Professional Documents
Culture Documents
Sistem Penanggalan Dalam Serat Mustaka Rancang
Sistem Penanggalan Dalam Serat Mustaka Rancang
Universitas Diponegoro
Jalan Professor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kode Pos 50275
Laman : http://www.fib.undip.ac.id
ABSTRACT
menjadi sebuah tradisi untuk mencatatkan Hasil karya sastra Jawa yang
hal-hal penting yang terjadi pada masanya, dihasilkan dalam bentuk prosa antara lain
naskah. Ada naskah Melayu, naskah Jawa, Utarakanda, sedangkan karya sastra Jawa
naskah Batak, naskah Minang dan masih yang berbentuk macapat antara lain Serat
naskah yang ada di Indonesia, naskah Jawa Karya sastra Jawa yang berbentuk kakawin
merupakan salah satu jenis naskah yang antara lain: Arjunawiwaha, Kresnayana,
memiliki berbagai bentuk, jenis naskah, yang berbentuk karya sastra dibedakan
serta beragamnya bentuk tulisan yang ada. menjadi dua, yaitu fiksi dan nonfiksi.
Salah satu naskah Jawa yang yang ada naskah dari 25 naskah yang berada di
naskah yang merupakan buah pikiran dari dua teks dalam satu naskah, yakni
para abdi dalem Kraton Yogyakarta dan mengenai sistem penanggalan dan pakem
Kraton Surakarta pada periode awal Dhalang. Naskah ini merupakan salah satu
berdirinya kraton sampai pada awal abad tulisan karya Mas Demang
kraton menjadikan setiap peristiwa yang Kraton Surakarta pada tahun 1894. Judul
terjadi di bukukan sebagai salah satu yang ditemukan dari naskah koleksi
bentuk arsip serta menjadi catatan sejarah warsadiningrat (MWD1894b) dalam teks
Yayasan Sastra Lestari Surakarta, 1 naskah Dalam penelitian kali ini, penelitian
di PNRI (Perpustakaan Nasional Republik akan memfokuskan pada salah satu isi dari
merupakan pedoman yang digunakan oleh leluhur mulai ditinggalkan sebab dianggap
manusia sebagai penentu waktu dan kuno, sehingga mulai dilupakan. Padahal
penanda sebuah kejadian. Sistem itu sangat penting, karena prediksi tidak
penanggalan dalam naskah SMR selalu tepat, kita perlu mawas diri dengan
merupakan salah satu sistem penanggalan mengetahui keadaan alam yang terjadi
(kalender) kuno yang sudah ada sejak disekitar kita, dan hal tersebut diterangkan
zaman dahulu, yakni sistem penanggalan dalam Naskah SMR , dijelaskan banyak
yang berpacu pada sistem penanggalan sedikit mengenai keadaan serta suasana
memasuki dalam era globalisasi, orang- Dipilihnya naskah ini sebagai objek
orang mulai meninggalkan sistem kajian adalah demi menjaga isi naskah
penanggalan Jawa yang dianut sejak SMR, yakni sebuah sistem penanggalan
dahulu dan digantikan dengan sistem yang sudah mulai dilupakan oleh orang-
penanggalan Masehi dan Qomariyah, serta orang, apabila dibiarkan, maka tidak
pada ramalan cuaca yang didasarkan pada salah satu keluhuran bangsa. Dengan
keadaan alam oleh BMKG (Badan pertimbangan kondisi naskah yang mulai
Meteorologi, Klimatologi dan Geeofisika) rusak dimakan usia, bahkan ada satu
karena lebih ilmiah dan dapat dipercaya, halaman sobek sebagian kecil sehingga
namun kita lupa dengan pertanda musim tidak dapat dibaca serta tulisan pada
yang muncul yang diiringi dengan naskah sudah mulai memudar, menjadikan
kejadian-kejadian alam yang ada disekitar penelitian terhadap naskah ini harus
mengungkapkan, dan menyebarluaskan isi dipaparkan, maka tujuan penelitian kali ini
naskah. adalah:
transliterasi dibutuhkan agar naskah dapat menelaah karya sastra atau sumber-sumber
filologi sendiri berasal dari kata filos yang yang berumur puluhan atau bahkan
artinya cinta dan logos yang artinya kata, ratusan tahun sangatlah rapuh. Naskah-
secara harfiah filologi diartikan sebagai naskah lama memiliki peranan yang begitu
cinta pada kata- kata (Basuki, dkk. penting untuk masyarakat khususnya para
2004:2). Dalam buku Naskah, Teks, dan peneliti. Selain itu naskah dijadikan
filologi adalah pengetahuan tentang sastra- masa lampau (Barried, 1994: 82). Namun
sastra dalam arti luas mencakup bidang tidak menutup kemungkinan naskah-
bahasa, sastra, dan kebudayaan (Lubis, naskah lama sangat rapuh dan punah. Agar
1996: 45). Dalam buku Pengantar Teori teks dalam naskah lama tetap dapat dibaca
Filologi mengungkapkan filologi ialah secara utuh dan mudah dipahami, maka
suatu disiplin ilmu yang mendasarkan teks harus disajikan lengkap dalam bentuk
kerjanya pada bahan tertulis dan bertujuan suntingan akhir. Maka pendekatan yang
mengungkapkan makna teks dalam segi digunakan dalam penelitian ini adalah
Naskah lama merupakan objek kajian menyajikan teks lengkap dalam bentuk
berbagai segi kehidupan yang pernah ada dengan disalin secara berulangulang untuk
berbagai tujuan. Proses penyalinan naskah tidak mantap (Teeuw dalam Abdullah,
terjadi kesalahan atau perubahan teks Naskah SMR merupakan salah satu
karena penyalin kurang memahami pokok dari kekayaan nusantara yang merupakan
persoalan dan bahasa naskah yang disalin, objek kajian dari disiplin ilmu filologi,
sebelumnya yang tidak jelas, mungkin pemahaman naskah, konsep serta landasan
juga karena kesengajaan penyalin. Naskah- dari filologi dibutuhkan sebagai landasan
naskah lama yang telah disalin tidak dasar dalam mengkaji lebih lanjut naskah
sistematis, dan generalisasi. Sebagian dengan waktu hidup manusia, yaitu nilai
besar data bidang sastra dalam analisis masa lalu, kini, dan yang akan datang; 4).
konten diperoleh secara kualitatif. Unsur – Nilai rata – rata aktivitas manusia, yaitu
biasanya bersifat simbolik, maka, tugas cara untuk memecahkan masalah atau
simbolis yang tersamar dalam karya sastra dengan metode-metode ilmiah untuk
teks SMR ini adalah berusaha untuk dikembangkan dan dibuktikan suatu
mengungkapkan nilai – nilai spiritual dan pengetahuan tertentu sehingga pada
sejarah yang tersimpan dalam naskah SMR gilirannya dapat digunakan untuk
tersebut.
memahami, memecahkan, dan
Aspek – aspek nilai yang perlu diungkap
mengantisipasi masalah. Metodologi dapat
dalam analisis isi, di antaranya yaitu: 1).
dikatakan pula sebagai pengetahuan
Nilai yang berhubungan dengan kepercayaan
tentang apa saja yang merupakan cara
manusia, yaitu orientasi nilai tentang:
untuk menerangkan atau meramalkan
kebaikan dan keburukan; 2). Nilai yang
variabel konsep maupun definisi konsep
berkaitan antara relasi manusia dengan alam.
yang bersangkutan dan menncari konsep penulis menggunakan tiga tahap
tersebut secara empiris. Untuk itu metode penelitian, yaitu pengumpulan data,
filologi berarti pengetahuan tentang cara, analisis data dan penyajian data. Langkah-
teknik, atau instrumen yang dilakukan langkah yang digunakan adalah sebagai
untuk menyampaikan objek yang diteliti. dalam rangka mencapai tujuan penelitian.
Metode penelitian yang digunakan dalam Untuk mengumpulkan data dari objek
menghasilkan data deskriptif berupa kata- pengumpulan data yang digunakan dalam
kata tertulis atau lisan tentang sifat suatu penelitian ini dengan menggunakan
individu, keadaan, gejala dari kelompok metode studi pustaka, pengumpulan data
tertentu yang dapat diamati (Moleong, dengan cara inventarisasi naskah. Sumber
masyarakat, dan sebagainya) pada saat salinan naskah dan informasi mengenai
lain, yang menaruh perhatian terhadap dalam penelitian ini terdiri dari dua
naskah. Peneliti telah mencari penelitian kategori yaitu, sumber data primer dan
terkait naskah Serat Mustaka Rancang dan sumber data sekunder dimana naskah Serat
bertujuan untuk mendapatkan kembali ringkasan isi naskah atau sinopsis. Hal
naskah yang bersih dari kesalahan, yang ini dilakukan agar mempermudah
pengolahan data yang dipaparkan oleh atau penggantian huruf demi huruf dari
Edwar Djamaris dalam bukunya Metode abjad satu ke huruf yang lain, yaitu
langkah yang digunakan peneliti adalah bertuliskan huruf Jawa ke dalam huruf
penulisan huruf aksara Jawa karena dan dimengerti pembaca karena telah
4. Suntingan Teks
b. Analisis Isi
Setelah ditransliterasi,
Penulis menggunakan metode
selanjutnya membuat suntingan teks.
analisis isi dalam menganalisis isi teks
Sebagai pertanggungjawaban
SMR, khususnya analisis mengenai isi
perbaikan teks akan dicatat dalam
naskah. Adapun pendekatan yang
catatan kaki (footnote) dan aparat kritik
penulis gunakan adalah pendekatan
(apparatus criticus). Peneliti
yang menitikberatkan pembaca.
menggunakan metode edisi standar.
Langkah yang dilakukan dalam analisis
Edisi standar atau edisi kritik, yaitu
isi sebagai berikut :
menerbitkan naskah dengan
1. Membaca keseluruhan teks Serat
membetulkan kesalahan-kesalahan
Mustaka Rancang agar dapat
kecil dan ketidaksengajaan, sedang
mengerti dan memahami
ejaannya disesuaikan dengan ketentuan
kandungannya.
yang berlaku (Baried, 1994: 68).
2. Memahami isi yang ditemukan
5. Translasi (terjemahan)
dalam naskah Serat Mustaka
Teks yang sudah disunting
Rancang.
kemudian diartikan ke dalam bahasa
3. Isi yang ditemukan kemudian di
Indonesia. Peneliti melakukan alih
analisa untuk mendapatkan isi yang
bahasa dari bahasa Jawa ke dalam
terkandung di dalam Serat Mustaka menganggap dan memahami hari sebagai
keseharian harus seperti apa. Berikut Orang Jawa dahulu, mendasarkan hari
penanggalan dalam naskah SMR pasaran yang jumlahnya ada 5, tiap hari
digunakan sebagai penanda waktu, dalam Hari tujuh yakni : Akat, Senin, Selasa,
Hari pasaran lima atau bisa dikenal juga a. Hari Akat (Minggu)
“punika wontên pêkênan Lêgi enjing Disebutkan dalam naskah sebagai berikut:
pitutur, Paing enjing rêjêki, Pon enjing
“...Akat Lêgi, têgêse Akat angangkati gawe percintaan, yakni hari selasa kliwon yang
sangat siji, têgêse Lêgi lêga ing dikenal sebagai “Garakasih Slasa Kliwon”
yang membawa awal baru, bahkan dimasa “Salasa Kliwon, têgêse Salasa iku Salamêt
pamisahe sangat dhuwur mau, Kliwon
sekarang pun hari senin adalah awal untuk wani nêsêl ana omah kang têngah, mulane
Kliwon iku awit diarani dina Garakasih
segala kegiatan, sekolah, kantor ataupun
Slasa Kliwon” (halaman : 6)
instansi, semua diawali pada hari senin
dalam naskah : “.....Sênèn Pon têgêse Hari Rabu memiliki arti keinginan,
Sênèn sênêng, têgêse Pon panggawene keinginan terhadap segala sesuatu yang
wadhah.” (halaman: 5) ada, sudah menjadi sifat dasar dari
antara yang baik dan yang buruk, antara ِن ُنون َُ َل َ نم نن قُو
“panêngên lan pangiwa” maksudnya Barang siapa membaca surat al-Kahfi pada
adalah hal baik dan buruk untuk dilakukan hari Jumat, maka Allah memberinya sinar
pada hari Kamis, orang yang terlahir pada cahaya di antara dua Jumat”(HR. Hakim)
hari Kamis memiliki watak yang dapat Dalam hadits Imam Muslim disebutkan:
Hari Jumat artinya adalah berbungah- di antara hari tersebut dan Jumat
bungah, seperti yang diketahui bersama, berikutnya ditambah tiga hari diampuni”.
satu hari yang diistimewakan oleh agama Dalam Islam, hari Jumat dianggap sebagai
Islam, banyak keistimewaan yang terdapat hari yang begitu agung, memiliki banyak
2017:71). Disebutkan dalam naskah : yakni kata Wi dan Du. Wi artinya adalah
2. Windu dalam naskah SMR seperti hati, matahari menjadi pusat dari
Windu merupakan siklus 8 tahunan yang segala kehidupan melalui panas yang
penanggalan, dan dalam hal ini, disebutkan seluruh dunia.Disebutkan dalam naskah :
bahwa untuk windu sendiri memiliki “Windu Adi, têgêse adêging jagat lagi
“Windu loro aran Kunthara, dununging marang ing dunya lawan Babu Kawa,
ginodha marang Iblis, mulane ana etung
kôntha-kanthining bumi lan langit, rina
Iblis Adam Hawa...” (halaman: 2)
lan wêngi.” (halaman 2)
d. Windu Sancaya
tahun yang ada dalam naskah SMR: diyakini dengan kejadian yang berkaitan
Tuhan. Taqwa adalah hal yang dilakukan Hari Jumat adalah hari yang memiliki
untuk menjaga diri dari berbuat hal-hal keistimewaan terbesar, terlebih lagi jika
yang tidak diperbolehkan atau hal yang hari itu berada dalam bulan suro, itu
melanggar norma-norma sosial. Ma’rifat dianggap sebagai salah satu hari yang
adalah puncak dari seorang manusia, paling keramat dalam keyakinan orang-
disebutkan dalam naskah SMR “têgêse orang Jawa, dan bulan suro tahun Je
panggayuh mau” maksudnya ma’rifat itu dalam siklus satu windu, jadi orang yang
sudah melepaskan diri dari semua yang lahir pada bulan suro tahun Je terlebih lagi
berhubungan dengan dunia dan bersatu jika lahir pada hari Jum’at, maka
dengan sang pencipta. Orang yang lahir berdasarkan naskah SMR, orang tersebut
pada tahun ini akan memilki sifat yang adalah orang yang hebat.
(Septianingsih,2017 :67).
e. Tahun Dal
d. Tahun Je
Tahun ke-5 adalah Tahun Dal yang artinya
Tahun ke-4 adalah Tahun Je , dikatakan Dal adalah jadi, jadinya Dal terhadap
orang yang lahir pada bulan suro tahun Je empat sifat, yakni cipta,empati, rasa, dan
simpati. Orang yang terlahir pada tahun g. Tahun Wawu
yang lama, dikarenakan tahun ini dijadikan dipegang petani atau nelayan dan
sebagai tahun evaluasi atas apa yang diwariskan secara oral (dari mulut ke
dilakukan selama satu windu terakhir, mulut). Selain itu, kalender ini bersifat
apakah semua berjalan dengan baik atau lokal dan temporal (dibatasi oleh tempat
tidak, tahun dimana segala keburukan dan waktu) sehingga suatu perincian yang
ditutupi dengan kebaikan yang ada. Seperti dibuat untuk suatu tempat tidak
yang dituliskan dalam naskah SMR sepenuhnya berlaku untuk tempat lain
sebagai berikut:
“Kamsiyah nuju windu Kunthara taun Alip
sasi Sura tanggal sapisan Kêmis Pon,
a. Kurup Akadiyah sarêng sampun angsal satus kalih dasa
taun”(halaman: 7)
“Kurup Akadiyah, umuripun satus kalih Kurup Kamsiyah menuju windu Kunthara
dasa taun, nuju windu Adi taun Alip sasi
Sura tanggal sapisan Akat Lêgi”(halaman: tahun Alip bulan Sura tanggal pertama
7)
Kurup Akadiyah, umurnya 120 tahun, Kamis Pon, berjalan selama 120 tahun.
tahun Alip bulan Sura tanggal pertama menyelesaikan sebuah sistem penanggalan
Rabu Pahing, berjalan selama 120 tahun. secara penuh sampai akhirnya kembali lagi
ke perhitungan pertama.
f. Kurup Salasiyah
dari Akadiyah sampai pada kurup Dalam naskah SMR ini, wuku digunakan
Senenngiyah , maka untuk kembali lagi sebagai penanda waktu kejadian dalam
kepada awal kurup membutuhkan waktu naskah, tidak disebutkan secara lengkap
selama 840 tahun (120 tahun x 7 kurup). mengenai apa itu wuku, berapa jumlah
wuku serta sebagai penanda kejadian apa, Wuku maktal merupakan salah satu wuku
dalam naskah SMR wuku hanya sebagai dalam sistem penanggalan Jawa, wuku
penanda waktu saja, seperti tahun, bulab, maktal dalam naskah SMR digunakan
hari, pasaran kemudian wuku. Berikut sebagai penanda waktu untuk tahun Je
merupakan Wuku yang digunakan sebagai bulan besar tanggal 29 yang jatuh pada
penanda waktu dalam naskah SMR. wuku hari senin pon. Disebutkan dalam naskah :
dumugi Surakarta umur 79 taun, nuju petungku benjing ôngka 1868 windu Adi
windu Kunthara taun Ehe sasi Bêsar taun Alip sasi Bêsar tanggal kaping 28
kerja “Spirare” yang berarti bernafas. masyarakat. Menelisik pada hal diatas,
Melihat dari asal katanya, hidup adalah berbagai hal yang dipercayai adalah
pada penjelasan diatas, maka hari Senin kehilangan, Akat Wage artinya banyak
Hari Senin Wage, Senin artinya senang, biasa disebut dengan istilah Hari Gara
sedangkan Wage sendiri artinya adalah Kasih Selasa Kliwon, yang mana hari ini
susah, jadi hari Senin Wage merupakan dipercayai sebagai hari baik untuk
hari yang kurang baik untuk melakukan melakukan ritual-ritual seperti puasa,
melakukan suatu pekerjaan yang memiliki bahkan sampai hal ekstrim seperti
terhalangi, Rabu Pahing artinya keinginan Dalam sebuah kepercayaan akan sesuatu
membawa hiasan telinga, itu adalah Nahas yang dimaksudkan dalam naskah
mengijinkan membawa Nabi Yusuf orang yang merugi” (QS. Yusuf: 14)
Nabi Muhammad SAW terlepas masih terus diingat dan dijadikan sebagai
gigi (gerahamnya) sewaktu perang sebuah pelajaran, dalam waktu yang sangat
Uhud Ibnu Ishaq berkata, Humaid lama dan diturunkan turun-temurun, hal
Anas bin Malik yang berkata, "Di kebudayaan masyarakat sehingga menjadi
Perang Uhud, gigi antara gigi sebuah kepercayaan yang masih dipercayai
berkembang dalam masyarakat, baik dan runtuhnya dari beberapa kerajaan yang
agama, politik, seni, sastra, hukum, dan mana bisa dilihat pada kutipan naskah
Besar tanggal ke-29, hari Senin Pon wuku jatuh pada Hari dan Pasaran yang sama.
Kerajaan Majapahit berdiri pada Kurup Majapahit adalah sebuah kerajaan kuno di
Akadiyah, Windu Kuntara kemudian pada Indonesia yang berpusat di Jawa Timur
tahun 1388, Windu Adi tahun Dal, bulan danpernah berdiri dari sekitar tahun 1293
Besar tanggal 30 hari Akat Wage Wuku hingga 1500 M oleh Raden wijaya,
Dalam hitungan tahun senidiri, satu kurup kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan
itu 120 tahun atau 15 windu dan setiap dari kerajaan Kerajaan Singosari yang
awal kurupnya memiliki sebuah siklus runtuh. Kerajaan ini mencapai puncak
unik yang mana setiap awal tahun Alif kejayaan pada masa kekuasaan Raja
Hayam Wuruk yg berkuasa dari tahun selama 112 tahun (1388M-1500M), yang
1350 hingga 1389. Majapahit menguasai artinya kerajaan ini berada pada masa 2
Kerajaan Majapahit berdiri selama kurang bulan Besar tanggal ke-29, hari Senin Pon
lebih 203 Tahun(1293M-1500M) menurut wuku Maktal, sore lalu berpindah kurup
sejarah yang kita ketahui dan menurut Jamngiyah sampai dengan Tasura umur 28
bulan Besar tanggal ke-29, hari Rabu Pon, Raden Fatah mulai melaksanakan perintah
Wuku Julungpujut, sore lalu berubah kurup gurunya dengan jalan membuka madrasah
budaya, sistem pemerintahan serta tatanan tahun 1748, sore lalu berubah kurup
sekarang, dalam perkembangannya Kraton tahun berjalan ini tahun Je angka 1822.”
menyajikan suntingan teks yang bersih dan dipercayai memiliki aura tersendiri.
teratur, karena naskah Serat Mustaka b. Dalam satu bulan, berisi antara 29-
sebuah teks yang bebas dari kesalahan dan Selain memili bulan seperti sistem