You are on page 1of 12

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal Floratek

Yenny Sufyati et al. (2006) J.Floratek 2 : 43 - 54

PENGARUH UKURAN FISIK DAN JUMLAH UMBI PER LUBANG TERHADAP


PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

The Influence of Physical Size and Number of Bulbs Per Hole


on Growth and Yield of Shallot (Allium ascalonicum L.)

Yenny Sufyati*, Said Imran AK, dan Fikrinda

ABSTRACT

The objective of this study is to find out the influence of bulb physical size and
the suitable number of the bulb per hole in order to increase the growth and yield of
shallot. The result showed that the bulb size gave no significant differences of the plant
height at 15 days after planting, but it had given the very significant differences at 30 and
45 days. Moreover, the highly significant differences are also shown at the number of
leaves at 45 days after planting, the number of bulb per cluster, the weight of the wet and
dried plant per netto plot and the weight of the dried bulb per netto plot. All parameters
of the growth and yield plant evaluated were significantly affected by the number of bulb
per hole. There were highly significant interaction between the bulb physical size and the
number of bulb per hole on the plant height at 30 days after planting, the number of
leaves at 45 days after planting and the number of bulb per cluster. In general, treatment
U1 gave the growth and yield of plant better than treatment U2 and U3. In addition, three
bulbs per hole (J3) had better effect on the growth and yield of plant than other
treatments.

Keywords: Shallot, bulb physical size, and number of bulb per hole

PENDAHULUAN

Tanaman bawang merah (Allium sungguh lekat dengan lidah orang


ascalonicum L.) merupakan salah satu Indonesia (Wibowo, 1992).
jenis tanaman semusim (annual) yang Manfaat bawang merah dalam
termasuk dalam famili Liliaceae. kehidupan sehari-hari selain seperti yang
Tanaman ini merupakan sayuran telah disebutkan yaitu sebagai bumbu
rempah yang meskipun bukan asli dari penyedap masakan, juga sebagai sumber
Indonesia, namun penggunaannya vitamin B dan C, protein, lemak,
sebagai bumbu penyedap masakan karbohidrat, yang sangat diperlukan oleh
tubuh.
1

Yenny Sufyati, Said Imran AK, dan Fikrinda, Jurusan Budidaya Tanaman, Fakultas Pertanian Unsyiah
* Penulis koresponden

43
Yenny Sufyati et al. (2006) J.Floratek 2 : 43 - 54

Kegunaan lainnya adalah untuk daun akan meningkatkan laju


obat-obatan seperti obat batuk dan obat fotosintesis, sehingga mempengaruhi
untuk menurunkan suhu badan. Umbi proses pembentukan umbi (Anonymous,
bawang merah juga dapat dimakan 1980 ; Anonymous, 1987).
mentah setelah dikupas, umumnya Menurut Wibowo (1992), umbi-
dibuat acar, dapat pula digoreng untuk umbi untuk bibit bawang merah
menambah rasa sedap serta hiasan sebaiknya dipilih yang berukuran kecil
berbagai masakan. Kulit umbinya atau sedang. Jangan memilih yang
dipakai untuk mewarnai telur pindang terlalu kecil karena akan mudah
yang menjadi coklat sesudah direbus. membusuk bila ditanam, dan sering
Daunnya digunakan sebagai campuran menghasilkan tanaman yang lemah
sayur pertumbuhannya yang pada akhirnya
Mengingat manfaat dan nilai hasil tanaman menjadi rendah. Bukan
ekonomi tanaman bawang merah cukup berarti umbi besar tidak baik digunakan
tinggi, maka perlu ditingkatkan tetapi biasanya umbi besar mempunyai
produksinya. Dalam usaha harga yang lebih tinggi, sementara
meningkatkan produksi tanaman bawang hasilnya relatif tidak berbeda dengan
merah banyak faktor yang ikut umbi yang berukuran sedang. Umbi
menentukan yaitu : perbaikan cara yang berukuran sedang beratnya
bercocok tanam, pemilihan bibit unggul, berkisar antara 2.5 – 5.0 g, sedang yang
pemupukan, pengairan dan berukuran besar 5.0 – 7.5 g, dan yang
pemberantasan hama/penyakit. berukuran kecil beratnya  2.5 g per
Penggunaan bibit yang tidak baik umbi.
dapat menurunkan produksi. Menurut Selain ukuran umbi, faktor yang
Samsudin (1979), umbi bibit yang baik dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
mempunyai ukuran fisik yang tidak produksi tanaman bawang merah adalah
terlalu kecil. Umbi bibit yang terlalu jumlah benih atau bibit yang ditanam per
kecil cenderung menghasilkan jumlah lubang. Jumlah bibit yang ditanam per
anakan yang relatif sedikit, sedangkan lubang akan menentukan jumlah
umbi bibit yang terlalu besar merupakan tanaman yang tumbuh dalam suatu
pemborosan karena umbi yang rumpun. Banyak tanaman dalam satu
mempunyai ukuran fisik yang terlalu rumpun dapat mempengaruhi tingkat
besar sering kali kurang menghasilkan populasi tanaman per satuan luas,
tunas. Sementara itu harga bibit bawang sedangkan tingkat populasi sangat
relatif mahal, sehingga pada umumnya mempengaruhi pertumbuhan dan
petani tidak mengadakan seleksi bibit. produksi tanaman pada suatu areal
Pertumbuhan tanaman bawang penanaman.
merah dipengaruhi oleh berat umbi yang Untuk pertanaman bawang
digunakan sebagai bibit. Bibit yang merah belum ada informasi yang jelas
berasal dari umbi yang besar akan berapa jumlah umbi bibit yang baik
memberikan pertumbuhan yang lebih ditanam per lubang guna meningkatkan
baik daripada bibit yang berasal dari pertumbuhan dan produksi . Namun
umbi yang kecil. Daun-daun yang demikian Soedirdjoatmojo (1987)
terbentuk akan lebih banyak daripada menyatakan bahwa jika penanaman
bibit yang berukuran kecil, sehingga bawang merah menggunakan biji, maka
akibat dari bertambah besarnya luas setiap lubang ditanam 2 – 3 biji dengan

44
Yenny Sufyati et al. (2006) J.Floratek 2 : 43 - 54

jarak tanam 10cm x 10cm, akan tetapi yang digunakan adalah alat pengolah
bila menggunakan anakan, maka setiap tanah, sprayer, timbangan elektrik,
lubang ditanam satu anakan yang cukup papan nama, meteran dan alat tulis
besarnya dengan jarak tanam 15cm x menulis.
15cm. Penelitian ini menggunakan
Jumlah bibit per lubang yang Rancangan Petak Terpisah (Split Plot
digunakan petani umumnya tergantung Design) dengan pola Rancangan Acak
kepada besar kecilnya ukuran umbi bibit. Kelompok (RAK), dengan tiga ulangan.
Biasanya bibit yang berukuran besar Ada dua faktor yang diteliti yaitu
ditanam satu bibit per lubang, sedangkan Ukuran Fisik Umbi (U) terdiri atas tiga
yang berukuran kecil ditanam 2 – 3 bibit taraf dan Jumlah Umbi Bibit per Lubang
per lubang. Belum ada informasi berapa (J) juga terdiri atas tiga taraf. Ukuran
jumlah umbi per lubang yang tepat untuk fisik umbi ditempatkan pada petak
berbagai ukuran umbi bibit terhadap utama (main plot), sedangkan jumlah
pertumbuhan dan produksi tanaman umbi bibit per lubang ditempatkan pada
bawang merah. anak petak (sub plot).
Sebagai tambahan informasi Taraf perlakuan ukuran fisik
bahwa pada pertanaman padi, jika bibit umbi adalah :
ditanam dalam jumlah yang banyak akan U1 = ukuran fisik besar (dengan berat
terjadi persaingan dalam rumpun 5.0 – 7.5 g/umbi)
terutama terhadap sinar matahari, akibat U2 = ukuran fisik sedang (dengan berat
pertumbuhan dipacu untuk memanjang. 2.5 – 4.9 g/umbi)
Sebaliknya bibit yang ditanam per U3 = ukuran fisik kecil (dengan berat 
lubang dalam jumlah sedikit, tidak dapat 2.5 g/umbi)
mencapai tingkat populasi yang Taraf perlakuan jumlah umbi
optimum sehingga produksi per satuan bibit per lubang adalah :
luas menjadi rendah (Siregar,1981). J1 = satu umbi bibit per lubang
Berdasarkan permasalahan di J2 = dua umbi bibit per lubang
atas, perlu kiranya diteliti pangaruh J3 = tiga umbi bibit per lubang
ukuran fisik dan jumlah umbi bibit per Terdapat sembilan kombinasi
lubang terhadap pertumbuhan dan hasil perlakuan dan setiap unit percobaan
bawang merah. diulang tiga kali, sehingga
keseluruhannya berjumlah 27 unit
METODE PENELITIAN percobaan.
Penelitian ini dilaksanakan di Tahapan pelaksanaan penelitian
kebun percobaan Fakultas Pertanian yang dilakukan adalah : 1) persiapan
Universitas Syiah Kuala Darussalam, tanah yaitu tanah diolah dua kali dengan
Banda Aceh, yang berlangsung dari menggunakan traktor. Rumput-rumput
bulan September sampai dengan yang terdapat pada petak percobaan
November 1994. dibuang sampai bersih. Kemudian
Bahan yang digunakan adalah dibuat plot percobaan dengan ukuran 1m
umbi bibit bawang merah, pupuk x 4m sebanyak 27 plot. Jarak antar blok
kandang sapi, pupuk urea, SP–36 dan 70 cm dan jarak antar main plot 50cm,
KCl, insektisida Azodrin serta fungisida sedangkan jarak antar sub plot 30cm; 2)
Dithane M-45, dan bahan-bahan lain penanaman: sebelum ditanam, umbi
yang menunjang penelitian ini. Alat-alat bibit yang telah diseleksi sesuai

45
Yenny Sufyati et al. (2006) J.Floratek 2 : 43 - 54

ukurannya dipotong sepertiga bagian nampak di atas permukaan tanah dan


pada bagian atasnya. Selanjutnya leher batang di atas umbi telah lemas.
ditanam sesuai dengan perlakuan yang Cara memanen yaitu dengan cara
dicobakan. Penanaman dilakukan tidak mencabut seluruh bagian tanaman.
terlalu dalam, diusahakan agar Peubah yang diamati terdiri atas
permukaan umbi bibit sama dengan :1) tinggi tanaman pada umur 15, 30 dan
permukaan tanah, dan cukup ditutup 45 hari setelah tanaman, diukur mulai
dengan tanah yang tipis. Jarak tanam dari permukaan tanah hingga ujung daun
yang digunakan adalah 20cm x 20cm; 3) terpanjang (dalam cm); 2) jumlah daun
pemupukan: untuk memenuhi pada umur 45 hari setelah tanam (helai);
kebutuhan unsur hara dilakukan 3) jumlah umbi per rumpun, dihitung
pemupukan dengan dosis masing-masing pada saat panen (umbi); 4) berat basah
: Urea 260 kg/ha (104 g/plot), SP-36 250 berangkasan per plot netto, ditimbang
kg/ha (100 g/plot), dan KCl 167 kg/ha segera setelah panen (g); 5) berat kering
(67 g/plot) serta pupuk kandang sapi 15 berangkasan per plot netto, ditimbang
ton/ha (6 kg/plot). Pupuk kandang setelah dikeringkan selama 6 hari (g); 6)
diberikan seminggu sebelum tanam berat umbi kering per plot netto,
dengan cara sebar merata pada ditimbang setelah dikeringkan selama 6
permukaan plot. Dua per tiga dosis Urea hari (g).
dan seluruh dosis SP-36 serta KCl Data yang diperoleh dianalisis
diberikan bersamaan dengan waktu secara statistik (uji F), dan bila
tanam dengan cara sebar, sedangkan menunjukkan pengaruh nyata,
sepertiga dosis Urea yang tertinggal dilanjutkan dengan uji BNJ0.05 untuk
diberikan 15 hari berikutnya dengan cara membandingkan nilai tengah antar
larikan; 4) pemeliharaan: meliputi : perlakuan.
penyiraman,penyiangan, pembumbunan
dan pengendalian hama serta penyakit. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyiraman dilakukan setiap hari
(kecuali hujan) yang dilakukan sampai Pengaruh Ukuran Fisik Umbi
tanaman berumur 50 hari. Penyiangan Pertumbuhan
dan pembumbunan dilakukan pada umur Hasil sidik ragam menunjukkan
2 minggu dengan interval 2 minggu bahwa ukuran fisik umbi berpengaruh
sekali. Pengendalian hama dan penyakit tidak nyata terhadap tinggi tanaman
dilakukan pada umur 15 hari setelah bawang merah umur 15 hari setelah
tanam dengan interval 2 minggu sekali tanam(HST), akan tetapi berpengaruh
atau menurut kebutuhan. Pestisida yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman
digunakan adalah Azodrin dan umur 30 dan 45 HST serta jumlah daun
Dithane M-45 dengan konsentrasi umur 45 HST.
pemberian 0.2 %; 5) panen: pemanenan Rata-rata tinggi tanaman bawang
dilakukan pada umur 70 hari setelah merah umur 15, 30 dan 45 HST serta
tanam dengan kriteria sebagai berikut : jumlah daun umur 45 HST dapat dilihat
daun mulai agak menguning, umbi pada Tabel 1.

46
Yenny Sufyati et al. (2006) J.Floratek 2 : 43 - 54

Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Bawang Merah Umur 15, 30, 45 dan Jumlah Daun
Umur 45 Hari Setelah Tanam akibat Perlakuan Ukuran Fisik Umbi

Tinggi Tanaman (cm)


Ukuran Fisik Jumlah daun
umur
Umbi umur 45 HST
15 HST 30 HST 45 HST
U1 18.90 a 34.50 c 39.07 c 52.48 c
U2 18.04 a 31.41 b 35.49 b 40.76 b
U3 16.75 a 27.29 a 31.29 a 26.28 a
BNJ 0.05 - 1.42 2.14 8.21
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama berbeda
tidak nyata pada peluang 5% (uji BNJ)
HST = Hari Setelah Tanam

Tabel 1 menunjukkan bahwa Sabaruddin (1985) menunjukkan bahwa


semua komponen pertumbuhan yang ukuran fisik umbi bibit besar
diamati berbeda nyata akibat perbedaan menghasilkan pertumbuhan dan
ukuran fisik umbi yang digunakan, produksi yang terbaik. Menurut
kecuali pada tinggi tanaman umur 15 Wibowo (1992) bahwa pertumbuhan
HST. Tinggi tanaman pada umur 30, 45, tanaman bawang merah yang berasal
dan jumlah daun umur 45 HST, ternyata dari umbi yang besar akan memberikan
perlakuan ukuran fisik umbi besar (U1) pertumbuhan yang lebih baik
nyata memberikan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan bibit yang
dibandingkan dengan perlakuan ukuran mempunyai ukuran fisik yang relatif
fisik umbi lainnya. Pada tabel tersebut lebih kecil.
juga dapat dilihat bahwa tinggi tanaman Pendapat lain menyatakan bahwa
umur 30, 45 dan jumlah daun umur 45 ukuran fisik yang besar mempunyai
HST menurun secara nyata sesuai potensi tumbuh yang besar pula
dengan penurunan berat ukuran fisik (Brewster, Salter dan Darby, 1977).
umbi bibit yang digunakan. Sehingga jumlah daun yang terbentuk
Keadaan ini disebabkan karena akan lebih banyak dibandingkan dengan
umbi yang berukuran besar mempunyai jumlah bibit yang berukuran kecil
lapisan umbi yang relatif lebih banyak. (Anonymous, 1980). Akibat dari
Oleh karenanya kemampuan tumbuh bertambahnya jumlah daun akan
akan lebih kuat pula, di samping itu bibit meningkatkan laju fotosintesis, sehingga
yang berukuran besar mempunyai daerah mempengaruhi pertumbuhan dan
penampang akar yang lebih luas produksi tanaman (Suseno, 1974;
sehingga jumlah akar yang tumbuh akan Dwijoseputro,1980).
lebih banyak. Hal ini berarti jumlah Telah ditemukan pula oleh
unsur hara yang dapat diserap berada Rogers (1977) bahwa ukuran fisik bibit
dalam jumlah yang cukup, dengan bawang merah mempunyai korelasi
demikian meningkatkan pertumbuhan positif dengan jumlah akar. Semakin
tanaman. besar ukuran fisik bibit,maka akar yang
Hasil penelitian ini sejalan terbentuk juga semakin banyak.
dengan apa yang telah diteliti oleh

47
Yenny Sufyati et al. (2006) J.Floratek 2 : 43 - 54

Tidak berbedanya tinggi tanaman Hasil


umur 15 HST, bermakna bahwa tinggi Hasil sidik ragam menunjukkan
tanaman bawang merah tidak bahwa ukuran fisik umbi berpengaruh
dipengaruhi oleh ukuran fisik umbi sangat nyata terhadap semua komponen
apabila diamati pada umur 15 HST. Hal hasil yang diamati (jumlah umbi per
ini diduga pertumbuhan awal sampai rumpun, berat basah dan kering
dengan umur 15 HST masih tergantung berangkasan serta berat umbi kering per
pada cadangan makanan yang ada di plot netto).
dalam umbi, dengan demikian sekalipun Rata-rata jumlah umbi per
umbi bibit yang digunakan berukuran rumpun, berat basah dan kering
kecil masih mampu mendukung berangkasan serta berat umbi kering per
pertumbuhan sampai umur 15 HST. plot netto dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Hasil Bawang Merah akibat Perlakuan Ukuran fisik Umbi Bibit
Ukuran Jumlah Umbi Berat Basah Berat Kering Berat Umbi
Fisik per rumpun Berangkasan Berangkasan Kering
Umbi (umbi) (g/plot netto) (g/plot netto) (g/plot netto)
U1 16.92 c 4500.47 b 3366.81 c 3289.41 b
U2 12.53 b 3440.04 ab 2535.28 b 2481.66 b
U3 7.47 a 2327.67 a 1700.98 a 1645.42 a
BNJ 0,05 3.51 1201.08 794.34 808.72

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama berbeda
tidak nyata pada peluang 5% (uji BNJ) .

Tabel 2 memperlihatkan bahwa Berdasarkan peubah berat umbi


semua komponen hasil yang diamati kering, hasil penelitian ini telah dapat
berbeda akibat perbedaan ukuran fisik memperlihatkan bahwa produksi bawang
umbi bibit yang digunakan. Ukuran fisik merah per hektar dengan menggunakan
umbi besar, nyata memberikan hasil bibit yang berukuran besar menghasilkan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan 15.2 ton, ukuran sedang 11.5 ton, dan
ukuran fisik umbi lainnya, kecuali pada ukuran kecil 7.6 ton.
peubah berat basah berangkasan dan Hasil yang tinggi pada semua
berat umbi kering per plot netto, berbeda komponen hasil yang diamati dari umbi
tidak nyata antara perlakuan ukuran fisik bibit yang besar, bermakna bahwa
umbi besar (U1) dengan ukuran fisik kualitas bibit yang baik sangat
umbi sedang (U2). Pada tabel tersebut menentukan produksi dari suatu
juga dapat dilihat bahwa semua tanaman. Seperti apa yang telah
komponen hasil yang diamati, nyata didapatkan pada peubah pertumbuhan
lebih rendah pada ukuran fisik umbi sebelumnya yang menunjukkan bahwa
kecil (U3), hanya saja pada peubah berat dari umbi bibit yang berukuran besar
basah berangkasan penurunannya tidak menghasilkan pertumbuhan yang baik
nyata dengan perlakuan fisik umbi dari semua komponen yang diamati.
sedang (U2). Telah umum diketahui bahwa
pertumbuhan dan produksi tanaman

48
Yenny Sufyati et al. (2006) J.Floratek 2 : 43 - 54

sangat ditentukan oleh kualitas bibit Hasil sidik ragam menunjukkan


yang digunakan. Pertumbuhan dan bahwa jumlah umbi bibit per lubang
produksi tanaman yang tinggi tidak akan memberikan pengaruh yang sangat nyata
dicapai walaupun sarana produksi yang terhadap semua komponen pertumbuhan
digunakan secara maksimal, bila yang yang diamati (tinggi tanaman umur 15,
digunakan adalah bahan tanam berupa 30, 45, dan jumlah daun bawang merah
bibit yang berkualitas rendah. umur 45 HST).
Rata-rata tinggi tanaman bawang
Pengaruh Jumlah Umbi Bibit per merah umur 15, 30, 45 dan jumlah daun
Lubang umur 45 HST dapat dilihat pada Tabel 3.
Pertumbuhan

Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman Umur 15, 30, 45 dan Jumlah Daun Umur 45 HST
akibat Perlakuan Jumlah Umbi Bibit per Lubang

Jumlah Umbi Tinggi Tanaman (cm)


Jumlah daun
Bibit per umur
umur 45 HST
Lubang 15 HST 30 HST 45 HST
J1 16.90 a 29.04 a 33.41 a 26.60 a
J2 17.94 b 31.04 b 35.07 a 39.81 b
J3 18.85 b 33.12 c 37.37 b 53.10 c
BNJ 0.05 0.95 1.03 1.66 5.38
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama berbeda
tidak nyata pada peluang 5% (uji BNJ).
HST = Hari Setelah Tanam.

Tabel 3 memperlihatkan bahwa J1 nyata, kecuali pada tinggi tanaman


semua komponen pertumbuhan yang umur 45 HST.
diamati berbeda karena perbedaan Tingginya tanaman pada
jumlah umbi bibit yang digunakan. perlakuan J3, disebabkan karena
Penggunaan tiga umbi bibit per lubang, pemakaian umbi bibit yang banyak
nyata lebih tinggi pertumbuhannya pada dalam satu lubang akan menghasilkan
komponen yang diamati, dan menurun jumlah anakan yang banyak dalam satu
sejalan dengan berkurangnya jumlah rumpun, sehingga pada rumpun yang
umbi bibit yang digunakan. Penurunan banyak anakannya, tanaman akan
pertumbuhan tanaman yang diamati tumbuh secara memanjang, karena
berdasarkan peubah-peubah tersebut berusaha untuk mendapatkan sinar
nyata pada komponen tinggi tanaman matahari yang cukup guna menunjang
umur 30 dan 45 HST serta terhadap pertumbuhannya (Harjadi, 1993).
komponen jumlah daun, tetapi Jumlah daun yang banyak pada
penurunannya tidak nyata pada tinggi perlakuan J3 mudah dipahami mengingat
tanaman umur 15 HST antara perlakuan penggunaan jumlah umbi bibit yang
tiga umbi bibit per lubang (J3) dengan relatif banyak, berarti jumlah anakan
dua umbi per lubang (J2). Selanjutnya yang terbentuk akan lebih banyak,
penurunan dari perlakuan J2 ke perlakuan dengan demikian jumlah daun yang
dihasilkan juga semakin banyak.

49
Yenny Sufyati et al. (2006) J.Floratek 2 : 43 - 54

Seperti yang telah diketahui Hasil


bahwa salah satu faktor yang dapat Hasil sidik ragam menunjukkan
mempengaruhi produksi tanaman adalah bahwa jumlah umbi bibit per lubang
jumlah benih atau bibit yang ditanam per berpangaruh sangat nyata terhadap
lubang. Jumlah bibit yang ditanam per semua komponen hasil yang diamati
lubang akan menentukan jumlah yaitu jumlah umbi per rumpun, berat
tanaman yang tumbuh dalam satu basah dan kering berangkasan serta berat
rumpun. umbi kering per plot netto.
Rata-rata jumlah umbi per
rumpun, berat basah dan kering
berangkasan serta berat umbi kering per
plot netto dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Hasil Bawang Merah akibat Perlakuan Jumlah Umbi Bibit per Lubang
Jumlah Umbi Jumlah Umbi Berat Basah Berat Kering Berat Umbi
Bibit per per rumpun Berangkasan Berangkasan Kering
Lubang (umbi) (g/plot netto) (g/plot netto) (g/plot netto)
J1 7.22 a 2698.88 a 1964.22 a 1906.01 a
J2 12.21 b 3388.46 b 2561.25 b 2507.95 b
J3 17.49 c 4180.83 c 3077.61 c 3002.54 c
BNJ 0.05 1.19 413.68 319.99 322.02
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama berbeda
tidak nyata pada peluang 5% (uji BNJ).

Tabel 4 memperlihatkan bahwa pada pangamatan komponen


semua komponen hasil yang diamati pertumbuhan, yaitu perlakuan J3 telah
menunjukkan perbedaan karena jumlah menunjukkan pertumbuhan tanaman
umbi bibit per lubang yang digunakan yang lebih baik dibandingkan bila
berbeda. Semua komponen hasil nyata jumlah umbi bibit yang digunakan per
lebih tinggi pada penggunaan tiga umbi lubang lebih sedikit.
bibit per lubang tanam. Tabel tersebut
juga memperlihatkan berkurangnya Pengaruh Interaksi
jumlah umbi bibit per lubang Pertumbuhan
menyebabkan menurunnya semua Hasil analisis ragam
komponen hasil secara nyata. Hasil menunjukkan bahwa interaksi antara
berdasarkan berat umbi kering pada perlakuan ukuran fisik umbi bibit
Tabel 4 setelah dikonversikan ke hektar dengan jumlah umbi bibit per lubang
pada perlakuan tiga umbi bibit per tanam, berpengaruh sangat nyata
lubang tanam (J3) diperoleh produksi terhadap tinggi tanaman umur 30 HST
13.9 ton, pada perlakuan dua umbi bibit dan jumlah daun umur 45 HST.
per lubang (J2) 11.6 ton, sedangkan pada Sementara terhadap peubah
perlakuan satu umbi bibit per lubang pertumbuhan lainnya terdapat interaksi
tanam (J1) 8.8 ton. yang tidak nyata.
Tingginya hasil pada perlakuan Rata-rata tinggi tanaman umur 30
J3 terhadap semua komponen tersebut, HST pada masing-masing ukuran fisik
sejalan dengan apa yang telah ditemukan umbi untuk masing-masing jumlah umbi

50
Yenny Sufyati et al. (2006) J.Floratek 2 : 43 - 54

bibit per lubang tanam, disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Tinggi Tanaman bawang merah Umur 30 HST pada Masing-masing
Ukuran Fisik Umbi Untuk Masing-masing Jumlah Umbi Bibit per Lubang

Jumlah Umbi Bibit per Lubang


Ukuran Fisik
Umbi
J1 J2 J3
U1 31.46 bc 34.48 d 37.56 e
U2 30.29 bc 31.72 bc 32.22 cd
U3 25.37 a 26.92 a 29.57 b
BNJ 0.05 2.49
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur dan baris yang sama
berbeda tidak nyata pada peluang 5% (uji BNJ).

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa dengan berkurangnya jumlah umbi bibit
tinggi tanaman pada umur 30 hari per lubang kecuali pada ukuran fisik
setelah tanam pada masing-masing umbi bibit sedang (U2). Dari tabel
ukuran fisik umbi bibit tergantung pada tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk
jumlah umbi bibit per lubang yang mendapatkan pertumbuhan tanaman
digunakan. Tinggi tanaman pada yang baik digunakan ukuran fisik umbi
berbagai jumlah umbi bibit per lubang bibit besar dengan jumlah tiga umbi bibit
nyata lebih tinggi bila umbi bibit yang per lubang tanam (U1J3).
digunakan berukuran besar. Tabel
tersebut juga memperlihatkan bahwa Tingginya tanaman pada perlakuan
tinggi tanaman yang berasal dari ukuran fisik umbi besar dan jumlah tiga
berbagai ukuran fisik umbi bibit nyata umbi bibit per lubang, dapat dipahami
lebih tinggi bila digunakan 3 umbi bibit mengingat tinggi tanaman pada masing-
per lubang tanam. Juga dapat dilihat masing pengaruh faktor tunggal
tinggi tanaman dari berbagai ukuran menghasilkan tanaman yang nyata lebih
fisisk umbi nyata lebih rendah sejalan tinggi.

Tabel 6. Rata-rata Jumlah Daun Umur 45 HST pada Masing-masing Ukuran Fisik Umbi
untuk Masing-masing Jumlah Umbi Bibit per Lubang

Jumlah Umbi Bibit per Lubang


Ukuran Fisik
Umbi
J1 J2 J3
U1 36.74 bcd 49.70 de 71.00 f
U2 25.53 ab 43.73 cde 53.00 e
U3 17.54 a 26.00 ab 35.30 bc
BNJ 0.05 13.32
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur dan baris yang sama
berbeda tidak nyata pada peluang 5% (uji BNJ).

51
Yenny Sufyati et al. (2006) J.Floratek 2 : 43 - 54

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa yang diamati berdasarkan pengaruh


jumlah daun bawang merah umur 45 faktor tunggal, dimana masing-masing
HST pada berbagai ukuran fisik umbi faktor baik ukuran fisik umbi yang besar
tergantung pada jumlah umbi bibit per maupun jumlah tiga umbi bibit per
lubang. Jumlah daun pada berbagai lubang, sama-sama memberikan
ukuran fisik umbi cenderung lebih pertumbuhan yang terbaik.
banyak bila digunakan tiga umbi bibit
per lubang tanam, dan nyata lebih Hasil
banyak pada ukuran umbi besar dengan Hasil analisis ragam
jumlah tiga umbi bibit per lubang. menunjukkkan bahwa interaksi antara
Demikian juga sebaliknya jumlah daun perlakuan ukuran fisik umbi bibit
pada berbagai jumlah umbi bibit per dengan jumlah umbi bibit per lubang
lubang cenderung lebih banyak bila yang tanam, berpengaruh sangat nyata hanya
digunakan umbi bibit yang berukuran terhadap jumlah umbi bawang merah per
besar. Hal yang sama juga didapatkan rumpun. Sementara terhadap peubah
jumlah daun terbanyak dijumpai pada hasil lainnya terdapat interaksi yang
perlakuan fisik umbi besar dengan tidak nyata.
jumlah tiga umbi bibit per lubang (U1J3). Rata-rata jumlah umbi bawang
Jumlah daun terbanyak pada merah per rumpun pada saat panen pada
perlakuan ukuran fisik umbi besar masing-masing ukuran fisik umbi untuk
dengan jumlah umbi bibit tiga per masing-masing jumlah umbi bibit per
lubang tanam, berarti hal tersebut masih lubang tanam, dapat dilihat pada Tabel
sejalan dengan apa yang telah ditemukan 7.
pada peubah jumlah daun sebelumnya

Tabel 7. Rata-rata Jumlah Umbi Bawang Merah per Rumpun pada Masing-masing
Ukuran Fisik Umbi untuk Masing-masing Jumlah Umbi Bibit per Lubang

Jumlah Umbi Bibit per Lubang


Ukuran Fisik
Umbi
J1 J2 J3
U1 10.83 d 15.90 e 24.03 f
U2 6.70 ab 12.80 d 18.10 e
U3 4.13 a 7.93 bc 10.33 cd
BNJ 0.05 2.87
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur dan baris yang sama
berbeda tidak nyata pada peluang 5% (uji BNJ).

Tabel 7 memperlihatkan bahwa Jumlah umbi per rumpun dari berbagai


jumlah umbi per rumpun pada berbagai perlakuan ukuran fisik umbi nyata lebih
ukuran fisik umbi ditentukan oleh banyak bila digunakan tiga umbi bibit
jumlah umbi bibit yang digunakan per per lubang, kecuali pada ukuran fisik
lubang tanam. Jumlah umbi bibit per umbi kecil dimana jumlah dua bibit per
rumpun nyata lebih banyak pada lubang berbeda tidak nyata dengan
berbagai jumlah umbi bibit bila yang jumlah tiga bibit per lubang. Dari tabel
digunakan bibit yang berukuran besar. tersebut juga dapat disimpulkan bahwa

52
Yenny Sufyati et al. (2006) J.Floratek 2 : 43 - 54

jumlah umbi per rumpun terbanyak kering per plot netto. Hasil yang
didapatkan pada ukuran fisik umbi besar terbaik dijumpai pada perlakuan
dengan jumlah tiga umbi bibit per tiga umbi bibit perlubang tanam.
lubang tanam (U1J3). 3. Terdapat interaksi yang sangat
Banyaknya jumlah umbi per nyata antara perlakuan ukuran
rumpun pada ukuran fisik umbi besar fisik umbi dengan jumlah umbi
dengan jumlah tiga umbi bibit per bibit per lubang terhadap tinggi
lubang, bermakna bahwa ukuran fisik tanaman umur 30 hari setelah
umbi besar dengan jumlah tiga umbi tanam, jumlah daun umur 45
bibit per lubang mampu menghasilkan hari setelah tanam, dan jumlah
jumlah umbi bibit per rumpun terbanyak. umbi per rumpun. Ketiga
Hal ini dapat dipahami apabila dikaitkan peubah tersebut, hasilnya nyata
dengan peubah sebelumnya yaitu pada lebih tinggi apabila yang
peubah pertumbuhan, baik komponen digunakan bibit yang berukuran
tinggi tanaman maupun jumlah daun, besar dengan jumlah tiga umbi
hasil terbaik didapatkan pada paerlakuan bibit per lubang tanam.
yang sama (U1J3).
Saran
SIMPULAN DAN SARAN 1. Berdasarkan hasil penelitian
Simpulan terutama peubah tinggi tanaman
1. Perlakuan ukuran fisik umbi didapatkan bahwa makin banyak
berpengaruh tidak nyata jumlah umbi yang digunakan per
terhadap tinggi tanaman bawang lubang, cenderung meningkatkan
merah umur 15 hari setelah tinggi tanaman. Hal ini diduga
tanam, akan tetapi memberikan ada hubungannya dengan
pengaruh yang sangat nyata kerapatan tanam yang digunakan.
terhadap tinggi tanaman umur Untuk itu perlu dikaji lebih lanjut
30, 45, jumlah daun umur 45 kerapatan tanam yang tepat pada
hari setelah tanam, jumlah umbi ukuran dan jumlah umbi bibit per
per rumpun, berat basah dan lubang tertentu.
kering berangkasan, serta berat 2. Dari penelitian didapatkan
umbi kering per plot netto. ukuran fisik umbi besar dengan
Hasil yang terbaik dijumpai jumlah tiga umbi per lubang
pada perlakuan ukuran fisik diperoleh pertumbuhan dan hasil
besar dengan berat 5,0-7,5 yang baik, namun jika hasil ini
gram/umbi. ingin diterapkan masih perlu
2. Perlakuan jumlah umbi bibit per diteliti lebih mendalam terutama
lubang berpengaruh sangat nyata pada kondisi lapang yang
terhadap semua komponen beragam.
pertumbuhan dan hasil yang
diamati yaitu tinggi tanaman
umur 15, 30, 45, dan jumlah
daun umur 45 hari setelah
tanam, jumlah umbi per rumpun,
berat basah dan kering
berangkasan, serta berat umbi

53
Yenny Sufyati et al. (2006) J.Floratek 2 : 43 - 54

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 1980. Hortikultura II Samsudin, U.S. 1979. Bawang Merah.


(Tanaman Dataran Rendah). Binacipta, Bandung. 41 hlm.
Gema Penyuluhan Pertanian. Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman
Proyek Penyuluhan. Direktorat Padi di Indonesia. Sastra Hudaya,
Jenderal Pertanian Tanaman Jakarta. 249 hlm.
Pangan, Jakarta. 261 hlm. Soedirdjoatmodjo, S.M.D. 1987.
Anonymous. 1987. Bertanam Sayur- Bertanam Bawang. Badan
sayuran. Departemen Pertanian. Penerbit Karya Tani, Jakarta.56
Balai Informasi Pertanian Daerah hlm.
Istimewa Aceh, Banda Aceh. 52 Suseno, H. 1974. Fisiologi Tumbuhan.
hlm. Metabolisme Dasar.Departemen
Brewster, J.L.,P.J. Salter and Darby. Botani. Fakultas Pertanian
1977. Analysis of Growth and Institut Pertanian Bogor,
Yield of Overwintered Onions. Bogor.277 hlm.
Journal of Horticulture Science. Wibowo, S. 1992. Budidaya Bawang.
335 –346. Seri Pertanian :LXXX/270/88.
Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Penebar Swadaya, Jakarta. 201
Fisiologi Tumbuhan. PT hlm.
Gramedia, Jakarta. 200 hlm.
Harjadi, M.M.S.S. 1993. Pengantar
Agonomi. PT Gramedia, Jakarta,
197 hlm.
Rogers. 1977. Vegetable Growing. Mc.
Graw Hill Book Co., New York.
178 – 202.
Sabaruddin. 1985. Uji Ukuran Fisik dan
Tingkat Pemotongan Bibit
terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Bawang Merah (Allium
ascalonicum L.). Skripsi..
Fakultas Pertanian Universitas
Syiah Kuala, Banda Aceh (tidak
dipublikasikan). 57 hlm.

54

You might also like