You are on page 1of 45

“Sistem Penanggalan dalam Serat Mustaka Rancang

(Suntingan Teks dan Analisis Isi Naskah Koleksi Warsadinigrat)”

Oleh : Acmad Saeroni

Jurusan Sastra Indonesia

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Diponegoro

Jalan Professor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kode Pos 50275

Telepon (024) 76480619 Faksimile (024) 7463144

Laman : http://www.fib.undip.ac.id

ABSTRACT

Saeroni, Acmad.2018.Sistem Penanggalan dalam Serat Mustaka Rancang (Suntingan dan


Analisis Isi Naskah Koleksi Warsadiningrat).Skripsi.S1 Jurusan Sastra Indonesia Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang.
Dosen Pembimbing 2. Dra. Mirya Anggrahini, M.Hum dan Drs. M. Muzakka, M.Hum.
The script reviewed by researchers in this paper is Serat Mustaka Rancang
(Warsadiningrat collection). Serat Mustaka Rancang is a manuscript written by Mas Dêmang
Warsapradôngga in 1894. Serat Mustaka Rancang was obtained by researchers from a catalog
study of the Sastra Lestari Foundation Surakarta with catalog number 372, the size of the text
is 21cm x 16.2 cm. Serat Mustaka Rancang by the author is presented in narrative form. The
values contained in Serat Mustaka Rancang is an explanation of the Javanese calendar
system, which contains kurup, windu, year, month, and day and a brief presentation of
several kingdoms.
This study describes descriptions, transliteration, translation, text editing and text
content analysis. The theoretical foundation used is the foundation of philological theory to
obtain edits of text and content analysis theory to express the meaning contained in Serat
Mustaka Rancang. The methods used include data inventory, data processing and
presentation of data analysis results.
The results of the analysis conducted by researchers include the meaning given by
our predecessors to the dating system is so large, advice and advice are embedded in every
aspect of life, even the calendar containing days, months, years, windsurf, curves all have
their own meanings and characteristics.Trust in things beyond the power of mankind makes
people more introspective.

Keywords: Serat Mustaka Rancang, philology, content analysis, dating


PENDAHULUAN tidak terikat oleh kaidah dalam puisi,

sedangkan puisi adalah ragam sastra yang


A. Latar Belakang
bahasanya terikat oleh rima, irama, serta
Indonesia merupakan Negara yang
penyusunan larik dan bait (Alwi, 2003:
memiliki banyak keragaman penulisan,
189).
dalam perkembangannya penulisan

menjadi sebuah tradisi untuk mencatatkan Hasil karya sastra Jawa yang

hal-hal penting yang terjadi pada masanya, dihasilkan dalam bentuk prosa antara lain

dan catatan tersebut kini dikenal sebagai Brahmandapurana, Agastyaparwa,

naskah. Ada naskah Melayu, naskah Jawa, Utarakanda, sedangkan karya sastra Jawa

naskah Batak, naskah Minang dan masih yang berbentuk macapat antara lain Serat

banyak lagi lainnya. Di antara banyak Wedhatama, Centhini, Wulang Putri.

naskah yang ada di Indonesia, naskah Jawa Karya sastra Jawa yang berbentuk kakawin

merupakan salah satu jenis naskah yang antara lain: Arjunawiwaha, Kresnayana,

memiliki populasi paling banyak dan Sumansataka. Menurut jenisnya, naskah

memiliki berbagai bentuk, jenis naskah, yang berbentuk karya sastra dibedakan

serta beragamnya bentuk tulisan yang ada. menjadi dua, yaitu fiksi dan nonfiksi.

Cerita fiksi adalah cerita rekaan yang tidak


Salah satu warisan naskah asli
berdasarkan kenyataan, sedangkan
Indonesia adalah naskah Jawa. Tradisi tulis
nonfiksi adalah cerita yang asli tanpa ada
Jawa dianggap sebagai yang tertua dan
rekaan penulis (Alwi 2003: 189).
menghasilkan naskah dalam jumlah yang

terbanyak (Fathurahman, 2015:42). Naskah Jawa mengandung isi

bermacam-macam, di antaranya, naskah


Naskah Jawa yang ditulis pada masa
mengandung unsur peristiwa penting
lampau ada yang berbentuk prosa dan
dalam sejarah, sikap dan pikiran serta
puisi. Prosa adalah karangan bebas yang
perasaan masyarakat, ide kepahlawanan,
sikap bawahan terhadap atasan dan Kasunanan Surakarta, dan 31 naskah

sebaliknya. Ada pula naskah yang berada di Kraton Yogyakarta. Sejauh

menguraikan sistem pemerintahan, tata penelusuran yang penulis lakukan, belum

hukum, adat istiadat, kehidupan ditemukan lagi informasi mengenai naskah

keagamaan, ajaran moral, perihal koleksi warsadiningrat yang ada.

pertunjukan beserta segenap peralatannya


Naskah koleksi Warsadiningrat
(Darusuprapta,1984:203).
(MWD1894b) merupakan salah satu

Salah satu naskah Jawa yang yang ada naskah dari 25 naskah yang berada di

adalah naskah koleksi warsadiningrat. Yayasan Sastra Lestari Surakarta. Naskah

Koleksi warsadiningrat adalah kumpulan warsadiningrat (MWD1894b) memiliki

naskah yang merupakan buah pikiran dari dua teks dalam satu naskah, yakni

para abdi dalem Kraton Yogyakarta dan mengenai sistem penanggalan dan pakem

Kraton Surakarta pada periode awal Dhalang. Naskah ini merupakan salah satu

berdirinya kraton sampai pada awal abad tulisan karya Mas Demang

ke-19. Terjaganya tradisi penulisan di Warsapradongga, seorang Mantri pada

kraton menjadikan setiap peristiwa yang Kraton Surakarta pada tahun 1894. Judul

terjadi di bukukan sebagai salah satu yang ditemukan dari naskah koleksi

bentuk arsip serta menjadi catatan sejarah warsadiningrat (MWD1894b) dalam teks

terhadap segala peristiwa di kraton. adalah Serat Mustaka Rancang.

Selanjutnya naskah akan disebut dengan


Koleksi warsadiningrat berjumlah 86
sebutan Serat Mustaka Rancang atau
naskah, berdasarkan penelusuran yang
disingkat menjadi SMR.
berhasil ditemukan, 25 naskah berada di

Yayasan Sastra Lestari Surakarta, 1 naskah Dalam penelitian kali ini, penelitian

di PNRI (Perpustakaan Nasional Republik akan memfokuskan pada salah satu isi dari

Indonesia), 29 naskah di Kraton naskah SMR, yakni mengenai sistem


penanggalan. Sistem penanggalan lingkungan seperti yang diajarkan oleh

merupakan pedoman yang digunakan oleh leluhur mulai ditinggalkan sebab dianggap

manusia sebagai penentu waktu dan kuno, sehingga mulai dilupakan. Padahal

penanda sebuah kejadian. Sistem itu sangat penting, karena prediksi tidak

penanggalan dalam naskah SMR selalu tepat, kita perlu mawas diri dengan

merupakan salah satu sistem penanggalan mengetahui keadaan alam yang terjadi

(kalender) kuno yang sudah ada sejak disekitar kita, dan hal tersebut diterangkan

zaman dahulu, yakni sistem penanggalan dalam Naskah SMR , dijelaskan banyak

yang berpacu pada sistem penanggalan sedikit mengenai keadaan serta suasana

Jawa (kalender Jawa). yang terjadi berdasarkan keadaan, hari,

bulan bahkan tahun.


Seiring berkembangnya zaman, ketika

memasuki dalam era globalisasi, orang- Dipilihnya naskah ini sebagai objek

orang mulai meninggalkan sistem kajian adalah demi menjaga isi naskah

penanggalan Jawa yang dianut sejak SMR, yakni sebuah sistem penanggalan

dahulu dan digantikan dengan sistem yang sudah mulai dilupakan oleh orang-

penanggalan Masehi dan Qomariyah, serta orang, apabila dibiarkan, maka tidak

dalam penentuan musim lebih mengacu menutup kemungkinan akan hilangnya

pada ramalan cuaca yang didasarkan pada salah satu keluhuran bangsa. Dengan

keadaan alam oleh BMKG (Badan pertimbangan kondisi naskah yang mulai

Meteorologi, Klimatologi dan Geeofisika) rusak dimakan usia, bahkan ada satu

karena lebih ilmiah dan dapat dipercaya, halaman sobek sebagian kecil sehingga

namun kita lupa dengan pertanda musim tidak dapat dibaca serta tulisan pada

yang muncul yang diiringi dengan naskah sudah mulai memudar, menjadikan

kejadian-kejadian alam yang ada disekitar penelitian terhadap naskah ini harus

kita, perubahan-perubahan kondisi dilakukan secepatnya. Penelitian naskah


SMR dilakukan sebagai salah satu bentuk B. Tujuan Penelitian

usaha untuk melestarikan, Sejalan dengan rumusan masalah yang

mengungkapkan, dan menyebarluaskan isi dipaparkan, maka tujuan penelitian kali ini

naskah. adalah:

1. Menyajikan deskripsi serta


Naskah SMR ditulis di atas media buku
suntingan naskah Serat Mustaka
tulis bersampul coklat dengan kertas yang
Rancang.
sudah kecokelatan. Teks SMR ditulis
2. Memaparkan isi-isi yang
menggunakan bahasa Jawa baru, dengan
terkandung dalam naskah Serat
ragam ngoko, campuran ragam krama.
Mustaka Rancang.
Walaupun teks tersebut ditulis

menggunakan bahasa Jawa yang masih C. Kerangka Teori

dipakai, tetapi sebagian masyarakat Jawa 1. Teori Filologi

sebagai pengguna bahasa tersebut ada Dalam Kamus Umum Bahasa

yang kesulitan untuk membaca dan Indonesia filologi mempelajari

memahaminya, sehingga proses kebudayaan manusia terutama dengan

transliterasi dibutuhkan agar naskah dapat menelaah karya sastra atau sumber-sumber

dibaca oleh masyarakat secara luas. tertulis (Puwadarminto, 1982:344). Dalam

buku Metode Penelitian Filologi,


Berdasarkan uraian diatas,
mengungkapkan filologi ialah suatu ilmu
melatarbelakangi penulisan skripsi dengan
yang objek penelitiannya naskah-naskah
judul “Sistem Penanggalan Dalam Serat
lama. Yang dimaksud dengan naskah
Mustaka Rancang (Suntingan Teks dan
ialah semua bahan tulisan tangan
Analisis Isi Naskah Koleksi
peninggalan nenek moyang kita pada
Warsadiningrat” sebagai bentuk penelitian
kertas, lontar, kulit kayu, dan rotan
yang penulis lakukan.
(Djamaris, 1991: 20). Dalam buku
Pengantar Teori Filologi dijelaskan bahwa (Barried, 1985:1). Naskah-naskah lama

filologi sendiri berasal dari kata filos yang yang berumur puluhan atau bahkan

artinya cinta dan logos yang artinya kata, ratusan tahun sangatlah rapuh. Naskah-

secara harfiah filologi diartikan sebagai naskah lama memiliki peranan yang begitu

cinta pada kata- kata (Basuki, dkk. penting untuk masyarakat khususnya para

2004:2). Dalam buku Naskah, Teks, dan peneliti. Selain itu naskah dijadikan

Metode Penelitian Filologi menerangkan, sebagai satu-satunya sumber informasi

filologi adalah pengetahuan tentang sastra- masa lampau (Barried, 1994: 82). Namun

sastra dalam arti luas mencakup bidang tidak menutup kemungkinan naskah-

bahasa, sastra, dan kebudayaan (Lubis, naskah lama sangat rapuh dan punah. Agar

1996: 45). Dalam buku Pengantar Teori teks dalam naskah lama tetap dapat dibaca

Filologi mengungkapkan filologi ialah secara utuh dan mudah dipahami, maka

suatu disiplin ilmu yang mendasarkan teks harus disajikan lengkap dalam bentuk

kerjanya pada bahan tertulis dan bertujuan suntingan akhir. Maka pendekatan yang

mengungkapkan makna teks dalam segi digunakan dalam penelitian ini adalah

kebudayaan (Barried, 1985:19) pendekatan filologi yang bertujuan untuk

Naskah lama merupakan objek kajian menyajikan teks lengkap dalam bentuk

dari Filologi. Naskah merupakan hasil suntingan teks.

karya penciptaan yang mengandung Tradisi penyalinan naskah terhadap

budaya di masa lampau. Karya-karya suatu naskah yang digemari oleh

tulisan masa lampau merupakan masyarakat pada masa lampau menjadi

peninggalan yang mampu sebuah kegiatan yang sakral di Indonesia

menginformasikan buah pikiran, buah terutama di Jawa. Kandungan nilai dalam

perasaan, dan informasi mengenai naskah menyebabkan naskah diperbanyak

berbagai segi kehidupan yang pernah ada dengan disalin secara berulangulang untuk
berbagai tujuan. Proses penyalinan naskah tidak mantap (Teeuw dalam Abdullah,

tersebut tidak menutup kemungkinan 2007:28).

terjadi kesalahan atau perubahan teks Naskah SMR merupakan salah satu

karena penyalin kurang memahami pokok dari kekayaan nusantara yang merupakan

persoalan dan bahasa naskah yang disalin, objek kajian dari disiplin ilmu filologi,

ketidaktelitian, salah baca, naskah sehingga dalam proses penelitian dan

sebelumnya yang tidak jelas, mungkin pemahaman naskah, konsep serta landasan

juga karena kesengajaan penyalin. Naskah- dari filologi dibutuhkan sebagai landasan

naskah lama yang telah disalin tidak dasar dalam mengkaji lebih lanjut naskah

menutup kemungkinan mengalami korup tersebut.

atau rusak. Adanya perbedaan dari tiap


2. Teori Analisis Isi
naskah yang disalin, baik kecil maupun
Naskah Serat Mustaka Rancang
besar, menyebabkan timbul suatu naskah
merupakan salah satu naskah yang oleh
yang berbeda versi atau berbeda bacaan
pengarangnya ditulis tentu memiliki
(Baried, 1994: 60). Oleh karena itu agar
maksud dan tujuan tertentu agar dapat
teks tetap dapat dilihat secara asli dan juga
dinikmati dan dimanfaatkan oleh
utuh, maka teks harus disajikan lengkap
pembacanya. Oleh karena itu,peneliti
dalam bentuk suntingan edisi kritis.
menggunakan teori analisis isi.
Sehingga pendekatan yang dipakai dalam
Analisis isi merupakan model kajian
penelitian ini adalah pendekatan filologis.
sastra yang tergolong baru, analisis isi
Pendekatan ini mendasarkan pada cara
digunakan apabila si peneliti hendak
kerjanya yang cenderung melihat teks
mengungkap, memahami, dan menangkap
karya sastra yang muncul dalam berbagai
pesan karya sastra. Analisis konten dalam
naskah selalu bersifat tidak stabil atau
bidang sastra tergolong upaya pemahaman

karya dari aspek eksintrik. Untuk


menganalisis karya sastra harus Manusia dapat tunduk atau sebaliknya ingin

mendasarkan prinsip objektivitas, menguasai alam; 3). Nilai yang berhubungan

sistematis, dan generalisasi. Sebagian dengan waktu hidup manusia, yaitu nilai

besar data bidang sastra dalam analisis masa lalu, kini, dan yang akan datang; 4).

konten diperoleh secara kualitatif. Unsur – Nilai rata – rata aktivitas manusia, yaitu

yang menjadikan manusia bermutu atau


unsur eksintrik yang menarik perhatian
tidak; 5). Nilai yang berhubungan dengan
analisis konten cukup banyak, antara lain
relasi individu dengan kelompok
meliputi: a). Pesan moral, b). Nilai
(Endraswara, 2013:169).
pendidikan (didaktis), c) nilai filosofis, d).

Nilai religius, e). Nilai kesejarahan, dan D. Metode Penelitian

sebagainya. Makna konten analisis Metode penelitian adalah suatu

biasanya bersifat simbolik, maka, tugas cara untuk memecahkan masalah atau

analisis konten untuk mengungkap makna mengembangkan ilmu pengetahuan

simbolis yang tersamar dalam karya sastra dengan metode-metode ilmiah untuk

(Endraswara, 2013:160-161). mendapatkan data yang valid dengan

Penelitian yang akan dilakukan pada tujuan yang dapat ditemukan,

teks SMR ini adalah berusaha untuk dikembangkan dan dibuktikan suatu
mengungkapkan nilai – nilai spiritual dan pengetahuan tertentu sehingga pada
sejarah yang tersimpan dalam naskah SMR gilirannya dapat digunakan untuk
tersebut.
memahami, memecahkan, dan
Aspek – aspek nilai yang perlu diungkap
mengantisipasi masalah. Metodologi dapat
dalam analisis isi, di antaranya yaitu: 1).
dikatakan pula sebagai pengetahuan
Nilai yang berhubungan dengan kepercayaan
tentang apa saja yang merupakan cara
manusia, yaitu orientasi nilai tentang:
untuk menerangkan atau meramalkan
kebaikan dan keburukan; 2). Nilai yang
variabel konsep maupun definisi konsep
berkaitan antara relasi manusia dengan alam.
yang bersangkutan dan menncari konsep penulis menggunakan tiga tahap

tersebut secara empiris. Untuk itu metode penelitian, yaitu pengumpulan data,

filologi berarti pengetahuan tentang cara, analisis data dan penyajian data. Langkah-

teknik, atau instrumen yang dilakukan langkah yang digunakan adalah sebagai

dalam penelitian filologi (Christomy berikut:

dalam Lubis, 1996:64). 1. Pengumpulan Data

Metode yang dipilih harus dapat Pengumpulan data dilakukan untuk

memberi analisis dan penjelasan efektif memperoleh informasi yang dibutuhkan

untuk menyampaikan objek yang diteliti. dalam rangka mencapai tujuan penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam Untuk mengumpulkan data dari objek

penelitian ini adalah metode deskriptif penelitian, dilakukan dengan metode

kualitatif. Metode penelitian kualitatif tertentu sesuai dengan tujuannya. Metode

menghasilkan data deskriptif berupa kata- pengumpulan data yang digunakan dalam

kata tertulis atau lisan tentang sifat suatu penelitian ini dengan menggunakan

individu, keadaan, gejala dari kelompok metode studi pustaka, pengumpulan data

tertentu yang dapat diamati (Moleong, dengan cara inventarisasi naskah. Sumber

2008). Metode deskriptif sendiri dapat penelitian ini adalah katalogus

diartikan sebagai prosedur pemecahan perpustakaan-perpustakaan besar yang

masalah dengan menggambarkan atau menyimpan koleksi naskah, museum-

melukiskan keadaan subjek atau objek museum, universitas-universitas, masjid,

penelitian (seseorang, lembaga, gereja dan lain sebagainya untuk meminta

masyarakat, dan sebagainya) pada saat salinan naskah dan informasi mengenai

sekarang berdasarkan fakta-fakta yang naskah.

tampak atau sebagaimana adanya


Di samping katalogus, sumber data
(Siswantoro, 2005). Dalam penelitiannya,
lain adalah buku atau daftar naskah yang
terdapat di perpustakaan, museum, instansi Sumber data yang akan digunakan

lain, yang menaruh perhatian terhadap dalam penelitian ini terdiri dari dua

naskah. Peneliti telah mencari penelitian kategori yaitu, sumber data primer dan

terkait naskah Serat Mustaka Rancang dan sumber data sekunder dimana naskah Serat

penelitian menggunakan pendekatan Mustaka Rancang sebagai sumber data

analisis konten di berbagai perpustakaan, primer sedangkan data sekunder yang

diantaranya adalah: PNRI (Perpustakaan digunakan berupa buku-buku, majalah,

Nasional Republik Indonesia), artikel, koran maupun sumber informasi

perpustakaan Undip (Universitas lainnya yang dapat menunjang dalam

Diponegoro), perpustakaan Unnes membantu memberikan informasi yang

(Universitas Negeri Semarang), selain berkaitan dengan penelitian teks.

melalui perpustakaan, penulis juga


2. Analisis Data
melakukan pencarian melalui sistem
Setelah data terkumpul, maka langkah
daring pada layanan e-journal beberapa
selanjutnya adalah analisis data. Analisis
universitas, antara lain : e-journal (UGM)
dalam penelitian ini dilakukan dengan dua
Universitas Gadjah Mada pada alamat
tahapan yaitu analisis filologi untuk
http://www.lib.ugm.ac.id, e-journal (UI)
memberikan gambaran mengenai naskah
Universitas Indonesia pada alamat
dan analisis analisis isi untuk membedah
http://www.journal.ui.ac.id, e-journal
isi yang terdapat dalam naskah. Langkah-
(UNS) Universitas Sebelas Maret pada
langkahnya sebagai berikut:
alamat http://www.library.uns.ac.id, e-

journal (UNY) Universitas Negeri a. Analisis Filologi

Yogyakarta pada alamat Proses penyalinan teks tidak luput dari


http://www.journal.uny.ac.id. kesalahan-kesalahan penulisan maupun

penafsiran. Sehingga dalam setiap


penurunan teks tentu terjadi perubahan keadaan naskah, ukuran naskah,

huruf, kata maupun penafsiran. Namun, jumlah halaman, jumlah baris

bagaimanapun seorang peneliti tentu tetap perhalaman, dan lain-lain. Dalam

berusaha menginginkan teks yang semurni langkah ini perlu dilakukan

mungkin. Sehingga dalam pengolahan penyusunan ringkasan isi naskah. Hal

data, peneliti menggunakan pendekatan ini penting untuk memudahkan

filologi agar mendapatkan teks yang pembaca menangkap isi naskahnya

sedekat-dekatnya dengan yang asli. (Basuki, 2004: 40).

Pendekatan filologi merupakan suatu 2. Garis besar isi teks

pendekatan penelitian naskah yang Penulis mendeskripsikan

bertujuan untuk mendapatkan kembali ringkasan isi naskah atau sinopsis. Hal

naskah yang bersih dari kesalahan, yang ini dilakukan agar mempermudah

berarti memberikan pengertian yang pembaca mengetahui garis besar isi

sebaik-baiknya dan yang bisa naskah.

dipertanggung-jawabkan (Djamaris, 2002: 3. Transliterasi

7). Peneliti menggunakan langkah Transliterasi adalah pengalihan

pengolahan data yang dipaparkan oleh atau penggantian huruf demi huruf dari

Edwar Djamaris dalam bukunya Metode abjad satu ke huruf yang lain, yaitu

Penelitian Filologi (2002: 9). Langkah- mentransliterasikan naskah yang

langkah yang digunakan peneliti adalah bertuliskan huruf Jawa ke dalam huruf

sebagai berikut: latin. Dalam tahap ini, naskah Serat

Mustaka Rancang telah


1. Deskripsi Naskah
dialihaksarakan dengan bantuan
Naskah dianalisis dari segi
Yayasan Sastra Lestari. Jadi, peneliti
keadaan naskahnya. Tentang nomor
hanya melakukan pengkoreksian hasil
naskah, tulisan naskah, bahasa naskah,
transliterasi. untuk mengkoreksi, bahasa Indonesia. Peneliti dalam tahap

peneliti tetap melakukan transliterasi ini menggunakan metode terjemahan,

dengan menggunakan pedoman agar hasil terjemahan dapat dipahami

penulisan huruf aksara Jawa karena dan dimengerti pembaca karena telah

Serat Mustaka Rancang menggunakan diterjemahkan ke dalam bahasa

huruf Jawa. Indonesia

4. Suntingan Teks
b. Analisis Isi
Setelah ditransliterasi,
Penulis menggunakan metode
selanjutnya membuat suntingan teks.
analisis isi dalam menganalisis isi teks
Sebagai pertanggungjawaban
SMR, khususnya analisis mengenai isi
perbaikan teks akan dicatat dalam
naskah. Adapun pendekatan yang
catatan kaki (footnote) dan aparat kritik
penulis gunakan adalah pendekatan
(apparatus criticus). Peneliti
yang menitikberatkan pembaca.
menggunakan metode edisi standar.
Langkah yang dilakukan dalam analisis
Edisi standar atau edisi kritik, yaitu
isi sebagai berikut :
menerbitkan naskah dengan
1. Membaca keseluruhan teks Serat
membetulkan kesalahan-kesalahan
Mustaka Rancang agar dapat
kecil dan ketidaksengajaan, sedang
mengerti dan memahami
ejaannya disesuaikan dengan ketentuan
kandungannya.
yang berlaku (Baried, 1994: 68).
2. Memahami isi yang ditemukan
5. Translasi (terjemahan)
dalam naskah Serat Mustaka
Teks yang sudah disunting
Rancang.
kemudian diartikan ke dalam bahasa
3. Isi yang ditemukan kemudian di
Indonesia. Peneliti melakukan alih
analisa untuk mendapatkan isi yang
bahasa dari bahasa Jawa ke dalam
terkandung di dalam Serat Mustaka menganggap dan memahami hari sebagai

Rancang. penanda waktu itu sendiri, orang-orang

PEMBAHASAN tidak tahu akan makna dari setiap hari,

Sistem Penanggalan dan Isi Naskah dalam keseharian, terutama di daerah

Serat Mustaka Rancang pedalaman yang masih memegang

kepercayaan mengenai hari ini, terutama


A. Sistem Penanggalan dalam naskah
neptu dan weton, menjadikan seseorang
SMR
menjadi lebih berhati-hati, waspada serta
Sistem penanggalan, atau kalender
lebih legowo (bijaksana) menerima apapun
dalam umumnya (Masehi) memiliki satuan
keadaan yang dialami dalam hari tersebut,
hari, bulan, tahun, windu dan abad serta
itu terjadi karena sudah adanya keyakinan
dalam sistem penanggalan Jawa terdapat
dalam diri seseorang bahwa apa yang
hari (hari pasaran lima dan hari tujuh)
dilakukan jika bukan pada hari yang baik,
,bulan, neptu, wuku, nahas, tahun, windu,
maka harus siap juga menerima
serta kurup. Begitupun sistem penanggalan
konsekuensi apapun, hal seperti ini sudah
dalam naskah ini, setiap waktunya
jarang ditemui di masyarakan modern,
memiliki arti sendiri dan makna yang
karena ini dianggap sebagai sesuatu yang
disampaiakan sebagai wejangan atau
tidak bisa dijelaskan secara logis.
pegangan orang-orang dalam menjalani

keseharian harus seperti apa. Berikut Orang Jawa dahulu, mendasarkan hari

merupakan analisis mengenai sistem yang berjumlah 7 (senin-minggu) dan

penanggalan dalam naskah SMR pasaran yang jumlahnya ada 5, tiap hari

ada rangkapannya pasaran yang disebut


1. Hari dalam naskah SMR
neptu (Depdikbud Jakarta, 1988: 47).
Hari merupakan satuan yang

digunakan sebagai penanda waktu, dalam Hari tujuh yakni : Akat, Senin, Selasa,

kenyataannya, sebagian besar orang hanya Rabu, kamis,Jum’at,Sabtu


Hari pasaran lima yakni : Pon, Paing, slamêt, Wage enjing Pacakwêsi, Kaliwon

Wage, Legi, Kliwon enjing kalangan” (halaman: 5)

Arti dari pasaran lima (Pancawara) Arti dari hari tujuh

Hari pasaran lima atau bisa dikenal juga a. Hari Akat (Minggu)

sebagai Pancawara merupakan satuan


Hari Akat atau Minggu menurut penaman
waktu yang dikenal oleh masyarakat Jawa
di kalender masehi yang kita kenal
sejak dahulu kala, hari pancawara
sekarang, hari Akat dikenal sebagai awal
digunakan sebagai hari patokan untuk hal-
dari hari, jika dalam naskah ini disebut
hal yang bersifat sprititual, di setiap
“sirahing dino” atau kepala dari hari, jika
harinya memiliki makna tersendiri,
merujuk pada kalender Hijriah, hal
menurut naskah SMR ini, hari pancawara
tersebut juga sama, hari Ahad yang berasal
memiliki masing-masing arti sebagai
dari kata Wahiddun yang memiliki makna
berikut :
satu, jadi ini senada dengan hari Akat

Legi : Nasehat sebagai awal dari hari pada naskah SMR.

Arti dari Akat adalah meninggikan,


Paing : Rezeki
membuat sesuatu memiliki derajat yang
Pon : Selamat
lebih tinggi, maksudnya adalah apapun

Wage : Halangan yang dilakukan pada hari Akat akan

memiliki kemungkinan yang lebih tinggi,


Kliwon: Kehilangan
baik itu kemungkinan berhasil ataupun
Disebutkan dalam naskah : kemungkinan gagal. (Theresia, 2017: 70).

“punika wontên pêkênan Lêgi enjing Disebutkan dalam naskah sebagai berikut:
pitutur, Paing enjing rêjêki, Pon enjing
“...Akat Lêgi, têgêse Akat angangkati gawe percintaan, yakni hari selasa kliwon yang

sangat siji, têgêse Lêgi lêga ing dikenal sebagai “Garakasih Slasa Kliwon”

karêpanipun.” (halaman: 5) , jika merujuk pada seseorang yang lahir

pada hari selasa kliwon ini, orang tersebut


b. Hari Senin
akan memiliki keistimewaan, yakni
Hari Senin, hari kedua setelah Akat yang
memiliki sifat kasih sayang yang tinggi
merupakan awal hari, hari senin memiliki
(Theresia, 2017:70).
arti senang menurut naskah SMR, sampai
Disebutkan dalam naskah :
sekarang hari senin dianggap sebagai hari

yang membawa awal baru, bahkan dimasa “Salasa Kliwon, têgêse Salasa iku Salamêt
pamisahe sangat dhuwur mau, Kliwon
sekarang pun hari senin adalah awal untuk wani nêsêl ana omah kang têngah, mulane
Kliwon iku awit diarani dina Garakasih
segala kegiatan, sekolah, kantor ataupun
Slasa Kliwon” (halaman : 6)
instansi, semua diawali pada hari senin

untuk masuk setelah liburan. Disebutkan d. Hari Rabu

dalam naskah : “.....Sênèn Pon têgêse Hari Rabu memiliki arti keinginan,
Sênèn sênêng, têgêse Pon panggawene keinginan terhadap segala sesuatu yang
wadhah.” (halaman: 5) ada, sudah menjadi sifat dasar dari

c. Hari Selasa semua manusia untuk memiliki

keinginan terhadap sesuatu di dunia


Hari selasa memiliki arti selamat,
ini. (Theresia, 2017:70). Disebutkan
maksudnya adalah selamat dalam
dalam naskah : “...Rêbo Pon, têgêse
menjalani sesuatu, melakukan kegiatan,
Rêbo karêp, têgêse Pon panggaweyan,
ataupun selamat ketika berpergian.
panggawene dhuwur mau.” (halaman :
Terdapat satu hari pada hari Selasa yang
6)
dianjurkan untuk melakukan kegiatan yang

berhubungan dengan asmara atau e. Hari Kamis:


Kamis memiliki arti pemisah, memisahkan ‫ُض نرُ نع َُ َل َ نم قو ن ن‬
‫فَ نَ َن َ قْ ُو َأَ ق‬
َْ‫رَ ن‬ ‫نْ ُو ِن نو ن َر نَ ن َُ نَا ق‬

antara yang baik dan yang buruk, antara ‫ِن ُنون َُ َل َ نم نن قُو‬

“panêngên lan pangiwa” maksudnya Barang siapa membaca surat al-Kahfi pada

adalah hal baik dan buruk untuk dilakukan hari Jumat, maka Allah memberinya sinar

pada hari Kamis, orang yang terlahir pada cahaya di antara dua Jumat”(HR. Hakim)

hari Kamis memiliki watak yang dapat Dalam hadits Imam Muslim disebutkan:

menjadi penengah (Theresia, 2017:71).

Disebutkan dalam naskah : ‫ضَََ َ َنم‬


‫مأ و‬
َ ََََ َْ‫أىمَاَّ مَََُءمض وض او ا َ نَم‬
َ ‫ل‬‫ََ ََ َةمض وض اأ ا‬ َّ ‫َ وةمََ َأ‬
‫لََمََْ و‬

َ‫مَصَ َْممض‬ ُ ‫ص‬ ‫ص‬


“.....Kêmis Kaliwon, têgêseKêmisamisahe
‫ُ ا‬َِ َ ‫مأصلَا َََامَ ََُنمََُّا‬
َ ََ‫مأُ و‬ َ ‫مأَُ وا َةمض وض او ا َ ن‬
َ ‫مُ واََاا‬
َ َ ‫اام‬
Amat lan pitutur, têgêse Kliwon wani
“Barang siapa berwudlu kemudian
pisah panêngên lan pangiwa” (halaman :
memperbaiki wudlunya, lantas berangkat
5).
Jumat, dekat dengan Imam dan
f. Hari Jumat: mendengarkan khutbahnya, maka dosanya

Hari Jumat artinya adalah berbungah- di antara hari tersebut dan Jumat

bungah, seperti yang diketahui bersama, berikutnya ditambah tiga hari diampuni”.

bahwasannya hari Jumat merupakan salah (HR. Muslim).

satu hari yang diistimewakan oleh agama Dalam Islam, hari Jumat dianggap sebagai

Islam, banyak keistimewaan yang terdapat hari yang begitu agung, memiliki banyak

di dalamnya, antara lain seperti yang keistimewaan, begitupun dalam

diterangkan dalam hadist berikut : kepercayaan masyarakat Jawa, hari Jumat

diyakini sebagai hari yang penuh dengan


Rasulullah shallallahu 'alaihi
misteri, ditambah dengan perhitungan
wasallam bersabda:
nêptu , hari Jumat Kliwon dianggap

sebagai hari yang paling sakti dalam


kepercayaan masyarakat Jawa. (Theresia, Windu menurut SMR memiliki dua kata,

2017:71). Disebutkan dalam naskah : yakni kata Wi dan Du. Wi artinya adalah

membicarakan yang berlebihan, sedangkan


“.....Jumungah Paing, têgêse Jumungah,
Du artinya adalah menjabarkan semua.
nuju muwah-muwuh, têgêse Paing pangan,
Windu sendiri memiliki arti membicarakan
mulane Paing iku enjing rijêki” (halaman :
atau menjabarkan semua, menjabarkan apa
6)
Windu itu, jenis windu beserta dengan
g. Hari Sabtu:
pemaknaannya. Windu menurut naskah

Hari Sabtu artinya sudah sampai, SMR ada 4, yaitu:

maksdunya adalah hari sabtu merupakan


a. Windu Adi
puncak dari perjalanan, sebelum akhirnya
Yang pertama adalah Windu Adi, artinya
kembali kepada hari Akat pada awal tadi.
adalah windu ini merupakan awal mula
Disebutkan dalam naskah :
berdirinya dunia yang dimulai dengan
“........Sêtu Wage, têgêse Sêtu wis tutug,”
diciptakannya matahari. Matahari
(halaman : 8)
merupakan pusat dari alam semesta, sama

2. Windu dalam naskah SMR seperti hati, matahari menjadi pusat dari

Windu merupakan siklus 8 tahunan yang segala kehidupan melalui panas yang

dikenal dalam berbagai sistem dipancarkannya membawa kehangatan ke

penanggalan, dan dalam hal ini, disebutkan seluruh dunia.Disebutkan dalam naskah :

bahwa untuk windu sendiri memiliki “Windu Adi, têgêse adêging jagat lagi

makna sendiri, yakni: sawiji dumunung marang srêngenge,

srêngenge iku sêrênging ati, mulane panas


“...Wi, têgêse wi wicara kang linuwih.”
sorotipun” (halaman : 2)
“...Du, têgêse du dunungakên windu
b. Windu Kunthara
sadaya punika” (halaman : 2)
Yang ke dua adalah Windu Kunthara “Sesungguhnya saya adalah termasuk
orang yang memberi nasehat kepada kamu
artinya diciptakannya bumi dan langit berdua”, maka syaitan membujuk
keduanya (untuk memakan buah itu)
beserta isinya, siang dan malam juga dengan tipu daya… (QS. al-A’raf: 20 – 22)

diciptakan pada windu ini. Disebutkan Disebutkan dalam naskah :


“...Windu têlu aran Sangara, têgêse nalika
dalam naskah :
Gusti Kangjêng Nabi Adam tinitahake

“Windu loro aran Kunthara, dununging marang ing dunya lawan Babu Kawa,
ginodha marang Iblis, mulane ana etung
kôntha-kanthining bumi lan langit, rina
Iblis Adam Hawa...” (halaman: 2)
lan wêngi.” (halaman 2)
d. Windu Sancaya

c. Windu Sangara Yang ke empat adalah Windu Sancaya


artinya pada windu ini diciptakannya arah
Yang ke tiga adalah Windu Sangara, empat beserta dengan elemen dasar dari
bumi itu sendiri yakni api, angin, air, dan
dimana pada windu ini dikatakan
tanah.
diturunkannya Nabi Adam AS. serta Ibu
Disebutkan dalam naskah :“Windu
Siti Hawa dari surga yang disebabkan oleh
sêkawan aran Sancaya, dumununge
godaan iblis terhadap keduanya.
pêcahing jagat, iki dinadèkake
Disebutkan dalam Al-Qur’an bagaimana
papat,dumung keblat papat, ana etung api,
Iblis membujuk Adam dan Hawa untuk
angin, banyu, bumi”. (halaman : 2)
melanggar larangan dari Allah SWT.

3. Tahun dalam naskah SMR


Yang artinya sebagai berikut:
Windu empat tadi dipecah menjadi
“Syaitan membisikkan pikiran jahat delapan tahun, seperti yang disebutkan
kepada keduanya untuk menampakkan
kepada keduanya apa yang tertutup dari dalam naskah berikut :
mereka yaitu auratnya dan syaitan
berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu
dan mendekati pohon ini, melainkan “....Pêcahe windu papat dadi wolu,
supaya kamu berdua tidak menjadi
malaikat atau tidak menjadi orang-orang dumunung ana taun wolu” (halaman : 3)
yang kekal (dalam surga)”. Dan dia
(syaitan) bersumpah kepada keduanya.
Berikut merupakan hasil analisis mengenai kejadian-kejadian dimasa lampau tersebut

tahun yang ada dalam naskah SMR: diyakini dengan kejadian yang berkaitan

dengan para Nabi utusan Allah SWT yang


a. Tahun Alip
mana kelima Nabi yang disebutkan adalah
Awal dari setiap windu adalah tahun Adi,
“Amat, Jabarail, Ibrahim, Yusup,
tahun Adi adalah tahun yang berisikan
Ngijrail” (halaman : 3) , Amat atau Ahmad
banyak kejadian alam, banyak terjadi
adalah nama lain dari Baginda Rosulullah
fenomena pada tahun ini. Dalam naskah
SAW, Jabarail disini adalah Malaikat
disebutkan “....napsu siji dumunung
Jibril, Ibrahim adalah Nabi Ibrahim AS.,
menyang rembulan, alam siji” (halaman:
Yusup adalah Nabi Yusuf AS., dan
3). Maksud dari kalimat tersebut adalah
Ngijrail adalah Malaikat Izrail. Hanya ada
adanya tarikan yang kuat oleh rembulan
tiga nabi yang disebutkan dalam naskah,
dan alam (bumi) yang terjadi dalam satu
sedangkan yang dua lainnya adalah para
waktu pada tahun Adi , sehingga
malaikat utusan Allah SWT. Orang yang
menyebabkan banyak fenomena alam.
lahir pada tahun ini akan memiliki sifat
Orang yang lahir pada akan memilki aura
yang penyabar (Septianingsih,2017 :67)
yang bisa menarik orang lain serta menarik
c. Tahun Jimawal
(Septianingsih, 2017: 67).

Tahun ke-3 adalah Tahun Jimawal yang


b. Tahun Ehe
memiliki tiga nêptu , tiga nêptu yang
Tahun Ehe adalah tahun ke-2 dalam siklus
dimaksud ditujukan untuk tiga hal
satu windu, tahun ehe merupakan tahun
“dumunung marang etung têlu, iman, tokit,
dengan lima nêptu yang artinya tahun ini
makripat” yakni iman, taqwa, dan
memiliki kejadian paling banyak dimasa
ma’rifat.
lampau, “Taun Ehe nêptune lima,
Dalam naskah disebutkan:
dumunung mênyang sangat nabi lima”
“Taun Jimawal nêptune têlu, dumunung adalah hebat-hebatnya orang, seperti yang
marang etung têlu, iman tokit makripat,
têgêse iman, angimana, têgêse tokit diterangkan dalam naskah berikut:
anokitna, iya marang kakekating karêp,
têgêse makripat iku wis amaspadakake “...mênyang sirahe sasi Sura, diarani
mênyang panggayuh mau.” (halaman: 3)
sangar, sangaraning uwong, mulane
Iman artinya percaya, sudah menjadi dasar
tanggal sapisan sasi Sura diaranne
dari semua ajaran agama maupun
sangaraning taun, dumunung mênyang
kepercayaan, bahwa yang mendasari
dina pêpitu” (halaman: 3)
semua hal adalah percaya (iman) kepada

Tuhan. Taqwa adalah hal yang dilakukan Hari Jumat adalah hari yang memiliki

untuk menjaga diri dari berbuat hal-hal keistimewaan terbesar, terlebih lagi jika

yang tidak diperbolehkan atau hal yang hari itu berada dalam bulan suro, itu

melanggar norma-norma sosial. Ma’rifat dianggap sebagai salah satu hari yang

adalah puncak dari seorang manusia, paling keramat dalam keyakinan orang-

disebutkan dalam naskah SMR “têgêse orang Jawa, dan bulan suro tahun Je

makripat iku wis amaspadakake mênyang disebut sebagai hebat-hebatnya bulan

panggayuh mau” maksudnya ma’rifat itu dalam siklus satu windu, jadi orang yang

sudah melepaskan diri dari semua yang lahir pada bulan suro tahun Je terlebih lagi

berhubungan dengan dunia dan bersatu jika lahir pada hari Jum’at, maka

dengan sang pencipta. Orang yang lahir berdasarkan naskah SMR, orang tersebut

pada tahun ini akan memilki sifat yang adalah orang yang hebat.

religius, baik serta amanah (Septianingsih,2017 :68)

(Septianingsih,2017 :67).
e. Tahun Dal

d. Tahun Je
Tahun ke-5 adalah Tahun Dal yang artinya

Tahun ke-4 adalah Tahun Je , dikatakan Dal adalah jadi, jadinya Dal terhadap

orang yang lahir pada bulan suro tahun Je empat sifat, yakni cipta,empati, rasa, dan
simpati. Orang yang terlahir pada tahun g. Tahun Wawu

dal akan memiliki sifat peduli terhadap


Tahun ke-7 dalam siklus windu adalah
sekitar, mereka akan cenderung lebih peka
Tahun Wawu, artinya Wawu berani
terhadap sesama yang dikarenakan sifat
meninggalkan rasa, karena sudah bertemu
simpati yang dimilikinya.
dengan rasa. Maksudnya adalah tahun
(Septianingsih,2017 :68)
wawu adalah tahun dimana tujuan akan

f. Tahun Be tercapai, karena sudah memasuki akhir

dari siklus satu windu, maka tujuan yang


Tahun ke-6 adalah Tahun Be, artinya be
dibuat pada awal siklus windu harusnya
adalah terbuka, maksudnya adalah terbuka
sudah selesai, sudah berjalan selama tujuh
terhadap segala kemungkinan yang ada,
tahun, waktu yang terbilang lama, dalam
tahun be dianggap sebagai tahun yang baik
dunia usaha ataupun politik, waktu tujuh
untuk melangsungkan pernikahan, seperti
tahun bisa dijadikan sebagai salah satu
yang dikatakan berikut:
acuan apakah itu berhasil atau tidak. Orang
“...Taun Be nêptune loro, têgêse Be
yang lahir pada tahun wawu, memiliki sifat
bêbuka ,bungah laki rabi, têgêse laki lêga
yang berani (Septianingsih,2017 :68).
olèh lanang” (halaman: 3)
Disebutkan dalam naskah :
Tahun Be dianggap sebagai tahun yang
“Taun Wawu nêptune nênêm, têgêse
baik untuk melakukan pernikahan, sebab
Wawu wani gunêming rasa, wis katêmu
pada tahun ini kemungkinan terhadap
rasa.” (halaman: 3)
sesuatu lebih besar, bagus untuk memulai

perjalan baru sebagai sebuah keluarga. h. Tahun Jimakir

Orang yang lahir pada tahu be biasanya


Tahun yang terakhir adalah Tahun Jimakir,
memiliki sifat yang terbuka.
artinya jimakir adalah akhir dari windu,
(Septianingsih,2017 :68)
karena sudah akhir tahun ini menjadi tahun Pranata mangsa adalah pengetahuan yang

yang lama, dikarenakan tahun ini dijadikan dipegang petani atau nelayan dan

sebagai tahun evaluasi atas apa yang diwariskan secara oral (dari mulut ke

dilakukan selama satu windu terakhir, mulut). Selain itu, kalender ini bersifat

apakah semua berjalan dengan baik atau lokal dan temporal (dibatasi oleh tempat

tidak, tahun dimana segala keburukan dan waktu) sehingga suatu perincian yang

ditutupi dengan kebaikan yang ada. Seperti dibuat untuk suatu tempat tidak

yang dituliskan dalam naskah SMR sepenuhnya berlaku untuk tempat lain

berikut: (Kusuma M. Berlayar dengan Panduan

Pranata Mangsa. Kompas daring. Edisi


“dumunung wadhah isi tutup, wadhah
20-01-2009. Diakses 11 September 2018).
bumi, bumi wedok, isi awang-awang,
Petani menggunakan pedoman pranata
timbangane bêbasane wa walat, tutup
mangsa untuk menentukan awal masa
langit têgêse langit lanang, angurêpi bumi
tanam. Nelayan menggunakannya sebagai
wedok.” (halaman: 3)
pedoman untuk melaut atau memprediksi
4. Bulan Pranata Mangsa dalam
jenis tangkapan. Selain itu, pada beberapa
Naskah SMR
bagian, sejumlah keadaan yang
Bulan merupakan sebuah satuan waktu
dideskripsikan dalam pranata mangsa
yang didasarkan pada peredaran bulan
pada masa kini kurang dapat dipercaya
yang mengelilingi bumi, kurun waktu 1
seiring dengan perkembangan teknologi.
bulan berkisar anatara 27-31 hari per
Mangsa kasa (pertama) adalah 22 Juni,
bulannya, namun dalam naskah SMR
yaitu saat posisi matahari di langit berada
ini,dikenal juga istilah Pranata Mangsa
pada Garis Balik Utara, sehingga bagi
(bulan musim).
petani di wilayah di antara Merapi dan

Lawu saat itu adalah saat bayangan


terpanjang (empat pecak/kaki ke arah waktu 24 hari, maka Mangsa

selatan) (Tanojo R. 1962. Primbon Djawa Katelu berakhir pada 17

(Sabda Pandita Ratu). TB Pelajar. September.

Surakarta). d. Mangsa Kapat (keempat) dimulai

18 September, dengan panjang


Dalam pembagiannya, mangsa pada
bayangan 1 kaki, dan setelah ashar
naskah SMR dibagi menjadi 12, yakni
panjang bayangan menjadi 8 kaki
sebagai berikut:
dengan waktu 25 hari, namun pada
a. Mangsa Kasa (pertama) dimulai
Mangsa Kapat ini, bertabrakan satu
pada 22 Juni, dengan panjang
hari satu malam dengan Mangsa
bayangan 4 kaki (langkah) dan
Kapat, dan berakhir pada tanggal
setelah ashar, panjang bayangan
12 Oktober.
menjadi 11 dengan lama waktu 41
e. Mangsa Kalima (kelima) dimulai
hari, maka Mangsa Kasa berakhir
13 Oktober, dengan panjang
pada tanggal 1 Agustus.
bayangan 1 kaki, dan setelah ashar
b. Mangsa Karo (kedua) dimulai pada
panjang bayangan menjadi 8 kaki,
2 Agustus, dengan panjang
dengan waktu 26 hari, maka
bayangan 3 kaki, dan setelah ashar
Mangsa Kalima berakhir pada 7
panjang bayangan menjadi 10
November.
dengan lama waktu 23 hari, maka
f. Mangsa Kanem (keenam) dimulai
Mangsa Karo berakhir pada 24
8 November, dengan panjang
Agustus.
bayangan 2 kaki, dan setelah ashar
c. Mangsa Katelu (ketiga) dimulai 25
panjang bayangan menjadi 9 kaki,
Agustus, dengan panjang bayangan
dengan waktu 41 hari, maka
2 kaki, dan setelah ashar panjang

bayangan menjadi 9 dengan lama


Mangsa Kanem berakhir pada 18 j. Mangsa Sapuluh (kesepuluh)

Desember. dimulai pada 21 Maret dengan

g. Mangsa Kapitu (ketujuh) dimulai panjang bayangan 2 kaki dan

19 Desember, dengan panjang setelah ashar panjang bayangan

bayangan 2 kaki, dan setelah ashar menjadi 9 kaki, dengan waktu 24

panjang bayangan menjadi 9 kaki, hari, maka Mangsa Sapuluh

dengan waktu 41 hari, maka berakhir pada 13 April.

Mangsa Kapitu berakhir pada 28 k. Mangsa Dhesta (kesebelas)

Januari. dimulai 14 April dengan panjang

h. Mangsa Kawolu (kedelapan) bayangan 3 kaki dan setelah ashar

dimulai pada 29 Januari dengan panjang bayangan menjadi 10 kaki,

panjang bayangan 1 kaki, dan dengan waktu 23 hari maka

setelah ashar panjang bayangan Mangsa Dhesta berakhir pada 6

menjadi 7 kaki dengan waktu 26 Mei.

hari, bertabrakan sehari semalam l. Mangsa Sadha (keduabelas)

dengan mangsa ksembilan, maka dimulai 7 Mei dengan panjang

Mangsa Kawolu berakhir pada 23 bayangan 4 kaki dan setelah ashar

Febuari. panjang bayangan menjadi 11 kaki,

i. Mangsa Kasongo (kesembilan) dengan waktu 41 hari, maka

dimulai pada 24 Febuari dengan Mangsa Sadha berakhir pada 16

panjang bayangan 1 kaki dan Juni.

setelah ashar panjang bayangan


Dalam satu tahun (12 mangsa) pada
menjadi 8 kaki dengan waktu 25
naskah SMR terdapat selisih 6 hari (17
hari, maka Mangsa Kasongo
Juni-21 Juni) sebelum akhirnya kembali
berakhir pada 20 Maret.
lagi pada perhitungan awal pranata
mangsa, sampai sejauh ini penulis belum sarêng sampun angsal satus kalih dasa
taun ngalih kurup malih” (halaman: 7)
mengetahui lebih lanjut kenapa terdapat
Kurup Setungiyah menuju ke windu
selisih, karena menurut studi yang penulis
Sancaya, tahun Alip tanggal pertama Sabtu
lakukan, tidak disebutkan penyebab atau
Kliwon, berjalan selama 120 tahun.
alasan terjadinya selisih hari.
c. Kurup Jamngiyah
5. Kurup dalam naskah SMR
“Kurup Jamngiyah nuju windu Sêngara,
Kurup, yaitu satuan waktu yang berjalan
taun Alip sasi Sura Jumungah Wage
tanggal sapisan, sarêng sampun angsal
selama 120 tahun, penamaan setiap masa
satus kalih dasa taun ngalih kurup malih”
(halaman: 7).
satu kurup diambil dari hari pertama
Kurup Jamngiyah menuju windu Sengara,
jatuhnya kurup tersebut. Kurup dibagi
tahun Alip bulan Sura Jumat Wage tanggal
menjadi tujuh, sesuai dengan nama hari
pertama,berjalan selama 120 tahun.
pertama jatuhnya kurup tersebut, nama

dari setiap kurup dalam SMR adalah d. Kurup Kamsiyah

sebagai berikut:
“Kamsiyah nuju windu Kunthara taun Alip
sasi Sura tanggal sapisan Kêmis Pon,
a. Kurup Akadiyah sarêng sampun angsal satus kalih dasa
taun”(halaman: 7)
“Kurup Akadiyah, umuripun satus kalih Kurup Kamsiyah menuju windu Kunthara
dasa taun, nuju windu Adi taun Alip sasi
Sura tanggal sapisan Akat Lêgi”(halaman: tahun Alip bulan Sura tanggal pertama
7)
Kurup Akadiyah, umurnya 120 tahun, Kamis Pon, berjalan selama 120 tahun.

menuju Windu Adi tahun Alip bulan Sura e. Kurup Arbangiyah


tanggal pertama Akat Legi.
“kurup Arbangiyah, nuju windu Adi, taun
Alip sasi Sura tanggal sapisan Rêbo
Paing, sarêng sampun angsal satus kalih
b. Kurup Setungiyah dasa taun ngalih kurup malih”(halaman:
7)
“Kurup Sêtungiyah, nuju windu Sancaya,
taun Alip tanggal sapisan Sêtu Kliwon,
Kurup Arbangiyah menuju windu Adi, Waktu yang relatif lama untuk

tahun Alip bulan Sura tanggal pertama menyelesaikan sebuah sistem penanggalan

Rabu Pahing, berjalan selama 120 tahun. secara penuh sampai akhirnya kembali lagi

ke perhitungan pertama.
f. Kurup Salasiyah

6. Wuku dalam naskah SMR


“Kurup Salasiyah nuju windu Sancaya,
taun Alip sasi Sura tanggal sapisan Slasa Wuku/Pawukon itu sendiri menurut
Lêgi, sarêng sampun angsal satus kalih
dasa taun ngalih”(halaman: 8) perhitungan Jawa menjelaskan lamanya
Kurup Salasiyah menuju windu Sancaya,
edaran waktu dalam satu minggu. Dengan
tahun Alip bulan Sura tanggal pertama
demikian, konsep Wuku merupakan
Selasa Legi, berjalan selama 120 tahun.
permulaan hari dihitung mulai dari

g. Kurup Senenngiyah munculnya matahari sampai menuju siang

hingga malam hari (Depdikbud


“kurup Sênènngiyah nuju windu Sêngara
taun Alip sasi Sura tanggal sapisan Sênèn Yogyakarta, 1985: 19).
Kaliwon, sarêng sampun angsal satus
kalih dasa taun wangsul kurup Akadiyah
nginggil wau”(halaman: 8) Pengetahuan Pawukon (Wuku) adalah

pengetahuan lelakon atau perjalanan hidup


Kurup Senenngiyah berawal pada windu manusia menurut ukuran koderat nasibnya
Sengara tahun Alip bulan Sura tanggal masing-masing yang menurut coraknya
pertama Senin Kliwon, berjalan selama menyerupai pengetahuan horoscoop dalam
120 tahun. ilmu perbintangan arkeologi (Depdikbud

Setelah siklus kurup yang berjalan mulai Yogyakarta, 1985: 19).

dari Akadiyah sampai pada kurup Dalam naskah SMR ini, wuku digunakan
Senenngiyah , maka untuk kembali lagi sebagai penanda waktu kejadian dalam
kepada awal kurup membutuhkan waktu naskah, tidak disebutkan secara lengkap
selama 840 tahun (120 tahun x 7 kurup). mengenai apa itu wuku, berapa jumlah
wuku serta sebagai penanda kejadian apa, Wuku maktal merupakan salah satu wuku

dalam naskah SMR wuku hanya sebagai dalam sistem penanggalan Jawa, wuku

penanda waktu saja, seperti tahun, bulab, maktal dalam naskah SMR digunakan

hari, pasaran kemudian wuku. Berikut sebagai penanda waktu untuk tahun Je

merupakan Wuku yang digunakan sebagai bulan besar tanggal 29 yang jatuh pada

penanda waktu dalam naskah SMR. wuku hari senin pon. Disebutkan dalam naskah :

yang disebutkan dalam naskah SMR adalah


“...nuju windu Sancaya, taun Je sasi Bêsar
sebagai berikut:
tanggal kaping 29, dina Sênèn Pon wuku

a. Wuku Wayang Maktal sore”(halaman: 1)

Wuku wayang merupakan salah satu wuku c. Wuku Julungpujut

dari 30 wuku menurut sistem penanggalan


Wuku julungpujut dalam naskah SMR
Jawa, dalam naskah SMR, wuku wayang
digunakan sebagai penanda waktu bulan
disebutkan sebagai penanda waktu
Suro pada tahun Jimawal bulan Besar
dimulainya Kurup Akadiyah yang terjadi
tanggal 29 yang jatuh pada hari rabu pon.
pada awal tahun 1388M. Disebutkan
Disebutkan dalam naskah:
dalam naskah:
“....dumugi Tasura umur 28 taun, nuju
“.....nuju kurup Akadiyah, nuju windu
windu Sangara taun Jimawal, sasi Bêsar
Kunthara, taun 1388, windu Adi taun Dal,
tanggal kaping 29, dina Rêbo Pon, wuku
sasi Bêsar tanggal kaping 30, dina Akat
Julungpujut”(halaman: 1)
Wage, wuku Wayang”(halaman: 1)
d. Wuku Julungwangi

Wuku julungwangi dalam naskah SMR


b. Wuku Maktal
digunakan sebagai penanda waktu

pergantian dari Kurup Jamngiyah ke


Kurup Kamsiyah pada bulan Besar tanggal besar tahun Alip. Disebutkan dalam

29 tahun Ehe. Disebutkan dalam naskah: naskah:

“.....angalih kurup malih Kamsiyah “...bokmanawi cocog saking

dumugi Surakarta umur 79 taun, nuju petungku benjing ôngka 1868 windu Adi

windu Kunthara taun Ehe sasi Bêsar taun Alip sasi Bêsar tanggal kaping 28

tanggal kaping 29, wuku Julungwangi wuku Wukir” (halaman: 10)

ôngka taun 1748”(halaman: 10).


Dalam penentuan tanggal ataupun hari,

e. Wuku Kelawu dalam naskah SMR ini merujuk pada

perhitungan sistem penanggalan yang


Wuku kelawu dalam naskah SMR
sudah ada, yakni sistem penanggalan oleh
digunakan sebagai penanda pergantian
Sultan Agung dari Mataram, yang mana
Kurup Kamsiyah ke Kurup Arbangiyah
dimulai pada tahun 1547 Saka ( 1625 M).
yang jatuh pada hari rabu wage bulan suro.

Disebutkan dalam naskah: B. Isi Serat Mustaka Rancang

Dalam penelitian kali ini, penulis akan


“....sore lajêng ngalih kurup Arbangiyah
memaparkan mengenai isi dari naskah
tanggal sapisan Jumungah Pon taun Alip,
Serat Mustaka Rancang, penulis membagi
widonipun nuju Sêngara, sasi Sura
isi naskah menjadi dua segi, yakni 1) Nilai
tanggal sapisan Rêbo Wage, wuku
spiritual Serat Mustaka Rancang : dan 2)
Kêlawu”(halaman: 10)
nilai sejarah dalam Serat Mustaka
f. Wuku Wukir
Rancang.

Wuku wukir dalam naskah SMR digunakan


1. Nilai Spiritual Serat Mustaka
sebagai penanda untuk memasuki tahun
Rancang
1868 yang jatuh pada tanggal 28 bulan
Menurut kamus Webster (1963) kata spirit

berasal dari kata benda bahasa latin


“spiritus” yang berarti nafas, dan kata sebuah kepercayaan, yang diyakini oleh

kerja “Spirare” yang berarti bernafas. masyarakat. Menelisik pada hal diatas,

Melihat dari asal katanya, hidup adalah berbagai hal yang dipercayai adalah

untuk bermafas, dan memiliki nafas berarti sebagai berikut:

memiliki spirit. Menjadi spiritual berarti


a. Percaya hari baik dan buruk
memiliki ikatan yang lebih kepada hal
Penentuan hari baik merupakan wujud
yang bersifat kerohanian atau kejiwaan
rasionalisasi masyarakat Jawa.
dibandingkan hal bersifat fisik atau
Rasionalisasi dalam kognisi masyarakat
material. Spiritual merupakan kebangkitan
Jawa terdiri atas tiga lapis, yaitu: 1) bahwa
atau pencerahan diri dalam mencapai
situasi adiduniawi (dunia yang baik)
makna hidup dan tujuan hidup. Spiritual
menentukan kejadiankejadian di dunia; 2)
merupakan bagian esensial dari
bahwa kondisi-kondisi di duniawi dan
keseluruhan kesehatan dan kesejahteraan
manusia saling tergantung; dan 3) bahwa
seseorang (dalam Tamami, 2011:19)
manusia sendiri menyebabkan kondisi-
Spiritualitas kehidupan adalah inti
kondisi di dunia melalui tingkah laku
keberadaan dari kehidupan. Fungsi
spiritual dan moralnya (Mulder,1983:34-
spiritual adalah kesadaran tentang diri dan
35).
kesadaran individu tentang asal, tujuan,
Hari-hari yang terjadi memiliki arti
dan nasib. (Hasan, 2006:294)
tersendiri, dalam naskah SMR ini, hari 7
Naskah SMR menjelaskan tentang sesuatu
dan hari pasaran 5, memilki makna
yang akan terjadi memiliki sebuah makna,
terendiri setiap harinya, apakan membawa
bahwa setiap hal memiliki arti senidri,
pertanda baik atau buruk.
apapun yang dilakukan sudah ada

tandanya, jadi diberikan wejangan-

wejangan yang bisa dipakai sebagai


Hari Senin Pon misalnya, jika merujuk keselamatan, Akat Kliwon artinya banyak

pada penjelasan diatas, maka hari Senin kehilangan, Akat Wage artinya banyak

Pon memilki arti: mendapati halangan, Akat Pahing artinya

banyak mendapatkan rezeki.


Senin = senang

Senin Legi artinya disenangi hal-hal baik,


Pon= Selamat
Senin Pon artinya banyak keselamatan
Maka hari Senin Pon merupakan hari yang
(kebaikan), Senin Kliwon artinya akan
baik, untuk mencari pekerjaan, melakukan
banyak kesusahan, Senin Wage artinya
sesuatu atau mengadakan acara. Maka dari
akan ada banyak halangan, Senin Pahing
itu, dianjurkan ketika ingin melamar
artinya Banyak rezeki.
pekerjaan ataupun melakukan sebuah
Selasa Legi artinya hari baik untuk
pekerjaan, hari yang cocok adalah hari
melakukan sesuatu, Selasa Pon artinya
Senin Pon.
selamat dalam segala kondisi, Selasa
Penjelasan lain adalah sebagai berikut:
Kliwon artinya Selamat dan Susah atau

Hari Senin Wage, Senin artinya senang, biasa disebut dengan istilah Hari Gara

sedangkan Wage sendiri artinya adalah Kasih Selasa Kliwon, yang mana hari ini

susah, jadi hari Senin Wage merupakan dipercayai sebagai hari baik untuk

hari yang kurang baik untuk melakukan melakukan ritual-ritual seperti puasa,

sesuatu, dianjurkan supaya tidak menyempurnakan beberapa amalan,

melakukan suatu pekerjaan yang memiliki bahkan sampai hal ekstrim seperti

risiko tinggi. mendapatkan kesaktian. Banyak yang

mempercayai orang yang lahir pada hari


Berikut uraian lengkapnya:
ini memiliki rasa kasing sayang yang besar
Akat Legi artinya Meninggikan tujuan serta mampu menarik perhatian banyak
baik, Akat Pon artinya mengutamakan orang. Selasa Wage artinya selamat dari
halangan, Selasa Pahing artinya banyak Sabtu Legi artinya sudah mendapatkan

rezeki. hal-hal baik, Sabtu Pon artinya sampai

pada keselamatan (hal-hal baik akan


Rabu Legi artinya keinginan melakukan
terjadi), Sabtu Kliwon artinya hal-hal
hal-hal baik, Rabu Pon artinya keinginan
buruk akan terjadi, Sabtu Wage artinya
untuk mencari keselamatan, Rabu Kliwon
akan ada banyak halangan, Sabtu Pahing
artinya keinginan untuk melakukan hal-hal
artinya akan mendapat banyak rezeki.
buruk, Rabu Wage artinya keiginan yang

terhalangi, Rabu Pahing artinya keinginan Dalam sebuah kepercayaan akan sesuatu

mencari rezeki. yang sudah ada, membuat orang yang

mempercayainya akan menerima apapun


Kamis Legi artinya memisahkan dari hal-
yang akan terjadi pada hari itu, kalau saja
hal baik, Kamis Pon artinya memisahkan
kemungkinan atau hal buruk terjadi pada
untuk keselamatan, Kamis Kliwon artinya
hari yang memang memiliki makna buruk,
memisahkan sesuatu yang buruk, Kamis
maka orang akan menganggap itu sebagai
Wage artinya memisahkan halangan yang
sebuah kewajaran, tidak akan
ada, Kamis Pahing artinya memisahkan
menyalahkan berbagai hal lain, artinya
dari rezeki.
dengan ikhlas menerima kejadian tersebut,
Jumat Legi artinya mendapatkan berita
hal itulah yang membuat pentingnya
baik, Jumat Pon artinya akan mendapatkan
kepercayan akan hal-hal seperti ini.
berita baik (keselamatan dan
Guna untuk mencegah kejadian-kejadian
kegembiraan), Jum’at Kliwon artinya akan
terburuk, di naskah SMR ini disebutkan
mendapatkan kabar buruk, Jum’at Wage
juga apa-apa yang bisa dibawa atau
artinya akan mendapatkan halangan,
dilakukan sebagai penangkal, atau lebih
Jum’at Pahing artinya akan dapat banyak
tepatnya yang dipercayai bisa menangkal
rezeki.
hal-hal buruk, berikut yang bisa dibawa
pada keseharian, sebagai salah satu syarat biasa dihubungkan dengan hari, bulan atau

untuk keselamatan: tahun.(https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/n

ahas, diakses pada 01 Desember 2018).


1. Di hari Akat/Minggu syaratnya

membawa hiasan telinga, itu adalah Nahas yang dimaksudkan dalam naskah

yang dilakukan Nabi Yusuf. SMR adalah sebagai berikut:

2. Senin membawa benda tajam, itu


1. Bulan Sura tanggal 13, tanggal ini
adalah apa yang dilakukan Baginda
dianggap sebagai hari buruk karena
Umar yang berjalan.
pada tanggal 13 ini, Nabi Ibrahim A.S
3. Selasa menghangatkan tangan
dibakar oleh Raja Namrud.
diatas api, itu yang dilakukan
Setelah terlihat pengaruh Nabi Ibrahim
baginda Abu Bakar
semakin besar di kalangan pengikutnya,
4. Rabu syaratnya memakai kain
Raja Namrud merasa terdesak dan
pentup, itu yang dilakukan oleh
terjatuh harga dirinya. Oleh karena itu,
Nabi Ayub.
untuk menjaga wibawanya, Namrud
5. Kamis syaratnya melihat ke langit,
memerintahkan para pegawainya dan
itu yang dilakukan Baginda Ali.
pengikut setianya untuk menangkap
6. Dihari Jumat syaratnya berkumur,
Ibrahim untuk dihukum mati, yaitu
itu yang dilakukan Baginda Nabi
dengan cara dibakar. Tetapi Allah
Muhammad SAW.
SWT. kembali memperlihatkan
7. Sabtu syaratnya membawa tanah se
kekuasaan-Nya. Allah berfirman
ari-ari, itu yang dilakukan Nabi
kepada api:
Adam.
‫َص وُْ ص‬.....
‫ضَاَم َٰىَ َءم َأ ََ َُ َ َُ وََْض ايأَصك ََ اْم َا‬ َ
b. Percaya akan Nahas hari

Nahas jika menurut KBBI sendiri adalah

sial, kejadian buruk, kurang beruntung dan


Artinya: “Mereka berkata : “wahai ayah kami,
"Hai api! Hendaklah dingin dan apa sebabnya kamu tidak mempercayai
selamatkan Ibrahim." (Q.S. Al-Anbiya:
69). kami terhadap Yusuf, padahal
2. Bulan Rabiulakhir tanggal 16,
sesungguhnya kami adalah orang-
tanggal ini dianggap sebagai hari
orang yang menginginkan kebaikan
buruk, karena pada tanggal 16 ini,
baginya. (QS Yusuf:11)
Nabi Yusuf A.S. dibuang oleh
Biarlah dia pergi bersama kami besok
saudara-saudaranya kedalam
pagi, agar ia (dapat) bersenang-
sumur. Berikut kisah Nabi Yusuf
sendang dan (dapat) bermain-main,
AS menurut Al-Qur’an:
dan sesungguhnya kami pasti
3. Suatu hari saudara-saudara Nabi
menjaganya” (QS. Yusuf: 12)
Yusuf AS yang dengki kepadanya
“Berkata Ya’qub : “Sesungguhnya
berkumpul, namun dalam
kepergian kamu bersama Yusuf amat
musyawarah ini Bunyamin tidak
menyedihkanku dan aku khawatir
diikut sertakan karena ia adalah
kalau-kalau dia dimakan serigala,
adik kandung Nabi Yusuf AS.
sedang kamu lengah dari
Kemudian mereka berencana untuk
padanya”(QS.Yusuf:13)
mencelakai Nabi Yusuf 'alaihis

salam, yakni dengan membuangnya “Mereka berkata : “Jika ia benar-

ke dalam sebuah sumur. Kemudian benar dimakan serigala, sedang kami

saudara-saudara Nabi Yusuf AS golongan (yang kuat), sesungguhnya

meminta ayah mereka untuk kami kalau demikian adalah orang-

mengijinkan membawa Nabi Yusuf orang yang merugi” (QS. Yusuf: 14)

AS pergi ke suatu tempat, seperti


Mereka pun berhasil mengajak Nabi
yang diriwayatkan dalam Al Qur'an
Yusuf AS pada hari berikutnya dan
berikut ini:
pergi dengannya ke gurun. Mereka lalu untuk menyembah Allah SWT dan

memasukkan nabi Yusuf AS ke dalam itu berjalan sangat lama, sampai

sebuah sumur tanpa mengenakan pada akhirnya diturunkan bencana

pakaian. kepada kaum Nabi Nuh yang

menjadi salah satu peristiwa


Untuk mengelabui ayahnya,saudara-
terbesar di bumi. Allah SWT
saudara yang benci kepada Nabi Yusuf
berfirman :
itu menyembelih hewan sejenis

kambing atau rusa, lalu melumurkan “Maka mereka mendustakan Nuh ,


kemudian kami selamatkan dia dan
darah binatang tersebut ke pakaian orang-orang yang bersamanya di
dalam bahtera, dan Kami
Nabi Yusuf AS. Dan mereka tenggelamkan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami.
membawa pulang pakaian tersebut, Sesungguhnya mereka adalah kaum
yang buta (mata hatinya)” (QS. Al-
seperti diterangkan dalam Al Qur’an A’raf: 64).

berikut ini : Kemudian sesudah itu Kami


tenggelamkan orang-orang yang
tinggal. (QS. Asy-Syuara: 120)
“Kemudian mereka datang kepada
ayah mereka di sore hari sambil Dan sesungguhnya Kami telah
menangis” (QS. Yusuf:16) mengutus Nuh kepada kaumnya, maka
ia tinggal di antara mereka seribu
“Mereka berkata : “Wahai ayah kami, tahun kurang lima
sesungguhnya kami pergi berlomba- puluh tahun.Maka mereka ditimpa
lomba, dan kami tinggalkan Yusuf di banjir besar , dan mereka adalah
dekat barang-barang kami, lalu dia orang-orang yang zalim.(QS.Al-
dimakan serigala, dan kamu sekali-kali Ankabut:14)
tidak akan percaya kepada kami,
sekalipun kami adalah orang-orang 5. Bulan Syawal tanggal 21, terjadi
yang benar” (QS. Yusuf: 17)
perang antara Nabi Musa As.
4. Bulan Jumadilawal tanggal ke 5,
Melawan Raja Fir’aun.
ketika kaum Nabi Nuh As

ditenggelamkan oleh Allah SWT. “Dan (ingatlah), ketika kami belah


laut untukmu lalu kami selamatkan
Dikisahkan bahwa kaum Nabi Nuh kamu dan kami tenggelamkan
(Fir’aun) dan pengikut-
AS menolak pada ajakan Nabi Nuh pengikutnya, sedang kamu sendiri
menyaksikan”(QS. Al-Baqoroh: merobek dagingnya, dan Yunus
50)
pun tinggal di perut ikan itu dalam
6. Bulan Syawal tanggal ke 3, ketika
beberapa waktu dan dibawa
Nabi Adam As diturunkan ke Bumi
mengarungi lautan oleh ikan itu.
oleh Allah SWT dari surga untuk
Ketika Yunus mendengar ucapan
mejadi khalifah di bumi, Allah
tasbih dari kerikil di bawah laut,
SWT berfirman yang artinya :
maka di kegelapan itu Yunus
“Sesungguhnya Aku hendak
berdoa, “Tidak ada Tuhan yang
menjadikan seorang khalifah di
muka bumi”. Mereka berkata:
berhak disembah selain Engkau.
“Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu
Mahasuci Engkau, sesungguhnya
orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan
aku termasuk orang-orang yang
menumpahkan darah, padahal
kami senantiasa bertasbih dengan
zalim.” Yunus berada dalam tiga
memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?” Tuhan berfirman:
kegelapan; kegelapan perut ikan,
“Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui”(QS
kegelapan lautan, dan kegelapan
Al-Baqoroh:30).
malam(Mausu’ah Al Usrah Al
7. Bulan Dzulkaidah tanggal 24, Nabi
Muslimah dari situs
Yunus As ditelan oleh ikan paus.
www.islam.aljayyash.net).
Pada saat yang bersamaan, Allah
Hal ini sebagaimana yang
telah mengirimkan ikan besar
difirmankan Allah Ta’ala:
kepadanya dan mengilhamkan
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun
kepadanya untuk menelan Yunus
(Yunus), ketika ia pergi dalam
keadaan marah, lalu ia menyangka
dengan tidak merobek dagingnya
bahwa Kami tidak akan
mempersempitnya
atau mematahkan tulangnya, maka
(menyulitkannya), maka ia
menyeru dalam keadaan yang
ikan itu melakukannya. Ia menelan
sangat gelap, “Bahwa tidak ada
tuhan yang berhak disembah selain
Nabi Yunus ke dalam perutnya
Engkau. Maha Suci Engkau,
sesungguhnya aku termasuk orang-
tanpa mematahkan tulang dan
orang yang zalim.”–Maka Kami "Tak ada sedikitpun campur
telah memperkenankan doanya dan tanganmu dalam urusan mereka itu
menyelamatkannya dari pada atau Allah menerima taubat
kedukaan. Dan demikianlah Kami mereka, atau mengadzab mereka,
selamatkan orang-orang yang karena sesung¬guhnya mereka itu
beriman.” (QS. Al Anbiyaa’: 87- orang-orang zhalim. " (Ali lmran:
88). 128).
8. Bulan Besar tanggal 25, ketika Hal-hal yang terjadi pada masa lampau,

Nabi Muhammad SAW terlepas masih terus diingat dan dijadikan sebagai

gigi (gerahamnya) sewaktu perang sebuah pelajaran, dalam waktu yang sangat

Uhud Ibnu Ishaq berkata, Humaid lama dan diturunkan turun-temurun, hal

Ath-Thawil berkata kepadaku dari tersebutpun meresap di kehidupan serta

Anas bin Malik yang berkata, "Di kebudayaan masyarakat sehingga menjadi

Perang Uhud, gigi antara gigi sebuah kepercayaan yang masih dipercayai

depan dengan gigi taring sampai sejauh ini.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa


2. Nilai Sejarah Serat Mustaka
Sallam pecah dan wajah beliau
Rancang
terluka. Darah pun keluar di wajah
Setidaknya sejak abad ke-8 orang Jawa
beliau, kemudian beliau mengusap
sudah mempunyai kebiasaan catat
darah sambil berkata, 'Bagaimana
mencatat dengan mencantumkan waktu,
kaum bisa bahagia, kalau mereka
musim, hari sebagai penanda kapan hal
melukai wajah Nabi mereka,
tersebut terjadi,sehingga bisa diketahui
padahal ia mengajak mereka
oleh orang dimasa mendatang, hal tersebut
kepada Tuhan mereka.(Sirah
juga berlaku pada naskah SMR.
Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2
Sejarah adalah substansial, meski tidak
Halaman 42-43) Tentang hal
melalui satu perjalanan lurus ke depan,
tersebut, Allah Ta'ala menurunkan
tetapi bergerak dalam lingkaran-
firman-Nya:
lingkaran histories yang satu sama lain
saling berpengaruh. Dalam setiap Majapahit, Demak, Pajang, dll. Dalam

lingkaran pola-pola budaya yang naskah ini, disebutkan mengenai berdiri

berkembang dalam masyarakat, baik dan runtuhnya dari beberapa kerajaan yang

agama, politik, seni, sastra, hukum, dan mana bisa dilihat pada kutipan naskah

filsafat saling terjalin secara organis dan berikut:

internal, sehingga masing-masing


“...Ing ngandhap punika katranganipun
lingkaran itu memiliki corak cultural adêgipun nagari Majapait, nuju kurup
Akadiyah, nuju windu Kunthara, taun
khususnya yang merembes ke dalam 1388, windu Adi taun Dal, sasi Bêsar
tanggal kaping 30, dina Akat Wage, wuku
berbagai rung lingkup kulturalnya Wayang, sorene lajêng ngalèh kurup
Sêtungiyah, tumêka Dêmak têkan Pajang
(Colingwood, 1956: 67). umur 11 taun, nuju windu Sancaya, taun
Je sasi Bêsar tanggal kaping 29, dina
Sênèn Pon wuku Maktal sore, lajêng
Merujuk pada pendapat Colingwood angalih kurup Jamngiyah, dumugi Tasura
umur 28 taun, nuju windu Sangara taun
diatas, maka sejarah merupakan sebuah Jimawal, sasi Bêsar tanggal kaping 29,
dina Rêbo Pon, wuku Julungpujut, sore
hubungan yang berkaitan satu sama lain, lajêng angalih kurup malih Kamsiyah
dumugi Surakarta umur 79 taun, nuju
yang kemudian menciptakan kejadian- windu Kunthara taun Ehe sasi Bêsar
tanggal kaping 29, wuku Julungwangi
kejadian yang berkaitan satu dengan ôngka taun 1748, sore lajêng angalih
kurup Arbangiyah, sapriki sampun angsal
lainnya. Sama seperti isi daripada naskah pitung dasa sakawan taun lumampah
punika taun Je ôngka 1822” (halaman: 1)
SMR ini, yang mana disebutkan singkat
Yang artinya sebaga berikut:
mengenai kapankah kerajaan-kerajaan
“Dibawah ini keterangan berdirinya
berdiri sampai pada masa runtuhnya.
kerajaan Majapahit, pada kurup Akadiyah,
Seperti yang sudah diketahui bersama,
pada Windu Kuntara, tahun 1388, Windu
Indonesia sebelum menjadi sebuah negara
Adi tahun Dal, bulan Besar tanggal ke-30
kesatuan seperti sekarang ini merupakan
hari Akat Wage, wuku Wayang, sorenya
sebuah negara yang menganut sistem
lalu berganti kurup Setungiyah, sampai
Kerajaan, dimana wilayah ini terbagi
pada Demak, hingga Pajang umur 11
kekuasaannya pada setiap kerajaan, seperti
tahun, ke Windu Sancaya, tahun Je bulan (tahun pertama dalam satu Windu) selalu

Besar tanggal ke-29, hari Senin Pon wuku jatuh pada Hari dan Pasaran yang sama.

Maktal, sore lalu berpindah kurup


Kerajaan Majapahit disebutkan berdiri
Jamngiyah sampai dengan Tasura umur 28
pada Kurup Akadiyah (tahun satu Alif
tahun, ke Windu Sangara tahun Jimawal,
jatuh pada hari Akat Legi) Windu Kuntara
bulan Besar tanggal ke-29, hari Rabu Pon,
tahun 1388 Windu Adi tahun Dal bulan
Wuku Julungpujut, sore lalu berbuah kurup
Besar tanggal 30 hari Akat Wage Wuku
jadi Kamsiyah sampai pada Surakarta
Wayang, sampai pada Kurup Setungiyah
umur 79 tahun, ke windu Kunthara tahun
yang mana ini merupakan masa runtuhnya
Ehe sasi besar tanggal ke-29, wuku
Kerajaan Majapahit dan beridirinya
Julungwangi angka tahun 1748, sore lalu
kerajaan Demak. Melihat dari apa yang
berubah kurup Arbangiyah, sekarang
disampaikan pada naskah, bisa kita lihat
sudah dapat 74 tahun berjalan ini tahun Je
pada ringkasan catatan sejarah pada
angka 1822.”
Deswarnana (Negarakertagama) sebagai

a. Kerajaan Majapahit berikut:

Kerajaan Majapahit berdiri pada Kurup Majapahit adalah sebuah kerajaan kuno di

Akadiyah, Windu Kuntara kemudian pada Indonesia yang berpusat di Jawa Timur

tahun 1388, Windu Adi tahun Dal, bulan danpernah berdiri dari sekitar tahun 1293

Besar tanggal 30 hari Akat Wage Wuku hingga 1500 M oleh Raden wijaya,

Wayang disebutkan bahwa kerajaan tepatnya di daerah Trowulan yang

Majapahit sampai pada Kurup Setungiyah. sekarang menjadi Mojokerto. Berdirinya

Dalam hitungan tahun senidiri, satu kurup kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan

itu 120 tahun atau 15 windu dan setiap dari kerajaan Kerajaan Singosari yang

awal kurupnya memiliki sebuah siklus runtuh. Kerajaan ini mencapai puncak

unik yang mana setiap awal tahun Alif kejayaan pada masa kekuasaan Raja
Hayam Wuruk yg berkuasa dari tahun selama 112 tahun (1388M-1500M), yang

1350 hingga 1389. Majapahit menguasai artinya kerajaan ini berada pada masa 2

kerajaan-kerajaan lain di semenanjung kurup, yakni Kurup Akadiyah dan Kurup

Malaya Borneo Sumatra Bali dan Filipina. Senengiyah.

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan


b. Kerajaan Demak dan Pajang
Hindu-Buddha terakhir yg menguasai
Kerajaan Demak dan Kerajaan Pajang
Semenanjung Malaya dan dianggap
merupakan dua kerajaan yang memiliki
sebagai salah satu karajaan terbesar
keterikatan dalam sejarah, karena
di Indonesia dan mampu menciptakan
keruntuhan Kerajaan Demak adalah awal
perubahan besar dalam waktu relatif
mula dari berdirinya Kerajaan Pajang.
singkat (Robson:1995:304).
Disebutkan dalam Naskah sebagai berikut:
Dari fakta sejarah di atas, bisa dikatakan
”sorene lajêng ngalèh kurup Sêtungiyah,
bahwa naskah ini menyebutkan berdirinya
tumêka Dêmak têkan Pajang umur 11
taun, nuju windu Sancaya, taun Je sasi
Kerajaan Majapahit adalah tahun 1388
Bêsar tanggal kaping 29, dina Sênèn Pon
wuku Maktal sore, lajêng angalih kurup
Masehi, atau pada masa kejayaan Kerajaan
Jamngiyah, dumugi Tasura umur 28 taun,
nuju windu Sangara taun Jimawal, sasi
Majapahit dibawah pimpinan Raja Hayam
Bêsar tanggal kaping 29, dina Rêbo Pon,
wuku Julungpujut, sore lajêng angalih
Wuruk dan Patih Gajah Mada yang
kurup malih Kamsiyah”(halaman: 1)
memang sangat terkenal, bukan sejak Yang artinya :

awal berdirinya kerajaan ini. Kemudian


“Sorenya lalu berganti kurup Setungiyah,
kerajaan Majapahit runtuh pada Kurup
sampai pada Demak, hingga Pajang umur
Setungiyah.
11 tahun, ke Windu Sancaya, tahun Je

Kerajaan Majapahit berdiri selama kurang bulan Besar tanggal ke-29, hari Senin Pon

lebih 203 Tahun(1293M-1500M) menurut wuku Maktal, sore lalu berpindah kurup

sejarah yang kita ketahui dan menurut Jamngiyah sampai dengan Tasura umur 28

naskah ini, kerajaan Majapahit bertahan


tahun, ke Windu Sangara tahun Jimawal, Pesantren,Pada kira-kira tahun 1475 M,

bulan Besar tanggal ke-29, hari Rabu Pon, Raden Fatah mulai melaksanakan perintah

Wuku Julungpujut, sore lalu berubah kurup gurunya dengan jalan membuka madrasah

jadi Kamsiyah” atau pondok pesantren di daerah

Gelagahwangi. Tugas yang diberikan


Pendiri dari Kerajaan Demak yakni Raden
kepada Raden Fatah dijalankan dengan
Patah, sekaligus menjadi raja pertama
sebaik-baiknya. Lama kelamaan Desa
Demak pada tahun 1500-1518M. Raden
Glagahwangi ramai dikunjungi orang-
Patah merupakan putra dari Brawijaya V
orang. Tidak hanya menjadi pusat ilmu
dan Putri Champa dari Tiongkok. Dan
pengetahuan dan agama, tetapi kemudian
Kerajaan Demak runtuh pada tahun 1568
menjadi pusat peradagangan bahkan
M di ikuti berdirinya Kerajaan Pajang
akhirnya menjadi pusat kerajaan Islam
yang di prakarsai oleh Joko Tingkir
pertama di Jawa. Karena keramaian dari
(Sultan Hadiwijaya), kerajaan Pajang pun
Desa Gelagahwangi, dalam
tidak berdiri begitu lama, hanya 11 tahun
perkembangannya nama Desa tersebut
saja disebutkan dalam naskah, yang artinya
berubah menjadi Demak Bintoro dan
tahun 1568M-1579M.
menjelma sebagai Ibukota Kerajaan
Berbeda dengan sejarah yang diketahui
Demak.
sejauh ini seperti yang disebutkan oleh
Sedangkan Kerajaan Pajang, tidak
H.J.de Graaf dan T.H. Pigeud (2001)
bertahan begitu lama, dalam kurun waktu
dalam Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa
singkat, yakni sekitar tahun 1568-1587M
(terjemahan) yang menyebutkan bahwa
atau sekitar 19 tahun, yang mana sebab
berdirinya kerajaan Demak itu pada masa
keruntuhan dari kerajaan ini adalah adanya
sekitar 1475-1480an yang mana
konflik internal dan perebutan kekuasaan.
disebutkan itu adalah perintisan Kerajaan

oleh Raden Patah dengan mendirikan c. Kraton Surakarta


Kraton Surakarta merupakan salah satu tanggal ke-29, wuku Julungwangi angka

budaya, sistem pemerintahan serta tatanan tahun 1748, sore lalu berubah kurup

Indonesia yang masih bertahan sampai Arbangiyah, sekarang sudah dapat 74

sekarang, dalam perkembangannya Kraton tahun berjalan ini tahun Je angka 1822.”

Surakarta sendiri merupakan wujud dari


Mulai dari tahun 1587M saampai pada
Kerajaan Mataram yang masih bertahan,
tahun 1748M pada masa terbentuknya
terlepas dari hubungannya dengan Keraton
Kraton Surakarta, berarti membutuhkan
Ngayogyokarto, Kraton Surakarta
waktu 161 tahun, yang artinya satu kurup
memiliki sebuah catatan sejarah tersendiri
(120 tahun) lebih 40 tahun, sama seperti
dalam perkembangannya. Disebutkan
keterangan dalam naskah, kurup
dalam naskah ini bahwa Kraton Surakarta
Jamngiyah (120 tahun) dan Kurup
berdiri setelah satu kurup dan 79 tahun
Kamsiyah kurang 79 tahun (40 tahun
dalam kurup Kamsiyah yang bertepatan
berjalan). Kemudian kurup Arbangiyah
dengan tahun 1748M. Sampai pada kurup
berjalan selama 74 tahun setelah 1748
Arbangiyah selama 74 tahun berjalannya,
sampai pada tahun 1822M. Jadi sekarang,
sampai tahun 1822M.
kita berada pada Kurup Salasiyah.

“......sore lajêng angalih kurup malih


Kamsiyah dumugi Surakarta umur 79 PENUTUP
taun, nuju windu Kunthara taun Ehe sasi
Bêsar tanggal kaping 29, wuku SIMPULAN
Julungwangi ôngka taun 1748, sore lajêng
angalih kurup Arbangiyah, sapriki sampun
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan
angsal pitung dasa sakawan taun
lumampah punika taun Je ôngka
pada bab-bab sebelumnya dan dari hasil
1822.”(halaman: 2)
Yang artinya: pembahasan berupa deskripsi, transliterasi,

suntingan teks dan analisis isi pada teks


“sore lalu berbuah kurup jadi Kamsiyah
Serat Mustaka Rancang, maka penulis
sampai pada Surakarta umur 79 tahun, ke
dapat membuat simpulan sebagai berikut.
windu Kunthara tahun Ehe sasi besar
Penulis menggunakan teori filologi untuk menghasilkan neptu yang

menyajikan suntingan teks yang bersih dan dipercayai memiliki aura tersendiri.

teratur, karena naskah Serat Mustaka b. Dalam satu bulan, berisi antara 29-

Rancang adalah naskah tunggal , maka 31 hari, dalam perhitungannya

penulis menggunakan metode standar. tidak mengenal istilah kabisat

Melalui hasil suntingan teks, didapatkan seperti sistem penanggalan Masehi.

sebuah teks yang bebas dari kesalahan dan Selain memili bulan seperti sistem

dapat dikaji lebih lanjut. Selain kalender biasanya, dalam sistem

menggunakan teori filologi, penulis juga penanggalan ini juga mengenal

menggunakan teori analisis isi dalam istilah Pranata Mangsa , yakni

meneliti isi naskah. Berikut hasil kajian sistem penentuan musim

analisis yang berhasil penulis simpulkan: berdasarkan panjang bayangan

yang berjumlah 12 mangsa, dan


1. Serat Mustaka Rancang merupakan
setiap mangsanya bervariasi, antara
sebuah catatatan mengenai
23-41 hari.
kejadian di masa lampau, naskah
c. Windu dibagi menjadi 4, yakni
SMR berisikan tentang sitem
Windu Adi, Windu Kunthara,
penanggalan yang dianut pada
Windu Sangara dan, Windu
masanya, yang mana isi dari sistem
Sancaya.
penanggalan tersebut adalah
d. Dalam satu windu, terdapat 8
sebagai berikut:
tahun, yang masing-masing tahun
a. Hari dalam naskah memiliki arti
memiliki nama sebagai berikut:
dan makna tersendiri, baik itu hari
Taun Alip,Taun Ehe, Taun
tujuh ataupun hari pasaran lima,
Jimawal,Taun Dal, Taun Be,Taun
pertemuan dua hari tersebut
Wawu dan, Taun Jimakir.
e. Kurup merupakan satuan terbesar b. Isi Sejarah

dalam sistem penanggalan Serat


Dilihat dari peristiwa-peristiwa di
Mustaka Rancang,karena satu
masa lalu yang sudah dituliskan
kurup berisikan 120 tahun, yang
pada berbagai naskah dan cerita
artinya satu kurup berisi 15 windu.
lainnya mengenai kerajaan-
Nama dari kurup itu sendiri adalah
kerajaan yang ada di nusantara
sebagai berikut: Kurup Akadiyah,
dituliskan pula dalam naskah ini,
Kurup Senenngiyah, Kurup
sebagai sebuah bukti bahwa naskah
Salasiyah, Kurup Arbangiyah,
ini juga merupakan sebuah catatan
Kurup Kamsiyah, Kurup
sejarah.
Jamngiyah dan, Kurup Setungiyah.

2. Dilihat dari isinya, naskah Serat


DAFTAR PUSTAKA

Mustaka Rancang terdapat dua isi


Alwi,Yulis Haji. 2003. “Kamus Filologi.”
In Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
naskah yaitu:
Pustaka, Kementrian Kebudayaan
a. Naskah berisikan pedoman Malaysia.
Badudu, J.S. 1994. Kamus Umum Bahasa
kepercayaan Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan
Isi naskah Mustaka Rancang
Kebudayaan.
memuat tentang tuntunan serta Baroroh-Baried, Siti, dkk. 1985.
Pengantar Teori Filologi. Jakarta:
wejangan terhadap sesuatu, Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Departemen Pendidikan dan
menjelaskan tentang hari baik dan Kebudayaan
buruk, apa yang boleh dan tidak Behrend, T.E. 1989. Katalog Naskah-
naskah Museum Sonobudoyo
untuk dilakukan serta memuat Yogyakarta. Yogyakarta: Museum
Sonobudoyo.
tentang nilai-nilai keluhuran orang
———. 1990. Katalog Induk Naskah-
Jawa. naskah Nusantara Jilid 1 Museum
Sonobudoyo Yogyakarta. Jakarta:
Djambatan.
Colingwood,R.G.1956.Religion and Nyoman Kutha Ratna. 2004. Teori,
Philosofy. Metode, dan Teknik Penelitian
Sastra. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Darusuprapta. dkk. 1984. Ajaran Moral
dalam Sastra Suluk. Yogyakarta: Purwadarminto, dkk. 1982. Kamus umum
Balai Penelitian Bahasa. Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan
Edward Djamaris. 1991. Teori Penelitian Bahasa Departemen Pendidikan dan
Filologi. Jakarta: Obor Buku. Kebudayaan.
———. 2010. Metode Penelitian Filologi. Purwoningrum, Siti Maryam. 2013.
Jakarta: CV. Manasco. “Kajian Pragmatik Naskah Gurindam
Dua Belas Karya Raja Ali Haji”.
Endraswara, Suwardi. 2006. Budi Pekerti
Skripsi Sarjana. Fakultas Ilmu
Jawa Tuntunan Luhur dari Budaya
Budaya Universitas Diponegoro.
Adiluhung. Yogyakarta: Gelombang
Pasang. Robson, S.O. 1994. Prinsip-prinsip
Filologi Inonesia. Jakarta: RUL.
Katalog Online Universitas Gajah Mada
dalam http://lib.ugm.ac.id/ind/ . ———
Diakses pada tanggal 5 Desember ..1995.Desawarnana(Negarakertaga
2018. ma).Leiden : KITLV
Katalog Online Universitas Indonesia Septianingsih.2017.Ramalan Watak Dan
dalam http://www.lib.ui.ac.id/. Nasib Seseorang Dalam
Diakses ada tanggal 08 Oktober NaskaPalintangan (Suntingan Teks
2018.. dan Kajian Pragmatik).Semarang :
Universitas Diponegoro
Katalog Online Universitas Sebelas Maret
dalam http://www.library.uns.ac.id. Saktimulya, S.R. 2005. Katalog Naskah-
diakses pada 08 Oktober 2018. naskah Perpustakaan Pura
Pakualamaan. Solo: Yayasan Obor
Katalog Online Yayasan Sastra Lestari
Indonesia.
dalam http://www.sastra.org/. Diakses
pada tanggal 15 September 2018. Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2
Halaman 42-43 dari
Lubis, Nabilah. 1996. Naskah, Teks dan
www.islam.aljayyash.net. diakses
Metode penelitian Filologi. Jakarta:
pada 20 November 2018.
Forum Kajian Bahasa & Sastra Arab
Fakultas Adab IAIN Syarif Suhendra Yusuf. 1995. Leksikon Sastra.
Hidayatullah. Jakarta: CV. Manasco.
Mausu’ah Al Usrah Al Muslimah dari Teeuw, A. 1994. Sastra dan Ilmu Sastra.
situs www.islam.aljayyash.net. Jakarta: Pustaka Jaya.
diakses pada 18 Oktober 2018.
Thohir,Mudjahirin.2013.Filologi dan
Mollen,Williem v.r.1983.Kritik Teks Kebudayaan.Semarang : Universitas
Jawa: Sebuah pandangan baru yang Diponegoro.
diterapkan terhadap
Kunjarakarna.Jakarta:Buku Obor. Theresia.2017."Primbon Palintangan
(Suntingan Teks disertai Kajian
Mulyono, Slamet.2008.Kamus Pepak Pragmatik)".Skripsi Sarjana.Fakultas
Bahasa Jawa.Jakarta:Pustaka Obor Bahasa dan Sastra.Universitas Negeri
Semarang.
Zulfa, Tri Ariyani.2012."Pandangan Hidup
Masyarakat Jawa dalam Serat
Wedhasatmaka (Suntingan Teks
Disertai Kajian Pragmatik)".Skripsi
Sarjana. Fakultas Ilmu
Budaya.Universitas Diponegoro
Semarang.

You might also like