yang negatif terhadap bagaimana orang
kelompok. lain memandang mereka, atau mereka mungkin
b) Ragam dalam Anggota Kelompok melihat perubahan tetap dalam status dan berfikir
Dalam bukunya yang berjudul Queen Bees & bahwa mereka berharga hanya jika mereka
Wannabes: Helping Your Daughter Survive memiliki sesuatu untuk ditunjukkan dan jika
Cliques, Gossip, Boyfriends & Other Realities of mereka menjatuhkan orang lain (Davis dalam
Adolescence, Rosalind Wiseman mendeskripsikan Salkind, 2008: 152).
hasil observasinya terhadap clique dan kelompok
remaja putri ke dalam beberapa jenis peran A. 6. Clique Sebagai Kelompok Sosial
(Wiseman dalam Davis dalam Salkind, 2008: 150): Kelompok sosial menurut Sherif dalah suatu
1. Queen Bee: Pemimpin grup, yang dideskripsikan kesatuan sosial yang terdiri atas dua atau lebih
individu yang telah mengadakan interaksi sosial
yang cukup intensif dan teratur sehingga di antara
2. Sidekick: Letnan dari clique, yang dikatakan individu itu sudah terdapat pembagian tugas,
tidak memiliki suara kecuali dari Queen bee, stuktur, dan norma-norma tertentu yang khas bagi
secara konsisten membantunya apapun kesatuan sosial tersebut (Gerungan, 2009: 91).
masalahnya. Clique termasuk ke dalam kelompok primer dan
3. Banker: Orang yang memegang seluruh tidak formal. Pertama, karena di dalam clique
informasi dan gosip, dan akan membocorkannya terdapat interaksi sosial yang lebih intensif dan
demi keuntungannya sendiri. lebih erat antaranggotanya daripada dalam
4. Floater: Mirip dengan bentuk hubungan liaison, kelompok sekunder. Kedua, clique tidak berstatus
orang yang dapat keluar masuk lebih dari satu resmi, meskipun di dalamnya terdapat peranan-
clique. peranan dan hierarki tertentu serta norma pedoman
5. Pleaser: Orang ini bisa masuk dan keluar dari tingkah laku anggotanya, namun hal ini tidak
clique, ia secara konsisten mendukung Queen dirumuskan secara tegas dan tertulis seperti pada
Bee dan Sidekick, namun menerima timbal balik kelompok formal.
yang sangat sedikit atas tindakannya tersebut. Interaksi yang terjadi antar anggota dalam
6. Target: Khususnya orang di luar dari clique, clique yang dinamis dan timbal balik akan
orang ini dikucilkan oleh para anggota dan membentuk dinamika kelompok. Dinamika
biasanya selalu dipermalukan. kelompok menurut Floyd D. Ruch adalah analisis
dari hubungan-hubungan kelompok sosial yang
A. 5 Manfaat dan Masalah dalam Clique berdasarkan prinsip bahwa tingkah laku dalam
Clique merupakan salah satu ciri dari kelompok adalah hasil dari interaksi yang dinamis
perkembangan identitas sosial. Melalui formasi dari antara individu-individu dalam situasi sosial
peer group seperti clique, para remaja belajar untuk (Gerungan, 2009: 119). Analisis dari hubungan-
mengidentifikasi tipe-tipe dan mengatur interaksi hubungan tiap kelompok di mana remaja termasuk
sosial. Para remaja mulai untuk melihat diri mereka di dalamnya memiliki dua hal umum yaitu norma-
sebagaimana orang lain melihat mereka, dan norma dan peran-peran (Santrock, 2003: 231).
mereka diajarkan melalui interaksi ini untuk Dengan terjadinya atau terbentuknya
mengontrol emosi dan tingkah laku (Davis dalam kelompok, maka akan terbentuk pula norma
Salkind, 2008: 152). kelompok. Yang dimaksud dengan norma
Manfaat kedua dari clique adalah mereka kelompok ialah pedoman-pedoman yang mengatur
dapat mengembangkan harga diri remaja. perilaku atau perbuatan anggota kelompok
Penelitian menujukkan bahwa clique memberikan (Walgito, 2003: 89). Peran (role) merupakan posisi
efek yang kuat terhadap harga diri. Remaja mulai tertentu dalam kelompok yang disusun oleh aturan-
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 158

aturan dan harapan-harapan. Peran menentukan Menurut Campbell, orang mempersepsi


bagaimana remaja harus bertingkah laku dalam kelompok lebih sebagai suatu unified whole
posisi tersebut (Santrock, 2003: 233). daripada sekelompok orang yang saling
berdekatan satu dengan yang lain. Jadi satu
A. 6.1 Ciri-ciri Umum Kelompok Sosial dengan lain tidak saling lepas, tetapi kelompok
Di samping adanya interaksi sebagai sifat atau merupakan suatu kesatuan dari para anggotanya,
ciri suatu kelompok, kelompok masih mempunyai merupakan kesatuan yang bulat. Karena itu
ciri-ciri yang lain, yaitu tujuan, struktur, dan dalam menganalisis perilaku kelompok, unit
groupness (Walgito, 2003: 84 86): analisisnya adalah perilaku kelompok tersebut,
1. Interaksi. Interaksi adalah saling mempengaruhi bukan perilaku individu-individu.
individu satu dengan individu yang lain (mutual
influence). Interaksi dapat berlangsung dengan 2. Metode Penelitian
secara fisik, non-verbal, emosional dan
sebagainya, yang merupakan salah satu sifat dari Metode yang digunakan dalam penelitian ini
kehidupan kelompok. adalah metode kualitatif. Metode kualitatif
2. Tujuan. Orang yang tergabung dalam kelompok merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan
mempunyai beberapa tujuan ataupun alasan. data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
Tujuan dapat bersifat intrinsik, misalnya dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
tergabung dalam kelompok mempunyai rasa (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2002: 3).
senang. Namun juga dapat bersifat ekstrinsik, Penelitian kualitatif tidak menekankan pada
yaitu bahwa untuk mencapai sesuatu tujuan tidak generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna.
dapat dicapai secara sendiri, tetapi dapat dicapai Generalisasi dalam penelitian kualitatif dinamakan
dengan secara bersama-sama, ini merupakan transferability, artinya hasil penelitian tersebut
tujuan bersama atau merupakan common goals. dapat digunakan di tempat lain, manakala tempat
Common goals ini merupakan yang paling kuat tersebut memiliki karakteristik yang tidak jauh
dan faktor pemersatu dalam kelompok. berbeda (Sugiyono dalam Kuswana, 2011: 44).
Tujuan sesuatu kelompok mungkin berbeda Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
dengan tujuan kelompok lain. Dengan tujuan ini adalah pendekatan studi kasus. Yang
yang lain, maka hal tersebut juga akan didefinisikan sebagai kasus adalah fenomena
mempengaruhi hal-hal yang lain yang ada dalam khusus yang hadir dalam suatu konteks yang
kelompok yang bersangkutan. Dengan tujuan terbatasi (bounded context), meski batas-batas
yang berbeda, maka hal tersebut akan dapat antara fenomena dan konteks tidak sepenuhnya
mempengaruhi struktur yang ada dalam jelas. Pendekatan studi kasus membuat peneliti
kelompok tersebut, juga akan dapat dapat memperoleh pemahaman utuh dan
mempengaruhi pola interaksi dalam kelompok terintegrasi mengenai interrelasi berbagai fakta dan
yang bersangkutan. Karena itu sesuatu pola yang dimensi dari kasus yang khusus (Poerwandari,
dapat diterapkan pada sesuatu kelompok belum 2009: 124 125).
tentu dapat diterapkan dengan tepat pada Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan
kelompok lain. teknik survei, wawancara, dan catatan lapangan.
3. Struktur. Kelompok itu mempunyai struktur (a Survei, merupakan teknik pengumpulan data yang
stable pattern of relationships among members), sangat populer dalam penelitian deskriptif
yang berarti adanya peran (roles), norma, dan (descriptive research). Teknik ini dapat membantu
hubungan antar anggota. Peran dari masing- peneliti dalam mendeskripsikan karakteristik atau
masing anggota kelompok yang berkaitan ciri-ciri kelompok, kejadian, atau fenomena. Survei
dengan posisi individu dalam kelompok. Peran juga dapat digunakan untuk mengetahui opini,
dari masing-masing anggota kelompok akan sikap, atau persepsi subjek (Chaedar, 2006: 151).
tergantung pada posisi ataupun kemampuan Dalam penelitian ini, survei dilakukan pada saat
individu masing-masing. Seseorang pada suatu mengambil data mengenai jaringan hubungan
kelompok belum tentu mempunyai peran yang sosial di dalam kelas responden penelitian,
sama pada kelompok lain. Hal tersebut karena menggunakan sosiometri pada studi pendahuluan.
dalam kenyataan seseorang dapat menjadi Wawancara, tujuan dari wawancara kualitatif
anggota dari berbagai macam kelompok. adalah untuk menangkap bagaimana interviewee
Seseorang menjadi pemimpin pada suatu melihat dunia mereka; untuk mempelajari
kelompok, tetapi menjadi anggota kelompok terminologi dan penilaian mereka, dan untuk
biasa pada kelompok yang lain, sehingga dengan menangkap kompleksitas dari persepsi dan
demikian seseorang mempunyai peran dan status pengalaman individual mereka (Patton, 2002: 348).
yang berbeda-beda dalam kelompok yang Untuk mendukung tujuan dari penelitian,
berbeda-beda. pertanyaan dalam wawancara didominasi oleh open
4. Groupness. Kelompok merupakan suatu entity questions yaitu pertanyaan terbuka yang bersifat
(kesatuan), merupakan objek yang unified. ekspansif, biasanya mengkhususkan pada satu
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 159

topik, dan memberikan responden kebebasan yang laki sedangkan (P) untuk perempuan, kemudian
cukup dalam menentukan banyak dan jenis inisial nama subjek yang pada penelitian ini
informasi untuk diberikan (Stewart & Cash, 2008: dilambangkan dengan RN (Subjek I), AB
51). Catatan Lapangan, merupakan catatan tertulis (Subjek II), AD (Subjek III), RR (Subjek IV),
apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dan GF (Subjek V).
dalam rangka pengumpulan data dan refleksi 3. Pengujian terhadap dugaan. Diskusi dilakukan
terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan dengan dosen pembimbing untuk mengetahui
lapangan diperlukan dalam melakukan penelitian apakah ada sudut pandang yang berbeda
kualitatif agar mendapatkan informasi yang lebih terhadap pemahaman lain dari hasil wawancara
luas dan menghindari adanya informasi yang yang didapat.
terlupakan (Moleong, 2007: 208). 4. Interpretasi. Pelaksanaan interpretasi data-data
Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah yang telah didapat, yaitu interpretasi pemahaman
subjek penelitian. Subjek dalam penelitian ini teoritis dan penarikan kesimpulan. Hasil yang
adalah remaja putri yang bersekolah SMP Negeri didapatkan akan dibandingkan dengan gambaran
58 Jakarta Selatan. Menurut Sarantakos, sumber dari konsep teori yang digunakan.
data dalam penelitian kualitatif umumnya Teknik kalibrasi keabsahan data menggunakan
menampilkan karakteristik subjek sebagai berikut triangulasi. Triangulasi adalah teknik menguji
(Sarantakos dalam Poerwandari, 2009: 110): keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
a) Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai atau pembanding terhadap data itu (Moleong, 2007:
dengan kekhususan masalah penelitian. 330). Triangulasi merujuk pada dua konsep yakni
b) Tidak ditentukan secara kaku dari awal, tetapi dimensioalitas melalui sudut pandang yang jamak
tidak dapat berubah baik dalam hal jumlah dan stabilitas. Sumber-sumber, metode, dan teknik
maupun karakteristik sampel sesuai dengan yang berbeda bila digabungkan akan meningkatkan
pemahaman yang berkembang dalam penelitian. kredibilitas (Chaedar, 2006: 176).
c) Tidak diarahkan pada keterwakilan (dalam arti Triangulasi yang digunakan pada penelitian ini
jumlah atau peristiwa) melainkan pada adalah triangulasi metode dan triangulasi sumber.
kecocokan konteks. Triangulasi metode adalah cara pengumpulan data
Subjek penelitian ditentukan dengan yang menggunakan teknik yang berbeda-beda
menggunakan teknik purposive sampling. Dalam untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.
purposive sampling, pemilihan sekelompok subjek Sedangkan triangulasi sumber merupakan teknik
pengumpulan data yang menggunakan teknik
didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu
pengumpulan data dengan metode yang sama
(Kuswana, 2011: 139). Individu-individu yang dengan metode sama dari sumber berbeda
menjadi subjek dalam penelitian ini berjumlah lima (Poerwandari, 2009: 223).
orang yang merupakan satu anggota clique, yang
3. Hasil & Diskusi
sebagai berikut:
1. Remaja putri (early adolescence) dengan rentang Kelompok dalam remaja awal (early
usia antara 12-15 tahun. adolescence) telah dideskripsikan ke dalam istilah
2. Tergabung atau menjadi anggota clique berbasis clique (Kiesner dkk., 2002: 196). Clique sendiri
sekolah. adalah sebuah grup sosial kecil yang biasanya
Menurut Poerwandari, langkah-langkah yang terdiri dari dua sampai dua belas orang (rerata
dilakukan untuk melakukan analisis data dalam enam orang). Mereka terbentuk karena kesamaan
karakteristik antar anggota-anggotanya, termasuk
penelitian kualitatif yaitu mengorganisasikan data,
usia, jenis kelamin, ras, status sosial, serta saling
koding dan analisis, pengujian terhadap dugaan, berbagi ketertarikan dan aktivitas (Davis dalam
dan interpretasi (Poerwandari, 2009: 168). Salkind, 2008: 149). Clique merupakan latar sosial
1. Mengorganisasikan data. Mengorganisasikan dimana para remaja nongkrong, berbicara satu
data dengan mentranskrip hasil wawancara sama lain, dan membentuk persahabatan yang
dalam bentuk verbatim setelah wawancara dekat (Steinberg, 1999: 163).
selesai dilakukan. Berdasarkan pada hasil penelitian pada SMP
2. Koding dan analisis. Kode ditulis pada bagian Negeri 58 Jakarta, ditemukan sebuah clique remaja
samping transkrip verbatim dan membuat Clique The
kategorisasi sesuai dengan teori yang digunakan.
Pada observasi dan wawancara, peneliti AB, AD, RR, dan GF. Di dalam clique
melakukan koding data agar jelas dalam para remaja saling berinteraksi satu sama lain,
pengklarifikasian subjek, yaitu adanya simbol- saling berbagi ketertarikan seperti kesukaan mereka
simbol seperti W yang merupakan wawancara, makan ceker dan mendengarkan musik dangdut,
L/P melambangkan jenis kelamin (L) untuk laki- serta melakukan berbagai aktivitas bersama seperti
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 160

nongkrong, berbagi cerita satu sama lain dan tinggal berdekatan. Pada awalnya, hal ini
membentuk suatu kelompok persahabatan yang mempermudah mereka untuk berinteraksi satu
dekat. Para anggota clique sama lain. Kemudian, interaksi yang terjadi di
menggambarkan perilaku mereka yang sama antara antara RN, AB, AD, RR dan GF terutama dalam
lain suka ngelawak (membuat lelucon), petakilan bentuk komunikasi, membuat mereka semakin
(tidak bisa diam) dan usil. mengenal satu sama lain dan terdapat cukup
Clique ini terbentuk ketika para anggotanya banyak kesamaan dan ketertarikan yang sama pada
duduk di kelas delapan. Berawal dari kebiasaan setiap anggota, antara lain:
bermain dan menghabiskan waktu istirahat 1. Mereka menyukai satu jenis makanan yang sama
bersama-sama membuat interaksi satu sama lain (ceker ayam), serta tertarik dan menyukai aliran
semakin intensif. Tiga anggota diantaranya musik yang sama (musik dangdut).
sebelumnya sudah saling mengenal karena berada 2. Mereka sama-sama suka untuk melakukan hal-
di satu kelas di kelas tujuh empat (7.4), sedangkan hal yang lucu (ngelawak), sama-sama tidak bisa
dua anggota lainnya berada di satu kelas di kelas diam (petakilan) dan usil.
tujuh dua (7.2). Ketika naik ke kelas delapan, 3. Mereka melengkapi kesamaan yang ada di
empat anggota diantaranya berada di satu kelas antara mereka dengan membeli barang-barang
yaitu kelas delapan empat (8.4), sedangkan satu (berupa baju, gelang, jam tangan, head band,
orang berada di kelas delapan dua (8.2). Kedekatan kalung, kutek) yang sama.
dimulai dari intensitas pertemuan mereka yang 4. Hal yang paling krusial adalah bahwa mereka
sering karena berada di dalam kelas yang sama dan memiliki latar belakang keluarga yang relatif
duduk berdekatan. Sedangkan kedekatan anggota mirip. Baik RN, AB, AD, RR dan GF tidak
yang berlainan kelas dengan anggota clique lainnya dekat dengan orang tua laki-laki mereka masing-
dimulai saat mereka bertemu di suatu acara. Pada masing. RN dan GF tinggal dengan bapak tiri
akhirnya mereka semakin dekat setelah bercakap- dan jarang berinteraksi satu sama lain; bapak AB
cakap dan kedekatan itu berlanjut juga di sekolah. dan RR jarang berada di rumah dan mereka juga
Tetapi lebih dari itu, clique yang merupakan jarang melakukan aktivitas bersama-sama; dan
kelompok sosial dapat terbetuk karena para pada kasus AD, yang menyebabkan
anggotanya memiliki tujuan yang mirip atas alasan renggangnya hubungan antara AD dengan
mereka mengapa lebih banyak menghabiskan bapaknya adalah karena masalah perceraian
waktu di luar rumah bersama-sama. Kedua orang orang tua.
tua RN, AD dan GF bekerja di luar rumah, Clique memiliki status hirarki yang sangat kuat
sehingga menyebabkan kondisi rumah sering didalamnya, termasuk setidaknya terdapat satu
ditinggalkan dalam keadaan kosong. Dalam pemimpin. Bagi pemimpin clique, ini dapat
menghadapi situasi ini, RN, AD dan GF memilih menjadi proses yang sulit, dimana telah membuat
menghabiskan waktu mereka untuk berkumpul orang memegang pandangan negatif terhadap
bersama teman-teman satu clique di tempat-tempat clique. Satu cara pemimpin mengatur statusnya
mereka biasa nongkrong seperti Sevel, Plangi, dengan secara berseling memuji dan mengkritik
Rumyog, atau Taman Menteng, dan pulang sore tiap anggota, yang membuat pemimpin tetap
atau malam hari ketika paling tidak salah satu mendapatkan perhatian yang negatif terhadap
orang tua mereka sudah tiba di rumah. dirinya. Pemimpin juga dapat merubah cara clique
Pada kasus AB dan RR, hanya salah satu dari memandang aktivitas, nilai-nilai, dan juga opini
orang tua mereka yang bekerja di luar rumah. terhadap suatu hal untuk membuat anggotanya
Alasan AB dan RR untuk lebih memilih tidak yakin dimana mereka harus berdiri dalam
menghabiskan waktu mereka untuk berkumpul kelompok (Davis dalam Salkind, 2008: 151).
bersama teman-teman satu clique daripada di Clique leader
rumah adalah karena adanya konflik yang sering yaitu AD. Berbeda dengan paparan teori, AD
terjadi antara mereka dengan ibu mereka masing- selama proses penelitian tidak menunjukkan
masing. Ibu AB kerap membanding-bandingkan pengaturan status, termasuk tidak adanya status
AB dengan kakak perempuan AB dalam hal tertentu yang mengikat pada anggota clique
mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti lainnya. Perhatian negatif dari luar (contohnya dari
menyapu, mengepel, mencuci, dan sebagainya. Di sudut pandang guru) dalam clique ini justru berasal
sisi lain, ibu RR juga kerap kali mengkritik hasil dari anggota clique di luar leader, yaitu RN yang
pekerjaan RR dalam mengerjakan pekerjaan rumah dianggap guru memberikan pengaruh kurang baik
tangga. Hal ini berdampak negatif baik pada AB terhadap anggota-anggota dalam kelompok kecil
maupun RR dimana mereka berusaha untuk tidak ini. Hal ini dibuktikan dengan adanya provokasi
berada di rumah demi menghindari konflik. beberapa guru kepada anggota clique lainnya untuk
Suatu clique juga dapat terbentuk karena tidak bergaul dengan RN.
adanya kesamaan dan ketertarikan yang sama pada Dengan terjadinya atau terbentuknya
setiap anggota. RN, AB, AD, RR dan GF kelompok, maka akan terbentuk pula norma
mengenyam pendidikan di sekolah yang sama dan kelompok. Yang dimaksud dengan norma
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 161

kelompok ialah pedoman-pedoman yang mengatur sebagai leader, kerap menjadi orang yang
perilaku atau perbuatan anggota kelompok dipercaya oleh anggota kelompok lainnya dalam
(Walgito, 2003: 89). Peran (role) merupakan posisi mengambil keputusan-keputusan dalam clique.
tertentu dalam kelompok yang disusun oleh aturan- Kekohesifan kelompok dipengaruhi oleh
aturan dan harapan-harapan. Peran menentukan groupness, dimana kelompok merupakan suatu
bagaimana remaja harus bertingkah laku dalam kesatuan. Groupness ini selanjutnya menimbulkan
posisi tersebut (Santrock, 2003: 231). sikap perasaan in-group yang secara tegas dibatasi
Dalam clique nongkrong adalah dari sikap perasaan out-group. Sikap in-group
hal yang rutin dan wajib. Namun, ada kesepakatan berkaitan dengan hal-hal yang mampu dipahami
di antara mereka untuk tidak terpengaruh pada hal- oleh anggota clique pada interaksi di dalam
hal yang negatif sebagai dampak dari pergaulan kelompok. Salah satu contoh sikap perasaan
mereka yang luas. Hal-hal negatif yang mereka terhadap anggota in-group adalah adanya rasa
hindari adalah seperti rokok, narkoba dan solidaritas untuk tetap bersama dalam keadaan suka
pergaulan bebas. Memiliki teman dekat yang maupun duka, yang merupakan sikap yang tidak
berlawanan jenis (pacar) juga menjadi hal yang mampu untuk dipahami orang luar (out-group).
penting dalam clique ini. Ketika seorang teman Sebuah hasil studi memaparkan bahwa remaja,
memiliki pacar, maka teman yang lain pun harus terutama pada remaja putri yang memiliki close
memiliki pacar. Jika suatu saat seorang teman putus relationship seperti liaisons maupun menjadi
dengan pacarnya, sudah merupakan kewajiban bagi anggota clique memiliki kompetensi interpersonal
teman yang lain untuk membantu teman tersebut yang lebih baik dibandingkan remaja yang hanya
untuk mendapatkan pacar lagi. memiliki dyads atau tidak memiliki ketiganya
Salah satu peran leader tampak dalam clique (isolates) (Henrich dkk., 2000, 19 20).
Kompetensi interpersonal merupakan kemampuan
kesatuan kelompok, terutama dalam menangani untuk membentuk dan memelihara hubungan yang
konflik yang terjadi. Meskipun tidak ditunjukkan memuaskan satu sama lain dengan berbagai macam
secara eksplisit, leader memberikan keyakinan orang dalam situasi yang berbeda (Fitts, 1970: 51).
pada setiap kelompok untuk tidak berpisah hanya Buhrmester dkk., membagi kompetensi
karena masalah yang mereka hadapi, dan bahwa interpersonal ke dalam lima aspek, antara lain
kebersamaan mereka jauh lebih penting. initiation, assertion, diclosure, emotional support,
Kekohesifan suatu kelompok dibangun melalui dan conflict management (Buhrmester dkk., 1988:
interaksi. Interaksi antar anggota clique The 993).
ntensif. Interaksi berlangsung secara Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
fisik, non-verbal dan emosional terjadi ketika RN, anggota clique putri, homogenitas signifikan pada
AB, AD, RR dan GF banyak menghabiskan waktu dua variabel yaitu kompetensi interpersonal dan
senggang mereka bersama-sama, baik di dalam GPA (Henrich dkk., 2000). Dalam penelitian ini,
maupun di luar lingkungan sekolah. Di samping kompetensi interpersonal homogenitas hanya
adanya interaksi sebagai sifat atau ciri suatu tampak pada indikator kemampuan
kelompok, kelompok masih mempunyai ciri-ciri mengungkapkan hal yang bersifat peribadi,
yang lain, yaitu tujuan, struktur, dan groupness kemampuan bersikap terbuka pada orang lain,
(Walgito, 2003: 84). kemampuan membantu teman yang sedang
Kekohesifan suatu kelompok dipengaruhi oleh kesusahan dan kemampuan mengatasi konflik
adanya tujuan yang sama (common goals) antar dengan orang lain, serta terlihat perbedaan individu
anggota kelompok. Common goals ini merupakan yang cukup signifikan pada kemampuan akademik
faktor pemersatu yang paling kuat dalam anggota clique.
kelompok. Para anggota clique Pada aspek-aspek kompetensi interpersonal
memiliki tujuan yang sama, salah satunya lainnya, kemampuan setiap anggota clique The
aktualisasi diri, mengembangkan potensi yang ada
dalam diri mereka sejauh mungkin. Clique The Kemampuan berinisiatif merupakan kemampuan
berikan seseorang untuk memulai interaksi dengan orang
kesempatan bagi RN, AB, AD, RR dan GF untuk lain atau dengan lingkungan sosial yang lebih luas.
mewujudkan potensi mereka atas bakat, minat, Hal ini menunjukkan bahwa, kemampuan
kemampuan interpersonal atau sosial yang berinisiatif membuka hubungan (berinteraksi)
berdampak pada penyesuaian (adjustment) dan dengan orang lain merupakan kemampuan yang
kesejahteraan psikologis. dipengaruhi oleh bagaimana individu bersangkutan
Kekohesifan kelompok juga dipengaruhi oleh membuka hubungan dengan individu lain. Dengan
struktur yang berarti dalam kelompok tersebut ada kemampuan berinisiatif, individu akan melakukan
peran, norma, dan hubungan antar anggota. Peran, penjelajahan, memulai suatu hubungan dan
norma dan hubungan antar anggota clique inilah bergerak secara aktif dan mandiri.
yang mempengaruhi perilaku RN, AB, AD, RR dan
GF dalam melakukan interaksi. Contohnya AD 4. Kesimpulan
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 162

Sikap in-group berkaitan dengan hal-hal yang


Latar belakang terbentuknya clique The mampu dipahami oleh anggota clique pada
interaksi di dalam kelompok. Salah satu contoh
anggotanya sudah saling mengenal di kelas tujuh. sikap perasaan terhadap anggota in-group adalah
Ketika berada di kelas delapan intensitas pertemuan adanya rasa solidaritas untuk tetap bersama dalam
meningkat baik di dalam dan di luar sekolah, hal ini keadaan suka maupun duka, yang merupakan sikap
juga didukung oleh letak tempat tinggal mereka yang tidak mampu untuk dipahami orang di luar
yang berdekatan satu sama lain. Intensitas clique (out-group).
pertemuan yang sering mendukung interaksi Temuan di luar fokus penelitian antara lain
mereka secara verbal sehingga melalui interaksi setiap anggota clique memiliki kemampuan
verbal ini mereka menemukan kesamaan-kesamaan interpersonal yang baik sehingga mampu menjaga
umum, seperti menyukai jenis makanan dan musik dan memelihara hubungan satu sama lain, dengan
yang sama. Mereka juga sama-sama suka untuk baik pula. Salah satu contohnya adalah mereka
melakukan hal-hal yang lucu (ngelawak), sama- mampu mengatasi setiap konflik, baik yang terjadi
sama tidak bisa diam (petakilan) dan usil. diantara anggota clique maupun konflik yang
Para anggota clique memiliki alasan yang terjadi dengan orang-orang di luar dari clique.
mirip mengapa lebih banyak menghabiskan waktu Kendati clique lebih banyak dipandang secara
di luar rumah bersama-sama, antara lain karena negatif, tapi hasil penelitian menemukan bahwa
situasi dan kondisi rumah yang kerap kali kosong clique juga memiliki efek yang positif sama halnya
karena kedua orang tua bekerja di luar rumah dan dengan efek negatif pada setiap anggotanya. Hasil
baru tiba di rumah pada malam hari. Alasan lainnya penelitian menemukan latar belakang terbentuknya
adalah untuk menghindari konflik yang juga kerap sebuah clique dan faktor-faktor yang
terjadi di rumah. Hal yang paling krusial adalah mempengaruhi kekohesifan clique. Berdasarkan
bahwa mereka memiliki latar belakang keluarga hasil temuan tersebut, implikasi penelitian ini
yang relatif sama. Kelima remaja putri anggota adalah perlunya perhatian khusus dari guru dan
clique ini tidak dekat dengan orang tua laki-laki orang tua terhadap latar belakang terbentuknya
mereka masing-masing. Dua diantaranya tinggal clique di sekolah serta faktor-faktor yang
dengan bapak tiri dan jarang berinteraksi satu sama mendorong kekohesifan antar anggotanya.
lain; bapak dari dua anggota lainnya jarang berada Guru perlu memperhatikan bakat dan minat
di rumah dan mereka juga jarang melakukan siswanya di sekolah. Jika ditemukan kejanggalan
aktivitas bersama-sama; dan pada satu anggota baik sikap dan perilaku pada siswa, guru perlu
yang lain, penyebab renggangnya hubungan dengan mengikutsertakan orang tua siswa dan siswa yang
bapaknya adalah karena masalah perceraian orang bermasalah tersebut dalam forum diskusi. Forum
tua. diskusi ini dapat mempermudah guru dalam
Kekohesifan clique ini dibangun melalui menangani siswa bermasalah dalam mencari jalan
interaksi antar anggota yang intensif. Interaksi keluar yang terbaik. Menghukum siswa tanpa
berlangsung secara fisik, non-verbal dan emosional memperhatikan latar belakang terbentuknya sikap
terjadi ketika kelima anggotanya banyak dan perilakunya yang bermasalah dapat berdampak
menghabiskan waktu senggang mereka bersama- pada munculnya keinginan dan sikap
sama, baik di dalam maupun di luar lingkungan memberontak. Hal ini membuat hubungan antara
sekolah. Para anggota clique memiliki tujuan yang guru dan siswa semakin memburuk, dan masalah
sama, salah satunya aktualisasi diri, tidak terselesaikan dengan baik.
mengembangkan potensi yang ada dalam diri Implikasi lain dari penelitian adalah perlunya
mereka sejauh mungkin. Clique ini menjadi latar perhatian khusus orang tua laki-laki terhadap
sosial dan memberikan kesempatan bagi kelima remaja putri mereka. Kebutuhan akan rasa kasih
anggotanya untuk mewujudkan potensi mereka atas sayang yang tidak cukup dari orang tua laki-laki
bakat, minat, kemampuan interpersonal atau sosial dapat mengakibatkan remaja putri mencarinya di
yang berdampak pada penyesuaian (adjustment) tempat lain. Pada orang tua yang keduanya bekerja
dan kesejahteraan psikologis. di luar rumah, perlu memperhatikan anak-anak
Kekohesifan clique juga dipengaruhi oleh mereka secara ekstra karena kondisi rumah yang
struktur, dimana dalam clique ini terdapat peran, kerap ditinggalkan kosong dapat mempengaruhi
norma, dan hubungan antar anggota. Peran, norma kesehatan psikologis anak.
dan hubungan antar anggota clique ini yang
mempengaruhi perilaku kelima anggota clique 5. Daftar Pustaka
dalam melakukan interaksi. Kekohesifan clique
juga dipengaruhi oleh groupness, dimana setiap Bukowski, William M., Andrew F. Newcomb &
anggotanya ini merasa sebagai suatu kesatuan di Willard W. Hartup. (1996). The Company They
dalam clique. Groupness menimbulkan sikap Keep: Friendship in Childhood and
perasaan in-group pada setiap anggota clique yang Adoslescence. New York: Cambridge
secara tegas dibatasi dari sikap perasaan out-group. University Press
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Vol. 1, No.1, Oktober 2012 163

Chaedar, A. Alwasilah. (2006). Pokoknya Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.


Kualitatif, Dasar-Dasar Merancang dan (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung: Jakarta: Balai Pustaka
Pustaka Jaya Richards, William D. & Ronald E. Rice. (1981).
Cook, Clayton R. dkk., (2010). Predictors of The NEGOPY Network Analysis Program.
Bullying and Victimization in Childhood and Social Networks Journal no. 3, p. 215-223.
Adolescence: A Meta-analytic Investigation. Salkind, Neil J. (Ed). (2002). Child Development.
Journal of School Psychology Quarterly, vol. New York: Macmillan Reference USA
25, no. 2, p. 65-83. Salkind, Neil J. (Ed). (2008). Encyclopedia of
Freedson, Bette J. Understanding an Adolescent Educational Psychology. California: Sage
Phenomenon: Teens Click with Their Cliques. Publications
Accessed on March 17, 2012 from Santrock, John W. (2003). Adolescence:
http://www.education.com/reference/ Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga
article/understanding-adolescent-teen-cliques/ Schickedanz, Judith A. dkk., (2001).
Gerungan, W. A. (2009). Psikologi Sosial. Understanding Children and Adolescents.
Bandung: Refika Aditama Boston: Allyn & Bacon
Hallinan, Maureen T. & Stevens S. Smith. (1989). Stewart, Charles J. & William B. Cash Jr. (2008).
Classroom Characteristics and Student Interviewing: Principles and Practices.
Friendship Cliques, Journal, vol. 67, no. 4, p. Singapore: McGraw-Hill
898-919. Urberg, Kathryn A. dkk., (1998). Adolescent
Hartwell-Walker, M. (2008). Click or Clique: Friendship Networks: Continuity and Change
Positive and Negative Teen Social Groups. Over the School Year. ProQuest Psychology
Accessed on March 17, 2012 from Journal, vol. 4, no. 3, p. 313-337.
http://psychcentral.com/lib/2008/click-or- Walgito, Bimo. (2003). Psikologi Sosial (Suatu
clique-positive-and-negative-teen-social- Pengantar). Jogjakarta: Andi Offset
groups/ Warga, Richard G. (1983). Personal Awareness: A
Henrich, Christopher C. dkk., (2000). Psychology of Adjustment. Boston: Houghton
Characteristics and Homogenity of Early Mifflin Company
Adolescent Friendship Group: A Comparison
of Male and Female Clique and Nonclique
Members. Journal of Applied Developmental
Science, vol. 4, no. 1, p. 15-26.
Hornby, A. S. (1987).
Dictionary of Current English. England:
Oxford University Press
Kiesner, Jeff dkk. (2002). Group Identification in
Early Adolescense: Its Relation with Peer
Adjustment and Its Moderator Effect on Peer
Influence, Child Development Journal, vol. 73,
no. 1, p. 196-208.
Kuswana, Dadang. (2011). Metode Penelitian
Sosial. Bandung: Pustaka Setia
Lee, Steven W. (2005). Encyclopedia of School
Psychology. California: Sage Publications
Lwin, May dkk., (2008).
Child Intelligence. Yogyakarta: PT. Indeks
Mary, Sister Vishala. (2008). Guidance and
Councelling (For Teachers, Parents and
Students). New Delhi: S. Chand
Moleong, Lexy J. (2002). Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Papalia, Diane E., Sally W. Olds, Ruth D. Feldman.
(2009). Human Development (Perkembangan
Manusia). Jakarta: Salemba Humanika
Patton, Michael Quinn. (2002). Qualitative
Research & Evaluation Methods. California:
Sage Publications
Poerwandari, E. Kristi. (2009). Pendekatan
Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia.
Depok: Perfecta

You might also like