You are on page 1of 13

PENGARUH STATUS HUBUNGAN BERPACARAN TERHADAP PERILAKU

PACARAN BERISIKO PADA MAHASISWA PERANTAU ASAL PAPUA DI KOTA


SURABAYA

Christine Ohee1), Windhu Purnomo2)


1, 2)
Departemen Biostatistika dan Kependudukan,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga
Alamat Korespondensi: Christine Ohee
Email: christineitin26@gmail.com

ABSTRACT
The quality of education in eastern part of Papua is still low so that many teenagers choose to go out the Papua
for study.One of the factors of risky sexual behavior among adolescents students is wandered. The risky dating
behavior of Papuan students in Surabaya is 76.7%. The purpose of this study is to analyze the impact of dating
status with the risky dating behavior among Papuan origin students in Surabaya. This research is an
observational analytic research with cross sectional design. The research population was 260 migrant college
students from Papua. The research sample was 70 male and female college students. The independent variables
of this research were age, sex, relationship status, intention of risky dating behavior, and knowledge level. The
statistical analysis were using multiple logistic regression test with the significance level of 5%. The result of
this research showed that relationship status influenced college students’ risky dating behavior (p = 0.001),
while age, sex, intention of risky dating behavior and knowledge level did not influence college students’ risky
dating behavior (p > 0.05). The conclusion of the research is the status of dating relationship has an effect on
the risky courtship behavior of Papuan native students in Surabaya city. Therefore, students are advised not to
date during the study period.

Keywords : influence, dating risky behavior, wandering college students, dating status.

ABSTRAK
Kualitas pendidikan di daerah timur Indonesia khususnya Provinsi Papua masih sangat kurang sehingga banyak
remaja yang memilih untuk merantau ke luar Pulau untuk melanjukan studi. Merantau menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi perilaku seksual berisiko pada remaja khususnya mahasiswa. Demikian pula perilaku
pacaran berisiko mahasiswa perantau asal Papua di Kota Surabaya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
pengaruh status hubungan berpacaran terhadap perilaku pacaran berisiko pada mahasiswa perantau asal Papua di
Kota Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancang cross sectional.
Populasi penelitian adalah 260 mahasiswa perantau asal Papua. Sampel penelitian sebesar 70 mahasiswa laki-
laki dan perempuan. Variabel bebas penelitian ini adalah, usia, jenis kelamin, status hubungan, niat perilaku
pacaran berisiko, dan tingkat pengetahuan. Analisis statistik menggunakan uji regresi logistik ganda dengan
tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status hubungan (p = 0,001) mempengaruhi
perilaku pacaran berisiko mahasiswa, sedangkan usia, jenis kelamin, niat perilaku pacaran berisiko, dan tingkat
pengetahuan tidak mempengaruhi perilaku pacaran berisiko mahasiswa (p > 0,05). Kesimpulan dari penelitian
adalah status hubungan berpacaran berpengaruh terhadap perilaku pacaran berisiko mahasiswa perantau asal
Papua di Kota Surabaya. Mahasiswa disarankan untuk tidak berpacaran selama masa studi.

Kata kunci : pengaruh, status hubungan pacaran, perilaku pacaran berisiko, mahasiswa perantau

PENDAHULUAN tingginya populasi bangsa Indonesia.


Remaja dimulai dari saat SMP/sederajat,
Remaja adalah penduduk dalam SMA/Sederajat, hingga perguran tinggi.
rentang usia 10-19 tahun (WHO). Terdapat Mayoritas remaja yang lulus dari Sekolah
43,5 juta atau sekitar 18% remaja usia 10- Menengah Atas atau sederajat memilih
19 tahun dari jumlah penduduk total di untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
Indonesia (Sensus Penduduk, 2010). yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi.
Remaja merupakan salah satu penyumbang Mahasiswa adalah seseorang yang sedang

©2018 FKM_UNAIR All right reserved. License doi: 10.20473/ijph.vl13il.2018.268-280


Received 2 May 2018, received in revised form 26 May 2018 , Accepted 28 May 2018 , Published online:
December 2018
Christine Ohee dan Windhu Purnomo, Pengaruh Status Hubungan Berpacaran... 269

dalam proses menimba ilmu ataupun Berdasarkan hasil survei kesehatan


belajar dan terdaftar sedang menjalani reproduksi remaja, remaja Indonesia
pendidikan pada salah satu perguruan pertama kali pacaran pada usia 15-17
tinggi yang terdiri dari akademik, tahun. sekitar 33,3% remaja perempuan
politeknik, sekolah tinggi, institut dan dan 34,5% remaja laki-laki yang berusia
universitas (Hidayangsih, 2014). 15-19 tahun mulai berpacaran pada saat
Perguruan tinggi yang berkualitas menjadi mereka belum berusia 15 tahun. 92%
pilihan utama bagi pelajar yang tamat remaja berpegangan tangan saat pacaran,
sekolah menengah atas. Bukan hanya 82% berciuman, 63% rabaan petting.
kualitas yang dilihat, letak geografis perilaku-perilaku tersebut kemudian
wilayah suatu perguruan tinggi juga memicu remaja melakukan hubungan
menjadi faktor pertimbangan dalam seksual (Riskesdas, 2013). Di Indonesia
pemilihan perguruan tinggi. Banyak 62,7% remaja sudah pernah melakukan
mahasiswa perantau yang berasal dari luar hubungan seksual dengan lawan jenisnya
kota yaitu dari Sabang sampai Merauke dan 21% dari remaja yang hamil diluar
memilih Kota Surabaya untuk berkuliah. nikah pernah melakukan aborsi (Survei
Terdapat 500 putra-putri asli Papua yang oleh KPAI dan Kemenkes Tahun 2013).
mendpatkan beasiswa setiap tahunnya Hasil Survei Demografi dan Kesehatan
untuk melanjutkan pendidikan di 10 Indonesia (SDKI) 2012 menyatakan terjadi
Universitas di Pulau Jawa (DIKTI/ADIK, peningkatan hubungan seks pranikah pada
2015). Universitas yang berada di Jawa remaja usia 15-24 tahun dibanding tahun-
Timur khususnya Kota Surabaya yang tahun sebelumnya. Hubungan seksual
menjadi pilihan beasiswa ADIK yaitu terbanyak dilakukan pada remaja usia 20-
Universitas Airlangga, Universitas Negeri 24 tahun sebesar 9,9%, dan 2,7% pada usia
Surabaya, dan Institute Sepuluh 15-19 tahun. Salah satu faktor penyebab
November. Sampai tahun 2015, beasiswa hubungan seks pra nikah adalah perilaku
ADIK sudah diberikan kepada 1487 pacaran remaja. Menurut Survei Kesehatan
mahasiswa, yakni 1218 mahasiswa yang Reproduksi Remaja (SKRRI) 2012
sedang menempuh pendidikan tinggi di 39 menunjukkan 28% remaja pria dan 27%
PTN Luar Papua dan 269 mahasiswa remaja wanita menyatakan bahwa mereka
sedang berkuliah di Papua. Slain penerima memulai berpacaran sebelum berumur 15
beasiswa, banyak mahasiswa yang berada tahun, sedangkan menurut SKRRI tahun
di perguruan tinggi di Kota Surabaya 2007 hanya 19% remaja pria dan 24%
dengan biaya sendiri atau tanggungan remaja wanita memulai berpacaran
orang tua sebelum berumur 15 tahun. 30% remaja
Remaja cenderung memilih untuk pria dan 6% remaja wanita melakukan
berpacaran ketika berada di bangku aktivitas meraba/merangsang bagian tubuh
perkuliahan, demikian pula dengan yang sensitif pada saat pacaran. Survei
mahasiswa yang merantau. Perilaku Indikator Kinerja Rencana Pembangunan
pacaran mahasiswa perantau dapat Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
dipengaruhi oleh kebebasan saat merantau. tahun 2014 menunjukan terdapat 77%
Perilaku pacaran yang dimaksud adalah remaja pria dan 76% remaja wanita pernah
perilaku pacaran yang berisiko dan yang berpacaran dan 5,6% diantara remaja
tidak berisiko. Kebebasan yang dimaksud tersebut telah melakukan hubungan
adalah kurang mendapat pengawasan seksual sebelum nikah, angka ini lebih
langsung dari orang tua, kebebasan dalam tinggi dibanding tahun 2013 yaitu 3,6%
memilih teman dan lingkungan, dan juga dan tahun 2012 yaitu 2,5% (Riskesdas,
bebas menjalin hubungan asmara bersama 2013).
lawan jenis. Data mengenai perilaku pacaran
berisiko pada remaja di Indonesia juga
270 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 2 Desember 2018: 268-280

merujuk pada remaja di Provinsi Papua. menudukung untuk dilakukan penelitian


Perilaku pacaran berisiko pada remaja dengan judul pengaruh status hubungan
Papua juga tinggi, hal ini dapat dilihat dari berpacaran terhadap perilaku pacaran
dampak perilaku pacaran berisiko remaja berisiko pada mahasiswa perantau asal
Papua yaitu Papua menjadi provinsi Papua di Kota Surabaya.
dengan penderita HIV/AIDS tertinggi di
Indonesia. Data Kementrian Kesehatan METODE PENELITIAN
hingga September 2014, menunjukkan
jumlah kumulatif HIV dan AIDS di Papua Penelitian ini merupakan penelitian
masing-masing 16.051 dan 10.184 kasus. dengan metode kuantitatif, dengan jenis
Fenomena ini bukanlah hal yang penelitian analitik. Rancang bangun
mengherankan mengingat kondisi penelitian dengan menggunakan rancangan
geografis Papua yang cukup jauh sehingga cross sectional karena data variabel
akses pendidikan di Papua sangat terbatas. independen dan variabel dependen
Namun, melalui usaha dan kerja keras dikumpukan dalam kurun waktu yang
pemerintah untuk mengurangi angka bersamaan dan dilakukan hanya satu kali.
HIV/AIDS di Papua melalui program- (Angket, 2008). Populasi penelitian ini
program penyuluhan tentang pentingnya yaitu seluruh mahasiswa perantau asal
kesehatan terutama kesehatan seksual, Papua yang sedang berkuliah di Kota
penularan HIV/AIDS di Papua mulai Surabaya yang berdomisili di wilayah
menurun. Data Komisi Penanggulangan kota Surabaya Timur yang berjumlah 260
AIDS Nasional menyebutkan, prevalensi orang, pada penelitian ini terdapat batasan
penularan HIV/AIDS di Papua turun usia yaitu mahasiswa yang berusia 18
menjadi 2,3 persen pada 2013 dari tahun sampai dengan usia 21 tahun, karena
pendataan terakhir 2007 yang mencapai merujuk pada pengertian remaja menurut
2,4 persen (Lestary, 2014). Penelitian Giay Badan Kependudukan dan Keluarga
(2017) mengenai perilaku seksual Berencana Nasional (BKKBN), mahasiswa
mahasiswa Papua di Kota Surabaya yang diteliti hanya mahasiswa yang sedang
menyatakan bahwa proporsi responden berpacaran atau mahasiswa yang pernah
laki-laki yang melakukan perilaku seksual berpacaran selama masa studi.
berisiko sebesar 63,3% dan responden Penelitian ini menggunakan data
perempuan sebesar 34,8%. yang tercatat oleh Ikatan Pelajar dan
Hasil penelitian yang telah Mahasiswa Papua di Kota Surabaya. Data
diuraikan diatas menjadi dasar penelitian yang tercatat hanya berupa jumlah pelajar
ini, yaitu perilaku seksual mahasiswa, dan mahasiswa asal Papua di Kota
khususnya mahasiswa asal Papua di Kota Surabaya. Lokasi penelitian di lakukan di
Surabaya. Selain data yang ada, penelitian kota Surabaya, khususnya wilayah
ini diperkuat dengan adanya studi Surabaya Timur. Pengumpulan data
pendahuluan dengan metode observasi penelitian dilakukan selama 4 minggu
yang dilakukan pada bulan Oktober 2108 yaitu pada tanggal 20 Agustus hingga pada
menunjukkan bahwa perilaku pacaran tanggal 22 September 2017. Sedangkan
remaja di Papua mengakibatkan tingginya pengumpulan data lainnya akan dilakukan
KTD di Papua, pernikahan dini, dan selama kurang lebih satu bulan sampai
tingginya angka HIV/AIDS di Provinsi seluruh data yang dibutuhkan dalam
Papua. Observasi selama penelitian juga penelitian ini terpenuhi.
menunjukkan tingginya perilaku seksual Besar sampel pada penelitian ini
berisiko pada mahasiswa dan ada lebih ditentukan dengan rumus, Lemeshow
dari satu kasus mahasiswa Papua (1991) yakni sebagai berikut:
mengalami kehamilan yang tidak
diinginkan (KTD). Demikian hal tersebut
Christine Ohee dan Windhu Purnomo, Pengaruh Status Hubungan Berpacaran... 271

(𝑍1− 𝛼 )2 𝑃(1 − 𝑃)𝑁 HASIL


2
𝑛=
𝑑 2 (𝑁 − 1) + (𝑍1− 𝛼 )2 𝑃(1 − 𝑃) Responden dalam penelitian ini
2
ialah mahasiswa/i perantau asal Papua
Berdasarkan rumus pengambilan yang sedang berkuliah di Kota Surabaya
besar sampel di atas, maka dapat dihitung yang berdomisili di Wilayah Kecamatan
besar sampel sebagai berikut: Mulyorejo, Kecamatan Gubeng,
Kecamatan Tambaksari dan Kecamatan
(𝑍1− 𝛼 )2 𝑃(1 − 𝑃)𝑁 Sukolilo. Mahasiswa/i yang menjadi
2 responden merupakan remaja akhir yang
𝑛=
𝑑 2 (𝑁 − 1) + (𝑍1− 𝛼 )2 𝑃(1 − 𝑃) ber-usia 18–21 tahun dan yang telah
2
𝑛 memenuhi kriteria inklusi yang telah
(1,96)2 0,40(1 − 0,40)260 ditetapkan oleh peneliti. Jumlah subyek
= penelitian. ini sebanyak 70 orang.
(0,1)2 (260 − 1) + (1,96)2 0,40(1 − 0,40)
𝑛 = 68,25 ≈ 70 orang Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa
terdapat 70 responden mahasiswa yang
Berdasarkan perhitungan rumus terdiri dari 50% mahasiswa laki-laki dan
tersebut, maka didapatkan besar sampel 50% perempuan dengan tingkat
minimal 70 mahasiswa perantau asal pendidikan yang sama yakni 100%
Papua yang berusia kurang dari sama mahasiswa perantau asal Papua sedang
dengan 21 tahun yang sedang berpacaran menempuh studi pada jenjang Sarjana (S1)
atau pernah berpacaran selama masa studi pada tahun 2017. Usia responden minimal
di Kota Surabaya. 18 tahun (11,4%) dan maksimal 21 tahun
Pengambilan sampel dalam (50%). Sebagian besar mahasiswa yang
penelitian ini menggunakan teknik sampel sedang berpacaran dan berada di Kota
acak sederhana atau simple random yang sama (65,7%), berpacaran jarak jauh
sampling, teknik ini memperhatikan (15,7%) dan yang tidak sedang berpacaran
kerangka sampel yang dapat membedakan (18,6%). Variabel status hubungan
antara subyek penelitian yang satu dengan berpacaran mempermudah penelitian yaitu
lainnya. Data yang telah terkumpul untuk mengetahui kemungkinan responden
berdasarkan hasil data primer penilitian melakukan pacaran berisiko, juga untuk
diolah menggunakan aplikasi komputer melihat ada tidaknya hubungan antara
dengan program statistik. Uji statistik yang status hubungan berpacaran dengan
digunakan yaitu uji regresi logistik perilaku pacaran berisiko.
sederhana (simple logistic regression) yang Sebaran karakteristik responden
digunakan untuk menyeleksi kandidat penelitian pada perilaku pacaran berisiko
regresi logistik ganda yang akan diuji. mahasiswa perantau asal Papua yang
Variabel independen yang menjadi berada di wilayah Kota Surabaya Timur
kandidat (p kurang dari 0,25) akan diuji dapat dilihat pada Tabel 1. sebagai berikut
kembali dengan uji statistik regresi logistik :
ganda (multiple logistic regression) secara Berdasarkan Tabel 1. diketahui
bersamaan sehingga dapat diketahui bahwa terdapat 70 responden mahasiswa
variabel independen yang berpengaruh yang terdiri dari 50% mahasiswa laki-laki
terhadap variabel dependen yaitu status dan 50% perempuan dengan tingkat
hubungan terhadap perilaku pacaran pendidikan yang sama yakni 100%
berisiko mahasiswa perantau asal Papua di mahasiswa perantau asal Papua sedang
Kota Surabaya. menempuh studi pada jenjang Sarjana (S1)
pada tahun 2017. Usia responden minimal
18 tahun (11,4%) dan maksimal 21 tahun
(50%). Sebagian besar mahasiswa yang
272 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 2 Desember 2018: 268-280

berdomisili di Wilayah Timur Kota Variabel Usia


Surabaya tinggal di kos (71,4%) yaitu kos
putra atau kos putri yang memiliki aturan Variabel usia responden
dan bukan kos bebas, sedang sisanya dikategorikan berdasarkan kategori usia
bertempat tinggal di Kos Campur (14,3%) remaja, dimana remaja akhir dimulai pada
atau kos bebas tanpa aturan, Asrama usia 18-21 tahun, dan merupakan usia
(7,1%) dan Kontrakan (7,1%). Penelitian mahasiswa sarjana pada umumnya.
perilaku pacaran berisiko pada mahasiswa Sebaran proporsi berdasarkan usia
perantau asal Papua membutuhkan salah terhadap perilaku pacaran berisiko
satu karakteristik yaitu status hubungan, mahasiswa dapat dilihat pada Tabel 2
status hubungan dalam penelitian ini untuk sebagai berikut;
mengetahui kemungkinan responden
melakukan pacaran berisiko, dan juga Tabel 2. Distribusi Perilaku Pacaran
melihat ada tidaknya hubungan antara Berisiko Berdasarkan Usia
status hubungan dengan pacaran berisiko. Mahasiswa Perantau Asal
Sebagian besar mahasiswa yang sedang Papua di Kota Surabaya
berpacaran dan berada di Kota yang sama
(65,7%).

Tabel 1. Distribusi Variabel Independen


dan Variabel Dependent
Perilaku Pacaran Berisiko pada
Mahasiswa Perantau Asal Papua
di Kota Surabaya
Variabel Jumlah (n = Berdasarkan hasil distribusi pada
70) Tabel 2 diketahui bahwa proporsi
N % responden di masing-masing usia yang
Usia melakukan pacaran berisiko yaitu usia 18
18 tahun 8 11,4 tahun (62,5%), 19 tahun (83,3%), 20 tahun
19 tahun 12 17,1
20 tahun 15 21,4 (73,3%), dan usia 21 tahun (71,4%).
21 tahun 35 50,0 Proporsi tertinggi remaja melakukan
Jenis Kelamin pacaran berisiko yaitu pada usia 21 tahun,
Laki- laki 35 50,0 dikarenakan 25 (71,4%) dari 35 (100%)
Perempuan 35 50,0 mahasiswa pada usia 21 tahun telah
Status Hubungan
Berpacaran 46 65,7 melakukan pacaran berisiko. Sedangkan
Tidak Berpacaran 13 18,6 proporsi terendah mahasiswa melakukan
Pacaran Jarak Jauh 11 15,7 pacaran berisiko terdapat pada 18 tahun
Perilaku Pacaran yaitu 5 (62,5%) dari 8 (100%) usia 18
Berisiko 51 72,9 tahun yang melakukan pacaran berisiko.
Tidak Berisiko 19 27,1
Niat Perilaku Pacaran Berdasarkan hasil distribusi dapat
Berisiko disimpulkan bahwa risiko mahasiswa
Rendah 35 50,0 melakukan pacaran berisiko terdapat pada
Sedang 29 41,4 usia 21 tahun. Mahasiswa yang berusia 21
Tinggi 6 8,6 tahun sudah masuk pada masa remaja
Tingkat Pengetahuan
Rendah 1 1,4 akhir, yaitu masa menuju dewasa. Masa
Sedang 15 21,4 dimana remaja merasa bahwa diri mereka
Tinggi 54 77,1 sudah mampu bertanggungjawab dengan
diri mereka sendiri. Pada usia ini juga
remaja telah melalui banyak pengalaman,
memiliki banyak pengetahuan dan
Christine Ohee dan Windhu Purnomo, Pengaruh Status Hubungan Berpacaran... 273

kemampuan. Sehingga hal ini juga Variabel Status Hubungan


berdampak pada perilaku pacaran remaja
usia 21 tahun. Remaja pada usia ini Variabel status hubungan
cenderung memiliki keinginan seksual dikategorikan menjadi tiga yatu berpacaran
yang lebih tinggi sehingga dapat memicu atau mahasiswa yang sedang menjalin
remaja melakukan perilaku pacaran relasi dengan lawan jenis dan berada di
berisiko. kota yang sama yaitu Kota Surabaya
selama masa studi, tidak berpacaran yaitu
Variabel Jenis Kelamin mahasiswa yang sedang tidak berpacaran
namun pernah berpacaran selama masa
Variabel jenis kelamin responden studi, dan pacaran jarak jauh yaitu
dikategorikan menjadi laki-laki dan mahasiswa ang sedang menjalin relasi
perempuan. Sebaran reponden berdasarkan dengan lawan jenis namun berada di kota
jenis kelamin terhadap perilaku pacaran yang berbeda. Sebaran responden
berisiko mahasiswa dapat dilihat pada berdasarkan status hubungan responden
Tabel 3 sebagai berikut. terhadap perilaku pacaran berisiko
mahasiswa perantau asal Papua dapat
Tabel 3. Distribusi Perilaku Pacaran dilihat pada Tabel 4.
Berisiko Berdasarkan Jenis
Kelamin Mahasiswa Perantau Tabel 4. Distribusi Perilaku Pacaran
Asal Papua di Kota Surabaya Berisiko Berdasarkan Status
Hubungan Mahasiswa
Perantau Asal Papua di Kota
Surabaya

Berdasarkan hasil distribusi pada


Tabel 3 diketahui bahwa proporsi
responden yang berperilaku pacaran
berisiko dengan jenis kelamin laki-laki Berdasarkan hasil distribusi pada
(74,3%) sedang yang berjenis kelamin Tabel 4 diketahui bahwa proporsi
perempuan (71,4%). Perbandingan responden yang melakukan pacaran
perilaku pacaran berisiko berdasarkan jenis berisiko dengan status sedang berpacaran
kelamin tidak terlalu jauh, meski proporsi (93,5), yang tidak berpacaran dan
laki-laki lebih banyak yang melakukan melakukan pacaran berisiko (30,8%), dan
perilaku pacaran berisiko dibanding yang melakukan pacaran berisiko dengan
perempuan. Jenis kelamin laki-laki lebih pacaran jarak jauh (36,4%). Artinya bahwa
berisiko melakukan perilaku pacaran mahasiswa perantau asal Papua yang
berisiko dibanding jenis kelamin sedang berpacaran lebih banyak
perempuan. Hal ini juga sejalan dengan melakukan pacaran berisiko, sehingga
observasi peneliti selama melakukan status berpacaran berisiko terhadap
pengumpulan data yang menunjukkan perilaku pacaran. Hal ini sejalan dengan
bahwa laki-laki lebih berani menunjukkan pengamatan peneliti saat melakukan
bahwa mereka sering melakukan perilaku pengumpulan data yakni banyak
pacaran berisiko, dan tidak malu mengakui mahasiswa perantau asal Papua yang
hal tersebut.
274 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 2 Desember 2018: 268-280

belum menikah tinggal bersama pasangan dengan niat tinggi hanya 5 orang (83,3%).
mereka. Sehingga niat perilaku pacaran berisiko
seharusya tidak mempengaruhi perilaku
Variabel Niat Perilaku Pacaran pacaran berisiko pada mahasiswa perantau
asal Papua di Kota Surabaya. Tetapi hal ini
Variabel niat perilaku pacaran ini
berbanding terbalik dengan kenyatan
dikategorikan berdasarkan niat responden
bahwa mahasiswa perantau asal Papua
melakukan hubungan seksual dengan
memiliki tingkat perilaku pacaran berisiko
pasangan. Niat perilaku pacaran di lihat
yang tinggi yaitu 72,9%.
dari faktor yang mendorong responden
ingin melakukan hubungan seksual,
Variabel Tingkat Pengetahuan
sehingga niat perilaku pacaran tinggi
ketika banyak responden yang ingin Variabel tingkat pengetahuan
melakukan hubungan seksual dengan responden dikategorikan menjadi tingkat
pasangan dan rendah jika sedikit yang pengetahuan kurang, tingkat pengetahuan
ingin melakukan hubungan seksual dengan sedang dan tingkat pengetahuann baik.
pasangan mereka. Semakin banyak alasan Sebaran perilaku pacaran berisiko
yang mendorong responden melakukan berdasarkan tingkat pengetahuan pada
hubungan seksual dengan pasangan mahasiswa perantau asal Papua dapat
menunjukan semakin tinggi niat perilaku dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut.
pacaran yaitu pacaran berisiko pada
responden. Sebaran responden berdasarkan Tabel 6. Distribusi Perilaku Pacaran
niat perilaku pacaran terhadap perilaku Berisiko Terhadap Tingkat
pacaran berisiko pada mahasiswa perantau Pengetahuan Mahasiswa
asal Papua dapat dilihat pada Tabel 5 Perantau Asal Papua
sebagai berikut.

Tabel 5. Distribusi Perilaku Pacaran


Berisiko Berdasarkan Niat
Perilaku Pacaran Berisiko
Mahasiswa Perantau Asal
Papua di Kota Surabaya

Berdasarkan hasil distribusi pada


Tabel 6 diketahui bahwa proporsi
responden yang pacaran berisiko dengan
tingkat pengetahuan tinggi (75,9%) lebih
banyak dari pada proporsi responden
dengan tingakat pengetahuan sedang
Berdasarkan hasil distribusi pada (60%) dan kurang (100%%). Dapat
Tabel. 5 diketahui bahwa proporsi disimpulkan bahwa mahasiswa memiliki
responden perilaku pacaran berisiko pengetahuan yang baik mengenai
dengan niat pacaran sedang (89,7%) lebih seksualitas dan perilaku pacaran. Hasil
banyak dibanding proporsi perilaku distribusi menunjukan bahwa hanya 1
pacaran berisiko responden dengan niat responden yang memiliki pengetahuan
tinggi (83,3%) dan niat rendah (57,1%). rendah dan memiliki perilaku pacaran
Mahasiswa perantau asal Papua tidak yang berisiko, sehingga semakin tinggi
memiliki niat untuk berperilaku pacaran tingkat pengetahuan maka semakin baik
berisiko, hal ini dilihat dari hasil distribusi perilaku pacaran mahasiswa. Namun,
yang menunjukkan bahwa mahasiswa berdasarkan hasil distribusi responden
Christine Ohee dan Windhu Purnomo, Pengaruh Status Hubungan Berpacaran... 275

dengan tingkat pengetahuan tinggi juga Uji regresi logistik ganda yang
memiliki perilaku pacaran yang berisiko. digunakan dalam pemilihan model,
variabel yang menjadi kandidat
Hasil Uji Statistik berdasarkan uji regresi logistik sederhana
dimasukkan semua ke dalam regresi
Variabel independen yang diteliti
logistik ganda dengan metode
akan diseleksi berdasarkan uji regresi
mengeliminasi secara bertahap variabel
logistik sederhana untuk memperoleh
yang signifikansinya terbesar (Backward
variabel kandidat regresi logistik gana.
LR) hingga diperoleh model terbaik. Hasil
Hasil dari seleksi kandidat akan diuji
uji regresi logistik ganda dapat dilihat pada
berdasarkan uji regresi logistik ganda dan
tabel 8 sebagai berikut.
memperoleh model terbaik dalam
menetukan determinan yang berpengaruh
Tabel 8. Hasil Uji Regresi Logistik Ganda
terhadap perilaku pacaran berisiko pada
Berdasarkan Variabel Dependen
mahasiswa perantau asal Papua di Kota
dengan Variabel Independen
Surabaya. Hasil seleksi kandidat regresi
logistik ganda berdasarkan uji regresi
logistik sederhana ditampilkan pada Tabel
7, sebagai berikut;

Tabel 7. Hasil Seleksi Kandidat Regresi


Logistik Ganda Berdasarkan Uji
Regresi Logistik Sederhana
Variabel Uji regresi logistik ganda
𝒑 Keterangan
Independen merupakan uji statistik yang digunakan
Status untuk mengetahui faktor yang
0,000 Kandidat
Hubungan mempengaruhi perilaku pacaran berisiko
Niat Perilaku pada mahasiswa perantau asal Papua di
0,249 Kandidat Kota Surabaya. Berdasarkan hasil uji
Pacaran
Bukan regresi logistik ganda menunjukan bahwa
Jenis kelamin 0,788 variabel independen yang terbukti secara
Kandidat
Bukan statistik signifikan (p kurang dari 0,05)
Usia 0,621 mempengaruhi perilaku pacaran berisiko
Kandidat
Tingkat Bukan
pada mahasiswa perantau asal Papua di
1,000 Kota Surabaya adalah status hubungan,
Pengetahuan Kandidat
sedangkan variabel independen lainnya
yaitu usia, jenis kelamin, niat perilaku
Berdasarkan tabel diatas pacaran berisiko, tingkat pengetahuan
menunjukan bahwa variabel independen tidak mempengaruhi perilaku pacaran
yang masuk kandidat regresi logistik berisiko pada mahasiswa perantau asal
ganda (p kurang dari 0,25) adalah status Papua di Kota Surabaya. Status hubungan
hubungan dan niat perilaku pacaran yaitu status hubungan berpacaran. Status
berisiko, sedangkan variabel lain yaitu mahasiswa perantau asal Papua yang
usia, jenis kelamin, jenis tempat tinggal, sedang berpacaran memiliki risiko
peran orang tua, dan kepercayaan terhadap terhadap perilaku pacaran berisiko pada
pasangan dinyatakan tidak berpengaruh remaja. Sedang status sedang tidak
terhadap perilaku pacaran berisiko pada berpacaran tidak memiliki perngaruh
mahasiswa perantau asal Papua karena nila terhadap perilaku pacaran berisiko pada
p lebih dari 0,25. mahasiswa perantau asal Papua di Kota
Surabaya.Variabel independen yang secara
276 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 2 Desember 2018: 268-280

statistik signifikan mempengaruhi perilaku pacaran berisiko pada mahasiswa perantau


pacaran berisiko pada mahasiswa perantau asal Papua di kota Surabaya.
asal Papua yaitu status hubungan. Variabel Kemungkinan mahasiswa melakukan
status hubungan mahasiswa perantau asal perilaku pacaran berisiko dengan status
Papua memiliki nilai p sebesar 0,001 yang berpacaran sebesar 25,083 kali lebih besar
mana lebih besar dari 0,05 dengan nilai dibandingkan dengan mahasiswa yang
koefisien sebesar 22,933, yang berarti memiliki perilaku pacaran berisiko dengan
risiko mahasiswa melakukan pacaran status tidak berpacaran dan pacaran jarak
berisiko yang sedang berpacaran sebesar jauh.
22,933 kali dari pada mahasiswa yang Pacaran menjadi awal mula
sedang tidak berpacaran. perilaku seksual seperti kissing, necking,
petting, dan intercourse. Paul dan White
PEMBAHASAN mengatakan bahwa pacaran di masa
remaja merupakan bagian dari proses
Sebanyak 70 mahasiswa yang sosialisasi, mempelajari keakraban dan
menjadi responden dalam penelitian ini memberi kesempatan untuk menciptakan
dan memiliki karakterisik sebagian besar relasi bermakna dan unik dengan lawan
sedang berpacaran, karakteristik pacaran jenis, serta menjadi konteks untuk
yang ditunjukkan oleh mahasiswa yaitu melakukan eksperimen dan eksplorasi
karakteristik pacaran bereiko yakni seksual (Setiawan, 2008).
berciuman, melakukan gigitan cinta Hal ini sejalan dengan Data Survei
(cupang), saling meraba-raba organ Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
sensitif pasangan, saling menggesekan (SKRRI) tahun 2007 Pengalaman
kemaluan pada pasangan (petting), berpacaran remaja di Indonesia cenderung
memasturbasi/dimasturbasi dan melakukan semakin berani dan terbuka. Remaja mulai
hubungan seksual. Hal ini sejalan dengan berpegangan tangan, berciuman dan
penelitian yang dilakukan Sekarrini (2012) meraba/merangsang. Dalam survei juga
yang mengkatergorikan perilaku seksual diungkap 1% remaja perempuan dan 5%
pada remaja menjadi dua yaitu perilaku remaja laki-laki usia 15-24 tahun
seksual ringan dan perilaku seksual berat. menyatakan pernah melakukan hubungan
Perilaku seksual ringan diantaranya yaitu seksual pranikah, hasil tersebut juga
mengobrol, nonton film, pegangan tangan, menyatakan bahwa faktor yang
jalan-jalan, pelukan, sampai cium pipi, mempengaruhi perilaku pacaran berisiko
sedang perilaku seksual berat atau berisiko adalah mempunyai teman yang sedang
yaitu ciuman bibir, ciuman mulut, ciuman berpacaran dan pengaruh teman yang
leher, meraba bagian tubuh sensitif, pernah melakukan hubungan seksual
petting, masturbasi dan intercourse. dengan pacar (Umaroh, 2015).
Karakteristik lain pada responden Selain hai tersebut, hasrat seksual
diantaranya berjenis kelamin laki-laki dan seseorang juga mempengaruhi terjadinya
perempuan, memiliki pengetahuan tinggi hubungan seksual. Menurut Sumiatin
tentang perilaku pacaran berisiko, (2017) hasrat untuk melakukan hubungan
memiliki niat untuk melakukan perilaku seksual adalah timbulnya minat melakukan
pacaran berisiko (Harefa, 2013). hubungan seksual. Hasrat seksual dapat
Hasil penelitian menunjukkan timbul apabila tidak terjadi hambatan
bahwa terdapat satu variabel independen selesa seksual, hambatan gairah seksual,
yang mempengaruhi perilaku pacaran dan hambatan orgasme. Hasrat melakukan
berisiko pada mahasiswa perantau asal hubungan seksual dapat muncul kapan saja
Papua yaitu status hubungan. Hasil dan dimana saja. Keimanan seseorang juga
penelitian menunjukkan bahwa status mempengaruhi seseorang untuk
hubungan berpengaruh terhadap perilaku mengendalikan hasrat seksual. Dalam
Christine Ohee dan Windhu Purnomo, Pengaruh Status Hubungan Berpacaran... 277

penelitian Suwarni (2015) menyatakan berisiko pada mahasiswa perantau asal


bahwa iman yang lemah tidak dapat Papua di Wilayah Timur Kota Surabaya.
menolong remaja untuk menahan nafsu Hal ini sejalan dengan penelitian yang
seksualnya. Kematangan iman seseorang dilakukan oleh Muliyati (2012) bahwa
menolong dirinya untuk menahan perilaku tidak ada hubungan yang signifikan antara
seksual yang progresif dan memunculkan jenis kelamin dengan perilaku pacaran
rasa bersalah apabila melewati batas berisiko. Penelitian yang dilakukan oleh
tertentu dalam perilaku seksual. Sekarrini (2012) juga menunjukkan bahwa
Kategori usia pada penelitian ini tidak ada hubungan yang signifikan antara
diukur berdasarkan definisi remaja jenis kelamin dengan perilaku pacaran
menurut BKKBN yaitu remaja adalah berisiko pada remaja. Pada penelitian ini
seseorang yang belum menikah dan faktor yang memungkinkan tidak adanya
berusia 10-21 tahun. Responden dalam pengaruh yang signifikan antara jenis
penelitian ini merupakan mahasiswa pada kelamin dan perilaku pacaran berisiko
tahap remaja akhir yaitu 18-21 tahun. adalah status berpacaran, dimana
Masa remaja merupakan masa dimana responden merupakan mahasiswa yang
seseorang mengalami perubahan baik sedang berpacaran, hingga perilaku
secara fisik maupun psikis, fase persiapan pacaran berisiko dilakukan dengan
menjadi dewasa. Kenyataan dilapangan pasangan mereka, yakni antara laki-laki
menunjukkan bahwa terdapat mahasiswa dan perempuan. Dimana pasangan laki-
yang menganggap diri mereka sudah mulai laki melakukan aktivitas seksual yang
dewasa dan mandiri, hingga tidak diresponi oleh perempuan, sehingga baik
mempertimbangkan usia dalam melakukan laki-laki maupun perempuan, sama-sama
segala hal. Sehingga usia tidak menunjukkan perilaku seksual berisiko.
berpengaruh terhadap perilaku pacaran Hal ini sejalan dengan penelitian yang
mahasiswa, baik perilaku pacaran berisiko dilakukan oleh Muliyati (2012) bahwa
maupun tidak (Azinar, 2013). tidak ada hubungan yang signifikan antara
Berdasarkan hasil penelitian jenis kelamin dengan perilaku pacaran
diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa berisiko.
yang merupakan remaja akhir banyak yang Hasil penelitian menunjukkan
melakukan pacaran berisiko, namun hasil bahwa niat perilaku pacaran tidak
penelitian ini menunjukkan bahwa usia berpengaruh secara signifikan terhadap
tidak berpengaruh terhadap perilaku perilaku pacaran berisiko pada mahasiswa
pacaran berisiko mahasiswa perantau asal perantau asal Papua di Wilayah Timur
Papua di Wilayah Timur Kota Surabaya. Kota Surabaya. Teori Perilaku Berencana
Hal ini sejalan dengan penelitian Sekarrini (TPB) menyatakan bahwa perilaku
(2012) yang meneliti remaja menengah dipengaruhi oleh niat individu dalam
dan mendapati tidak ada hubungan antara melakukan sesuatu perilaku tertentu.
usia dengan perilaku seksual. Tidak Semakin kuat niat seseorang untuk terlibat
adanya hubungan yang bermakna antara dalam perilaku maka semakin besar
usia dengan perilaku pacaran berisiko ini kemungkinan perilaku tersebut dilakukan.
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Niat untuk melakukan suatu perilaku juga
Mahmudah dkk (2016). dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu
Hasil penelitian menunjukkan sikap, norma subyektif dan pengendali
bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh perilaku. Hasil penelitian ini tidak sejalan
terhadap perilaku pacaran berisiko pada dengan penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswa perantau asal Papua di Wilayah Purwanza, dkk (2017) yang menyatakan
Timur Kota Surabaya. Hasil penelitian bahwa ada pengaruh antara niat perilaku
menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak seksual dan perilaku seksual. Juga
berpengaruh terhadap perilaku pacaran penelitian yang dilakukan oleh Anniswah
278 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 2 Desember 2018: 268-280

(2016), menyatakan bahwa niat Hasil penelitian ini sejalan dengan


berhubungan secara signifikan terhadap penelitian yang dilakukan oleh Lestary
perilaku. Anniswah (2016)melakukan (2011) yang menunjukkan bahwa tidak ada
peneltian kualitatif, yang secara mendalam hubungan yang signifikan antara tingkat
meneliti niat perilaku dari beberapa pengetahuan dan perilaku pacaran
responden yang menunjukkan bahwa berisiko. Secara teori, pengetahuan
adanya hubungan antara niat perilaku memiliki hubungan positif dengan perilaku
pacaran berisiko dan perilaku pacaran seksual, semakin baik pengetahuan remaja
berisiko. Kemungkinkan terjadi karena maka semakin rendah perilaku pacaran
adanya faktor yang memacu berperilaku berisiko, dan sebaliknya. Jika terdapat
seksual berisiko. Niat untuk melakukan kontradiksi terhadap suatu faktor maka ada
hubungan seksual pra nikah muncul secara faktor lain yang lebih besar pengaruhnya
tiba-tiba ketika berada bersama pasangan, yang mengendalikan faktor. Pada
dan ketika mereka mulai melakukan penelitian ini terjadi kontradiksi karena
perilaku pacaran berisiko lainnya. Hal ini responden yang memiliki perilaku pacaran
menunjukkan bahwa niat untuk berisiko sangat paham akan pengetahuan
melakukkan pacaran berisiko akan muncul reproduksi (Agung, 2014).
ketika dipengaruhi oleh faktor yang secara
langsung mempengaruhi niat responden SIMPULAN
dan pasangannya. Sehingga penelitian ini
menunjukkan bahwa kurangnya niat Berdasarkan hasil analisis dan
mahasiswa perantau asal Papua melakukan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai
pacaran berisiko dan tidak ada hubungan berikut, hasil distribusi menunjukkan
antar niat dengan perilaku pacaran berisiko bahwa perilaku pacaran berisiko pada
(Yaunin, 2016). mahasiswa perantau asal Papua sebesar
Hasil penelitian menunjukkan 72,9%. Sedangkan 27,1% remaja yang
bahwa tingkat pengetahuan mengenai berstatus sebagai mahasiswa yakni
seksualitas, tingkat pengetahuan terhadap mahasiswa perantau asal Papua tidak
perilaku pacaran berisiko tidak berprilaku pacaran berisiko.
berpengaruh secara signifikan terhadap Mahasiswa perantau asal Papua
perilaku pacaran berisiko pada mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian
perantau asal Papua di Kota Surabaya. ini adalah remaja yang berstatus
Pengetahuan mahasiswa perantau asal mahasiswa, dengan kisaran usia 18-21
Papua berbanding terbalik dengan perilaku tahun, berstatus sedang berpacaran,
pacaran mereka, mahasiswa lebih banyak pacaran jarak jauh, dan sedang tidak
mengetahui namun banyak juga berpacaran meskipun pernah berpacaran
melakukan pacaran berisiko. Berdasarkan selama masa studi. Mahasiswa perantau
hasil penelitian responden memiliki asal Papua memiliki tingkat pengetahuan
pengetahuan yang sangat baik tentang yang tinggi terhadap perilaku seksual
perilaku pacaran berisiko. Sebagian besar khususnya perilaku pacaran berisiko dan
mahasiswa mengetahui bentuk perilaku tidak memiliki niat untuk melakukan
pacaran berisiko, mengetahui dampak pacaran berisiko.
perilaku pacaran berisiko bagi kesehatan, Determinan perilaku pacaran
dan hal-hal yang berkatan dengan berisiko pada mahasiswa perantau asal
seksualitas. Pengetahuan mahasiswa Papua yaitu status hubungan pacaran
perantau asal Papua berbanding terbalik mahasiswa, yakni status berpacaran.
dengan perilaku pacaran mereka, Mahasiswa perantau asal Papua yang
mahasiswa lebih banyak mengetahui berstatus sedang berpacaran memiliki
namun banyak juga melakukan pacaran pengaruh yang signifikan terhadap
berisiko. perilaku pacaran berisiko. Dengan nilai p
Christine Ohee dan Windhu Purnomo, Pengaruh Status Hubungan Berpacaran... 279

sebesar 0,001 yang mana lebih besar dari Badan Pusat Statistik, Badan Koordinasi
0,05 dengan nilai koefisien sebesar 22,933, Keluarga Berencanan Nasional,
yang berarti risiko mahasiswa melakukan Departemen Kesehatan, & Macro
pacaran berisiko yang sedang berpacaran International. (2013). Survei
sebesar 22,933 kali dari pada mahasiswa Demografi dan Kesehatan
yang sedang tidak berpacaran. Indonesia 2012. SDKI, 16.
Variabel lain yaitu usia, jenis https://doi.org/10.1111/j.1471-
kelamin, niat perilaku pacaran berisiko, 0528.2007.01580.x
tingkat pengetahuan tidak berpengaruh Chandra, N. (2012). Gambaran Perilaku
terhadap perilaku pacaran berisiko pada Seksual Remaja Di Sekolah
mahasiswa prantau asal Papua di Kota Menengah Kejuruan (SMK)
Surabaya. Swasta X2 di Kota Depok Tahun
2012
DAFTAR PUSTAKA Giyai, M. (2017). Analisis Perilaku
Seksual Pada Mahasiswa Papua Di
Agung, A., Agung, P., R., Wayan, N., Surabaya. Jurnal Kesehatan
Wulan, C., & Putri, S. (2014). Masyarakat
Hubungan Antara Jenis Kelamin Harefa Y, N. (2013) ‘Studi Kualitatif
Dan Status Sosioekonomi Keluarga Perilaku Seks Pranikah Remaja
Terhadap Seks Pranikah Pada Putri Di Kota Gunungsitoli Tahun
Remaja SMA / Sederajat Di 2013’, repository USU, pp. 1–67.
Wilayah Kerja Puskesmas doi:
Sukawati I Pada Tahun 2014. 10.1017/CBO9781107415324.004.
Anniswah, N. (2016). Faktor-Faktor Yang Hidayangsih, P. S. (2014). Perilaku
Berhubungan Dengan Perilaku Berisiko Dan Permasalahan
Seksual Berisiko IMS Pada Remaja Kesehatan Reproduksi Pada
Pria Di Indonesia. Remaja. Jurnal Kesehatan
https://doi.org/10.1017/CBO97811 Reproduksi, 5(2), 1–10.
07415324.004 https://doi.org/10.22435/KESPRO.
Azinar, M. (2013). Perilaku Seksual V5I2.3886.89-101
Pranikah Berisiko Terhadap Kementerian Kesehatan RI. (2015). Sexual
Kehamilan Tidak Dinginkan. Health Reproductiv; Situasi
Jurnal Kesehatan Masyarakat, kesehatan Reproduksi remaja.
8(2), 153–160. Pusat Data Dan Informasi
https://doi.org/10.15294/kemas.v8i Kementerian Kesehatan RI.
2.2639 Kementerian Kesehatan (2015) Profil
Angket, K. (2008). METODE Kesehatan Indonesia 2014,
PENELITIAN A . Jenis Penelitian Kementerian Kesehatan Republik
B . Metode Pengumpulan Data C . Indonesia. doi: 10.1037/0022-
Populasi dan Sampel, 27–32. 3514.51.6.1173.
Badan Pusat Statistik, Badan Koordinasi Kusuma Dewi Pujianti, (2012), Gambaran
Keluarga Berencanan Nasional, Faktor-Faktor Risiko Perilaku
Departemen Kesehatan, Macro Seksual Remaja SMA di Wilayah
International, Badan Pusat Statistik Kerja Puskesmas Halmahera Kota
Indonesia, Menua, Iba, P. (2015). Semarang Tahun 2012. Skripsi.
Kualitas Sumber Daya Manusia Lestary, H., & Sugiharti. (2011). Perilaku
Dalam Menggapai Bonus Berisiko Remaja Di Indonesia
Demografi Rachmawati Madjid. Menurut Survey Kesehatan
Jurnal Populasi, 2(1), 102–114. Reproduksi Remaja Indonesia
https://doi.org/2101018 (SKRRI) Tahun 2007. Jurnal
280 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 2 Desember 2018: 268-280

Kesehatan Reproduksi, 1(3), 136– Pengaruh pacaran terhadap


144. perilaku seks pranikah. Jurnal
Lestari, I. A. (2014). Faktor-Faktor Yang Soul, 1(2), 59–7
Berhubungan Dengan Perilaku Sumiatin, T., Purwanto, H., & Ningsih, W.
Seks Pranikah Pada Mahasiswa T. (2017). Pengaruh Persepsi
Unnes. Unnes Journal of Public Remaja Tentang Perilaku Seks
Health, 3(4), 27–38. Terhadap Niat Remaja Dalam
Mahmudah, U., Cahyati, W. H., & Melakukan Perilaku Seks Berisiko.
Wahyuningsih, A. S. (2013). Jurnal Keperawatan, 8(1), 96–101.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Suwarni, L., & Selviana. (2015). Inisiasi
8(2), 113–120. https://doi.org/ISSN Seks Pranikah Remaja dan Faktor
1858-1196 yang Mempengaruhi. Jurnal
Muliyati. (2012). Faktor- Faktor yang Kesehatan Masyarakat, 10(2),
Berhubungan dengan Perilaku 113–120.
Gaya Pacaran pada Siswa SMU X https://doi.org/10.15294/kemas.v10
dan MAN Y Kabupaten Sidrap i2.3378
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Syamsiah, S. (2007). Hubungan
2012. Pengetahuan dan Sumber Informasi
Riskesdas (2013), Riset Kesehatan Dasar, Siswa Tentang Kespro Remaja
Badan Penelitian dan Dengan Sikap Siswa Terhadap
Pembangunan Kesehatan tentang Seks Bebas.
Perilaku Seksual Remaja. Tri Sulastri Lesteri (2015), Perubahan
Rosdarni, Dasuki, D., & Waluyo, S. D. Perilaku Pacaran Remaja
(2015). Pengaruh Faktor Personal Sekolah Menengah Pertama Negeri
terhadap Perilaku Seksual Pranikah 2 Sendawar Di Kutai Barat,
pada Remaja. Jurnal Kesehatan Mahasiswa Program S1 Sosiatri-
Masyarakat Nasional, 9(3), 214– Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan
221. Ilmu Politik, Universitas
https://doi.org/10.21109/kesmas.v9 Mulawarman.
i3.567 Umaroh, ayu khoirul. (2015). Hubungan
SDKI (2012), Survei Demografi antara faktor internal dan eksternal
Kesehatan Indonesia tentang dengan perilaku seksual pranikah
Kesehatan Reproduksi Remaja. remaja indonesia. Jurnal
Sekarrini. (2012). Faktor-Faktor Yang Kesehatan Masyarakat Andalas,
Berhubungan Dengan Perilaku 10, 65–75.
Reksual Remaja Di SMK Yaunin, Y., & Lestari, Y. (2016). Artikel
Kesehatan Di Kabupaten Bogor Penelitian Faktor-Faktor yang
Tahun 2011. Skripsi. Depok: Berhubungan dengan Perilaku
Fakultas Kesehatan Masyarakat Seksual Remaja di Kota Padang.
UI. Jurnal FK Unand, 5(2), 448–455.
Setiawan, R., & Nurhidayah, S. (2008).

You might also like